Anda di halaman 1dari 12

Nama : Novita Novyanti

NIM : 0180.11.0020
Kajian Kurikulum
22 Desember 2020

Asmaul Husna
(Materi Annisa Setiawan Putri)

Asmaul husna secara bahara asma yang berarti nama, dan husna yang berarti yang baik
atau yang indah. Jadi Asmaul Hurna adalah nama-nama milik Allah yang baik lagi indah. Dari
99 nama tersebut mengandung makna yang menunjukkan keagungan dan kebesaran Allah swt,
sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta.
a) Al – Karim (Maha Mulia), telah dijelaskan dalam Q.s Al-mu'minun ayat 116 yang
artinya : "Maka maha tinggi Allah, raja yang sebenarnya tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Dia Tuhan yang memiliki arti yang mulia".
Maka dari itu Allah Swt mampu memuliakan dan merendahkan seseorang yang
rendah menjadi mulia begitupun sebaliknya. Dari Al- Karim maha mulia ini tercermin
pada kemurahannya yang telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sempurna dan
diberi nikmat yang amat banyak. Makakita sebagai manusia ciptaanNya tak perlu
sombong dan apa yang harus kita sombongkan karena halnya semua ini milik Allah Swt.
b) Al - Mu'min (Maha Pemberi Keamanan), maha berkehendak atas segala sesuatu jika
Allah menghendaki keamanan kepada seseorang siapa pun tidak dapat mencelakainya.
Al-mu'minun ini dijelaskan dalam Q.s Al-hasyr ayat 23 yang artinya : "Dialah Allah,
tidak ada Tuhan selain Dia maha raja, yang maha suci, Yang maha sejahtera, yang maha
keamanan pemelihara keselamatan, yang maha perkasa, yang maha kuasa, yang memiliki
segala, keagungan maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." Imam Ghozali
menjelaskan bahwa Al mu'min merupakan sifat Allah yang memberi rahmat bagi setiap
muslim untuk mengembalikan rasa aman kepada Nya rasa aman tidak dapat bersemayam
dalam benak siapapun jika tidak bersumber dari Allah Swt.
c) Al – Wakil (Maha Pemelihara), meskipun alam semesta ini sangat luas Allah tidak
kesulitan memeliharanya sebagaimana dijelaskan dalam Q.s Al-an'am ayat 102, Ayat ini
menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta,
selanjutnya Allah tidak akan menelantarkan makhluk yang telah diciptakannya.
d) Al – Matin (Maha Kokoh), dijelaskan dalam Q.s Az - zariyat ayat 58, yang artinya "
Sungguh Allah, dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan yang lagi sangat
kokoh".
e) Al - Jami' (Maha Menghimpun), Allah Swt menghimpun segala sesuatu yang
berjumlah tidak terbatas sekalipun, dan tidak ada yang mustahil bagi-Nya dijelaskan
dalam QS Al an'am ayat 12.
f) Al – Adl (Maha Adil), maha adil dalam membagi menentukan dan menetapkan sesuatu
yang dijelaskan dalam Q.s Al – Imron ayat 18 Allah memerintahkan manusia berperilaku
adil. Adil berarti tidak berat sebelah dan tidak memihak ataupun menempatkan sesuatu
pada tempatnya.
g) Al – Akhir (Maha Akhir), Allah tidak memiliki permulaan dan akhir. Allah tidak sama
dengan manusia yang memiliki kelahiran atau kematian. Allah kekal selamanya Allah
tetap ada meskipun seluruh alam semesta hancur dan binasa sebagaimana Q.s al-hadid
ayat 3.
Pernikahan Dalam Islam
(Materi Eka Purwanti)

1. Pengertian

Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Menurut bahasa Indonesia, kata nikah
berarti berkumpul atau bersatu. Dalam istilah syariat, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau
perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan serta
menghasilkan hubungan kelamin antara keduanya dengan suka rela dan persetujuan bersama,
demi terwujudnya keluarga (rumah tangga) bahagia, yang di ridai oleh Allah SWT.

2. Hukum Nikah

Menurut sebagian besar ulama, hukum nikah pada dasarnya adalah mubah, boleh
dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Hukum nikah dapat berubah menjadi sunah, wajib, makruh,
atau haram. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Sunah

Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan mampu pula mengendalikan diri
dari perzinaan, walaupun tidak segera menikah, maka hukum nikah adalah sunah.

b. Wajib

Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan ia khawatir berbuat zina jika tidak
segera menikah, maka hukum nikah adalah wajib.

c. Makruh

Bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu member nafkah terhadap istri dan
anak-anaknya, maka hukum nikah adalah makruh.

d. Haram

Bagi orang yang bermaksud menyakiti wanita yang akan ia nikahi, maka hukum nikah
adalah haram.
3. Tujuan Pernikahan

Secara umum, tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat manusia
(pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang bahagia,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam. Apabila tujuan pernikahan yang bersifat umum
itu diuraikan secara terperinci tujuan pernikahan yang islami dapat dikemukakan sebagai berikut:

 Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih sayang. Allah SWT berfirman: ”Dan jadikan-Nya
di antara kamu rasa kasih dan sayang…” (Q.S. Ar-Rum, 30: 21)
 Untuk memperoleh ketenangan hidup (sakinah). Allah SWT berfirman: “Dan di antara
tanda-tanda kebiasaan-Nya ialah Dia menciptakan istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya…” (Q.S. Ar-Rum, 30:21)
 Untuk mewujudkan keluarga bahagia di dunia dan akhirat.
Sikap Kritis
(Materi Fazar Shaeful Rahman)

Ciri berpikir kritis yaitu proses berpikir secara mendalam mengenai suatu hal bisa berupa
benda, tingkah laku atau bahkan suatu kejadian yang menghasilkan pembentukan suatu konsep
dan sebuah analisis. Setiap orang dikaruniai allah swt berupa akal pikiran yang brilian dan
masing-masing memiliki itu, cuman yang akan membedakan adalah akal pikiran atau otak yang
dikaruniakan kepada kita yaitu dipergunakan seoptimal mungkin atau tidak.
Dan dalam hal ini, berpikir kritis itu akan terlihat perbedaannya dengan berpikir biasa
atau bahkan kebanyakan dari kita bahkan tidak memikirkan apapun ketika kita melewati suatu
kegiatan, melihat fenomena atau kejadian. Yang pertama ada orang yang ketika melewati
kegiatan, kejadian atau bahkan fenomena itu menganggap biasa saja sampai di sana atau tidak
ambil pusing, ada juga yang berpikir atau ketika melewati kejadian, fenomena dia mulai berpikir
tapi tidak secara mendalam.
Berpikir kritis itu lebih dari proses berpikir, berpikir kritis itu berarti kita melewati suatu
kejadian, melihat fenomena, melihat benda ataupun orang bahkan tingkah laku. Berpikir kritis
berarti memikirkan apa yang dilihat, dialami atau yang dirasakan secara mendalam. Sampai kita
mendapatkan kesimpulan yang berbeda atau bahkan tidak sempat terpikirkan oleh orang lain,
bahkan menghasilkan, membentuk suatu konsep dan sebuah analisis.
Hasil kesimpulan itu diambil atau muncul ketika proses berpikir kritis itu diawali dengan
pengamatan tadi melihat kejadian benda, pengalaman merefleksi suatu kejadian tindakan kereta
komunikasi dalam islam. Berpikir kritis itu bahkan diperintahkan oleh Allah SWT seperti
diharapkan dalam Qur’an surat Ali-Imron ayat 190-191 yang kurang lebih artinya :
‘sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal’
Berakal dalam ayat ini Allah SWT ingin menunjukkan kepada kita semua bahwa siang
dan malam atau langit dan bumi itu tidak bukan ada karena ada begini dengan begitu saja, tetapi
ada proses penciptaan, siapa yang menciptakan, bagaimana penciptaannya, berapa lama proses
penciptaannya dan itu semua akan terpikirkan oleh orang-orang yang mencoba berpikir kritis.
Artinya di ayat ini Allah SWT memberikan stimulus/dorongan kepada kita untuk terus
mempertanyakan, sehingga kita menjadi pribadi yang berakal atau dalam ayat ini disebut orang-
orang yang berakal.
Orang yang berpikir kritis itu tidak akan pernah puas dengan satu jawaban, tidak akan
pernah puas dengan satu kebiasaan atau hal-hal yang lumrah yang sudah berjalan setiap hari
seperti kebiasaan. Tetapi mereka orang yang berpikir kritis itu akan mulai mempertanyakan apa
ini? manfaatnya apa? dibuat dari apa? Kenapa? Mengapa? Dsb.
Sebuah contoh saya ilustrasikan seperti ketika kita makan orang yang masa bodoh atau
orang yang tidak mampu mengoptimalkan akal pikirannya dia akan sekedar makan saja
menghilangkan rasa lapar di dalam diri, tetapi orang yang mulai tertarik dengan masakan
makanan dia akan mulai bertanya ini makanan apa? kok enak, kok beda dengan yang lain,
belinya di mana, pertanyaan yang muncul itu karena ingin mengetahui lebih dalam. Dimulai dari
ini, kenapa ini, makanan apa, kenapa saya harus makan, kalau tidak makan saya bagaimana,
makanan ini awalnya dari mananya, dibuatnya dan bagaimana prosesnya, bagaimana dan yang
paling penting dari berpikir kritis itu adalah ujung kesimpulan setiap kali seorang berpikir kritis
seperti yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah berkesimpulan ujungnya adalah segala sesuatu
didalam di bawah kekuasaan Allah SWT seperti contoh tadi anak makan saja orang yang berpikir
kritis akan banyak muncul pertanyaan dan semua pertanyaan itu diakhiri dengan kesimpulan.
semua ini kuasa Allah SWT, orang yang berpikir kritis keluar dari rumah tiap pagi tidak hanya
berjalan begitu saja, melakukan rutinitas yang biasa dilakukan tetapi. terus memunculkan bagai
berbagai macam pertanyaan mengenai fenomena, kejadian, pekerjaan atau apa yang dialami oleh
orang tersebut.
Bahkan di ayat selanjutnya, ayat 191 Allah SWT mengungkapkan orang yang mengingat
allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi orang yang berpikir kritis itu tidak akan bisa membiarkan satu detik
pun berlalu tanpa memikirkan secara mendalam apapun yang ada di sekitar dia.
Beribadah dan Bersyukur Kepada Allah.
(Materi Nurul Janah)

A. Pengertian Beribadah dan Bersyukur


Beribadah yaitu segala perbuatan yang bertujuan untuk mencapai ridha dan rahmat
Allah dan diberi balasan pahala.
Bersyukur yaitu ungkapan rasa terima kasih atas nikmat yang telah diberikan Allah
kepada kita.
B. Hikmah dan Manfaat Beribadah dan Bersyukur
Manfaat kewajiban beribadah dan bersyukur kepada Allah merupakan suatu hakikat yang
wajib kita amalkan dan kita jalankan dalam kehidupan sehari-hari. berbagai manfaatnya sebagai
berikut; salah satu manfaat bersyukur kepada Allah ialah, mendapat kasih sayang dan ridho dari
Allah swt.
Manfaat kewajiban beribadah ialah, mendapatkan ketenangan dan kenyamanan di hati,
hidup menjadi berkah, selalu mendapat perlindungan dari Allah swt, mendapatkan amal, dan
hidup menjadi lebih bermakna, dan lain-lain sebagainya.
C. Keterkaitan antara Beribadah dan Bersyukur
Kaitan antara ibadah dan bersyukur berdasarkan hadits dari Aisyah adalah salah satu cara
untuk menjukkan perasaan syukur kita kepada ALLAH Ta’ala adalah dengan semakin
memperbanyak ibadah kepada ALLAH, sebagaiman dalam riwayat sayyidatina Aisyah
Radhiyallahu anha, Rasulullah bersyukur kepada ALLAH dengan sshalat hingga kaki beliau
bengkak – bengkak.
Kaitan syukur dan ibadah adalah Riwayat Sayyidatina Asiyah berikut :
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama
hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau
sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang
akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba
yang bersyukur?’” (HR. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820).
Maka dalam hadist itu diceritakan bahwa Rasulullah menunjukan bentuk syukurnya
kepada ALLAH atas segala nikmat yang ALLAH berikan kepada beliau dengan sholat hingga
kakinya bengkak-bengkak, padahal Rasulullah adalah maksum, yaitu diampuni segala dosa-
dosanya, namun tetap beribadah hingga kakinya bengkak-bengkak untuk menunjukan
syukurnya. Tidak bisa kita bayangkan selama apa Rasulullah berdiri dalam sholatnya.
Untuk meneladin sifat syukur Rasulullah, maka kita berniat untuk memeprbanyak amal
ibadah kita, agar ALLAH tambahkan lagi nikmatnya kepada kita. Karena salah satu car untuk
menarik rizki dan ditambahkan nikmat ALLAH adalah dengan kita bersyukur atas apa yang
ALLAH berikan . ALLAH Ta’ala berfirman “Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat
kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar” (QS. Al Baqarah: 152)
D. Landasan Al-Qur’an dan Hadits
‫س?انَ بِ َوالِ َد ْي? ِه َح َملَ ْت?هُ أُ ُّمهُ َو ْهنً?ا َعلَ ٰى‬ َّ ‫ َو َو‬. ‫الش? ْر َك لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬
َ ‫ص? ْينَا اإْل ِ ْن‬ ِّ َّ‫ش ِركْ بِاهَّلل ِ ۖ إِن‬ ْ ُ‫َوإِ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ اِل ْبنِ ِه َوه َُو يَ ِعظُهُ يَا بُنَ َّي اَل ت‬
ِ ‫ش ُك ْر لِي َولِ َوالِ َديْكَ إِلَ َّي ا ْل َم‬
‫صي ُر‬ ْ ‫صالُهُ فِي عَا َم ْي ِن أَ ِن ا‬ َ ِ‫َو ْه ٍن َوف‬
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(Q.S Luqman Ayat 13-14).
Orangtua harus mendidik anak-anaknya untuk bertauhid kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Luqman mencontohkan, pendidikan utama yang harus diberikan kepada anak adalah
tauhid. Larangan berbuat syirik. Menyekutukan Allah adalah kezaliman yang paling besar.
Seorang anak wajib berbakti kepada kedua orangtuanya, birrul walidain. Terutama kepada ibu
yang telah mengandung, melahirkan dan mengasuhnya dengan penuh susah payah. Wajib
bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orangtua. Ayat ini mengingatkan bahwa
hanya kepada Allah-lah kita semua akan kembali.
‫س?نًا‬ ِ ‫ين َوقُولُ??وا لِلنَّا‬
ْ ‫س ُح‬ َ ‫س?انًا َو ِذي ا ْلقُ? ْ?ربَ ٰى َوا ْليَتَ??ا َم ٰى َوا ْل َم‬
ِ ‫س?ا ِك‬ َ ‫س? َرائِي َل اَل تَ ْعبُ?دُونَ إِاَّل هَّللا َ َوبِا ْل َوالِ? َد ْي ِن إِ ْح‬ َ ‫َوإِ ْذ أَ َخ ْذنَا ِميثَ??ا‬
ْ ِ‫ق بَنِي إ‬
َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ ثُ َّم تَ َولَّ ْيتُ ْم إِاَّل قَلِياًل ِم ْن ُك ْم َوأَ ْنتُ ْم ُم ْع ِرضُون‬
َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Q.S Al Baqarah Ayat 83).
Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan mereka telah mensepakati untuk
memenuhi isi perjanjian itu. Berupa pokok-pokok agama yang harus diamalkan. Kewajiban
untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Wajib berbuat baik
kepada orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin. Wajib mengucapkan
kata-kata yang baik kepada orang lain. Wajib mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Perintah-
perintah dalam isi perjanjian ini juga berlaku bagi kaum muslimin. Mulai dari tauhid hingga
berbuat ihsan serta mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Melalui ayat ini Allah mengungkap
sifat Bani Israil yang suka melanggar perjanjian.
Hadis tentang kewajiban beribadah:
ُ ‫ َولَ ْم أَس‬،ً‫ش ْغال‬
ْ‫س َّد فَ ْق َرك‬ ْ ‫ َوإِنْ الَ تَ ْف َع ْل َم‬،َ‫س َّد فَ ْق َرك‬
ُ ‫ألتُ يَ َد َك‬ ُ َ‫ َوأ‬،‫ص ْد َركَ ِغنًى‬ ْ ‫ أَ ْم‬،‫ يَا ابْنَ آ َد َم! تَفَ َّر ْغ لِ ِعبَا َدتِ ْي‬: ‫إِنَّ هَّللا َ تَ َعالَى يَقُ ْو ُل‬
َ ‫أل‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya
kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku
penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan
dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu (kepada manusia)” (HR. At-Tirmidzi)
Hadis tentang kewajiban bersyukur :
ْ َ‫ اُ ْنظُ? ُر ْوا إِلَى َمنْ أ‬: ‫س?لَّ َم‬
ْ‫ َوالَ تَ ْنظُ? ُر ْوا إِلَى َمن‬،‫س?فَ َل ِم ْن ُك ْم‬ َ ‫ص?لَّى هللاُ َعلَ ْي? ِه َو‬ ِ ‫عَنْ أَبِ ْي ُه َر ْي َرةَ َر‬
ُ ‫ قَ??ا َل َر‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَ??ا َل‬
َ ِ‫س? ْو ُل هللا‬
.‫ فَ ُه َو أَ ْج َد ُر أَنْ الَ ت َْز َد ُر ْوا نِ ْع َمةَ هللاِ َعلَ ْي ُك ْم‬،‫فَ ْوقَ ُك ْم‬
Artinya: “Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah
kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih
patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan
kepada kalian.” (HR. Al-Bukhari)
Perilaku Jujur
(Materi Tisya Hasinatussiaroh)

A. Memahami Makna Kejujuran

1. Pengertian Jujur

Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan “aś-śidqu” atau “śiddiq” yang berarti
benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta. Secara istilah, jujur atau aś-
śidqu bermakna (1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan; (2) kesesuaian antara informasi
dan kenyataan; (3) ketegasan dan kemantapan hati; dan (4) sesuatu yang baik yang tidak
dicampuri kedustaan.

2. Pembagian Sifat Jujur

Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (śiddiq) sebagai berikut:

 Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala
tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt.

 Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan yang
disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Ia tidak berkata
kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya dengan cara selalu
menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur
jenis ini. Menepati janji termasuk jujur jenis ini.

 Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh-sungguh sehingga


perbuatan żahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi
tabiat bagi dirinya.

Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik
berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat disebut al-Amin,
yakni orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Dinamakan demikian karena segala sesuatu
yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik
yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain.

Di antara faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad saw. berhasil dalam


membangun masyarakat Islam adalah karena sifat-sifat dan akhlaknya yang sangat terpuji.
Salah satu sifatnya yang menonjol adalah kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir
hayatnya, sehingga ia mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya atau jujur).

B. Ayat-Ayat Al-Qur’ān dan Hadis tentang Perintah Berlaku Jujur

1. Q.S. al-Māidah/5:8

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.”.

2. Q.S. at-Taubah/9:119

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah Swt., dan
bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”

3. Hadis dari Abdullah bin Mas’ud ra.

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra., Rasulullah saw. bersabda, “Hendaklah
kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran
menuntunmu ke surga. Dan sesantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga
dia tercatat di sisi Allah Swt. sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku
dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke
neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di
sisi Allah Swt. sebagai pendusta.” (H.R. Muslim)

C. Menerapkan Perilaku Mulia


Penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat misalnya seperti berikut.

 Meminta izin atau berpamitan kepada orang tua ketika akan pergi ke mana pun.

 Tidak meminta sesuatu di luar kemampuan kedua orang tua.

 Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak mengetahuinya.

 Melaporkan prestasi hasil belajar kepada orang tua meskipun dengan nilai yang kurang
memuaskan.

 Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau ujian
sekolah.

 Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidakhadiran ke


sekolah.

 Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain, meskipun
barang tersebut tampak tidak begitu berharga.

 Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang dapat menghalanginya.

 Tidak menjanjikan sesuatu yang kita tidak dapat memenuhi janji tersebut.

 Mengembalikan barang yang ditemukan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang
bertanggung jawab.

 Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati.

Anda mungkin juga menyukai