Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Elin Kurniasih1*,Eva Wulansari1, dan Fajrin Alamsyah1


1
Program Studi Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. Cimencrang, Cimenerang, Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat 40292

evawulsari@gmail.com

Abstract : Pandangan islam tentang manusia dan kehidupan dibentuk oleh


prinsip harmoni dan kombinasi indera, pikiran, dan hati umat beriman.
Harmoni ketiga adalah basis epistemologi yang paling mendasar dalam
filsafat islam. Berpikir dengan penuh pengertian dimaksudkan sebagai
instrumen atau alat dalam melakukan penelitian berdasarka kerangka
epstemologis. Aktifitas berpikir dianggap sebagai tugas suci dalam islam,
dan berfikir adalah alat untuk memberikan kehidupan progresif, yang
dinemtuk dengan menyerap nilai – nilai realitas. Pendidikan islam harus
menjadi proses yang mampu menghasilkan “insan kamil” untuk
memaksimalkan potensi penuhnya. Metode pendidikan umumnya harus
mencerminkan kondisi integratif atau interkoneksi yang mampu
merangsang pengembangan potensi.
Keywords: Filsafat, Pendidikan Islam, Tujuan, Ruang Lingkup, Teori

1. PENDAHULUAN

Filsafat adalah usaha manusia dengan mengerahkan akal budi yang


dimilikinya untuk memahami, mendalami, dan menyelami mengenai
ketuhanan, alam semesta dan manusia secara radikal dan integral serta
sistematis yang dapat menghasilakan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana sikap
manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.(Ihsan & Ihsan, 2007)
Pendidikan Islam adalah adalah bimbingan dalam masa pertumbuhan
agar ia memiliki kepribadian muslim yang dilakukan oleh seorang pendidik
kepada peserta didik.(Ihsan & Ihsan, 2007)
Untuk memecahkan berbagai problematikan pendidikan umat Islam,
yang kemudian mengharapkan arah dan tujuan yang jelas terhadap
pelaksanaan pendidikan umat Islam, maka terlebih dahulu kita harus
mengetahui tentang studi filsafat pendidikan Islam itu sendiri.

2. METODE PENELITIAN
Kajian teori ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research)
dengan menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan jalan
mengumpulkan data, menyusun atau mengklarifikasi, menyusun dan
menginterpretasinya. (Surakhmad, 1980)
Karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan
tentang objek yang diteliti secara jelas dan alamiah, maka kami memilih
metode deskriptif dalam penelitian ini.(Djajasudarma, 1993)
Kajian deskriptif ini dilakukan dengan mengumpulkan data terlebih
dahulu, mengklasifikasi data lalu merumuskan kaidah-kaidah terhadap
keteraturan yang terdapat dalam keteraturan data itu agar sesuai dengan tujuan
penelitian yang kami lakukan.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian tentang materi “Konsep Dasar Filsafat
Pendidikan Islam” yang kami temukan dalam berbagai buku referensi
diperpustakaan dan sumber lainnya, maka point dari konsep dasar Filsafat
Pendidikan Islam tersebut adalah:
A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang pandangan
filosofis dari sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah
kependidikan dan bagaimana pengaruh nya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan manusia muslim dan umat Islam.(Ihsan & Ihsan, 2007)
Disamping itu filsafat pendidikan Islam, merupalan studi tentang
penggunaan dan penerangan metode dan sistem filsafat Islam dalam
memecahkan problematika pendidikan umat Islam, dan selanjutnya
memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelakasanaan pendidikan
umat Islam. (Ihsan & Ihsan, 2007)
Filsafat pendidikan Islam mengkaji mengenai hakikat dan seluk beluk
pendidikan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, merumuskan
berbagai pendekatan proses pembelajaran, merumuskan strategi pembelajaran,
kurikulum, dan sistem evaluasi pendidikan dengan landasan yang di gali dari
ajaran Islam, serta mengkaji maksud dan tujuan pendidikan Islam yang khusus
maupun yang umum, yang temporal maupun yang eternal. (Basri, 2014)
Dengan demikian acuan filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat
dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam atau
filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam. Jadi ia bukan filsafat yang
bercorak liberal, bebas tanpa batas etika sebagai mana dijumpai dalam
pemikiran filsafat pada umumnya.(Nata, 2005)

B. Tujuan dan Fungsi Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam


Diantara tujuan mempelajari filsafat pendidikan Islam itu adalah:
Pertama, membantu dalam merumuskan masalah-masalah pendidikan dan
sekaligus memberikan cara untuk mengatasinya. Berdasarkan cara kerjanya
yang sistematik, radikal, universal, mendalam, spekulatif dan rasional, filsafat
pendidikan dapat menunjukan alternatif-alternatif pemecahan permasalahan
pendidikan, seperti masalah rendahnya mutu pendidikan, proses belajar
mengajar yang tidak efektif, tidak tercapainya tujuan pendidikan, rendahnya
mutu tenaga pendidikan, dan lain sebagainya.(Nata, 2012)
Kedua, memberikan informasi secara lengkap dalam merumuskan dan
mendesain konsep pendidikan. Informasi tentang berbagai informasi yang
dipelajari dalam filsafat selanjutnya digunakan dalam merumuskan visi, misi,
tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, dan berbagai komponen
pendidikan lainnya. (Nata, 2012)
Ketiga, memberikan dorongan bagi dilakukannya aktivitas pendidikan
yang disebabkan karena memiliki pengetahuan tentang seuatu yang sistematik,
mendalam, dan komprehensif tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan
pendidikan.(Nata, 2012)
Keempat, memberikan informasi tentang seluruh proses pendidikan.
Dengan bantuan filsafat pendidikan akan dapat diketahui letak kelemahan
pendidikan tersebut, dan sekaligus memberikan alternatif-alternatif perbaikan
dan pengembangan.(Nata, 2012)
Setelah mempelajari tujuan filsafat pendidikan Islam, berikut ini
merupakan beberapa fungsi mempelajari filsafat pendidikan Islam,
diantaranya adalah:
Pertama, fungsi spekulatif, yaitu berusaha untuk mengerti seluruh
persoalan pendidikan dan mencoba meurmuskannya dalam satu gambaran
pokok sebagai pelengkap bagi data-data yang telah ada dari segi ilmiah.
Kedua, fungsi normatif, yaitu menentukan bagaimana arah dan maksud
pendidikan. Hal ini dapat kita lihat dari adanya visi misi dan tujuan
pendidikan, yakni keinginan yang diharapkan oleh manusia atau masyarakat
dari bantuan filsafat pendidikan tersebut.
Ketiga, fungsi kritik, yaitu memberikan dasar bagi pengertian kritis dan
rasional dalam mempertimbangkan dan menafsirkan data-data ilmiah.
Keempat, fungsi teoritis, yakni memberikan prinsip-prinsip umum bagi
suatu kegiatan praktik dalam dunia pendidikan.(Brubacher, 1978)

C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam


Ruang lingkup filsafat pendidikan islam berkaitan dengan
pendekatan yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Ontologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikatnya subtansinya dan


pola organisasi ilmu pendidikan islam
2. Epistimologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat objek formal dan
materi ilmu pendidikan islam
3. Metodologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat cara – cara kerja
dalam menyusun ilmu pendidikan islam
4. Aksiologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat nilai kegunaan teoritis
dan praktis ilmu pendidikan islam(Basri, 2014)

Secara ontologi, pendidikan islam adalah hakikat dari suatu


kehidupan manusia sebagai makhluk yang berakal dan berpikir. Jika
manusia bukan makhluk yang berpikir, tidak ada pendidikan . selanjutnya,
pendidikan sebagai usaha pengembangan diri manusia dijadikan alat untuk
mendidik selain manusia, tidak terkecuali diterapkan kepada binatang. Jika
seekor monyet dapat didik dan dilatih , apalagi manusia. (Basri, 2014)

Epistemologi pendidikan islam adalah seluk – seluk dan sumber –


sumber pendidikan islam, sebagaimana telah ditegaskan bahwa Al-Quran
sebagai segala sumber hukum dalam ajaran islam. Pendidikan islam
merujuk pada nilai – nilai Al-Quran yang universal. (Basri, 2014)

Metode pendidikan islam, yaitu strategi yang relevan yang


dilakukan oleh pendidikan unruk menyampaikan materi pendidikan islam
kepada anak didik. Metode berfungsi mengelola, menyusun, dan
menyajikan materi pendidikan islam agar materi pendidikan islam tersebut
dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam
pendidikan islam, metode pendidikan ini disebut dengan istilah tariqatut
tarbiyah atau taariqatur tahzib. (Basri, 2014)

Aksiologi pendidikan islam berkaitan dengan visi dan misi, etika,


estetika, tujuan dan target yang akan dicapai dalam pendidikan. Tujuan
pendidikan dapat dilihat setelah dilakukan suatu evaluasi pendidikan,
sebagai sistem penilaian yang diterapkan kepada anak didik, untuk
mengetahui keberhasilan pendidikan yang dilakukan. Apabila tujuan
pendidikan adalah untuk membentuk anak didik yang berakhlakul
karimah, cerdas, terampil, beriman dan bertakwa., sistem evaluasi yang
diterapkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksudkan.(Basri, 2014)

Ruang lingkup filsafat pendidikan tidak akan jauh dari beberapa hal
dibawah ini:
1. Hakikat para pendidikan dan anak didik
2. Hakikat materi pendidikan dan metode penyampaian materi
3. Hakikat tujuan pendidikan dan alat – alat pendidikan yang di
pergunakan untuk mencapai tujuan.
4. Hakikat model – model pendidikan
5. Hakikat lembaga formal dan nonformal dalam pendidikan
6. Hakikat sistem pendidikan
7. Hakikat evaluasi pendidikan
8. Hakikat hasil – hasil pendidikan. (Basri, 2014)
D. Sejarah Filsafat Pendidikan Islam
1.      Periode Pertumbuhan
Masa ini merupakan masa awal pertumbuhan dan persemaian nilai-nilai
ke-Islam-an, dimana karakteristik pendidikan Islam berpusat pada sumber
al-Qur’an dan Hadis secara murni. Ketika Nabi Muhammad Saw., masih
hidup, praktik pendidikan Islam mengikuti tuntunan firman Allah SWT.
Dan menjadikan Nabi Muhammad Saw., sebagai teladan. Adapun tujuan
pendidikan Islam pada waktu itu adalah untuk membentuk sikap takwa
serta penanaman nilai akhlak mulia. Namun pendidikan Islam pada masa
kini belum terwujud dalam bentuk konsep dan pemikiran yang tertuang
dalam karya tulis atau disiplin ilmu secara spesifik, berbeda halnya dengan
praktik pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.,
menunjukkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip pendidikan yang terus
menerus menjadi sumber inspirasi untuk dipelajari hingga saat ini.
(Hardianto, 2015)
Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw., tampuk kepemimpinan umat
dipegang oleh Khulafa’ al-Rasyidin. Abu bakar (632-634 M) merupakan
Khalifah pertama yang melakukan konsolidasi kekuasaan terhadap
semenanjung Arabia hingga masuk ke Irak dan Syria. Khalifah kedua,
Umar bin al-Khattab (634-644 M) melanjutkan perkembangan Islam
sampai ke Mesopotamia, Mesir, Syria, Palestina, dan sebagian besar
wilayah Persia, Tabristan, Azerbaijan, Armenia, serta beberapa bagian
wilayah Turki.
Usman bin Affan (644-656 M), merupakan khalifah ketiga, ia berlatar
belakang pedagang kaya dan termasuk diantara mereka yang pertama kali
masuk Islam. Ali bin Abi Thalib (656-661 M), merupakan keponakan dan
menantu Nabi Muhammad Saw., ia juga merupakan khalifah keempat
yang populer dengan ketakwaan, keluasan pengetahuan, keberanian, dan
kedekatannya dengan Nabi Muhammad Saw.  (Hardianto, 2015)

2.      Periode Kejayaan
Masa pertumbuhan diatas menuai hasilnya terutama pada masa Khalifah
Abbasiyah yang merupakan masa ke-Khalifahan kedua, yaitu peride
kejayaan. Pada masa ini Islam mengalami masa keemasan (golden ages).
Dibidang keilmuan, ilmu-ilmu ke-Islam-an yang bersumber dari wahyu
tumbuh menjadi disiplin ilmu-ilmu agama yang sangat rinci sehingga
menjadi ilmu-ilmu cabang dan rantingnya. Hal ini dapat dibuktikan
dengan munculnya ilmu-ilmu al-Quran, ilmu-ilmu Hadis, hukum Islam,
teologi, tasawuf, dan lain sebagainya. (Hardianto, 2015)
Selain itu juga, pada masa keemasan ini banyak bermunculan para tokoh
dan cendekiawan muslim yang produktif dalam keilmuan. Misalnya, pada
saat itu Ibnu Miskawaih dan al-Ghazali merupakan tokoh yang kajiannya
terkait langsung dengan pendidikan. Menurut Ibnu Miskawaih, syariat
agama merupakan faktor penentu bagi lurusnya karakter manusia, karena
rujukan utamanya adalah al-Qur’an dan al-Hadis.(Hardianto, 2015)
Di bidang kelembagaan, lembaga pendidikan yang ada pada periode
kemajuan ini juga bersifat integral, artinya tidak hanya mengembangkan
ilmu-ilmu agama saja melainkan menyatu dengan ilmu-ilmu umum yang
sekarang kita sebut dengan ilmu modern.(Hardianto, 2015)
Kegemilangan masa Abbasiyah mulai menurun seiring dengan munculnya
konflik politik, perebutan kekuasaan, gaya hidup mewah para penguasa,
dan krisis ekonomi umat, sehingga memperlemah kemajuan yang telah
dicapai selama kurang lebig 5 abad sebelumnya.

3.      Periode Kemunduran
Masa kemunduran terjadi setelah jatuhnya kekuasaan Abbasiyah akibat
berbagai faktor yang saling berkaitan. Diantaranya adalah:
a.       Persaingan antar bangsa
b.      Kemerosotan ekonomi
c.       Konflik sosial-keagamaan
d.      Ancaman dari luar

4.      Periode Pembaruan
Pembaruan pemikiran pendidikan Islam sebenarnya telah dilakukan oleh
para ulama dan cendekiawan muslim terdahulu. Bila kita perhatikan,
kondisi umat dan negara-negara Islam saat ini masih dilanda oleh
ketegangan politik, masalah kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan
dibidang sains dan teknologi, serta ketergantungan dengan negara asing,
maka gerakan pembaruan ini harus dilakukan secara intensif.(Hardianto,
2015)

E. Hubungan Filsafat, Teori, dan Praktik Pendidikan Islam

Adapun hubungan antara filsafat, teori, dan praktek pendidikan


adalah:
Praktik Pendidikan Islam adalah kegiatan seseorang atau
sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan Islam. Antara filsafat
dan teori pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat. Hubungan
keduanya hanya  dapat dibedakan tidak dapat dipisahkan. Hubungan
antara keduanya demikian erat sehingga kadang-kadang filsafat
pendidikan disebut teori pendidikan, demikian pula sebaliknya.
Diantaranya Filsafat pendidikan memberikan pandangan-pandangan
filsafiahnya kepada teori pendidikan, khususnya pandangannya tentang
manusia, peserta didik, tujuan pendidikan, dan bagaimana seharusnya
belajar dan teori pendidikan sebagai sebuah disiplin ilmu yang berdiri
sendiri, sering menemui masalah-masalah yang membutuhkan bantuan
filsafat pendidikan. Kadang-kadang pandangan filsafat pendidikan dapat
mengubah teori pendidikan itu sendiri. Dari penjelasan tersebut bisa kita
lihat hubungan yang sangat erat antara keduanya yang saling
mempengaruhi.
Di samping memiliki hubungan yang erat, filsafat pendidikan dan
teori pendidikan juga memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut disebabkan
karena filsafat pendidikan maupun teori pendidikan memiliki objek,
metode, dan sistematika yang berbeda. Di antaranya jika objek filsafat
pendidikan adalah perenungan filosofis tentang masalah-masalah
pendidikan, maka objek teori pendidikan adalah situasis pendidikan itu
sendiri yang muncul secara jelas relasi antara pendidik dengan peserta
didik. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa, meskipun keduanya
memiliki hubungan juga memiliki perbedaan.

Selanjutnya, hubungan antara teori pendidikan dan praktek


pendidikan Islam juga sangat erat. Di antaranya teori atau ilmu pendidikan
teoretis sebagai penjabar dari filsafat pendidikan melahirkan ilmu
pendidikan yang praktis, dan teori atau ilmu pendidikan praktis menjadi
panduan dalam kegiatan pendidikan Islam terutama kegiatan mendidik.
Dari penjelasan tersebut dapat kita artikan teori atau ilmu pendidikan
merupakan suatu informasi tentang pendidikan dan praktek pendidikan
Islam itu sendiri adalah kinerja atau kegiatan pendidikan. Hubungan
keduanya adalah saling berkaitan dimana dalam proses transformasi ilmu
diperlukan sebuah kegiatan dalam menyampaikannya. Sebuah ilmu tidak
akan serta-merta masuk dalam pikiran seseorang tanpa seseorang yang
menyampaikannya. Sehingga teori pendidikan berkaitan dengan
bagaimana sebuah proses pendidikan berlangsung, dan bagaimana
pengembangannya.
1. Filsafat pendidikan dan teori pendidikan yang telah dikembangkan harus
mempunyai relevansi dengan kehidupan realistis agar filsafat dan teori
pendidikan tersebut dapat diterapkan dalam praktek pendidikan sesuai
dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang berkembang dalam
masyarakat.
2. Teori pendidikan yang terbentuk baik berupa konsep, ide, analisis
dan  kesimpulan bagi praktik pendidikan terdapat pada dasar kajian filsafat
pendidikan.
3. Dasar-dasar pemikiran dari filsafat pendidikan yang kemudian diturunkan
pada teori pendidikanberupaya untuk direalisasikan dalam praktik
pendidikan untuk menghasilkan generasi-generasi baru yang
berkepribadian dan yang dicita-citakan.
4. Filsafat pendidikan banyak berperan dalam memberikan alternatif-
alternatif pemecahan berbagai macam problem yang dihadapi dalam
pembentukan teori maupun praktik pendidikan dalam dunia nyata.
Jadi, ketiga hal tersebut merupakan tiga serangkai yang hanya
dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa
filsafat melahirkan teori, kemudian teori dipakai atau diterapkan dalam
praktek. Dapat pula terjadi hal sebaliknya, bahwa praktek pendidikan akan
melahirkan teori pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, ketiganya memiliki
keterkaitan silaturrami yang erat.(Muhammad, 2017)

4. SIMPULAN
Sesuai dengan tujuan penelitian yang kami dapatkan dari berbagai
referensi, dapat dipahami bahwa:
Filsafat pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan filosofis dari
sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan
dan bagaimana pengaruh nya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
manusia muslim dan umat Islam dengan acuan al-Qur’an dan al-Hadits.
Tujuan dan fungsi mempelajari filsafat pendidikan Islam adalah:
- membantu dalam merumuskan masalah-masalah pendidikan dan
sekaligus memberikan cara untuk mengatasinya.
- memberikan informasi secara lengkap dalam merumuskan dan
mendesain konsep pendidikan.
- memberikan dorongan bagi dilakukannya aktivitas pendidikan
- memberikan informasi tentang seluruh proses pendidikan.
Ruang lingkup filsafat pendidikan Islam:
- Ontologi ilmu pendidikan
- Epistimologi ilmu pendidikan
- Metodologi ilmu pendidikan

- Aksiologi ilmu pendidikan


Sejarah filsafat pendidikan Islam:
- periode pertumbuhan
- periode kejayaan
- periode kemunduran
- periode pembaruan
Hubungan filsafat, teori, dan praktik pendidikan Islam:
Filsafat, teori, dan praktek pendidikan Islam memiliki hubungan yang
sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa filsafat
melahirkan teori, kemudian teori dipakai atau diterapkan dalam praktek.

5. DAFTAR PUSTAKA

Basri, H. (2014). FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. (A. M. Djaliel, Ed.) (2nd


ed.). Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Brubacher, S. J. (1978). Modern Philosophies Of Education. New Delhi: MC
GRAW HILL.

Djajasudarma. (1993). No Title.

Hardianto, A. (2015). SEJARAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Retrieved


from http://angga-hardianto1994.blogspot.com/2015/05/sejarah-filsafat-
pendidikan-islam.html

Ihsan, H., & Ihsan, F. A. (2007). filsafat PENDIDIKAN ISLAM. (A. M. Djaliel,
Ed.) (Cetakan II). Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.

Muhammad, R. (2017). Ternyata Begini Hubungan Antara Filsafat, Teori


Pendidikan dan Praktek Pendidikan. Retrieved from
http://kitasalingberbagibersama.blogspot.com/2017/07/filsafat-pendidikan-
adalah.html

Nata, A. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. (Fauzan, Ed.) (Cetakan Pe). Jakarta:
GAYA MEDIA PRATAMA.

Nata, A. (2012). Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: Rajawali Pers.

Surakhmad. (1980). No Title.

Anda mungkin juga menyukai