Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan (KDK)
dengan dosen pengampu Nr. Yeni Fitria M.Kep
OLEH:
KELOMPOK 2
Holifatul Jannah (NIM 202310101003)
Anna Agustina
2 Oktober 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah objek yang diciptakan oleh Tuhan dengan segala sifat
kesempurnaanya. Melalui naluri dan akal budi yang dimilikinya, manusia bisa
membangun interaksi antara dunia dalam dirinya dengan dunia luar. Meskipun
manusia ditakdirkan sebagai sosok yang dapat menentukan segala sesuatu yang
berkenaan dengan dirinya, ada beberapa hal yang berada di luar kendali manusia.
Beberapa puluh tahun yang lalu, jauh sebelum ilmu pengetahuan ditemukan,
manusia masih lebih mengandalkan pola pemikiran berdasarkan mitos dibandingkan
rasional.
Seiring berjalannya waktu, pemikiran manusia mulai terbuka sedikit demi sedikit.
Kemunculan pemikiran-pemikiran kritis dari para ilmuwan membuahkan sesuatu
yang menjadi cikal bakal peradaban manusia. Manusia mulai bertindak dengan
mempertimbangkan secara akal rasional. Satu demi satu aliran-aliran mulai
merajalela masuk ke dalam negeri, diantaranya adalah konsep Humanistik dan
Kognitif
1.2 Rumusan Masalah:
1.2.1 bagaimana konsep humanistik dalam konsep perilaku dan
kepribadian?
1.2.2 bagaimana konsep kognitif dalam konsep perilaku dan
kepribadian?
1.3 Tujuan:
1.3.1 Agar masyarakat mengetahui konsep humanistic dalam konsep perilaku
dan kepribadian
1.3.2 Agar masyarakat mengetahui konsep kognitif dalam konsep perilaku dan
kepribadian
1.4 Manfaat
1.4.1 lebih memudahkan masyarakat tentang konsep perilaku dan
kepribadian khususnya mengenai konsep humanistik dan kognitif
1.4.2 menambah wawasan penulis mengenai konsep perilaku dan
kepribadian khususnya humanistik dan kognitif
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Humanisme adalah istilah yang erat kaitannya dengan pendidikan dan
filsafat. Human sebagai bentuk kata sifat yang berarti bersifat manusiawi.
Humanistik berarti bersifat kemanusiaan. Sedangkan humanisme berarti aliran yang
bertujuan menghidupkan rasa kemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup
yang lebih baik (Depdikbud 1989: 314-315). Humanisme itu sendiri lebih berfokus
kepada pengembangan kepribadian diri dari manusia. Manusia mendapat
kebebasan untuk mencari jalan yang tepat buat diri mereka sendiri.
Mereka bebas untuk mengembangkan bakat yang mereka miliki terutama
yang bernilai positif. Humanisme dipandang sebagai sosok pembawa tongkat
perikemanusiaan dan perdamaian. Tujuan dari humansime itu sendiri yaitu
bagaimana caranya untuk membentuk sifat yang manusiwai dalam berinteraksi
dengan manusia yang lain. Humanisme bagi sebagian orang dipandang sebagai
sesuatu yang mengangkat kembali nilai-nilai perikemanusiaan dan perdamaian
abadi.
Namun, menurut filsafat, humanisme adalah suatu aliran yang menanamkan
dalam diri tiap individu untuk memahami bahwa konsep perikemanusiaan sebagai
satu-satunya fokus dan tujuan. Sehingga, para penganut humanisme/kemanusiaan
sering lebih memprioritaskan untuk menemukan identitas dan keberadaan mereka
dibanding urusan mereka kepada Tuhan yang menciptakan mereka.
Kognitif berasal dari kata cognition atau knowing yang berarti mengetahui.
Kognitif dalam artian luas ialah perolehan, penataan dan penggunaan perolehan.
Selanjutnya kognitif juga bisa diartikan dengan kemampuan belajar atau berfikir atau
kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari keterampilan dan konsep baru,
keterampilan untuk memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya, serta
keterampilan menggunakan daya ingat dan menyelesaikan soal-soal sederhana.
Sementara itu di dalam kamus besar bahasa Indonesia, kognitif diartikan
sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi
berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris. Yusuf mengemukakan
bahwa kemampuan kognitif ialah kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks
serta melakukan penalaran dan pemecahan masalah, berkembangnya kemampuan
kognitif ini akan mempermudah anak menguasai pengetahuan umum yang lebih
luas, sehingga anak dapat berfungsi secara wajar dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari. Kemampuan kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan
individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa.
Menurut Gagne, dalam Jamaris, kognitif adalah proses yang terjadi secara
internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berfikir.
Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan
perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah
satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah
teori Piaget. Pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwasannya pengertian
kognitif adalah kemampuan berfikir yang melibatkan pengetahuan yang berfokus
penalaran dan pemecahan masalah menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa yang bersifat rasional atau
melibatkan akal.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Aliran Humanistik dalam Pendidikan
Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an. Psikologi humanistik memberikan
sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan
humanistik (humanistic education). Model pendidikan humanistik berfokus pada
pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarir.
Aliran Psikologi Humanistik selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia
melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada setiap
insan.
Dalam konsep belajar humanistik, belajar adalah pengembangan kualitas
kognitif, afektif dan psikomotorik. Baharuddin dan Wahyuni (2008:142-143)
menyatakan: ‘Aliran humanistik memandang bahwa belajar bukan sekadar
pengembangan kualitas kognitif saja, Pendekatan humanistik dalam pembelajaran
menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai-
nilai yang dimiliki setiap siswa. Pendidikan humanistik memandang proses belajar
bukan hanya sebagai sarana transformasi pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu,
proses belajar merupakan bagian dari mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan’.
Secara singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan berfokus pada
potensi manusia untuk mencari, menemukan, dan mengembangkan potensi yang
mereka miliki. Para pendidik bertugas membantu masing-masing siswanya untuk
mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu menggali
potensi-potensi yang ada dalam diri siswanya.
Teori ini cocok untuk diterapkan pada materi - materi yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator keberhasilan dari teori ini adalah : Siswa senang, bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir siswa, serta meningkatnya kemauan
sendiri.
Menurut teori ini ciri-ciri guru yang baik, yakni :