Disusun oleh :
IRA HERMA JULIANI
NIM : ( 202200426047 )
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah menjadi contoh teladan bagi umat manusia
dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan.
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk memahami lebih dalam konsep
kemanusiaan dalam Filsafat Pendidikan Islam. Kami menyadari bahwa konsep
kemanusiaan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter, moralitas,
dan etika individu Muslim. Oleh karena itu, kami berusaha menggali dan menganalisis
konsep ini secara komprehensif dalam konteks pendidikan Islam.
Dalam proses penyusunan makalah ini, kami menghadapi berbagai tantangan dan
kendala. Namun, dengan bantuan serta rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala, serta
dukungan dari berbagai pihak, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami
menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, dan sangat terbuka untuk
kritik dan saran yang membangun.
Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam
bidang pendidikan Islam.
Akhir kata, kami berharap agar Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa
memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam meniti jalan kebenaran.
Amiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................................................5
1. Pengertian Manusia.......................................................................................................................................6
KESIMPULAN...............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTKA........................................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan allah SWT yang paling sempurna, tinggi
derajatnya serta mempunyai nafsu dan akal pikiran. Dalam konsepsi islam,
Manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi
material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh,jiwa,akal dan lain sebagainya).
1. Al-Basyar
Menurut Fadilah Suralaga, kata basyar berasal dari kata yang pada mulanya
berarti menampakkan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama
lahirlah kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena memiliki
kulit yang jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Proses kejadian
manusia sebagai basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap
kedewasaan.2
2. Al-Insan
Kata insan diambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan nampak.
Kata insan dalam Al-Qur’an digunakan untuk menunjukkan kepada manusia
dengan segala totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang
dengan yang lain. Akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan.”
3. An-Nas
1
Mohammad Irfan dan Matsuki HS, Teologi Pendidikan Tauhid Sebagai Paradigma Pendidikan
Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), Cet. I, h. 55.
2
Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta
3
Press, 2005), Cet. I, h. 11
4
perihal makhluk yang bernama manusia dengan menggunakan berbagai teori yang
bersumber dari logika dan penggunaan istilah yang bermacam-macam.
Penggunaan istilah ini di ambil dari kebiasaan-kebiasaan manusia dalam
menjalani kehidupannya.
3
Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005)
4
Daniel Djuned,Antropologi Al-Qur‟an, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 88
5
M. Arifin, ibid., h. 13-14
4
Dari hasil konferensi Pendidikan Islam se-Dunia kedua tahun 1980 di
Islamabad, Pakistan, sebagaimana dikutip oleh A. Fatah Yasin, “Pendidikan Islam
adalah suatu usaha untuk mengembangkan manusia dalam semua aspeknya, baik
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, dan ilmiah baik secara individual
maupun kolektif menuju ke arah pencapaian kesempurnaan hidup sesuai dengan
ajaran Islam”.6
6
A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN-Malang
Press,2008), hlm.24
7
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al Ma’arif, 1980), Cet.
IV, hlm. 23
8
A. Fatah Yasin, ibid hlm. 108
6
B. KONSEP MANUSIA DALAM FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM
Kata khalifah berasal dari bahasa Arab “khalafa” yang berarti pengganti,
istilah ini pertama kali digunakan setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. yakni
sebagai sebutan bagi para pemimpin umat Islam sepeninggal Nabi.Kedudukan
seluruh manusia sebagai khalifah yang disebutkan Allah dalam firman-Nya di
atas, tidaklah dimaksudkan bahwa seluruh manusia bertugas sebagai wakil atau
pemimpin umat dalam hal pemerintahan. Akan tetapi khalifah di sini memiliki arti
bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk dapat mengolah dan
menaburkan benih- benih kebaikan sebagai wakil Tuhan di muka bumi.
9
Umiarso dan Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Barat dan Timur,(Jogjakarta:
Ar Ruzz Media, 2011), hlm. 65
7
10
Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn ,Arabi oleh Al
Jili,(Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 80
8
2. Proses Penciptaan Manusia
Yang artinya:
“Dan sungguh kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu kami jadikan sesuatu yang
melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Maha suci Allah, pencipta yang paling baik”
A. Tahap Jasad
11
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I,hlm 82
9
Dalam Biologi awal mula terciptanya janin di rahim seorang ibu ialah
bersumber dari percampuran sperma laki-laki dengan sel telur perempuan yang
semuanya itu merupakan hasil dari olahan makanan yang mereka cerna setiap
harinya. Dan semua makanan tersebut dihasilkan dari dalam bumi, sehingga
proses penciptaan manusia dari tanah hanya merupakan istilah maknawiyah saja.
Proses penciptaan manusia dari tanah yang bersifat zhahiriyah hanya pernah
terjadi pada proses penciptaan manusia yang paling awal, yakni Nabi Adam AS.
B. Tahap Hayat
Pernyataan bahwa awal mula kehidupan di muka bumi ialah bersumber dari
air juga pernah diungkapkan oleh filosof bernama Thales,hal ini dikarenakan
segala unsur dalam makhluk hidup, air pasti menjadi salah satu kebutuhan dan
menjadi bagian dari dirinya. Baik itu hewan, tumbuhan maupun manusia.
C. Tahap Ruh
Kata ruh berasal dari kata ar-ruh yang berarti angin. Oleh karena itu, ar-ruh
disebut juga an-nafs, yaitu napas atau nyawa. Menurut ibn Atsir,sebagaimana
dikutip oleh Umiarso dan Zamroni, “Ruh itu dipakai dalam berbagai arti, tetapi
yang paling umum ialah sesuatu yang dijadikan sandaran bagi jasad.” 13
12
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I
13
Umiarso dan Zamroni, ibid., h. 77
14
I.R. Poedjawijatna, Manusia dengan Alamnya (Filsafat Manusia), (Jakarta: Bina Aksara,
1983), Cet. III, h. 67
10
Adanya proses peniupan ruh yang ditiupkan Tuhan dalam diri manusia dan
kemudian diiringi dengan pemberian pendengaran, penglihatan, dan hati
merupakan bukti bahwa yang menjadi pimpinan dalam diri manusia adalah ruh.
Ruhlah yang kiranya dapat membimbing, pendengaran, penglihatan dan hati untuk
memahami kebenaran.
d. Tahap Nafs
Dalam diri manusia, terdapat jasad sebagai wadah bagi ruh dan dengan
gabungan keduanya kemudian menjadi hiduplah jasad tersebut. Gabungan unsur-
unsur tersebut nantinya akan menghasilkan sebuah aksi atau tindakan. Dengan
adanya aksi tersebutlah baru manusia dapat dikatakan hidup. Oleh karena itu,
dalam hidupnya manusia selalu bergerak, bersosialisasi dan tidak pernah berhenti
untuk berkreativitas dan mengelola sumber daya alam guna menjaga
keberlangsungan hidupnya dan melestarikan alam semesta.
Hal ini sesuai dengan kandungan Al-Qur’an surat Al’Alaq ayat 1-5:
Yang artinya;
15
Toto Suharto, , Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I. Hlm 83
11
16
Madyo Eko Susilo Dan RB Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), h. 18
12
Agama Islam mendorong umatnya agar menjadi umat yang pandai, dimulai
dengan belajar baca tulis dan diteruskan dengan belajar berbagai macam ilmu
pengetahuan. Islam di samping menekankan kepada umatnya untuk belajar juga
menyuruh umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Jadi Islam
mewajibkan umatnya belajar dan mengajar.
17
Zuhairini, dkk, ibid., hlm. 99
18
Ahmad. D. Marimba, ibid., hlm. 37
19
Umiarso dan Zamroni, ibid., hlm. 85
20
Toto Suharto, , Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I, hlm. 116
13
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
manusia sebagai subjek pendidikan adalah merupakan seorang pendidik, dalam
hal ini pendidik tugas seorang pendidik bukanlah sekedar melakukan transfer ilmu
saja, melainkan juga sebagai penanam nilai-nilai moral pada diri peserta didik.
Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 31:
Yang artinya:
Menurut Umiarso dan Zamroni, ayat ini menggambarkan pada kita betapa
fitrah manusia sebagai peserta didik sudah diaplikasikan oleh manusia pertama,
yaitu Adam, sebagaimana Allah mengajarkan kepada nabi Adam AS nama-nama
benda secara keseluruhan. Dialog tersebut menjadi indikasi betapa proses
pendidikan mempunyai urgenitas tersendiri dalam Islam.22
Akan tetapi menurut Zakiah Daradjat, dkk, “Fungsi murid dalam interaksi
belajar-mengajar adalah sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, karena murid
menentukan hasil belajar dan sebagai objek, karena muridlah yang menerima
pelejaran dari guru”. 23
Jadi, manusia sebagai objek pendidikan ialah saat manusia berada pada
posisi sebagai penerima materi atau ilmu. Namun, tetap saja hasil akhirnya
ditentukan
oleh mereka sendiri sebagai subjek penentu.
21
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I,hlm 119
22
Umiarso dan Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Barat dan Timur,(Jogjakarta
Ar Ruzz Media, 2011), hlm 83
23
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet-I, hlm 268
14
4. Tujuan hidup manusia
15
24
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011), Cet. I., hlm. 83
16
KESIMPULAN
1.Manusia adalah makhluk ciptaan allah SWT yang paling sempurna, tinggi
derajatnya serta mempunyai nafsu dan akal pikiran. Dalam konsepsi islam,
Manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi
material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh,jiwa,akal dan lain sebagainya).
pada makna pokok manusia, yaitu al-basyar, al-insan, dan an-nas.
3. manusia menempati posisi yang sangat mulia dan terhormat di jagat raya ini,
bahkan kemuliannya lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat dan makhluk
ciptaan Allah lainnya. Oleh karena itu, manusia memiliki tanggung jawab yang
besar sebagai mandataris Allah (khalifah Allah fi al ardh) dalam mengatur tata
kehidiupan di dunia.
Kata khalifah berasal dari bahasa Arab “khalafa” yang berarti pengganti, istilah
ini pertama kali digunakan setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. yakni
sebagai sebutan bagi para pemimpin umat Islam sepeninggal Nabi.Kedudukan
seluruh manusia sebagai khalifah yang disebutkan Allah dalam firman-Nya di
atas, tidaklah dimaksudkan bahwa seluruh manusia bertugas sebagai wakil atau
pemimpin umat dalam hal pemerintahan. Akan tetapi khalifah di sini memiliki
arti bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk dapat mengolah dan
menaburkan benih-benih kebaikan sebagai wakil Tuhan di muka bumi.
17
DAFTAR PUSTKA
Mohammad Irfan dan Matsuki HS, Teologi Pendidikan Tauhid Sebagai Paradigma
Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), Cet. I
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/intel/article/view/3943
http://journal.iaimsinjai.ac.id/index.php/al-qalam/index
https://www.rendrafr.com/2018/12/filsafat-pendidikan-konsep-manusia-dan.html
18