Anda di halaman 1dari 21

KONSEP TEORITIS KERACUNAN

PESTISIDA

Oleh :

Kelompok 2 / Kelas A2020

Keperawatan Medikal
Nama Kelompok:
Octavia Arifatunnahriyah 202310101004
Karina Paramita Y. 202310101008
Anindiah Putri N. 202310101014
Ahmad Syaifur Rizal 202310101100
Maulidatus Saadah 202310101111
Definisi

• Pestisida adalah zat atau bahan kimia yang


digunakan terutama di bidang pertanian, kehutanan,
hortikultura dan di lahan publik untuk membunuh
hama dan meningkatkan hasil panen. Penggunaan
pestisida hampir selalu digunakan pada setiap petani.
• Keracunan pestisida adalah dampak yang
ditimbulkan oleh pemaparan pestisida yang
berlebihan, biasanya terjadi pada petani penyemprot
hama
Etiologi

Keracunan pestisida dapat terjadi karena beberapa sebab diantaranya


yaitu (Arrasyid, 2017) :
• Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)
• Dosis pestisida terlalu besar
• Lama kerja
• Jumlah jenis pestisida yang berlebihan
• Frekuensi penyemprotan berlebih
• Tindakan penyemprotan melawan arah angin
• Lama penyemprotan
• Tingkat pengetahuan yang rendah
Epidemiologi

Berdasarkan data WHO pada tahun 2017 menunjukkan bahwa kasus


keracunan pada pekerja pertanian sekitar 18,2 per 100.000 petani di seluruh
dunia dan lebih dari 168.000 orang meninggal karena keracunan pestisida
setiap tahunnya di Negara berkembang (Ma’arif et al., 2016). Penggunaan
pestisida di Afrika hanya mencapai 4% dari pasar pestisida global, dengan
perkiraan kasar 75.000 hingga 100.000 ton bahan aktif pestisida yang
digunakan dibandingkan dengan sekitar 350.000 ton di Eropa. Namun,
peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat keracunan pestisida merupakan
masalah besar terutama dengan pendataan yang tidak baik dari otoritas
kesehatan. Diperkirakan 1 sampai 5 juta kasus keracunan pestisida terjadi di
dunia setiap tahunnya, dengan kematian mencapai 220.000 jiwa.
Klasifikasi

1. Keracunan akut : Terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung


pada saat dilakukan aplikasi atau seketika sesudah aplikasi pestisida.
Keracunan akut bagi menjadi 2 :
• Keracunan akut ringan : Dapat menyebabkan individu menimbulkan pusing,
sakit kepala, iritasi, kulit ringan, badan terasa sakit dan diare.
• Keracunan akut berat : Menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut,
sulit bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil, dan denyut nadi
meningkat, pingsan.
2. Keracunan kronis : Keracunan kronis merupakan keracunan peptisida
yang terjadi karena paparan berulang selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Tanda gejala yang dapat ditimbulkan yaitu iritasi mata dan kulit,
kanker, keguguran, cacat pada bayi, gangguan saraf, hati, ginjal, hingga
pernafasan
Manifestasi klinis
1. Organofosfat
Organofosfat termasuk ke dalam insektisida anticolinesterase karena sifatnya yang
menghambat enzim kolinesterase pada syaraf. Tanda dan gejala lain yang dapat
muncul dari keracunan senyawa ini antara lain (Saputra et al., 2021) :
• Gemetar • Berkeringat
• Penglihatan kabur • Mata berair

• Mual • Keluar banyak air liur

• Lemah • Denyut jantung cepat


• Muntah
• Kejang
• Sakit dada
Lanjutan

2. Karbamat
Karbamat merupakan jenis insektisida yang sifatnya menghambat enzim
kolinesterase, sehingga senyawa ini termasuk ke dalam insektisda
anticolinesterase. Gejala keracunan karbamat terjadi lebih mendadak daripada
organofosfat, namun tidak lama karena efeknya tidak persisten terhadap enzim
kolinesterase. Salah satu dampak dari keracunan karbamat ini yaitu dapat
menagkibatkan anemia. Anemia merupakan keadaan dimana kadar
haemoglobin dalam darah berkurang dari normal. Tanda dan gejala yang sering
timbul antara lain (Nolia et al., 2021):
• Keringat dingin (diaforesis)
• Syok
• Sesak nafas
Lanjutan

3. Organoklorin
Organoklorin merupakan senyawa terklorinasi yang banyak digunakan dalam
pestisida dan termasuk dalam golongan Persistent Organic Pollutan (POPs) yang
berbahaya bagi kesehatan. Hal tersebut terjadi karena organoklorin tidak mudah terurai
dak berefek kronik serta menyebaban biokumulatif dalam rantai makanan. Gejala
keracunan organoklorin sendiri yaitu :
• Nausea
• Vomitus
• Paresthesis pada lidah, bibir, dan muka
• Iritabilitas
• Tremor
• Convulsi
• Koma
• Kegagalan pernafasan
Lanjutan

4. Piretroid
Piretroid merupakan senyawa kimia yang terdapat pada piretrum dan
bersifat senyawa kimia. Piretroid bersifat neurotoksik (Bhatt et al., 2021).
Gejala keracunan tersebut antara lain (Oktaviani & Pawenang, 2020):
• Merasa lelah
• Merasa lesu
• Otot mengencang
• Pusing
• Tremor
• Produksi air liur berlebih
Patofisiologi
Masuk ke dalam
Tubuh

Kulit Mulut (Oral) Pernapasan

Absorbsi Berupa bubuk, droplet/uap


Kecelakaan/tertelan,
melalui kulit kecerobohan atau sengaja
(dermal (bunuh diri)
contamination) Partikel menempel di leput
lender hidung dan
kerongkongan
Keracunan kronis
Iritasi Kerusakan serius pada
hidung, tenggorokan
Kematian
Pemeriksaan Medis

Menurut (Marisa & Pratuna, 2018) Pemeriksaan Keracunan Pestisida yaitu :


1. Pemeriksaan Cholinesterase: Pemeriksaan Cholinesterase adalah pemeriksaan
yang dilakukan untuk mengetahui paparan organophospat pada petani.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil darah petani.
2. Pemeriksaan Patologi : Pada pasien keracunan pestisida akut, didapatkan hasil
pemeriksaan patologi biasanya tidak normal, diantaranya seperti adanya edema
paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak, dan organ lain.
3. Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kadar enzim kolinesterase dalam sel darah merah dan plasma. Selain
itu, pemeriksaan dapat dilakukan dengan menentukan bahan organoklorin dengan
memeriksa kadar urine, serum, maupun biopsi jaringan lemak untuk membantu
dalam menegakkan diagnosis.
4. Pemeriksaan Darah yang lain: FBC, Serum kreatinin, Glukosa Darah, Arterial Blood
Gas.
5. Skrinning toksikologi pada urin.
 
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan awal Ketika pasien keracunan pestisida


yaitu :
a. Menghentikan paparan dengan memindahkan korban dan sumber paparan,
kemudian lepaskan pakaian korban dan mandikan korban.
b. Menyadarkan dan menstabilkan pasien yang mendukung jalan napas,ventilasi
dan sirkulasi, seperti pemberian RJP apabila pasien mengalami sesak nafas.
c. Korban segera di bawa ke rumah sakit/ pelayanan Kesehatan terdekat dan
berikan penjelasan terkait pestisida yang memapari pasien dengan membawa
label kemasan pestisida.
d. Keluarga pasien diberi penyuluhan mengenai keracunan pestisida sehingga
keluarga bisa memberikan pertolongan pertama.
Lanjutan

Menurut penelitian (Eddleston, 2020) dan pada penelitian


(Hidayati, 2019)menyatakan bahwa pada pasien dengan
keracunan organofosfat terdapat beberapa
penatalaksanaan lainnya untuk mengidentifikasi racun
segera yaitu :

1. Menstabilkan pasien
2. Pemberian dekontaminasi
3. Pemberian Antidotum
Lanjutan

Strategi pencegahan dalam penelitian:


a. Strategi primer
• Strategi aktif
Seperti melakukan edukasi masyarakat mengenai kesadaran dan praktik
keamanan racun, atau melakukan sosialisasi mengenai inisiatif pengemasan,
penabelan, dan penyimpanan produk kimia (pestisida) yang aman
• Strategi pasif
Misalnya pemberian kemasan yang aman untuk anak,penambahan agen penetral
ke pestisida seperti etilena glikol untuk mencegah terjadinya keracunan.
b. Strategi sekunder
Tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengedukasi masyarakat mengenai
bagaimana cara mengenali dan mengelola keracunan, seperti mencucui kulit dan
mata segera setelah terkontaminasi pestisida.
c. Strategi tersier
Tindakan ini berkaitan dengan korban dan keluarga tentang bagaimana
memanfaatkan keinginan untuk hidup sehat,
Lanjutan

Langkah pencegahan lain supaya terhindar dari keracunan


kronis pestisida yaitu (Mutia & Oktarlina, 2020) :

1. Mengaplikasikan system tanam alternatif yang kurang


bergantung pada pestisida.
Tujuan dari Tindakan ini untuk meningkatkan kemampuan system
pertanian dalam proses regulasi hama dan berkontribusi pada
peningkatan produksi pertanian.
2. Menggunakan alat pelindung diri (APD)
Seperti menggunakan sarung tangan, sepatu bot, topi, kaos lengan
Panjang, dan baju tahan kimia.
Kesimpulan

Pestisida merupakan zat atau bahan kimia yang digunakan terutama


dibidang pertanian, kehutanan, hortikultura dan di lahan publik
untuk meningkatkan hasil panen dan selalu digunakan oleh setiap
petani. Keracunan pestisida merupakan kondisi ketika racun
serangga tidak sengaja tertelan,terhirup, atau terserap ke dalam
kulit.
Sebagai Perawat tentu tugas kita disini adalah memberikan edukasi
terkait penggunaan APD dan pencegahan Keracunan pestisida pada
petani,selain itu peran kita disini yaitu sebagi pemberi informasi
sekaligus pendidik bagaimana cara mengobati dan
penanggulanngan akibat dari keracunan pestisida. Kegiatan yang
dilakukan bersifat promotif,preventif,curatif serta rehabilitatif.
DAFTAR PUSTAKA
• Agustin, R., & Muhartono. (2018). Dampak Penggunaan Pestisida Organoklorin terhadap Risiko Kanker
Payudara. Journal Agromedicine, 5, 433–437.
• Arrasyid, M. dan A. S. (2017). Bawang Merah Di Nagari Alahan Panjang. Jurnal of Sainstekstek 9(1), 8019, 14–
18.
• Bhatt, P., Zhou, X., Huang, Y., Zhang, W., & Chen, S. (2021). Characterization of the role of esterases in the
biodegradation of organophosphate, carbamate, and pyrethroid pesticides. Journal of Hazardous Materials,
411(September2020), 125026. https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2020.125026
• Dokter, S. P., & Kedokteran, F. (2019). Artikel penyegar. 7(2), 130–139.
• Eddleston, M. (2020). Poisoning by pesticides. Medicine (United Kingdom),48(3), 214–217.
https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2019.12.019
• Hasanah, N. . E. . & L. R. (2022). 1272-Article Text-3248-1-10-20220131. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri(APD) Pada Petani Penyemprot Pestisida Di Puskesmas Paal Merah
II,2(Vol 2 No 9: Februari 2022), 1–8. https://stp-mataram.ejournal.id/JIP/article/view/1272
• Herdianti, H. (2018). Hubungan Lama, Tindakan Penyemprotan, Dan Personal Hygiene Dengan Gejala
Keracunan Pestisida. PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 72.
https://doi.org/10.31934/promotif.v8i1.232
DAFTAR PUSTAKA
• Marisa, M., & Pratuna, N. D. (2018). Analisa Kadar Cholinesterase Dalam Darah Dan Keluhan Kesehatan Pada
Petani Kentang Kilometer Xi Kota Sungai Penuh. JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal), 5(1),
• Hidayati, D. B. I. (2019). Intoksikasi organofosfat dengan krisis kolinergik akut,gejala peralihan dan
polineuropati tertunda. J Agromedicine, 6(2), 1–6.
• Ma’arif, M. I., Suhartono, & Yunita, N. A. (2016). Studi pervalensi keracunan pestisida pada petani sayur di desa
mendongan kecamatan sumowono. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(5), 2356–3346.
• Marisa, M., & Pratuna, N. D. (2018). Analisa Kadar Cholinesterase Dalam Darah Dan Keluhan Kesehatan Pada
Petani Kentang Kilometer Xi Kota Sungai Penuh. JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal), 5(1),
122–128. https://doi.org/10.33653/jkp.v5i1.154
• Mutia, V., & Oktarlina, R. Z. (2020). Keracunan Pestisida Kronik Pada Petani.JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kedokteran Indonesia, 7(2), 130–139.https://doi.org/10.53366/jimki.v7i2.53
• Nolia, H., Rusli, M., Sembiring, H., & Bariyah, K. (2021). Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani
Dalam Penggunaan APD Untuk Pencegahan dan Penanggulangan Kejadian Keracunan Pestisida di Desa
Barusjahe Kecamatan Barusjahe Tahun 2020. Buletin Al-Ribaath, 18, 166–173.
• Oktaviani, R., & Pawenang, E. T. (2020). Risiko Gejala Keracunan Pestisida pada Petani Greenhouse. Higeia
Journal of Public Health Research and Development, 4(2), 178–188
DAFTAR PUSTAKA
• Pamungkas, O. S. (2016). Bahaya Paparan Pestisida terhadap Kesehatan Manusia.Bioedukasi, 14(1), 27–
31.https://jurnal.unej.ac.id/index.php/BIOED/article/download/4532/3355
• Pamungkas, O. S., Promosi, M., Universitas, K., & Semarang, D. (n.d.). Bahaya paparan pestisida terhadap
kesehatan manusia 1. 27–31.
• Saputra, D. Y., Purwati, P., & Harningsih, T. (2021). Penentuan Kadar Enzim Kolinesterase pada Petani
Pengguna Pestisida Organofosfat Berdasarkan
• Frekuensi Penyemprotan. Jurnal Farmasi (Journal of Pharmacy), 9(2), 21–25.
https://doi.org/10.37013/jf.v9i2.106
• Shammi, M., Sultana, A., Hasan, N., Mostafizur Rahman, M., Saiful Islam, M.,Bodrud-Doza, M., & Khabir Uddin,
M. (2020). Pesticide exposures towards health and environmental hazard in Bangladesh: A case study on
farmers’ perception. Journal of the Saudi Society of Agricultural Sciences, 19(2), 161–173.
https://doi.org/10.1016/j.jssas.2018.08.005
• Suparti, S., Anies, & Setiani, O. (2016). Beberapa Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Keracunan Pestisida Pada Petani. Jurnal Pena Medika, 6(2), 125–138.
TERIMA KASIH
Kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai