PSIKOLOGI
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Anggraini
2. Anisa Tamarani
3. Annisa Nur Rahma Putri
4. Artamevia Mutiara A
5. A s t i ya n i
6. Atikah Qanitah Ulipia H
7. A u l i a S ya h r a n i
8. A yu F e b r i a n i
JURUSAN KEPERAWATAN
2018-2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 ..........................................................................................
BAB 2 ..........................................................................................
BAB 3 ...........................................................................................................................................
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang unik. Artinya, tidak ada satu individu pun yang sama
persis sama dengan individu yang lain. Salah satu perbedaan yang sering kita jumpai adalah
kecepatan dan kemampuan individu salam memecahkan suatu masalah atau persoalan yang
sama, ada individu yang mampu dengan cepat memecahkannya. Namun ada juga individu
yanglambat bahkan tidak mampu memecahkannya.
Hal itulah yang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau inteligensi itu
memang ada, dan berbeda-beda antara satu individu dengan individu yanglain. Individu yang
taraf inteligensinya tinggi akan mudah memecahkan suatu persoala, sedangkan individu yang
taraf inteligensinya rendah dan hanya mampu memecahkan masalah yang mudah. Misalnya,
pada beberapa mahasiswa yang menghadapi soal ujian yang sama, ada yang mampu dengan
cepat dan benar menyelesaikan soal tersebut dan ada juga yang sebaliknya.
Inteligensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang
bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang
bersifat khusus disebut dengan bakat (aptitude). Dalam proses belajar - mengajar,
prestasi belajar mahasiswa salah satunya di tentukan oleh inteligensi.Oleh sebab itu, kami
akan membahas tentang intelegensi dan kreativitas.
Memenuhi tugas mata kuliah Psikologi dan menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai inteligensi dan krearivitas.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata inteligensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu intelgencei. Secara harfiah
artinya kecerdasan. Kecerdasan artinya pemahaman dan penyelesaian masalah secara
tepat. Pada mulanya kecerdasan hanya berfokus pada kemampuan pikiran, akal atau
aspek-aspek kognitif saja. Dalam perkembangan selanjutnya, kecerdasan bukan hanya
mencakup kecerdasan intelektual tetapi berkembang pada aspek-aspek psikis lainnya
seperti emosional dan spiritual. Sehingga, muncul kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual.
Menurut Solovery, seperti yang dikutip oleh Goleman 1996 memberikan ciri-ciri
kecerdasan emosional dalam lima wilayah :
1. Mengenali diri
Mengenali diri artinya mengenal perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini
merupakan dasar kecerdasan emosi yaitu kemampuan memantau perasaan dari
waktu ke waktu. Kesadaran orang akan emosinya sendiri yang memiliki makna
waspada terhadap suasana hati.
2. Mengelola emosi
Kemampuan menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat. Tergantung
kepada kesadaran sendiri seperti kemampuan untuk menghadapi badai emosi juga
dapat memperkirakan beberapa lama emosi berlangsung.
3. Memotivasi diri sendiri
Kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, yaitu kemampuan
menahan diri.
4. Mengenali emosi orang lain
Keterampilan bergaul berdasarkan kesadaran diri emosinya. Piawai mengenali
emosi orang lain, dikatakan juga memiliki kesadaran yang tinggi. Semakin terbuka
pada emosi diri sendiri, makin mampu mengenal dan mengakui emosi orang lain.
Makin mudah seseorang membaca perasaan orang lain.
5. Membina hubungan
Membina hubungan merupakan salah satu kemampuan mengelola emosi orang
lain. Agar terampil membina hubungan dengan orang lain, seseorang harus mampu
mengenal dan mengelola emosinya. Untuk bisa mengelola emosi orang lain,
seseorang perlu terlebih dahulu mampu mengendalikan diri. Mengendalikan emosi
yang mungkin berpengaruh buruk dalam hubungan sosial, menyimpan dulu
kemarahan dan beban stres tertentu, dan mengekspresikan perasaan diri.
2.3.2 Pengukuran
Prinsip pengukuran intelegensi adalah membandingkan individu yang dites
dengan norma tertentu. Secara umum, yang dipakai sebagai norma adalah inteligensi
kelompok sebaya. Cara untuk mengetahui inteligensi quatient (IQ) seseorang menurut
Binet adalah dengan membandingkan antara umur kecerdasan (mental age= MA) dengan
umur kalender (cronological age = CA).
Rumus :
IQ = MA × 100
CA
Contoh 1 :
Adi berumur 10 tahun (umur kalender). Setelah dites dengan tes intelegensi,
ternyata ia dapat mengerjakan soal-soal untuk anak yang berumur 12 tahun.
X = Jawaban Benar
- = Jawaban Salah
Penyelesaian :
Umur Adi 7 tahun 4 bulan = 7 1/3 tahun (CA), tes untuk usia 6 tahun benar semua = 6 tahun,
untuk 7 tahun benar 5= 5/6 tahun, untuk 8 tahun benar 2 = 2/6 tahun, dan untuk 9 tahun benar 1=
1/6 tahun. MA = 6+ 5/6 +2/6 +1/6 = 7 3/6 tahun.
= 45 × 6 × 100
6 44
= 45 × 100 = 102,27.
44
Jadi, IQ Adi adalah 102.
2.4 Penerapan Intelegensi dalam Keperawatan
Dengan memahami teori integelensi, seorang perawat dapat introfeksi diri, sejauh mana
intelegensi kreatifitas yang dimiliki dirinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien yang memiliki keunikan, intelegensi dan kreativitas yang berbeda-beda,
hendaknya masalah intelegensi dan kreativitas pasien perlu dipahami agar asuhan
keperawatan yang diberikan betul-betul dapat memuaskan pasien. Seperti :
Terjalin hubungan interpersonal, hubungan interpersonal didukung oleh keterbukaan
perawat. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien.
Tukar menukar pengalaman ini memberikan keuntungan pada klien untuk mendukung
kerjasama dan member dukungan. Melalui penelitiaan ditemukan bahwa peningkatan
keterbukaan antara perawat dan klien menurunkan tingkat kecemasan perawat dan klien.
(Johnson, dikutip oleh Stuart dan Sundeen,1987,hal134). Tujuan terjalinnya hubungan
interpersonal antara lain :
a. Menyenangkan hati klien.
b. Mengetahui dan mengerti pembicaraan klien.
c. Memberikan rasa puas kepada klien.
d. Memberikan rasa aman pada pembicara.
e. Menunjukkan rasa saling percaya.
f. Menghargai pembicaraan.
Komunikasi yang baik antara perawat dengan klien(empathy).
Rasakan apa yang dirasakan klien. Perawat yang merasakan apa yang dirasakan
klien akan mampu mengkomunikasikan dengan seluruh sikap tubuhnya kepada klien.
Perawat menyampaikan bahwa ia sungguh mengerti perasaan,tingkah dan pengalaman
klien,dan mengkomunikasikan pengertian itu kepada klien. Sehingga klien merasa bahwa
ia dimengerti. Melalui penelitian,Mansfield (dikutip oleh Stuart dan Sundeen
1987,hl.129) mengidentifikasi perilaku verbal dan non verbal yang menunjukkan tingkat
empati yang tinggi sebagai berikut :
A. Memperkenalkan diri dengan klien.
B. Kepala dan badan membungkuk kearah klien.
C. Respon verbal terhadap pendapat klien,khususnya pada kekuatan dan sumber daya
klien.
D. Kontak mata dan respon pada tanda non verbal klien,misalnya nada
suara,gelisah,ekspresi wajah.
E. Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan melalui ekspresi wajah.
F. Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.
Adanya rasa saling percaya antara perawat dan klien.
Rasa saling percaya sangat dibutuhkan guna tercipta rasa percaya bahwa segala
yang dilakukan perawat adalah untuk kesembuhan,kenyamanan dan keamanan klien
sehingga tidak terjadi salah paham antara tugas-tugas perawat pada klien. Selain itu
antara perawat dank lien dapat tercipta kedekatan layaknya keluarga sendiri. Hal ini
berguna agar tercipta rasa nyaman dan aman pada klien.
Adanya motivasi yang muncul dari perawat untuk mempercepat kesembuhan klien.
Motivasi yang datang dari perawat untuk klien antara lain :
a. Menghindari sikap yang negatif
b. Menghibur klien
c. Meyakinkan kesembuhan klien
3.1 Kesimpulan
Inteligensi ini adalah persatuan (kumpulan yang di persatukan) daripada daya-daya jiwa
yang khusus. Jadi peranan Intelegensi atau kecerdasan setiap orang sangat mempengaruhi
kreativitas, bakat , dan prestasi belajarnya. Seseorang yang Tingkat intelegensinya (IQ) tinggi
belum tentu memiliki kreativitas, bakat, dan prestasi belajarnya tinggi pula karena setiap individu
memiliki motivasi yang berbeda. Tetapi individu yang memiliki IQ lebih tinggi akan lebih
mudah berkreativitas dan meraih prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan yang
memiliki IQ rendah. Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan. Kreativitas adalah istilah yang mengacu kepada bagaimana seseorang
berpikir kreatif. Kreativitas, disamping bermakna untuk pengembangan diri maupun
pembangunan masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu
kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi manusia. (Maslow,
1968 ).
faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain faktor bawaan, aktor minat dan
pembawaan yang khas, faktor pembentukan, faktor pematangan, Faktor kebebasan.Peranan
perawak dalam intelegensi, bakat dan kreativitas yaitu dengan memahami teori integelensi,
seorang perawat dapat introfeksi diri, sejauh man intelegensi kreatifitas yang dimiliki dirinya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang memiliki keunikan, intelegensi dan
kreativitas yang berbeda-beda, hendaknya masalah intelegensi dan kreativitas pasien perlu
dipahami agar asuhan keperawatan yang diberikan betul-betul dapat memuaskan pasien.
3.2 Saran
Penulis sangat berharap adanya berbagai kalangan terutama yang memiliki keahlian
dalam intelegensi dan kreativitas untuk memberikan saran dan kritik agar kiranya memperluas
pengetahuan kami. Apabila para pembaca masih kesulitan dalam memahami materi ini dapat
ditanyakan kepada ahlinya atau mencari referensi lain, karena penulis membuat makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan
DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo, Drs. M.Kes. 2004.”Psikologi untuk Keperawatan”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Saam Prof. Dr. Zulfan, M.S. dan Wahyuni Sri, M.Kep., Sp.Kep.J. 2012 “Psikologi Keperawatan”
Jakarta: Raja Grafindo Persada.