Anda di halaman 1dari 11

ASUMSI DASAR MANUSIA

Dosen pengampu :

Dr. Risaniatin Ningsih S.Pd, M.Psi

Disusun oleh :

1. Sheyla Lathifah (2214010006)

2. Seftyhani Wulan Nurida (2214010035)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
kuasa-Nya sehingga kami dapat meyelesaikan makalah Dasar Pemahaman Tingkah
Laku yang berjudul “Asumsi Dasar Manusia” ini tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam tak lupa kami curahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti
sekarang ini, sehingga nikmatnya cahaya islam dapat kita rasakan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Dr. Risaniatin Ningsih S.Pd, M.Psi


selaku dosen mata kuliah Dasar Pemahaman Tingkah Laku dan kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, kami berharap bahwa makalah ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Kediri, 10 Maret 2024

penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
Asumsi Dasar Tentang Manusia.......................................................................6
1. Kebebasan-ketidakbebasan.......................................................................6
2. Rasionalitas-irrasionalitas..........................................................................6
3. Holisme-Elementalisme..............................................................................7
4. Konstitusionalisme-enviromrntalisme......................................................8
5. Berubah-tak berubah.................................................................................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan
manusia itu tiada taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari
makhluk apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin
apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena
keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri
dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi,
bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak
pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan
barang kali sudah menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu
mencari tahu dan tidak pernah puas dengan pengetahuan-pengetahuan
yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang dirinya sendiri dan
sesamanya.
Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami
manusia. Tetapi tidak semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya
pemahaman tentang manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus
dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung
kepada peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi, baik
secara terpisah maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan
secara mendalam dalam penganganan masalah kemanusiaan ini.

B. Rumusan Masalah
1. Asumsi dasar Manusia
2. Kebebasan-Ketidakbebasan
3. Rasionalitas-Irasionalitas
4. Holisme-Elementalisme
5. Kosntitusionalisme-Enviromentalisme
6. Berubah-Tak berubah

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Asumsi dasar Manusia
2. Untuk mengetahui tentang Kebebasan-Ketidakbebasan
3. Untuk mengetahui tentang Rasionalitas-Irasionalitas
4. Untuk mengetahui tentang Holisme-Elementalisme
5. Untuk mengetahui tentang Kosntitusionalisme-Enviromentalisme
6. Untuk mengetahui tentang Berubah-Tak berubah

5
BAB II

PEMBAHASAN

Asumsi Dasar Tentang Manusia


Setiap orang termasuk didalamnya para ahli dibidang psikologi
kepribadian memilki anggapan atau asumsi dasar tentang manusia. Asumsi ini
diperoleh melalui hubungan pribadi atau pengalaman pengalaman sosial secara
nyata dan pada akhirnya mempengaruhi perspektif dan tindakan individu
terhadap sesamanya. Sehingga dapat kita simpulkan tentang banyaknya asumsi
atau anggapan tentang manusia tergantung bagaimana dan dari mana kita
memandang manusia. Asumsi asumsi atau anggapan tentang manusia
berdasarkan teori teori kepribadian seperti yang dikemukakan oleh Koswara
(1991:26) antara lain ada 9 yaitu : Kebebasan-Ketidakbebasan, Rasionalitas-
Irasionalitas, Holisme-Elementalisme, Konstitusionalisme-Enviromentalisme,
Berubah-Tak Berubah, Subjektivitas-Objektivitas, Proaktif-Reaktif,
Homestatis-Heterostatis, Dapat Diketahui-Tidak Dapat Diketahui.

1. Kebebasan-ketidakbebasan
Kebebasan dan ketidakbebsan merupakan dua anggapan yang
saling bertentangan dan berlawanan tentang manusia. Anggapan dasar
yang menyatakan manusia sebagai mahkluk yang bebas berkehendak,
bebas menentukan sikap dan bebas menentukan arah kehidupannya sendiri
adalah anggapan yang bercorak dan berdasar pada dasar aliran dan
pandangan filsafat eksistensial (maslow) dan humanistik (rogers :
psikologi humanistik). Sedangkan dasar pandangan yang menyatakan
bahwa manusia adalah sosok yang tidak bebas yang didasari dari
organisme yang tingkah lakunya dideterminasi (ditentukan) oleh sejumlah
faktor penentu. Pandangan ini berada pada aliran psikoanalisa (freud) dan
behavioristik (skinner). Dalam hal ini freud beranggapan bahwa faktor
penentu tingkah laku manusia adalah dorongan dari dalam dirinya berupa
naluri dan dorongan dorongan yang lainnya, sedangkan menurut skinnner,
penentu tingkah laku manusia adalah stimulus stimulus eksternal yang
berasal dari lingkungan.

6
2. Rasionalitas-irrasionalitas
Rasionalitas dan irrasionalitas ini menyangkut seberapa besar
pengaruh akal terhadap tingkah laku manusia. Komitmen yang
menyatakan bahwa manusia adalah mahkluk yang rasional dianut oleh
teori kepribadian humanistik, sedangkan komitmen yang menyatakan
bahawa manusia adalah mahkluk yang tidak rasional dianut oleh aliaran
psikoanalisa yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar
didorong oleh kekuatan kekuatan irrasional yang tidak disadari (naluri
naluri). Perbedaan tentang rasionalitas dan irrasionalitas manusia berpusat
pada peran akal dalam menentukan perilaku. Aliran humanistik, seperti
Maslow, percaya bahwa manusia adalah makhluk rasional yang mampu
berpikir logis dan membuat keputusan berdasarkan pertimbangan matang.
Manusia, menurut pandangan ini, memiliki kapasitas untuk
mengendalikan impuls dan emosi melalui nalar dan kesadaran. Sebaliknya,
psikoanalisis Freud menantang gagasan rasionalitas absolut. Freud
mengemukakan bahwa manusia sebagian besar dikendalikan oleh
kekuatan irasional yang tidak disadari, seperti dorongan seksual dan
agresif. Menurutnya, perilaku manusia seringkali didorong oleh motif
tersembunyi dan emosi bawah sadar, bukan oleh pemikiran rasional.
3. Holisme-Elementalisme
Prinsip holistik merupakan prinsip yang berasal dari psikologi
gestalt yang menekankan bahwa suatu fenomena harus dilihat dan hanya
bisa diterima sebagai suatu totalitas atau keseluruhan. Sedangkan prinsip
elementalistik menekankan bahwa suatu hal hanya bisa dipelajari atau
diterangkan dengan jalan menyelidiki aspek aspek secara terpisah. Prinsip
holistik menjadi dasar dari teori kepribadian yang dikemukakan freud dan
maslow, sedangkan prinsip elementalisme menjadi dasar dari teori
kepribadian behavioristik yang berpandangan bahwa kepribadian adalah
sekumpulan tingkah laku yang dipelajari sehingga penyelidikan tingkah
laku dilakukan secara bagian (perelemen). Holisme dan elementalisme
merupakan dua pendekatan metodologis yang berbeda dalam memahami
fenomena kompleks, termasuk kepribadian manusia. Holisme, yang
dipelopori oleh psikologi Gestalt, menekankan pentingnya melihat
keseluruhan daripada bagian-bagiannya. Pendekatan ini memandang

7
manusia sebagai totalitas yang kompleks, di mana setiap aspek saling
terhubung dan saling mempengaruhi. Holisme bertujuan untuk memahami
bagaimana berbagai elemen kepribadian, seperti kognisi, emosi, dan
perilaku, berinteraksi dan membentuk individu secara utuh. Di sisi lain,
elementalisme berfokus pada analisis bagian-bagian individual untuk
memahami keseluruhan. Pendekatan ini memecah kepribadian menjadi
elemen-elemen yang lebih kecil, seperti sifat, kebiasaan, dan
kecenderungan, dan mempelajarinya secara terpisah. Elementalisme
bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor individual
yang berkontribusi pada kepribadian.
4. Konstitusionalisme-enviromrntalisme
Pandangan konstitusional menyatakan bahwa pada hakikatnya
manusia sudah memilki sifat bawaan yang dibawa sejak lahir. Sedangkan
pandangan enviromentalisme menyatakan bahwa hakikatnya sifat sifat
manusia ditentukan oleh pengalaman pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan. Teori kepribadian yang tergolong memiliki pandangan
konstitusionalisme tentang manusia antara lain hippokrates, freud, maslow
dll. Sedangkan teori kepribadian yang berpola enviromentalisme adalah
skinner, pavlov dan tokoh tokoh aliran behaaviorisme. Konstitusionalisme
dan enviromentalisme merupakan dua sudut pandang yang berbeda
tentang asal-usul dan perkembangan kepribadian. Konstitusionalisme,
seperti yang dikemukakan oleh Hippocrates, Freud, dan Maslow,
berpandangan bahwa manusia memiliki sifat bawaan yang dibawa sejak
lahir. Sifat-sifat ini, seperti temperamen, naluri, dan potensi, diyakini
memainkan peran fundamental dalam membentuk kepribadian.
Enviromentalisme, di sisi lain, menekankan pengaruh lingkungan dalam
membentuk kepribadian. Tokoh-tokoh seperti Skinner, Pavlov, dan
behavioris lainnya percaya bahwa manusia dilahirkan bagaikan "kertas
kosong" dan kepribadiannya dibentuk entirely oleh pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan.
5. Berubah-tak berubah
Yang dipersoalkan dari anggapan dasar ini adalah tentang
kemungkinan berubah-tak berubahnya kepribadian individu di sepanjang

8
hidupnya. Pandangan bahwa manusia merupakan individu yang berubah
berada pada aliran behaviorisme. Dalam behaviorisme, tingkah laku
dipusatkan pada bagaimana suatu tingkah laku bisa diubah, dibentuk, atau
dikendalikan. Selain itu, maslow juga berpandangan yang sama dan
menganggap bahwa kepribadian selalu ada dalam perubahan menuju taraf
yang lebih tinggi, sehingga maslow berpandangan bahwa manusia adalah
sosok yang berubah.
Pandangan bahwa manusia merupakan individu yang tidak berubah
dianut oleh teori kepribadian psikoanalisa yang berpandangan
deterministik tentang pribadi manusia. Pandangan deterministik manusia
menyatakan bahwa manusia ditentukan oleh faktor faktor tertentu yang
dibawa sejak lahir berupa naluri dan dorongan dorongan. Sedangkan
konsep tidak dapat diketahui menyatakan bahwa manusia sebagai pribadi
yang tidak diketahui didasari oleh keyakinan bahwa manusia tidak bisa
diketahui sepenuhnya melalui upaya ilmiah karna bagaimanapun, manusia
adalah mahkluk yang unik yang tidak dapat disamakan keberadaan dan
tingkah lakunya dengan mahkluk mahkluk lainnya. Pandangan ini dianut
oleh maslow dan teori humanistik. Pertanyaan tentang apakah kepribadian
manusia dapat berubah atau tidak memicu perdebatan sengit di antara para
ahli. Behaviorisme, dengan fokusnya pada conditioning dan
reinforcement, percaya bahwa tingkah laku dan, oleh karena itu,
kepribadian dapat diubah melalui pembelajaran dan pengalaman.
Pandangan ini menekankan plastisitas manusia dan potensinya untuk
berkembang dan beradaptasi. Sebaliknya, psikoanalisis Freud, dengan
penekanannya pada determinisme dan pengaruh masa kanak-kanak,
memiliki pandangan yang lebih pesimis tentang perubahan kepribadian.
Freud percaya bahwa kepribadian sebagian besar terbentuk pada masa
kanak-kanak dan sulit diubah secara signifikan di masa dewasa.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Kepribadian, dibangun atas dasar asumsi-asumsi tentang mansia
sehingga perbedaan atara teori-teori kepribadian lebih disebabkan oleh perbedaan
asumsi tentang manusia yang digunakan. Beberapa asusmsi tentang manusia
antara lain: kebebasan-ketidakbebasan, rasionalitas-irrasionalitas, holisme-
elementalisme, konstitusionalisme-environtalisme, berubah-tak berubah.
Kebebasan dan ketidakbebasan, rasionalitas dan irrasionalitas, holisme dan
elementalisme, konstitusionalisme dan enviromentalisme, dan berubah dan tak
berubah, merupakan lima dimensi fundamental yang menjadi landasan berbagai
teori kepribadian. Memahami dimensi-dimensi ini membantu kita memahami
kompleksitas manusia dan keragaman perspektif dalam memahami kepribadian.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan
penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang. Semoga pembaca
mendapatkan pengetahuan baru tentang Asumsi dasar tentang manusia utamanya
tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi pribadi manusia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, N. (2011). Pemahaman Tingkah Laku By Nova Afriyanti. Diakses pada


9 Maret 2024 dari
http://nhovhaddisinilovekempo.blogspot.com/2011/12/pemahaman-
tingkah-laku-by-nova.html

Farozin, Muh. dan Kartika Nur Fathiyah. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Hall C.S. dan Lindzey G. 1993. Teori-Teori Sidat dan Behavioristik. Yogyakarta:
Kanisius.

Ika, R. Asumsi Dasar Tentang Manusia. Diakses pada 8 Maret 2024 dari
https://id.scribd.com/document/368544480/Asumsi-Dasar-Tentang-
Manusia

Koswara. E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Penerbit Eresco.

Rumini. Dakir. Sundari. Purwandari. Ayiriza. Purwanto. 1998. Psikologi Umum.


Yogyakarta: FIP UNY.

Sujanto A; Lubis H; dan Hadi Taufik.1999. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi


Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai