Anda di halaman 1dari 12

ANGGAPAN-ANGGAPAN DASAR TENTANG MANUSIA DALAM PSIKOLOGI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian

Program Studi Pendidikan Agama Islam Semester IV

Dosen pengampu: Anas Rohman, M. Pd.

Disusun oleh :

Kelompok VI

1. Nurlaela Muna : 19106011160


2. Lilif Kholifatul Muawiah : 19106011152
3. M. Irbabun Nuha :19106012257

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan inayah sehingga
pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Dan
tidak lupa pula kami kirimkan sholawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad
SAW keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya.

Penulisan makalah ini bertujuan memenuhi tugas mata Psikologi


Kepribadian yang berjudul Anggapan-Anggapan Dasar Tentang Manusia
Dalam Psikologi. Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami
upayakan dan didukung oleh berbagai pihak. Sehingga dapat memperlancar
penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun
tidak lepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya masih terdapat kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa dan aspek lain.

Untuk itu, penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah


sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat
menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat.

Semarang, 30 Maret
2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anggapan Dasar.......................................................2


B. Pengertian Manusia....................................................................3
C. Anggapan-Anggapan Dasar Tentang Manusia..........................4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................8
B. Saran...........................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan
manusia tiada taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk
apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang
bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena keunikannya. Dengan
keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda dengan
makhluk apapun. Namun bagaimanapun keadaannya, manusia tidak
pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya. Karena
kodratnya manusia, dia akan tidak pernah puas dengan pengetahuan yang
telah ia peroleh.
Banyak upaya yang diterapkan guna memahami manusia. Dan
tidak semua upaya tersebut membuahkan hasil. Namun upaya pemahaman
manusia tetap memiliki arti penting dan harus tetap dilaksanakan. Bisa
dikatakan bahwa kualitas hidup manusia tergantung pada peningkatan
pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi mempunyai peran yang
besar dalam penanganan kemanusiaan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anggapan dasar?
2. Apa pengertian manusia?
3. Bagaimana anggapan-anggapan dasar tentang manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anggapan dasar.
2. Untuk mengetahui pengertian manusia.
3. Untuk mengetahui bagaimana anggapan-anggapan dasar tentang
manusia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anggapan Dasar

Menurut Prof. Dr. Winanto Surakhmad, M.Sc.Ed. anggapan dasar atau


postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh
penyelidik. Setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda.
Seorang penyelidik mungkin meragukan sesuatu anggapan dasar orang lain
diterima sebagai kebenaran. Dari contoh kehidupan sehari-hari orang berkata
bahwa orang yang banyak makan akan menjadi gemuk. Yang ada dibalik
ucapan itu adalah suatu anggapan bahwa yang semua dimakan orang tentu
dapat dicerna, kemudian berubah menjadi otot dan lemak. Inilah sebabnya
orang menjadi gemuk..

Jadi anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh


peneliti yang berfungsi sebagai tempat berpijak bagi peneliti di dalam
melaksanakan penelitiannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
angggapan dasar:

1. Membaca buku
2. Mendengarkan berita
3. Berkunjung ke tempat obyek penelitian
4. Mengadakan abstraksi

Manfaat dalam pembuatan anggapan dasar adalah :

1. Ada pijakan berfikir yang kokoh.


2. Untuk mempertegas variabel
3. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis1

B. Pengertian Manusia
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
cipta, 2014), Hal. 65.

2
1. Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sanskerta),
“mens” (Latin) yang berarti berfikir, berakal budi dan makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia
dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok atau sebuah individu. Definisi manusia adalah
makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dam dianugrahi-Nya akal, hati,
dan fisik. Yang membedakan antara manusia dengan hewan adalah akal.
Maka ada yang berpendapat bahwa manusia itu hewan yang berakal.
Karena dari segi fisik memang tidak ada beda dengan hewan tetapi yang
membedakannya adalah akal.
2. Pengertian Manusia Menurut Para Ahli
a. Ludwin Binswanger : Manusia adalah makhluk yang mempunyai
kemampuan untuk mengada, suatu kesadaran bahwa ia ada dan
mampu mempertahankan adanya di dunia.2
b. Thomas Aquinas : Manusia adalah suatu substansi yang komplit
yang terdiri dari badan dan jiwa.3
c. Marx : Manusia adalah entitas yang dapat dikenali dan diketahui.4
d. Spinoza, Ghoethe, Hegel, dan Marx : Manusia adalah makhluk
hidup yang harus produktif, menguasai dunia di luar dirinya
dengan tindakan mengekspresikan kekuasaan manusiawinya yang
khusus, dan menguasai dunia dengan kekuasaannya ini. Karena
manusia yang tidak produktif adalah manusia yang reseptif dan
pasif, dia tidak ada dan mati.5
e. Betrand Russel : Manusia adalah maujud yang diciptakan dalam
keadaan bersifat mencari keuntungannya sendiri.6

2
Bagus Takwin, Psikologi Naratif Membaca Manusia Sebagai Kisah, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2007), Hal. 4.
3
Hardono Hadi, Jati Diri Manusia, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), Hal. 33.
4
Erich Fromm, Konsep Manusia Menurit Marx, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),
Hal. 33.
5
Erich Fromm, Konsep Manusia Menurit Marx, Hal. 39.
6
Suparman Syukur, Etika Religius, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Hal. 231.

3
f. JujunS. Suriasumantri : Manusia adalah makhluk yang
mempunyai kedudukan among (unique) di dalam ekosistem,
namun juga amat tergantung pada ekosistem itu dan ia sendiri
bahkan merupakan bagiannya.7

C. Anggapan – anggapan Dasar Tentang Manusia

Setiap orang, termasuk teoris kepribadian, memiliki anggapan-anggapan


dasar (Basic Assumtions) tertentu tentang manusia yang oleh George Boeree
disebut asumsi-asumsi filosofis (Boeree, 2005 : 23). Anggapan-anggapan
dasar yang diperoleh melalui hubungan pribadi atau pengalaman-pengalaman
sosial ini secara nyata akan mempengaruhi persepsi dan tindakan manusia
terhadap sesamanya. Dalam konteks para teoris kepribadian, anggapan-
anggapan dasar ini mempengaruhi konstruksi dan isi teori kepribadian yang
disusunnya.8 Anggapan-anggapan dasar tentang manusia yang mempengaruhi
atau mewarnai teori-teori kepribadian adalah sebagai berikut.
1. Kebebasan - Ketidakbebasan
Ada anggapan bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas
berkehendak, mengambil sikap, dan menentukan arah kehidupannya.
Sebaliknya ada anggapan yang berlawanan dengan itu, bahwa manusia
merupakan makhluk yang tidak bebas. Salah seorang teoris kepribadian, yaitu
Abraham Maslow menganggap bahwa manusia merupakan makhluk yang
bebas, sementara itu teoris kepribadiannya lainnya diantaranya Freud dan
Skinner, menyatakan bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang
perilakunya tidak bebas karena ditentukan oleh sejumlah determinan.
2. Rasionalitas - Irasionalitas
Maslow dan para teoris kepribaian humanistik lainnya beranggapan bahwa
manusia merupakan makhluk yang perilakunya digerakkan oleh faktor-faktor
yang rasional. Sedangkan Freud menganggap bahwa manusia merupakan

7
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Prespektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2006), Hal. 237.
8
Kuntjojo, Psikologi Kepribadian, (Kediri: Universitas Nusantara PGRI, 2009), Hal. 22.

4
makhluk yang cenderung irasional. Sementara itu Skinner dan para behavioris
lainnya tidak begitu terikat pada anggapan dasar rasional-irasional.
3. Holisme - Elementalisme
Menurut Freud dan Maslow manusia hanya dapat dimengerti bila
dilihat dan dipelajari sebagai totalitas. Sedangkan Skinner cenderung
memenadang menausia secara elemtalisme, bahwa perilaku manusia dapat
dipelajari sebagian-sebagian. Hal demikian juga diperkuat dengan
pendapatnya bahwa kepribadian adalah sekumpulan tingkah laku yang
dipelajari.
4. Konstitusionalisme - Environmentalisme
Konstitusionalisme merupakan pandangan yang menyatakan
bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang sudah
dimiliki sejak lahir atau faktor bawaan. Sedangkan environmentalisme
menganggap bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor-faktor
yang berasal dari lingkungannya.

Freud dengan teori mengenai naluri yang bersifat bawaan,


termasuk teoris kepribadian konstitusionalis, demikian halnya Maslow
dengan teori kebutuhan bertingkatnya. Namun komitmen Maslow pada
konstitusi-onalisme ini tidak sekuat Freud. Sedangkan Skinner dan para
behavioris lainnya beranggapan bahwa perilaku manusia merupakan hasil
belajar dari lingkungannya.

5. Berubah - Tidak berubah


Anggapan dasar berubah – tak berubah mempersoalkan berubah
tidaknya kepribadian individu sepanjang hidupnya. Freud sebagai
penganut determinisme, beranggapan bahwa kepribadian individu
ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak awal dan tidak akan
berubah sepanjang hidup individu. Sedangkan Maslow dan Skinner
beranggapan bahwa kepribadian individu mengalami perubahan sepanjang
hidupnya.
6. Subjektivitas - Objektivitas

5
Anggapan dasar tentang subjektivitas dan objektivitas manusia
berkenaan dengan persoalan apakah perilaku manusia ditentukan oleh
pengalaman personalnya yang subjektif atau faktor-faktor eksternal yang
objektif. Rogers, tokoh psikologi fenomenologi dan salah satu tokoh
psikologi humanistik, menyatakan bahwa dunia batin atau dunia subjektif
individu merupakan penyebab terbesar bagi terjadinya perilaku individu.

Freud dan Maslow berpegang pada anggapan dasar yang sama


dengan Rogers bahwa perilaku manusia bersifat subjektif. Sedangkan
Skinner menolak pandangan tentang pengalaman subjektif manusia. Dia
lebih menitik beratkan pada tingkah laku yang dapat diamati dan diukur
secara objektif.

7. Proaktif - Reaktif
Pandangan proaktif-reaktif menjelaskan sumber penyebab perilaku
manusia. Apakah perilaku manusia didorong oleh faktor-faktor internal
atau faktor-faktor eksternal?
Freud dan Maslow merupakah teoris kepribadian yang menganggap bahwa
perilaku manusia bersifat proaktif, yaitu lebih banyak digerakkan oleh
faktor-faktor internalnya. Menurut Freud, perilaku manusia didorong oleh
faktor internal yang sebagian besar berasal dari alam yang tidak disadari.
Sedangkan menurut Maslow, perilaku manusia didorong oleh faktor-faktor
internal yang disadari.

Skinner dan para behavioris memandang bahwa perilaku manusia


bersifat reaktif. Menurut mereka perilaku manusia merupakan respon
terhadap stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan.

8. Homeostatis - Heterostatis
Konsep homeostatis menjelaskan bahwa perilaku manusia terutama
dimotivasi oleh upaya mengurangi atau menghilangkan ketegangan yang
terjadi akibat ketidak seimbangan, misalnya lelah, lapar, ingin tahu, dst.

6
Sedangkan konsep heterostatis menjelaskan bahwa perilaku manusia
terutama dimotivasi oleh upaya menuju perkembangan dan aktualisasi diri.
Freud merupakan salah satu teoris kepribadian yang berpegang
pada konsep homeostatis. Sedangkan Maslow berpegang pada konsep
heterostatis. Sementara Skinner menolak kedua konsep motivasi tersebut.
Bagi Skinner, perilaku manusia disebabkan oleh stimulus-stimulus yang
datang dari luar dirinya dan bukan kerena motivasi.
9. Dapat diketahui - Tidak dapat diketahui
Freud berpandangan bahwa manusia dapat diketahui sepenuhnya
melalui metode ilmiah karena perilaku manusia berlangsung berdasarkan
hukum-hukum alam. Sejalan dengan pandangan Freud, Skinner
menyatakan bahwa melalui observasi-observasi yang sistematis dapat
diperoleh pengetahuan yang memadai tentang manusia.
Maslow berpandangan lain dengan Freud dan Skinner. Menurut
Maslow manusia tidak bisa diketahui sepenuhnya meskipun dengan
upaya-upaya ilmiah.9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

9
Koeswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung : PT. Eresco, 1991), Hal. 26.

7
Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh
peneliti yang berfungsi sebagai tempat berpijak bagi peneliti di dalam
melaksanakan penelitiannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan angggapan dasar adalah membaca buku, mendengarkan berita,
berkunjung ke tempat obyek penelitian dan mengadakan abstraksi.
Sedangkan manfaat dalam pembuatan anggapan dasar adalah sebagai
pijakan berfikir yang kokoh, untuk mempertegas variabel dan guna
menentukan dan merumuskan hipotesis.

Definisi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT


dam dianugrahi-Nya akal, hati, dan fisik. Yang membedakan antara
manusia dengan hewan adalah akal. Ada yang berpendapat bahwa manusia
itu adalah hewan yang berakal. Karena dari segi fisik memang tidak ada
bedanya dengan hewan tetapi yang membedakannya adalah akal.
Dalam konteks para teoris kepribadian, anggapan dasar
mempengaruhi konstruksi dan isi teori kepribadian yang disusunnya.
Adapun anggapan dasar yang mempengaruhi adalah Kebebasan-
Ketidakbebasan, Rasionalitas-Irasionalitas, Holisme-Elementalisme,
Konstitusionalisme- Environmentalisme, Berubah-Tidak berubah,
Subjektivitas-Objektivitas, Proaktif -Reaktif, Homeostatis-Heterostatis dan
Dapat diketahui-Tidak dapat diketahui.
B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, maka penyusun sangat
mengharapkan respon dari para teman-teman mahasiswa ataupun dari
dosen dan struksif dari siapa pun datangnya, demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat adanya. Khususnya bagi penyusun
sendiri, dan umumnya para pembaca lainnya. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka cipta.
Takwin, Bagus. 2007. Psikologi Naratif Membaca Manusia Sebagai Kisah.

8
Yogyakarta: Jalasutra.
Hadi, Hardono. 1996. Jati Diri Manusia. Yogyakarta: Kanisius.
Fromm, Erich. 2001. Konsep Manusia Menurit Marx. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Syukur, Suparman. 2001. Etika Religius. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
S. Suriasumantri, Jujun. 2006. Ilmu Dalam Prespektif. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Kuntjojo. 2009. Psikologi Kepribadian. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.
Koeswara. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung : PT. Eresco.
.

Anda mungkin juga menyukai