Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


Agus Arifandi M.Pd.I.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Achmad Rosyadi (191810401017)
Adhelena Belinda Saputri (192210101144)

Pusat Pengembangan Pendidikan Karakter dan Ideologi Kebangsaan (P3KIK)


UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut
Islam”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Pendidikan Agama Islam di Universitas Jember. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan baik pada segi penulisan maupun materi yang kami
berikan/sampaikan, mengingat akan kurangnya pemahaman yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Jember, September 2019

Tim Penulis
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Pengertian Hakikat ............................................................................................... 3


B. Pengertian Manusi ................................................................................................ 3
1) Asal Mula Manusia “Teori Evolusi Darwin dan Nabi Adam a.s” .................. 4
2) Teori Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin ....................................... 4
3) Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s) ......................... 5
C. Tujuan Penciptaan manusia .................................................................................. 6
D. Fungsi dan Peran Manusia ................................................................................... 7
1) Manusia Sebagai Khalifah Allah ..................................................................... 8
2) Fungsi Manusia sebagai Hamba ...................................................................... 8
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT ................. 9
F. Hakikat Manusia ................................................................................................... 10
G. Eksistensi Kehidupan Manusia ............................................................................ 10
1) Manusia Sebagai Makhluk Sosial ................................................................... 10
2) Manusia sebagai Wakil Tuhan di Muka Bumi ................................................ 11
H. Proses kejadian manusia dan nilai-nilai ............................................................... 11
I. Potensi-potensi dasar manusia .............................................................................. 14

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................................... 16

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 17

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembuatan makalah ini dilatar belakangi oleh suatu kecenderungan untuk tidak mau
terlalu menggunakan pikiran dalam kehidupan membuat banyak orang tidak mengetahui
makna dari hidup itu sendiri. Tentunya kita perlu untuk memikirkan mengapa kita hidup,
untuk apa kita hidup,bagaimana kehidupan setelah ini. Akan sangat sia-sia hidup
seseorang jika hanya hidup untuk sekedar hidup, jika hidup hanya sekedar hidup, kera di
hutan juga bisa hidup, jika hidup hanya untuk sekedar makan, ayam juga bisa makan.
Maka kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa akan sama dengan dengan binatang
kalau seandainya manusia tidak mengetahui hakikat dari kehidupannya. (menurut: Buya
Hamka)
Hanya sedikit dari sekian banyak manusia mau menggunakan akal untuk mencari
hakikat dari kehidupannya. Memang harus diakui bahwa mencari hakikat kehidupan ini
bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk ditemukan. Sulit bagi manusia yang benar-benar
ingin menemukan arti dari kehidupannya di dunia ini. Akan tetapi ada satu cara untuk
manusia dapat menemukan dengan tidak begitu sulit apa mengenai hakikat dari
kehidupannya. Salah satunya adalah memahami agama dengan sepenuhnya.
Memahami agama dalam konteks ini bukan hanya sekedar mempelajari dan
mempraktekkan semata. Akan tetapi menggali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Agama islam sebagai agama rahmatan lill a’alamin atau rahmat bagi seluruh umat, telah
memberikan rincian tujuan dari penciptaan manusia itu sendiri. Hal inilah yang
membuat islam bukan hanya rahmat bagi orang beragama islam saja, tetapi juga bagi
orang-orang yang belum beragama islam sekalipun. Al-Quran sebagai kitab suci umat
islam menyebutkan bahwa tujuan manusia diutus ke bumi ini adalah untuk menjadi
khalifah atau wakil tuhan untuk mengurusi bumi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat kami temukan yaitu:

1
1. Apa pengertian hakikat dan manusia itu ?
2. Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia ?
3. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ?
4. Apa sajakah hakikat manusia itu ?

C. Tujuan Masalah
Tujuan yang kami dapatkan dari rumusan masalah yaitu
1. Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia
2. Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia?
3. Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah
SWT?
4. Untuk mengetahui Apa saja hakikat manusia itu?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau
asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau
yang menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang
sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan
mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.(Ahmad, 2010)

B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku
interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam
diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).(Ahmad,
2010)
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus
(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang
menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang
berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Menurut aliran ini segala tingkah
laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak
disebabkan aspek. (Ahmad, 2010)
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang
bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori
kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata.
(Ahmad, 2010)

3
karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan,
menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa
basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata
basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau
lempung kering (al-hijr : 33 ; ar-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuun :
33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual
manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar :
72). Insan adalah makhluk yang menjadi dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti az-zumar : 27 walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi
manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada
semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang
tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
1) Asal Mula Manusia “Teori Evolusi Darwin dan Nabi Adam a.s”
Jika kita berdebat tentang asal mula manusia, maka yang terpikir pertama kali
dipikiran adalah teori evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusi Charles Darwin
dijelaskan bahwa manusia pertama adalah kera, sedangkan dalam kitab suci umat
Islam yaitu Al-Qur'an, dijelaskan bahwa manusia pertama adalah Nabi adam a.s.
Namun, hingga saat ini para ilmuwan masih terus mencari bukti untuk memastikan
asal mula manusia.(Muthahhari,1990)
2) Teori Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin
Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis
makhluk yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah
4
dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa
bentuk peralihan antara manusia modern dan nenek moyangnya. Ditetapkanlah
empat kelompok dasar sebagai berikut di bawah ini :
a. Australophithecines
b. Homo habilis
c. Homo erectus
d. Homo sapiens
Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut
oleh evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari
selatan". Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba yang telah punah,
ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar dan kuat dan
tegap, sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan menjabarkan
hubungan dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus > Homo Habilis> Homo
erectus > Homo sapiens," evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa
setiap jenis ini adalah nenek moyang jenis selanjutnya.
3) Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)
Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat
“cerita” tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut
manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu
diabadikan.
"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku,
maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis
tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa
yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena
kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah dipastikan
masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman hidup Adam. Allah
berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah satu buah di surga,
5
namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam kondisi
yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi
dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah,
namun Adam dan Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan,
bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah
keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk
menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal
manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa, Adam
melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh penjuru bumi;
menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh penjuru
bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka
didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang
telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)

C. Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah.


Pengertian penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia dalam hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi,
baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan tuhan maupun manusia dengan
manusia.( Nata,1998)
Oleh kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Allah tidak
membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual penyembahannya.

6
Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya
sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta. Keseimbangan
pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah
Allah ciptakan.
Adapun tujuan – tujuan tersebut dapat dikelompokan menjadi dua yaitu tujuan hidup
vertikal dan tujuan hidup horizontal.
Tujuan Hidup vertikal : Mencari ridho Allah (QS Al- Baqoroh 207)
‫وف ِبا ْل ِعبَا ِد‬
ٌ ‫َّللاُ َر ُء‬
َّ ‫َّللاِ ۗ َو‬
َّ ‫ت‬ َ ‫اس َم ْن يَش ِْري نَ ْف‬
ِ ‫سهُ ا ْبتِ َغا َء َم ْرضَا‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
Artinya: “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”
Ridho Allah adalah dambaan setiap muslim yang menyadari bahwa itulah harta
termahal yang pantas diperebutkan oleh manusia.Tanpa ridho Allah,hidup kita akan
hampa,kering,tidak dapat merasakan nikmat atas segala apa yang telah ada di genggaman
kita,bermacam masalah silih berganti menyertai hidup kita.Harta berlimpah,makanan
berlebih namun ketika tidak ada ridhoNya,semua menjadi hambar. Tidak tahu kemana
tujuan hidup,merasa bosan dengan keadaan, seolah hari berlalu begitu saja,begitu cepat
namun tanpa disertai dengan perubahan kebaikan hari demi hari.
Tujuan hidup horizontal yaitu Bahagia di dunia dan akhirat rahmat bagi semua manusia
dan seluruh alam ( Al anbiya’ : 107)
َ‫س ْلنَـكَ إِالَّ َرحْ َمةً ِل ْلعَـلَ ِمين‬
َ ‫َو َمآ أ َ ْر‬
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam”. [QS. AL ANBIYA 21:107]

D. Fungsi dan Peran Manusia


Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang
mempelopori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai
penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan
sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt. (Muthahhari,1990)
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh
Allah di antaranya adalah:
1. Belajar
7
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri
sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT. Berikut merupakan fungsi manusia yang
dibedakan menjadi dua yaitu;
1) Fungsi Manusia sebagai Hamba
Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata
menyembah sebagai terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun (taat, tunduk,
patuh). Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba
Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun
terpaksa
Q.S Adz-Dzariyat (51) ayat 56
‫س ا ْل ِجنَّ َخلَ ْقتُ َو َما‬
َ ‫اْل ْن‬
ِ ْ ‫ُون إِ ََّّل َو‬
ِ ‫ِليَ ْعبُد‬
Artinya:“dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku (Allah)”.
Surat Adz dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah,
termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan
diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT.
1) Manusia Sebagai Khalifah Allah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus dipertanggung
jawabkan dihadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka bumi adalah
tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia
menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Dengan ini manusia berkewajipan menegakkan
kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta
penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.
Firman Allah SWT :

8
Artinya :”Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya
Aku jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak
jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah,
sedangkan kami sentiasa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab
Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.”(Al-Baqarah:30)
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua
peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.
1. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Yakni dengan mengexploitasi alam
dengan sebaik-baiknya dengan adil dan merata dengan tetap menjaga kekayaan agar
tidak punah, supaya generasi berikutnya dapat melanjutkan exploitasi itu
2. Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak
manapun (ar ri’ayah). Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara
akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari
kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat.
Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangat potensial merusak alam. Oleh
karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.

E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT


1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang esensial dari kata hamba adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun
naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah
tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta
pengolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia
menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka
9
bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya
mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidpnya.
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan
amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah
membentuk amal saleh.

F. Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur
dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai selama hidupnya.
5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.

G. Eksistensi Kehidupan Manusia


Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan
yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya.
Sehingga karena kesempurnaannya itu lah Allah menjadikan manusia sebagai wakilnya
di bumi ini.
1) Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai maklhuk social merupakan suatu fitrah atau ketetapan dari Allah,
manusia tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dari makhluk lain di
sekitarnya. Allah lebih mengetahui kondisi ciptaannya sendiri, dengan demikian Dia
10
menciptakan wanita sebagai pasangan dari laki-laki, dengan tujuan agar kehidpan
mereka bisa lebih tentram dan dapat saling memenuhi kebutuhannya sehingga tercapai
suatu kebahagiaan.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin hidup sendiri dalam
memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain, karena memang manusia
diciptakan Tuhan untuk saling berinteraksi, bermasyara kat / bersilaturahmi dengan
sesama serta dapat saling tolong menolong dalam memenuhi kebutuhannya.
2) Manusia sebagai Wakil Tuhan di Muka Bumi.
Manusia merupakan khalifah di bumi ini, diciptakan oleh Allah dengan berbagai
kelebihan dan kesempurnaan yang menyertainya. Kita diberi akal pikiran dan juga
hawa nafsu sebagai pelengkapnya. Manusia telah diberikan berbagai fasilitas di muka
bumi sebagai alat pemenuhan kebutuhan manusia. Semua yang kita perlukan telah
terhampar di alam semesta, manusia hanya perlu mengelolanya saja

H. Proses kejadian manusia dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.


Dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang berbicara tentang proses kejadian manusia,
ada yang menerangkan secara global, seperti pada ayat; Qs.al-Insan ayat 2, Qs. As-Sajdah
ayat 8-9, Qs. An-Najm ayat 32, dan seterusnya. Kemudian ada yang menerangkan secara
rinci seperti Qs. Al-Mu’minun ayat 12-14, dan Qs. Al-Hajj ayat ;5. Diantara ayat-ayat
tersebut banyak yang memakai redaksi “khalaqa” dari pada “ja’ala”, hal ini
mengandung makna tersendiri dalam konteks pembicaraan penciptaan manusia. Kata
“khalaqa” mengandung pengertian “ibda’ al-syai’ min ghairi ashl, wa la ihtida”
(penciptaan sesuatu tanpa asal/pangkal dan tanpa contoh terlebih dahulu), sedangkan kata
“ja’ala” yang biasa diartikan menjadikan, merupakan lafadz yang bersifat umum yang
berkaitan dengan semua aktivitas dan perbuatan. M.Quraish Syihab, mengatakan lafadz
“khalaqa” memberikan aksentuasi tentang kehebatan dan kebesaran atau keagungan
Allah dalam ciptaan-Nya, sedangkan “ja’ala” mengandung aksentuasi terhadap manfaat
yang harus atau dapat diperoleh dari sesuatu yang dijadikan itu. Seperti pada Qs. Ar-
rum;21 dan Ali Imran ; 190-191.
Secara umum manusia berasal dari tanah (thin, turab atau al-ardl), ini dapat dipahami
bahwa ternyata dalam tubuh manusia itu terdapat unsur kimiawi yang ada dalam tanah.
11
Dari sini dapat dipahami bahwa manusia dibentuk dari komponen-komponen yang
dikandung dalam tanah, yaitu komponen atom yang membentuk molekul yang terdapat
dalam tanah dan jasat manusia. Kata thin dan turab, memiliki makna yaitu tanah yang
mengandung air, dari sinilah tumbuh segala tanaman yang sangat dibutuhkan oleh
manusia sebagai makanan. Intisari makanan tersebut sebagiannya akan membentuk
spermatozoa, yakni sel mani (ma’in mahin/ air yang hina) yang apabila masuk ke dalam
sel telor bisa menimbulkan pembuahan, inilah barangkali yang ditunjukkan oleh ayat
“min sulalah min thin”.
Selanjutnya proses penciptaan manusia, seperti yang ditunjukkan dalam Qs.al-
Mu’minun, dilakukan dalam dua fase, yaitu; fase pertama, yaitu fase fisik/materi, melalui
tahapan; (1)nuthfah; (2)’alaqah; (3)mudlghah atau pembentuk organ-organ penting;
(4)’idham (tulang); dan (5)lahm (daging) fase kedua yaitu fase non-materi/immateri,
seperti yang ditunjuk oleh ayat “tsumma ansya’nahu khalqan akhar”. Tahapan-tahapan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut; Pertama, tahap nuthfah. Tahap atau periode ini
biasa dinamakan “periode ovum” dimana pertemuan antara sel kelamin bapak (sperma)
dan sel kelamin ibu (ovum) bersatu kedua intinya dan membentuk suatu zat baru dalam
rahim ibu (fii qaraarin makiin). Pertemuan antara kedua sel tersebut dalam al-Qur’an
disebut “nuthfah amsaj”, yakni percampuran air mani laki-laki dan sel telor perempuan,
melalui suatu proses sehingga memunculkan “ma’in da-fiq” atau air yang terpancar
ketika berkumpul (bersenggama). Kedua, tahap ‘alaqah. Para mufassir menerjemahkan
‘alaqah dengan segumpal darah atau darah yang membeku, seperti al-Lusi, al-Maraghi,
Ath-Thabathaba’I HAMKA, dan sebagainya. Tetapi sementara ahli kedokteran, antara
lain Mauricce Bucaille menyatakan bahwa terjemahan yang tepat untuk ‘alaqah adalah
“sesuatu yang melekat”, dan ini sesuai dengan penemuan sains moderen, bahwa setelah
proses nuthfah atau periode ovum terjadilah zat baru yang kemudian membelah menjadi
dua, empat, delapan dan seterusnya sambil bergerak menuju ke kantong kehamilan dan
melekat, berdempet serta masuk ke dinding rahim, inilah yang kemudian disebut ‘alaqah.
Ketiga, tahap mudlghah. Ibnu Katsir mengatakan mudlghah sebagai “qit’ah ka al-bidl’ah
min al-lahm la syaki fiha wala takhthith”, yakni sepotong daging yang tidak berbentuk
dan tidak berukuran, mudlghah inilah yang kemudian membentuk organ-organ penting
dalam perkembangan selanjutnya. Proses selanjutnya, keempat, yaitu ‘idham (tulang)
12
yang dibentuk dari elemen-elemen atau bahan-bahan yang terdapat dalam mudlghah, dan
Kelima adalah lahm (daging) yang juga dibentuk dari elemen mudlghah. Setelah itu Allah
menjadikannya makhluk yang berbntuk lain (…tsumma ansya’naahu khalqan akhar”),
yakni bukan sekedar fisik/materi/jasad, tetapi juga non-fisik/immateri. “al—insya’” disini
mengandung arti “I-jad al-syai’ wa tarbiyatuh” (mewujudkan/mengadakan sesuatu dan
memeliharanya).
Redaksi ayat tersebut tidak memakai kata “al-khalq” yang berarti juga menciptakan,
hal ini menurut ath-Thabathaba’I, karena pemakaian kata “al-insya’” menunjukkkan
terjadinya sesuatu hal yang baru yang tidak dicakup dan tidak diiringi oleh materi
sebelumnya. Pada tahap inilah, menurut Sayyid Qutub, merupakan tahap yang
membedakan manusia dengan hewan atau makhluk lainnya, pada tahap tersebut manusia
memiliki ciri-ciri istimewa. Dari uraian tentang proses kejadian manusia tersebut, maka
dapat ditemukan nilai-nilai pendidikan sebagai berikut;
1. Bahwa salah satu cara yang ditempuh oleh al-Qur’an dalam menghantarkan manusia
untuk menghayati petunjuk-petunjuk Allah ialah dengan cara memperkenalkan jati diri
manusia itu sendiri, bagaimana asal kejadiannya, dari mana datangnya, dan
seterusnya. Di sisi lain juga ditegaskan bahwa mengenal manusia merupakan media
untuk mengenal Tuhan-Nya (man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu”).
2. Bahwa proses kejadian manusia menurut al-Qur’an pada dasarnya melalui dua proses
dengan enam tahap, yaitu proses fisik/jasad dan prodses non-fisik/immateri. Secara
fisik manusia berproses dari nuthfah, kemudian ‘alaqah, mudlghah, ‘idham dan lahm
yang membungkus ‘idham atau mengikuti bentuk rangka yang menggambarkan
bentuk manusia. Sedangkan secara non-fisik, yaitu merupakan tahap
penghembusan/peniupan roh pada diri manusia sehingga ia berbeda dengan makhluk
lainnya. Pada saat ini menusia memiliki berbagai potensi, fitrah dan hikmah yang
hebat dan unik, baik lahir maupun batin. Pendidikan dalam Islam antara lain diarahkan
pada pengembangan jasmani dan rohani manusia secara harmonis, serta
pengembangan fitrah manusia secara terpadu.
3. Bahwa proses kejadian manusia yang tertuang dalam al-Qur’an tersebut ternyata
semakin diperkuat oleh penemuan-penemuan ilmiah, sehingga lebih memperkuat
keyakinan manusia akan kebenaran al-Qur’an sebagai wahyu Allah. Pendidikan dalam
13
Islam antara lain juga diarahkan kepada pengembangan semangat ilmiah untuk
mencari dan menemukan kebenaran ayat-ayat-Nya

I. Potensi-potensi dasar manusia


Dalam diri manusia terdapat alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar yang harus
diperhatikan dalam pendidikan, Abdul fatah Jalal (1977;103), mengkaji ayat-ayat al-
Qur’an yang berkaitan dengan alat-alat potensial yang dianugerahkan Allah kepada
manusia sebagai berikut (Nanih,2004);
1. Al-lams dan al-syum (alat peraba dab alat pembau), seperti dalam Qs. Al-An’am;7,
dan Qs.Yusuf; 94
2. Al-Sam’u (alat pendengaran), seperti; Qs. Al-Isra’;36, al-Mu,minun; 78
3. Al-Abshar (penglihatan) seperti; Qs.al-A’raf; 185, Yunus; 101 dan As-Sajdah; 27)
4. Al-Aql (akal atau daya fikir), seperti; Ali Imran; 191, al-An’am; 50, Ar-Ra’d; 19, dan
Thaha; 53-54.
5. Al-Qalb (kalbu), seperti Qs. Al-Hajj; 46, Qs.Muhammad; 24, Asy-Syu’ara; 192-194.
Dalam diskursus para filosof Islam, manusia mempunyai bermacam-macam alat
potensial yang mempunyai kemampuan yang sangat unik, menurut mereka terdapat tiga
macam jiwa dalam diri manusia yang didalamnya terdapat beberapa potensi/daya yaitu;
1. Jiwa tumbuh-tumbuhan (al-nafs al-nabatiyah), mempunyai tiga daya yaitu; daya
makan, daya tumbuh, dan daya membiak.
2. Jiwa binatang (al-nafs al-hayawaniyah), mempunyai dua daya, yaitu; daya
penggerak (al-muharrikah) berbentuk nafsu (al-syahwah), amarah (al-ghadlab) dab
berbentuk gerak tempat (al-harkah al-makaniyah), dan daya mencerap (al-
mudrikah), berbentuk indera indera lahir (penglihatan, pendengaran, penciuman, dst.)
dan indera bathin (indera penggambar, indera pengreka, indera pengingat, dst.)
3. Jiwa manusia (al-nafs al-insaniyah), yang hanya mempunyai daya pikir yang disebut
dengan akal. Akal terbagi menjadi dua; akal praktis, yang menerima arti-arti yang
berasal dari materi yang sifatnya particulars, dan akal teoritis, yang menangkap arti-
arti murni, yang tak pernah ada dalam materi, seperti Tuhan, roh, malaikat, dst.
Akal ini bersifat metafisis yang mencurahkan perhatian pada dunia immateri dan
menangkap keumuman. Selanjutnya, dalam diri manusia juga terdapat potensi-potensi
14
dasar antara lain berupa fitrah. Fitrah mempunyai beberapa pengertian, dan para ahli di
kalangan Islam pun telah memberikan berbagai macam formulasinya tentang fitrah,
sehingga dapat disimpulkan bahwa fitrah adalah merupakan potensi-potensi dasar
manusia yang memiliki sifat kebaikan dan kesucian untuk menerima rangsangan
(pengaruh) dari luar menuju pada kesempurnaan dan kebenaran.
Disamping fitrah, terdapat juga potensi lainnya, yaitu nafsu yang mempunyai
kecenderungan pada keburukan dan kejahatan (qs. 12:53), untuk itu fitrah harus tetap
dikembangkan dan dilestarikan. Fitrah dapat tumbuh dan berkembang apabila disuplay
oleh wahyu, sebab itu diperlukan pemahaman al-Islam secara kaffah (universal). Semakin
tinggi tingkat interaksi seseorang kepada al-Islam, semakin baik pula perkembangan
fitrahnya. Dengan demikian komponen-komponen fitrah yang merupakan potensi-potensi
dasar manusia adalah meliputi hal-hal sebagai berikut;
Bakat dan kecerdasan, kemampuan pembawaan yang potensial mengacu pada
perkembangan kemampuan akademis (ilmiah), dan keahlian (profesional) dalam berbagai
kehidupan
1. Instink atau ghorizah, suatu kemampuan berbuat tanpa melalui proses belajar-
mengajar, misalnya instink melarikan diri karena perasaan takut, ingin tahu
(curiosity), merendahkan diri karena perasaan mengabdi, dst.
2. Nafsu dan dorongan-dorongan (drives), misalnya nafsu lawwamah yang mendorong
pada perbuatan tercela, nafsu amarah yang mendorong pada perbuatan merusak,
membunuh, nafsu birahi (eros) mendorong pada pemuasan seksual, dan nafsu
muthmainnah (religios) yang mendorong ke arah ketaatan pada Yang Maha Kuasa.
3. Karakter atau tabiat, merupakan kemampuan psikologis manusia yang terbawa sejak
lahir, yang berkaitan dengan tingkah laku moral, sosial serta etis seseorang,
berhubungan dengan personalitas (kepribadian) seseorang.
4. Heriditas atau keturunan, merupakan faktor menerima kemampuan dasar yang
diwariskan oleh orang tua Intuisi, kemampuan psikologi manusia untuk menerima
ilham Tuhan, biasanya hanya dirasakan oleh orang yang bersih atau ahli sufi.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat kami dapat simpulkan bahwa Pada hakekatnya
manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, jadi manusia
merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna manusia diciptakan
oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap kehidupan
manusia selalu ambil bagian, sekarang maupun setelah mati. Meski dikatakan makhluk
yang sempurna ,namun manusia itu tidak sepenuhnya sepurna dalam kehidupan yang kita
jalani kita masih harus membutuhkan pertolongan atau bantuan orang laindalam
menyelesaikan masalah. Manusia tidaklah berdiri sendiri, karena manusia adalah
makhluk social sama seperti yang lain, selain itu dalam hidup manusia juga terdapat
banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia.

B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu sebaiknya hakikat manusia ditumbuh
kembangkan melalui pendidikan terutama pada usia dini .Karena pada umumnya pada
saat usia dini kita dapat lebih menyerap pengetahuan atau pendidikan dari pada usia lain.
Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan , karena dengan pendidikan manusia dapat
menjadi manusia yang seutuhnya terutama pendidikan yang dikembangkan secara selaras
dan berimbang.

16
Daftar Pustaka

Munib, Achmad. 2010.Pengantar Ilmu Pendikan. Semarang: Unnes Press.


Tirtarahardja, Umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depddikbud.
Abuddin ,Nata. 1998.AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah), Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Muthahhari,Murthada.1990.Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama.Bandung :
Mizan.
Machendrawaty,Nanih, Agus Ahmad Safei.2004.Pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta :
Rineka Cipta.

17

Anda mungkin juga menyukai