Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS KEGAWATDARURATAN PADA Ny.

I DENGAN
KERACUNAN HAND SCRUBD
DI RUANG ICU RS MUHAMMADIYAH METRO

DISUSUN OLEH :
AYU KURNIA PRASTIWI
FERY ZULIANSYAH
IVANA DHEA INDRASWARI
NABILLA KURNIASARI
RENNI ANGGRAINI
RIZKAPERMATA BUNDA
RAKA DYA SANJAYA
TRI HANDAYANI
WIDANINGSIH

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat
mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Racun merupakan zat
yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan
menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Racun dapat
diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lainnya.
Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat atau secara kumulatif.

Sedangkan definisi keracunan atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang
mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran,
kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain
menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam
tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh bahkan
sampai dapat menyebabkan kematian (Fitriana, 2019).

Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan efek
merugikan pada yang menggunakan. Keracunan dapat diartikan sebagai setiap
keadaaan yang menunjukkan kelainan multisistem dengan keadaan yang tidak jelas.
(Arief Mansjoer, 1999). Keracunan korosif, yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat
korosif yang meliputi produk alkalin (Lye, pembersih kering, pembersih toilet,
deterjen non pospat, pembersih oven, tablet klinitest, dan baterai yang digunakan
untuk jam, kalkulator, dan kamera) dan produk asam (pembersih toilet, pembersih
kolam renang, pembersih logam, penghilang karat, dan asam baterai) (Brunner &
Suddarth, 2001).
Menurut World Health Organization (WHO) sebanyak 582 juta orang di dunia
meninggal akibat keracunan sejak tahun 2010 hingga tahun 2015 (Tribun News,
2015). Di Indonesia pada tahun 2016 terjadi sebanyak 60 kali oleh 31 BB/BPOM di
seluruh Indonesia. Dilaporkan jumlah orang yang terpapar sebanyak 5.873 orang,
sebanyak 3.351 orang sakit dan 7 orang meninggal dunia (BPOM RI, 2016). Pada
tahun 2017 Badan POM telah mencatat 57 berita keracunan korosif dan sebanyak 53
dilaporkan oleh 34 BB/BPOM di seluruh Indonesia, sehingga pada tahun 2017
keracunan korosif sudah terjadi di seluruh provinsi di Indonesia. Dilaporkan jumlah
orang yang terpapar sebanyak 5.293 orang, sebanyak 2.041 orang sakit dan 3 orang
meninggal dunia (Lukito, 2017).

Keracunan merupakan suatu kodisi kegawatdarurtan yang harus mendapatkan


penanganan segara agar tidak kecacatan aau bahkan meninggal dunia.
Kegawatdaruratan keracunan membutuhkan kesiapsiagaan penanganan yang cepat
dan tepat oleh masyarakat maupunpetugas kesehatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari keracunan bahan korosif?


2. Apa penyebab dari keracunan?
3. Apa saja klasifikasi dari keracunan?
4. Apa manifestasi klinis dari keracunan?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien dengan keracunan?
6. Apa komplikasi dari keracunan?
7. Apa saja penatalaksanaan medis dan keperawatan pada pasien dengan keracunan?
8. Bagaimana asuhan keperawatan padapasien dengan keracunan?

C. Tujuan

1. Tujuan umum
a. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien
dengan keracunan bahan korosif
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui apa definisi dari keracunan bahan korosif?
b. Mengetahui apa penyebab dari keracunan?
c. Mengetahui apa saja klasifikasi dari keracunan?
d. Mengetahui apa manifestasi klinis dari keracunan?
e. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien dengan keracunan?
f. Mengetahui apa komplikasi dari keracunan?
g. Mengetahui apa saja penatalaksanaan medis dan keperawatan pada pasien
dengan keracunan?
h. Mengatahui bagaimana asuhan keperawatan padapasien dengan keracunan?
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari
tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi
toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang
mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian (Sartono, 2012).

Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat
diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja
seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan
kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,
baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja (Brunner and Suddarth,
2010).

Keracunan korosif, yaitu keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi
produk alkalin (Lye, pembersih kering, pembersih toilet, deterjen non pospat,
pembersih oven, tablet klinitest, dan baterai yang digunakan untuk jam, kalkulator,
dan kamera) dan produk asam (pembersih toilet, pembersih kolam renang, pembersih
logam, penghilang karat, dan asam baterai) (Brunner & Suddarth, 2001).
Reaksi kimia racun mengganggu sistem kardiovaskular, pernapasan, sistem syaraf
pusat, hati, pencernaan(GI), dan ginjal. (Morton, 2012)

B. Etiologi

Ada beberapa kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain:
1. Bahan kimia umum (Chemical toxicants) yang terdiri dari berbagai golongan
seperti pestisida (Organoklorin, Organofosfat, Karbamat), golongan gas
(Nitrogen metana, karbon monoksida, Klor), golongan logam (timbal, fosfor, air
raksa, arsen), golongan bahan organik (akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil,
klorida fenol).
2. Racun yang dihasilkan oleh mahluk hidup (Biological toxicants) miss :sengatan
serangga, gigitan ular berbisa, anjing dll.
3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (Bacterialtoxicants) mis : Bacillus
cereus, Compilobacter jejuni, Clostridiumbotulinum, Esherichia coli dll.
4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan (Botanical toxicants) mis : jamur
amnita, jamur psilobisin, oleander, kecubung dll.(Harjanto, 2011 )

C. Klasifikasi

Klasifikasi Keracunan ada 2 yaitu :


1. Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi
produk alkali, pembersih toilet, deterjen
2. Keracunan Non korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat non korosif meliputi
makanan, obat-obatan, gas, gigitan hewan

D. Menifestasi Klinis

Menurut (Noer Syaifoellah,2006) terdapat tanda dan gejala keracunan:


1. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
2. Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.
3. Mual, muntah, haus, buang air besar cair.
4. Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.
5. Bingung.
6. Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan
7. Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi, haus, banyak berkeringat
bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa 
E. Pathway
F. Pemeriksaan penunjang

1. Elektrokardiografi
EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang menyebabkan penundaan
disritmia atau konduksi.
2. Radiologi
Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk menunjukkan adanya
aspirasi dan edema pulmonal.
3. Analisa GasDarah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain
Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit,
termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium. Tanda-tanda
oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul, seperti sianosis, takikardia,
hipoventilasi, dan perubahan status mental.
4. Tes fungsi ginjal
Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung.
5. Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan. Skrin negatif
tidak berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi mungkin racun yang ingin dilihat
tidak ada. Adalah penting untuk mengetahui toksin apa saja yang bisa diskrin
secara rutin di dalam laboratorium, sehingga pemeriksaannya bisa efektif.

G. Komplikasi

Komplikasi keracunan menurut (Brunner and Suddarth, 2010) diantaranya:


1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas           
5. Syok 
H. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

1. Penatalaksanaan medis
a. Stabilisasi
1) Jalan nafas (A)
2) Pernafasan (B)
3) Sirkulasi (C)
b. Dokumentasi
1) Mata
Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 % selama
15-20 menit, jika belum yakin bersih cuci kembali.
2) Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air
mengalir dingin atau hangat selama 10 menit
3) Gastroinstestinal
Segera beri minum air atau susu secepat mungkin untuk pengenceran.
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak maksimal
100cc untuk sesekali minum.
Pasang NGT setelah pengenceran jika diperlukan.
c. Eliminasi
Indikasi melakukan eliminasi:
1) Tingkat keracuan berat
2) Terganggu rute elimiunasi normal (gagal ginjal)
3) Menelan zat dengan dodsis letal
4) Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang koma

Tindakan eliminasi:
1) Dieresis paksa:
Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
2) Alkalinisasi urine:
Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%, dengan infuse
continue 2-3cc/kg/jam
3) Hemodialisa
Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat yang
dapat dieleminasi dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat
molekul kurang dari 500 dalton, larut dalam air dan berikatan lemah
dengan protein.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Kaji gejala klinis yang tampak pada klien
b. Anamnesis informasi dan keterangan tentang keracunan dari korban atau dari
orang-orang yang mengetahuinya
c. Identifikasi sumber dan jenis racun
d. Kaji tentang bentuk bahan racun
e. Kaji tentang bagaimana racun dapat masuk dalam tubuh pasien
f. Identifikasi lingkungan dimana pasien dapat terpapar oleh racun
g. Pemeriksaan fisik
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas
1. Identitas klien
2. Identitas penanggung jawab

B. Pengkajian

1. Primer survey
a. Airway (A) : kaji apakah terjadi sumbatan karena edema (inflamasi) saluran
pernafasan akibat dari keracunan gas (inhalasi) atau alergi reaksi berat.
b. Breathing (B) : nafas cepat atau lambat, keracunan asetaminofen dapat
menyebabkan depresi pusat nafas.
c. Circulation (C) : kaji jika ada reaksi perdarahan lambung karena keracunan zat
korosif atau zat racun lain yang teringsti, kaji jika ada mual-muntah, tanda
dehidrasi/GE
d. Disability(D) : kaji GCS, penurunan kesadaran akibat racun, reaksi pupl akibat
cahaya, dan dilatasi pupil.

2. Secondary Survey
a. Exposure (E) : kaji apakah terdapat luka atau lesi luar akibat terpapar racun
(tersiram zat kimia)
b. Fluid, farenheit (F) : Observasi output urine jika terdapat dehidrasi atau tanda-
tanda syok (urine output : 1-2cc/kgBB/jam).
c. Get Vital Sign (G) : Kaji tanda-tanda vital, dan perubahanya secara teratur,
lakukan bilas lambung segera untuk mengeliminasi racun.
d. Head To toe, History (H) : Monitoring kerja jantung jika eracunan
asetominopen.
Sumber : https://www.scribd.com/doc/231779366/Askep-Keracunan-Gadar.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan perubahan aliran darah.
2. Kesulitan bernafas berhubungan dengan defresi susunan saraf pusat.
3. Nyeri akut berhubungan dengan adanya gangguan integritas mukosa pada saluran
cerna.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek tokxin pada
pencernaan.
5. Konstipasi berhubungan dengan adanya penurunan peristaltic usus oleh karena
obstruksi saluran cerna bagian bawah.
6. Resiko penurunan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya
perdarahan.
7. Difisit pengetahuan berhubungan dengan kuarangnya informasi.
8. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dan ancaman kematian.

D. Rencana Keperawatan

No Rasional
Tujuan dan Kreteria Hasil Intervensi
DX
1 Setelah diberikan asuhan a. Tinggikan tempat tidur, a. Memindahkan aliran vena
keperawatan diharapkan tempat kepela pada sehingga dapat mengurangi
perfusi serebral kembali posisi sedang. resiko kongesti vaskular
normal dengan Kriteria hasil: b. Obsupsi pupil atau b. Memberikan deteksi awal dan
perubahan tanda-tanda intervensi untuk
- Tidak terdapat nyeri
vital, penurunan tingkat meminimalakan perlukaan pada
kepala
kesadaran atau fungsi susunan saraf pusat
- Kesadaran penuh
motor c. Meningkatkan relaksasi dan
c. Doromg istrahat dan dapat memebantu menurunkan
ketenangan. Kurangi tekanan darah
rangsangan lingkungan d. Mengevaluasi
d. Pantau tekanan darah kebutuhan/efektifitas intervensi
dan tanda vital yang lain e. Oksigen akan membantu
sepoerti nadi dan mengurangi hipoksia pada
pernafasan jaringan perifer karena suplai
e. Kolaborasi dalam oksigen ke otak mencukupi
pemberian oksigen 4-6
1/mnt
2 Setelah diberikan asuhan a. Pertahanan bantalan a. Mengurangi trauma saat kejang
keperawatan diharapkan lunak dan penghalang selama pasien berada di tempat
klien tidak kesulitan bernafas tempat tidur dengan tidur.
dengan Kriteria hasil: posisi tempat tidur b. Membantu melokalisasi daerah
rendah otak yang mengalami hipoksia.
- RR normal (16-
b. Catat tipe aktifitas c. Hal ini merupakan keadaan
20x/menit)
kejang seperti lokasi, darurat yang mengancam hidup
- Pasien relaks, tidak
lamanya, tanda-tanda yang dapat mengakibatkan henti
gelisah dan tidak
penurunan kesadaran nafas ,hipoksia berat, attau
menunjukkan gejala-
c. Obserpasi munculnya kerusakan otot dan sel saraf
gejala takipneu
tanda-tanda stalus d. Oksigen akan membantu
epileptikus, seperti mengurangi hipoksia pada
adanya kejang tonik- jaringan perifer karenai suplai
klonik setelah jenis lain oksigen ke otak mencukupi.
muncul dengan cepat dan e. Mungkin bergunaa dalam
cukup menyakitkan. mencegah dalam pembentukan
d. Kolaborasi dalam thrombus yang dapat memicu
pemberian oksigen 4-6 terjadinya henti nafas.
1/mnt f. Dengan diketahuinya kadar
e. Kolaborasi dalam oksigen dalam darah dapat
pemberian obat anti menentukan tindakan segera
koagulan dosis rendah yang harus dilakukan untuk
sesuai denmgan indikasi mencegah henti nafas.
f. Kolaboraasi dengan
petugas lab. Untuk
pemeriksaan kadar
oksigen dalam darah
3 Setelah diberikan asuhan a. Catatan keluhan nyeri, a. Nyeri tidak selalu ada, tetapi
keperawatan diharapkan termasuk lokasi, bila da harus dibandingkan
nyeri klien terkontrol dan lamanya, intervensinya dengan gejala nyeri pasien
hilang dengan Kriteria hasil: ( skala 1-10). sebelumnya dimna dapat
b. Kaji ulang factor yang membantu mendiagnosa
- Pasien
meningkatkan atau pendarahan dan adanya
mengungkapkan rasa
menurunkan nyeri. komplikasi.
nyeri berkurang dan
c. Catat petunjuk nyeri b. Membantu dalam membuat
bahkan hilang
non- verbal seperti diagnose dan kebutuhan
- Pasien tampak rileks gelisah, menolak therapy.
- Skala nyeri 0-1 bergerak, takikardi c. Petunjuk non verbal dapat
berkeringat. Selidiki berupa fisiologi dan
ketidak sesuaian antara patofisiologidan dapat
petunjuk verbal dan non digunakan dalam
verbal. menghubungkan petunjuk
d. Kolaborasidengan dokter verbal untuk mengidentifikasi
dalam pemberian oabat berat ringannya masalah.
analgetik, dan antasida. d. Analgetik dapat menurunkan
fase nyeri yang hebat dan dapat
menurunkan peristaltic usus.
Antasida dapat menurunkan
keasaman lambung dengan
acara absorpsi dan dengan cara
menetralisir kimia.
4 Setelah diberikan asuhan a. Evaluasiadanya/ kaulitas a. Iritasi pada mukosa saluran
keperawatan diharapkan bising usus. Catat adanya cerna. Terutama pada gaster
kebutuhan nutrisi klien distensi atau ketegangan dapat mengakibatkan nyeri pada
terpenuhi dengan Kriteria dari abdominal epigastrium, mual, dan
hasil: b. Catat adanya mual, hiperaktif bising usus, efek yang
muntah, dan diare lebih serius dari system
- Nafsu makan
c. Kolaborasi dalam gastrointestinal mungkin terjadi
meningkat
mengusahakan status sekunder sensoris atau hepatitis.
- BB naik
puasa sesuai dengan b. Mual dan muntah adalah tanda
- Kebutuhan tubuh
indikasi yang pertama yang sering
pasien akan nutrisi
d. Kolaborasi dengan muncul dari reksi gangguan
tetap terpenuhi
dokter dalam pemberian system gastrointestinal, yang
- Pasien tidak
nutrisi melalui I.V sangat berhubungan dengan
menunjukkan
e. Kolaborasi dalam pencapaian masukan nutrisi
penurunan status
pemberian obat-obatan yang adekuat.
gizi/nutrisi, seperti
seperti antisida , vitamin- c. Memberikan istirahat pada
pasien tidak tampak
vitamin gastrointestinal untuk
mengurus, turgor
menurunkan efek yang
kulit tetap baik
berbahaya pada stimulasi
lambung/pancreas bila
ditemukan adanya perdarahan
gastrointestinal atau muntah
yang berlebihan.
d. Nutrisi yang diberikan secara
I.V tidaka akan mengganggu
proses istirahatnya salauran
gastrointestinal, dan nutrisi bagi
keperluan tubuh pasien tetap
terpenuhi.
e. Antasida dapat menurunkan
iritasi lambung. Vitamin dapat
menggantikan kehilangan
vitamin tubuh pasien yang
keluar lewat muntahan,
pendarahan, maupun diare kalau
ada.

5 Setelah diberikan asuhan a. Pantau pergerakan usus a. Mengidentifikasi masalah


keperawatan diharapkan pasien konstifasi pada pasien.
BAB klien lancar dengan b. Pantau keadekuatan Konstifasi adalah merupakan
Kriteria hasil: masukan cairan dapat manifestasi termudah dari
menimbulkan konstipasi neurotoksisitas
- Klien melaporkan
c. Kolaborasi dalam b. Ketidakadekuatan masukan
tidak konstipasi
pemantauan pemeriksaan cairan dapat menimbulkan
- Peristaltik usus
lab dan rontgent konstifasi.
normal (5-35x/menit)
d. Jelaskan pada pasien dan c. Adanya ketidakseimbangan
keluarga tentang semua dalam pemeriksaan eliktrolit
hasil pemeriksaan lab, menunjukan ketidak adekuatan
dan rontgen pasien nutrisi I.V yang masuk kedalam
e. Lavement bila tubuh pasien. Dengan adanya
tergantung indikasi pemeriksaan rontgen dapat
menunjukan posisi, dan
kelainannya yang ada pada
gastrointestinal yang dapat
mengakibatkan pasien
konstifasi.
d. Paien dan keluarga paham
dengan penyebab mengapa
pasien tidak bisa buang air
besar.
e. Lavement dapat membantu
mengeluarkan isi usus bagian
bawah, baik inti berupa feses
maupun sisa darah yang
membeku
6 Setelah diberikan asuhan a. Catat karakteristik a. Membantu dalam menentukan
keperawatan diharapkan muntah dan pendarahan penyebeb distress pada gaster.
volume cairan dan elektrolit b. Awasi tanda vital, Kandungan empedu kuning
seimbang dengan Kriteria bandingkan dengan saat kehijauwan menunjukanbahwa
hasil: awal penderita dating ke pylorus terbuka.Kandungan
rumah sakit saat fekal menunjukan adanya
- Pasien menunjukkan
kejadian. obstruksi pada usus. Darah pada
perbaikan
c. Catat respon fisiologis saluran cerna.
keseimbangan cairan
pasien terhadap b. Perubahan tekanan darah dan
dan elektroloit
perdarahan misalnya nadi dapat dijadikan sebagai
dibuktikan oleh
adanya kelemahan, indicator perkiraan kehilangan
haluran urine yang
gelisah, pucat, darah (Mis.TD < 90 mmHg dan
adekuat dengan berat
berkeringat, takipneu, nadi > 110 diduga 25%
jenis normal, tanda
peningkatan suhu tubuh. penurunan volume atau kurang
vital stabil, membran
d. Kolaborasi dengan lebih 1000ml). Hipotensi
mukosa lembab,
dokter dalam postural menunjukan penurunan
turgor kulit baik,
pemasangan cairan/darah volume sirkulasi.
pengisian kapiler
sesuai dengan indikasi c. Simtomatologi dapat berguna
cepat
e. Kolaborasi dengan dalam mengukur berat/lamanya
dokter dalam episode perdarahan.
pemasangan selang NG Memburuknya gejala dapat
pada perdarahan akut. menunjukan berlanjutan
f. Kolaborasi dalam perdarahan dan tidak adekuatan
pemberian obat-obatan penggantian cairan.
sesuai dengan indikasi d. Penggantian cairan tergantung
seperti dari derajat hipovelemia dan
simitidin,ranitidine lamanya perdarahan . Pemberian
darah segar lengkap
diindikasikan pada pasien
perdarahan akut (dengan
syok)karena darah simpanan
dapat kekurangan factor
pembekuan.
e. Memberikan kesempatan untuk
menghilangkan sekresi iritan
pada gaster, darah dan bekuan,
juga dapat menurunkan mual
dan muntah.
f. Obat-obatan tersebut berfungsi
sebagai penghambat H2
menurunkan produksi asam
gaster , meningkatkan pH
gaster, dan menurunkan iritasi
pada mukosa gaster penting
untuk penyembuhan, juga
pencegahan pembentukan iritasi
7 Setelah diberikan asuhan a. Sadar dan hadapi a. Ansietas dapat mempengaruhi
keperawatan diharapkan ansietas pada pasien dan kemampuan mendengar dan
pemenuhan informasi klien keluarga. mengasimilasi informasi.
terpenuhi dengan Kriteria b. Berikan peran aktif b. Belajar akan dapat ditingkatkan
hasil: pasien atau orang apabila individu dapat secara
terdekat dalam proses aktif terlibat.
- Klien menyatakan
belajar seperti diskusi c. Membantu dalam memperlancar
pemahaman tentang
tentang keadaan pasien. pelaksanaan perencanaan yang
kondisi, prognosis
c. Kaji kemampuan dibuat untuk proses kesembuhan
dan pengobatan.
pengetahuan pasien dan pasien.
- Klien dapat
keluarga terhadap d. Paien dan keluarga mengerti dan
mengidentifikasi
penyakit yang dihadapi memahami pentingnya tindakan
hubungan
oleh pasien saat ini. yang akan dilakukan bagi
tanda/gejala dengan
d. Informasikan semua kesembuhan pasien, pasien dan
proses penyakit.
tindakan yang dilakukan keluarga kooperatif dalam
terhadap pasien, baik semua tindakan yang dilakukan
tentang manfaat serta
efek samping tindakan
kalau ada bagi pasien.
8 Setelah diberikan asuhan a. Identifikasi penyebeb a. Dengan melinatkan pasien
keperawatan diharapkan ansietas, libatkan klien dalam proses pengobatan akan
ansietas klien menurun atau dalam proses pengobatan dapat menurunkan tingkat
hilang dengan Kriteria hasil: yang dilakukan ansietas pasien.
b. Kembangkan hubungan b. Meningkatkan perasaan pasien
- Pasien akan
saling percaya melalui sebagai manusia, membantu
melaporkan adsanya
kontrak yang terus menurunkan perasaan curiga
tingkat penurunan
menerus. Tunjukan sikap dan rendah diri pasien terhadap
kecemasan yang
yang menerima keadaan pemberi pelayanan
dialaminya
pasien keperawatan.
- Pasien menunjukkan
c. Informasi pada pasien c. Meningkatkan rasa kepercayaan
keadaan yang
mengenai apa yang akan dan meningkatkan kerjasama
relaksasi
dilakukan oleh petugas danm menurunkan ansietas.
- Pasien dapat
dan manfaatnya bagi
mengidentifikasikan
kesembuhan pasien.
kecemasan yang
dialaminya dan
mampu mengontrol
dir dan situasi

BAB IV

RESUME IGD PADA NY.I

DENGAN KERACUNAN HANDSCRUB

A. PENGKAJIAN
1. IdentitasKlien
Nama Klien : Ny. I
Usia : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Tanggal Masuk : Rabu, 13 Oktober 2021
No Register : 180410
DiagnostikMedik : Keracunan

2. KeluhanUtama/AlasanMasuk RS
P (Provokatif) : Pasien mengatakan perut terasa panas setelah meminum cairan
handscrub
Q (Qualitas) : Pasien mengatakan perut terasa panas seperti di bakar
R (Region) : Pasien mengatakan leher panas dan menjalar ke perut
S (Skala) : -
T (Time) : Pasien mengatakan rasa panas dialammi setelah meminum
Handscrub

3. Pengkajian Primer
a. Airway
Setelah dilakukan pemeriksaan jalan napas pasien klien tidak ada sumbatan benda
asing, darah, sputum/lendir, suara nafas klien terdengar roncki.
b. Breathing
Setelah dilakukan pemeriksaan klien tampak mengunakan alat bantu pernafasan
nasal kanul, dengan RR : 28 x/menit dengan irama pernafasan cepat dan dangkal ,
terlihat pergerakan dada klien simetris kanan dan kiri, tidak terdengar suara
wheezing, dan tidak ada trauma dada.
c. Circulation
Kesadaran klien composmentis, nadi 80 x/menit, irama teratur dengan denyutan
kuat, , ekstremitas teraba hangat, warna kulit tampak pucat, tidak terdapat
perdarahan dibawah kulit, dengan suhu 36,5ºC, CRT < 2 detik, tidak ditemukan
adanya edema, SpO2 : 88%.

d. Disability
Kesadaran pasien komposmentis Nilai GCS = 15 (E 4, V 5, M 6)
Pasien masih dapat memperhatikan dengan baik, respon suara baik, dapat
merangsang nyeri, pupil isokor, ekstremitas baik tidak ada gangguan.
4. Pengkajian Sekunder

a. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien mengatakan mengalami keracunan setelah meminum handscrub, klien
mengatakan perut dan leher terasa panas, pasien mengatakan sesak, pasien
mengatakan lemas, pasien mengatakan mual dan muntah. Pasien mengatakan
hendak meminum air dingin di kulkas namun pasien tidak tahu jika itu cairan
handscrub. Oleh karena itu keluarga langsung membawa pasien ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit pasien dibawa ke IGD kesadaran composmentis
dengan GCS 15 (E 4, V 5, M 6) pada pukul 15.00 WIB. Pukul 15.00 WIB dilakukan
pengkajian primer, terpasang IVFD Ringer Laktat 20 tpm, nadi 80 x/menit, suhu
36.5ºC, pernafasan 28 x/menit, SpO2 88%

b. Riwayat Kesehatan Lalu


Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit dan baru ini di rawat. Klien
mengatakan tdak memiliki penyakit kerunan , klien mengatakan tidak memiliki
riwayat operasi sebelumnya dan tidak memiliki alergi apapun.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien dan Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat penyakit
parah/keturunan seperti hipertensi dan diabetes mellitus.

d. Anamnesa Singkat (AMPLE)


1) Allergies
Klien mengatakan tidak memiliki alergi makanan maupun obat-obatan
2) Medikasi
Klien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit tidak mengonsumsi obat
apapun.
3) Pastillnes
Klien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya

4) Terakhir kali makan


Klien mengatakan makan siang jam 1

5) Event of injury/penyebab injury


Klien mengatakan mengalami keracunan setelah meminum handscrub, pasien
mengatakan perut dan leher terasa panas, pasien mengatakan mual dan muntah.
e. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada laserasi maupun fraktur, warna rambut hitam
bersih, tidak ada tanda battle sign tidak ada tanda racoon eyes.
2) Mata
Bentuk mata simetris, tidak ada cedera pada kornea, pupil isokor, konjungtiva
anemis, sklera anikterik, reaksi pupil terhadap cahaya baik, pasien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
3) Telinga
Telinga klien tampak simetris, serumen warna kuning kecoklatan dengan
konsistensi lembek, kedua telinga dapat mendengarkan suara yang sama dan tidak
terdapat tanda-tanda radang.
4) Hidung
Posisi septum nasal ditengah, septumnasi tidak ada pembengkakan dan tidak ada
polip.
5) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, posisi trakea letak di
tengah tidak ada kelainan

6) Dada
a) Inspeksi
Dada klien tampak simetris kana dan kiri, tidak ada penggunaan otot bantu
nafas.
b) Auskultasi
Bunyi vesikuler, terdengar bunyi jantung S1 dan S2, tidak ada suara jantung
tambahan S3 dan S4
c) Palpasi
Dada teraba normal dan saat ditanya tidak ada nyeri, tidak ada massa
d) Perkusi
Suara redup

7) Abdomen
a) Inspeksi
Perut tidak terdapat pembengkakan

b) Auskultasi
Bising usus 17 x/menit
c) Palpasi
Turgor elastis, tidak ada pembesaran hati, tidak ada disensi kandung kemih,
tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen
d) Perkusi
Saat perkusi perut terdengar timpani

8) Ekstremitas /musculoskeletal
Rentang gerak normal, kekuatan otot dalam batas normal, tidak ada deformitas,
tidak ada kontraktur, tidak terdapat edema dan nyeri
9) Kulit / integument
Turgor kulit baik, teraba hangat, mukosa bibir tampak lembab, suhu 36.5ºC

5. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
b. Pemeriksaan lab:

Parameter Hasil Nilai Rujukan


HB 17,0 13,2 – 17,3
Leukosit 4.300 3.800 - 10.600
Eritrosit 5,72 4,4 – 5,9
Hematokrit 45 40 – 52
Trombosit 250.000 150.000 – 440.000
MCV 84 80 – 100
MCH 30 26 – 34
MCHC 35 32 – 36
RDWC-CV 56 96
RDW- SD 46
Hitung Jenis
Basofil 0 0–1
Fosofil 0 2–4
Batang 0 3–5
Segmen 60 50 – 70
Limfosit 28 25 – 40
Monosit 10 2–8
Gula Darah Sewaktu 150 <200
Jenis pemeriksaan
dangue igG & Igm
IgG Non reaktif NON REAKTIF
IgM Non reaktif NON REAKTIF

6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Medis
1) Omeprazole injeksi 40 mg 2x1 40 mg/12 jam
2) Sucralfat 10 ml
3) RL 20 tpm
4) Diazepam 2mg 1x1 2 mg/24 jam
5) Paracetamol 500 mg 3x1 500 mg/8 jam
b. Keperawatan
1) Monitor TTV klien
2) Anjurkan klien posisi semi fowler
3) Berikan lingkungan yang nyaman
4) Lakukan kumbah lambung

B. DATA FOKUS
1. Data Subyektif
- Pasien mengatakan mengalami keracunan setelah meminum handscrub
- Pasien mengatakan perut terasa panas seperti di bakar
- Pasien mengatakan leher panas dan menjalar ke perut
- Pasien mengatakan mual dan muntah
- Pasien mangatakan sesak
- Pasien mengatak lemas
2. Data Obyektif
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak menggunakan otot bantu pernapasan
- CRT <2 detik
- N : 80 x/menit
- S : 36.5ºC
- RR : 28 x/menit
- Bising usus 17x/menit

C. Analisa Data
NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
Data Subjektif
- Pasien mengatakan sesak
- Pasien mengatakan lemas

Data Objektif Pola napas tidak Hipervintilasi :


1
- RR 28x/ menit efektif ansietas
- SpO2 88%
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak menggunakan otot
bantu pernapasan
Data Subyektif
- pasien mengatakan mengalami
keracunan setelah meminum
handscrub Resiko kekurangan
efek tokxin pada
2 - Pasien mengatakan perut terasa nutrisi tubuh pencernaan.
panas seperti di bakar
- Pasien mengatakan leher panas
dan menjalar ke perut
- pasien mengatakan mual dan
muntah
- pasien mengatakan

Data Obyektif
-pasien tampak lemas
-pasien tampak pucat
-CRT <2 detik

D. Diagnosa Keperawatan (Sesuai Prioritas)

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ansietas


2. Resiko kekurangan nutrisi tubuh berhubungan dengan efek tokxin pada pencernaan.

E. Rencana Keperawatan

Hari/ D Tujuan Intervensi Rasional


Tang x
gal
I Setelah diberikan 1. Catat adanya mual, a) Mengetahui adanya tanda-
asuhan keperawatan muntah, dan diare tanda mual, muntah dan
diharapkan 2. Berikan nutrisi yang diare
kebutuhan nutrisi cukup pada klien b) Untuk memenuhi
klien terpenuhi 3. Anjurkan sedikit kebutuhan nutrisi pada
dengan Kriteria makan tapi sering klien
hasil: 4. Ajarkan klien untuk c) Untuk memenuhi
memakan makanan kebutuhan nutrisi klien
- Nafsu makan
yang seimbang d) Mengetahui adanya
meningkat
5. Kolaborasikan dengan peningkatan status gizi
- BB naik
ahli gizi klien
- Kebutuhan
tubuh pasien
akan nutrisi
tetap terpenuhi
- Pasien tidak
menunjukkan
penurunan
status
gizi/nutrisi,
seperti pasien
tidak tampak
mengurus,
turgor kulit
tetap baik

2. 2 Setelah dilakukan - posisikan klien - posisi setengah duduk


asuhan keperawatan untuk dapat meringankan
1x24 jam pola nafas memaksimalkan kerja dari otot-otot
klien teratur ventilasi pernafasan
- identifikasi klien - mengetahui tindakan
Kriteria hasil:
perlunya selanjutnya yang perlu
1. Menunjukan pemasangan alat untuk mempermudah
jalan nafas yang jalan nafas buatan klien bernafas
paten - auskultasi suara - mengetahui kondisi
2. Tanda-tanda nafas, catat adanya saluran pernapasan
vital dalam suara tambahan - menunjukan
batas normal - monitor ttv keadaan/respon klien
- berikan terapi dan untuk menentukan
oksigen sesuai tindakan selanjutnya
indikasi - untuk memenuhi
kebutuhan oksigen
tubuh klien

F. IMPLEMENTASI

No Tgl/ Implementasi Evaluasi Para


. jam f
3. 1. Mencatat adanya mual, muntah, S: Klien mengatakan perut
dan diare terasa panas
2. Memberikan nutrisi yang cukup Klien mengatakan mual
muntah
pada klien
O: Klien tampak lemah
3. Mengajarkan klien untuk
Bibir mukosa klien
memakan makanan yang tampak kering
seimbang A: Masalah belum teratasi
4. Berkolaborasikan dengan ahli P: Lanjutkan intervensi
gizi 1. Mencatat adanya
mual, muntah, dan
diare
2. Memberikan nutrisi
yang cukup pada
klien
3. Berkolaborasikan
dengan ahli gizi

1. Memposisikan klien S: klien mengatakan perut


untuk memaksimalkan terasa panas seperti di
ventilasi bakar
Klien mengatakan leher
2. Mengidentifikasi klien
panas dan menjalar ke
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan perut
3. mengauskultasi suara klien mengatakan mual dan
nafas, catat adanya suara muntah
O: pasien tampak lemas
tambahan
-pasien tampak pucat
4. Memberikan terapi
A: Masalah belum teratasi
oksigen sesuai indikasi P: Lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi
klien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
2. mengauskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
3. Memberikan terapi
oksigen sesuai
indikasi

G. Pembahasan dengan jurnal

Hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati Fitriani N (2019) dengan
judul “Optimalisasi kemampuan penanganan kegawat daruratan keracunan bahan
kimia rumah tangga menggunakan sarana telenursing di desa karang rau sokaraja”,
menjelaskan bahwa keracunan merupakan kegawat daruratan yang harus di tangani
segera untuk menghambat terjadinya komplikasi maupun kematian.
Pada penelitian pengabdian masyarakat yang di lakukan oleh fatmawati, yang di
lakukan oleh 25 peserta dengan metode pemberian kuisioner pre test dan ceramah
praktik menunjukan keefektifitasan dengan hasil post test 8,9 atau sebesar 86,3%
dengan dilakukan evaluasi selama 2 minggu, di jabarkan beberapa petunjuk untuk
pertolongan keracunan antara lain:
1. Cari racun penyebab, dengan mencari wadah/kemasansisa racun
2. Kotoran muntatan lendir dari saluran nafas penderita di bersihkan
3. Tidak boleh melakukan nafas buatan
4. Apabila racun penyebab tidak diketahui, sementara diberikan larutan norit
(larutan arang batok kelapa dalam air)

Selain pertolongan diatas beberapa jenis menanganan pertolongan pertama bahan


kimia rumah tangga antara lain: lakukan pemberian cairan yang banyak, usahakan
dumutahkan apabila korban sadar suapaya racun keluar, pada korban tidak sadar
tidak boleh dirangsang muntah, karena akan beresiko cairan muntahan masuk
kedalam perut dan paru-paru. Untuk keracunan produk hasil olahan minyak bumi,
dilarang memuntahkan cairan, namun diberi cairan penetral racun seperti norit.

Dalam penelitian tersebut juga di jelaskan mengenai penanganan keracunan yang


masuk melalui mulut adalah dengan memberikan susu putih dan air kelapa muda
yang banyak dengan tujuan untuk menetralkan menetralkan racun di saluran cerna
serta unttuk merangsag muntah pada korban.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan efek
merugikan pada yang menggunakan. Keracunan dapat diartikan sebagai setiap
keadaaan yang menunjukkan kelainan multisistem dengan keadaan yang tidak
jelas. (Arief Mansjoer, 1999).
pertolongan keracunan antara lain:
1. Cari racun penyebab, dengan mencari wadah/kemasansisa racun
2. Kotoran muntatan lendir dari saluran nafas penderita di bersihkan
3. Tidak boleh melakukan nafas buatan
4. Apabila racun penyebab tidak diketahui, sementara diberikan larutan norit
(larutan arang batok kelapa dalam air)
5. Konsumsi susu putih dan air kelapa muda dengan jumlah banyak
6. Rangsang pasien untuk muntah, tetapi tidak dianjurkan unruk klien yang terjadi
penurunan kesadaran
7. Lakukan kumbah lambung.

DAFTAR PUSTAKA

Fitriana Fatmawati N. 2019. Optimalisasi Kemampuan Penanganan Kegawatdaruratan


Keracunan Bahan Kimia Rumah Tangga Menggunkan Telenursing Di Desa Karang
Rau Sokaraja. Purwokerto:Seminar Nasional
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
Harjanto, Suliyanto & Sukesi. 2011 . Managemen Bhan Kimia Berbahaya Dan Beracun
Sebagai Upaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Perlindungan Lingkungan.
Batan
Hadi setyo P. 2020. Dosis Efektif Air Kelapa Wulung (Cocos Nucifera L. Var, Rubescens)
Sebagai Antidotum Terhadap Keracunan Propoxur Pada Mencit putih Jantan.
Yogyakarta
Sumber : https://www.scribd.com/doc/231779366/Askep-Keracunan-Gadar.

Anda mungkin juga menyukai