Anda di halaman 1dari 8

A.

Latar Belakang

Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang
yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat
dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Namun, tidak semua yang
dihasilkan dari berfikir adalah filsafat. Sehingga diperlukan ilmu dan kreativitas untuk
mencapai sebuah filsafat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Ilmu?
2. Apa yang dimaksud dengan Kreativitas?
3. Bagaimana peranan kreativitas dalam evolusi Ilmu?
C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami tentang definisi Filsafat Ilmu?
2. Mengerti tentang Kreativitas?
3. Mengetahui bagaimana peranan kreativitas dalam evolusi Ilmu?

D. Pengertian dan perkembangan filsafat ilmu.

Defenisi filsafat ilmu tidak terlepas dari kata filsafat dan ilmu filsafat adalah berfikir
secara mendalam tentang sesuatu tanpa melihat dogma dan agama dalam mencari kebenaran
sedang ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang(pengetahuan) yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu dibidang itu. Pengertian filsafat ilmu menurut para ahli :

1. Menurut Berry Filsafat Ilmu adalah penelaahan tentang logika intern dan teori –
teori ilmiah dan hubungan – hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang
metode ilmiah. Bagi Berry, filsafat ilmu adalah ilmu yang di pakai untuk menelaah
tentang logika, teori – teori ilmiah serta upaya pelaksanaannya untuk menghasilkan suatu
metode atau teori ilmiah.
2. Robert Ackermann filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat –
pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat – pendapat lampau
yang telah dibuktikan atau dalam rangka ukuran – ukuran yang dikembangkan dari

1
pendapat – pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang
ilmu yang bebas dari praktik ilmiah senyatanya.
3. Menurut Beerling, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri – ciri mengenai
pengetahuan ilmiah dan cara – cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Filsafat
ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi yang secara umum
menyelidiki syarat – syarat serta bentuk bentuk pengalamn manusia juga mengenai
logika dan metodologi.

Perkembangan ilmu pengetahuan tidak pernah terlepas dari sejarah peradaban


manusia. Ia selalu terkait satu sama lainnya. Tidak terkecuali sejarah filsafat ilmu. Filsafat itu
sendiri telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu di mana akal manusia masih dihadapkan
pada ruang dinamika pemikiran yang sederhana dan permasalahan yang tidak begitu komplek
seperti saat ini. Latar belakang perkembangan ilmu dimulai sejak zaman purba.

Zaman purba pra sejarah (20.000-10.000 SM) sudah mulai terjadi proses belajar. Hal
ini ditandai dengan pemanfaatan batu sebagai alat perkakas yang digunakan pada waktu itu.
Melalui proses belajar berangsur-angsur terjadi pemanfaatan dari batu empuk menjadi keras,
batu yang dipungut begitu saja menjadi batu yang sengaja untuk dibentuk, menemukan
kekuatan alam api dan air, membuat gambar-gambar binatang di gua-gua, dan menguburkan
sesamanya yang meninggal. Kemudian pada zaman sejarah (15.000-600 SM) proses belajar
ditandai dari pengembangan kemampuan membaca, menulis dan berhitung meskipun masih
sangat sederhana.

Sejarah ilmu pengetahuan mencatat bahwa perkembangan awal yang signifikan dalam
ilmu pengetahuan dimulai sejak zaman Yunani Kuno (kurang lebih 600 SM – 200 M). Di
mana periode ini ditandai oleh pergeseran gugusan pemikiran (paradigma shift) dari hal-hal
yang berbau mistis ke yang logis. Dari kepercayaan mistis yang irrasional terhadap fenomena
alam menuju ke arah penjelasan logis yang berdasar pada rasio. Zaman ini dinamakan zaman
mulainya penalaran yang selalu menyelidiki, ditandai dengan munculnya ahli filsafat seperti
Aristoteles, Socrates, Thales, Archimedes, dan Aristharcus, bahwa menyelidiki dan
menjelaskan secara rasional yang digerakkan oleh motivasi estetis dengan tujuan memberikan
kepuasan batin kepada orang yang bersangkutan saja.

Abad pertengahan (500 M- 1500 M) berkembangnya ilmu pengetahuan pada Timur


Tengah dengan menterjemah karya-karya orang Yunani ke Bahasa Arab. Tokoh-tokohnya
seperti Al-Khawarizm → Aljabar, Omar Khayan → penyair, Ibnu Rusyd → kedokteran, dan

2
Al Idrisi → Astronomi. Kemudian pada tahun 1300 M dipelajari oleh bangsa-bangsa Eropa.
Pada abad ini perkembangan kebudayaan juga terjadi di Asia Selatan dan Timur, seperti
Ajaran Lao Tse (menjaga keharmonisan dengan alam) dan Confucius (konsep kode etik luhur
mangatur akal sehat). Di Indonesia perkembangan dapat dilihat dari munculnya kerajaan-
kerajaan, pengairan persawahan, kesenian, meramal dan nelayan.

Zaman modern ditandai munculnya ahli-ahli filsafat dan ilmuwan. Ahli filsafat
tersebut, seperti Copernicus, Galileo, Keppler, Francis Bacon, dan Rene Descartes,
sedangkan ilmuwan diantaranya Newton (tori gravitasi, perhitungan kalkulus dan Optika) dan
Wilhelm Konrad Rontgen (Sinar X). Zaman ini dipengaruhi oleh terjadinya perang salib,
jatuhnya konstantinopel ke tangan Turki dan hubungan kerajaan Arab di Jazirah Spanyol dan
Prancis.

E. Kreativitas
1. Konsep dasar dan fungsi

Kalau filsafat ilmu abad ke-19 difokuskan pada upaya untuk menemukan penjelasan
yang radikal tentang apa, bagaimana, dan untuk apa gejala alam itu, maka seperti sudah
dikemukakan di muka, filsafat abad ke-20 memperlihatkan kecenderungan menggeser
landasan dan objek telaahnya. Filsafat ilmu abad ke-20 bersumber pada manusia sendiri dan
menjadi filsafat ilmu kehidupan Artinya, ilmu bukan lagi merupakan hasil jadi usaha
manusia semata-mata berdasarkan pengalaman(empiri) yang di perolehnya melalui
pengamatan inderanya dan penelitian percobaannya serta pembuktiannya, melainkan
manusia itu sendiri makhluk yang istimewa dalam telaahnya karena karunia yang istimewa
yang dimilikinya yaitu kemampuan berimajinasi

Kemampuan ini merupakan anugerah alam dan anugerah Tuhan(a gift of nature and a gift of
God) yang sekaligus menuntut manusia untuk berkecipung dengan filsafat ilmu dengan yang
mencari kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu, filsafat ilmu abad ke-20 tidak lagi
mengutakan penalaran semata, tetapi bertujuan untuk juga meningkatkan membuka tabir
alam yang tersedia dalam mendalami alam melalui suatu dimensi yang disebut dimensi
kreatif.

Konsep terbaru dari kreativitas yang menonjol dalam filsafat abad ke-20 didasarkan atas
fungsi dasar berpikir, merasa, penginderaan cipta talen, dan intuisi. Kreativitas melibatkan
sintesis dari semua fungsi ini bahkan lebih dari itu karena ada percikan dari dimensi lain.

3
Kreativitas terdiri dari empat fungsi dasar yang integraktif, yaitu:
1. berpikir rasional,
2. perkembangan emosional,
3. perkembangan bakat khusus, dan
4. tingkat tinggi kesadaran yang menghasilkan imajinasi, fantasi, pendobrakan pada
kondisi ambang kesadaran atau ketaksadaran

Gowan (1981),Ketika menjelaskan proses kreatif dalam perkembangan ilmu, menyorotinya


dari fungsi secara total proses kreativitas dari fungsi otak manusia.semua sistem otak manusia
terlibat pada tingkat tinggi,pada saat terjadi kreativitas

T. Teyler (1977) dalam clark (1983) menyebutkan bahwa pembentukan otak terjadi dari
interaksi antara pola (blue print) genetik dan pengaruh lingkungan.

Ada empat kesimpulan yang dapat diambil dari pernyataan para fisur dan ilmuwan

1.bahwa daya kreatif tumbuh dari dalam diri seseorang dan merupak pengalaman
yang paling mendalam dan unik bagi seseorang
2.bahwa untuk diperlukan suatu suasana yang kondusif yang menggambarkan
kemungkinan tumbuhnya daya tersebut
kreativitas memiliki dimensi intuitif sangat berpengaruh terhadap timbulnya proses
kreatif serta melibatkan fungsi rasio, rasa dan keterampilan.
Bahwa kreativitas memiliki perspektif proses dan produk serta tahap, tingkat , dan
urutan tertentu
2. Tahap dalam Proses Kreatif

Graham Wallas tahun 1926 dalam bukunya “The Art of Thought” (Piirto, 1992)
menjelaskan tentang tahap-tahap dalam proses kreativitas berlangsung sebagai berikut :

Tahap I ; Persiapan (preparation)

seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir,


mencari jawaban, bertanya kepada orang lain, dan sebagainya.

Tahap II ; Inkubasi (incubation)

kegiatan mencari dan menghimpun data/informasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi


adalah tahap di mana individu seakan – akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah

4
tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi
“mengeramnya” dalam alam pra – sadar.

Tahap III ; Iluminasi (Ilumination)

Tahap ilumunasi adalah tahap timbulnya “insight” atau “Aha – Erlebnis”, saat
timbulnya inspirasi atau gangguan baru, beserta proses – proses psikologi yang mengawali
dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru.

Tahap IV ; Verifikasi (Verification)

Tahap verifikasi atau evaluasi adalah tahap di mana ide atau kreasi baru tersebut
harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Dengan
perkataan lain, proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi
(pemikiran kritis). Perbaikan dan perwujudan hasil dan tanggung jawab terhadap hasil
menjadi tahap terakhir dalam proses ini. Diseminasi dari perwujudan karya kreatif untuk
diteruskan kepada masyarakat yang lebih luas terjadi setelah perbaikan dan penyempurnaan
terhadap karyanya itu berlangsung.

3. Proses Kreatif

Dalam menjelaskan proses berfikir, Arthur koestler dalam bulkunya the art of
creativity mengajukan teori berfikir bisosiotif sebagai cara merlukiskan proses kreativitas.
Cara berfikir bisosiotif adalah jenis berfikir kreatif divergen dan imaginative yang dibedakan
dari berfikir konvergen, logis, analistis, sebagaimana tugas dan fungsi masing-masing
belahan otak kanan dan kiri ,telah di lukiskannya sebagai proses bepikir yang bisosistif.

Kalau bagi berpikir analitis berlaku peraturan yang memungkinkan suatu pendekatan
logis, vertikal, yang menuju kepada satu jawaban tunggal atau dapat diramalkan
sebelumnya(terutama merupakan ciri fungsi dan tugas bela yang memp han otak kiri), maka
berpikir holistik, imaginatif merupakan proses berpikir kreatif ertimbangkan berbagai
kemungkinan terutama merupakan ciri, tugas dan fungsi belahan otak kanan Koestler
menganggap bahwa dalam proses berpikir kreatif, pikiran dalam mencari jawaban terhadap
suatu persoalan pada suatu bidang mengembara la sepanjang permukaan bidang itu.
Pencarian dan pengembaraan berlang sung terus tanpa banyak hasil sampai ditemukan bidang
yang lain. Pikiran meloncat atau melakukan bisosiasi ke dalam bidang baru dan menemukan
jawaban terhadap persoalan. Dua bidang itu saling berpisah dan pada per- mukaannya tidak

5
berhubungan sama sekali. Akan tetapi, setelah terjadi loncatan melintasi bidang, terlihat
jawaban yang original unik terhadap persoalan tersebut.

Menurut Gowan kemampuan berpikir lintas bidang ini terletak pada tingkat berpikir
di atas tingkat berpikir abstrak konvergen sebagaimana il(pro dilukiskan oleh Piaget yang
merupakan ciri utama dari kemungkinan perkembangan berpikir usia 17 tahun ke atas

4. Tingkat Kreativitas

Proses kreativitas dengan 4 tahap sebagaimana dilukiskan graham Wallas di atas


menurut gowan dan Treffinger memiliki tiga tinggkatan yakni:

1. Tingkat 1: Tinggkat Krativitas

Ditandai dengan ciri-ciri timbulnya pemikiran divergen dan baru secara intuitif atau
pikiran baru yang berkembangkan dalam masyarakat.

2. Tingkat 2: Tingkat Psikodeletik

Tingkat psikodeletik atau perluasan pikiran dan perasaan (expansion of mind and
emotion) ditandai dengan pengembangan kesadaran untuk menjakau pandangan diluar
pandangan atau kebiasaan sendiri, penerimaan dan penghormatan atas ide dan respon berbeda
sebagai sesuatu yang original.

3. Tingkat 3: Tingkat iluminatif

Pada tingkat ini telah ada perkembangan produk (product development) ciri utama
dari product developmentini adalah teresapinya empat tahap.gkat Iluminatif

5. Urutan, Produk & Landasan Perkembangan Kreativitas

Perkembangan kreativitas dapat di ibaratkan lingkaran eskalarasi yang memiliki ciri


yang terdiri lima aspek yakni:

1. Succession (urutan)Jejang perkembangan terjadi secara teratur dan hirarkis yakni


jenjang perkembangan yang terjadi menurut urutan istilah ini menunjukan bahwa
jenjang yang satu mendahului jenjang berikutnya
2. Discontinuity (diskontinuitas)

6
Perkembangan terjadi sejajar urutan.
3. Emergensi (kemenonjolan)
Pada setiap jenjang muncul kerakterlistrik yang menonjol yang tidak nampak pada
jenjang sebelumnya.
4. Differentiation (diferensiasi)
Istilah ini menunjukan pada pengertiaan ‘spesifikasi‘atau fokus pada sesuatu seperti
cahaya yang difokuskan pada optik atau benda tertentu.
5. Integration (intergrasi)
Istilah ini menunjukan pada sistem seluruh jenjang.

6. product development yang menghasilkan penemuan ilmu.

Product development adalah suatu realisasi dari dorongan untuk berkembang dan
tumbuh ( the drive to develop and togrow ) sehingga menjadikan kemampuan tersebut suatu
kenyataan atau ( realization ) dalam memasuki pengalaman yang menggunakan kemampuan
berpikir, merasa, dan berbuat sesuatu bersama orang lain ( sharing with others ) untuk meraih
cita-cita tertentu.

Focus perhatian manusia dalam perkembangannya selalu terbagi tiga, yaitu :“aku terhadap
diriku sendiri “

Aku dengan orang paling signifikan bagiku” atau oleh buber dalam hubungan “ aku – kamu “
( ich – du ).

“aku dengan dunia “ yang biasa disebut oleh buber “ aku _ dia “ ( ich – es “ ) adalah suatu
hubungan yang ditandai oleh hubungan yang bersifat perkara, atau menurut Sartre bersifat
menguasai dan memiliki.

Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa tingkah laku kreatif bukan tingkah laku yang
random, tak bertujuan atau tak terkontrol. Kreatifitas, meskipun memperlihatkan unsur
divergen dalam perwujudannya, pada hakikatnya merupakan suatu keseimbangan. Setiap
penemuan yang mengandung unsur divergensi menuntut suatu keseimbangan kembali dalam
penanjakannya, sebab ia tumbuh dari suatu konvergensi, ia merupakan suatu mit – saint atau
je suis avec…, “ aku bersama.. orang yang signifikan bagi diriku

7. Peranan kreativitas dalam evolusi ilmu.

7
Antara istilah “ evolusi “ dan “ revolusi “ terdapat lebih banyak persamaan dari pada
perbedaan, dalam arti bahwa kedua istilah itu menunjuk kepada suatu perubahan dan
perkembangan. Perbedaannya terletak pada hal bahwa revolusi menunjuk kepada perubahan
yang lebih dinamis, lebih drastic, dan lebih cepat, namun keduanya ditandai oleh introduksi
oleh perangkat konsep baru yang sebelumnya tidak ada, yang tidakSelalu merupakan suatu
hasil yang tumbuh dari suatu krisis atau konflik.

Ilmu tidak semata – mata disusun secara logis rasional ataupun hanya bersifat empiris
maupun rasionalistis kritis, ataupun dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan manusiawi
dengan seluruh aspek pembangunan masyarakat spiritual maupun material maupun dalam
kaitan dengan konteks ilmu itu sendiri. Oleh karena itu juga, konsep keilmuan selalu
melibatkan berbagai pertimbangan etis yang dilandasi dinamika ilmu itu sendiri dalam
pembangunan spiritual dan material kelompok manusia atau bangsa

F. Kesimpulan

Dimensi kreatif dalam filsafat ilmu menekankan pada pemahaman terhadap filsafat yang
melandasi perkembangan ilmu. Bukan saja memberikan pemahaman tentang
keterwujudannya dalam ilmu, teknologi dan seni, melainkan juga menciptakan kemungkinan
untuk mengatasi berbagai masalah masa depan yang ada pada hari ini belum dapat
diantisipasi.

Anda mungkin juga menyukai