Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Disusun oleh:

1. Prio Darmanto 1918448

POLITEKNIK AKA BOGOR

TAHUN AJARAN 2020/2021

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul Pancasila
sebagai Sistem Filsafat. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, Kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen Pancasila kami Bapak Syarkini yang telah membimbing kami
dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Bogor, 26 Juni 2020

Pen
ulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

1.1 Dasar Teori...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................3

1.3 Tujuan...........................................................................................3

1.4 Manfaat.........................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................5

2.1 Pengertian Filsafat........................................................................5

2.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.................................................6

2.2.1 Obyek Filsafat.......................................................................8

2.3 Aliran-aliran Filsafat.....................................................................10

2.4 Karakteristik Filsafat Pancasila....................................................11

2.5 Fungsi Filsafat Pancasila..............................................................12

2.6 Bukti Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.......................................12

BAB III PEMBAHASAN.........................................................................16

3.1 Studi Kasus...................................................................................16

3.2 Tanya Jawab dan Diskusi.............................................................17

BAB IV PENUTUP...................................................................................21

4.1 Kesimpulan...................................................................................21

4.2 Saran.............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

Sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila kembali


diuji ketahanannya dalam era reformasi sekarang. Merekahnya matahari
bulan Juni 1945, 67 tahun yang lalu disambut dengan lahirnya sebuah
peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya
Pancasila.

Sebagai filsafat negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya.


Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata
merupakan pedoman bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa
selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan,
juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, serta
menjadi dasar sekaligus filsafat negara Republik Indonesia.

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia.


Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama
dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan
Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua,
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Secara etimologi dalam bahasa Sansekerta (Bahasa Brahmana India),
Pancasila berasal dari kata ‘Panca’ dan ‘Sila’. Panca artinya lima, sila atau
syila yang berarti batu sendi atau dasar. Kata sila bisa juga berasal dari kata
susila, yang berarti tingkah laku yang baik. Jadi secara kebahasaan dapat
disimpulkan bahwa Pancasila dapat berarti lima batu sendi atau dasar. Atau
dapat juga berarti lima tingka laku yang baik.

4
Secara terminologi, Pancasila digunakan oleh Bung Karno sejak sidang
BPUPKI pada 1 Juni 1945 untuk memberi nama pada lima prinsip dasar
negara.1 Eksistensi Pancasila tidak dapat dipisahkan dari situasi menjelang
lahirnya negara Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Setelah
mengalami pergulatan pemikiran, para pendiri bangsa ini akhirnya sepakat
dengan lima pasal yang kemudian dijadikan sebagai landasan hidup dalam
berbangsa dan bernegara.
Menurut Mr. Mohammad. Yamin sebagaimana yang disampaikan dalam
sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, isinya sebagai berikut: (1) Prikebangsaan
(2)Prikemanusiaan (3) Priketuhanan (4) Prikerakyatan (5) Kesejahteraan
rakyat.
Sedangkan menurut Soekarno yang disampaikan pada 1 Juni 1945 di
depan sidang BPUPKI, Pancasila memuat hal sebagai berikut: (1)
Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia (2) Internasionalisme atau
prikemanusiaan (3) Mufakat atau demokrasi (4) Kesejahteraan sosial dan (5)
Ketuhanan yang berkebudayaan. Pancasila dalam piagam Jakarta yang
disahkan pada 22 Juni 1945 adalah sebagai berikut: (1) Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya, (2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan piagam Jakarta tersebut kemudian mengalami perubahan, dan


perubahan ini yang kemudian dianggap sah secara konstitusional
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu: (1) Ketuhanan
yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab (3) Persatuan
Indonesia (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.2
Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup
faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang
positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk

5
memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu
terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan
pandangan hidup bangsa Indonesia, selain itu, ideologi kediktatoran juga
ditolak, karena bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
berprikemanusiaan dan berusaha untuk berbudi luhur.

Dengan demikian bahwa filsafat Pancasila sebagai dasar filsafat negara


Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah
berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat


disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah sebenarnya filsafat Pancasila tersebut, dan bagaimana pancasila


tersebut muncul sebagai ideologi bangsa Indonesia?

2. Apakah fungsi dari filsafat Pancasila tersebut bagi bangsa dan Negara
Indonesia?

3. Apakah yang menjadi bukti bahwa ideologi Pancasila menjadi dasar dari
filsafat Negara Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:


1. Sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa mengenai peranan ideologi
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia.

2. Sebagai kajian untuk mengetahui fungsi dan peranan ideologi Pancasila


dalam kehidupan bangsa Indonesia.

6
3. Sebagai sarana untuk memahami ideologi pancasila sebagai ideologi
Negara Indonesia.

1.4 Manfaat

Manfaat teoristis dari penyusunan makalah ini antara lain, yaitu:


1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang
ideologi Pancasila.

2. Memberikan penjelasan mengenai terbentuknya ideology


Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia.

3. Memberikan penjelasan tentang fungsi daripada ideologi Pancasila


terebut bagi bangsa Indonesia.

4. Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini antara lain, yaitu:

5. Menjelaskan secara singkat kepada masyarakat mengenai


ideologi Pancasila.

6. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai fungsi dan peranan


ideologi Pancasila

7. Menjelaskan bagaimana munculnya ideologi pancasila sebagai ideology


Negara Indonesia

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Filsafat

Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya


“philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara
lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata philosophia tersebut
berasal dari kata “philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan
pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa
juga berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti
cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari
filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup
yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi
peradaban manusia. Sesungguhnya nilai ajaran filsafat telah berkembang,
terutama di wilayah Timur Tengah sejak sekitar 6000 – 600 SM; juga di
Mesir dan sekitar sungai Tigris dan Eufrat sekitar 5000 – 1000 sM; daerah
Palestina/Israel sebagai doktrine Yahudi sekitar 4000 – 1000 SM
(Radhakrishnan, et al. 1953: 11; Avey 1961: 3-7). Juga di India sekitar 3000
– 1000 SM, sebagaimana juga di Cina sekitar 3000 – 500 SM.

Nilai filsafat berwujud kebenaran sedalam-dalamnya, bersifat


fundamental, universal dan hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup oleh
pemikir dan penganutnya. Pada umunya terdapat dua pengertian filsafat,
yaitu filsafat dalam arti proses, dan filsfat dalam arti produk atau hasil.
Pancasila dapat di golongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat
pancasila sebagai pandangan hidup maupun filsafat pancasila dalam arti
praktis. Oleh karena itu, berarti pancasila memiliki fungsi dan peranan
sebagai pedoman dan pegangan dalam bersikap, bertingkah laku, dan
perbuatan dalam kehidupan sehari hari dalam kehidupan bermasyarakat
maupun bernegara di manapun mereka berada.

8
Pancasila merupakan salah satu filsafat yang merupakan hasil dari
pencerminan nilai nilai luhur dan budaya bangsa indonesia yang terkandung
5 isi di dalamnya, yaitu satu, ketuhanan yang maha esa, dua, kemanusiaan
yang adil dan beradab, tiga, persatuan indonesia, keempat, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebikjasanaan dan permusayawaratan, perwakilan,
kelima, keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.

Secara historis pancasila muncul pada tanggal 01 Juni 1945 yang pada saat
itu presiden Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai rumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara. Kemudian, Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan, keesokan harinya 18 Agustus 1945
disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana didalamnya
terdapat rumusan lima Prinsip sebagai Dasar Negara yang kemudian dikenal
dengan nama Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila menjadi Bahasa
Indonesia yang umum. Jadi walaupun pada Alinea 4 Pembukaan UUD 45
tidak termuat istilah Pancasila namun yang dimaksud dasar Negara RI adalah
disebut istilah Pancasila hal ini didasarkan pada interprestasi (penjabaran)
historis terutama dalam rangka pembentukan Rumusan Dasar Negara.

2.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Secara etimologi istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani yaitu


philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu “philo”, “philos”, “alphilein”
artinya “cinta” dan “shopos” atau “shophia” artinya “hikmah” atau
“kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution, 1973. Dengan sedikit perubahan).
Jadi kata filsafat berarti cinta kebenaran atau cinta kebijaksanaan atau
kebijaksanaan yang hakiki.  

Karena luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak


mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara
berbeda-beda. Definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di
bawah ini:

9
1. Plato (427SM – 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur
murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM – 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya
terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala
benda).
3. IBNUSINA Pembagian filsafat bagi Ibnu sina pada pokoknya tidak
berbeda dengan pembagian yang sebelumnya, filsafat teori dan
filsafat amalan. Filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina adalah:
(1)Ilmu tentang turunnya wahyu dan mahluk-mahluk rohani yang
membawa wahyu itu, dengan demikian pula bagaimana cara wahyu
itu disampaikan, dati sesuatu yang bersifat rohani kepada sesuatu
yang dapat dilihat dan didengar;
(2) Ilmu akherat (Ma’ad) antara lain memperkenalkan kepada kita
bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya
yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.

Selain itu, terdapat pengertian lain yaitu filsafat sebagai ilmu dan
filsafat sebagai pandangan hidup, serta filsafat dalam arti teoritis dan filsafat
dalam arti praktis.

Istilah “filsafat” dapat ditinjau dari dua segi, yakni:

Segi Semantik :Perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab


‘falsafah’, yang berasal dari bahasa Yunani, ‘philosophia’, yang berarti
‘philos’ = cinta, suka (loving), dan ‘sophia’ = pengetahuan, hikmah
(wisdom). Jadi ‘philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta
kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi
bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut ‘philosopher’,
dalam bahasa Arabnya ‘failasuf”. Pecinta pengetahuan ialah orang yang

10
menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain,
mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

Segi Praktis :Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti


‘alam pikiran’ atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak
semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa
“setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua
manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab
tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang
memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.

Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti
proses dan filsafat dalam arti produk.

Filsafat dalam arti proses


Fisafat di artikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses
pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode
tertentu yang sesuai objeknya.
Filsafat dalam arti produk

Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia. Sehingga


manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang
bersumber dari akal manusia, dan sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep,
dan pemikiran dari para filsuf misalnya rasionalisme, materialisme,
pragmatisme.

2.2.1 Obyek Filsafat

Filsafat merupakan kegiatan yang tinggi dan murni (tidak terikat


langsung dengan suatu obyek) yang mendalam dan daya pikir subyek
manusia dalam memahami segala sesuatu untuk mencari kebenaran. Ajaran
filsafat merupakan ajaran pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang
kesemestaan secara mendasar (fundamental dan hakiki). Manusia memiliki
potensi dan fungsi kepribadian untuk berpikir aktif dalam mencari kebenaran.

11
Filsafat sebagai pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau
system nilai, baik sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa
dan Negara maupun berwujud pandangan hidup atau filsafat hidup.

Yang demikian itu sudah menjadi tata nilai yang melembaga sebagai
suatu paham (isme) dalam mempengaruhi kehidupan modern. Misalnya
komunisme, fasisme, dll.

Filsafat yang merupakan kegiatan olah piker manusia memiliki obyek


yang tidak terbatas yang menurut isi atau sustansinya dapat dibedakan
menjadi berikut:

Obyek Material Filsafat : Obyek pembahasan filsafat yang mencakup


keseluruhan baik yang bersifat material
kongkrit seperti alam, manusia, benda, hewan,
dll, maupun yang bersifat abstrak spiritual
seperti, nilai-nilai, ide, ideology, moral,
pandangan hidup, dll.
Obyek Formil Filsafat : Cara pandang filsuf terhadap obyek material
tersebut.

Suatu obyek material dapat ditinjau dalam berbagai sudut pandang


berbeda. Oleh sebab itu, terdapat banyak sudut pandang filsafat yang
merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-cabang filsafat tsb adalah

Metafisika :Membahas hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis, yang


meliputi bidang-bidang ontology (membicarakan teori sifat dasar dan ragam
kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai proses
kenyataan) dan anthropologi.
Epistemologi:Membahas persoalan hakikat pengetahuan.
Metodologi: Membahas persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
Logika: Membahas persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus dan dalil-
dalil berfikir yang benar.
Etika: Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
Estetika: Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.

12
2.3 Aliran-aliran Filsafat
1. Materialisme

Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa


dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah
satu. Pada abad pertama masehi faham ini tidak mendapat tanggapan yang
serius, dan pada abad pertengahan orang masih menganggap asing terhadap
faham ini. Baru pada zaman Aufklarung (pencerahan), materialisme
mendapat tanggapan yang serius, dan pada abad pertengahan orang masih
menganggap asing terhadap faham ini. Baru pada zaman Aufklarung
(pencerahan), materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting
di Eropa Barat. Pada abad ke-19 pertengahan, aliran ini tumbuh subur di
Barat disebabkan, dengan faham ini, orang-orang merasa mempunyai
harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam.

2. Dualisme
Dualisme adalah ajaran atau faham yang memandang alam ini terdiri atas
dua macam hakikat yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani. Kedua macam
hakikat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama asasi dan abadi.
Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam.
Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini
adalah terdapat dalan diri manusia.

3. Empirisme

Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber


pengetahuan. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman dengan cara observasi/pengindraan. Pengalaman merupkan
faktor fundamental dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari
pengetahuan manusia.2

13
Empirisme berasal dari kata Yunani “empiris” yang berarti pengalaman
indriawi. Karena itu, empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman batiniah
yang menyangkut pribadi manusia. Pada dasarnya aliran ini sangat
bertentangan dengan rasionalisme.
4. Rasionalisme

Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasar rasio, ide-ide yang
masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman
rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke-XVII sampai akhir abad
ke-XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah
penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan
kebenaran. Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia,
melihat tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan
yang pesat dari ilmu-ilmu alam.

2.4 Karakteristik Filsafat Pancasila

1. Hierarkhis Piramidal,
artinya saling menjiwai antar sila (sila yang satu menjiwai sila yang
lainnya, demikian pula sebaliknya).
Contoh : Sila ke 1 menjiwai sila 2-5

Sila ke 2 menjiwai sila ke 3-5 dan dijiwai sila ke 1

Sila ke 3 menjiwai sila ke 4-5 dan dijiwai sila ke 1-2

Sila ke 4 menjiwai sila ke 5 dan dijiwai sila ke 1-3

Sila ke 5 dijiwai sila ke1-4

Jadi, dalam kehidupan sehari-hari pengamalan Pancasila harus


dilaksanakan secara satu kesatuan yang bulat dan utuh (totalitas), tidak
boleh dilaksanakan secara terpisah-pisah.

2. Monotheis Religius,

14
artinya Negara berdasarkan atas keTuhanan YME. Kehidupan
beragama di Indonesia merupakan bagian dari “urusan” pemerintah, yang
harus diwujudkan serta dijaga harmonisasinya dalam masyarakat
Indonesia yang bersifat majemuk (beraneka ragam) ini.
3. Monodualis dan Monopluralis
Monodualis, erat kaitannya dengan hakekat manusia sebagai makhluk
dwi tunggal artinya manusia sebagai makhluk individu sekaligus
sebagai makhluk sosial.

Monopluralis, dimana “mono” (=satu) diartikan sebagai bangsa Indonesia


sedangkan “pluralis” diartikan sebagai sifat masyarakat Indonesia
yang majemuk (beranekaragam) dalam hal agama, suku bangsa, bahasa
daerah, adat istiadat dan kebudayaan. Agar terjadi harmonisasi dalam
segala aspek kehidupan, maka konsep persatuan dan kesatuan harus
senantiasa didiutamakan.

2.5 Fungsi Filsafat Pancasila


Memberi jawaban atas pertanyaan yang bersifat
fundamental/mendasar dalam kehidupan bernegara, Misalnya : susunan
politik, sistem politik, bentuk negara, susunan perekonomian dan dasar-dasar
pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini harus dapat dikembangkan oleh
filsafat.
Mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, ide,
negara atau tujuan negara. (Kelima sila pancasila merupakan kesatuan yang
utuh, tidak terpisahkan)
Berusaha menempatkan dan menjadi bernegara. (sehingga fungsi
filsafat akan terlihat jelas jika negara tersebut sudah terbentuk keteraturan
kehidupan bernegara).

2.6 Bukti Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh, sistem lazimnya
memiliki ciri-ciri suatu kesatuan bagian-bagian, bagian-bagian tersebut
mempunyai fungsi sendiri-sendiri, saling berhubungan dan ketergantungan,

15
keseluruhannya dimaksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan
sistem), dan terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pancasila
menjadi landasan dan falsafah dasar negara telah membuktikan dirinya
sebagai wadah yang dapat menyatukan bangsa. Dengan Pancasila bangsa
Indonesia diikat oleh kesadaran sebagai satu bangsa dan satu negara.
Pancasila memberikan ciri khas dalam kehidupan bangsa dan negara
Indonesia.

1.    Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila Bersifat Organis.  


Secara filosofis inti dan isi sila-sila Pancasila bersumber pada hakikat
dasar ontologis manusia yaitu sebagai monopluralis yang memiliki unsur-
unsur susunan kodrat yaitu jasmani dan rohani, sifat kodrat sebagai mahluk
individu sosial serta memiliki kedudukan kodrat sebagai pribadi yang berdiri
sendiri dan sebagai mahluk ciptaan Tuhan YME. Hal ini terjadi karena
manusia (Rakyat Indonesia) sebagai pendukung utama inti dari isi
pancasila.Unsur hakikat manusia merupakan kesatuan yang bersifat organis
dan harmonis.
Sila-sila Pancasila merupakan  penjelasan dari hakikat manusia monopluralis
yang merupakan kesatuan organis maka memiliki kesatuan yang organis
pula.
2.    Susunan sila-sila Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan  berbentuk
Piramidal.
Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierarkis sila-sila Pancasila merupakan rangkaian tingkat dalam
urutan luas (kuantitas) dan juga dalam isi sifatnya (kualitas). Sedangkan
makna hierarkhis adalah susunan pancasila sudah dikemas sedemikian rupa
sehingga urutannya tidak akan berubah.Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat dan memenuhi sebagian sistem filsafat.
Kesatuan sila-sila pancasila memiliki susunan hierarkhis piramidal maka
sila Ketuhanan yang Maha Esa adalah ketuhan yang berkemanusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan serta berkeadilan sosial sehingga di dalam setiap
sila senantiasa terkandung sila-sila lainnya.

16
Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal :
o      Sila pertama  : Meliputi dan menjiwai sila-sila kedua,
ketiga, keempat dan kelima.
o      Sila kedua  : Diliputi dan dijiwai sila pertama, meliputi
dan menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima. 
o      Sila ketiga  : Diliputi dan dijiwai sila pertama dan
kedua, meliputi dan menjiwai sila keempat dan kelima. 
o      Sila  keempat  : Diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua
dan ketiga, meliputi dan menjiwai sila kelima.
o      Sila kelima  : Diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua,
ketiga, dan keempat.

3. Susunan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling


mengkualifikasi.
Hakikatnya sila-sila Pancasila tidak berdiri sendiri, akan tetapi pada
setiap sila terkandung keempat sila lainya. Dengan kata lain setiap sila
senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.
Rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
mengkualifikasi :
 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil
dan beradab, berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah ber-Ketuhanan yang
Maha Esa,berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila Persatuan Indonesia, adalah  ber-Ketuhanan yang Maha
Esa,berkemanusiaan yang adil dan beradab,berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

17
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
 Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah ber-
Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berperisatuan Indonesia dan berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Ini merupakan bukti bahwa sila-sila Pancasila merupakan kesatuan atau
sebagai Sistem Filsafat.

18
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus

SEORANG PETANI BUNUH ISTRI YANG TUNTUT HIDUP


MEWAH

Sumber : https://regional.kompas.com/read/2018/11/30/19373921/seorang-petani-bunuh-
istrinya-yang-menuntut-hidup-mewah
DR (38) pria asal Dukuh Tugusari, Desa Bonorowo, Kebumen, Jawa
Tengah bersujud di kaki ayahnya karena menyesal telah membunuh istrinya
sendiri, Kamis (29/11/2018).
Kronologi bermula saat tersangka memasuki rumah sepulang dari kegiatan
ronda malam. Selanjutnya, tersangka berbaring di samping istrinya di depan
televisi, namun posisinya saling membelakangi karena sedang tidak harmonis.
“Saat berbaring tersangka merasa tersinggung karena istrinya (korban)
berkali-kali meludah ke tembok. Tersangka menegur korban karena dianggap
tidak sopan,” ujar Aji. Selanjutnya tersangka keluar untuk buang air besar.
Namun setelah kembali dari kamar kecil, tersangka justru memasuki gudang

19
dan mengambil sebilah sabit yang biasa digunakan untuk merumput. “Setelah
menemukan sabit, tersangka menghampiri istrinya yang masih tiduran dan
menyabetkannya ke tubuh sang istri,” jelasnya. Pada posisi ini, sang istri tak
berdaya. Sementara sang suami yang kalap semakin menjadi. Dia menganiaya
Eni hingga tewas di tempat. Mengetahui korban sudah tak bergerak, tersangka
lalu kembali pergi ke gudang dan menemukan obat pembasmi serangga Lenit.
Tersangka pun berusaha mengakhiri hidupnya dengan menenggak obat
serangga itu. Namun upayanya untuk bunuh diri gagal setelah tim dokter dari
RSUD Prembun berhasil mengatasi keracunannya tersebut. Untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya, polisi menjerat tersangka dengan
Pasal 338 KUHP subs Pasal 44 ayat (3) UU RI No. 23 Th 2004 tentang KDRT
ancaman 15 tahun penjara.

3.2 Tanya Jawab dan Diskusi

1. Wapiq R. Z. (6)
Pertanyaan:
Hubungan filsafat dengan studi kasus itu apa?

Jawaban:
Menyimpang dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dimana
dijelaskan bahwa Negara Indonesia adalah rakyak yang beragama.
membunuh sama dengan megambil nyawa seserorang dengan sengaja maupu
tidak, dalam kasus ini seorang pembunuh telah melanggara nilai-nilai agama.
Agama manapun tidak memperbolehkan umatnya melakukan pembunuhan.
Manusia diciptakan Tuhan saling menjaga, mengasihi daan saling
menyayangi satu sama lain. Setiap agama tentunya mengajarkan nilai-nilai
kebaikan. Juga melanggar sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab dimana dalam sila kedua ini menjelaskan bahwa sebagai rakyat
Indonesia sebaiknya memperlakukan setiap manusia secara adil dan beradab
dengan cara saling mengasihi sesama manusia, mengembangkan sikap rasa
toleransi, tidak semena-mena terhadap orang lain dan menjujung tinggi nilai
kemanusiaan. Dari sila kedua ini juga menjelaskan kita sebagai manusia

20
seharusnya saling mengasihi sesama manusia dan memperlakukan manusia
sewajarnya.

2. Zohan Lesmana (3)


Pertanyaan:
Apa implementasi Pancasila sebagai Filsafat untuk tiap silanya?

Jawaban:
Sila pertama: wajib memeluk agama sesuai dengan kepercayaan masing-
masing
Sila kedua: wajib menghargai dan menjaga Hak Asasi Manusia
Sila ketiga: menjunjung tinggi bela Negara
Sila keempat: hubungan masyarakat dengan pemerintah harus seimbang dan
transparan serta memecahkan suatu masalah dengan musyawarah mufakat
Sila kelima: hak dan kewajiban tiap masyarakat harus seimbang

3. Bayu Adhi W. (11)


Pertanyaan:
Filsafat yang ditekankan pada Pancasila itu yang bagaimana?

Jawaban:
Pancasila tidak termasuk dalam jenis filsafat, namun Pancasila itu sendiri
yang dijadikan filsafat dalam pola piker membuat aturan dan kehidupan
berbangsa.

4. Raihan Fadhlan (12)


Pertanyaan:
Faktor apa yang menyebabkan Pancasila sebagai filsafat?

Jawaban:
Pikiran para pendahulu (pendiri bangsa Indonesia) yang menjadikan
Pancasila sebagai dasar dalam berpikir logis.

21
5. Ghani Rahmat K. (1)
Pertanyaan:
Apa beda filsafat dengan sumber hukum?
Jawaban:
Filsafat itu mengedepankan logika dalam membuat aturan dan bertindak
sedangkan sumber hokum itu dijadikan landasan untuk membuat hukum
yang lain.

6. Raihan Fadhlan (12)


Pertanyaan:
Apakah sebuah aturan dapat dijadikan filsafat?

Jawaban:
Segala hukum harus dilandasi Pancasila. Dia dapat melingkup segala aspek
kehidupan dan landasan berpikir logis sebelum membuat suatu aturan.

7. Nur Rofiqoh (12)


Pertanyaan:
Pancasila sebagai produk dan proses itu bagaimana?

Jawaban:
Pancasila sebagai produk filsafat yaitu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 karena Pancasila melandasi pembuatan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pancasila sebagai proses
yaitu untuk mencapai sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara yang
harmonis maka rakyat Indonesia harus berpedoman pada Pancasila dalam
segala aspek kehidupan.

8. Wapiq Rizya Z. (6)


Pertanyaan:
Apakah boleh kita membuat peraturan baru untuk menyandingkannya
dengan Pancasila untuk dijadikan system filsafat juga?

22
Jawaban:
Pancasila saja sudah cukup untuk menjadi pedoman untuk berpikir logis
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam segala aspek kehidupan.
Jadi menurut kelompok kami, aturan lain tidak dibutuhkan sebagai system
filsafat untuk menyandingkannya dengan Pancasila.

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pancasila sebagai filsafat harus bisa dijadikan sebagai pandangan hidup dan
pola pikir dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semua
peraturan yang ada di Indonesia haruslah sejalan dengan pola pikir yang
Pancasilais.

4.2 Saran

Seluruh masyarakat Indonesia harus bias menjadikan pancasila sebagai


landasan pola pikir dalam kehidupan sehari hari, dengan begitu maka akan
terbentuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa. Dan bernegara yang adil,
aman dan sejahtera.

24
DAFTAR PUSTAKA

Calam, Ahmad dan Sobirin. 2008. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan


Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara. SAINTIKOM.

Dwi Sulisworo, Tri Wahyuningsih. 2012. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Dan Implikasinya

Kumawi Basyir dkk. 2013. Pancasila Dan Kewarganegaraan, (Surabaya:


Sunan Ampel Press):10.

Mudhofir, Ali. 1996. Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan:9-11.

Paulus, Wahana. 1993. Drs.Pustaka Filsafat Pancasila. Kanius, yokyakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai