Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-
Nyasehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Yudi Kuswandi, S.Pdi, M.Ag
selaku dosen Kapita Selekta yang memberikan dorongan masukan kepada saya.
Dan harapan saya semoga mini research ini dapat menambah pengetahuan
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi mini research agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam mini research ini, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan mini research ini.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Konsep Manusia Menurut Islam...............................................................3
B. Pendidikan Islam.........................................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
A. Kesimpulan................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi
fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Membicarakan
tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung
metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari. Penganut teori
psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan).
Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi
antara komponen biologis (id), psikologis (ego). Dan social (superego). Di dalam
diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Mengenai proses terciptanya manusia banyak teori-teori yang muncul
sebelum turunnya al Quran. Dari mulai teori Aristoteles, Louis Pasteur, hingga
Charles Darwin. Mereka mencoba mengungkap tentang dari mana asal-usul hidup
dan kehidupan. Semenjak itulah (tepatnya 1860) muncul teori baru yang
menyatakan bahwa semua yang hidup berasal dari yang hidup sebelumnya.
Walaupun teori baru itu nampaknya lebih hebat dan rasional, namun ternyata
masih belum mampu menjabarkan "misteri" hidup itu sendiri.
Karena teori-teori tersebut tidak dapat memberikan jawaban atas
pertanyaan tentang dari manakah asal-usul hidup pertama kali. Karena itulah,
orang menjadi bingung Pada abad pertengahan al Qur'anul-Karim dan Rasulullah
salah satunya pendobrak pintu kegelapan teori ini dengan mengemukakan fakta-
fakta penciptaan manusia yang sangat rumit dan ajaib.
Di dalam Al-Qur'an ada kata atau istilah yang digunakan untuk
menunjukkan manusia Pertama, kata ins yang kemudian membentuk kata insan
dan unas. Kata "insan" diambil dari kata "uns" yang mempunyai arti jinak, tidak
liar, senang hati tampak atau terlihat. Kedua, Basyar yang berarti kulit luar.
Ketiga, Bani Adam berarti anak Adam.
1
2
1
Zuhairani, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Hlm.41
2
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan di Rumah, Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani. 1995),
Hlm.117
BAB II
PEMBAHASAN
3
Akmal Ridho Gunawan Hasibuan, Menyinari Kehidupan dengan Cahaya Al-Qur’an, (PT Elex Media
Komputindo, Jakarta: 2018). Hlm. 42
3
4
dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang
laki-laki yang sempurna?”
Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad Saw untuk menceritakan
kepada kaum muslimin tentang kisah seorang yang sombong, pemilik pertanian
yang hasilnya melimpah ruah. Orang tersebut telah ditegur oleh kawannya dan
diingatkan bahwa dia diciptakan dari tanah dan pasti akan kembali kepadanya.
Tetapi ia terus saja membangkang. Dia baru sadar setelah seluruh kekayaannya
sirna.4
Ketiga ada pada Surat al-Hajj: 5, yang artinya:
“Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) Kebangkitan, maka sesungguhnya
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna agar Kami jelaskan kepada kamu; dan
Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia
sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami
turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan
menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah”.
Dalam ayat ini Allah menyapa Manusia dan menerangkan bahwa mereka
diciptakan dari tanah, kemudian berproses dari zigot sampai janin. Lalu Manusia
lahir menjadi kanak- kanak dan dewasa. Ada yang kemudian meninggal dan ada
pula yang diberi usia lanjut.5
2. Penciptaan Manusia Dari Thin
Menurut Al-Asfahani, kata thin bermakna tanah yang sudah bercampur air
atau tanah basah.
Surat Al-An’am: 2
4
Akmal Ridho Gunawan Hasibuan, Menyinari Kehidupan dengan Cahaya Al-Qur’an, (PT Elex Media
Komputindo, Jakarta: 2018). Hlm. 44.
5
Akmal Ridho Gunawan Hasibuan, Menyinari Kehidupan dengan Cahaya Al-Qur’an....Hlm. 46
5
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal
(kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun
demikian kamu masih meragukannya”.
Surat al-‘Araf: 12
(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud
(kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik
daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari
tanah.”
Surat as-Sajadah: 7
“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah”.
Surat ash-Shaffat: 11
“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): ‘Apakah mereka yang
lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?’
Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat”
Surat Shad: 71 dan 76
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku
akan menciptakan manusia dari tanah”.
3. Penciptaan Manusia Dari Shalshal
Shalshal adalah tembikar kering yang berongga yang dibuat dari tanah.
Sehingga mengeluarkan bunyi bila ditiup atau diayunkan. Benda itu menurut Al-
Qur’an dibuat dari hama’ yaitu tanah liat yang sedikit berbau. Tanah itu dibentuk
(Masnun) menjadi shalshal tersebut. Kata tersebut diulang tiga kali didalam Al-
Qur’an. surat al-Hijr: 26, 28 dan 33
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. 26
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh,
Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam
yang diberi bentuk” 28
6
“Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang
Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang
diberi bentuk.” 33
Isyarat tentang proses penciptaan manusia melalui satu tahapan ‘alaqah
lebih jauh dijabarkan dalam Q.S Al-Mu’minun ayat 12-14:6
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat,
lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain.
Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik”.
Dalam ayat diatas jelas terlihat bagaimana proses penciptaan manusia
dimulai dari tahap sulalah (saripati makanan) kemudian nutfah (sperma) lalu
terjadi konsepsi (pembuahan) dan masuk kedalam rahim (menjadi embrio)
kemudian berkembang membentuk ‘alaqah kemudian berproses menjadi
mudhghah, ‘izaman (tumbuh tulang belulangnya) kemudian tulang-tulang itu
dibungkus dengan daging.
Setelah terbentuk manusia yang utuh, kemudian Allah SWT meniupkan
(nafakha) kepadanya ruh nya kemudian jadilah ia makhluk yang unik (khalqan
Akhar). Disebut demikian karena manusia memiliki substansi psikis yang berasal
dari substansi tuhan sama sekali tidak dimiliki makhluk-makhluk lain.
Al-Qur’an menggunakan beberapa istilah dalam penyebutan manusia yaitu
meliputi al-basyar, al-Ins, al-Insan, an-Nas, al-Unas, Bani Adam, an-Nafs, al-
Anfus dan an-Nufus.
a. Al-basyar
Secara bahasa, berarti fisik manusia. Makna ini disimpulkan dari berbagai
uraian tentang al-basyar. Menurut Abu al-Husain Ahmad Ibnu Faris Ibn Zakariya
dalam Mu’jam al- Maqayis fi al-Lugah. Ia menjelaskan bahwa semua kata yang
huruf-huruf asalnya terdiri dari ba, syin dan ra’ berarti sesuatu yang tampak jelas
6
Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009) Hlm. 161
7
dan biasanya cantik dan indah. Dengan demikian, bahwa manusia yang dijelaskan
oleh al-basyar menekankan pada gejala umum yang melekat pada fisik manusia
yang secara umum relatif sama antara semua manusia.7
Allah Swt, memakai konsep al-basyar dalam Al-Qur’an sebanyak 37 kali.
Salah satunya dalam surat al-Kahfi ayat 110.
“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu
adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan
dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah
dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya”.
b. Al-Insan, al-Ins, an-Nas dan al-Unas
Kata al-Insan menurut Ibnu Mansur, mempunyai tiga asal kata.
Pertama, berasal dari kata anasa yang berarti abara yaitu melihat, ‘alima yaitu
mengetahui dan istilah “an” yang berarti meminta izin. Kedua, berasal dari kata
nasiya yang berarti lupa. Ketiga berasal dari kata an-nus yang berarti jinak
lawan dari kata al-wakhsyah yang berarti buas.
Menurut Ibnu Zakariya, semua kata yang asalnya dari huruf Alif , nun
dan sin mempunyai makna asli jinak, harmonis dan tampak dengan jelas. Dari
kedua uraian tersebut memiliki inti yang sama bahwa manusia yang diistilahkan
dengan al-Insan tampak pada ciri- ciri khasnya yaitu jinak, tampak jelas
kulitnya juga potensial untuk memelihara atau melanggar aturan sehingga ia
dapat menjadi makhluk yang harmonis atau kacau.
Kata al-Insan disebutkan didalam Al-Qur’an sebanyak 65 kali,
diantaranya surat al- Alaq ayat 5.
Kata al-Ins selalu bergandengan dengan kata al-jinn karena kata tersebut
selalu jadi perbandingan.
Al-Ins dengan al-jinn adalah makhluk yang diciptakan Allah agar
senantiasa mengabdikan dirinya (beribadah) kepada Allah sepanjang hidupnya.
Al-Ins dan al-jinn juga makhluk pembangkang, sehingga mendapat
tantangan dari Allah agar mereka bekerjasama untuk membuat semacam Al-
7
Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009) Hlm. 151-158
8
8
Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar....., Hlm. 160
9
Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang berada dalam relasi
(Habl), dengan Tuhan (Habl min Allah), relasi dengan sesama manusia (Habl min
An-Nas) dan relasi dengan alam ( Habl min alam).9
B. Pendidikan Islam
Sebelum membahas lebih jauh tentang tujuan pendidikan Islam, terlebih
dahulu penulis mengemukakan tentang tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.10
Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan
fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya .11
Pendidikan Islam merupakan sebuah usaha untuk menjadikan anak
keturunan dapat mewarisi ilmu pengetahuan (berwawasan islam). Setiap usaha
dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai sebuah
landasan atau dasar tempat berpijak yang baik dan kuat.
Dasar Pendidikan Islam
Bagi umat Islam agama adalah dasar (pondasi) utama dari keharusan
berlangsungnya pendidikan karena ajaran-ajaran Islam yang bersifat universal
mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik
yang bersifat ubudiyyah (mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya),
maupun yang bersifat muamalah (mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya). 12Adapun dasar-dasar dari pendidikan Islam adalah:
- Al-Qur’an
9
Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar....., Hlm. 166
10
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang- Undang RI
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Cet. I; Jakarta: Visimedia, 2007), Hlm. 5
11
Akhmad Zulfaidin Akaha, Psikologi Anak dan Remaja Muslim. (Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar. 2001)
Hlm. 154-155
12
Zuhairini, Dkk. Metodologi Pendidikan Agama. (Solo: Ramadhani. 1993) Hlm. 53
10
Menurut pendapat yang paling kuat, seperti yang diungkapkan oleh Subhi
Shaleh, al-Qur’an berarti bacaan, yang merupakan kata turunan (masdar) dari fiil
madhi qara’a dengan arti ism al-maful yaitu maqru’ yang artinya dibaca.13
“Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. al-Alaq: 1-5).
Ayat tersebut merupakan perintah kepada manusia untuk belajar dalam
rangka meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuannya termasuk didalam
mempelajari, menggali, dan mengamalkan ajaran-ajaran yang ada al-Qur’an itu
sendiri yang mengandung aspek-aspek kehidupan manusia. Dengan demikian al-
Qur’an merupakan dasar yang utama dalam pendidikan Islam.
- As-Sunnah
Setelah al-Qur’an maka dasar dalam pendidikan Islam adalah as-Sunnah,
as-Sunnah merupakan perkataan, perbuatan apapun pengakuan Rasulullah SAW,
yang dimaksud dengan pengakuan itu adalah perbuatan orang lain yang diketahui
oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian itu berjalan. Sunnah
merupakan sumber ajaran kedua setelah al-Qur’an, Sunnah juga berisi tentang
akidah, syari’ah, dan berisi tentang pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia
seutuhnya.14
Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan menuju suatu tujuan karena
pekerjaan tanpa tujuan yang jelas akan menimbulkan suatu ketidak menentuan
dalam prosesnya. Lebih-lebih dalam proses pendidikan yang bersasaran pada
kehidupan psikologi peserta didik yang masih berada pada taraf perkembangan,
maka tujuan merupakan faktor yang paling penting dalam proses kependidikan
itu. Karenanya dengan adanya tujuan yang jelas, materi pelajaran dan metode-
metode yang digunakan, mendapat corak dan isi serta potensialitas yang sejalan
dengan cita-cita yang terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
Islam mengandung di dalamnya suatu nilai-nilai tertentu sesuai dengan pandangan
13
Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2000)
Hlm. 63
14
Zakiah daradjat. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara. 2006) Hlm. 20-21
11
Islam sendiri yang harus direalisasikan melalui proses yang terarah dan konsisten
dengan menggunakan berbagai sarana fisik dan nonfisik yang sama dengan nilai-
nilainya.
1. Tujuan Pendidikan Islam
Idealitas tujuan dalam proses kependidikan Islam mengandung nilai-nilai
Islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran
Islam secara bertahap.15 Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam merupakan
penggambaran nilai- nilai Islam yang hendak diwujudkan dalam pribadi peserta
didik pada akhir dari proses kependidikan. Dengan kata lain, tujuan pendidikan
Islam adalah perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi peserta didik yang
diperoleh dari pendidik muslim melalui proses yang terfokus pada pencapaian
hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sehingga
sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat dan memiliki
ilmu pengetahuan yang seimbang dengan dunia akhirat sehingga terbentuklah
manusia muslim paripurna yang berjiwa tawakkal secara total kepada Allah swt,
sebagai mana firman-Nya dalam QS Al-An’am/6: 162
Terjemahnya:
“Katakanlah (Muhammad): "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam).16
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam sama luasnya dengan
kebutuhan manusia modern masa kini dan masa yang akan datang karena manusia
tidak hanya memerlukan iman atau agama melainkan juga ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai alat untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia sebagai
sarana untuk mencapai kehidupan yang bahagia di akhirat.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam, Muhammad Athiyyah Al-
Abrasyi berpendapat bahwa:
15
.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam-Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,
(Cet.II,Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 53-54.
16
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 201.
12
jangkauan visi nilai-nilai kehidupan manusia yang lebih luas dan tak pernah
terbatas oleh ruang dan waktu
Menurut al-Abrasyi, dalam Ahmad Tafsir (1994), mengemukakan bahwa
dalam merumuskan kurikulum atau materi pendidikan Islam harus
mempertimbangkan 5 (lima) prinsip Pertama, mata pelajaran ditujukan untuk
mendidik rohani atau hati, artinya, materi itu berhubungan dengan kesadaran
ketuhanan yang mampu diterjemahkan ke dalam setiap gerak dan langkah
manusia. Manusia adalah makhluk yang senantiasa melibatkan sandaran kepada
yang Maha Kuasa, yaitu Allah Swt. Kedua, mata pelajaran yang diberikan berisi
tentang tuntunan cara hidup. Pelajaran ini tidak saja ilmu fiqh dan akhlak tetapi
ilmu yang menuntun manusia untuk meraih kehidupan yang unggul dalam segala
dimensinya. Ketiga, mata pelajaran yang disampaikan hendaknya mengandung
ilmiah, yaitu sesuatu ilmu yang mendorong rasa ingin tahu manusia terhadap
segala sesuatu yang perlu diketahui Ilmu yang dibutuhkan untuk mencari karunia
Allah melalui cara-cara yang mulia dan penuh perhitungan Keempat, mata
pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara praktis bagi kehidupan, intinya
bahwa materi mengajarkan suatu pengalaman, keterampilan, serta cara. Pandang
hidup yang luas. Kelima, mata pelajaran yang disampaikan harus membingkai
terhadap materi lainnya. Jadi, ilmu yang dipelajari berguna untuk ilmu lainnya.18
4. Kurikulum Pedidikan Islam
Menurut Mujtahid (2011). Tiap jenis kurikulum mempunyai ciri atau
karakteristik termasuk pendidikan agama Islam. Menurut Abudurrahman al-
Nahlawi, dalam Majid (2004), menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan Islam
harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:
a. Memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah manusia
serta bertujuan untuk mensucikan jiwa manusia, memelihara dari
penyimpangan, dan menjaga keselamatan fitrah manusia sebagaimana
diisyaratkan hadits Qudsi sebagai berikut: "hamba-hamba ku diciptakan
dengan kecenderungan (pada kebenaran). Lalu Syethan menyesatkan
mereka."
18
Mujtahid, Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI), (Malang: UIN Maliki Press, 2011) Hlm.20
15
lebih penting dari pada materi, akan tetapi guru lebih penting dari metode, dan
jiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri). Ungkapan ini menegaskan bahwa
metode yang diperankan oleh guru akan sangat menentukan keberhasilan proses
dari interaksi belajar mengajar (Mujtahid, 2011), Metode adalah cara yang
digunakan tenaga pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Oleh
karena itu, metode merupakan alat untuk menciptakan interaksi antara guru dan
pelajar dalam mempelajari sebuah materi tertentu. Dalam hal ini, guru berperan
sebagai penggerak, fasilitator, pembimbing dan seterusnya. Sementara pelajar,
dapat berperan aktif dalam kegiatan tersebut (Mujtahid, 2011). Ahmad Tafsir
(1994), menyatakan bahwa metode pendidikan Islam yang saat ini digunakan oleh
para pendidik itu merupakan hasil dari metode yang dikembangkan orang Barat.
Karena saat ini kita dengan mudah mengakses sumber referensi itu dan dapat
digunakan untuk memperbaiki cara dan strategi pembelajaran kita. Metode yang
kita terapkan itu misalnya, metode ceramah, brainstorming. soal jawab, diskusi,
sosiodrama, bermain, resitasi dan lain lain. Untuk mengimplementasikan metode
itu, maka diperlukan cara yang tepat dari para guru agar compatible dengan visi-
misi materi, tujuan materi dan karakteristik materi, Hal yang sama ditunjukkan
pula oleh Muhaimin et al., (2001), mengatakan bahwa metode yang digunakan
untuk implementasi kurikulum pendidikan agama Islam tak jauh berbeda dengan
metode yang digunakan pendidikan umum. Sebenarnya, hampir tidak jauh
berbeda antara keduanya, bahwa proses pendidikan apa pun namanya, kerangka
atau aspek domainnya yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik
Oleh itu, pendidikan Agama Islam harus berorientasi pada "penyadaran"
dalam ketiga aspek di atas. Ketiga aspek tersebut. dalam pembelajaran pendidikan
Agama Islam, tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Asas inilah,
menurut A. Malik Fadjar (1998), bahwa pendidikan agama Islam adalah proses
pendidikan yang mampu menggugah kesadaran peserta didik untuk menjadi
pribadi muslim sejati.
Metode yang perlu digunakan, menurut A. Malik Fadjar (1998), haruslah
memiliki dua landasan Pertama, landasan motivasional, yaitu pemupukan sifat
individu peserta didik. untuk menerima ajaran agamanya dan sekaligus
18
21
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT rajagrafindo Persada, 2000) Hlm. 15
19
22
Azhar Arsyad, Media Pengajaran...., h. 16
20
23
Mujtahid, Kurikulum Pendidikan Agama Islam....., Hlm.23
21
24
Mujtahid, Kurikulum Pendidikan Agama Islam....., Hlm.25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penciptaan manusia, mengenai dengan sejumlah rumusan yang
berbeda-beda menyangkut penciptaan manusia didalam Al-Qur’an. Ada ayat yang
menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah liat, tembikar, saripati tanah,
saripati air yang hina, air yang tertumpah dan mani yang terpancar. Tetapi hal
tersebut dapat di jelaskan mengenai proses penciptaan manusia dalam kitab Al-
Qur’an sebagaimana yang tertera dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-14 yang
menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut jelas terlihat bagaimana proses penciptaan
manusia dimulai dari tahap sulalah (saripati makanan) kemudian nutfah(sperma)
lalu terjadi konsepsi (pembuahan) sampai kemudian tulang-tulang itu dibungkus
dengan daging.
Setelah terbentuk manusia yang utuh, kemudian Allah SWT meniupkan
(nafakha) kepadanya ruh nya kemudian jadilah ia makhluk yang unik (khalqan
Akhar). Disebut demikian karena manusia memiliki substansi psikis yang berasal
dari substansi tuhan sama sekali tidak dimiliki makhluk-makhluk lain.
Tujuan pendidikan Islam merupakan penggambaran nilai-nilai Islam yang
hendak diwujudkan dalam pribadi peserta didik pada akhir dari proses
kependidikan. Dengan kata lain, tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-
nilai Islami dalam pribadi peserta didik yang diperoleh dari pendidik muslim
melalui proses yang terfokus pada pencapaian hasil yang berkepribadian Islam
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab, sehingga sanggup mengembangkan dirinya
menjadi hamba Allah swt yang taat dan memiliki ilmu pengetahuan yang
seimbang dengan dunia akhirat sehingga terbentuklah manusia muslim yang
paripurna serta berjiwa tawakkal secara total kepada Allah swt.
22
DAFTAR PUSTAKA
iv
v