Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PSIKOLOGI

INTELEGENSI DAN KREATIVITAS

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Anggraini
2. Anisa Tamarani
3. Annisa Nur Rahma Putri
4. Artamevia Mutiara A
5. A s t i ya n i
6. Atikah Qanitah Ulipia H
7. A u l i a S ya h r a n i
8. A yu F e b r i a n i

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

2018-2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................

BAB 1 ..........................................................................................

1.1. Latar Belakang ....................................................................


1.2. Rumusan Masalah.................................................................
1.3. Tujuan ................................................................................

BAB 2 ..........................................................................................

2.1 Konsep dan Teori Intelegensi……………………………………………………………..


2.2 Faktor yang mempengaruhi dan menentukan intelegensi………………………………...
2.3 Jenis Tes Intelegensi dan Pengukuran
2.4 Penerapan Intelegensi dalam Keperawatan
2.5 Konsep dan Teori Kreativitas
2.6 Faktor yang Mempengaruhi dan Menentukan Kreativitas
2.7. Unsur-unsur Kreativitas
2.8 Penerapan kreativitas dalam Keperawatan
2.9 Cara memotivasi kreativitas
2.10. Hubungan Inteligensi dan Kreativitas

BAB 3 ...........................................................................................................................................

3.1. Kesimpulan ..........................................................................................................................


3.2. Saran ....................................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk yang unik. Artinya, tidak ada satu individu pun yang sama
persis sama dengan individu yang lain. Salah satu perbedaan yang sering kita jumpai adalah
kecepatan dan kemampuan individu salam memecahkan suatu masalah atau persoalan yang
sama, ada individu yang mampu dengan cepat memecahkannya. Namun ada juga individu
yanglambat bahkan tidak mampu memecahkannya.
Hal itulah yang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau inteligensi itu
memang ada, dan berbeda-beda antara satu individu dengan individu yanglain. Individu yang
taraf inteligensinya tinggi akan mudah memecahkan suatu persoala, sedangkan individu yang
taraf inteligensinya rendah dan hanya mampu memecahkan masalah yang mudah. Misalnya,
pada beberapa mahasiswa yang menghadapi soal ujian yang sama, ada yang mampu dengan
cepat dan benar menyelesaikan soal tersebut dan ada juga yang sebaliknya.
Inteligensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang
bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang
bersifat khusus disebut dengan bakat (aptitude). Dalam proses belajar - mengajar,
prestasi belajar mahasiswa salah satunya di tentukan oleh inteligensi.Oleh sebab itu, kami
akan membahas tentang intelegensi dan kreativitas.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Konsep dan teori inteligensi dan kreativitas?


1.2.2 Faktor yang mempengaruhi dan menentukan intelegensi dan kreativitas ?
1.2.3. Hubungan Intelegensi dan Kreativitas?
1.2.4 Penerapan intelegensi dan kreativitas dalam keperawatan ?
1.3.TUJUAN

Memenuhi tugas mata kuliah Psikologi dan menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai inteligensi dan krearivitas.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Teori Intelegensi

2.1.1. Konsep intelegensi

Kata inteligensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu intelgencei. Secara harfiah
artinya kecerdasan. Kecerdasan artinya pemahaman dan penyelesaian masalah secara
tepat. Pada mulanya kecerdasan hanya berfokus pada kemampuan pikiran, akal atau
aspek-aspek kognitif saja. Dalam perkembangan selanjutnya, kecerdasan bukan hanya
mencakup kecerdasan intelektual tetapi berkembang pada aspek-aspek psikis lainnya
seperti emosional dan spiritual. Sehingga, muncul kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual.

a. Kecerdasan Intelektual (IQ)


Kata inteligensi dan intelek adalah dua kata yang erat hubungannya karena
berasal dari kata latin yaitu intellegere artinya memahami. Intelek adalah bentuk kata
pasif dan inteligensi adalah bentuk kata aktif. Jadi, intelek adalah kekuatan, daya, atau
potensi untuk memahami sedangkan inteligensi atau kecerdasan adalah aktivitas untuk
perilaku mewujudkan daya tersebut. Jadi bila digabungkan kedua kata tersebut, maka
istilahnya menjadi lebih lengkap yaitu intiligensi atau kecerdasan intelektual.
Utami Munandar (1987) menyatakan inteligensi adalah
(a) kemampuan berpikir abstrak
(b) kemampuan menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar, dan
(c) kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan baru.
Pengertian inteligensi yang dikemukakan Munandar adalah kemampuan, meliputi
kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk menyesuaikan diri.
Adapun Terman mendefinisikan inteligensi secara sederhana yaitu kemampuan
berpikir abstrak. Teori Terman tentang inteligensi adalah teori dua faktor (two factorr
theory) yaitu :
1. faktor kemampuan umum (general ability)
2. faktor kemampuan khusus ( special ability).
Kedua faktor tersebut bekerjasama secara integral. Teori yang lebih luas dan
komprehensif tentang inteligensi dikemukakan oleh Thurstone, dengan teori multifaktor
yang terdiri dari tujuh faktor dasar, yaitu :

1.Verbal Comprehension, kemampuan memahami kata-kata.


2. Word Fluency, kemampuan dan kefasihan mengucapkan kata-kata.
3. Number, kemampuan memecahkan masalah yang berhubungan dengan angka- angka.
4. Space, kemampuan tilikan ruang.
5. Memory, kemampuan untuk mengingat.
6. Perceptual, kemampuan mngamati dan menafsirkan persamaan dan perbedaan objek
tertentu.
7. Reasoning, kemampuan penalaran.

Distribusi tingkat kecerdasan menurut Terman (dalam Mahmud, 1990)

IQ (Intelligence Quotient/ Tingkat Deskripsi Verbal


Kecerdasan)
0-19 Idiot
20-49 Embicile
50-69 Moron
70-79 Inferior
80-89 Bodoh
90-109 Normal
110-119 Pandai
120-129 Superior
130-139 Sangat superior
140-179 Gifted
180 ke atas Genius
b. Kecerdasan Emosional (EQ)
Berikut ini ditemukan pendapat para pakar tentang kecerdasan emosional:
1. Shapiro (1997) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan
memantau perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain serta menggunakan
informasi untuk mengarahkan pikiran dan tindakan. Shapiro menekankan
kecerdasan emosional pada pengelolaan emosi untuk mengontrol perilaku sendiri.
2. Cooper (2000) mengatakan kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan,
memahami, menerapkan kepekaan, emosi sebagai energi, informasi, koreksi dan
pengaruh yang manusiawi. Cooper menekankan pengertian kecerdasan emosi
pada kemampuan memahami dan menerapkan emosi sebagai kekuatan untuk
perilaku yang baik.2).
3. Goleman (1996) mengatakan kecerdasan emosional adalah pengendalian diri,
semangat, ketekunan, kemampuan memotivasi diri serta berempati. Goleman
menekankan bahwa kecerdasan emosional terletak pada empat aspek. Yaitu,
pengendalian, semangat, ketekunan, dan motivasi diri.
4. Davis (2006) mengatakan kecerdasan emosional adalah kmampuan mengenali,
memahami, mengatur, menggunakan emosi secara efektif kalau hidup. Davis
memfokuskan pengertian kecerdasan emosional pada pemahaman dan
penggunaan emosi secara efektif dalam hidup.
5. Patton (1998) mengatakan kecerdasan emosional adalah menggunakan emosi
secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan produktif, dan
mencapai keberhasilan ditempat kerja. Definisi yang dikemukakan Patton lebih
luas karena telah menghubungkan dengan keberhasilan atau produktivitas kerja.

Menurut Solovery, seperti yang dikutip oleh Goleman 1996 memberikan ciri-ciri
kecerdasan emosional dalam lima wilayah :
1. Mengenali diri
Mengenali diri artinya mengenal perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini
merupakan dasar kecerdasan emosi yaitu kemampuan memantau perasaan dari
waktu ke waktu. Kesadaran orang akan emosinya sendiri yang memiliki makna
waspada terhadap suasana hati.
2. Mengelola emosi
Kemampuan menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat. Tergantung
kepada kesadaran sendiri seperti kemampuan untuk menghadapi badai emosi juga
dapat memperkirakan beberapa lama emosi berlangsung.
3. Memotivasi diri sendiri
Kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, yaitu kemampuan
menahan diri.
4. Mengenali emosi orang lain
Keterampilan bergaul berdasarkan kesadaran diri emosinya. Piawai mengenali
emosi orang lain, dikatakan juga memiliki kesadaran yang tinggi. Semakin terbuka
pada emosi diri sendiri, makin mampu mengenal dan mengakui emosi orang lain.
Makin mudah seseorang membaca perasaan orang lain.
5. Membina hubungan
Membina hubungan merupakan salah satu kemampuan mengelola emosi orang
lain. Agar terampil membina hubungan dengan orang lain, seseorang harus mampu
mengenal dan mengelola emosinya. Untuk bisa mengelola emosi orang lain,
seseorang perlu terlebih dahulu mampu mengendalikan diri. Mengendalikan emosi
yang mungkin berpengaruh buruk dalam hubungan sosial, menyimpan dulu
kemarahan dan beban stres tertentu, dan mengekspresikan perasaan diri.

c. Kecerdasan Spiritual (SQ)


Kata spiritual berasal dari kata spirit. Spirit artinya keberanian, semangat, energi
atau tekad. Spiritual artinya makna dan nilai, hidup bermakna. Kecerdasan spiritual
artinya bagian dalam diri yang hubungannya dengan kearifan dan luar ego yang
disebut God Spot. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan memahami diri sendiri
dan lingkungan sehingga dapat memaknai hidup. Baik dan buruk tidak hanya dicapai
dengan akal, tetapi dengan memerlukan bimbingan sang pencipta. Kecerdasan
spiritual adalah kemampuan dalam memanfaatkan kekuatan nonfisik dan kesadaran
yang menghubungkan kita langsung dengan tuhan. Kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan menuju kearifan, lalu meraih kebahagiaan, kemampuan manusia
menjawab makna hidup.
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi biasanya bekerja secara
tenang, damai, puas dengan hasil kerjanya. Pekerjaannya dapat selesai sesuai
prosedur yang telah ditentukan.
Dalam kenyataan banyak orang yang cerdas intelektualnya, misalnya sebagai
juara kelas atau lulusan perguruan tinggi dengan predikat sangat memuaskan bahkan
cumlaude, tetapi dalam bekerja mengalami kegagalan atau berprestasi biasa-biasa
saja karena ia mampu mengendalikan emosi dan dapat memperlakukan emosi orang
lain secara tepat.
Tanda-tanda kecerdasan spiritual yang tinggi menurut Zohar dan Marshall
(2000) yakni, kemampuan bersikap Fleksibel (aktif), tingkat kecerdasan tinggi,
kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa takut, kualitas hidup yang
diilhami oleh visi dan nilai, keengganan menghadapi kerugian yang tidak perlu,
kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal(berpandang holistic)
dan kecenderungan nyata untuk bertanya mengapa atau bagaimana jika dan mencari
jawaban yang mendasar. Kesuksesan hidup tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan
intelektual, tetapijuga oleh kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.

2.1.2. Teori Intelegensi


Terdapat beberapa teori Intelegensi, antara lain :
1. Teori Daya (Faculty theories)
Teori ini dipengaruhi oleh psikologi daya yang dikemukakan oleh Thorndike.
Menurut Thorndike bahwa dalam otak manusia terdapat daya-daya jiwa
khusus. Teori ini menyebutkan bahwa “ Intelegensi adalah integrasi daya-daya
jiwa yang khusus ”. oleh karena itu, pengukuran intelegensi dilakukan dengan
cara menukur daya-daya jiwa khusus, misalnya: daya mengamati, daya
memproduksi, daya berpikir, daya fantasi, dan daya penalaran.
2. Teori Pragmatis
Dikemukakan oleh Boring, yang mengatakan bahwa “ Intelegensi adalah hal
yang diuji oleh tes intelegensi “.
3. Teori Faktor
a. Two Factor Theories, dikembangkan oleh Spearman, dengan menyelidiki
dan mencari sifat hakekat intelegensi menggunakan teknik analisis faktor,
yang mengatakan bahwa kecakapan intelektual manusia dimungkinkan karena
adanya dua faktor, yaitu:
 Faktor Umum/kecakapan umum (general factor/general
ability, dilambangkan dengan faktor “g”).
 Faktor Khusus/kecakapan khusus (special factor/special ability,
dilambangkan dengan faktor “s”).
Faktor “g” dan “s” tersebut, bekerja sama menjadi satu kesatuan.
Kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada
kemampuan umum (faktor “g”) maupun kemampuan khusus (faktor “s”),
yang memberi sumbangan pada setiap tingkah laku yang intelegen. Pada
tingkah laku yang berbeda, fungsi faktor “g” yang ditambah faktor “s” yang
khusus untuk tingkah laku yang bersangkutan. Ternyata, faktor “g” berkaitan
dengan herediter, sedangkan faktor “s” dipengaruhi oleh lingkungan
(pengalaman dan pendidikan).

b. Multiple Factor Theories, dikembangkan oleh thorndike, yang menyatakan


bahwa “Intelegensi ada pertalian aktual dan potensial yang khusus antara
stimulus dan respons”. ada empat atribut intelegensi, yaitu : tingkatan,
rentang, daerah dan kecepatan.
4. Primary Mental Ability Theory
Teori ini dikembangkan oleh Thurston, yang mengatakan bahwa
“Intelegensi tidak terdiri dari dua faktor maupun multifaktor, tetapi terdiri dari
sejumlah kecakapan-kecakapan mental yang primer. Faktor primer dari
intelegensi adalah kemampuan verbal, kefasihan kata-kata, faktor bilangan,
relasi ruang, faktor ingatan, kecepatan persepsi, dan faktor induksi.
5. Teori Struktur Intelek (structur of intellect model)
Teori ini dikembangkan oleh Guilford, yang mengatakan bahwa
“Intelegensi memiliki 3 dimensi, yang masing-masing terdiri dari kecakapan
intelek,yaitu: operasi, isi, dan produk.
a) Dimensi isi atau materi kegiatan intelektual (figural,simbolik,semantik,dan
behavioral).
b) Dimensi operasi atau tindakan (kognitif, memori, berpikir divergen, berpikir
konvergen, dan evaluasi).
c) Dimensi produk (satuan, kelas, hubungan, sistem, transformasi, dan
implikasi).
6. Teori Hierarkis
Teori ini dikembangkan oleh Vernon, yang memadukan faktor umum
(“g”) dan faktor spesifik (”s”) dan faktor “(c)” yang terletak antara faktor “g”
dan “s”. Vernon berusaha menggambarkan skema organisasi faktor-faktor
kecakapan intelek dan memberi gambaran secara hierarkis hubungan antara
faktor intelek yang bersifat umum sampai yang bersifat khusus.

2.2 Faktor yang mempengaruhi dan menentukan intelegensi


2.2.1 Faktor yang mempengaruhi intelegasi
Gangguan Intelegensi:
1) Retardasi Mental, ialah keadaan dengan intelegensi kurang (abnormal) sejak
masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak)
(Maramis,1999) atau keadaan kekurangan intelegensi sehingga daya guna
sosial dan dalam pekerjaan seseorang menjadi terganggu.
Penyebab Retardasi Mental yaitu a) Retardasi Mental Primer, kemungkinan
faktor keturunan (Retardasi mental genetik) dan kemungkinan tidak diketahui
(Retardasi mental simpleks). b) Retardasi Mental Sekunder, faktor luar yang
diketahui dan memengaruhi otak (prenatal, perinatal,dan postnatal), misalnya
infeksi/intoksikasi, rudapaksa, gangguan metabolisme/gizi, penyakitotak,
kelainan kromosom, prematuritas, dan gangguan jiwa berat.
Tingkat reterdasi mental menurut kesepakatan asosiasi keterbelakangan
mental Amerika Serikat (American Association of Mental Retardation)seperti
dikemukakan oleh Sarwono Sarlito Wirawan (1999) sebagai berikut :

a) Retardasi mental lambat belajar (slow learner), IQ= 85-90


b) Reterdasi mental taraf perbatasan (borderline), IQ= 70-84
c) Retardasi mental ringan (mild), IQ= 55-69
d) Retardasi mental sedang (moderate), IQ= 36-54
e) Retardasi mental berat (severe). IQ= 20-35
f) Retardasi mental sangat berat (profound), IQ= 0-19

Pendidikan bagi penderita retardasi mental, yaitu di SLB bagian C (Tuna


Mental).
- Tanda-tanda Retardasi Mental
a) Taraf kecerdasannya (IQ) sangat rendah
b) Daya ingat (Memori) lemah
c) Tidak mampu mengurus diri sendiri
d) Acuh tak acuh terhadap lingkungan (Apatis)
e) Minat hanya mengarah pada hal-hal yang sederhana.
f) Perhatiannya mudah berpindah-pindah (Labil)
g) Miskin dan keterbatasan emosi (hanya perasaan takut,marah,senang,benci
dan terkejut).
h)kelainan jasmani yang khas.

2) Demensi, kemuduran intelegensi karena kerusakan otak yang sudah tidak


dapat diperbaiki lagi.

2.2.2 Faktor yang menentukan intelegensi


Para ahli belum sepenuhnya sependapat mengenai faktor-faktor apa saja
yang terdapat dalam inteligensi itu sendiri. Sebuah pendapat mengatakan bahwa
faktor yang menentukan intelegensi seseorang antara lain :
1. Herediter (Pembawaan), merupakan faktor utama dan terpenting dalam
menentukan inteligensi.
Contoh :
Dalam mengerjakan soal Ujian Akhir Semester, mahasiswa tingkat I Akper,
dengan soal yang sama, materi yang sama, waktu yang sama, kenapa ada
yang cepat selesai, ada yang lambat, ada yang nilainya bagus, dan ada
nilainya yang jelek ?
2. Kematangan, menyangkut pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis
yang dipengaruhi faktor internal.
Contoh :
Anak usia 6 tahun apabila diberi soal penjumlahan dan pengurangan
sampai dengan 100 mungkin masih mampu karena faktor kematangan untuk
itu sudah dimiliki. Namun, apabila ia dihadapkan pada soal matematika untuk
anak SLTP, seperti 2x + 10 = 2, berapa x? Jelas anak tersebut akan kesulitan
karena belum matang untuk berpikir abstrak.
3. Pembentukan, yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi faktor
lingkungan.
Contoh :
Anak yang normal dan telah berumur 12 tahun, pada umumnya sudah
mengenal dengan baik perhitungan yang menyangkut penambahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian. Yang menjadi pertanyaan kita,
apakah setiap anak yang normal dan berumur 12 tahun pasti sudah mengenal
hal itu ? (apabila anak tersebut didaerah terpencil, tidak sekolah, tidak ada
yang mengajari). Walaupun anak itu sudah matang untuk itu, tetapi karena
tidak dibentuk oleh lingkungan, akhirnya tidak dapat mengerjakan.

2.3 Jenis Tes Intelegensi dan Pengukuran


2.3.1 Jenis Intelegensi
Jenis tes intelegensi dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
 Tes inteligensi individual, antara lain : Stanford-Binet Intelligence Scale, Wechsler
Bellevue Intelligence Scale (WBIS), Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC),
Wechsler Adult Intellegence Scale (WAIS), Wechsler Preschool and Primary Scale of
Intellegence (WPPSI).
 Tes Inteligensi Kelompok,antara lain : Pintner Cunningham Primary Test, The California
Test of Mental Maturity, The Henmon Nelson Test Mental Ability, Otis Lennon Mental
Ability Test and Progressive Matrices.
 Tes inteligensi dengan tindakan atau perbuatan.

2.3.2 Pengukuran
Prinsip pengukuran intelegensi adalah membandingkan individu yang dites
dengan norma tertentu. Secara umum, yang dipakai sebagai norma adalah inteligensi
kelompok sebaya. Cara untuk mengetahui inteligensi quatient (IQ) seseorang menurut
Binet adalah dengan membandingkan antara umur kecerdasan (mental age= MA) dengan
umur kalender (cronological age = CA).

Rumus :

IQ = MA × 100
CA

MA = Mental Age diperoleh dari hasil tes inteligensi


CA = Chronological Age diperoleh dari menghitung umur berdasarkan tanggal
kelahiran atau umur kalender.

Contoh 1 :
Adi berumur 10 tahun (umur kalender). Setelah dites dengan tes intelegensi,
ternyata ia dapat mengerjakan soal-soal untuk anak yang berumur 12 tahun.

IQ Adi = 12 × 100 = 120


10
Contoh 2 :
Adi berumur 7 tahun 4 bulan. Dites IQ dengan 6 buah soal untuk anak-anak usia
6-10 tahun, hasilnya sebagai berikut.

Soal untuk Umur Jawaban Nilai


6 Tahun X X X X X X 6 Thun
7 Tahun X X X X - X 5/6 Tahun
8 Tahun X - - - X X 3/6 Tahun
9 Tahun X - - - - - 1/6 Tahun
10 Tahun - - - - - - 0 Tahun
Umur Kecerdasan 7 3/6 Tahun

X = Jawaban Benar
- = Jawaban Salah

Penyelesaian :
Umur Adi 7 tahun 4 bulan = 7 1/3 tahun (CA), tes untuk usia 6 tahun benar semua = 6 tahun,
untuk 7 tahun benar 5= 5/6 tahun, untuk 8 tahun benar 2 = 2/6 tahun, dan untuk 9 tahun benar 1=
1/6 tahun. MA = 6+ 5/6 +2/6 +1/6 = 7 3/6 tahun.

IQ Adi = MA = 7 3/6 × 100


CA 7 2/6

= 45 × 6 × 100
6 44
= 45 × 100 = 102,27.
44
Jadi, IQ Adi adalah 102.
2.4 Penerapan Intelegensi dalam Keperawatan
Dengan memahami teori integelensi, seorang perawat dapat introfeksi diri, sejauh mana
intelegensi kreatifitas yang dimiliki dirinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien yang memiliki keunikan, intelegensi dan kreativitas yang berbeda-beda,
hendaknya masalah intelegensi dan kreativitas pasien perlu dipahami agar asuhan
keperawatan yang diberikan betul-betul dapat memuaskan pasien. Seperti :
 Terjalin hubungan interpersonal, hubungan interpersonal didukung oleh keterbukaan
perawat. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien.
Tukar menukar pengalaman ini memberikan keuntungan pada klien untuk mendukung
kerjasama dan member dukungan. Melalui penelitiaan ditemukan bahwa peningkatan
keterbukaan antara perawat dan klien menurunkan tingkat kecemasan perawat dan klien.
(Johnson, dikutip oleh Stuart dan Sundeen,1987,hal134). Tujuan terjalinnya hubungan
interpersonal antara lain :
a. Menyenangkan hati klien.
b. Mengetahui dan mengerti pembicaraan klien.
c. Memberikan rasa puas kepada klien.
d. Memberikan rasa aman pada pembicara.
e. Menunjukkan rasa saling percaya.
f. Menghargai pembicaraan.
 Komunikasi yang baik antara perawat dengan klien(empathy).
Rasakan apa yang dirasakan klien. Perawat yang merasakan apa yang dirasakan
klien akan mampu mengkomunikasikan dengan seluruh sikap tubuhnya kepada klien.
Perawat menyampaikan bahwa ia sungguh mengerti perasaan,tingkah dan pengalaman
klien,dan mengkomunikasikan pengertian itu kepada klien. Sehingga klien merasa bahwa
ia dimengerti. Melalui penelitian,Mansfield (dikutip oleh Stuart dan Sundeen
1987,hl.129) mengidentifikasi perilaku verbal dan non verbal yang menunjukkan tingkat
empati yang tinggi sebagai berikut :
A. Memperkenalkan diri dengan klien.
B. Kepala dan badan membungkuk kearah klien.
C. Respon verbal terhadap pendapat klien,khususnya pada kekuatan dan sumber daya
klien.
D. Kontak mata dan respon pada tanda non verbal klien,misalnya nada
suara,gelisah,ekspresi wajah.
E. Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan melalui ekspresi wajah.
F. Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.
 Adanya rasa saling percaya antara perawat dan klien.
Rasa saling percaya sangat dibutuhkan guna tercipta rasa percaya bahwa segala
yang dilakukan perawat adalah untuk kesembuhan,kenyamanan dan keamanan klien
sehingga tidak terjadi salah paham antara tugas-tugas perawat pada klien. Selain itu
antara perawat dank lien dapat tercipta kedekatan layaknya keluarga sendiri. Hal ini
berguna agar tercipta rasa nyaman dan aman pada klien.
 Adanya motivasi yang muncul dari perawat untuk mempercepat kesembuhan klien.
Motivasi yang datang dari perawat untuk klien antara lain :
a. Menghindari sikap yang negatif
b. Menghibur klien
c. Meyakinkan kesembuhan klien

2.5 Konsep dan Teori Kreativitas


Kreativitas adalah istilah yang mengacu kepada bagaimana seseorang berpikir kreatif.
Ciri atau suatu perilaku yang kreatif adalah sesuatu hasil yang baru, akibat perilaku tersebut.
Kreativitas seseorang berhubungan dengan motivasi dan pengalaman serta dipengaruhi oleh
intelegensi, cara berpikir, ingatan, minat dan emosinya, bakat, sikap, persepsi, perasaan, dan
kepribadian. Munculnya kreativitas seseorang dapat dipicu karena seseorang mengalami
tantangan atau kendala dalam memecahkan suatu masalah dalam hidupnya. Kreativitas adalah
suatu kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memberikan individu menciptakan ide-ide
asli atau adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang(Widayatun,1999).
Kreativitas adalah keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subyek dari persepsi
baru, dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak
dalam pikiran (James R. Evans,1994).
2.6 Faktor yang Mempengaruhi dan Menentukan Kreativitas
2.6.1 Faktor yang mempengaruhi kreativitas
a. Faktor intrinsik yang meliputi : Intelegensi, bakat, minat, kepribadian, dan
perasaan.
b.Faktor ekstrinsik yang meliputi : Adat-istiadat, sosial budaya, pendidikan, dan
lingkungan.

2.6.2 Faktor yang menentukan kreativitas


a. Pengetahuan
b. Imajinasi dan
c. Evaluasi

2.7. Unsur-unsur Kreativitas


Banyak orang yang mengira bahwa kreativitas itu banyak ditentukan oleh bakat dan kemampuan
bawaan. Ini tidak sepenuhnya benar, karena daya kreativitas ditentukan oleh perpaduan beberapa
unsur berikut :
1. kemampuan berpikir kritis
kreativitas sangat ditentukan oleh kemampuan berpikir kritis tidak merasa puas dengan
apa yang ada. Ia ingin mencari sesuatu yang lain daripada yang telah ada. Dengan
berpikir kritis, jiwa akan hidup karena didorong terus untuk mencari dan mencari.
Dengan berpikir kritis orang dituntut untuk mencari kemungkinan-kemungkinan lain,
hubungan-hubungan baru dan cara-cara baru.
2. Kepekaan Emosi
Selain berpikir kritis, kepekaan emosi juga sangat perlu agar seseorang dapat menangkap
dan merasakan sesuatu yang samar dari apa yang ada disekitarnya.
3. Bakat
Bakat dapat memperkuat daya kreatifitas seseorang, tetapi bukan satu satunya unsure
yang menentukan. Jika demikian, orang berbakat menulis akan berhasil disbanding
dengan orang yang kurang atau tidak berbakat. Namun demikian seorang kreatif tidak
hanya mengandalkan bakatnya saja sebab bakat ibarat bara api. Apabila ridak dikibasi
akan memberikan panas yang luar biasa jadi agar berarti, bakat harus dilatih dan diasah.
4. Daya imajinasi
Kreativitas menuntut daya imajinasi yang tinggi. Dengan daya imajinasi seseorang dapat
menciptakan sebuah gambaran utuh dan lengkap dalam fantasinya, serta mampu
mengasosiasikan segala sesuatu yang dilihat, dicium, dirasa, didengar atau dirabahnya.

2.8 Penerapan kreativitas dalam Keperawatan


Dengan memahami teori kretivitas dan integelensi, seorang perawat dapat introfeksi diri,
sejauh mana kreativitas dan intelegensi kreatifitas yang dimiliki dirinya. Dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien yang memiliki keunikan, intelegensi dan kreativitas yang
berbeda-beda, hendaknya masalah intelegensi dan kreativitas pasien perlu dipahami agar asuhan
keperawatan yang diberikan betul-betul dapat memuaskan pasien.

2.9 Cara memotivasi kreativitas


a. Menguasai teori Problem Solving
b. Memancing agar seseorang menjadi ingin tahu.
c. Introspeksi diri
d. Tanggung jawab.

2.10. Hubungan Intelegensi dan kreativitas


Intelegensi menyangkut pada cara berpikir konvergen (memusat) sedangkan kreativitas
berkenaan dengan cara berpikir divergen (menyebar). Penelitian Torranse 1965 mengungkapkan
bahwa anak yang kreativitasnya tinggi mempunyai taraf intelegensi (IQ) di bawah rata-rata IQ
teman sebayanya. Dalam konteks keberbakatan, ia menyatakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan
sebagai criteria tunggal untuk mengidentifikasi orang-orang berbakat.
Berbagai penelitian mengenai hubungan intelegensi dan kreativitas melaporkan hasil
berbeda-beda. Pada intinya,penelitian itu membuktikan bahwa sampai tertentu terdapat
hubungan antara intelegensi dan kreativitas. Namun, pada tingkat IQ diata 120, hampir tidak ada
hubungan antara keduanya. Artinya, orang yang IQ-nya tinggi, Mungkin kreativitasnya rendah
atau sebaliknya. Dengan demikian, kreativitas dan intelegensi merupakan dua domain kecakapan
manusia yang berbeda. Baik intelegensi maupun krearivitas, dijadikan kriterisa untuk
menentukan bakat seseorang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Inteligensi ini adalah persatuan (kumpulan yang di persatukan) daripada daya-daya jiwa
yang khusus. Jadi peranan Intelegensi atau kecerdasan setiap orang sangat mempengaruhi
kreativitas, bakat , dan prestasi belajarnya. Seseorang yang Tingkat intelegensinya (IQ) tinggi
belum tentu memiliki kreativitas, bakat, dan prestasi belajarnya tinggi pula karena setiap individu
memiliki motivasi yang berbeda. Tetapi individu yang memiliki IQ lebih tinggi akan lebih
mudah berkreativitas dan meraih prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan yang
memiliki IQ rendah. Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan. Kreativitas adalah istilah yang mengacu kepada bagaimana seseorang
berpikir kreatif. Kreativitas, disamping bermakna untuk pengembangan diri maupun
pembangunan masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu
kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi manusia. (Maslow,
1968 ).
faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain faktor bawaan, aktor minat dan
pembawaan yang khas, faktor pembentukan, faktor pematangan, Faktor kebebasan.Peranan
perawak dalam intelegensi, bakat dan kreativitas yaitu dengan memahami teori integelensi,
seorang perawat dapat introfeksi diri, sejauh man intelegensi kreatifitas yang dimiliki dirinya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang memiliki keunikan, intelegensi dan
kreativitas yang berbeda-beda, hendaknya masalah intelegensi dan kreativitas pasien perlu
dipahami agar asuhan keperawatan yang diberikan betul-betul dapat memuaskan pasien.
3.2 Saran
Penulis sangat berharap adanya berbagai kalangan terutama yang memiliki keahlian
dalam intelegensi dan kreativitas untuk memberikan saran dan kritik agar kiranya memperluas
pengetahuan kami. Apabila para pembaca masih kesulitan dalam memahami materi ini dapat
ditanyakan kepada ahlinya atau mencari referensi lain, karena penulis membuat makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo, Drs. M.Kes. 2004.”Psikologi untuk Keperawatan”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Saam Prof. Dr. Zulfan, M.S. dan Wahyuni Sri, M.Kep., Sp.Kep.J. 2012 “Psikologi Keperawatan”
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai