Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
JURUSAN BIOLOGI
MALANG
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah dengan
judul Dakwah Walisongo ini dapat tersusun hingga selesai.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
Latar Belakang........................................................................................................................3
Rumusan Masalah...................................................................................................................3
Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
Tujuan Dakwah.......................................................................................................................5
Metode Dakwah......................................................................................................................5
Hasil Dakwah..........................................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP.................................................................................................................................11
Kesimpulan............................................................................................................................11
Saran......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyiarkan agama Islam merupakan kewajiban bagi setiap muslim, karena hal itu
diperintah oleh Islam. Setiap muslim harus menyiarkan agamanya, baik yang
pengetahuannya sedikit apalagi yang banyak, kepada orang lain yang belum
mengetahuinya.
Pada abad 15 para saudagar muslim telah mencapai kemajuan pesat dalam usaha
bisnis dan dakwah hingga mereka memiliki jaringan di kota-kota bisnis di sepanjang
pantai Utara. Komunitas ini dipelopori oleh Walisongo yang membangun masjid pertama
di tanah Jawa, Masjid Demak yang menjadi pusat agama yang mempunyai peran besar
dalam menuntaskan Islamisasi di seluruh Jawa. Walisongo berasal dari keturunan syeikh
ahmad bin isa muhajir dari hadramaut. Beliau dikenal sebagai tempat pelarian bagi para
keturunan nabi dari arab saudi dan daerah arab lain yang tidak menganut syiah.
Penyebaran agama Islam di Jawa terjadi pada waktu kerajaan Majapahit runtuh
disusul dengan berdirinya kerajaan Demak. Era tersebut merupakan masa peralihan
kehidupan agama, politik, dan seni budaya. Di kalangan penganut agama Islam tingkat
atas ada sekelompok tokoh pemuka agama dengan sebutan Wali. Zaman itu pun dikenal
sebagai zaman “kewalen”. Para wali itu dalam tradisi Jawa dikenal sebagai “Walisanga”,
yang merupakan lanjutan konsep pantheon dewa Hindhu yang jumlahnya juga Sembilan
orang. Adapun Sembilan orang wali yang dikelompokkan sebagai pemangku kekuasaan
pemerintah yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat,
Sunan Giri, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati.
B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dakwah Walisongo?
2. Apa saja metode dakwah Walisongo?
3. Bagaimana hasil dakwah Walisongo di Indonesia?
4. Bagaimana tantangan dan hambatan Walisongo selama menyebarkan agama
Islam?
4
C. Tujuan
1. Mengetahui tujuan dakwah Walisongo.
2. Mengetahui metode dakwah Walisongo.
3. Mengetahui hasil dakwah Walisongo di Indonesia.
4. Mengetahui tantangan dan hambatan Walisongo selama menyebarkan agama
Islam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Dakwah
Walisongo dakwah bertujuan untuk mengajak masyarakat ke jalan yang benar yaitu
agama Islam. Selain itu juga menunaikan ajaran Islam bahwa kita wajib untuk berdakwah.
Anjuran untuk dakwah dijelaskan pada ayat Al-Imran ayat 104 yang artinya “Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang
yang beruntung”.
Selain itu tujuan dakwah walisongo adalah menanamkan akidah pada setiap hati
seseorang, sehingga keyakinan tentang ajaran Islam tidak tercampur dengan rasa keraguan.
Salah satu caranya dengan menggunakan sarana mitologi Hindu.
Tujuan dakwah yang kedua yaitu untuk tujuan hukum. Dakwah harus diarahkan
kepada kepatuhan setiap orang terhadap hukum yang telah disyariatkan oleh Allah SWT.
Salah satu cara dakwah Walisongo dalam hal ini yaitu membentuk nilai tandingan bagai
ajaran Yoga-Tantra yang berasaskan Malima.
Tujuan dakwah yang terakhir yaitu menanamkan nilai-nilai akhlak kepada masyarakat
Jawa sehingga terbentuk pribadi muslim dan muslimah yang memiliki budi perkerti yang
luhur dan sifat yang terpuji.
B. Metode Dakwah
Dalam berdakwah secara konseptual, Walisongo menerapkan metode yang disebut
mau’idhah al-hasanah wal mujadalah hiya ahsan. Metode ini digunakan oleh mereka untuk
pemimpin, orang terpandang dalam masyarakat. Dasar metode ini merujuk pada ayat Al-
Quran surah Al-Nahl ayat 125 yang artinya “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
6
Metode yang dikembangkan oleh para Wali dalam gerakan da‘wahnya adalah lebih
banyak melalui media kesenian budaya setempat disamping melaui jalur sosial ekonomi.
Sebagai contoh adalah dengan media kesenian wayang dan tembang-tembang Jawa yang
dimodifikasi dan disesuaikan oleh para Wali dengan konteks da‘wah.1
Proses Islamisasi di pulau Jawa berjalan dengan aman dan damai, tanpa ada
pergolakan serta kegoncangan psikologis dan sosial. Hal ini disebabkan para Wali lebih
menggunakan pendekatan kultural, yang serat dengan simbol-simbol kebudayaan lokal,
seperti wayang dan gemelan. Akultrasi kebudayaan yang dipelapori Walisongo dilanjutkan
oleh para juru da‘wah berikutnya, sehingga pengamalan dan praktek Islam di Jawa terasa
amat khas. Agama dan budaya berjalan secara selaras, serasi, dan seimbang. 2 Secara lebih
spesifiknya pengembangan da‘wah yang dilakukan oleh Sembilan Wali dapat kita analisis
sebagai berikut:
1. Maulana Malik Ibrahim
Adapun pola pengembangan da‘wah yang beliau lakukan adalah sebagai berikut:
a. Bergaul dengan Para Remaja.3 Analisis yang sederhana bahwa dengan berinteraksi
dengan para remaja akan membuat Malik Ibrahim mengerti akan karakter para remaja
tersebut dan tentunya memudahkan beliau dalam menyebarkan agama karena sudah
paham bagaimana cara menyampaikan kebenaran ajaran Islam kepada mereka
tersebut.
b. Membuka pendidikan pesantren.4 Dimana anak-anak yang ingin mendalami
pengetahuan agama akan di didik yang pada selanjutnya akan dipersiapkan sebagai
kader Da‘i yang bisa terjun kedalam masyarakat bahkan bisa membangun pondok-
pondok pesantren dalam hal mengabdikan ilmunya kepada masyarakat. Dan pada
selanjutnya pula dari pondok-pondok tersebut akan kembali lahir para Da‘i handal.
Dan begitulah seterusnya hingga estapet perjalanan tersebut akan terus berlanjut
hingga saat ini.
2. Sunan Ampel
Beliau adalah orang yang mempelapori pendirian Mesjid Agung Demak. Mesjid
tersebutlah yang kemudian dirancang sebagai sentral seluruh aktivitas pemerintah dan
sosial kemasyarakat. Dan kemudian hari Mesjid inilah yang kemudian dikenal dengan
Mesjidnya Para Wali.5
6 Ibid, hlm.176-178.
8
d. Di bidang kesenian beliau menciptakan tembang-tembang jawa, yaitu pangkur.7
C. Hasil Dakwah
Bangsa Indonesia sekarang ini mayoritas warganya memeluk agama Islam dan
sebagian besar berdiam di Pulau Jawa. Semua itu apabila kita telaah dengan teliti
merupakan hasil kerja dakwah yang dilakukan oleh Walisongo tempo dulu.
Hasil dakwah walisongo salah satunya pengIslaman yang dilakukan oleh Sunan
Ampel dan kawan-kawannya yang telah berhasil mengIslamkan Adipati Arya Damar,
istri serta anak negerinya di Palembang. Prabu Brawijaya dan permaisuri (Putri
7 Ibid, hlm.178.
8 Ibid, hlm 179.
9 Ibid, hlm 179.
10 Ibid, hlm.180.
9
Darawati), sekalipun yang berhasil diIslamkan secara benar adalah permaisurinya saja.
Dakwah Sunan Ampel juga berhasil mengIslamkan Sri Lembu Peteng dari Madura.
Sunan Kalijaga telah berhasil mengIslamkan Ki Gede Pandanaran (Adipati Semarang)
yang kemudian menjadi wali Naubah yang bergelar Sunan Tembayat, dan akhirnya
diikuti oleh Syekh Dogma, Ki Cakrajaya dari Purworejo memeluk Islam atas desakan
Kanjeng Sunan Kalijaga.
Sunan Ampel melakukan pemencaran dari para mubalig dakwah. Pemencaran tersebut
ke beberapa daerah seperti Blambangan, Pasuruan, Semarang, Madura, Banten,
Ponorogo, Cirebon, Demak, dan Majagung. Murid-murid dan kader-kader hasil didikan
Walisongo disebut wali Nukhba atau pengikut. Adapun wali Nukhba yaitu Sunan
Tembayat, Sunan Giri Parapen, Sunan Wijil Kadilangu, Pangeran Kawengga, Ki Gede
Kenanga di Pengging, Pangeran Kunang, Pangeran Cirebon, Pangeran Karangayam, Ki
Ageng Sela, Pangeran Panggung, Pangeran Surapringga, Ki Ageng Jurumartani, Ki
Gunung Kidul, Ki Ageng Pemanahan di Kota Gede Yogyakarta dan masih banyak lagi.
12 Ibid., hlm.287.
13 Ibid., hlm.287-288.
14 Ibid, hlm.288.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya tujuan dakwah Walisongo untuk menanamkan akidah ke dalam hati
setiap orang dengan sasaran masyarakat luas. Walisongo berdakwah dengan berbagai
metode dan hasilnya mayoritas orang Jawa menganut agama Islam. Dalam
menyampaikan dakwah Walisongo mengalami beberapa tantangan dan rintangan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Illahi, Wahyu dan Harjani Hefni. 2007. Sejarah Dakwah. Bandung: Kencana.
13