Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA, KEIMANAN DAN IBADAH ISLAM

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Studi Islam)

Dosen Pengampu :

Ais Isti’ana, M.pd.I

Disusun Oleh :

Peliya Anesha : 2211100203

Ranti Fauziah : 2211100243

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena walaupun
dalam keadaan yang sulitpun, kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Apa yang kami tuangkan dalam makalah ini, masih jauh yang diharapkan dan
isinya masih terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata maupun
dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang
sifatnya membangun, kami harapkan sehingga makalah ini menjadi sempurna.

Bandar Lampung, 26 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia Dalam Islam...........................................................................1
B. Hakikat Keimanan Dalam Islam.........................................................................5
C. Hakikat Ibadah Dalam Islam..............................................................................7
BAB III KESIMPULAN
A. SIMPULAN........................................................................................................10
B. SARAN................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai
‘makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).1 Menurut
pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan
budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi
kemakmuran dan kemaslahatannya. Manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna dimuka bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan
makhluk-makhluk lain. Akal, merupakan sesuatu hal yang dimiliki oleh
manusia yang sangat berguna untuk mengatur insting serta ego manusia itu
sendiri agar tercapai tujuan kehidupannya.
Di dalam salah satu kaidah ilmu Tauhid kita membahas tentang hakikat
iman kepada Allah SWT. Sebagai umat yang menganut agama Islam kita harus
yakin, tapi bukan sekedar yakin tetapi harus menerapkan dalam tingkah laku
kehidupan sehari-hari. Keyakinan kita terhadap keberadaan Allah SWT harus
dibentengi dengan iman yang kuat. Kita harus yakin dengan sepenuh hati
bahwa keberadaan Allah SWT itu benar benar nyata.
Kewajiban kita sebagai hamba Allah yang lemah adalah beribadah. Setiap
ibadah sebagaimana yang diperintahkan Allah mengandung maksud tersendiri
dan di dalam pelaksanaannya terdapat hikmah. Ibadah merupakan unsur mutlak
dalam agama. Agama yang intinya adalah keyakinan tentang adanya zat yang
berkuasa di atas alam raya, dan kerinduan manusia untuk mengagumkan dan
berhubungan dengan-Nya, melahirkan berbagai macam cara pengabdian,
pemujaan dan ibadah..
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat manusia menurut islam?
2. Bagaimana hakikat keimanan dalam islam?
3. Bagaimana hakikat ibadah dalam islam?
C. Tujuan Penulisan

1
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/manusia

1
1. Untuk memahami bagaimana hakikat manusia menurut islam
2. Untuk memahami bagaimana keimanan dalam islam
3. Untuk memahami bagaimana hakikat ibadah dalam islam
4.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia Dalam Islam


1. Pengertian Hakikat
Secara harfiah, haqiqah berarti hakikat sesuatu puncak atau sumber (asal)
sesuatu. Dalam dunia sufi, hakikat adalah aspek lain dari syariat yang
bersifat eksoteris yaitu aspek esoteris (batin). Secara terminologi, hakikat
dapat diartikan sebagai rahasia terdalam dari segala perbuatan, esensi syariat
dan akhir perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi. Esensi dari apa yang
disebut kebenaran adalah makna terdalam dari amalan dan petunjuk yang
ada dalam syariat dan tarekat.2
Hakikat itu sendiri mengacu pada faktor utama yang lebih mendasar dan
merupakan keharusan. Hakikat selalu ada dalam keadaan alam yang tidak
berubah. Dimana tanpa faktor-faktor utama tersebut, sesuatu tidak akan
bermakna seperti bentuk yang kita niatkan. Karena hakikat adalah faktor
utama yang harus ada, maka esensinya tidak dapat disangkal.
2. Pengertian Manusia
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda
dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu
kata basyar, insan dan al-nas. Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali
salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku
ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan
pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering
(al-hijr : 33 ; ar-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuun :
33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-
alaq : 5), yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat
psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi

2
Enung Asmaya, “Hakikat Manusia dalam Tasawuf Al-Ghazali”,Jurnal Dakwah dan
Komunikasi Vol. 12, No. 1, Januari - Juni 201; ISSN 1978 - 1261 ( Purwokerto : Institut Agama
Islam Negeri Purwokerto, 2018).

1
ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang
menjadi dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.3
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti az-zumar : 27 walakad
dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah
kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam
perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai
makhluk social atau secara kolektif.
3. Asal mula manusia berdasarkan Al-Qur'an (Adam a.s)
Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai
membuat “cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir
karena takut manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-
Quran, kejadian itu diabadikan.
ۢ ِ ‫وِإ ْذ قَ َال ربُّ ِ ٰ َِٓئ ِ ِإ‬
ٍ ُ‫ق ب َشرا ِّمن ص ْلص ٍٰل ِّمن مَح ٍإ َّمسن‬
‫ون‬ ْ َ ْ َ َ ً َ ٌ ‫ك ل ْل َمل َكة ىِّن َٰخل‬
َ َ َ
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (QS. Al Hijr:
28).4
Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah
berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di
surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa
dalam kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa
sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat.
Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap
dibumi.5
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki
kecerdasan, bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan
sendiri. Inilah keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi
penguasa didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah
ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi.
3
https://mahasiswa.ung.ac.id/431412095/home/2012/10/31/hakikat_manusia.html
4
Q.S, Al-Hijr/15:28
5
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, (Bandung :
Mizan, 1990), 78

2
Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang
menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati lembah,
gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:

‫ٰهمۡ َع ٰلى َكثِ ۡي ٍر‬ ۡ َّ َ‫ت وف‬


ِ ۡ ۡ ۡ ۡ ۤ
ُ ‫ضلن‬ ُ ‫ٰهمۡ ىِف ال َبِّر َولابَ ۡح ِر َو َر َزقن‬
َ ‫ٰهمۡ ِّم َن الطَّيِّٰب‬ ُ ‫َولَـ َق ۡد َكَّرمۡ نَا بَىِن ۡى اٰ َد َم َومَحَلن‬
ِ ‫مِّمَّ ۡن خ ۡلقَنَا تَ ۡف‬
‫ض ۡي ًل‬ َ
Artinya : Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami
angkut mereka didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra'
70)6
4. Hakikat Manusia Dalam Islam
Hakikat Manusia menurut pandangan Islam adalah makhluk Allah
s.w.t. yang memiliki unsur dan daya materi yang memiliki jiwa dengan ciri-
ciri berfikir, berakal, dan bertanggungjawab pada Allah s.w.t. yang
diciptakan dengan memiliki akhlak. Secara terperinci sebagai berikut:

a. Makhluk yang sempurna dan mulia


Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna, baik dari wujud
fisiknya maupun rohaninya. Manusia menjadi makhluk ciptaan Allah
yang paling sempurna dan mulia karena memiliki akal. Akal inilah yang
membedakan manusia dengan maklhuk lainnya. Akal membantu manusia
untuk melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
b. Makhluk yang Bertanggungjawab
Setiap manusia menurut pandangan Islam adalah seorang pemimpin,
terutama memimpin dirinya sendiri. Setiap pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabannya terhadap apa yang telah dipimpinnya baik lahir
maupun batin, serta di dunia maupun di akhirat. Hal ini sesuai dengan
surat al-Ahzab ayat 72 berikut :7

6
Q.S, Al-isra’/17:70
7
Q.S, Al-ahzab/33:72

3
‫ض َوٱجْلِبَ ِال فَ ََأبنْي َ َأن حَيْ ِم ْلَن َها َوَأ ْش َف ْق َن ِمْن َها‬ ِ َّ ‫ضنَا ٱَأْلمانَةَ علَى‬
ِ ‫ٱَأْلر‬
ْ ‫ٱلس َٰم َٰوت َو‬ َ َ ْ ‫ِإنَّا َعَر‬

‫وما َج ُهواًل‬ ‫ومَحَلَ َها ٱِإْل ٰ ِإ‬


ً ُ‫نس ُن ۖ نَّهۥُ َكا َن ظَل‬
َ َ
Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
amat bodoh.
c. Khalifah dan hamba Allah
Manusia memiliki akal dan kalbu yang tidak dimiliki oleh makhuk lain,
maka manusia dijadikan sebagai khalifah dan sekaligus menjadi hamba
Allah. Khalifah mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia
sebagai pemegang kekuasaan yang bertugas untuk melaksanakan syariat-
Nya di bumi, disebut dalam surat As-Shaad ayat 26 berikut :
ِ ‫َّاس بِاحْل ِّق واَل َتتَّبِ ِع اهْل و ٰى َفي‬ ِ َ ‫يا داوود ِإنَّا جع ْلن‬
َ َّ‫ضل‬
‫ك‬ ُ ََ َ َ ِ ‫اح ُك ْم َبنْي َ الن‬
ْ َ‫ض ف‬ ْ ‫اك َخلي َفةً يِف‬
ِ ‫اَأْلر‬ َ ََ ُ ُ َ َ
ِ ‫اب َش ِدي ٌد مِب َا نَسوا يوم احْلِس‬
‫اب‬ ِ ِ ‫عن سبِ ِيل اللَّ ِه ۚ ِإ َّن الَّ ِذ‬
ٌ ‫ين يَضلُّو َن َع ْن َسبِ ِيل اللَّه هَلُ ْم َع َذ‬
َ َ َْ ُ َ َ َْ
Wahai Dawud sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah di muka
bumi, maka  berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia kana menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan
Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupkan hari
perhitungan.8
d. Makhluk Berakhlak
Akhlak merupakan gambaran atau wujud diri manusia yang sebenarnya,
ketika manusia memiliki akhlak yang baik, maka ia memilki kedudukan
yang tinggi di mata Allah. Sebaliknya jika manusia memiliki akhlak yang
buruk, maka kedudukannya rendah di mata Allah. Akhlak merupakan
salah satu keunggulan yang dimiliki manusia, karena manusia memiliki

8
Q.S, Al-Shad/38:26

4
akhlak, maka manusia mempunyai kemampuan untuk membedakan yang
hak dengan yang batil.
B. Hakikat Keimanan Dalam Islam
1. Pengertian Iman
Pengertian iman secara bahasa adalah percaya dan membenarkan. Iman
sendiri dalam bahasa arab berarti aman, damai, tenteram. Kata iman dalam
bahasa arab tersusun dari tiga huruf (hamzah, mim, nun), Iman itu sendiri
mempunyai arti membenarkan atau mempercayai, (at-tasdiq) yang
merupakan lawan dari kata Al-Kufr Sedangkan secara terminologi atau
dalam istilah syar’i Para ulama tafsir mempunyai pendapat yang beragam
tentang pengertian iman, diantara sebagai berikut:
1. Menurut Imam Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin
Rahawaih, iman merupakan pembenaran dengan hati, pengakuan dengan
lisan, dan amalan dengan anggota badan. Para ulama salaf menjadikan
amal termasuk unsur keimanan.
2. Menurut Muhammad Nawawi Al-Jawi seorang ulama besar dari
Indonesia berkata, Iman adalah mereka yang percaya dengan segenap
hati mereka. Tidak sepeti orang-orang yang berkata namun tidak sesuai
dengan hati mereka.
3. Imam Al-Baidhawi pernah berkata bahwa Iman secara bahasa merupakan
ungkapan tentang membenarkan sesuatu. Kata iman diambil dari kata al-
amn, seperti bahwasanya orang yang Membenarkan sesuatu, maka dia
akan mengamankan hal yang diyakini kebenarannya itu dari Pendustaan
dan ke tidak cocokkan/perbedaan.
2. Hakikat Beriman Kepada Allah
Di dalam Kitab Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri
menjelaskan arti Iman kepada Allah SWT sebagai sikap muslim yang
meyakini wujud atau adanya Allah Yang Maha Suci. Orang yang memiliki
Iman kepada Allah, meyakini bahwa Allah yang menciptakan langit dan
bumi, mengetahui yang ghaib dan yang tampak.
Iman kepada Allah SWT tercantum dalam rukun iman dimana posisi
iman kepada Allah SWT berada pada urutan pertama, karna pada dasarnya

5
tidak ada yang lebih agung dari pada Allah sang Pencipta alam semesta.
Sebagai umat Islam yang beriman kita harus meyakini sepenuh hati bahwa
Allah itu benar ada dan selalu memantau tingkah laku umatnya, maka dari
itu tidak ada satu detikan yang membuat kita lupa atau tidak beriman kepada
Allah SWT. 9
Sebagai umat manusia yang diciptakan secara sempurna, dimana kita
diciptakan dengan diberi anugerah akal dan pikiran oleh Allah SWT. Pikiran
yang kita emban ini senantiasa mendorong kita untuk terus berpikir, dimana
kita sebagai makhluk Allah yang paling sempurna harus mempunyai pikiran
bahwa alam semesta ini tidak secara mendadak ada tanpa diciptakan, siapa
lagi kalau bukan Allah SWT yang menciptakan seluruh keajaiban di alam
semesta ini.
Dalil terkait dengan keimanan sebagai berikut :
a. Q.S Al A’raf ayat 54.

‫ٱسَت َو ٰى َعلَى ٱلْ َع ْر ِش يُ ْغ ِشى‬ ِِ ِ َّ ‫ِإ َّن ربَّ ُكم ٱللَّه ٱلَّ ِذى خلَق‬
ْ َّ‫ض ىِف ستَّة َأيَّ ٍام مُث‬
َ ‫ٱَأْلر‬
ْ ‫ٱلس َٰم َٰوت َو‬ َ َ ُ ُ َ
ِ
ْ ‫ت بِ َْأم ِر ِهۦٓ ۗ َأاَل لَهُ ٱخْلَْل ُق َو‬
‫ر‬0ُ‫ٱَأْلم‬ ٍ ۭ ‫وم ُم َس َّخ َٰر‬
َ ‫ُّج‬
ُ ‫س َوٱلْ َق َمَر َوٱلن‬
َ ‫َّم‬ َ ‫ٱلَّْي َل ٱلن‬
ْ ‫َّه َار يَطْلُبُهۥُ َحثيثًا َوٱلش‬
ِ ُّ ‫ۗ َتبار َك ٱللَّه ر‬
َ ‫ب ٱلْ َٰعلَم‬
‫ني‬ َُ ََ
Artinya, "Sesungguhnya Rabbmu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan
dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha penuh berkah Allah, Rabb
semesta alam."10
b. Q.S Al-Anbiya’ ayat 22
ِ ‫ب ٱلْعر ِش ع َّما ي‬ ِ ‫هِل ِإ‬ ِ
‫ص ُفو َن‬ َ َ ْ َ ِّ ‫لَ ْو َكا َن في ِه َمٓا ءَا َةٌ اَّل ٱللَّهُ لََف َس َدتَا ۚ فَ ُسْب َٰح َن ٱللَّه َر‬

9
Sayid Sabiq, Aqidah Islamiah, (Bandung: CV Diponegoro, 1992),40
10
Q.S, Al A’raf /7:54

6
Artinya: "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah,
niscaya hancurlah keduanya. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai
'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan."11
c. Q.S Al-Qashash ayat 30
ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ود‬ ِ
‫وس ٰ ٓى‬ َ ‫ى من َٰشطِئ ٱلْ َواد ٱَأْلمْيَ ِن ىِف ٱلُْب ْق َعة ٱلْ ُمرَٰب َ َكة م َن ٱلش‬
َ ُ ‫َّجَر ِة َأن مَٰي‬ َ ُ‫َفلَ َّمٓا َأتَٰى َها ن‬
ِ ُّ ‫ِإىِّن ٓى َأنَا ٱللَّه ر‬
َ ‫ب ٱلْ َٰعلَم‬
‫ني‬ َُ
Artinya: "Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia
dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang
diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya
aku adalah Allah, Rabb semesta alam.12
C. Hakikat Ibadah Dalam Islam
1. Pengertian Ibadah
Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat ) yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. Dari akar kata
yang sama kita mengenal istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpun
makna kekurangan, kehinaan, dan kerendahan. Kata “Ibadah” menurut
bahasa berarti “taat, tunduk, merendahkan diri dan menghambakan diri”.
Adapun kata “Ibadah” menurut istilah berarti penghambaan diri yang
sepenuh-penuhnya untuk mencapai keridhoan Allah dan mengharap pahala-
Nya di akhirat”. Dengan demikian, segala bentuk sikap pengabdian dan
kepatuhan merupakan ibadah walaupun tidak dilandasi suatu keyakinan.

Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri


kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk
kegiatan manusia di dunia ini, yang dilakukan dengan niat mengabdi dan
menghamba hanya kepada Allah. Jadi, semua tindakan mukmin yang
dilandasi oleh niat tulus untuk mencapai ridha Allah dipandang sebagai
ibadah. Makna inilah yang terkandung dalam firman Allah :

‫س ااَّل لَِي ْعبُ ُد ْو ِن‬ ِ‫و ماخلَ ْق ِ اَّل‬.


َ ْ‫ت اجل َّن َواْ ن‬
ُ َ َ َ
11
Q.S, Al anbiya /21:22
12
Q.S, Al-Qashash /28:30

7
Artinya : Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untu mengabdi
kepada-Ku, (al-Dzariyat :56).13

Dengan demikian, segenap tindakan mukmin yang dilakukan


sepanjang hari dan malam tidak terlepas dari nilai ibadah, termasuk
tindakan yang dianggap sepele, seperti senyum kepada orang lain. Atau
bahkan tindakan yang dianggap kotor atau tabu jika dituturkan kepada
orang lain, seperti buang hajat, melakukan hubungan seks, dan lain-lain.

Beberapa sahabat bertanya kepada Nabi saw. tentang pahala shalat,


puasa, dan sedekah. Rasulullah saw. juga bersabda, “Seseorang muslim
yang menanam pohon atau tumbuhan lain, kemudian buahnya dimakan
burung, orang atau binatang ternak, semua itu menjadi sedekah baginya.”

2. Hakikat Ibadah
Tujuan di ciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah
kepada-Nya. Allah menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan
suatu kemampuan yang besar kepada makhluknya, karena apabila
direnungkan, hakikat perintah beribadah itu berupa peringatan agar kita
menunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-
Nya.14
Hakikat ibadah itu antara lain firman Allah yang berbunyi:

‫ين ِمن َقْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َتَّت ُقو َن‬ ِ َّ ِ َّ ۟ ٰٓ


َ ‫ٱعبُ ُدوا َربَّ ُك ُم ٱلذى َخلَ َق ُك ْم َوٱلذ‬ ُ ‫يََأيُّ َها ٱلن‬
ْ ‫َّاس‬
Artinya: “Wahai para manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu, yang
telah menjadikan kamu dan telah menjadikan orang-orang sebelum kamu,
agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah : 21).15
Adapun hakikat ibadah yaitu :
1) Ibadah adalah tujuan hidup kita.

2) Melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh


ketundukkan dan perendahan diri kepada Allah SWT.

13
Q.S Al-Dzariyat/51:56
14
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
15
QS. Al-Baqarah/2:21

8
3) Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meniggalkan larangan-Nya.

4) Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung


makna mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya.
Adapun tanda-tandanya : mengikuti sunnah Rasulullah saw.

5) Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu
yang dicintai Allah).

6) Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala


bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Dengan demikian orang-orang yang benar-benar mengerti kehidupan


adalah yang mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan;
baik dengan melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab
dengan cara itu tujuan hidupnya akan terwujud.

9
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian
sempurna manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu
diam karena dalam setiap kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai
manusia harus menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Sebagai umat yang meyakini ajaran Islam sebagai tuntunan kita, maka
sudah menjadi hukum wajib bahwa kita harus beriman kepada Allah SWT
Tuhan sang pencinta alam semesta. Kepercayaan bahwa Allah itu benar ada
harus tertanam pada hati seorang muslim, dengan keteguhan hati meyakini
bahwa Allah itu ada maka akan menjadi suatu hal yang membuat kita sadar
betapa Kuasa nya Allah terhadap seluruh makhluk ciptaannya.
Hakikat ibadah yaitu agar manusia di muka bumi ini untuk beribadah
kepada-Nya. Allah menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan suatu
kemampuan yang besar kepada makhluknya, karena apabila direnungkan,
hakikat perintah beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan
kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya.

B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Penulis
dapat memperbaiki makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits, Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1998
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
Enung Asmaya, “Hakikat Manusia dalam Tasawuf Al-Ghazali”,Jurnal Dakwah
dan Komunikasi Vol. 12, No. 1, Januari - Juni 201; ISSN 1978 - 1261
( Purwokerto : Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018).

Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta :


Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
http://dewyrohmawati.blogspot.com/2016/12/makalah-studi-islam-hakekat-
ibadah.html
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/manusia
https://www.academia.edu/22717744/Fiqih_Ibadah
pengertian_dan_hakikat_ibadah
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama,
Bandung : Mizan, 1990.
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam,
Jakarta : Rineka Cipta, 2004
Sayid Sabiq, Aqidah Islamiah, Bandung: CV Diponegoro, 1992

11

Anda mungkin juga menyukai