Anda di halaman 1dari 20

Hakikat dan Dasar Pendidikan Islam

Eggy Chandra, Fathurohman dan Fahrizal Nur Shaleh

Program Studi Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Jl.Cimencrang, Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat 40292

eggychandra19@gmail.com

Abstrak :

Pendidikan islam adalah membimbing dan mengarahkan petumbuhan dan perkembangan


peserta didik dari tahap ketahap kehidupannya sampai ketitik kemampuan optimal.

Pendidikan islam harus melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia,
sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun
rohani, baik secara fisik maupun mental dan segala kegiatannya di bumi ini.

Kata kunci : pendidikan, pendidikan islam, tujuan, fungsi, jenis, ciri khas

1. Pendahuluan

Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan


manusia menuju kedewasaan, baik secara akal, mental, maupun moral, untuk
menjalankan fungsinya sebagai seorang khalifah fil ardhi. Dengan demikian,
fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan generasi penerus (peserta
didik) dengan kemampuan dan keahliannya yang diperlukan agar memiliki
kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke lingkungan masyarakat yang
berbekalkan al-Qur’an dan as-Sunnah.

Dasar pendidikan ialah pandangan yang mendasari seluruh aktifitas pendidikan


baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan maupun pelaksanaan
pendidikan. Karena pendidikan merupakan bagian sangat penting dari
kehidupan dan, secara kodrati, manusia adalah makhluk pedagogik, maka
dasar pendidikan yang dimaksud tidak lain ialah nilai-nilai tertinggi yang
dijadikan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa dimana pendidikan
itu berlaku. Karena yang kita bicarakan adalah pendidikan Islam maka
pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan ini ialah
pandangan hidup Islami atau pandangan hidup Muslim yang pada hakikatnya
merupakan nila-nilai luhur yang bersifat transenden, universal, dan eternal
(abadi).

2. Metode Penilitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan. Kajian deskriptif ini


dilakukan dengan mengumpulkan data terlebih dahulu, mengklasifikasi data lalu
merumuskan kaidah-kaidah terhadap keteraturan yang terdapat dalam keteraturan data itu
agar sesuai dengan tujuan penelitian yang kami lakukan.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan pe’ dan akhiran an
yang mengandung arti perbuatan ( hal, cara dan sebagainya ). Istilah pendidikan semula
berasal dari bahasa yunani, yaitu “ paedagoie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada
anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan education yang
berarti pegembangan atau bimbingan atau dalam bahasa arab sering diterjemahkan dengan
“tarbiyah” yang berarti pendidikan.

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang


diberikan dengan disengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang
atau kelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat dan penghidupan yang
lebih tinggi ( mental ). Dengan demikian pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam
pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah
kedewasaan. Dalam konteks ini, orang dewasa yang dimaksud bukan berarti pada kedewasaa
fisik belaka, akan tetapi bias pula dipahami kepada kedewasaan psikis.
B. Pengertian Pendidikan Islam.

Istilah pendidikan dalam koneksi islam pada umumnya mengacu kepada tern al-tarbiyah,
al-tadib dan al-ta’lim. Dari ketia istilah tersebut tern yang populer digunakan dalam praktik
pendidikan islam ialah term al-tarbiyah, sedangkan term al-tadib dan al-ta’lim jarag sekali
digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan
pendidikan islam. Untuk itu perlu dikemukakan uraian dan analisis terhadap term ketiga
pendidikan islam tersebut dengan beberapa argumentasi tersendiri dari beberapa pendapat
para ahli pendidikan islam.

a. Al-Tarbiyah

Istilah tarbiyah menurut Al-Raghib al-Asfahaniy berasal dari kata Rabba yang berarti
insya al-syai halan fahalan ila had al-taman1 artinya menumbuhkan sesuatu cara bertahap
hingga batas kesempurnaan. Maka arti rabba dalam pandangannya adalah semakna dengan
ansyaaa yunsyiau-insyaa ( al-insya ) dengan arti menumbuhkan atau mengembangkan
( secara berangsur-angsur ). Dalam pengertian tersebut memberi isyarat :

1. Bahwa pendidikan itu adalah perbuatan secara sengaja, secara sadar, terencana dan bersifat
gradual serta memiliki pertahapan. Begitu juga dalam proses pendidikan harus dilakukan
secara bertahap pula yaitu dengan memulainya dari hal-hal yang bersifat konkrit ke hal-hal
yang bersifat abstrak, dari hal mudah ke hal sulit. Hal semacam ini menurut Abd. Al-Rahman
al-Nahlawiy sesuai dengan tuntutan Al-quran dan isyarat-isyaratnya yang mulai harus
ditetapkan dalam pendidikan islam. Al-Quran memang memulai pembicaraan dari yang
besifat konkrit ( al- mahsus ) seperti membicarakan hujan, angina, tumbuh tumbuhan, petir
dan lain-lain yang memang dapat dilihat. Kemudian baru pindah ke hal yang bersifat abstrak
sebagai kelaziman dan maujudnya segala sesuatu itu, yaitu berupa adanya Allah dengan
segala kebesaran-Nya2

Disamping itu turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW, secara berangsur
angsur dan sesuai dengan kondisi umat saat itu. Hal tersebut merupakan isyarat bahwa dalam
mendidik anak haruslah secara bertahap dan bersifat simultan, dengan materi ajar yang
seirama dengan tahap perkembangan jiwa anak. Sekalipun term al-Tarbiyah dalam bentuk
kata jadian ( masdhar ) tidak ditemukan dalam al-Qur’an secara eksplisit, hanya dalam bentuk

1
Al-Ragib al-Asfahaniy, Mu’jam Mufradat Fi alfadz Qur’an ( Beirut:Dar al-Fikr) h. 189
2
Abd.Al-Rahman al-Nahiawly,Ushul Al-Tarbiyah al-islammiyah wa asali buha fi al-Bait wa al-Madrasah wa al-
Mujtama ( Beirut:Dar al-Fikr 1996) h. 23
isim masdhar ( Rabb ) sebagai asal kata Tarbiyah dan befungsi sebagai mudhaf atau mudhaf
ilahi yangdiemui dalam Al-Qur’an berulangkali menunjukanbahwa, masalah
pendidikanmeruakan masalah hidup dan kehidupan manusia.3Pendidikan ( tarbiyah )
merpakan salah satu kebutuhan esensial manusia. Hal ini berarti bahwa pendidikan
merupakan salah satu bagian kebutuhan esensial manusia. Hal ini berarti bahwa pendidikan
merupakan salah satu bagian terpenting dalam ajaran islam. Dengan demikian pendidikan itu
merupakan salah satu bagian krusial dalam kehidupan manusia sesuai dengan tujuan
penciptaan manusia itu sendiri, yaitu dipersiapkan sebagai pengabdi dan sekaligus sebagai
khalifah ataupun mandataris Allah dimuka bumi.

2. Bahwa Allah sebagai Rabb dengan arti pemilik, penjaga dan pendidik memiliki sifat sifat
dan karakteristik yang hendaknya dimiliki pula oleh semua tenaga kependidikan, dan
terutama tentunya pendidik. Seorang pendidik dalam pendidikan islam haruslah meneladani
dan memiliki sifat-sifat rabbaniyyah dalam melaksanakan tugas mendidik umat.

Salah satu kesan yang dimunculkan istilah tarbiyyah itu adalah sifat yang terkandung dalam
istilah itu sendiri. Seorang pendidik haruslah bersifat rabbaniy.

Firman Allah SWT :

Tidaklah wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-kitab,al-hikmah dan
kenabian, lain ia berkata kepada manusia : Hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi ( ia berkata ) : Hendaklah kamu menjadi
orang-orang yang bersifat rabbaniy, karena kamu selalu mengajarkan al-kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya. ( QS. Ali Imran 3 : 79 ).

Para mufassir berbeda pendapat tentang makna rabbaniy seperti yang terdapat dalam surat
diatas diantaranya pendapat mufassir sebagai berikut :

a.) Zamakhsyariy berpendapat bahwa Rabbaniy itu menunjukan bijaksana, berilmu dan
bersifat lemah lembut terhadap anak didiknya. Sedangkan ahmad shawiy, berpendapat
rabbaniy dalam ayat itu menujukan orang-orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya.4

3
Ahamad Nasiq.Ushul Al-Tarbiyah, ( Mesir: Masyurat al-Jami’ah al-Maftuhah, 1996 ) h.16
4
Ahmad al-Shawiy al-Malikiy,Hasyiat al-Allamah al-shawly ‘ala Tasfir al-jalalan, al-Mujallad al-Awwal
( Semarang:Thaha Putra) h. 164
b.) Quraisy Shihab berpendapat bahwa salah satu karakteristik alquran dalam bidang
pendidikan adalah adanya tuntutan untuk bersatunya kata dengan sikap. Dengan demikian
dalam pandangan ahli tafsir ini, keteladanan seorang pendidik ( murabbly ) merupakan salah
satu andalan pendidikan yang berdasarkan al-Qur’an.5

c.) Syihbuddin juga menginterpretasikan makna rabbayin dengan orang-orang yang


memahami kandungan al-Qur’an berupa hikmah-hikmah ilahiah dan rahasia-rahasia yang
bersifat rabbaniy, karena mereka adalah orang-orang yang selalu membersihkan dirinya dari
kotoran kemusyrikan dan menghiasi diri dengan ahklak mulia.6

Berdasarkan penafsiran diatas, ditemukan bahwa istilah tarbiyah berasal dari kata rabb dan
dari kata ini pula munculah istilah rabbaniy, maka term Rabb al-Alamin yang terdapat di
awal surat al-fatihah melukiskan Tuhan dengan segala sifat-Nya dan menyentuh kepada
seluruh mahkluk. Hanya saja dalam pandangannya, penggunaan tarbiyah dengan arti
pendidikan itu terlalu luas, sebab tidak hanya digunakan untuk manusia, akan tetapi juga
untuk mahkluk-mahkluk Allah lainnya. Hal ini dapat dilihat pemakaiannya dalam al-Qur’an
dalam bentuk kata kerja, memang lebih terkonsentrasi kepada makna menjaga/mengasuh
secara umum terutama diwaktu kecil dan juga mencakup untuk seluruh makhluk Allah SWT
seperti yang tertera dalam al-Qur;an.

Uraian diatas secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan islam adalah
bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai pendidik seluruh ciptaanya.,
termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan islam yang dikandung
dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat nsur pendekatan yaitu :

1. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa ( baligh )

2. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan

3. mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan

4. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.

Penggunaan term al-tarbiyah ntuk menunjukan makna pendidikan islam dapat dipahami
dengan merujuk firman Allah SWT.

5
Muhammad Quraisy Shihab,Wawasan Al-Qur’an:Tafsir Maudhu ( Bandung : Mizan,1996) h.11
6
Syihabuddin, Ruh al-Ma’aniy Fi Tafsir al-Qur’an al-Adzim wa al-saba al-Matsaniy ( Beirut:Dar al-kuth al-
ilmiyyah) h.417
Artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah : “wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil. ( QS. Al-Israd 17: 24 )

Dengan demikian, term al-tarbiyah mengandung arti pemeliharaan/penjagaan atau pengaturan


terhadap segala sesuatu secara luas. Hal ini menunjukan bahwa termal-tarbiyah tesebut
mengandung makna yang melebihi tuntunan dari kata pendidikan tersebut.

b. Al-Talim

Seperti halnya istilah tarbiyah,term ta’lim-pun memilki cakupan makna yang luas seperti
yang tertera diberbagai tempat dalam al-quran. Diantaranya ada yang bermakna informasi
pengetahuan yang belum diketahui manusia sebagai sebuah keutamaan baik melalui lisan
maupun tulisan, seperti yang terdapat dalam surat al-kahf ayat 65-66 yaitu tentang potongan
ayat “allama” dengan arti memberitahukan informasi yang belum diketahui sebelumnya.
Menurut informasi al-Quran, Ta’lim dengan arti pengajaran telah dimulai sejak manusia
keluar dari perut ibunya masing-masing ( sejak kelahiran ). Pada saat manusia muncul
pertama kali dialam dunia, mereka tidak tahu apa-apa, lalu Allah anugerahi mereka dengan
berbagai fasilitas kehidupan dan sarana untuk memperoleh pengetahuan seperti pendengaran,
mata,

Muhammad Ali al-shabuniy menjelaskan tafsiran ayat ini sebagai berikut :

Diantara nikmat Allah Taala bagi manusia ialah, ia telah mengeluarkan manusia dari perut
ibunya masing-masing dalam keadaan belum tahu sesuatu, lalu mereka diberikan rezeki
berupa alat pendengaran untuk bias mendengarkan suara, dan penglihatan untuk bisa melihat
dan juga afaidah berupa akal. Seluruh kekuatan dan panca indra itu menjadikan manusia
secara berangsur-angsur menemukan sesuatu.

Dalam al-Quran memang istilah Ta’lim dalam bentuk kata jadian tidak pernah ditemui, yang
sering dijumpai adalah dalam konteks kata kerja ( fiil ) baik dalam bentuk kata kerja masa
lalu ( fiil madi ) maupun bentuk kata kerja ( fiil mudhari, masa sekarang atau masa yang akan
datang ) yang kelihatannya mengacu kepada kalimat berita ( khabariyyah ). Diantara ayat Al-
Qur’an memuatnya sebagai berikut :
Firman Allah SWT :

Sesngguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantaranya mereka seorang Rasul dan golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan ( jiwa ) mereka dan
mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah dan sesungguhnya sebelum ( kedatangan
Nabi ) itu mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. ( QS.Ali-Imran : 164 )

Ayat-ayat tersebut menyatakan bahwa kehadiran Rasul ( Muhammad SAW ) itu


ditengah-tengah umat manusia membawa misi tertentu yaitu membacakan ayat-ayat Allah
( Tilawat al-kitab ) kepada umat manusia, membersihkan jiwa manusia ( tazkiyat al-nafs )
dan mengajarkan al-kitab dan al-hikmah ( ta’lim al-kitab wa al-hikmah ) kepada mereka.
Berkenaan dengan misi membacakan dan mengajarkan “ Abuddin Nata berpendapat bahwa,
tugas tersebut terkaitdengan tugas sebagai pengajar berupa pemindahan ilmu pengetahuan
( transfer knowledge ) dan transformasi ilmu pengetahuan ( transformation knowledge ).
Sementar mensucikan (al-tazkiyah).

Terkait dengan tugas seseorang sebagai pendidik. Term ta’lim yang berasaldari akar “
allama yu’allimu-ta’lim “ sebagimana halnya istilah tarbiyyah adalah sama bersifat transitif
( mut’adiy), menunjukan perbuatan secara sengaja dan dilakukan secara berulang-ulang.
Sedangkan kata benda aktifnya ( isim fa’il ) adalah mualllim dengan arti guru. Dengan
demikian, term al-Ta’lim dengan arti pengajaran merupakan tansmisi pengetahuan. Menurut
pandangan Ibrahim Abdullah al-Takhsis dibatasi oleh waktu, umur dan tempat. Sedangkan
tarbiyah dimulai sejak kelahiran dan berakhir dengan kematian 7. Oleh karena itulah, term
tarbiyyah lebih luas jangkauanya disbanding dengan term ta’lim.

Disamping itu, apabila diamati potongan ayat dengan term al-ta’lim dengan berbagi
bentuknya, berasal dari kata allima dengan arti mengetahui atau punya ilmu, menunjukan
bahwa, seseorang yang berkiprah dalam pengajaran itu haruslah menguasai ilmu dalam

7
Ibrahim Abdullah al-Thakhis, al-Idarah al-Tarbawiyyah( Riyad: Dar Ibn Sina,1997 ) h. 13
bidang keahliannya secara mendalam dan mempunyai wawasan dan ilmu yang luas dalam
bidang ilmu lainnya, terutama yang berkaitan dengan keahliannya.

c. Al-Ta’dib

Istilah Al-Ta’dib sama halnya dengan istilah-istilah sebelumnya tidak ditemukan didalam
a—Quran secara eksplisit,namun ada sejumlah hadis yang memakai term “ta’dib” dengan
bentuk kata kerja ( addaba ) yang berasal dari akar kata tsulatsit mujarrod ( addaba ) dengan
arti allamhu al-adab mengajarinya sopan santun atau kebudayaan.Sedangkan istilah “
taaddabi “ berarti belajar sopan santun.

Diantara hadis yang memakai lafadz “ addaba ) adalah redaksi yang berasal dari Ibnu Mas’ud
seperti tertera dibawah ini.

Tuhanku telah mendidikku ( addaba ) lalu ia berikan kepadaku pendidikan yang baik ( ahsanu
ta’dib ) ( hadis dikutip ibn sam’aniy dalam bukunya pada bab “Adab al-imla berasal dari
ibnu mas’ud )8

Hadis ini dapat dikatakan merupakan testimoni dari Rasul SAW bahwa ia dididik dan dibina
langsung oleh Allah.9 Dipersiakan sedemikian rupa dengan pendidikan karena mengigat
tugasnya yang berat sebagai Pembina umat. Pandangan seperti ini identik dengan pendapat
al-khuliy yang mengatakan :

Rasul SAW itu benar benar dididik oleh Allah yang Maha A’lim dan Maha Hakim. Ia dididik
dengan materi yang sangat berbobot yaitu ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan kepadanya.10

Menurut Al-Atas, istilah yang paling tepat untuk menunjukan pendidikan islam adalah al-
ta’dib. Konsep ini seperti dalam hadis Nabi SAW diatas. Kata adabba dalam hadis diatas
dimaknai al-attas sebagai mendidik. Selanjutnya ia mengemukakan, bahwa hadis tersebut
biasa dimaknai kepada Tuhanku telah membuatku mengenali dan mengakui dengan adab
yang dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkan-Nya kedalam diriku, tempat-tempat
yang tepat bagi segala sesuatu didalam penciptaan, sehingga hal ini membimbingku kearah
pengakuan dan pengenalan tempat-Nya kedalam diriku, tempat-tempat yang tepat didalam
tatanan wujud dan kepribadian, serta sebagai akibatnya ia telah membuat pendidikanku yang
paling baik. Berdasarkan batasan tersebut, maka al-ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan
8
Jalaludin Ibn Abu Bakar al-Suyuthiy,al-jami al-shagir fi ahadhis al-Basyir al-Nadzire, Juz 1-2 ( Beirut Daral-Kutb
al-ilmiyyah) h.25
9
Ustman Qadriy Makanisyl,Al-Tarbiyah al-Nabawiyyah ( Beirut Dar ibn Hazm,1997 ) h.11
10
Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Bulan Bintang,1979 ) h.399
yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam diri manusia ( peserta didik ) tentang
tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan.

Dengan pendekatan ini, pendidikan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing arah
pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud kepribadiannya.11
Dengan demikian istilah al-ta’dib merupakan term yang paling tepat dalam khazanah bahasa
arab karena mengandung arti ilmu, kearifan, keadilan, kebijaksanaan, pengajaran dan
pengasuhan yang baik sehingga makna al-Tarbiyyah dan al-Ta’lim sudah tercakup dalam
term al-Ta’dib.

2. Secara Terminologi

Para ahli telah mencoba memformulasikan pengertian pendidikan islam, diantaranya :

a. Al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan islam adalah proses mengubah tingkah


laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses
tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas dan profesi
diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.12

b. Ali Khalil al-Ainaini menyatakan sebagai berikut :

Pendidikan islam berusaha menjadikan peserta didik menjadi hamba Allah yang saleh,
menjadi muslim dan mukmin, yang hanya mengharap wajah Allah, befikir sampai ketingkat
ma’rifat Allah, memegang teguh sunnah, tidak memperturutkan hawa nafsu, tidak mau
bertaqlid, memiliki pribadi yang seimbang, berpegang teguh dengan nama Allah, sehat
jasmani, berahklak, berjiwa seni dan berjiwa sosial13

c. A. Daeng Marimba berpendapat, bahwa pendidikan islam adalah bimbinan jasmani atau
rohani berdasarkan hokum agama islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran islam.14

Dengan demikian, misi ajaran islam itu sesunguhnya sejalan dengan misi pendidikan,
yaitu terwujudnya manusia yang paripurna ( insan kamil ) sehat jasmani dan rohani serta akal
pikirannya ( berahlak mulia ) serta memilki pengetahuan, dan keterampilan hidup ( life skill )
yang memungkinkan dapat memanfaatkan berbagai peluang yang Allah ciptakan dimuka

11
Ibid h.61
12
Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Bulan Bintang,1979 ) h.399
13
Ali Khalil Abu al-Ainani, Filsafat al-Tarbiyah al-islamiyyah, ( Kairo:dar al-Fikr al-Arabiy,1980) h.399
14
A.Daeng Marimba,Pengantar filsafat pendidikan Islam, ( Jakarta:Pustaka Al-Husna,1985) h. 4
bumi, serta dapat mengolahnya demi kemaslahatan hidupnya secara pribadi dan untuk
kemaslahatan bersama secara umum.15

C. Tugas Dan Fungsi Pendidikan Islam

Pada hakikatnya pendidikan islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontinyu
dan berkesinambungan. Bedasarkan hal ini maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh
pendidikan islam adalah pendidikan manusia seutuhnya sampai akhir hayat. Secara umum
tugas pendidikan islam adalah membimbing dan mengarahkan petumbuhan dan
perkembangan peserta didik dari tahap ketahap kehidupannya sampai ketitik kemampuan
optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas
pendidikan berjalan dengan lancar.

Telaah literature diatas dapat dipahami bahwa tugas pendidikan islam setidaknya dapat
dilihat dari 3 pendekatan. Ketiga pendapatan tersebut adalah pendidikan islam sebagai
pengembangan potensi, proses pewarisan budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya.
Sebagai pengembangan potensi, tugas pendidikan islam adalah menemukan dan
mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki peseta didik, sehingga dapat
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara bagi pewarisan budaya, tugas pendidikan islam adalah alat transmisi unsur-
unsur pokok budaya dari satu genrasi kegenerasi berikutnya, sehingga identitas umat tetap
terpelihara dan terjamin dalam tantangan zaman. Adapun sebagai interaksi antara potensi dan
budaya, tugas pendidikan islam sebagai proses transaksi ( memberi dan mengadopsi ) antara
manusia dan lingkungannya. Dengan proses ini, peserta didik ( manusia ) akan dapat
menciptakan dan mengembangkan keterampilan keterampilan yang diperlukan untuk
mengubah dan memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya. Untuk
menjamin terlaksananya tugas pendidikan islam secara baik hendaklah terlebih dahulu
dipersiapkan situasi-kondisi pendidikan yang bernuansa elastis, dinamis, kondusif yang
memungkinkan bagi pencapaian tugas tersebut. Hal ini berarti bahwa pendidikan islam
dituntut untuk dapat menjalankan fungsinya, baik secara struktural atau institusional.

Secara struktural, pendidikan islam menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur
jalannya proses pendidikan, baik pada dimensi vertikal maupun horizonyal. Sementara secara
institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya

15
Qs.Al-Baqarah ( 2 ) : 29
dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang.
Untuk itu, diperlukan kerjasama berbagai jalur dan jenis pendidikan mulai dari sistem
pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.

Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilhat dari dua bentuk, yaitu :

1. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan,


nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan nasional.

2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya
ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga-
tenaga manusia ( peserta didik ) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan
sosial dan ekonomi yang demikian dinamis.

D. Ciri Khas Pendidikan Islam

Ciri Khas Sistem Pendidikan Islam Metodologi Islam dalam melakukan pendidikan
adalah dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga
tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun rohani, baik
secara fisik maupun mental dan segala kegiatannya di bumi ini. Islam memandang manusia
secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat di dalam dirinya, atas dasar fitrah
yang telah diberikan Allah swt. Kepadanya.16 Itulah ciri-ciri yang paling menonjol dalam
strategi Islam. Ciri-ciri itu pada dasarnya merupakan ciri-ciri manusia yang baik dan oleh
sistem Islam tersebut diusahakan diterapkan di dunia nyata. Ciri-ciri itu meliputi; keterpaduan

yang lengkap, keserasian, kepositifan dan realisme yang idealistik. Ciri-ciri itu memiliki
keistimewaan-keistimewaan dalam beberapa segi yaitu:

a. Sistem Ibadah Bentuk sistem pendidikan Islam yang paling utama adalah ibadah. Ibadah
tidak hanya terbatas pada salat, puasa dan zakat, tetapi lebih luas dari pada itu, yaitu
kebaktian yang hanya ditujukan kepada Allah Swt., mengambil petunjuk hanya dari-Nya
tentang persoalan dunia dan akhirat, kemudian mengadakan hubungan yang terus menerus
dengan Allah swt. tentang semuanya itu. Hubungan dengan Allah swt. itu sesungguhnya
merupakan metodologi itu sendiri secara keseluruhan. Dari hubungan itulah muncul segala
persoalan dan kepada hubungan itu akhirnya semua persoalan dikembalikan.17

16
Muḥammad Quṭb, Sistem Pendidikan Islam (Bandung: al-Ma’arif, 1993), h. 27.
17
Ibid., h. 48-49.
b. Pembinaan Rohani Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap rohani.
Menurut pandangan Islam, rohani adalah pusat eksistensi manusia dan menjadi titik perhatian
pandangan Islam. Rohani adalah landasan tempat sandaran eksistensi itu seluruhnya serta
dengan rohani itulah seluruh alam ini saling berhubungan. Ia merupakan pemelihara
kehidupan manusia. Ia merupakan penuntun kepada kebenaran, singkatnya merupakan
penghubung antara manusia dengan tuhan. Islam memberikan perhatian yang sangat besar
terhadap pembinaan rohani, ia merupakan suatu agama fitrah.

c. Pendidikan Intelektual Islam adalah agama fitrah. Islam menghormati tenaga-tenaga


manusia seluruhnya. Tenaga-tenaga itu adalah karunia Tuhan Yang Maha Pemberi. Dia
memberinya menurut jumlahnya yang tepat, tidak terkurangi dan tidak terlebihkan sedikitpun
dari ukuran tersebut, dan memanfaatkannya secara penuh untuk kebaikan dan kesejahteraan
umat manusia di dunia. Dengan demikian terlihatlah bahwa Islam.

menghormati tenaga-tenaga akal, mendorong dan membinanya supaya berjalan di atas


jalannya yang benar

d. Pendidikan Jasmani Islam menghormati daya jasmani dengan sebaik-sebaiknya, tidak


membiarkannya sebagaimana adanya, dan tidak pula membiarkannya lepas begitu saja.
Tetapi ia membenahi dan mengarahkan jalannya, karena sesuai dengan sifatnya, bila ia
dibiarkan begitu saja, ia tidak akan berjalan di atas relnya dan akan merusak eksistensinya.

E. Pendidikan Islam Sebagai Suatu Sistem

a. Pendidikan Islam sebagai suatu sistem

Menurut Ryan sistem adalah sejumlah elemen ( objek,orang, aktivitas,rekaman,informasi


dan lain-lain) yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur, dan
merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang dapat diamati
( dapat dikenal wujudnya ) sedangkan tujuan tercapai. 18 Sedangkan menurut Sanafiah Faisal
istilah sistem menuju kepada totalitas yang bertujuan dan tersusun dari rangkaian unsur dan
komponen.19

Pada umumnya sistem sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Terdiri dari unsur-unsur yang saling berkaitan ( interpedent ) antara satu sama lainnya.
18
DG Ryan, System Analysis, in education planning, ( London: Roadledge dan Kegan Parel, 1982) h. 63-64
19
Sanafiah Faisal, Pendidikan luar sekolah didalam sistem pendidikan Nasional, ( Surabaya: CV Usaha Nasional,
1981) h.25
2. Berorientasi pada tujuan ( goal oriented ) yang telah ditetapkan.

3. Didalamnya terdapat peraturan-peraturan tata tertib berbagai kegiatan dan sebagainya.20

Sistem adalah suatu kesatuan dan komponen-komponen yang masing-masing berdiri


sendiri tetapi saling terkait satu dengan yang lain, sehingga terbentuk suatu kebulatan yang
utuh dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Komponen-komponen yang berada didalam
sistem pendidikan sangat beragam. Noeng Muhadjir mensistematisasi komponen tersebut
dalam tiga kategori, yaitu:

1. Bertolak dari lima unsur dasar pendidikan meliputi yang memberi, yang menerima, tujuan,
cara/jalan dan konteks positif

2. Bertolak dari empat komponen pokok pendidikan, meliputi kurikulum, subjek didik,
personifikasi pendidik dan konteks belajar mengajar.

3. Bertolak dari tiga fungsi pendidikan meliputi pendidikan kreatifitas, pendidikan moralitas
dan pendidikan produktifitas.

Berangkat dari beberapa batasan diatas, sistem pendidikan dapat dibagi atas 4 unsur
utama, yaitu :

1. Kegiatan pendidikan yang meliputi pendidikan diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan,
pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain.

2. Binaan pendidikan mencakup : jasmani, akal dan qalbu

3. Tempat pendidikan mencakup rumah tangga, sekolah dan masyarakat.

4. Komponen pendidikan mencakup: dasar tujuan pendidikan, peserta didik, materi, metode,
media dan evaluasi.

Berdasarkan kategori sistem pendidikan tersebut maka yang menjadi persoalan adalah “
apakah pendidikan islam memiliki sistem tersendiri, ataukah sistem pendidikan islam itu
sama dengan sistem pendidikan kontemporer sambil mencantumkan beberapa ayat atau hadis
yang relevan. Nampaknya berdasarkan telaah literature pendidikan islam, terlihat secara jelas
bahwa pendidikan islam memiliki sistem tersendiri yang berbeda dengan sistem pendidikan
yang dikembangkan secara umum, terutama sistem pendidikan Barat.

20
J.WGetz and EG.Cuba,Social Behavior and Administratif Process, ( School Review, 65, 1975) h.432
b. Perbedaan sistem pendidikan islam dengan sistem pendidikan Non-islam

1. Sistem idiologi

Pendidikan islam menganut sistem idiologi tauhid, yaitu ideology yang bersumberkan al-
Qur’an dan al-sunah al-nabawiyah, sistem idiologi tauhid adalah salahsatu karakteristik
pendidikan islam, dan itu pula yang membedakan dengan berbagai sistem pendidikan-
pendidikan lainnya, sistem pendidikan non islam memilki berbagai macam idiologi yang
bersumber dari materialism, sosialisme, komunisme, rasionalisme dan sebagainya.

Sistem idiologi tauhid yang dimaksudkan di sini adalah suatu keyakinan yang menetap dalam
diri tentang keesaan Allah dengan segala sifat kesempurnaan-nya , menurut muhamad
Nu’aim yin, tuhid bemakna al iman bi Allah aza wa jail, ala lah al-khalaq wa al-Amr
Tabaruka Allah Rabb al Alamin. Di samping mengesakan tuan dengan segala sifat-sifatnya
itu juga meyakini kesatuan penciptanya (unity of creation ), kesatuan kemanusiaan (unity of
menkid), dan kesatuan tuntutan hidup (unity of purpose o life). Berdasarkan kerangka dasar
tauhid dengan pengertin yang telah di ilustrasikan di atas, maka didalam pendidikan islam
tidak ada ketentuan tindakan dualisme, dikotomis bahkan sekularis.

Pendidik islam yang mengant sistem ideology tauhid merefleksikkan bahwa seluruh cakupan
pendidikan berupa pendidikan, peserta didik, kurikulum, tujuan pendidikan dan metode serta
media berada dalam satu kemasan yang sinergis integritas dan bersifat depedensi, menopang
satu sama lain . pendidika islam yang bercirikan sistem ideology tauhid itu adalah pendidikan
manusia seutuhnya, menyentuh akal dan budiny, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
keterampilannya. Sebab pendidikan islam itu berspektasi menciptakan manusia untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih dalam kondisi bagaimnapun juga, baik dalam keadaan
damai maupun dalam keadaan perang oleh karena itu seperti halnya Muhamad Natsir,
berpendapat bahwa seyogyanya tauhid menjadi landasan pendidikan karena keyakinan tidak
hanya membentuk kepribadian (karakter) yang tagguh, berani hidup mengarungi berbagai
kesulitan, bahaya, tipu daya dan bahkan malaptaka, tetapi juga berani mat demi menegakkan
kebenaran dan perintah allah.

Sistem ideologi yang bermuatan tauhid mengekspreikan bahwa pendidikan islam itu begitu
kompleks, sifat kompeksitasnya karena ia menkup seluruh esensi dan menyentuh seluruh
aspek kehidupan manusia dan juga alam mengitari manusia manusia manusia seluas cakupan
termasuk tarbiyah yang berasal dari akar kata rabi itu sendiri. Dan memang dalam pendidikan
islam itu tidak mengenal adanya pemishan antara sains dan agama antara pendidikan agama
dan pendidikan umum, adalah turunan aqidah islamiyyah

2. Sistem nilai

Keutamaan pendidikan islam itu dapat pula dilihat dari sudut sistem nilai yng termuat
dalam al-Qur’an dan Hadits Rasul SAW. Al-Qura’an dengan otoritasnya sebagai sumber
utama dalam landasan yang fundamental bagi segala kegiatan kependidikn yang islam. Dan
bagi umat islam tentunya tidak meragukan lagi bahwa ajaran islam yang berasaskan Al-
Qur’an dan hadits Nabi saw itu sarat dengan muatan nilai-nilai yang di butuhkan manusia
sebagai mahluk allah yang bersifat dinamis. Dan dengan itu pula terlihat secara jelas
keistimewaan pendidikan islam dibandingkan dengan pendidikan-pendidikan lainnya.
Sementara pendidikan non islam pun ada juga sumber nilainya hanya dari hasil pemikiran,
hasil penelitian para ahli, dan adat kebiasaan masyarakat, nilai tersebutlah yang di pindahkan
dari satu generasi ke generasi berikutnya sedangkan dalam pendidikan islam, nilai-nilai yang
di transfer/dipindahkan itu berasal dari sumber-sumber nilai islam yang diyakini
keberadaannya yang bersifat absolute, yakni al-Qur’an, al-sunnah, al-hadits.

Identik dengan pandangan di atas, Amina Ahmad Hasan juga berkomentar tentang
keunggulan pendidikan yang disifati dengan islam itu. Pendidikan yang tida berlabelkan
islam dan para mufakirnya (pakar pendidikannya) mendasarkan pemikirannya kepada sesuatu
yang bersikap empiris dan pragmatis, materi pendidikannya hanya berfokus kepada akal
bukannya menyentuh jiwa, berorientasi kepada pemikiran bukannya kepada hati (basyirah),
hanya terkonsentrasi membekali peribadi demi kemaslahatan hidup temporal dan sesaat tidak
memikirkan bekal untuk kehidupan jangka panjang (akhirat)

3. Orientasi pendidikan islam

Ditinjau dari segi orientasi tujuan (har/ghayah) pendidikan islam mencerminkan


keunggulan pendidikan islam tidak hanya sebatas untuk kesejahteraan hidup di alam dunia
yang sifatnya sesaat dan temporal (bersifat jangka penek) namun dibalik itu ada tujuan jangka
panjang” yaitu untuk kehidupan yang kedua setelah kematian yaitu utuk kehidupan yang
kedua setelah kematian dan ia bersifat abadi di akhirat kelak bahkan kehidupan akhirat lebih
di pandang berharga di banding kehidupan dunia yang fana ini. Oleh karena itu allah swt
memerintahkan kepada umat manusia agar memanfaatkan segala fasilitas yang ada untuk
meraih kebahagiaan di akhirat. Dengan demikian pendidikan islam itu adalah pendidikan
yang berorientasi kepada dua kehidupan yaitu kehidupan dunia dan akhirat.

Berbeda dengan pendidikan non-Islam yang hannya berorientasi kepda kehidupan


duniawi semata; karena pendidikan non-islam yang hanya orientasi kepada kehidupan
duniawi semata; karena pendidikan non-islam yang rasionalis, materialis, dan pragmatis,
yang mengukur kebenarannya,menurut kepentingan waktu, tempat, situasi, dan berhenti pada
garis hayat yang pendidikannya diukur dari kepentingan duniawi. Oleh Karena itu fungsi
pendidikannya tidaklah sampai untuk menciptakan manusia menempuh kehidupan indah
akhirat.

Sekalipun ajaran islam mengagumkan kehidupan akhirat dan menjadikannya sebagai


tujuan akhir (ghoyah nihazyyah) dan pendidikan islam tidak memisahkn atau memilah-milah
antara dunia dan akhirat, tidak mempersatukan antara urusan yang bersifat duniawi dengan
yang sifatnya untuk ukhrawi, bahkan orang islam disuruh untuk berdo’a dan berupaya untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, intinya dari segala do’a memohon kepada allah
untuk kehidupan dunia akhirat juga diucapkan setiap muslim di seluruh dunia dengankata
lain, al-ghayah al-nihjiah (tujuan akhir) sebagai tujun jangka panjang pendidikan islam itu
adalah utuk menghasilkan manusia-manusia seimbang antara jasmani dan rohani akal dan
jiwanya terlksanakannya pengabdian yang iklas kepada allah,dan terwujudnya kebahagiaan
dunia dan akhirat.

F. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam sebenarnya ada yang bersifat terakhir, umum, khusus dan
sementara. Uraian tujuan-tujuan pendidikan Islam tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tujuan terakhir.

Tujuan terakhir ini merupakan tujuan tertinggi yang bersifat mutlak, tidak mengalami
perubahan dan berlaku umum karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung
kebenaran mutlak dan universal. Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi ini pada
akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Allah
swt. Dengan demikian, indikator dari insan kamil yaitu:
1) Menjadi hamba Allah swt., tujuan ini sesuai dengan tujuan hidup manusia, yaitu semata-
mata untuk beribadah kepada Allah swt. Sesuai dengan firman Allah swt. di dalam surat al-
Żāriyāt/51: 56:

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.

2) Mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah swt. di bumi yang mampu
memakmurkan bumi dan melestarikannya. Sesuai dengan firman Allah swt. dalam Alquran
surat al-Baqarah/2: 30

Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi

3) Untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Hal ini sesuai dengan firman
Allah swt. dalam Alquran surat alQaṣaṣ/28: 77:

Artinya: “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi jangan kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di bumi.Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

4) Terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qurani

b. Tujuan umum.

Tujuan umum adalah maksud atau perubahan-perubahan yang dikehendaki yang


diusahakan oleh pendidikan untuk mencapainya. Al-Abrasy dalam kajian tentang pendidikan
Islam dalam Salminawati telah menyimpulkan lima tujuan umum bagi pendidikan Islam
yaitu: Q.S. Al-Baqarah/2: 30. 31Q.S. Al-Qaṣaṣ/28: 77. 21

1) Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia.

2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat.

4) Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keingintahuan.

5) Menyiapkan pelajar dari segi profesional.

c. Tujuan khusus.

Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi (akhir) dan tujuan
umum. Omar Mohammad al-Toumy alSyaibani, menjelaskan tujuan pendidikan Islam adalah
sebagai berikut:

1).Tujuan individual yang berkaitan dengan individu-individu, pelajaran dengan pribadi-


pribadi mereka dan persiapan yang diharuskan kepada mereka pada kehidupan dunia dan
akhirat.

2).Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan, dengan
tingkah laku masyarakat umumnya, dengan apa yang berkaitan dengan kehidupan ini tentang
perubahan yang diinginkan dan pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan kemajuan yang
diingini.

3).Tujuan profesional, yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni,
provesi dan sebagai suatu aktivitas di antara aktivitas-aktivitas masyarakat.21

G. Jenis-jenis Pendidikan Islam

Mukhtar Bukhari melihat dari segi program serta praktek pendidikan yang dilaksanakan,
maka ada empat jenis pendidikan Islam, yaitu:

21
Omar Mohammad al-Toumy asy-Syaibani, Falsafah Tarbiyah al-Islāmiyah, terj. Hasan Langgulung, Falsafah
Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 399.
a. Pendidikan pondok pesantren, yaitu pendidikan Islam yang diselenggarakan secara
tradisional, bertolak dari pengajaran Alquran dan hadis, dan merancang segenap kegiatan
pendidikannya untuk mengajarkan kepada para siswa sebagai cara hidup.

b. Pendidikan madrasah, ialah pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga


pendidikan model Barat yang mempergunakan metode pengajaran klasikal dan berusaha
menanamkan Islam sebagai landasan hidup ke dalam diri para siswa.

c. Pendidikan umum yang bernafaskan Islam, ialah pendidikan Islam yang dilakukan melalui
pengembangan suasana pendidikan yang bernafaskan Islam di lembaga-lembaga pendidikan
yang menyelenggarakan program pendidikan yang bersifat umum.22

Kesimpulan

Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia


menuju kedewasaan, baik secara akal, mental, maupun moral, untuk menjalankan fungsinya
sebagai seorang khalifah fil ardhi.

tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan islam adalah pendidikan manusia
seutuhnya sampai akhir hayat dan Tujuan pendidikan Islam sebenarnya ada yang bersifat
terakhir, umum, khusus dan sementara

Daftar Pustaka

A.Daeng Marimba,Pengantar filsafat pendidikan Islam, (Jakarta:Pustaka Al-Husna,1985)

Abd.Al-Rahman al-Nahiawly,Ushul Al-Tarbiyah al-islammiyah wa asali buha fi al-Bait wa al-


Madrasah wa al-Mujtama ( Beirut:Dar al-Fikr 1996)

Ahmad al-Shawiy al-Malikiy,Hasyiat al-Allamah al-shawly ‘ala Tasfir al-jalalan, al-Mujallad al-
Awwal ( Semarang:Thaha Putra)

Ahamad Nasiq.Ushul Al-Tarbiyah, ( Mesir: Masyurat al-Jami’ah al-Maftuhah, 1996 )

Al-Ragib al-Asfahaniy, Mu’jam Mufradat Fi alfadz Qur’an ( Beirut:Dar al-Fikr)

22
Mochtar Buchori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), h. 243-
244.
DG Ryan, System Analysis, in education planning, ( London: Roadledge dan Kegan Parel,
1982)
Ali Khalil Abu al-Ainani, Filsafat al-Tarbiyah al-islamiyyah, ( Kairo:dar al-Fikr al-Arabiy,1980)

Ibrahim Abdullah al-Thakhis, al-Idarah al-Tarbawiyyah( Riyad: Dar Ibn Sina,1997 )

J.WGetz and EG.Cuba,Social Behavior and Administratif Process, ( School Review, 65, 1975)

Jalaludin Ibn Abu Bakar al-Suyuthiy,al-jami al-shagir fi ahadhis al-Basyir al-Nadzire, Juz 1-2
( Beirut Daral-Kutb al-ilmiyyah)

Mochtar Buchori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia (Yogyakarta: Tiara


Wacana, 1994),

Muhammad Quraisy Shihab,Wawasan Al-Qur’an:Tafsir Maudhu ( Bandung : Mizan,1996)

Muḥammad Quṭb, Sistem Pendidikan Islam (Bandung: al-Ma’arif, 1993),

Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Bulan


Bintang,1979 )

Sanafiah Faisal, Pendidikan luar sekolah didalam sistem pendidikan Nasional, ( Surabaya: CV
Usaha Nasional, 1981)

Syihabuddin, Ruh al-Ma’aniy Fi Tafsir al-Qur’an al-Adzim wa al-saba al-Matsaniy ( Beirut:Dar


al-kuth al-ilmiyyah)

Ustman Qadriy Makanisyl,Al-Tarbiyah al-Nabawiyyah ( Beirut Dar ibn Hazm,1997 )

Anda mungkin juga menyukai