Disusun Oleh :
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Agama Islam II yang berjudul
Pengasuhan Anak Dalam Islam.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini serta teman-teman semuanya yang telah memberikan ide dan
partisipasinya dengan membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, Oleh
karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini
selanjutnya. Semoga makalah Agama Islam II yang berjudul Pengasuhan Anak Dalam
Islam ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
1. Pengertian ....................... 6
2. Pola asuh anak ................................... ..... 7
3. Penanaman nilai-nilai keislaman 10
4. Hakekat Pola Asuh Islami .. 13
5. Tahapan Pelaksanaan Pola Asuh dalam Islam .. ..... 14
6. Contoh Studi Kasus ................................................ 16
BAB III. KESIMPULAN..................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Anak adalah anugerah dan amanah dari Allah Swt yang harus di pertanggung-
jawabkan oleh setiap orang tua dalam berbagai aspek kehidupannya. Diantaranya
bertanggung jawab dalam pendidikan, kesehatan, kasih sayang, perlindungan yang baik
dan berbagai aspek lainnya. Menurut perspektif Islam, pendidikan anak adalah
proses mendidik, mengasuh dan melatih jasmani dan rohani mereka yang dilakukan
orang tua sebagai tanggung jawabnya terhadap anak dengan berlandaskan nilai baik dan
terpuji bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.
Anak merupakan amanah dari Allah SWT yang harus dibina, dipelihara dan diurus
secara seksama serta sempurna, agar kelak menjadi insan kamil atau manusia sempurna,
berguna bagi agama, bangsa dan negara. Hal tersebut harus diiringi dengan bimbingan
yang memadai, selaras dan seimbang dengan tuntutan. Sehingga tidak terjadi
perkembangan generasi yang kearah yang negatif, seperti yang disinyalir dalam QS. An-
Nisa : 9 yang artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter, anaknya harus mematuhi semua
peraturan orang tuanya dan akan menghukum anaknya bila melanggar peraturan. Dengan
pola asuh yang seperti itu, orang tua tidak akan memiliki ikatan emosional yang kuat
dengan anak. Dan menurut Luqman : 13 Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". dalam ayat tersebut mengajarkan kepada orang tua agar berbicara dengan anak
4
dengan cara lemah lembut disertai dengan kasih sayang yang mendalam tanpa
memandangnnya dengan penuh kebencian.
Oleh karena itu, pola asuh Anak dalam pandangan Islam sangat penting untuk
dipahami agar dapat dilaksanakan dengan baik sehingga terwujud generasi yang baik
menurut Allah SWT dan Rasulnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui pola pengasuhan anak dalam islam
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui pengertian
b. Mengetahui Pola asuh anak
c. Mengetahui penanaman Nilai-Nilai Keislaman sesuai Tahap Perkembangan
d. Mengetahui hakekat Pola Asuh Islami
e. Mengetahui tahapan Pelaksanaan Pola Asuh dalam Islam
C. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara sikap orang tua yang otoriter terhadap
anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Anak merupakan anugerah dan amanah dari Allah kepada manusia yang
menjadi orang tuanya. Dalam islam, anak melahirkan adanya hubungan vertikal
dengan Allah Penciptanya dan hubungan horizontal dengan orang tua dan
masyarakatnya yang bertanggungjawab untuk mendidiknya menjadi manusia yang
taat beragama. Selain itu, anak sebagai amanah dari Allah membentuk 3 dimensi
5
hubungan dengan orang tua sebagai sentralnya. Pertama, hubungan kedua orang tua
dengan Allah yang dilatarbelakangi adanya anak. Kedua, hubungan anak dengan Allah
melalui orang tuanya dimana anak masih memerlukan banyak bimbingan. Ketiga,
hubungan anak dengan kedua orang tuanya dibawah bimbingan dan tuntunan dari
Allah.
Dengan memiliki anak, orang tua mendapat kesempatan besar untuk
beribadah, karena seluruh pengorbanan orang tua dalam membesarkan anak akan
tercatat sebagai amal saleh di sisi Allah jika dilakukan dengan ikhlas. Orang tua akan
merasa bahagia jika berhasil mendidik anaknya menjadi manusia yang bermanfaat
bagi agama, bangsa dan negara. Selama anak melakukan hal-hal yang bermanfaat
orang tua akan mendapat pahala, sebaliknya anak dapat pula menjadi ujian bagi kedua
orang tuanya sebagaimana surat Al-Anfal 28 yang artinya, Dan katakanlah bahwa
hartamu dan anak-anak itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allah
pahala yang besar.
Seorang anak itu mempunyai dwi potensi yaitu bisa menjadi baik dan buruk.
Oleh karena itu orang tua wajib membimbing, membina dan mendidik anaknya
berdasarkan petunjuk-petunjuk dari Allah agar anak-anak dapat berhubungan dan
beribadah kepada Allah dengan baik dan benar agar dapat menjadi remaja, manusia
dewasa dan orang tua yang beragama dan selalu hidup agamis.
Menurut aspek psikologis, anak adalah periode pekembangan yang merentang
dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan
periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun sekolah dasar.
Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam
pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang
telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun
(delapan belas) tahun dan belum pernah menikah.
Anak merupakan generasi penerus berlangsungnya kehidupan manusia dalam
hal ini Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 menerangkan Bahwa
anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Definisi anak pada Pasal 1
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan seorang anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pendapat lain
Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih
dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Dan menurut
Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar
6
permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang
dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan
ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap
realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang
diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa anak adalah manusia yang belum dewasa yang umumnya berumur di bawah 18
tahun dan masih rentan terhadap kesalahan sehingga perlu pengawasan dari manusia
dewasa.
B. Pola Asuh
Berdasarkan pendapat dan diktum undang-undang, maka fungsi keluarga
dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembiasaan
nilai-nilai agama, budaya dan keterampilan-keterampilan tertentu yang bermanfaat
bagi anak. Berkaitan dengan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak, agama
telah memberikan kaidah-kaidah yang menjadi rujukan dalam rangka
mengembangkan waladun shalihun(anak yang shaleh).
Setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan fitrah. Pengertian fitrah
dipahami oleh ahli pendidikan islam sebagai potensi, tidak saja potensi ketuhanan
tetapi juga beberapa potensi lainnya. Semua potensi ini dapat berkembang dengan
baik tergantung dari upaya lingkungan keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama
dan utama oleh anak dalam mengenal lingkungannya. Pada masa-masa awal
pertumbuhan dan perkembangan anak, sebagian besar hari-hari anak dihabiskan
bersama ayah dan ibunya, karena itu pengalaman akan lebih banyak diterima anak
dari orang tuanya. Penetapan orang tua sebagai penanggung jawab utama ini
disampaikan dalam sebuah sabda Nabi : setiap anak yang lahir dilengkapi fitrah,
maka orang tuanyalah yang akan membentuk anak menjadi majusi, nasrani atau
yahudi.
Hadits ini mengemukakan bahwa pendidikan agama islam itu merupakan
tanggung jawab orang tua dan bersifat keharusan, dan pengertian fitrah adalah sikap
tauhid kepada Allah SWT, yakni untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu orang
tua memiliki tanggung jawab atas fitrah tersebut. Hadits riwayat Imam Hakim juga
menyatakan, Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis
baca, berenang, memanah, dan memberi rizki yang baik. Hadits riwayat Imam
Baihaqi juga menyatakan, Kewajiban orang tua kepada anaknya adalah memberi
nama yang baik dan mendidiknya dengan akhlak yang mulia.
7
Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya,
sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan
peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua
menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian atau tanggapan
terhadap keinginan anak. Dengan demikian yang disebut dengan pola asuh orang tua
adalah bagaimana cara mendidik orang tua terhadap anak, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Pola asuh islami adalah suatu kesatuan yang utuh dari sikap dan perlakuan
orang tua kepada anak sejak masih kecil, baik dalam mendidik, membina,
membimbing anak secara optimal berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits. Orang tua
diharapkan dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi anak, yang bertujuan
mengoptimalkan perkembangan anak dan yang paling utama pola asuh yang
diterapkan bertujuan menananmkan nilai-nilai agama pada anak, sehingga dapat
mencegah dan menghindari segala bentuk dan perilaku menyimpang pada anak di
kemudian hari. Betapa besarnya tanggung jawab orang tua di hadapan Allah SWT
terhadap pendidikan anak. Tentang perkara ini Allah berfirman yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang
Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan
(QS. Al-Tahrim [66]: 6)
8
Selain itu, setiap orang tua mempunyai tanggung jawab dan anak merupakan
amanat yang harus dijaga dan dipelihara, karena dihadapan Allah akan dimintai
pertanggung jawaban atas amanat itu sebagaimana sabda rasulullah SAW , Semua
kamu adalah pemimpin dan semua kamu akan dimintai pertanggung jawaban atas
yang kamu pimpin
Orang tua dalam mengasuh anak bukan hanya mampu mengkomunikaskan
fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan
akhlak anak. Mencegah dan menghindari segala bentuk perilkau menyimpang pada
anak harus dilakukan sedini mungkin. Salah satunya dengan menanamkan nilai-nilai
agama pada anak, sehingga ketika dewasa nilai-nilai agama yang telah tertanam akan
membantu dalam menghadapi semua hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Atau
dapat menekan seminim mungkin dari perbuatan-perbuatan menyimpang.
9
Pola asuh authoritative membuat batasan yang harus dipatuhi oleh anak. Orang tua
percaya terhadap kemampuan anak, menghormati pendapat anak dan keinginan
anaknya. Dengan pola seperti ini, anak merasa menjadi pribadi yang dihargai dan
mereka akan menjadi anak yang mandiri dan bahagia.
10
Umur 2 5 tahun adalah masa vital yang sangat penting dan cukup
menentukan dalam pembentukan sumber daya anak dikemudian hari. Usia lima
tahun merupakan pembentukan dasar kepribadian seorang anak. Oleh karena itu
pengenalan nilai nilai ketuhanan sangat perlu untuk diberikan dalam mendidik
anak. Memperkenalkan ciptaan Allah SWT dengan segala kebesarannya untuk
menumbuhkan kekaguman dan rasa syukur anak kepada Allah SWT. Pengenalan
ini dapat dilaksanakan melalui dialog sesuai perkembangan usianya, melalui
nyanyian nyanyian yang bermoral, melalui cerita cerita islami dan permainan
permainan yang membentuk sikap mulia. Anak pada masa ini sangat
menyenangi cerita, nyanyian dan permainan. Selanjutnya, diajarkan pula
kebiasaan kebiasan beribadah dengan benar, agar nanti anak tidak lagi menjadi
berat menjalankan ibadah. Usia pra sekolah perilakunya sangat ditentukan model
yang diperlihatkan orang tua kepadanya. Oleh karena itu perilaku orang tua harus
ditata sedemikian rupa agar yang ditiru dan dicontoh anak adalah perilaku yang
baik dan islami.
11
4. Masa Amrad (10-15 tahun)
Fase ini adalah fase dimana anak mulai mengembangkan potensi dirinya guna
mencapai kedewasaan dan memiliki kemampuan bertanggung jawab secara
penuh. Dalam islam, fase ini juga merupakan fase dimana anak mencapai aqil
baligh sehingga sudah semakin pandai menggunakan akalnya secara penuh. Salah
satu yang menjadi tuntutan bagi anak kemudian adalah kepandaiannya dalam
mengatur harta yang dimulai dengan kemampuan mengatur anggaran untuk
dirinya sendiri.
Rasulullah bersabda :
Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang lagi subur, karena aku berbangga-
bangga di hadapan umat yang lain pada kiamat dengan banyaknya jumlah
kalian. (HR. An-Nasa`i no. 3227, Abu Dawud no. 1789, dishahihkan Al-Imam
Al-Albani rahimahullahu dalam Irwa`ul Ghalil no. 1784)
:
Wanita itu dinikahi karena empat perkara, bisa jadi karena hartanya, karena
keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah
olehmu wanita yang memiliki agama. Bila tidak, engkau celaka. (HR. Al-Bukhari
no. 5090 dan Muslim no. 3620 dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu)
Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang
shalihah.
Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi, membimbing, membina,
dan mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari dengan harapan menjadikan
anak sukses menjalani kehidupan ini. Menurut Khon Mutadin ( 2002) menyatakan
bahwa, pola asuh merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan
kegiatan pengasuhan yang berarti orangtua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan
serta melindungi anak sehingga memungkinkan anak untuk mencapai tugas-tugas
perkembangannya. pola asuh orangtua adalah proses interaksi orangtua dengan anak
dimana orangtua mencerminkan sikap dan perilakunya dalam menuntun dan
mengarahkan perkembangan anak serta menjadi teladan dalam menanamkan perilaku.
Pola asuh otoriter adalah suatu jenis bentuk pola asuh yang menuntut agar anak
patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orangtua tanpa
ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat sendiri, Shapiro (1992:27).
Menurut Natuna (2007:145) bahwa anak-anak dari keluarga pola asuh otoriter
menunjukkan beberapa kesulitan tertentu dalam berperilaku. Orang tua yang menerapkan
pola asuh dengan otoriter, anak harus mematuhi peraturan orang tuanya dan akan
menghukum anaknya bila melanggar peraturan. Dengan pola asuh yang seperti itu, orang
tua tidak akan memiliki ikatan emosional yang kuat dengan anak. Misalnya dalam
akademis, bila anak berhasil mencapai prestasi, orang tua menuntut anak untuk meraih
prestasi yang lebih baik lagi. Sedangkan bila prestasi anak kurang baik, maka orang tua
akan memberikan hukuman kepada anaknya.
15
Al-Quran telah menjelaskan bagaimana pendidikan anak dalam islam. Dimulai
dengan bagaimana orang tua berbicara dengan anak-anaknya, surat Luqman: 13 yang
berbunyi:
( )
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dalam ayat tersebut mengajarkan kepada orang tua agar berbicara dengan
anak dengan cara lemah lembut disertai dengan kasih sayang yang mendalam tanpa
memandangnnya dengan penuh kebencian.
Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap orangtua,
sehingga orang tua harus memberi pola asuh yang baik terhadap anak anaknya. Al-
Quran tidak secara langsung mengemukakan tentang tanggung jawab orang tua
terhadap pendidikan (Q.S.at-Tahrim/66:6 )
(6)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Dengan demikian dalam memberikan pola asuh yang baik terhadap anak,
selain dari segi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual yaitu kemampuan
seseorang untuk mengerti , memahami dan mengambil makna dari apa yang dialami
dari kehidupan,sehingga akan mengalami kemudahan yang dialami di kehidupan
bemasyarakat. , hal yang sangat mendasar yang perlu diajarkan adalah melalui cara
mendidik dan membina anak beragam Islam, yang merupakan suatu cara yang
dikehendaki oleh Allah agar anak-anak kita dapat terjaga dari siksa neraka. Cara
17
menjaga diri dari api neraka adalah dengan jalan taat mengerjakan perintah-perintah
Allah.
BAB III
KESIMPULAN
1. Anak merupakan anugerah dan amanah dari Allah Swt yang harus di pertanggung-
jawabkan oleh setiap orang tua dalam berbagai aspek kehidupannya.
18
2. Pola asuh merupakan cara orang tua mendidik anaknya, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Masa pengasuhan anak dalam islam dimulai sejak anak masih dalam
kandungan, oleh karena itu orang tua harus memikirkan perkembangan anak.
3. Anak dilahairkan dengan mempunyai fitrah dimana islam mengharuskan
menumbuhkembangkan dan menjaga fitrah tersebut agar selamat dunia akhirat.
4. Islam menganjurkan pola asuh dengan lemah lembut bukan dengan cara otoriter.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Karim
Agung, Winnetou. 2011. Pola asuh orang tua dalam perkembangan anak.
19
Baumrind, Diana, 2013, PENGARUH GAYA POLA ASUH PADA PERKEMBANGAN
ANAK.
Husnatul Jannah, BENTUK POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENANAMKAN
PERILAKU MORAL PADA ANAK USIA DI KECAMATAN AMPEK ANGKEK, Vol I, No
1.
Nawangsari, Putri. 2008. Pengembangan Kecerdasan Anak pada Periode Post-Natal dalam
Keluarga Muslim di Malang. Malang : Universitas negeri Malang.
http://caramendidikanakdalamislam.blogspot.com/2013/04/masa-pengasuhan.html (diakses,
29 november, 2013)
http://fitrirhey.blogspot.com/2012/03/konsep-pengasuhan-anak-dan-pendidikan.html
(diakses, 29 november, 2013)
Rahayu, Tri. Pola Pengasuhan Islami Sebagai Awal Pendidikan Kecerdasan Emosional.
Winarti, 2011. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan Akhlak. Jakarta :
Universitas Syarif Hidaytullah
20