Dosen Pengampu
Yuliatun, M.Ag
Disusun Oleh :
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-NYA
penyusun mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan
tugas atau materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan
orangtua serta dosen, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Akademi Teknik Tirta Wiyata (AKATIRTA). Penulis sadar bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kepada
dosen pembimbing penulis meminta masukannya demi perbaikan makalah di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu
yang sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama
saja dengan berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk
Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut
pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan
moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya.
Dalam bahasa Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân,
mar’u, ins dan lain-lain. Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut memiliki
perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata nâs misalnya lebih merujuk pada makna
manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata basyar lebih menunjuk pada makna
manusia sebagai makhluk biologis. Begitu juga dengan kata-kata lainnya.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian hakikat dan manusia itu ?
2) Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia ?
3) Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ?
4) Apa saja hakikat manusia itu ?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia.
2) Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia
3) Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT
4) Untuk mengetahui Apa saja hakikat manusia itu.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
A. Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya
atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu
atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan
jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia
yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama
dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal
dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens
(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki
perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego).
Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus
(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang
menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang
berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis
prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk
sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak
tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami,
dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa
basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata
basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau
lempung kering (al-hijr : 33 ; ar-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuun :
33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).
Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai
makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah
makhluk yang menjadi dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti az-zumar : 27 walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada
semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang
tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa
menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan
manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan
memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh
permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang
menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun
pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah
SWT yang berbunyi:
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka
didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah
Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna
manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap
kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang
berguna untuk diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti
selalu ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan
bantuan dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain
karena manusia tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak
maka dari itu kita harus saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk
yang diciptakan tidak ada bedanya , selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak
aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1998
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta :
Rineka Cipta, 2004
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.