Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DASAR-DASAR KEPERAWATAN ROHANI ISLAM

Tentang

" Tilawah, Tazkiyah dan Taklimah dalam Pelayanan Bimbingan Konseling Keperawatan Islam. "

Disusun oleh :

Kelompok 11

Nurul Hidayat (2012020020)

Golom hayati (2012020015)

Ade fika sariono ( 2012020021)

Dosen pembimbing:

Yeni Fitri Wahyuni, M.Kes

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM (A)

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

2021 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya penulis cek mungkin tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Salawat beserta salam tidak lupa kita ucapkan buat arwah Nabi
besar kita yakni Nabi Muhammad Saw. Dengan ucapan yang mulia allahumma salli'ala sayyidina
Muhammad wa'ala Ali sayyidina Muhammad.

Penulis menyadari makalah dasar keperawatan Islam ini masih memerlukan penyempurnaan
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca dengan
penyempurnaan makalah apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.

Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah Dasar Keperawatan Islam ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alahan panjang, 25 November 2021

Kelompok
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Prayitno, pelayanan adalah suatu kegiatan seseorang dalam proses pemenuhan kebutuhan
seorang lainnya, baik kebutuhan yang bersifat sementara maupun yang bersangkut-paut dengan
pertumbuhan dan perkembangan individu itu secara menyeluruh serta kebutuhan yang bersifat pokok
maupun kebutuhan yang muncul sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Bimbingan rohani Islam pada pasien adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan
pembinaan rohani kepada pasien di rumah sakit sebagai upaya menyempurnakan ikhtiar medis dengan
ikhtiar spiritual. Dengan tujuan memberikan ketenangan dan kesejukan hati dengan dorongan motivasi,
penguatan mental dan pemberian do’a untuk tetap bersabar, bertawakkal dan senantiasa menjalankan
kewajibannya sebagai hamba Allah. Yang melakukan bimbingan rohani Islam adalah petugas
pembimbing rohani Islam yang ditugaskan di rumah sakit umum

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tilawah ?

2. Bagaimana metode tazkiyah ?

3. Apa maksud dari taklimah dan metode taklimah ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari tilawah

2. Mengetahui pengertian Tadzkiyah

3. Mengetahui pengertian Ta'limah

4. Untuk melengkapi tugas mata kuliah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tilawah
1. Pengertian Tilawah

Adapun tilawah secara istilah adalah membaca Al Qur'an dengan bacaan yang menampakkan huruf-
hurufnya dan berhati-hati dalam melafadzkannya agar lebih mudah untuk memahani makna-makna
yang terkandung di dalamnya.“Sesungguhnya orang-orang bertilawah terhadap kitab Allah.” (QS: Faatir
ayat 29). Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: “Orang-orang yang Kami datangkan kepada mereka
Al-Kitab (Al-qur’an), mereka bertilawah (membacanya) dengan benar.” (QS: Al-Baqarah ayat 121).
ٰۤ ُ ٰۤ ُ
ࣖ َ ‫ك هُ ُم ْال ٰخ ِسرُوْ ن‬
َ ِ‫ول ِٕٕى‬ ‫ك ي ُْؤ ِمنُوْ نَ بِ ٖه ۗ َو َم ْن يَّ ْكفُرْ ِب ٖه فَا‬
َ ِ‫ول ِٕٕى‬ ‫ق تِاَل َوتِ ٖ ۗه ا‬ َ ‫اَلَّ ِذ ْينَ ٰاتَي ْٰنهُ ُم ْال ِك ٰت‬.
َّ ‫ب يَ ْتلُوْ نَهٗ َح‬

Makna dari ayat ini mereka yang bertilawah Al-qur’an secara benar adalah
dengan ittiba’ atau mengikutinya. Ibnul Qoyyim Rohimahullah mengatakan setelah memaparkan tilawah
ada dua yakni tilawah Lafdziyah dan tilawah makna. “Intinya tilawah yang hakiki adalah tilawah atau
membaca makna dari ayat-ayat Allah, ittiba’ atau mengikutinya, membenarkan semua beritanya,
melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, mematuhinya seluruh tuntunannya.”

Sebagai wahyu, keagungan Al-qur’an sampai saat ini tetap tidak terbantahkan, hingga oleh kitab samawi
lainnya sekalipun. Kehebatan kitab samawi terakhir ini selain merupakan doktrin keimanan, juga
pembuktian realitas di atas durasi zaman yang selalu menyuguhkan kebenaran-kebanaran ungkapan Al-
qur’an. Demikianlah adanya, kitab suci Al-qur’an tidak akan pernah terlampaui kandungannya, bahkan
sampai kiamat kelak. Kehebatan wahyu terakhir ini tidak sebatas kandungan maknanya yang selalu
senafas dengan denyut peradaban manusia, tapi lirik irama kata-katanya senantiasa memabukkan
pencandu sastra. Setiap lirik dari bait ayat Al-qur’an memiliki nilai dan maksud tersendiri, bahkan semua
tempatan kata tidak akan pernahmungkin sia-sia.

Disamping itu, keistimewaan lain yang hanya dimiliki Al-qur’an adalah kitab satu-satunya yang bernilai
ibadah (Al-Ta’abbud) ketika dibaca. Sehingga dalam sebuah hadits disebutkan, ganjaran pahala
membaca Al-qur’an tidak dihitung oleh Tuhan dengan jumlah kalimat, tapi dengan hitungan huruf.
Disinilah bagian dari ragam keagungan Al-qur’an. Kitab yang tidak akan pernah sepi dari ulasan berbagai
pengetahuan manusia, sehingga seolah menyimpan daya magnetis yang selalu memikat untuk dikaji,
diteliti, diulas hingga akhirnya diyakini.

Daya magnetik kandungan Al-qur’an bahkan melampaui ukuran rasionalitas, karena terdapat banyak hal
yang bersifat imanen, transendental dan berada dalam area yang abstrak. Walau demikian, kitab suci Al-
qur’an tidak melulu fokus pada persoalan kerohanian. Keagungannya justru “dijumpai” dan dirasakan
pada nilai-nilai kontekstualitas yang dinamis, tidak pasif apalagi mati. Ungkapan Al-qur’an juga tidak
mengerucut pada aturan-aturan teoritik yang terkesan sangat idealistik (mitsaly).
Akan tetapi selalu berdialog dengan realitas yang selalu progresif. Hal ini terlihat dari penamaannya
sebagai wahyu, yang secara leksikal, memiliki pengertian yang lebih umum dari sekedar tulisan (Al-
Kitab), mengingat Al-Kitab merupakan bagian dari Al-Wahyu yang pernah diturunkan oleh Allah SWT
kepada para Rasul-Nya. Entitas Al-qur’an sebagai wahyu menjadikannya kitab yang suci, yang selalu
terjaga keorisinalan teks-teks (nusush) sepanjang zaman, sehingga bahasan Al-qur’an senantiasa dialogis
dalam segala ruang dan waktu. Hal ini karena cakupan Al-qur’an sangat menyeluruh, mencakup segala
dimensi kehidupan, baik dimensi keduniaan maupun keakhiratan.

Dengan demikian, adalah sangat wajar jika mengkorelasikan kandungan Al-qur’an dengan segala
problematika kemanusiaan, baik teknologi, ekonomi, sosial maupun budaya. Dalam ungkapan Al-qur’an,
terdapat kalimat “Tibyan Li Kulli Syai’i” (penjelas segala hal) yang menegaskan bahwa tidak satupun
persoalan yang tidak ditemui solusinya oleh Al-qur’an. Walaupun dalam bahasa yang kadang general
(‘am), tidak spesifik, akan tetapi dengan gaya ungkapan itulah, Al-qur’an tetap akan acceptable dalam
dinamika zaman.

Ragam lain dari keagungan Al-qur’an adalah memiliki nilai “Ukhrawiyah” ketika dibaca. Walau dalam
pengertian yang sempit, membaca berarti mengeja runutan setiap teks hurufnya. Akan tetapi, membaca
dalam perspektif Al-qur’an tidaklah memadai jika tidak dibarengi dengan bacaan-bacaan kontekstual.

3. Metode Tilawah

Perspektif Dakwah Tilawah diartikan membaca. Membaca atau bacaan yang dilakukan oleh seseorang
akan bernilai terapi—menyembuhkan. Banyak membaca menumbuhkan pengetahuan baru kepada
pembaca. Penerapan metode membaca, membacakan sesuatu dilakukan dengan membaca yang
tersiratdan tersurat. Membaca merupakan salah satu cara utuk tahu, mengerti dan paham akan
sesuatu. Membaca yang dimasudkan di sini akan benilai pemulihan jika membaca itu bertujuan
dan dilakukan dengan penghayatan dan pemahaman yang mendalam terhadap apa yang
dibaca.Orang yang beriman apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, maka akan bertambahlah
keyakinannya dan mereka hanya bertawakkal kepada Allah.” Sesungguhnya orang-orang yang beriman
ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayatayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal”(Qs. Al-Anfal:2). Objek bacaan jika dicermati Qs. Al Baqarah ayat 151 maka ayat-ayat
itu dapat dikategorikan kepada ayat qur`aniah, kauniah dan insaniah. Qur`aniah adalah ayat-ayat
yang dibaca dari teks-tesk al-Qur`an. Ayat kauniayah adalah alam sekitar dan ayat insaniah adalah
diri manusia itu sendiri. Membaca al-Qur`an jika dilakukan dengan benar sesuai dengan kaidah tajwid
dan memahami kadungan makna dari apa yang dibaca akan berefek terapi (Ilaj wa syifa`) bagi yang
membaca di samping mendapatkan pahala. Pahala diindikasikan dengan kondisi jiwa yang tenang, hati
yang damai dan diterangi oleh wahyu dan selalu mendapat petujuk dalam kehidupan. Ketenangan
jiwa merupakan salah satu ciri dari orang yang sehat. Membaca alam semesta yang disebut dengan
ayat kauniah akan memperkokoh ketahanan mental yang sehat dan tercerdaskan. Membaca alam
berarti melakukan penghayatan dan perenungan terhadap tanda-tanda kebesaran Allah melalui alam
sekitar. Inilah yang diterapkan oleh para ulul albab dalam menjaga stabilitas kejiwannya
(kesimbangan daya zikir dan fikir) yang dikenal dengan ta`qul. “(yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka 26M memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka (Qs. Ali
Imran :191)”. Membaca diri merupakan hal yang perlu dilakukan karena bermuara kepada
penyadaran. Tingkat kesadaran pada diri seseorang akan mempercepat pengambilan suatu keputusan
atau tindakan. Semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang akan kebutuhan atau ke kondisi
kesehatannya, maka akan semakin kuat pula perhatian, pengembilan keputusan untuk tindakan
serta melakukan berbagai upaya dalam menjaga kesehatanya. Inilah yang dikenal dengan tahu diri.
Orang yang tahu dengan dirinya maka ia akan kenal siapa Tuhannya. Orang yang selalu ingat kepada
Tuhannya maka Tuhannyapun tidak akan melupananya. Sebaliknya siapa yang lupa akan dirinya
lalu Allah akan melupakan dirin dan dilupakan pula oleh Tuhannya. “ dan janganlah kamu seperti
orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri.
mereka Itulah orang-orang yang fasik (Qs. Al-Hasyar: 19). Dengan demikian dakwah menggunakan
metode tilawah dimaknai dengan aktivitas dakwah yang disajikan beorientasi kepada proses
pemulihan (terapeutik) kondisi kesehatan pasien melalui proses penyadaran diri dengan
memabacakan ayat-ayat Allah (istisyfa` bi al-Qur`an) dan mentadaburi alam sebagai penguat bukti-
bukti kekeuasaan Allah yang mudah dicerna oleh jiwa manusia serta membaca diri agar semakin kuat
keyakinan-nya kepada Allah yang telah menciptakan diri manusia itu sendiri. Perlu dipertegas bahwa
hakikat dari konseling adalah pengentasan masalah dan menumbuhkan kemandirian hidup dalam
menghadapi bebrgai persoalan kehidupan,.

B. Takziyah
1.Pengertian Tazkiyah
Tazkiyah secara harfiah berasaldari akar kata zakka, yuzakki, tazkiyatanyang dimaknai dengan
pensucian atau proses pensucian. Tazkiyah selalu digandeng dengan kata nafs yang dikenal dengan
tazkiah al-nafas. Tazkiyah al-Nafs diartikan dengan proses pensucian jiwa.Nafs (jiwa) dalam literasi
keislaman dibagi kepada beberapa bagian meliputi aqliyah, qalbiah dan ruhiyah.Secara subatantif nafs
dalam khazanah Islam menurut Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir (2002:46), memiliki berberapa
pengertian seperti jiwa (soul), nyawa, ruh, konasi yang berdaya syahwat dan ghadab, kepribadian, dan
substansi psikosofik manusia. Nafs adalah potensi jasadi-rohani (psikofisik) manusia yang secara inheren
telah ada semenjak manusia siap menerimanya. Potensi ini terikat dengan hukum yang bersifat jasadi-
rohani. Semua pontensi yang terdapat pada nafs bersifat potensial, tetapi dapat aktual jika manusia
mengupayakannya.
Mujib (2002:47) juga menjelaskan bahwa strutur Nafs secara sumbatntif adanya di alam jasadai dan
ruhani, terkadang tercipta secara bertahap atau berproses dan terkadang tidak, antara terbentuk atau
tidak, berkadar atau tidak, dan dapat disipati atau tidak, naturnya antara baik-buruk, halus-kasar dan
mengejar, memiliki energi ruhaniah-jasmaniah, eksistensinya aktualisasi atau realisasi diri, antara terikat
dan tidak terikat ruang dan waktu, dapat menagkap antara yang konkrit dan abstrak, satu bentuk atau
beberapa bentuk, subtansinya antara abadi dan temporer serta antara dapat dibagi-bagi dan
tidak.Kalangan ilmuan psikologi membagi kepada kognitif, afektif dan konatif atau psikomotorik. Istilah-
istilah tersebut merupakan aspek batiniah manusia yang sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan
pisik lahiriah. Oleh karena itu pula pemsucian jiwa atau rohani manusian menjadi salah satu trendi topik
dari visi kerasulan dalam format dakwahnya (Qs. Al-Baqarah : 151).Tazkiyah dalam implemantasinya jika
merujuk kepada manhaj atau uslubas-shufiyah maka akan ditemukan adanya pentahapan yang mesti
dilalui seperti Thakally (pengososngan), Tahally(pehiasan/ pengisian) dan tajally(pembuktian-
pembuktian).

Penerapan dalam konseling Islam tazkiyah menjadi metode bagaimana terciptanya situasi dan
kondisi jiwa klien tetap dalam kesucian. Kesucian dimaksud terbebasnya klien dari berbagai gangguan
dan penyakit kerohanian seperti syirik, nifaq, takabur, hasad, riya, bakhil, sum`ah, hibah, namimah,
fitnah, al-hammy, al-hazan, jubni,ghalabtanndain, qah rirrijal. Semua penyakit ini akan merusak
kesehatan jiwa (shihah al-nafs).Oleh karena itu dalam praktiknya kegiatan terapi dalam konseling
berusaha untuk menghilangkan dari klien kebiasan-kebiasan buruk yang akan merusak stabiltas jiwanya
(rohaninya) dan mengisi (tahally) dengan riyadhat an-Nafsiyah melalui tauhid, ubudiyah dan
menerapkan riyadhah sufiyah sepertitaubat, wara`, zuhud, qanaah, syukur, sabar, ikhlas, yakin,
tawakkal, mahabbah dan ma`rifatullah.

Kemudian proses tajally diwujudkan dalam bentuk penerapan yang bersifat realistis dari asma-asma
Allah yang disebut dengan bertakhalluq bi al- akhlakillah(merealisasikan asma dan sifat Allah dalam
kehidupan dalam bentuk pemenuhan hak dan keawajiban hamba yang termuat di dalamnya.Jika
dikaitkan dengan dakwah terapeutik aplikasi metode bersifat teknis diarahkan kepada kiat-kiat dan
teknik yang berorientasi kepada upaya dalam menjaga, dan memelihara serta mempertahan kesucian
jiwa para umat yang didakwahi. Kesucian itu terimplementasi dalam bentuk sikap dan perilaku harian
yang tercermin dari cara berbicara (komunikasi), gaya hidup dan penampilan serta konsistensi ubdiayah
yang dikerjakan. Seorang da`i juga berusaha bagaimana cara dan teknik yang digunakan dalam kegiatan
dakwahnya juga mengacu kepada cara-cara yang suci dan mensucikan pula.

2. Metode Tazkiyah

Metode Dakwah Tazkiyah Perspektif DakwahInteraktif dalam mencari jalan pemecahan yang bersifat
qur`ani dan alami serta mandiri sesuai dengan keadaan dari kleinnya. Seperti dibalik kesulitan ada
kemudahan (Qs. Al Insyirah), siapa yang bertaqwa diberi jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi (at
Tahalaq: 2), siapa yang berbuat baik dalam keadaan beriman diberikan kehidupan yang baik ( an-
Nahl: 97), adapun kesulitan yang yang dialami dikarenakan oleh diri sendiri.

C. Taklimah
1. Pengertian Taklimah
Taklimah Ta`limah (taklimah) secara etimologi atau harfiyah berasal dari akar kata allama—yuallimu
—talimatan yang berati proses memberitahu atau pengajaran. Pengajaran yang dimaksudkan adalah
proses transformasi ilmu pengetahuan yang bersifat bertahap dan berkelanjutan yang tidak diikat oleh
apapun.

Para ahli bahasa Arab telah memberikan arti pada kata 'alima dengan beberapa arti. Arti-arti itu
dapat dilihat dalam penggunaannya dikalangan orang Arab. Such as inviting participation, 'alimatu'sy-
syai-a artinya ' araftu (mengetahui, Mengenal), 'alima bi'sy-syai-i artinya sya'ara (mengetahui, merasa),
Dan ' alima'r-Rajula artinya khabarahu (Memberi kabar kepadanya). Kata al-'ilmu ( ‫ ) العلم‬Yang merupakan
mashdar Dari ‫ علم‬bermakna idraku sy-syai-a bi haqiqatihi (mengetahui Sesuatu DENGAN Dering-
benarnya), sedangkan kata 'alima Sendiriartinya 'arafahu wa tayaqqanahu (mengetahui dn
meyakininya).

Al-Munawwir menyebutkan makna ‫ لم العلم‬dengan arti mengajar. Begitu juga dengan ‫ لّمه‬, artinya
hadzdzabahu (mendidik). Kata a'lama yang bentuk mashdarnya al-i'lam berarti memberitahu. Kata ta'lim
artinya talqinu'd-Darsi (PENGAJARAN) Dan bermakna at-tahdzib. Az-Zubaidi menyebutkan bahwa ta'lim
dan al-i'lam adalah satu makna, yaitu pemberitahuan. Sejalan dengan pendapat di atas, Al-Ashfahani
menambahkan penjelasan lebih rinci untuk membedakan makna di antara keduanya. menurutnya,

َ ‫َص ا ُل اللِ ْي َم اِ ْخت‬


‫َص ا لُ ال ُمتَ َعا‬ َ ‫ التَّ ْعلِ ْي َم اِ ْخت‬, ‫ار‬
ِ َ‫َص ا انَ اِ ْخب‬
َ ‫اال ْعالَ ْم اِ ْخت‬ ِ ‫لَ ْمتُهُ لَّ ْمتُهُ ْاالَصْ ِل‬
ِ َّ‫اح ٍد اِال‬

Kata a'lamtuhu dan 'allamtuhu pada asalnya satu makna, saja al-i'lam mengumumkan hanya
pemberitahuan yang cepat, sedangkan ta'lim bagi pemberitahuan yang dilakukan berulang-ulang dan
sering sehingga berbekas pada diri muta'allim (peserta didik) . Dan ta'lim adalah menggugah untuk
mempersepsikan makna dalam.

2. Metode Taklimah

Metode Dakwah Ta’limah Perspektif DakwahTa`limah (taklimah) secara etimologi atau harfiyah berasal
dari akar kata allama—yuallimu—talimatanyang berati proses memberitahu atau pengajaran.
Pengajaran yang dimaksudkan adalah proses transformasi ilmu pengetahuan yang bersifat
bertahap dan berkelanjutan yang tidak diikat oleh waktu dan ruang. Dapat pula dikatakan belajar
seumur hidup atau sepanjang waktu. Jika dicermati komposisi ayat dari surat al-Baqarah ayat 151,
maka dapat dipahami bahwa orientasi dan fokus pendidikan itu ditujuakan kepada tiga objek kajiannya
yang meliputi taklimulkitab, hikmah taklimu ma lam takun la ta`lam. Sebagian mufassir menfsirkan
taklimul kitab dengan mempelajari alQur`an, taklimul hikmah(hadis) dan ta`limu ma lam takun la
ta`lam( syari`at).27Jika dikaitkan dengan dakwah terapeutik maka cara yang digunakan oleh da`i
bersifat mendidik, membangkitkan rasa ingin tahu almad`unya untuk mau mempejarai al-Qur`an,
sunnah dan syariat Islam untuk kesempurnaan dari kemuslimannya. Perlu jua ditegaskan bahwa
dalam al Qur`an dan sunnah serta ajaran syariat Islam, sarat dengan nilai-nilai kesembuhan yang
bersifat hakiki.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun tilawah secara istilah adalah membaca Al Qur'an dengan bacaan yang menampakkan huruf-
hurufnya dan berhati-hati dalam melafadzkannya agar lebih mudah untuk memahani makna-makna
yang terkandung di dalamnya.“Sesungguhnya orang-orang bertilawah terhadap kitab Allah.” (QS: Faatir
ayat 29). Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: “Orang-orang yang Kami datangkan kepada mereka
Al-Kitab (Al-qur’an), mereka bertilawah (membacanya) dengan benar.” (QS: Al-Baqarah ayat 121).
Tazkiyah secara harfiah berasaldari akar kata zakka, yuzakki, tazkiyatanyang dimaknai dengan pensucian
atau proses pensucian. Tazkiyah selalu digandeng dengan kata nafs yang dikenal dengan tazkiah al-
nafas. Tazkiyah al-Nafs diartikan dengan proses pensucian jiwa.Nafs (jiwa) dalam literasi keislaman
dibagi kepada beberapa bagian meliputi aqliyah, qalbiah dan ruhiyah.Secara subatantif nafs dalam
khazanah Islam menurut Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir (2002:46. Taklimah Ta`limah (taklimah) secara
etimologi atau harfiyah berasal dari akar kata allama—yuallimu—talimatan yang berati proses
memberitahu atau pengajaran. Pengajaran yang dimaksudkan adalah proses transformasi ilmu
pengetahuan yang bersifat bertahap dan berkelanjutan yang tidak diikat oleh apapun.

B. Saran

Makalah ini bnyak memiliki kekurangan dalam pembuatannya maka dari itu kami meminta kritikan nya
dari pembaca agar kami sebagai penulis bisa membuat makalah lebih baik lagi

Daftar Pustaka

Al-Qur`an al-Karim Al- Mu`jamul Wasiith, Vol.l ,`Aidh al-Qarni, 2005, La Tahzan Innallaha Ma`ana; Jangan
Bersedih, Jakarta, Qisthi Press
A.R. Henry Sitanggang, 1994, Kamus Psikologi, Bandung, Armico
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, 2001,
Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta, PT. RajaGrafindo PersadaAli Aziz, Moh., 2009, Ilmu
Dakwah,(edisi Revisi), Jakarta: Kencana Pernanda Media Group Achmad Mubarok, 2005, Meraih
Kebahagiaan dengan Bertasawuf (Pendakian menuju Allah), Jakarta,
ParamadinaAl-Ahmad, bdul Aziz bin Abdullah, 2006, Kesehatan Jiwa: Kajian Korelatif

Pemikiran Ibnu Qayyim dan Psikologi Modern, Jakarta, Pustaka AzzamAhsin W. Al-Hafidz, 2007, Fikih
Kesehatan, Jakarta, AmzahAsep Muhiddin, 2002, Dakwah dalam Perspektif al-Qur`an, Bandung, Pustaka
Setia
Chaplin, C.P.,1989, Kartini Kartono (penejemah), Kamus Lengkap Psikologi,

Jakarta, CV RajawaliDrever, James, 1986, Kamus Psikologi, Jakarta, PT Bina Aksara

Fuad Hasan dan Koentjaranigrat,1997,beberapa Asaz Metodologi Ilmiyah,di dalam Koentjaranigrat


(Ed),Metodologi

Penelitian Masyarakat , Jakarta : Gramedia Hasanudin, 1996, Hukum Dakwah,Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya
Hawa, Sa`id, 2000, al-Mukhtalas fii-Tazkiyatil Anfus, Kuwait: Darussalam, edisi Indonesia Mensucikan
Jiwa; Konsep Tazkiyatun- Nafs Terpadu: Intisari Ihya`

Ulummiddin al-Ghazali, Jakarta, Robbani Press

Hawa, Said, 2000, Al-Muhtalishu fi Tazkiyatiil an-Fus, Edisi Indonesia Mensucikan Jiwa Konsep
Tazkiyatunnafs
terpadu, Jakarta, Robbani Perss Jakarta Isep Zainal Arifin, 2009, Bimbingan Penyuluhan Islam;
Pengembangan Dakwah melelui Psikoterapi Islam, Jakarta, PT. RajaGrafindo PersadaM. Arifin,Ilmu
Pendidkan Islam,1991, Jakarta: Bumi AksaraAl-Jauzi, Ibn Qayyim, t.th., al-Da`u wa al-Dawa`u al- Ajwibu
al-Kaafi liman Saala `Aanil al-Dawa`i al-Syafi, t.tp., al-Dar al-Kautsar

Al-Jauzi, Ibnul Qayyim, 2005, AdDa` wa ad-Dawa`, Kairo, Darul Kautsar, edisi bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai