Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian

Dosen Pengampu Salis Wahyu Hidayati, M.Pd.

Disusun oleh:

Dwi Wulandari 2016010207


Muhamad Nurul Maulana Rosyada 2016010208
Silvi Mafazatin Nailia 2016010187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kesempatan dan
kesehatan dan sholawat bertangkaikan salam kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan kita yang telah memberikan petunjuk kepada kami yang telah
menyusun makalah yang berjudul “Perkembangan Psikologi Kepribadian”

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Jika masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimatmaupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami semoga makalah ilmiah tentang Perkembangan Psikologi


Kepribadian ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Wonosobo, 20 Maret 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Psikologi Kepribadian ..................................................................... 2
B. Paradigma Psikologi Kepribadian ............................................................... 5
1. Paradigma Traits ....................................................................................... 6
2. Paradigma Kognitif .................................................................................. 7
3. Paradigma Behaviorisme .......................................................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu


tiada taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa
dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga
sulit dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk
tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi,
bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah
berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah
menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas
dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan
tentang dirinya sendiri dan sesamanya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan psikologi kepribadian?


2. Apa yang dimaksud dengan paradigma psikologi kepribadian traits?
3. Apa yang dimaksud dengan paradigma psikologi kepribadian kognitif?
4. Apa yang dimaksud dengan paradigma psikologi kepribadian
behaviorisme?

C. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami tentang sejarah perkembangan psikologi


kepribadian.
2. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan paradigma psikologi
kepribadian traits.
3. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan paradigma psikologi
kepribadian kognitif.
4. Mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan paradigma psikologi
kepribadian behaviorisme.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Psikologi Kepribadian

Istilah psikologi kepribadian sendiri dalam khasanah pemikiran barat


merujuk kepada literatur mitologi yunani kuno. Para pemain kawakan selalu
memakai topeng ketika memerankan seorang tokoh dalam suatu drama untuk
membedakan tokoh satu dari lainnya. Saat itu belum dikenal teknik make up model
sekarang, maka penggunaan topeng adalah alternatif kreatif pada zaman itu.

Tujuan pemakaian topeng selain untuk menyembunyikan identitas, juga


untuk keleluasan dalam memerankan sosok pribadi lain. Teknik drama ini
kemudian diambil alih oleh bangsa Roma dengan istilah personality. Bagi bangsa
Roma, persona semula diartikan dengan “bagaimana seseorang tampak pada orang
lain tetapi bukan pribadi yang sesungguhnya.” Para aktor berusaha menciptakan
dalam pikiran penonton suatu kesan (impression) dari tokoh yang diperankan diatas
panggung, bukan kesan dari dari pribadi aktor sendiri.

Berdasarkan pemahaman ini maka maksud personality bukanlah suatu


atribut yang pasti dan spesifik, melainkan suatu kualitas perilaku total seseorang
yang tampil dalam konteks sosial. Istilah personality kemudian dipakai untuk
menamakan para aktor sendiri, bukan pribadi orang lain yang diperankan. Yang
tadinya sekedar topeng ternyata menjadi ikon atau nama beken pemerannya.

Sejak lairnya ilmu psikolgi pada akhir abad 18, kepribadian selalu menjadi
salah satu topik bahasan yang penting. Psikologi lahir sebagai ilmu yang berusaha
memahami manusia seutuhnya, yang hanya dapat dilakukan melalui pemahaman
tentang kepribadian.

2
1. Usaha-usaha yang Masih Bersifat Prailmiah.

a. Chirologi atau ilmu gurat-gurat tangan (Jawa: rajah)

Dasar pikiran daripada pengetahuan ini ialah kenyataan bahwa gurat-gurat


tangan orang itu tidak ada yang sama satu sama lain, macamnya adalah sebanyak
orangnya.

b. Astrologi atau ilmu perbintangan

Dasar pikiran daripada pengetahuan ini ialah adanya pengaruh kosmis


terhadap manusia. Pada waktu seseorang dilahirkan, dia ada dalam posisi tertentu
terhadap benda-benda angkasa; jika sekirannya kita dapat mengenal perbedaan-
perbedaan mengenai soal-soal ini dia juga akan dapat mengenal perbedaan-
perbedaan serta sifat-sifat khas orangnya; tetapi biasanya usaha yang dilakukan
orang tidak sejauh itu, dan orang-orang yang lebih kemudian secara tradisional
meniru saja yang dikatakan oleh orang sebelumnya, padahal reliabilitas dan
validitas prinsip-prinsip yang telah ada belum diuji.

c. Grafologi atau Ilmu tentang tulisan tangan

Dasar pikiran grafologi itu ialah demikian: segala gerakan yang dilakukan
oleh manusia itu merupakan ekspresi dari pada kehidupan jiwanya; jadi juga
gerakan menulis – dan selanjutnya tulisan sebagai hasil gerakan menulis itu –
merupakan bentuk ekspresi kehidupan jiwa.

d. Physiognomi atau ilmu tentang wajah

Pengetahuan ini berusaha memahami kepribadian atas dasar keadaan


wajahnya. Dasar pikiran untuk mengusahakan pengetahuan ini ialah keyakinan
bahwa ada hubungan antara keadaan wajah dan kepribadian. Hal-hal yang tampak
pada wajah dapat dipergunakan untuk membuat interpretasi mengenai apa yang
terkandung dalam jiwa.

e. Phrenology atau ilmu tentang tengkorak

3
Pengetahuan ini bermaksud memahami kepribadian atas dasar keadaan
tengkoraknya. Dasar pikiran ini ialah bahwa tiap-tiap fungsi atau kecakapan itu
masing-masing mempunyai pusatnya diotak.

f. Onychologi atau ilmu tentang kuku

Onychologi berusaha memahami kepribadian seseorang atas dasar keadaan


kuku-kukunya. Kuku di ujung jari itu mempunyai hubungan yang erat dengan
susunan syaraf, dengan cabang-cabangnya yang terhalus berujung dipucuk-pucuk
jari. Warna serta bentuk kuku dapat dipakai sebagai landasan untuk mengenal
kepribadian orangnya.

2. Usaha-usaha yang lebih Tinggi Nilainya.

a. Pendapat Hippocrates, mengatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat


empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan yang berupa
cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang itu, yaitu:
• Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning),
• Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam),
• Sifat dingin terdapat dalam phlegm (lender), dan
• Sifat panas terdapat dalam sagius (darah).

Keempat cairan tersebut ada dalam tubuh dalam propersi tertentu. Apabila
cairan-cairan tersbut adanya dalam tubuh dalam propersi selaras (normal) orangnya
normal (sehat), apabila keselarasan propersi tersebut terganggu maka orangnya
menyimpangdari keadaan normal (sakit).

b. Pendapat Galenus, menyempurnakan ajaran Hippocrates tersebut, dan


membeda-bedakan kepribadian manusia atas dasar keadaan proporsi
campuran cairan-cairan tersebut. Galenus sependapat dengan Hippocrates,
bahwa di dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan yaitu: (1)
chole, (2) melanchole, (3) phlegm, (4) sanguis, dan bahwa cairan-cairan
tersebut adanya didalam tubuh manusia secara teori dalam proporsi tertentu.
Kalau suatu cairan adanya dalam tubuh itu melebihi proporsi yang

4
seharusnya (jadi: dominant) maka akan mengakibatkan adanya sifat-sifat
kejiwaan yanh khas.

Pembahasan seputar kepribadian dalam persepektif psikologi barat yang


liberal memang telah beragam tetapi tidak beragama. Hal ini dapat dimaklumi
karena filsafat, paradigma, dan epistimologi yang mendasarinya memang dibangun
oleh para schooler yang kebetulan juga sekuler. Rumusan-rumusan kepribadiannya
terkesan canggih tetapi terjadi pembonsaian manusia menjadi manusia yang
berputar diseputar istilah sapiens, homo faber, homo laquens, homo economicus,
homo socialicus, zoo politicon, homo religiousus, homo creator, homo delegans,
homo legatus, dan istilah sejenisnya.

Psikologi kepribadian (psychology of personality) termasuk kajian klasik


dalam bidang psikologi. Bahkan semua pembahasan psikologi selalu diawali dari
konsep kepribadian. Baik berupa teori kepribadian, maupun yang lebih dini yaitu
filsafat kepribadian.

B. Paradigma Psikologi Kepribadian

Paradigma menurut Adam Smith adalah cara bagaimana kita memandang


dunia. Menurut Ferguson paradigma adalah pola pikir dalam memahami dan
menjelaskan aspek tertentu dari setiap kenyataan. Menurut Poerwanto paradigma
adalah satu perangkat bantuan yang memiliki nilai tinggi dan sangat menentukan
bagi penggunannya untuk dapat memiliki pola dan cara pandang dasar yang khas
dalam melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan
mengenai sesuatu kenyataan atau fenomena kehidupan manusia.

Paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Khun, seorang ahli


fisika teoritik, dalam bukunya “The Struktur Of Scientific Revolution”, yang
dipopulerkan oleh Robert Friederichs (The Sociologi Of Sociology;1970), Lodhal
dan Cardon (1972), dan Philips (1973).

5
1. Paradigma Traits

Gordon Allport adalah seorang ahli psikologi yang melakukan suatu


penelitian tentang kepribadian trait pada manusia. Menurut Allport, trait adalah
sistem neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan
untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama, memulai serta
membimbing perilaku adaptasi dan ekspresi secara sama.

Allport membedakan antara trait umum dengan disposisi pribadi.

Trait Umum adalah dimensi trait di mana individu dapat dibandingkan satu
sama lainnya.

Disposisi pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik trait-trait


yang ada dalam diri individu. Allport memandang disposisi pribadi sebagai sejenis
organisasi yang terorganisasi, sebagian memiliki pengaruh yang lebih pervasif pada
perilaku seseorang dibandingkan lainnya. Allport membedakan disposisi pribadi
menjadi 3 macam, yaitu:

• Disposisi kardinal: beberapa orang mungkin memiliki satu disposisi


dominan yang mempengaruhi hampir semua aspek perilaku mereka. Tokoh
Bunda Theresa mungkin dapat dikatakan memiliki disposisi kardinal
alturism.
• Disposisi sentral: kecenderungan untuk berespon yang kurang pervasif
tetapi masih sangat umum. Sebagian besar dari kita memiliki 5 samapai 10
disposisi yang berfungsi mengorganisasikan dan mengarahkan banyak
aspek kehidupan kita. Bagi wanita yang sebelumnya diceritakan,
keramahannya adalah salah satu disposisi sentralnya.
• Disposisi sekunder: kita memiliki banyak minat atau kecenderungan
berespon yang lebih spesifik dan sempit. Misalnya, kesukaan akan pakaian
tertentu atau kecenderungan menjaga kerapian meja tetapi penampilan
pribadi yang tidak rapi.

6
Menurut Allport, faktor genetik dan lingkungan sama-sama berpengaruh
dalam menentukan perilaku manusia. Bukan hanya faktor keturunan sendiri atau
faktor lingkungan sendiri yang menentukan bagaimana kepribadian terbentuk,
melainkan melalui pengaruh resiprokal faktor keturunan dan lingkungan yang
memunculkan karakteristik kepribadian. Sehubung dengan adanya peran genetik
dalam pembentukan kepribadian, terdapat empat pemahaman penting yang perlu
diperhatikan:

Meskipun faktor genetik mempunyai peran penting terhadap perkembangan


kepribadian, faktor non genetik tetap mempunyai peranan bagi variasi kepribadian.

Meskipun faktor genetik merupakan hal yang paling penting dalam


mempengaruhi lingkungan, faktor non genetik adalah faktor yang paling
bertanggung jawab akan perbedaan pada orang-orang.

Pengalaman dalam keluarga adalah hal yang penting meskipun lingkungan


keluarga berbeda bagi setiap anak sehubungan dengan jenis kelamin anak, urutan
kelahiran, atau kejadian unik dalam kehidupan keluarga pada tiap anak.

Meskipun terdapat kontribusi genetik yang kuat terhadap trait kepribadian,


tidak berarti bahwa trait itu tetap atau tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan.

2. Paradigma Kognitif

Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar


“Gestalt”. Peletak dasar teori ini adalah Max Wertheimer (1880-1943) di Austria
yang meneliti tentang pengaamatan dan problem solving. Sumbangan ini diikuti
oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-
hukum pengamatan; kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti
tentang “insight’ pada simpanse. Kaum gestaltis berpendapat bahwa pengalaman
itu berstruktur yang terbentuk dalam satu keseluuhan. Orang yang belajar,
mengamati stimulus dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian-
bagian yang terpisah. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam

7
situasi itu dan memperoleh “Insight” untuk pemecahan masalah. Suatu konsep yang
penting dalam psikologi gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan atau
pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam
situasi pemasalahan. Insight juga sering dihubungkan dengan pernyataan spontan
seperti “Aha!” atau “Oh, I see now” . Pikiran dan keyakinan seseorang menjadi
kunci memahami tingkah laku ingatan, pikiran, dan keyakinan seseorang menjadi
kunci memahami tingkah laku. Tokoh dari Paradigma Kognitif adalah Kurt Lewin,
George Kelly,C.Roger, Mischel dan Bandura. Ketika menjadi masalah
penekanannya bukan hanya pada “ada masalah dengan pikiran anda” tetapi juga
berusaha mengungkapkan bahwa cara pandang seseorang mencerminkan
bagaimana dunia itu bergerak dan otaknya bekerja.

3. Paradigma Behaviorisme

Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang lahir di Amerika Serikat


dipelopori oleh John B. Watson (1878-1958). Pengaruh behaviorisme terhadap
perkembangan teori kepribadian terletak pada upaya-upaya dan anjurannya untuk
memandang dan meneliti tingkah laku manusia secara objektif. Penelitian-
penelitian yang telah dilakukan oleh para behavioris dengan metode eksperimen
mampu memberikan sumbangan besar bagi terciptanya konsep-konsep tentang
kepribadian yang ketepatannya bisa diuji secara empiris. Psikologi aliran
behavioristik mulai mengalami pengembangan dengan lahirnya teori-teori tentang
belajar dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Gunthrie. Mereka
berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikakan oleh ganjaran
(rewards) atau penguatan (reinforcment) dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang sangat erat antara reaksi-reaksi behavioral
dengan stimulasintya. Para guru sekolah yang menganut pandangan ini berpendapat
bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan
mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa semua tingkah laku adalah
hasil belajar. Kita dapat menganalisa kejadian tingkah laku dengan jalan
mempelajari latar belakang penguatan (reinforcmet) pada tingkah laku tersebut.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepribadian setiap individu berbeda satu sama lain. Untuk mengetahui


kepribadian seseorang kita perlu mempelajari struktur kepribadiannya. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan kepribadian yaitu pengetahuan
umum dan pengetahuan khusus. Sehingga terbentuklah beberapa jenis kepribadian
unik dari setiap individu. Penggolongan ini ada yang berdasarkan faktor eksternal
dan internal.

Individu yang tidak dapat menghadapi masalah pribadi dan sosial yang
timbul saat ia masih kanak-kanak sampai dewasa dapat menimbulkan gangguan
kepribadian. Oleh kerena itu sejak dini kepribadian harus dibentuk dengan baik
sehingga tidak mengalami gangguan kepribadian pada masing-masing individu.

B. Saran

Demikian uraian makalah yang dapat kami sajikan, kami sadar bahwa dalam
pengambilan sub bahasan dalam makalah ini masih banyak kekurangan, apabila
terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun dalam pemaparan, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan
pastilah milik manusia. Karena itu, tidak lupa kritik dan saran selalu saya harapkan
untuk kesempurnaan makalah kami, Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sobur, Alex, Drs, M.Si. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sarwono, Sarlito Wirawan, Dr. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT


Bulan Bintang.

https://personalitydentimardianti.wordpress.com/materi/

https://personalitysitihartinah.wordpress.com/

https://personalitynurullatifahsidik.wordpress.com/2010/12/29/paradigma-
psikologi-kepribadian-kognitif-dan-behaviorisme/

https://putraalimin2.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-psikologi-kepribadian-
dan.html

10

Anda mungkin juga menyukai