Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“KONSEP ALAM SEMESTA, MANUSIA, DAN


MASYARAKAT”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. H. Suteja, M. Ag

Disusun oleh:

Dhea Aulia Nurul Fadhillah 2108101161


Kishi Fathya Ramadhanti 2108101162

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat, nikmat, ilmu
pengetahuan kemudahan dan petunjuk-Nya sehingga Kami dapat menyusun tugas
kelompok mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dengan dosen pengampu Bapak
Dr. H. Suteja, M. Ag yang berjudul “Konsep Alam Semesta, Manusia, dan
Masyarakat”.
Kami menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan ini jauh dari kata
sempurna. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan atau
kesalahan, baik dalam penulisan ataupun pembahasannya, maka Kami sangat
menyadari bahwa semua itu atas keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Kami
berharap kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata, Kami sampaikan terimakasih kepada pihak yang telah berperan
dalam pembuatan makalah ini, dan semoga hasil makalah ini dapat memberikan
manfaat dan dapat dijadikan wacana untuk memperluas wawasan.

Cirebon, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................iii
1. Latar Belakang...................................................................................... iii
2. Rumusan Masalah................................................................................. .iv
3. Tujuan................................................................................................... .iv
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................1
A. Alam Semesta.........................................................................................1
a. Alam Fisik..........................................................................................2
b. Alam Metafisik...................................................................................2
B. Manusia..................................................................................................3
a. Manusia Sebagai Individu..................................................................4
b. Manusia Sebagai Anggota Masyarakat..............................................5
c. Hak dan Kewajiban Manusia Atas Pendidikan..................................6
C. Masyarakat.............................................................................................8
a. Masyarakat Pedesaan.......................................................................10
1. Karakter Keberagaman.................................................................10
2. Pandangan Hidup..........................................................................10
3. Gaya Hidup...................................................................................11
4. Tanggung Jawab Dalam Pendidikan Anak...................................11
b. Masyarakat Perkotaan.......................................................................12
1. Karakter Keberagaman.................................................................12
2. Pandangan Hidup..........................................................................13
3. Gaya Hidup...................................................................................13
4. Tanggung Jawab Dalam Pendidikan Anak...................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dari zaman dahulu sampai sekarang, manusia tidak terlepas dari
masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang
mengganggu pikirannya. Tentu saja untuk mengatasi hal tersebut, manusia
perlu mencari jawaban yang bisa memecahkan atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Dalam hal ini diperlukan logika atau nalar manusia
yang membuat masalah tersebut terpecahkan yang mana disebut dengan
berfilsafat.
Mengingat dominasi penggunaan nalar manusia dalam berfilsafat,
maka kebenaran yang dihasilkannya didasarkan atas penilaian kemampuan
maksimal menurut nalar manusia. Namun, karena nalar manusia bersifat
terbatas, maka kebenaran yang didapat bersifat relatif.
Filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan. Jawaban itu
merupakan hasil pemikiran yang sistematis, integral, menyeluruh, dan
mendasar. Jawaban seperti itu digunakan untuk mengatasi masalah-
masalah yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk
pendidikan.
Filsafat dapat dikatakan sebagai usaha untuk memahami atau
mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi)
yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia
sekalipun. Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan
sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta
tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya.

iii
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan alam fisik?
b. Apa yang dimaksud dengan alam metafisik?
c. Bagaimana seorang manusia sebagai individu?
d. Bagaimana seorang manusia sebagai anggota masyarakat ?
e. Apa saja hak dan kewajiban manusia atas pendidikan?
f. Apa saja bagian-bagian dari masyarakat pedesaan?
g. Apa saja bagian-bagian dari masyarakat perkotaan?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari alam fisik.
b. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari alam metafisik.
c. Untuk mengetahui bagaimana seorang manusia sebagai individu.
d. Untuk mengetahui bagaimana seorang manusia sebagai masyarakat.
e. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban manusia atas
pendidikan.
f. Untuk mengetahui apa saja bagian-bagian dari masyarakat pedesaan.
g. Untuk mengetahui apa saja bagian-bagian dari masyarakat perkotaan.

iv
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Alam Semesta
Alam merupakan segala sesuatu selain Allah yang ada di langit
dan di bumi. Secara filosofis, alam itu kumpulan substansi yang tersusun
dari materi dan bentuk yang ada di langit dan bumi. Alam dalam
pengertian ini adalah alam jagad raya, yang dalam bahasa Inggris disebut
Universe. Menurut Muhamad Abdu, orang Arab sepakat bahwa kata
“alamin” tidak digunakan untuk merujuk kepada segala sesuatu yang ada,
seperti alam, batu dan tanah, tetapi mereka memakai kata alamin untuk
merujuk kepada semua makhluk Tuhan, yang berakal, seperti alam
manusia, hewan dan tumbuhan. Sirajuddin Zar merujuk alam dalam
pengertian alam semesta itu menggunakan "assamaawaat wa al-ardh wa
maa baynahumaa" yang disebutkan dalam Al-quran sebanyak 20 kali. Kata
ini mengacu kepada dua alam yaitu alam fisik seperti manusia, hewan dan
tumbuhan dan alam non fisik atau alam gaib, seperti alam malaikat, alam
jin dan alam ruh.
Menurut Abu Al-’Ainain menyebut alam semesta dalam filsafat
dengan istilah al-kaun yang berarti segala sesuatu yang diciptakan Allah,
yang mencankup nama segala jenis makhluk, baik yang dapat dihitung
maupun yang dapat dideskripsikan saja. Al-kaun sebagai makhluk Allah
dapat dibagi menjadi dua kategori, ‘alam al-syahadah (yang dapat dikenali
melalui panca indera seperti langit dan bumi), dan alam al-ghoib (yang
hanya dapat dikenali melalui wahyu ilahi, seperti alam malikat dan jin.).
Di dalam Al-Qur'an kata yang berkaitan dengan alam adalah kata
kerja “Khalaqa” untuk menciptakan dan kata benda “Kholaq” untuk
ciptaan, kata itu disebut sebanyak 253 kali, menunjukan tindakan
penciptaan sebagai kata kerja lebih banyak dari pada penciptaan sebagai
kata benda. Menurut Hasan Hanafi, alam adalah bukan sebagai benda
tetapi merupakan sebuah persepsi kebudayaan yang menentukan sikap
manusia terhadap alam. Ariestoteles juga berpendapat, alam ini terbagi

1
kedalam dua bagian: alam langit dan alam bumi. Seluruh alam ini
bagaikan bulatan (bola) raksasa, berpusat pada bumi dan sekitarnya
hingga ke orbit bulan, yang merupakan batas alam bumi. Sedangkan apa
yang berada di atas bulan sampai ke bulatan langit pertama adalah alam
langit. Dapat ditarik kesimpulan bahwa alam semesta bermakna sesuatu
selain Allah Swt, maka apa-apa yang terdapat di dalamnya baik dalam
bentuk konkrit (nyata) maupun dalam bentuk abstrak (ghaib) merupakan
bagian dari alam semesta yang berkaitan satu dengan lainnya.

a. Alam Fisik
Alam fisik merupakan alam yang dapat dicerna oleh panca indra
baik dengan bantuan alat maupun tanpa bantuan alat dari ukuran yang
paling kecil seperti quark sampai ukuran yang paling besar seperti
gabungan-gabungan galaksi. Quark merupakan partikel yang
membangun proton dan netron, bagian dari inti atom. Quark tidak
pernah sendiri, selalu ada dalam kelompok. Gaya yang mengikat satu
quark dengan yang lain semakin kuat ketik jaraknya semakin jauh.
Quark yang bebas tidak pernah didapat di alam. Sedangkan galaksi
merupakan sebuah sistem massif yang terikat gaya gravitasi yang
terdiri atas bintang (dengan segala bentuk manifestasinya, antara lain
bintang neutron dan lubang hitam), gas dan debu medium antar
bintang, dan materi gelap- komponen yang penting tetapi belum
banyak difahami. Semua hal yang dapat dicerna oleh panca indra baik
dengan bantuan alat maupun tanpa bantuan alat di dunia ini
merupakan contoh alam fisik.

b. Alam Metafisik
Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses
analitis atas hakikat fundamental mengenai keberadaan dan realitas
yang menyertainya. Metafisika membahas tentang konsep filsafat
misalnya tentang keberadaan dunia, realitas, asal mula, dan makna
keberadaan atasnya. Menurut KBBI metafisika artinya adalah ilmu

2
pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal yang nonfisik atau
tidak kelihatan. Istilah ini berasal dari filsafat. Metafisika adalah
cabang dai filsafat yang membahas sifat tentang keadaan, keberadaan,
dan kenyataan. Metafisika membahas segala hal-hal yang tidak bisa
disaksikan secara empiris. Hal-hal gaib tidak bisa disaksikan dan
diukur secara empiris. Fenomena-fenomena gaib juga tidak bisa
diulang, oleh karena hal ini semua, maka disebut sebagai hal-hal
metafisika. Meta artinya berada di "atasnya" atau "transendental".

B. Manusia
Manusia dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa
Anglo-Saxon), mann). Arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi pada
dasarnya dapat dikaitkan dengan mens (latin), yang berarti “ áda yang
berpikir”. Demikian halnya arti kata anthropos (Yunani) tidak begitu jelas.
Semula anthropos berarti “seseorang yang melihat ke atas”. Sekarang kata
ini dipakai untuk mengartikan “wajah manusia”. Dan akhirnya homo
bahasa Latin yang artinya “orang yang dilahirkan di atas bumi”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:714) manusia
diartikan sebagai “makhluk yang berakal budi” (mampu menguasai
makhluk yang lain). Sedangkan menurut Endang Saifuddin Anshari yang
dikutip oleh. mahmud dan Tedi Priatna (2005:62) manusia adalah hewan
yang berfikir. Berfikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban.
Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari jawaban tentang
Tuhan, alam, manusia, artinya mencari kebenaran tentang Tuhan, alam,
dan manusia. Jadi, pada akhirnya manusia adalah makhluk pencari
kebenaran.
Berikut diuraikan pendapat para filosof Barat tentang pengertian
manusia ini sebagai berikut:
1. Plato memandang manusia pada hakikatnya sebagai suatu kesatuan
pikiran, kehendak, dan nafsu-nafsu;
2. Aristoteles memandang manusia sebagai makhluk rasional yang

3
memiliki kesatuan organik antara tubuh dan jasad;
3. Sartre mendefinisikan manusia sebagai “nol yang me-nol-kan” pour soi
yang bukan merupakan objek melainkan subjek, yang kodratnya bebas.
Jika dilihat dari segi biologis, hampir tidak dapat dibedakan antara
manusia dan hewan. Perbedaan terdapat pada sisi rohani yang dimiliki
manusia, dan akal budinya. Dengan akal inilah manusia melahirkan
kebudayaan dan peradaban. Dengan akalnya tersebut, manusia dapat
berimajinasi dan memiliki tujuan. Manusia merupakan homo sapiens yaitu
makhluk yang memiliki tujuan, Manusia disebut pula homo faber karena
manusia adalah makhluk yang pandai menggunakan alat. Manusia adalah
homo religious yaitu makhluk yang percaya kepada takdir dan kepada
Tuhan.

a. Manusia Sebagai Individu


Kata “ Individu” berasal dari kata latin, yaitu individuum, berarti
“yang tak terbagi”. Jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai
untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Arti
lainnya adalah sebagai pengganti “orang seorang” atau manusia
perorangan. Disini terlihat bahwa sifat dan fungsi manusia,
sebagaimana ia hidup di tengah-tengah individu lain dalam
masyarakat. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan
yang tak dapat dibagi,
melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia
perorangan, dapat kita uraikan, bahwa individu adalah seorang
manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah
laku spesifik dirinya.
Makna manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya
hampir identik dengan tingkah laku massa yang bersangkutan. Proses
yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada
ia adalah dirinya sendiri, disebut proses individualisasi atau aktualisasi
diri.

4
Manusia sebagai individu memiliki tugas pada dirinya sendiri yaitu;
 Menuntut ilmu pengetahuan, merekayasa teknologi serta
memanfaatkannya untuk kemakmuran dan kesejahteraan.
Kesadaran tersebut mendorongnya untuk terus belajar. Proses
belajar berarti proses perubahan sikap dan perilaku dengan
mendapatkan pengalaman dan pelatihan.

b. Manusia Sebagai Anggota Masyarakat


Hasan Shadly (1963:20) memberikan pengertian masyarakat
sebagai golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan
sendirinya bertalian golongan dan mempunyai pengaruh satu sama
lain. Sedangkan Bouman mamberikan definisi masyarakat sebagai
berikut: “Masyarakat adalah pergaulan hidup yang akrab antara
manusia, dipersatukan dengan cara tertentu oleh hasrathasrat
kemasyarakatan mereka. Lysen selanjutnya menjelaskan bahwa
“Masyarakat adalah hubungan antara kekuatan-kekuatan dari bentuk-
bentuk masyarakat dan dengan kehidupan individu.
Dengan demikian dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa masyarakat adalah pengumpulan manusia yang
banyak dan bersatu dengan cara tertentu oleh karena hasrat-hasrat
kemasyarakatan yang sama. Jadi ada beberapa syarat untuk timbulnya
masyarakat, yaitu: 1) harus ada pengumpulan manusia yang banyak, 2)
telah bertempat tinggal di suatu daerah tertentu dalam waktu yang
lama, 3) adanya aturan yang mengatur untuk kepentingan bersama.
Hidup bermasyarakat merupakan sekelompok orang atau manusia
yang hidup bersama yang mempunyai daerah atau tempat tertentu
untuk jangka waktu yang lama. Masing-masing anggotanya saling
berhubungan satu sama lain, hubungan yang dimaksudkan baik itu
sikap, tingkah laku ataupun perbuatan. Segala tingkah laku dan

5
perbuatan itu diatur dalam suatu tata tertib, undangundang, peraturan
tertentu, yang biasanya disebut hukum adat.

c. Hak dan Kewajiban Manusia Atas Pendidikan


Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat didalam
kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih,
dan dididik oleh orangtua, keluarga, dan masyarakatnya menuju
tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian terbentuk
potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan
kegiatan pendidikan dalam rangka pematangan diri. Kematangan diri
adalah kemampuan menolong diri sendiri, orang lain, dan terutama
menolong kelestarian alam agar tetap berlangsung dalam
ekosistemnya. Antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan
kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena
pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia
yang manusiawi.
Dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran secara terus
menerus, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan yang sarat dengan
nilai kebenaran baik yang universal-abstrak, teoritis, maupun praktis.
Nilai kebenaran ini selanjutnya mendorong terbentuknya sikap
perilaku arif dan berkeadilan. Lebih lanjut, dengan sikap dan perilaku
tersebut, manusia membangun kebudayaan dan peradabannya.
Kebudayaan, baik yang material ataupun yang spiritual, adalah upaya
manusia untuk mengubah dan membangun keterhubungan berimbang
baik secara horizontal maupun vertikal.
Dalam Universal Declaration of Human Rights, persamaan hak
bagi setiap warga negara untuk memperoleh pengajaran / pendidikan
ini dapat dijumpai pada pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) yang
menyatakan: (1) Setiap orang berhak mendapat pendidikan.
Pendidikan harus gratis, setidak-tidaknya untuk tingkat sekolah dasar
dan pendidikan dasar. Pendidikan dasar harus diwajibkan. Pendidikan

6
teknik dan kejuruan harus tersedia secara umum, dan pengajaran
tinggi harus secara adil dapat diakses oleh semua orang, berdasarkan
kepantasan. (2) Pendidikan harus ditujukan ke arah perkembangan
pribadi yang seluas-luasnya serta memperkokoh rasa penghargaan
terhadap hak-hak manusia dan kebebasan asasi. Pendidikan harus
mempertinggi saling pengertian, toleransi, dan persahabatan di antara
semua bangsa, kelompok ras, maupun agama, serta harus memajukan
kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam memelihara perdamaian.
Jaminan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk
memperoleh pengajaran/pendidikan juga terdapat dalam Perjanjian
Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, Budaya
(International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights),
yakni pada 13 ayat (1) yang menyatakan bahwa negara-negara peserta
perjanjian mengakui hak setiap orang akan pendidikan. Mereka
sepakat bahwa pendidikan hendaknya diarahkan kepada
perkembangan sepenuhnya atas kepribadian manusia dan pengertian
mengenai martabatnya, dan akan memperkuat penghormatan terhadap
hak asasi manusia dan kebebasan yang hakiki. Mereka selanjutnya
sepakat bahwa pendidikan akan memungkinkan setiap orang
berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat yang bebas,
meningkatkan pengertian, toleransi dan persahabatan di antara semua
bangsa dan kelompok suku, etnis atau agama, dan lebih jauh kegiatan
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memelihara perdamaian.
Pendidikan merupakan elemen dasar dari hak asasi manusia. Di
dalam hak atas pendidikan terkandung berbagai elemen yaitu hak
ekonomi, sosial dan budaya serta juga hak sipil dan politik. Hak atas
pendidikan adalah hak asasi manusia dan sarana yang mutlak
diperlukan demi terpenuhinya hak-hak yang lain. Penyelenggaran
pendidikan hingga selesai merupakan prasyarat untuk mendapatkan
hak atas pekerjaan, dengan asumsi bahwa dengan pendidikan yang
tinggi, maka akan mudah mendapatkan pekerjaan. Bahkan pendidikan
juga seringkali dikaitkan dengan isu hak perempuan; dan pendidikan

7
dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting untuk pemberdayaan
perempuan.

C. Masyarakat
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut dengan istilah society,
dari bahasa Latin societas (dari socio = mengambil bagian, berbagi,
menyatukan). Masyarakat adalah suatu kumpulan orang-orang, atau suatu
asosiasi sukarela individu-individu yang mempunyai tujuan-tujuann yang
sama.
Dalam pandangan beberapa filosof, pengertian masyarakat adalah:
1. Plato tidak membedakan antara pengertian negara dan masyarakat.
Negara tersusun dari individu-individu dan tidak disebutkan kesatuan-
kesatuan yang lebih besar. Negara sama dengan masyarakat;
2. Aristoteles membuat perbedaan antara negara dan masyarakat. Negara
adalah kumpulan dari unit-unit kemasyarakatan. Masyarakat terdiri
dari keluarga-keluarga;
3. Comte memperluas analisis-analisis masyarakat, dengan menganut
suatu pandangan tentang masyarakat sebagai lebih dari suatu agregat
(gerombolan) individu-individu.
Ada juga teori tentang masyarakat pascaindustri. Dalam pandangan
teori masyarakat pascaindustri, perkembangan masyarakat ditentukan oleh
tingkat perkembangan industri yang dapat dilihat dari pendapatan kotor
masyarakat (GNP). Ciri khas masyarakat pascaindustri adalah
meningkatnya jumlah orang yang terlibat dalam industri-industri
pelayanan dan dalam produksi rohani (9/10 atau lebih dari populasi tenaga
kerja) dan berkurangnya orang yang bekerja dalam produksi industri dan
dalam pertanian. Ciri penting lainnya adalah pengurangan waktu kerja
dalam setahun, pertumbuhan populasi nol, reorientasi perekonomian dan
kebudayaan.
Di samping hal di atas, perlu diungkapkan pula beberapa pendapat
tentang masyarakat sebagai berikut :

8
1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan;
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita
suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi;
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan
objektif pribadipribadi yang merupakan anggotanya;
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan
manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang
cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan
sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok /
kumpulan manusia tersebut.
Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia yang
bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan
sesama untuk mencapai tujuan. Anggota masyarakat terdiri dari berbagai
ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, agama, maupun lapisan
sosial sehingga menjadi masyarakat yang majemuk. Secara langsung dan
tidak langsung setiap anggota masyarakat tersebut telah menjalin
komunikasi, mengadakan kerjasama dan saling mempengaruhi dalam
rangka mencapai tujuan.
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi
dalam rangka mencapai tujuan hidup bersama. Struktur masyarakat yang
ada dalam masyarakat terdiri dari yang paling kecil yaitu individu.
Individu-individu ini menjalin komunikasi dalam rangka melakukan
kontrak sosial. Kumpulan individu ini kemudian membentuk ikatan yang
lebih luas yaitu keluarga.
Adapun yang menjadi komponen masyarakat adalah sebagai
berikut:
a. Organisasi sosial;
b. Budaya;
c. Sosialisasi;
d. Kelompok-kelompok primer;

9
e. Stratifikasi sosial;
f. Asosiasi;
g. Tingkah laku kolektif;
h. Penduduk dan ekologi.
Komponen-komponen masyarakat di atas sebenarnya merupakan
satu sinergitas sosial. Kenyataan dalam masyarakat memang
mencerminkan variasi dan perbedaan yang nyata, tetapi sejatinya hal itu
adalah satu kesatuan yang saling berhubungan.

a. Masyarakat Pedesaan
1. Karakter Keberagaman
Secara umum, dalam kehidupan masyarakat di pedesaan
dapat dilihat beberapa karakteristik yang dimiliki, sebagaimana
dikemukakan oleh Roucek dan Warren, dalam Jefta (1995) yaitu :
a. Mereka memiliki sifat yang homogeny dalam hal mata
pencaharian, nilai-nilai budaya, sikap dan tingkah laku.
b. Kehidupan di desa lebih menekankan keterlibatan anggota
keluarga dalam kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi rumah tangga. Keluarga juga berperan sebagai
pengambil keputusan yang final dalam memecahkan persoalan.
c. Faktor geografis sangat berpengaruh terhadap kehidupan
bermasyarakat, misalnya adanya keterikatan, anggota
masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya.
d. Hubungan sesama anggota keluarga masyarakat lebih intim dan
jumlah anak pada keluarga inti lebih banyak.
2. Pandangan Hidup
Soemarjan,(1993) dalam Muta’ali (2013:49) menyebutkan
bahwa tata kehidupan “ruralisme” masih berlaku kental pada
masyarakat perdesaan, walaupun diakui bahwa ada kecenderungan
pergeseran ke arah “urbanisme”. Ruralisme adalah tata hidup
masyarakat di perdesaan (rural areas) yang pada dasarnya
merupakan tata hidup agraris, yang berpegangan kuat pada adat

10
yang diturunkan dari generasi kepada generasi berikutnya tanpa
perubahan. Di dalam “ruralisme” terdapat unsur-unsur
kekeluargaan, gotong royong dan sikap pada kekuatan-kekuatan
alam di sekitarnya. Selain itu adat dan agama merupakan suatu
sumber inovasi bagi kehidupan masyarakat yang mampu menjaga
dan melestarikan solidaritas sosial yang kuat. Hidup di desa banyak
berkasitan dengan tradisi, nilai, norma adat yang telah berkembang
secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya,
sehingga masyarakat desa cenderung kurang dinamis, kurang
rasional, dan kurang kritis.
Daerah perdesaan pada dasarnya bersifat homogen, hampir
semua penduduk mempunyai keseragaman dalam hal pekerjaan,
bahasa, adat istiadat dan lain-lainnya. Hal ini mungkin dipengaruhi
oleh faktor generasi yang secara turun temurun tinggal di desa
tersebut, sehingga warisan sosial budaya (social cultural heritage)
menjadi transfer of culture.
Kontrol sosial pada masyarakat perdesaan masih sangat
kuat terkait dengan pranata-pranata yang berupa norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat tersebut.
3. Gaya Hidup
Gaya hidup masyarakat pedesaan sangat sederhana, orang –
orang pedesaan umumnya solid, rukun, kompak dan kekeluargaan
sangat di nomersatukan, Adat – istiadat masih di junjung tinggi
dalam kehidupan, Sebagian besar orang – orang di desa hidup
bergantung dari hasil bumi, Masyarakat pedesaan biasanya
memiliki sifat yang ramah, sopan dan peduli terhadap lingkungan.
4. Tanggungjawab Dalam Pendidikan Anak
Pada masyarakat desa perbaikan-perbaikan pengajaran
bagi penduduk yang kurang atau sama sekali belum mendapatkan
pengajaran, terhambat, disebabkan keengganan tenaga-tenaga
pengajar yang diberi bagian tugas ke desa karena disamping
honorarium yang kurang juga keadaan daerah dan masyarakatnya

11
yang kurang maju dalam penyusunan ekonomi, kekurangan dan
rumah tangganya. Kondisi  yang sering ditemui adalah berkenaan
dengan akses transportasi yang sulit seperti  tidak adanya angkutan
umum, kondisi jalan rusak semakin menyurutkan motivasi belajar.

b. Masyarakat Perkotaan
1. Karakter Keberagaman
Adapun karakteristik yang berskala individu sebagai
manusia modern (maju) atau masyarakat kota adalah sebagai
berikut:
1) Selalu bersikap menerima perubahan setelah memahami
adanya
kelemahan-kelemahan dari situasi yang rutin.
2) Memiliki kepekaan pada masalah yang ada di sekitarnya
dan menyadari bahwa masalah tersebut tidak terlepas dari
keberadaan dirinya.
3) Terbuka bagi pengalaman baru (inovasi) dengan disertai sikap
yang tidak apriori atau prasangka.
4) Untuk setiap pendiriannya selalu dilengkapi informasi
akurat.
5) Lebih berorientasi pada masa mendatang yang didukung oleh
kesadaran bahwa masa lampau sebagai pengalaman dan masa
sekarang sebagai suatu fakta, sedangkan masa mendatang
sebagai harapan yang mesti diperjuangkan. Artinya, ketiga
pengalaman waktu itu merupakan suatu sekuen.
6) Sangat memahami akan potensi dirinya, dan potensi tersebut
ia yakin dapat diicernbangkan.
7) Selalu berusaha untuk terlibat dan peka terhadap perencanaan.
8) Selalu menghindar dari situasi yang fatalistik dan tidak mudah
menyerah pada keadaan atau nasib.
9) Meyakini akan manfaat iptek sebagai sarana dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan manusia.

12
10) Memahami dan menyadari serta menghormati akan hak-hak
dan kewajiban serta kehormatan pihak lain.

2. Pandangan Hidup
Penduduk kota sangat bervariasi, baik asal usul, suku
bangsa, bahasa, pekerjaan dan lain-lainnya, sehingga sangat
heterogen. Kota ditandai oleh heterogenitas, keragaman suku, dan
unsur-unsur budaya, sehingga benarbenar menjadi “tempat
bercampur”. Perbedaan pendididikan dan status sosial dapat
menimbulkan keadaan yang heterogen, yang selanjutnya dapat
memicu adanya persaingan, terlebih lagi bila penduduk kota
semakin bertambah, dan dengan adanya sekolah yang beraneka
regam timbullah spesialisasi di bidang keterampilan ataupun di
bidang jenis mata pencaharian.
Perbedaan status sosial ekonomi maupun kultural dapat
menumbuhkan sifat “individualisme”. Sifat gotong royong murni
sudah jarang, hubungan kekerabatan mulai pudar ( gesselschaft)
terjadi pada masyarakat di perkotaan. Pergaulan langsung ( face to
Face) dan dalam waktu lama sudah jarang terjadi, karena
komunikasi lebih banyak dilakukan secara tidak langsung melalui
telepon, HP bahkan melalui dunia maya. Cukup tingginya tingkat
pendidikan dan konsisi ekonomi wargakota, mendorong warga
kota menyelesaikan persoalanpersoalan yang dihadapi secara
mandiri.
Toleransi sosial cenderung lebih rendah bila dibandingkan
toleransi sosial masyarakat desa, hal ini terjadi karena waraga kota
sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Kepadatan penduduk perkotaan termasuk tinggi, jadi secara
fisik warga kota saling berdekatan, namun dari segi sosial
berjauhan,
karena adanya perbedaan kebutuhan dan kepentingan.
3. Gaya Hidup

13
Kehidupan masyarakat kota cenderung heterogen,
individual, persaingan yang tinggi yang sering menimbulkan
pertentangan atau konflik. Munculnya asumsi bahwa masyarakat
kota itu pintar, tidak mudah tertipu, cekatan dalam berpikir, dan
bertindak, dan mudah menerima perubahan, tidak selamanya benar
karena secara implisit, di balik semua itu masih ada masyarakatnya
yang hidup di bawah standar kehidupan sosial. Masyarakat yang
tinggal di kota – kota besar umumnya mempunyai gaya hidup yang
glamour atau sering di sebut dengan pola serba mewah, orang –
orang kota cenderung memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan
orang lain. Fasilitas umum lebih banyak memadai di kota, adat –
istiadat kurang dijunjung tinggi oleh masyarakat perkotaan, Pola
pikir masyarakat perkotaan umumnya rasional (tidak begitu
percaya dengan takhayul), lapangan pekerjaan juga lebih banyak
tersedia untuk orang – orang yang tinggal di kota.
4. Tanggungjawab Dalam Pendidikan Anak
Masyarakat kota lebih melek atau terbuka dalam hal
pendidikan. Pada dasarnya akses kemudahan dan fasilitas belajar di
wilayah perkotaan sudah cukup mumpuni. Di sekolah wilayah
perkotaan, siswa datang ke sekolah dengan diantarkan orang tua
atau bahkan  membawa dan memiliki kendaraan sendiri untuk
tingkat menengah atas. Sedangkan untuk siswa sekolah dasar
mereka ditunggui orang tua sosialita. Ibu-ibu ber-geng
sebagaimana persahabatan anak-anaknya.
Selesai sekolah formal sebagai sebuah kewajiban, mereka
juga menempuh sunahnya semisal les, kursus atau halnya
bimbingan belajar di luar jam sekolah. Meskipun demikian, aspek
segala kemudahan yang diberikan bukan jaminan pendidikan moral
dan karakter yang lebih baik.

14
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Alam merupakan segala sesuatu selain Allah yang ada di langit dan
di bumi. Secara filosofis, alam itu kumpulan substansi yang tersusun dari
materi dan bentuk yang ada di langit dan bumi. Menurut Abu Al-’Ainain
menyebut alam semesta dalam filsafat dengan istilah al-kaun yang berarti
segala sesuatu yang diciptakan Allah, yang mencankup nama segala jenis
makhluk, baik yang dapat dihitung maupun yang dapat dideskripsikan
saja. Alam dimagi menjadi 2, yaitu : Alam Fisik dan Alam Metafisik.
Manusia dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa
Anglo-Saxon), mann). Arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi pada
dasarnya dapat dikaitkan dengan mens (latin), yang berarti “ ada yang
berpikir”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:714) manusia
diartikan sebagai “makhluk yang berakal budi” (mampu menguasai
makhluk yang lain). Manusia memiliki hak dan kewajiban atas
pendidikan. Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat didalam
kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan
dididik oleh orangtua, keluarga, dan masyarakatnya menuju tingkat
kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi
kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Sedangkan masyarakat dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah
society, dari bahasa Latin societas (dari socio = mengambil bagian,
berbagi, menyatukan). Masyarakat adalah suatu kumpulan orang-orang,
atau suatu asosiasi sukarela individu-individu yang mempunyai tujuan-
tujuann yang sama. Masyarakat pun dibagi menjadi dua, yaiu : Masyarakat
pedesaan dan masyarakat perkotaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/TOSHIBA/Documents/Filsafat%20Pend.Islam/FILSAFAT
%20PENDIDIKAN%20ISLAM(1).PDF
file:///C:/Users/TOSHIBA/Documents/Filsafat%20Pend.Islam/EBOOK%20-
%20Filsafat%20Pendidikan%20Islam.PDF
file:///C:/Users/TOSHIBA/Documents/Filsafat%20Pend.Islam/
2filsafatpendis.pdf
file:///C:/Users/TOSHIBA/Downloads/SOSIOLOGI%20PEDESAAN.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/3652/1/SOSIOLOGI%20PERKOTAAN.pdf
file:///C:/Users/TOSHIBA/Downloads/119-Article%20Text-433-1-10-
20200126.pdf
file:///C:/Users/TOSHIBA/Downloads/
2.ESENSIALAMSEMESTAPERSPEKTIFFILSAFATPENDIDIKANISLA
M.pdf
http://staffnew.uny.ac.id/upload/198608172014042001/pendidikan/bahan-
ajar-masy-kota-desa.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/110344-ID-hak-warga-negara-
dalam-memperoleh-pendid.pdf
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/
Pertemuan_9CD0500329.pdf
file:///C:/Users/TOSHIBA/Downloads/208-405-1-SM.pdf
file:///C:/Users/TOSHIBA/Downloads/392-1188-1-SM.pdf
file:///C:/Users/TOSHIBA/Downloads/1269-2599-1-SM%20(1).pdf
https://journal.unita.ac.id/index.php/publiciana/article/view/46/42
https://id.quora.com/Apa-bedanya-Fisika-dan-Metafisika
https://isnet.or.id/batas-alam-fisika-dan-metafisika-dalam-sains/

16
https://www.kompasiana.com/luciaerine/590008b6f37a615118802008/
perbedaan-pola-fikir-masyarakat-kota-dan desa#:~:text=Masyarakat
%20pedesaan%20merupakan%20sekelompok%20orang,masih%20di
%20junjung%20tinggi%20dalam

17

Anda mungkin juga menyukai