Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGANTAR FILSAFAT

TENTANG KEINDAHAN
“SENI ESTETIKA, KEBERADAAN RASA, FILSAFAT
KEINDAHAN, DAN NAMA2 YANG INDAH ”

Disusun oleh :
KELOMPOK 5 (Lima)
1. SANTI YULIANTI
2. SULIANA
3. ERNA YULIANA
4. KHAIRUL ANWAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
PALAPA NUSANTARA LOMBOK TIMUR – NTB
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan kita semua dalam bentuk yang sempurna

dan telah diamankan kepada kita sebagai manusia agar memelihara apa yang ada dimuka bumi,

oleh karena itu patutnya melaksanakan tugas yang diberikan Allah kepada kita dengan sungguh-

sungguh, sehingga menjadi manusia seperti yang telah Allah kodratkan.

Shalawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada Nabi kita semua yakni Nabi

Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat, dan kita selaku umatnya yang InsyaAllah selalu

dalam lindungan Allah Swt. Amiin.

Alhamdulillah dengan berbagai macam kendala akhirnya kita dapat menyelesaikan tugas

makalah yang berjudul Keindahan. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas

terstruktur Mata Kuliah Pengantar Filsafat.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

makalah ini. kami menyadari bahwa penullian makalah ini masih terdapat kekeliruan yang sedikit

mengganggu para pembaca, namun dengan adanya makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami

dan umumnya bagi pembaca.

Keruak, Oktober 2022


Penyuaun,

Kelompok 5 – Santi Yulianti, dkk.

2
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………... 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 4

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………. 4


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………… 5
C. Tujuan Masalah ……………………………………………………………………... 5

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………... 6

A. Seni Estetika ……………………………………………………………………......... 6


B. Keberadaan Rasa …………………………………………………………………….. 10
C. Filsafat Keindahan …………………………………………………………………... 11
D. Nama-Nama Yang Indah ……………………………………………………………. 14

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………….. 15

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Allah menciptakan manusia dengan penuh kelebihanya serta merupakan makhluk yang

paling sempurna di muka bumi ini, manusia memiliki berbagai perasaan seperti senang, susah,

hiba, kecewa, duka, benci, cemburu, dendam, takut, ragu, muak, gundah, dongkol, kasih dan

sayang. Manusia memiliki kelebihan-kelebihan dan mampu berekspresi sesuai dengan keinginan

sendiri-sendiri. Manusia memiliki cipta rasa dan karsa bagaimana manusia mampu menciptakan

hal-hal baru, memiliki rasa dan karsa dalam hal ini manusia menggunakan kelebihan yang

dimiliki justru disalahgunakan seperti halnya mempertontonkan tubuh telanjang,

memperdengarkan suara cabul menarikan gerakan erotis yang merangsang, melukiskan aurat ini

merupakan salah satu wujud penyalah gunaan dari apa yang dimiliki manusia dan sampai saat ini

hal-hal tadi selalu ada dilingkungan sekitar kita. Di dalam kehidupan sehari-hari keindahan sangat

berguna dan dibutuhkan oleh manusia pada umumnya. Keindahan digunakan manusia agar

mendapatkan rasa kepuasan tersendiri. Keindahanpun tidak dapat dipandang sama oleh setiap

orang, karena apabila seseorang memandang atau menilai bahwa benda itu memiliki keindahan

yang timggi belum tentu orang lain memandang bahwa benda tersebut memiliki keindahan yang

tingggi pula, sehingga nilai keindahandapat dikatakan relatif.

Cara membuat benda indah pun tidak bisa jika dengan teori dalam jiwa yang kosong,

karenajika tidak mempunyai jiwa dan teori yang mendalam maka sulit untuk seseorang membuat

benda itu menjadi indah. Biasanya jika pelukis, pemusik atau sastrawan memiliki jiwa yang penuh

dengan keadaaan hati yang baik akan menghasilkan karya yang memuaskan juga selain itu,

keadaan sekitar dalam menciptakan karya juga akan mempengaruhi karyanya.

4
Sehingga di dalam makalah ini kelompok kami ingin menyajikan teori tentang nilai estetika

dan seni. Estetika yang mempunyai hubungan dengan seni . Cangkupan estetika pun cukup luas

yang dapat didalami dan di pelajari dalam kaidah-kaidah yang mengandung unsur keindahan. Lalu

bagaimana cara kita menyikapi agar hal-hal tersebut tidak sampai terjadi pada diri kita sebagai

umat islam jika tidak dengan cara menggunakan cipta rasa dan karsa kita dengan sebaik-baiknya,

sehingga kita tidak tidak menyalahgunakan kelebihan yang telah Allah berikan kepada kita sebagai

umat islam.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian estetika (keindahan) dalam teori filsafat?

2. Bagaimanakah filsafat tentang keberadaan rasa, keindahan dan nama-nama yang indah?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian estetika (keindahan) dalam teori filsafat.

2. Untuk mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan keberadaan rasa, keindahan

dan nama-nama yang indah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. SENI ESTETIKA

Seni adalah kekuatan pribadi seseorang yang kreatif, ditambah dengan keahlian yang

bersangkutan dalam menampilkan tugas pekerjaanya. Seperti ungkapan George R. Terry (1964)

yaitu; Art is personal creative power plus skill in performance. Jadi seni merupakan kemampuan

dan kemahiran seseorang untuk mewujudkan cipta, rasa dan karsa yang dimiliki oleh yang

bersangkutan dalam tugas dan fungsinya sebagai seniman.

Seni bisanya adalah bakat alamiah yang dibawa sejak seseorang dilahirkan, sebagai karunia

Allah. Tetapi dapat pula seni diperoleh dari lingkungan seperti; pendidikan, agama, pergaulan,

pengalaman, praktek sehari-hari suatu kelompok etnis. Sedangkan keindahan Menurut George

Santayana, bahwa; merupakan teori tentang nilai-nilai. Dapat pula dikatakan bahwa keindahan

adalah; kebenaran, yaitu pernyataan tentang ideal, simbol, kesempurnaan tuhan, serta manifestasi

indrawi dari sesuatu yang baik.

Apresiasi keindahan dan perwujudannya dalam seni merupakan aktifitas-aktifitas yang

termasuk kehidupan yang menyenangkan. Nilai-nilai yang terkait dengan keindahan adalah

berangkat dari keadaan “positif”, sedangkan nilai moral berangkat dari keadaan yang

“negatif”.

Mengkaji citarasa seni seseorang secara filosofis, berarti mendalami bagaimana seorang

itu dengan keahliannya mempu menyelenggarakan, menciptakan, mengkarsakan dan merasakan

secara indah misalnya membuat sesuatu yang berpengaruh, menjadikan pekerjaannya,

penciptaannya dan idealismenya sebagai perwujudan yang dapat dinikmati orang lain, bagaimana

seorang itu menyampaikan kehalusan, keindahan, kebagusan, keelokan, kecaantikan warna dan

bentuk yang menggugaah, sehingga tercapai penyelenggara seni yang berdayaguna.

6
Sedangkan keindahan artifisial hanya dapat dimengerti oleh seseorang melalui proses

keterlibatan perasaan dan penalarannya terhadap proses dan hasil karya seni itu, antara lain yang

berkaitan dengan semangat hidup, kepekaan dan situasi emosional. Kehadiran sesuatu yang indah

dalam hidup seseorang, menjadikan perjalanan hidupnya penuh warna, harmonis, ada rasa nikmat

yang memuaskan hatinya, ada sesuatu makna hidup dan perasaan haru yang mendalam, yang

seringkali membawa seseorang pada suatu perasaan yang rendah hati, ada semangat dan harapan

hidup, sehingga kehidupannya berjalan secara kreatif.

Menurut A.A.M. Djelantik, hal-hal yang indah dapat dibagi atas dua golongan, yaitu; yang

pertama keindahan alami yang tidak dibuat oleh manusia, sedangkan yang kedua adalah hal-

hal indah yang diciptakan dan diwujudkan oleh manusia. Merujuk pendapaat ini, betapa kita

melihat yang maha kuasa menciptakan indahnya tubuh seekor kuda berlari disertai debu yang

mengepul dibelakangnya, betapa indahnya burung merak yang ekornya dapat mengembang,

betapa indahnya air terjun diantara tebing-tebing. Yang kemudian para seniman lukis, seniman

film, seniman ukir dan seniman lainnya melukiskan dan mengiaskannya.

Pada hakikatnya keindahan alam merupakan cerminan dari cahaya keindahan Ilahi. Dalam

sebuah hadits disebutkan bahwa; Tuhan adalah Maha Indah dan menyukai yang indah-indah.

Penghayatan dan penjiwaan keindahan alam membawa pada munculnya kesadaran atas

keindahan. Jadi sebenarnya manusia adalah penikmat atas apa yang disuguhkan oleh yang maha

kuasa kepada kita dan manusia menangkapnya dengan naluri seninya. Yang demikian seharusnya

dapat menginspirasikan indahnya pemimpin negara bersama rakyatnya bekerjasama membangun

negeri, dan dengan bangga menggerakkan tangan-tangan pemerinah kepada hal yang baik

dan benar agar jalannya roda pemerintah sesuai dengan keindahan seni pemerintahan.

Dan indahnya perdagangan yang jujur tanpa adanya kecurangan-kecurangan dan tipu

muslihat. Indahnya perkawinan yang saling mengasihi, setia dan berjanji sehidup-semati tanpa

adanya KDRT ataupun perselingkuhan. Indahnya beragama yang saling toleransi tanpa adanya

7
gujatan dan perselisihan. Oleh karena itu secara filosofis maka yang keluar dari konsep seni

keindahan dan estetika merupakan suatu penyelewengan.

Teori-teori tentang estetika, diantaranya :

1. Pengertian intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu

tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin

disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik .Teori

intrinsik berpendapat bahwa nilai seni terdapat pada “bentuknya”. Bentuk adalah medium

inderawi sebuah karya seni. Isinya adalah tidak relevan. Misalnya, lukisan pemandangan

alam; nilai keindahan dibentuk dari hubungan garis-garis, warna-warna, dan bentuk-bentuk

yang dapat disadari. Sedangkan pepohonan, gunung, awan, matahari, dan mungkin sungai

tidaklah relevan dengan keindahan yang sesungguhnya sebagai objek real. Teori intrinsik

secara subtansif menyadur konsep idea Plato yang dikembangkan oleh Kant.

2. Pengertian ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk

sesuatu hal lainnya, yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.Teori ekstrinsik

berpendapat bahwa susunan dari arti-arti di dalam dan susunan medium inderawi yang

menampung proyeksi dari makna dalam harus dilebur. Nilai-nilai keindahan mencakup

semunya, meliputi semua arti yang diserap dalam seni dari cita yang mendasarinya.

Contohnya : puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu

disebut nilai ekstrinsik.

3. Teori serba intelektual didasari filsafat Aristoteles yang menyatakan bahwa “keindahan

adalah kebenaran, keindahan yang benar atau kejujuran!” kebenaran yang dimaksud adalah

manifestasi prinsip universal dalam kehidupan yang nyata ataupun khayali. Disebut pula

sebagai kebenaran baru (new reality)dan kebenaran kedua (second reality). Intelektual

merupakan suatu kumpulan kemampuan sesorang untuk meperoleh ilmu pengetahuan dan

mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan maslah-masalah yang

8
timbul. Artinya, ilmu pengetahuan dan seni memiliki tujuan yang sama hanya berbeda

dalam prosesnya: ilmu pengetahuan menyajikan bayangan dalam bentuk nilai-nilai abstrak,

sedangkan seni menyediakan bayangan nyata dan merupakan perumpamaan.

4. Katharsis merupakan penyaluran emosi dan agresi yang bias berupa kekesalan, kesedihan,

kebahagiaan, impian dan lainnya ini dilakukan dengan pengalaman wakilan (Vicarious

experience) seperti mimpi, lelucon, fantasi atau khayalan.

Teori katarsis yang diintrodusir oleh Aristoteles bertolak dari efek seni drama/teater

terhadap khalayaknya yang mendapatkan kepuasan dan kedamaian. Baginya, keindahan adalah

ekspresi dan ekspresi adalah “muatan” atau “isi” seni. Seni adalah representasi bukan realitas

sehingga seniman dapat mengatasi pelbagai masalah dengan karyanya tersebut.

Dalam konteks ini, seseorang tidak melakukan penyaluran emosi dan agresi-nya secara

nyata oleh individu tersebut, melainkan dilakukan hanya melihat atau membayangkan sesuatu

tersebut dilakukan, atau dengan istialah lain yaitu pengalaman wakilan.

Seperti contoh seorang remaja sambil mendengarkan musik Rock favoritnya,

membayangkan dirinya menjadi seorang bintang musik Rock yang sedang pentas dihadapan

ribuan penonton.Atau contoh lainnya seorang ibu yang menonton sebuah serial TV yang

menggambarkan sosok seorang anak yang baik dan berbakti pada orang tuanya, ibu tersebut

merasa tenang dan merasa puas karena emosinya tersalurkan, meskipun dalam kenyataannya ibu

tersebut tidak memiliki anak yang baik tersebut.

Teori-teori tentang seni, diantaranya:

1. Teori bentuk, Teori ini dikenal sebagai pandangan formalism dalam estetika.

Mengutamakan bentuk dari pada pokok soal, tema, dan muatan isinya.

2. Teori pengungkapan, suatu kegiatan manusia yang sadar, mengungkapkan perasaan-

perasaan yang telah dihayatinya kepada orang lain agar mereka terjangkit.

9
3. Teori metafisik, merupakan bayangan realitas mutlak.

4. Teori psikologis, merupakan pemenuhan keinginan-keinginan dorongan batin dari

dinamika kejiwaan yang tidak bersifat intelektual, bahkan didorong dari keinginan bawah

sadar manusia.

5. Teori penandaan, seni merupakan suatu lambing atau tanda-tanda perasaan manusia.

B. KEBERADAAN RASA

Dengan rasa, cipta dan karsa, seseorang berusaha menemukan keindahan sesuai selera

masing-masing, hal ini akan menimbulkan sestetika yang menjadikan seseorang tersebut menjadi

seorang seniman ataupun pencipta karya seni, dengan kemampuan membedakan antara yang indah

dan yang jelek.

Estetika berasal dari bahasa yunani yaitu aisthesis yang berarti pengamatan. Jika berbicara

tentang keindahan dapat dirasakan dari pengalaman tentang dunia disekeliling kita,

sehingga ditemukan suatu batasan yang membedakan cita rasa tentang indah, bagus, elok, cantik

di satu pihak dan kejelekan sebagai lawannya. Sejauh mana seseorang mampu menimbulkan daya

pendengarannya, daya pandangnya, daya sentuhnya terhadap sesuatu, maka sejauh itulah rasa seni,

cipta, rasa dan karsa yang dimilikinya. Dengan demikian konsep estetika adalah abstrak karena

tidak dapat dikomunikasikan sebelum diberi bentuk. Kebanyakan estetika meniru dari alam, mulai

dari suara, bentuk sampai pada warna. Akan tetapi untuk batasannya sudah barang tentu sulit

ditentukan.

Rasa estetika itu dibangkitkan dari hasil seni ketika berusaha menimbulkan respon

(tanggapan) dari bermacam objek dan pengalaman. Seseorang dapat saja mengatakan bahwa dia

lebih senang lagu dangdut dari pada lagu pop, seriosa, dan keroncong, kendati seseorang yang lain

menganggap bahwa dangdut itu menjengkelkan. Oleh karena setiap orang memang berbeda rasa.

10
Sebagai paduan, seni harus pula bermoral dan berlogika untuk menghindari seni estetika

yang tidak mempedulikan kebenaran logika dan kebaikan moral. Sebagai contoh:

mempertontonkan tubuh telanjang, menari erotis, melukiskan aurat dan masih banyak lagi. Karena

seni hanyalah rasa dan berapa banyak rasa seni itu sendiri seperti rasa senang, susah, hiba, kecewa,

duka, benci, cemburu, dendam, takut, ragu, muak, gundah, dongkol dan cinta.

C. FILSAFAT KEINDAHAN

Pada kajian estetika keindahan seni ini kita akan bergelut dengan kegiatan. ketangkasan

(aptilude) yaitu keterampilan motorik cipta rasa karsa yang berhubungan dengan anggota

tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf, panca indra dan otot. Menurut

harrow (1972) hal ini desebut juga dengan pembelajaran psikomotorik antara lain sebgai

berikut:

1. Menuruti seperti berbagai prilaku yang diperoleh dari melihat dan mendengar serta merasa

(sehingga dengan demikian kita akan mengikuti, meniru, memegang, menggambar,

melukis, mendramanisasi, mengukir, menarikan dan mengucapkan pada tingkat yang

paling rendah).

2. Manipulasi seperti melakukan suatu gerakan, bentuk (baik visual maupun audio) sehingga

dengan demikian kita tidak lagi akan melihat pada tingkat selanjutnya.

3. Ketepatan gerakan seperti melakukan dengan lancar, tepat, seimbang dan akurat (sehingga

dengan demikian kita akan dengan indah, cantik, elok, bagus, dan tanpa kejelekan akan

mempersembahkannya pada tingkat seterusnya).

4. Artikulasi seperti menunjukkan serangkaian gerakan yang akurat berurut, tepat, cantik,

indah, elok dan bagus (sehingga dengan demikian kita akan sempurna menciptakan

mengkarsakan suatu tingkat seni pada tingkat terakhir).

11
Seni memang menyangkut nilai dan yang disebut seni memang nilai, bukan bendanya.

Nilai adalah sesuatu yang selalu bersifat subjektif, tergantung pada manusia yang menilainya.

Karena subjektif, maka setiap orang, setiap kelompok, setiap masyarakat memiliki nilai-nilaina

sendiri yang disebut seni. Setiap seni itu memiliki nilai-nilai dasar yang sama. Nilai-nilai dasar ini

ialah nilai yang ada dalam hidup manusia, yaitu nilai agama, filsafat, seni dan ilmu pengetahuan.

Masing-masing nilai tadi mempunyai dasar, aturan, bentuk dan fungsinya sendiri dalam hidup

manusia.

Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu

karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian terhadap

keindahan. Misalnya, pada masa romantisme di perancis, keindahan berarti kemampuan

menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan

sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti

kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda.

Nilai-nilai dasar dalam seni ialah sebagai berikut :

1. Nilai penampilan (appearance) atau nilai wujud yang melahirkan benda seni. Nilai ini

terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur.

2. Nilai isi (content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan/kognisi, nilai rasa, intuisi atau

bawah sadar manusia, nilai gagasan dan nilai pesan atau nilai hidup (values) yang dapat

terdiri dari nilai moral, nilai sosial, nilai religi dan sebagainya.

3. Nilai pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat pribadi

seseorang, nilai keterampilan, dan nilai medium yang dipakainya.

Semua dasar-dasar nilai itu menyatu padu dalam wujud seni dan tak terpisahkan hanya dapat

dibedakan bagi kepentingan analisis seni oleh para kritikus.

Keindahan yang menyangkut seni, mengandung nilai-nilai universal dan sekaligusjuga

kntekstual-budaya. Nilai dapat diartikan esensi, pokok yang mendasar yang akhirnya dapat

12
menjadi dasar-dasar noratif. Nilai sebagai esensi ini dalam seni, dapat masuk kedalam aspek

instrinsik seni yaitu struktur bentuk seni. Tetap juga dapat masuk aspek ekstrinsiknya juga berupa

nilai dasar agama, moral, sosial, psikologi dan politik.

Nilai esensi bentuk yaitu struktur, adalah hasil dari cara pengaturan unsur-unsur dalam seni

yang hanya dapat dilakukan dengan menggunakan logika. Setiap struktur tentu telah dipilih oleh

seniman dengan maksud dan tujuan tertentu. Dalam logika struktur inilah muncul kesimpulan

bahwa yang indah itu benar. Kalau pemilihan strukturnya begitu kuat dan utuh, maka sesuatu yang

selesai, sempurna, dapat tercipta dalam karya seni. Bagian karya seni itu ternyata disusun

sedemikian rupa sehingga muncul suatu tatanan matematis yang sangat esensial (segi tiga,

lingkaran, persegi dan lain-lain). Inilah penggunaan logika dalam struktur bentuk yang bernilai

esensial. Tidak mengherankan apabila beberapa seniman musik mengakui bahwa matematika amat

penting dalam penciptaan musik atau musik yang baik dapat melatih logika seseorang.

Sementara itu, nilai esensi ekstrinsik sudah umum dikenal lewat karya seni. Karya seni

besar tidak hanya mempunyai arti instrinsik tetapi juga ekstrinsik. Sebuah karya seni disebut seni

karena aspek intrinsik bentuknya, tetapi karya seni disebut besar dan mahakarya karena unsur

ekstrinsiknya, yaitu mengangkat persoalan-persoalan besar yang dilihat esensinya. Di sini

pemikiran seseorang mengenai hidup dapat menuntun menciptakan karya seni besar tak jarang

bahwa seniman sebenarnya juga seorang filsuf, hanya filsafatnya tidak diuraikan secara logis,

verbal, dan sistematis tetapilewat unsur instrinsik seninya.

Nilai sebagai esensi, nilai sebagai kepentingan subjektif, dan seni sebagai kualitas,

merupakan nilai-nilai yang pokok dalam seni. Nilai-nilai itu diwujudkan dalam seni lewat aspek

instrinsik maupun ekstrinsik.

13
D. NAMA-NAMA YANG INDAH

Puncak keindahan itu sendiri tidak dapat disebut salah satu nama Allah tetapi karena dalam

seni orang berbeda rasa maka kita tidak menyebut salah satu nama tapi keseluruhan nama-nama

Allah yang indah (Al asma’ul husna).

Itulah sebabnya ketika para seniman meyaksikan kebesaran Allah menciptakan alam raya

yang luas ini mereka mengucapkan, “Allahu Akbar (Allah Maha Besar) begitu juga umat islam

menyelesaikan sholat subuh (pagi hari) dan sholat maghrib (sore hari) dengan membaca

takbir sebanyak tiga puluh tiga kali sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad kepada putri

Beliau Fatimah Azzahro.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Seni Merupakan Kemampuan Dan Kemahiran Seseorang Untuk Mewujudkan Cipta Rasa

Dan Karsa yang dimiliki oleh yang bersangkutan dalam tugas dan fungsinya sebagai

seniman.

2. sejauh mana seseorang menimbulkan daya pendengarnya daya pandangnya daya

sentuhnya terhadap sesuatu maka sejauh itulah rasa seni cipta rasa dan karsa yang

dimilikinya.

3. Hasil dari pada suatu Karya Seni adalah terciptanya suatu keindahan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asy’arie Musa, Filsafat Islam, Lesfi, Yogyakarta: 2008

Djelantik A.A.M 1999 Estetika (Sebuah Pengantar). Bandung Masyarakat Seni Pertunjukan

Indonesia

Kencana Inu Syafi’i, Pengantar Filsafat, PT Retika Aditama, Bandung: 2004

Hidayatullah, Riyan. Dkk. 2016. Estetika Seni. Yogyakarta: Arttex Sumardjo, Jacob. 2000.

Filsafat Seni. Bandung: ITB

http://linggaagung.staff.telkomuniversity.ac.id/estetika/

https://nadjaneruda.wordpress.com/2013/10/30/keindahan-yang-mengandung-nilai ekstrinsik-

dan-nilai-intrinsik/

16

Anda mungkin juga menyukai