Anda di halaman 1dari 59

1

ASUHAN KEPERAWATAN GINEKOLOGI


Pada Ny.Y (55 Tahun) dengan Diagnosa Medis Kista Ovarium Pre Operasi Di Ruang Hasanah 08 Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Metro 2021

Disusun Oleh :
Kelompok 4
ANGGUN SULISTIAWATI
AYU FENITA DEWI
DEDI RIYADI
DINDA AULIA SARI
NURBAITI
ONGKY SETYO PRAYOGO
RENDI SETYA PRATAMA
SITI NUR ASIYAH JAMIL

FAKULTAS KESEHATAN PRODI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021
2

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GINEKOLOGI


Pada Ny.Y (55 Tahun) dengan Diagnosa Medis Kista Ovarium Pre Operasi Di Ruang Hasanah 08 Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Metro 2021

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING AKADEMIK

Ns. Yeti Septiasari, S.Kep, M.Kep Ns. Farida Yuni Lestari, S.Kep
3

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini dengan maksimal dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny.Y (23 Tahun) dengan Diagnosa Medis
Kista Ovarium Di Ruang Hasanah 08 Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro 2021” tugas kelompok ini
sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah Praktik Keperawatan Maternitas.
Dalam penyusunan tugas asuhan keperawatan ini kami menjumpai berbagai hambatan
namun berkat dari dukungan moril maupun materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat
menyelesaikan asuhan keperawatan ini. Maka penulis menyampaikan trimakasih dan
penghargaian setinggi-tingginya kepada :

1. Drs. H. Wanawir Am, M.M, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Pringsewu Lampung.
2. Elmi Nuryati, M.Epid selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung dan sebagai koordinator mata kuliah metodologi penelitian.
3. Ns. Desi Ari Madi Yanti, M.Kep.,Sp.Kep.Mat selaku Ketua Program Studi S1
keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
4. Ns. Marlinda, M.Kep, Sp. Mat. sebagai koordinator mata kuliah praktik Maternitas.
5. Ns. Yeti Septiasari, S.Kep, M.Kes sebagai dosen pembimbing di Ruang Hasanah
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro
6. Ns. Farida Yuni Lestari, S. Kep. sebagai pembimbing klinik di Ruang Hasanah
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro
dan seluruh kakak-kakak yang ada di Ruang Hasanah Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Metro

Tugas asuhan keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi menjadikan kami
lebih berkualitas, besar harapan kami agar asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca semua.
4

Metro, 02 November 2021

Penulis,

Kelompok 4
5

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Kista Ovarium


a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Manifestasi
e. Pemeriksaan Penunjang
f. Penatalaksanaan
g. Komplikasi
B. Konsep Proses Keperawatan Kista Ovarium
a. Pengkajian
b. Diagnosa yang Mungkin Muncul
c. Intervensi Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
6

A. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan
adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak. Walaupun demikian
tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Perjalanan penyakit
yang sillent killer atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak
menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarim dan hanya mengetahui pada saat
kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Kista ovarium juga dapat menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium.
Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium maka seharusnya
dilakukan pendeteksian dini kanker ovarium dengan pemeriksaan yang lebih lengkap.
Sehingga dengan ini pencegahan terjadinya keganasan dapat dilakukan.
Di Provinsi Lampung, berdasarkan laporan program dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas tahun 2018, kasus
penyakit tumor terdapat 7.345 kasus terdiri dari tumor jinak 4.678 (68%) kasus dan tumor
ganas 2.667 (42%) kasus, kasus terbanyak ditemukan di Kota Bandar Lampung (Dinkes
Lampung, 2018).

B. Tujuan Umum
Rumusan Masalah

Bagaimana melaksanakan asuhan keperawatan yang kompleks pada pasien


Kista Ovarium di Ruang Hasanah di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui teori dan menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien
Kista Ovarium di Ruang Hasanah di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui konsep penyakit Kista Ovarium, mulai dari :
- Definisi
- Etiologi
- Patofisiologi
- Manifestasi klinik
7

- Pemeriksaan penunjang
- Penatalaksanaan
- Komplikasi
- Konsep dasar Proses keperawatan Tuberkulosis (pengkajian dasar, diagnosa yang mungkin
muncul, rencana keperawatan)
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pasien Kista Ovarium di Ruang
Hasanah di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro
c. Mampu menemukan diagnosa keperawatan pada pasien Kista Ovarium di
Ruang Hasanah di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro
d. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada pasien Kista Ovarium di
Ruang Hasanah di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Kista Ovarium di
Ruang Hasanah di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro
8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan
atau benda seperti bubur. Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium
normal,folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul
akibat pertumbuhandari epithelium ovarium. Kista adalah kantong berisi cairan,
kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-
macam (Bobak, 2015).

Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis,
berisi cairan atau bahan setengah cair (Henderson, 2016). Kista ovarium
merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang
terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium ( Syaifudin, 2018).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah
kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi.
(Waspodo, 2017).

B. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, kista ovarium di sebabkan menrut jenisnya:
1) Karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan progresterone.
2) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus
menstruasi
3) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah
ovulasi
4) Kista tuba lutein, disebabkan karena
meningkatnya kadar HCGterdapat pada molahidatidosa
5) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
9

C. Patofisiologi
Patofisiologi kista ovarium patologis dipengaruhi oleh pertumbuhan abnormal
sel-sel yang berada di dalam ovarium.
a. Kista Fungsional
Rata-rata siklus menstruasi terjadi selama 28 hari, dimulai dengan hari
pertama dari perdarahan menstruasi dan diakhiri sehari sebelum periode
menstruasi selanjutnya. Paruh pertama dari siklus ini disebut fase folikuler (fase
proliferatif) yang terjadi sampai terjadinya ovulasi dan paruh kedua dari siklus ini
disebut fase luteal (fase sekretorik) yang berlangsung setelah ovulasi terjadi. Pada
fase folikuler dapat terbentuk kista folikuler dan pada fase luteal dapat terbentuk
kista luteal.
Pada fase folikuler, stimulasi follicle stimulating hormone (FSH) yang
meningkat secara berlebihan atau kurangnya lonjakan luteinizing hormone (LH)
pada pertengahan siklus sebelum ovulasi dapat menyebabkan kegagalan proses
ovulasi. Cairan intrafolikel yang tidak diabsorbsi kembali dapat menyebabkan
folikel berlanjut menjadi sebuah kista folikuler di dalam ovarium. Sementara itu,
pada fase luteal, kista luteal dapat terjadi akibat pertumbuhan yang berlanjut dari
korpus luteum karena kegagalan disolusi jika tidak terjadi kehamilan atau kista
dapat juga terbentuk karena perdarahan yang mengisi rongga korpus yang terjadi
setelah ovulasi. Terdapat 2 jenis kista luteal yakni kista granulosa dan kista teka-
lutein. Kista granulosa merupakan pembesaran non-neoplastik ovarium,
sedangkan kista teka-lutein merupakan kista yang dapat disebabkan oleh
luteinisasi dan hipertrofi lapisan sel teka interna sebagai respon terhadap stimulasi
yang berlebihan dari gonadotropin dan hCG. Oleh karena itulah, kista teka-lutein
sering dijumpai pada perempuan dengan penyakit ovarium polikistik, mola
hidatidosa, koriokarsinoma, serta terapi hCG dan klomifen sitrat.
b. Kista Patologis
Kista patologis muncul melalui pertumbuhan berlebihan dari sel-sel yang
ada di dalam ovarium. Kista patologis ini dapat bersifat jinak atau ganas. Kista
patologis dapat muncul dari semua tipe sel dan jaringan ovarium. Sel yang paling
sering berkembang menjadi kista patologis yang bersifat ganas adalah sel epitel
permukaan (mesotelium) berupa kista adenomakarsinoma epitel ovarium,
sedangkan kista patologis yang bersifat jinak dapat berupa kistadenoma serosa dan
10

musinosa. Sel lain yang dapat berkembang menjadi kista patologis adalah sel
germinal yang dapat membentuk kista dermoid (teratoma). Endometrioma adalah
kista yang berisi darah yang muncul dari endometrium ektopik. Endometrioma ini
berhubungan dengan endometriosis. Luteoma kehamilan dapat terjadi ketika
parenkim ovarium digantikan dengan proliferasi sel stroma terluteinisasi yang
mungkin menjadi aktif secara hormonal dengan produksi androgen. Penyakit
ovarium polikistik adalah kista yang berhubungan dengan disfungsi hipotalamus.

D. Tanda gejala
1) Adanya ketidakteraturan menstruasi
2) N y e r i p a d a p e r u t b a g i a n
3) R a s a   s e b a h p a d a p e r u t
4) Timbul benjol pada perut
E. Komplikasi
11

Komplikasi yang bisa terjadi kibat kista ovarium, antara lain:

1. Torsi ovarium
Kista yang membesar bisa menyebabkan ovarium bergerak dan memutar yang
menyakitkan ovarium pengidap (torsi ovarium).

2. Kista pecah

Kista yang pecah dapat menyebabkan nyeri hebat dan perdarahan internal.

F. Pemeriksaan Penunjang
1) Laparoskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu

2) Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium atau kandung kemih, apakah tumor kristik atau solid, dan
dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak

3) Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks, selanjutnya pada
kista dermoid kadand-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto
rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon.
4) Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab asictes

G. Penatalaksanaan
a. Observasi
Kebanyakan kista ovarium terbentuk normal yang disebut kista fungsional dimana
setiap ovulasi. Telur di lepaskan keluar ovarium, dan terbentuklah kantung sisa
tempat telur. Kista ini normalnya akan mengkerut sendiri biasanya setelah 1-3
bulan. Oleh sebab itu, dokter menganjurkan agar kembali berkonsultasi setelah 3
12

bulan untuk meyakinkan apakah kistanya sudah betul-betul menyusut


(wiknjosastro, 2018)
b. Pemberian Hormone
Pengobatan gejala hormone yang tinggi, dengan pemberian obat pil KB
(gabungan estrgen dan progesteron) boleh di tambahkan obt anti androgen dan
progesterone cypoteronasetat (Carpenito, 2017)
c. Terapi bedah atau operasi

Cara perlu mempertimbangkan umur penderita, gejala dan ukuran besar kista.
Pada kista fungsional dan perempuan yang bersangkutan masih menstruasi,
biasanya tidak dilakukan pegobatan dengan operasi, tetapi bila hasil pada
sonogram, gambaran kista bukan kista fungsional, dan kista berukuran besar,
biasanya dokter menganjurkn mengangkat kist dengan operasi, begitu pula bila
perempuan sudah menopause, dan dokter menemukan adanya kista, seringkali
dokter yang bersangkutan mengangkat kista tersebut dengan jalan operasi
meskipun kejadian kanker ovarium jarang ditemukan. Akan tetapi bila si
perempuan berusia 50-70 tahun, maka resiko tinggi terjadi kanker (Doengoes,
2017).

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
1) Identitas pasien dan penangung jawab
Meliputi nama, umur,pekerjaan, alamat, agama, suku/bangsa
2) Keluhan Utama
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk mengetahui
permasalahan utama yang dihadapi ibu mengenai kesehatan reproduksi.
3) Riwayat Kesehatan
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita yang dapat
mempengaruhi dan memperparah penyakit yang saat ini diderita.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini yang berhubungan dengan gangguan reproduksi terutama kista
ovarium.
13

4) Riwayat kesehatan keluarga


Dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gaangguan kesehatan pasien.
4) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, syah atau
tidak, umur berapa menikah dan lama pernikahan.
5) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama
menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah, disminorhoe atau
tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk mengetahui ada tidaknya
kelainan system reproduksi sehubungan dengan menstruasi.
6) Riwayat kehamila
Persalinan dan nifas yang lalu Bertujuan untuk mengetahui apabila
terdapat penyulit, maka bidan harus menggali lebih spesifik untuk
memastikan bahwa apa yang terjadi pada ibu adalah normal atau
patologis.
7) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat ini digunakan ibu
yang kemungkinan menjadi penyebab atau berpengaruh pada penyakit yang
diderita saat ini.

b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan Tuberkulosis paru meliputi
pemeriksaan fisik umum persistem dari observasi keadaan umum,
pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pemriksaan head to toe.
1) Keadaan umum Tanda-Tanda Vital

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yang di dapat pada klien

tuberkulosis paru ini adalah mengalaminya peningkatan suhu tubuh secara

signifikan, frekuensi nafas yang meningkat apabila di seratai sesak nafas,

denyut nadi yang meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan

frekuensi pernafasan, tekanan darah biasanya sesuai dengan penyakit

penyulit seperti hipertensi.


14

2) Pemeriksaan head to toe

a. Kepala

Kulit kepala

Tujuan : Untuk mengetahui turgor kulit serta tekstur kulit kepala

dan untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka.

Inspeksi : Lihat ada atau tidaknya lesi, warna coklat kehitaman,

edema, dan distribusi rambut kulit.

Palpasi : Raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur

halus, kasar, akral hangat/dingin.

b. Rambut

Tujuan : Untuk mengetahui tekstur, warna, dan percabangan

rambut serta untuk mengetahui rontok dan kotor nya.

Inspeksi : Pertumbuhan rambut merata atau tidak, kotor atau tidak

serta bercabang atau tidak.

Palpasi : Mudah rontok atau tidak, tekstur rambut kasar atau halus.

c. Kuku

Tujuan : Untuk mengetahui warna, keadaan kuku panjang atau

tidak, serta mengetahui kapiler refill.

Inspeksi : Catat mengenai warna biru : sianosis, merah peningkatan

vesibilitas Hb, bentuk : clubbing karena hypoxia pada

kangker paru.

Palpasi : Catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler

refill (pada pasien hypoxia lambat 5-15 detik).

d. Kepala/wajah
15

Tujuan : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala serta

mengetahui luka atau kelainan pada kepala.

Inspeksi : Lihat kesimetrisan wajah apa bila muka kanan dan kiri

tidak sama, misal lebih condong ke kanan atau kiri, hal itu

menunjukkan ada nya parase/kelumpuhan.

Palpasi : Rasakan apabila adanya luka, tonjolan patologik, dan

respon nyeri dengan menekan kepala sesuai kebutuhan.

e. Mata

Tujuan : Untuk mengetahui bentuk serta fungsi mata (medan

penglihatan dan visus dan otot-otot mata), serta

mengetahui adanya kelainan pandangan pada mata atau

tidak.

Inspeksi : Lihat kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek berkedip

baik/tidak, konjungtiva dan sclera : merah atau

konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin, miosis atau

medriasis.

Palpasi : Tekan dengan ringan untuk mengetahui adanya TIO

(Tekanan Intra Okuler) jika ada peningkatan akan teraba

keras (pasien dengan glucoma/kerusakan dikus optikus)

adanya nyeri tekan atau tidak.

f. Hidung

Tujuan : Untuk mengetahui bentuk serat fungsi dari hidung dan

mengetahui ada atau tidaknya implamasi atau sinusitis.

Inspeksi : Simetris atau tidaknya hidung, ada atau tidaknya

imflamasi, serta ada atau tidaknya secret.


16

Palpasi : Adanya nyeri tekan atau tidak.

g. Telinga

Tujuan : Untuk mengetahui keadaan telinga, kedalaman telinga

luar, salluran telinga, gendag telinga.

Inspeksi : Daun telinga simetris atau tidak, ukuran, warna, bentuk,

kebersihan, lesi.

Palpasi : Tekan daun telinga adakah respon nyeri atau tidak serta

rasakan kelenturan kartilago.

h. Mulut dan faring

Tujuan : Untuk mengetahui kelainan dan bentuk pada mulut, dan

mengetahui kebersihan mulut.

Inspeksi : Lihat pada bagian bibir apakah ada kelainan congenital

(bibir sumbing) kesimetrisan, warna, pembengkakan, lesi,

kelembapan, amati juga jumlah dan bentuk gigi,

berlubang, warna plak dan kebersihan gigi.

Palpasi : Pegang dan tekan pelan daerah pipi kemudian rasakan ada

masa atau tumor, oedem atau nyeri.

i. Leher

Tujuan : Untuk menentukan struktur integritas leher, bentuk serta

organ yang berkaitan, untuk memeriksa sistem limfatik.

Inspeksi : Amati bentuk, warna kulit, jaringan perut, amati adanya

perkembangan kelenjar tiroid, dan amati kesimetrisan

leher dari depan, belakang dan samping.

Palpasi : Pegang leher klien, anjurkan klien untuk menenlan dan

rasakan adanya kelenjar tiroid.


17

j. Dada

Tujuan : Untuk mnegetahui kesimetrisan, irama nafas, frekuensi,

ada atau tidaknya nyeri tekan, dan untuk mendengarkan

bunyi paru.

Inspeksi : Amati bentuk dada dan pergerakan dada kanan dan kiri,

amati adanya retraksi intercosta, amati pergerakan paru.

Palpasi : Ada atau tidaknya nyeri tekan

Perkusi : Menentukan batas normal suara ketukan normal paru.

Bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru,jika di

sertai efusi pleura akan di dapati suara redup hingga

pekak, jika di sertai pneumothoraks akan di sertai bunyi

hiperesonan.

Auskultasi : Untuk mengetahui ada atau tidaknya suara tambahan

nafas, vesikular, wheezing/clecles, atau ronkhi.

k. Abdomen

Tujuan : Untuk mengetahui gerakan dan bentuk perut,

mendengarkan bunyi peristaltic usus, dan mengetahui ada

atau tidaknya nyeri tekan pada organ dalam abdomen.

Inspeksi : Amati bentuk perut secara umum, warna, ada tidaknya

retraksi, benjolan, ada tidaknya simetrisan, serta ada atau

tidaknya asietas.

Palpasi : Ada atau tidaknya massa dan respon nyeri.

Auskultasi: Mendengarkan bising usus normal 10-12x/menit.

l. Muskuloskeletal
18

Tujuan : Untuk mengetahui mobilitas kekuatan dari oto dan

gangguan-gangguan di daerah tertentu.

Inspeksi : Mengenali ukuran adanya atrofil dan hipertrofil, amati

kekuatan otot dengan member penahanan pada anggota

gerak atas dan bawah.

m. Genetalia (labia mayora dan minora, kebersihan vagina, perineum,


lochea, pemakaian pembalut, perdarahan 3 bulan terakhir)
n. Ekstremitas (varices, edema, reflek patella)
o. Anus (kebersihan, pembesaran hemmoroid)

2. Diagnose Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif (D. 0005)
b. Perfusi Perifer tidak efektif (D. 0009)
c. Nyeri akut (D. 0077)
d. Defisit perawatan diri (D. 0109)
e. Ansietas (D. 0080)
f. Gangguan pola tidur (D.0055)
19
20

3. Intervensi Keperawatan

No. SDKI SLKI SIKI Rasional

1. Pola nafas Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (I.01011) Observasi
tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Definisi 1. Untuk mengetahui perkembangan
(D. 0005) keperawatan selama 3x24 Mengidentifikasi dan mengelola status kesehatan pasien dan
jam masalah gangguan pola kepatenan jalan napas mencegah komplkasi lanjutan
napas tidak efektif dapat Tindakan 2. Makna 'gargling' atau 'gurgling' itu
teratasi dengan kriteria hasil : Observasi bagaikan suara ketika menggelogok
1. Dispnea dari skala 1 1. Monitor pola napas (frekuensi, 3. Wheezing adalah adalah suara
meningkat menjadi kedalaman, usaha napas) pernapasan frekuensi tinggi nyaring
skala 5 menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan yang terdengar di akhir ekspirasi. Hal
2. Penggunaan otot (mis. gurgling, mengi, ini disebabkan penyempitan saluran
bantu napas dari wheezing, ronkhi kering) respiratorik distal.
skala 1 meningkat 3. Monitor sputum (jumlah, 4. Mengi adalah adalah istilah untuk
menjadi skala 3 warna, aroma) menggambarkan suara bernada tinggi
sedang Terapeutik saat bernapas. Suara ini biasanya
3. Frekuensi napas dari 1. Pertahankan kepatenan jalan terdengar saat mengembuskan napas
1 memburuk menjadi napas dengan head-tilt dan 5. karekteristik sputum dapat
skala 5 membaik chin-lift (jaw-thrust jika curiga menunjukkan barat ringannya
trauma survikal) obstruksi
2. Posisikan semi-fowler atau 6. sputum adalah adalah mukus yang
21

fowler keluar saat batuk dari saluran


3. Berikan minuman hangat pernapasan atas. Dalam dunia
4. Berikan oksigen, jika perlu kedokteran, sampel dahak biasanya
Edukasi digunakan untuk
1. Anjurkn asupan cairan 2000 investigasimikrobiologi infeksi
ml/hari, jika tidak pernapasan dan investigasi sitologi
kontraindikasi sistem pernapasan.
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Terapeutik
Kolaborasi
1. hin Lift maneuver (tindakan
Kolaborasi pemberian bronkodilator ,
mengangkat dagu)Jaw thrust
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
maneuver (tindakan mengangkat
sudut rahang bawah)Head Tilt
maneuver (tindakan menekan dahi)
2. semi flower (setengah duduk) adalah
posisi berbaring dengan menaikan
kepala dan badan 30-45 deraja.
3. Flower adalah posisi berbaring
dengan menaikan kepala dan badan
80-90 derajat
4. Minuman hangat berguna untuk
22

membantu menjaga daya tahan tubuh


5. Oksigen sangat diperlukan oleh
mahluk hidup untuk bernafas

Edukasi
1. Kontraindikasi adalah pertentangan
dua hal yang sangat berlawanan atau
bertentangan. Pemberian osikgen
kurang dari 40%
2. Tehnik batuk efektif yaitu anjurkan
minum air hangat sebelum memulai
latihan batuk efektif,atur posisi duduk
dengan mencondongkan badan ke
depan,tarik nafas dalam melalui
hidung dan hembuskan melalui mulut
sebanyak 4-5 kali, pada tarikan nafas
dalam yang terakhir, nafas ditahan
selama 1-2 detik.

Kolaborasi
Pemberian bronkodilator dapat di gunakan
untuk meredakan gejala
23

2. Perfusi Perifer setelah dilakukan 1. Perawatan sirkulasi observasi


tidak efektif tindakan keperawatan Observasi 1. Pemeriksaan sirkulasi perifer bertujuan
(D. 0009) selama 3 X 24 jam 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi untuk mengatasi gejala, agar pasiien
Perfusimasalah perfusi perifer periper, edema, pengisian kapiler, dapat kembali beraktivitas seperti
Perifer teratasi dengan krirteria warna, suhu) sebelumnya
tidak hasil : 2. Identifikasi faktor resiko gangguan 2. Untuk mengidentifikasi gangguan
efektif 1. penyembuhan luka sirkulasi(mis.diabetes, sirkulasi serta memudahkan aliran
meningkat perokok,orang tua hipertensi dan oksigen
2. Edema perifer kadar kolestrol tinggi) 3. Untuk mengidentifikasi adanya inflamasi
menurun 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri
3. Nyeri ekstermitas atau bengkak pada ekstermitas.
menurun Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan
24

tourniquet pada area yang cidera


4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah, anti
koagulan, dan penurun kolestrol
jika perlu
5. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan
obat penyekat beta
7. Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat (mis.melembabkan
kulit kering pada kaki)
8. Anjurkan program rehabilitasi
25

vaskular
9. Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi(mis.rendah
lemak jenuh,minyak ikan omega 3)
10. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus di laporkan
(mis.rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat,luka tidak
sembuh,hilangnya rasa)

3. Nyeri akut (D. Tingkat nyeri (L.08066) Observasi Observasi


Definisi : pengalman sensori
0077) 1. identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui lokasi nyeri, karakteristik
atau emosional yang
durasi, frekuensi, kualitas, nyeri, berapa lama nyeri dirasakan serta
berkaitan dengan kerusakan
intensitas nyeri. kualitas dan intensitas nyeri yang
jaringan aktual atau
Terapeutik dirasakan pasien untuk mengetahui
fungsional dengan onset
1. Berikan tehnik non penanganan apa yang akan diberikan.
mendadak atau lambat dan
farmakologis untuk mengurangi Terapeutik.
berintesitas ringan hingga
rasa nyeri( mis, TENS, 1. Agar pasien tidak akan ketergantungan
berat dan konstan.
hipnosis, akupresure, terapi pada obat.
Kriteria hasil :
musik, biofeedback, terapi pijat, 2. Memastikan pasien merasakan nyaman
1. keluhan nyeri menurun
aroma terapi, tehnik imajinasi sehingga nyeri yang pasien rasakan tidak
meringis menurun
terbimbing, kompres
26

hangat/dingin, terapi bermain) semakin parah.


2. Kontrol lingkungan yang Edukasi
memperberat rasa nyeri (mis. 1. Dengan mengetahui penyebab, periode,
Suhu ruangan, pencahayaan , dan pemicu nyeri maka pasien dapat
kebisingan) mengatasi nyerinya sendiri.
Edukasi 2. Agar pasein dapat memilih strategi untuk
1. Jelaskan penyebab, periode, dan meredeakan nyeri yang ia rasakan sendiri
pemicu nyeri sesuai keinginan dan kenyamanannya.
2. Jelaskan strategi meredakan 3. Agar pasein dapat mengetahui terapi
nyeri farmakologi (obat-obatan) yang dapat
3. Ajarkan tehnik non digunakan selain non farmakologi jika
farmakologis untuk mengurangi terapi non farmakologi tidak berhasil.
rasa nyeri Kolaborasi
Kolaborasi Memastikan Terapi analgetik yang diberikan
efektif dengan melakukan kolaborasi.
Kolaborasi pemberian analgesik,jika
perlu
Pemberian Analgesik
Tindakan
Observasi
- Alergi obat adalah reaksi berlebihan
sistem kekebalah tubuh terhadap
obat-obatan tertentu.
27

Terapeutik
- Memastikan analgesik yang diberikan
dapat mengatasi masalah/keluhan
yang dirasakan.
Edukasi
- Efek samping obat adalahkondisi
yang muncul diluar efek dari
pengobatn yangdiharapkan.
Kolaborasi
- Memperhatikan langkah-langkah
benar dalam pemberian obat dan
keseuaian target.

4. Defisit Setelah dilakukan tindakan Tindakan Obsevasi


perawatan diri keperawatan selama 3 X 24 Observasi - Untuk memantau kebiasaan pasien
jam masalah defisit - identifikasi kebiasaan aktivitas
(D. 0109) melakukan perawatan diri
perawatan diri teratasi perawatan diri sesuai usia
dengan krirteria hasil : - identifikasi kebutuhan alat - Membantu klien untuk
1. minat melakukan bantu kebersihan diri, mempersiapkan alat kebeersihan
perawatan diri berpakaian, berhias dan makan
meningkat dari skala Terapeutik
2 (cukup menurun) - sediakan lingkungan yang Terapeutik
menjadi skala 4 terapeutik (mis. Suasana hangat, - Menyiapkan suasanan yang hangat
(cukup meningkat) rileks, privasi) dan rileks agar klien mampu
28

- siapkan keperluan pribadi (mis. melakukan perawatan diri


Parfum, sikat gigi, dan sabun Edeukasi
mandi)
- Agar pasien mampu melakukan
- dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri perawatn diri secara mandiri tampa
Edukasi bantuan dari orang lain
- anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan

5. Gangguan Pola tidur ( L.05045) Dukungan Tidur ( I.05174) Observasi :


Setelah melakukan Definisi :Memfaslitasi siklus tidur dan 1. Tidur adalah aktivitas utama otak
pola tidur
pengkajian selama 3 × 24 terjaga yang teratur. sepanjang awal perkembangan. Tidur
(D.0055) jam tingkat gangguan pola Observasi : memegang peranan penting dalam
tidur menurun, dengan 1. Identifikasi pola aktivitas dan maturasi otak in utero dan ekstra
criteria hasil : tidur uterin. Fungsi otak manusia pada masa
1. Keluhan sulit tidur 2. Identifikasi faktor penggangu
anak, dewasa, dan masa tua
membaik tidur (fisik dan/atau psikologis)
2. keluhan sering terjaga Terapeutik : dipertahankan oleh interaksi kompleks
cukup membaik 1. Modifikasi lingkungan (mis. dengan lingkungan selama periode
3. keluhan tidak puas Pencahayaan, kebisingan, suhu, terjaga. Tidur berperan dalam
tidur cukup membaik matras dan tempat tidur) konsolidasi interaksi tersebut dan
4. keluhan pola tidur 2. Batasi waktu tidur siang,jika dalam pembuangan pengalaman yang
berubah sedang perlu tidak diinginkan.
5. keluhan istiraht tidak 3. Fasilitasi menghilangkan stress 2. faktor-faktor yang mempengaruhi
cukup cukup membaik sebelum tidur kebutuhan tidur meliputi aspek fisik,
(PPNI, 2019). 4. Tetapkan jadwal tidur rutin psikologis, lingkungan, dan gaya hidup
5. Lakukan prosedur untuk pada pasien yang mengalami perubahan
meningkatkan kenyamanan fungsi pernafasan. Desain penelitian
( mis, pijat, mengatur
adalah deskriptif korelasi
29

posisi,terapi akupresur) Terapeutik :


6. Sesuaikan jadwal pemberian 1. Tidur dalam kondisi gelap atau
obat dan/atau tindakan untuk mematikan lampu kamar akan
menunjang siklus tidur-terjaga. membuat kualitas tidur menjadi lebih
Edukasi : baik. Paparan cahaya adalah faktor kunci
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup yang mengatur tidur dan jam biologis
selama sakit. tubuh. Cahaya menjadi acuan jam
2. anjurkan menepati kebiasaan biologis tubuh, karena cahaya yang
waktu tidur diterima tubuh saat tidur dapat
3. anjurkan mengurangi
memberikan sinyal yang menunjukkan
makanan/minuman yang
waktu-waktu tertentu bagi tubuh.
mengganggu tidur
4. anjurkan penggunaan obat tidur
2. Tidur di ruangan yang terang lebih
yang tidak mengandung
berisiko mengalami depresi
supresor terhadap tidur REM.
dibandingkan tidur di ruangan yang
5. ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gelap. Selain itu, gangguan tidur juga
gangguan pola tidur berkaitan erat dengan risiko
( mis,psikologis, gaya hidup, depresi.Pencahayaan redup di malam
sering berubah shift bekerja) hari meningkatkan perubahan fisiologis
6. ajarkan relaksasi otot autogenic yang menyebabkan depresi pada
atau cara nonfarmakologi manusia. Hal ini dapat terjadi melalui
lainnya. ritme sirkadian yang terganggu atau
(PPNI, 2018). penekanan melatonin.

Edukasi :
1. Tidur yang berkualitas dilakukan
minimal 7-8 jam setiap malam. Rentang
ini akan memberikan waktu bagi tubuh
untuk merawat dan menjaga kesehatan
Anda. Tidur 7-8 jam setiap hari juga
dapat memberikan Anda berbagai
30

manfaat
2. Mengurangi makan atau minum yang
bisa menggangu waktu tidur sangatlah
baik, tujuannya yakni untuk memberikan
waktu tidur yang optimal dan juga baik
untuk kesehatan tubuh.
3. Obat tidur tidak hanya bisa memicu rasa
kantuk, tapi juga membuat Anda tidur
lebih lama. Jika digunakan dalam jangka
pendek dan sesuai aturan pakai, obat ini
memang bisa berguna. Namun apabila
digunakan berlebihan, beberapa jenis
obat tidur bisa menyebabkan
ketergantungan
latihan relaksasi otot progresif
bermanfaat menimbulkan respon
tenang, nyaman, dan rileks.
31

BAB III
TINJAUAN KASUS

Ny. Y tinggal di Metro umur 55 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga. Klien
mengatakan nyeri dibagian bawah perut, klien mengatakan sesak nafas pada saat
berbaring di tempat tidur dan pada saat beraktifitas, klien mengatakan nafas
terengah-engah, klien mengatakan perut membesar, klien mengatakan cemas akan
kondisi sakit yang tak kunjung sembuh, klien mengatakan sudah beberapa hari
tidurnya tidak nyenyak, klien mengatakan perutnya membesar sejak ±3 bulan yang
lalu. Klien tampak pucat, klien tampak lemas, letih, lesu. Tanda-tanda vital : TD :
105/75 mmHg, RR : 30 x/menit, S : 36,5, dan N : 109x/menit, SpO2 : 96%, akral
dingin. Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2021, dengan diagnosa medis
: Kista ovarium

A. Pengkajian
1. Indetitas
a. Identirtas Klien
Nama : Ny. Y
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/ Bangsa : Lampung/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Sumber Biaya : Suami
Tanggal Pengkajian : 25 Oktober 2021
Diagnosa Medik : Kista Ovarium
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.T
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
32

Alamat : Metro Pusat


Hubungan Dengan Klien : Suami

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1). Keluhan Utama (saat pengkajian)
Klien mengatakan nyeri dibagian perut bawah dan panggul, nyeri seperti
terasa penuh dan panas, nyeri seperti tertimpa benda berat, durasi nyeri ± 1
menit, nyeri hilang timbul, frekuensi setiap 10 menit sekali , skala nyeri 6
(nyeri sedang),
2). Keluhan Penyerta :
Klien mengatakan sesak nafas pada saat berbaring di tempat tidur klien
mengatakan terdapat bejolan dibawah perut, klien mengatakan cemas akan
kondisi sakit yang tak kunjung sembuh, klien mengatakan sudah beberapa hari
tidurnya tidak nyenyak, klien mengatakan mempunyai riwayat ±SC 3 tahun
yang lalu

3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : klien mengatakan sudah sejak umur 13 tahun
Siklus : klien mengatakan tidak teratur
Keteraturannya : klien mengatakan tidak teratur
Lamanya : 3-5 hari
Keluhan yang menyertai : klien mengatakan jarang lagi berhubungan suami istri
setelah menoupose, Klien mengatakan pada saat sakit menolak saat diajak
berhubungan dengan suami.
b. Riwayat Perkawinan
Kawin/ tidak kawin : kawin
Umur ibu menikah : 23 tahun
Umur suami menikah : 27 tahun
Lama pernikahan : 32 tahun
Berapa kali menikah : 1 kali
c. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
33

3 kali melahirkan dengan 1 sc (seksio seksara) 2 normal, pernah mengalami asi


tidak keluar setelah melahirkan

4. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Kesehatan Sekarang : tidak ada
b. Riwayat Kesehatan Dahulu : tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : keluarga tidak memiliki penyakit menular

B. Kebiasaan Sehari – Hari


1. Pola Nutrisi
Frekuensi makan : 3 x/hari
Nafsu makan : Baik
Jenis makanan : Sayur bayam, nasi putih, dan lauk ikan
Makanan disukai : bakso, sate, ayam goreng, dan rendang
Kebiasaan sebelum makan : minum lalu makan
2. Pola Eliminasi
BAK
Frekuensi : pagi, sore dan malam
Jumlah : 6x/hari
Warna : kuning jernih
Bau : khas urine
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : klien mengatakan tidak ada
BAB
Frekuensi : pagi malm
Warna : kuning
Konsistensi : lembek
Keluhan : klien mengatakan tidak ada
3. Pola personal hygiene
Penampilan secara umum (pakaian, kuku, bau, dll)
Mandi
- Frekuensi : 2x/hr pada saat pagi dan sore

Oral hygiene

- Frekuensi : 2x/hr pada saat pagi dan malam


34

Cuci rambut

- Frekuensi :1 x/hr pada saat pagi


4. Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : pada saat sakit tidur pada malam hari ± 4 jam
Tidur siang : klien mengatakan pada saat sakit susah tidur
siang
Kebiasaan sebelum tidur : Mencuci muka dan berdoa
Keluhan : klien mengatakan susah tidur karena nyeri

5. Pola aktivitas
Kegiatan dalam pekerjaan : klien mengatakan pada saat sakit lebih
mementingkan aktivitas di rumah seperti
mencuci baju, mencuci piring, menyapu dan
memasak
Waktu bekerja : pagi dan sore
Olaraga : olahraga mandiri di rumah
Kegiatan waktu luang : sosialisasi dengan keluarga
Keluhan dalam beraktivitas : klien mengatakan nyeri dan terkadang sesak
nafas
6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Merokok
- jumlah :-
- lama pemakaian :-
Ketergantungan obat
- lama pemakaian : 1 minggu
- jumlah : 1 sampai 2 kapsul
- keluhan : jika tidak minum vitamin makan merasa lemas
- jenis obat : tablet

C. Pemeriksaan Fisik ( inspeksi, palpasi, dan perkusi)


1. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri
2. Kesadaran : composmetis
3. TTV
TD: 105/75 mmHg
35

RR : 20x/menit
S : 36,5
N : 20x/menit
4. BB/TB
BB : 100 kg
TB : 160 cm
5. Kepala ( rambut, muka, mata, hidung, telinga, mulut)
a) System Penglihatan

Posisi mata simetris, sklera anikterik, mata bersih, konjungtiva anemis, tidak ada

peradangan, tidak ada masalah penglihatan, pupil : ukuran 2-4 mm rekasi cahaya

mengecil kedua pupil dan membesar ketika gelap (tidak pada cahaya), Tidak

menggunakan alat bantu pengelihatan.

b) System Pendengaran

Keadaan telinga simetris, bersih, tidak ada cairan pada telinga, tidak

menggunakan alat bantu pendengaran.

6. System Wicara

Tidak ada gangguan pada wicara klien

7. Dada
- payudara
perubahan warna kulit : ( ) ya, jelaskan ()tidak
pembekakan mammae : ( ) ya () tidak
nyeri tekan pada saat palpasi
warna aerola
papilla mammae : () menonjol ( ) datar ( ) kedalam
colostrums : () sudah keluar ( ) belum keluar
kebersihan aerola dan putting : Bersih
- abdomen
Bising usus : Normal 20x/menit
8. Genetalia
36

Labia mayora dan minora : tidak ada perubahan bentuk


Kebersihan vagina : Bersih
9. Ekstrimitas
- varises : baik
- edema : tidak ada
- reflek patella : baik
10. Anus
Kebersihan : baik
Pembesaran hemmoroid : tidak ada

D. Pemeriksaan Diagnostik

Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan

Pemeriksaan
Hematologi

WBC 6.4 4.00-10.0 10^3/uL

RBC 4.54 4.00-6.00 10^6/uL

HGB 11.4 12.0-16.0 g/dL

HCT 35 37.0-48.0 %

MCV 77 80.0-97.0 fL

MCH 25 26.5-33.5 pg

MCHC 32 31.5-35.0 g/dL

PLT 593 150–400 10^3/uL

RDW-CV 11.5 10.0-15.0 fL

LYMPH% 70.60 52-.0-75.0 10^3/Ul

EO 9.3 1.00-3.00 10^3/uL


37

BASO 0.01 0.00-0.10 10^3/uL

Fungsi Hati

SGOP 44 <38 U/l

SGPT 11 >41 U/l

Albumin 3.0 3.5-5.0 U/l

Kimia Darah

E. Pengobatan / Terapi
1. Paracetamol 100 ml 1 x 1
2. Oksigenasi 2 liter
3. RL 500 ml

F. Data Fokus
1. Data Subjektif
 Klien mengatakan nyeri dibawah perut dan panggul, nyeri seperti terasa penuh
dan panas
 Klien mengatakan nyeri seperti tertimpa benda berat
 Klien mengatakan nafas terengah-engah saat aktifitas
 Klien mengatakan aktifitas dibantu oleh suaminya
 Klien mengatakan perut membesar
 Klien mengatakan cemas akan kondisinya
 Klien mengatakan tidur tidak nyenyak pada saat sakit
2. Data Objektif
 Skala nyeri 6
 Akral dingin
 Klien tampak meringis
 Klien tampak pucat
 Klien tampak lemas
 Klien tampak letih
 Klien tampak lesu
38

 HBG : 11,4 g/dl


 PLT : 593 10Ʌ3/uL
 MCH : 25 pg
 HCT : 35 %
 SGOP : 44 U/I
 TD : 105/75 mmHg, RR : 20 X/menit, S : 36,5 ˚C, N : 109 X/menit
 SpO2 : 96%

G. Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi


1. Data Subjektif Nyeri akut Agen pencedera
 Klien mengatakan nyeri fisiologi (Kista
dibawah perut dan Ovarium)
panggul, nyeri seperti
terasa penuh dan panas
 Klien mengatakan nyeri
seperti tertimpa benda
berat
 Klien mengatakan perut
membesar

Data Objektif
 Skala nyeri 6
 Klien tampak meringis
 TD : 105/75 mmHg, RR :
20 X/menit, S : 36,5 ˚C,
N : 109 X/menit

2. Data Subjektif Intoleransi Keluhan fisik


 Klien mngatakan aktifitas aktifitas
dibantu oleh suaminya
 Klien mengatakan nafas
39

terengah-engah saat
aktifitas
 Klien mengatakan perut
membesar

3. Data Objektif

 Klien tampak pucat


 Klien tampak lemas
 Klien tampak letih
 Klien tampak lesu
 Aktifitas klien Nampak
dibantu oleh suaminya
 TD : 105/75 mmHg, RR :
20 X/menit, S : 36,5 ˚C,
N : 109 X/menit
 SpO2 : 96%
 HBG : 11,4 g/dl
 PLT : 593 10Ʌ3/uL
 MCH : 25 pg
 HCT : 35 %
 SGOP : 44 U/I

3. Data Subjektif Gangguan pola Restraint fisik


 Klien mengatakan cemas tidur
akan kondisinya
 Klien mengatakan tidur
tidak nyenyak pada saat
sakit

Data Objektif
 Akral dingin
40

 Kulit pucat
 TD : 105/75 mmHg, RR :
20 X/menit, S : 36,5 ˚C,
N : 109 X/menit
41

H. Diagnose Keperawatan Prioritas


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (Kista Ovarium)
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan restraint fisik
I. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI Rasional
1. Nyeri akut Tingkat nyeri Observasi Observasi
(L.08066)
berhubungan - Identifikasi lokasi, karakteristik, - Mengetahui lokasi
dengan agen Setelah dilakukan durasi, frekuensi, kualitas, nyeri, karakteristik
pencedera tindakan keperawatan intensitas nyeri. nyeri, berapa lama nyeri
fisiologi selama 2 x 24 jam Terapeutik dirasakan serta kualitas dan
(Kista masalah nyeri akut - Berikan tehnik non farmakologis intensitas nyeri yang dirasakan
Ovarium) teratasi untuk mengurangi rasa pasien untuk mengetahui
nyeri( mis, TENS, hipnosis, penanganan apa yang akan

Kriteria Hasil : akupresure, terapi musik, diberikan.

1. Keluhan nyeri biofeedback, terapi pijat, aroma Terapeutik.

menurun terapi, tehnik imajinasi - Agar pasien tidak akan

2. Meringis menurun terbimbing, kompres ketergantungan pada obat.


hangat/dingin, terapi bermain) - Memastikan pasien merasakan
- Kontrol lingkungan yang nyaman sehingga nyeri yang
memperberat rasa nyeri (mis. pasien rasakan tidak semakin
Suhu ruangan, pencahayaan ,
42

kebisingan) parah.
Edukasi Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan - Dengan mengetahui penyebab,
pemicu nyeri periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri maka pasien dapat mengatasi
- Ajarkan tehnik non farmakologis nyerinya sendiri.
untuk mengurangi rasa nyeri - Agar pasein dapat memilih
Kolaborasi strategi untuk meredeakan
Kolaborasi pemberian analgesik,jika perlu nyeri yang ia rasakan sendiri
sesuai keinginan dan
kenyamanannya.
- Agar pasein dapat mengetahui
terapi farmakologi (obat-
obatan) yang dapat digunakan
selain non farmakologi jika
terapi non farmakologi tidak
berhasil.
Kolaborasi
Memastikan Terapi analgetik yang diberikan
efektif dengan melakukan kolaborasi.
43

2. Intoleransi Pola Napas (L.01004) Manajemen Energi (I.05178) Manajemen energi


aktifitas Defnisi : Tindakan:
berhubungan Setelah dilakukan Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan Observasi :
dengan tindakan keperawatan energi untuk mengatasi atau mencegah 1. Untuk menjaga pola dan jam tidur
kelemahan selama 2x24 jam kelelahan dan mengoptimalkan proses 2. Untuk mengethaui lokasi dan
fisik masalah gangguan pola pemulihan. ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas
napas tidak efektif Tindakan : Terpeutik :
dapat teratasi dengan Observasi : 1. Untuk menjaga kenyamanan pasien
kriteria hasil : 1. Monitor pola dan jam tidur 2. Untuk dapat menangkan pasien
1. Dispnea dari 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan Edukasi :
skala 1 selama melakukan aktivitas 1. Untuk menghindari pasien agar tidak
meningkat Terapeutik : kelelahan
menjadi skala 5 1. Sediakan lingkungan nyaman dan 2. Agar pasien dapat melakukan aktivitas
menurun rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, secara bertahap
2. Penggunaan kunjungan) 3. Untuk mengurangi kelelahan
otot bantu 2. Berikan aktivitas distraksi yang Kolaborasi :
napas dari skala menenagkan Untuk memenuhi kebutuhan energi bagi
1 meningkat Edukasi : tubuh
menjadi skala 3 1. Anjurkan tirah baring
sedang 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
3. Frekuensi terhadap
napas dari 1 3. Ajarkan streategi koping untuk
44

memburuk mengurangi kelelahan


menjadi skala 5 Kolaborasi :
membaik - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
3. Gangguan Pola tidur ( L.05045) Dukungan Tidur ( I.05174) Observasi :
Setelah melakukan Observasi : - Tidur adalah aktivitas utama
pola tidur
pengkajian selama 2 × - Identifikasi pola aktivitas otak sepanjang awal
berhubungan 24 jam tingkat dan tidur perkembangan. Tidur
gangguan pola tidur - Identifikasi faktor memegang peranan penting
dengan
menurun, dengan penggangu tidur (fisik dalam maturasi otak in
restraint criteria hasil : dan/atau psikologis)
utero dan ekstra uterin.
1. Keluhan sulit Terapeutik :
fissik Fungsi otak manusia pada
tidur membaik - Modifikasi lingkungan
2. keluhan sering (mis. Pencahayaan, masa anak, dewasa, dan
terjaga cukup kebisingan, suhu, matras masa tua dipertahankan oleh
membaik dan tempat tidur) interaksi kompleks dengan
3. keluhan tidak - Batasi waktu tidur lingkungan selama periode
puas tidur cukup siang,jika perlu terjaga. Tidur berperan
membaik - Fasilitasi menghilangkan dalam konsolidasi interaksi
4. keluhan pola stress sebelum tidur tersebut dan dalam
tidur berubah - Tetapkan jadwal tidur pembuangan pengalaman
sedang rutin
yang tidak diinginkan.
5. keluhan istiraht - Lakukan prosedur untuk
- faktor-faktor yang
tidak cukup meningkatkan
cukup membaik kenyamanan ( mis, pijat, mempengaruhi kebutuhan
(PPNI, 2019). mengatur posisi,terapi tidur meliputi aspek fisik,
akupresur) psikologis, lingkungan, dan
- Sesuaikan jadwal gaya hidup pada pasien yang
pemberian obat dan/atau mengalami perubahan fungsi
tindakan untuk pernafasan. Desain penelitian
45

menunjang siklus tidur- adalah deskriptif korelasi


terjaga. Terapeutik :
Edukasi : - Tidur dalam kondisi gelap
- Jelaskan pentingnya tidur atau mematikan lampu kamar
cukup selama sakit. akan membuat kualitas
- anjurkan menepati tidur menjadi lebih baik.
kebiasaan waktu tidur Paparan cahaya adalah faktor
- anjurkan mengurangi
kunci yang mengatur tidur
makanan/minuman yang
dan jam biologis tubuh.
mengganggu tidur
Cahaya menjadi acuan jam
- anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak biologis tubuh, karena cahaya
mengandung supresor yang diterima tubuh saat tidur
terhadap tidur REM. dapat memberikan sinyal
- ajarkan faktor-faktor yang yang menunjukkan waktu-
berkontribusi terhadap waktu tertentu bagi tubuh.
gangguan pola tidur
( mis,psikologis, gaya - Tidur di ruangan yang terang
hidup, sering berubah lebih berisiko mengalami
shift bekerja) depresi dibandingkan tidur di
- ajarkan relaksasi otot ruangan yang gelap. Selain
autogenic atau cara itu, gangguan tidur juga
nonfarmakologi lainnya. berkaitan erat dengan risiko
(PPNI, 2018). depresi.Pencahayaan redup di
malam hari meningkatkan
perubahan fisiologis yang
menyebabkan depresi pada
manusia. Hal ini dapat terjadi
melalui ritme sirkadian yang
terganggu atau penekanan
melatonin.
46

Edukasi :
- Tidur yang
berkualitas dilakukan
minimal 7-8 jam setiap
malam. Rentang ini akan
memberikan waktu bagi
tubuh untuk merawat dan
menjaga kesehatan Anda.
Tidur 7-8 jam setiap hari juga
dapat memberikan Anda
berbagai manfaat
- Mengurangi makan atau
minum yang bisa menggangu
waktu tidur sangatlah baik,
tujuannya yakni untuk
memberikan waktu tidur yang
optimal dan juga baik untuk
kesehatan tubuh.
- Obat tidur tidak hanya bisa
memicu rasa kantuk, tapi juga
membuat Anda tidur lebih
lama. Jika digunakan dalam
jangka pendek dan sesuai
aturan pakai, obat ini
memang bisa berguna.
Namun apabila digunakan
berlebihan, beberapa jenis
obat tidur bisa menyebabkan
ketergantungan latihan
relaksasi otot progresif
bermanfaat menimbulkan
47

respon tenang, nyaman, dan


rileks.

J. Implementasi Keperawatan
No. DX. Hari/Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi
1. Nyeri akut 25/10/2021 Observasi S:
berhubungan - mengidentifikasi lokasi terdapat di - Klien mengatakan nyeri masih hilang
dengan agen bagian perut, karakteristik nyeri tekan timbul
pencedera durasi ± 1 menit, frekuensi setiap 10 - klien mengatakan kurang memahami
fisiologi (Kista menit sekali, dengan skala nyeri 6. penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Ovarium) Terapeutik O:
- Memberikan tehnik non farmakologis - Klien tampak meringis
untuk mengurangi rasa nyeri dengan - Skala nyeri 6
relaksasi nafas dalam dan mengaji
Edukasi A:
- menjelaskan penyebab, periode, dan Masalah belum teratasi
pemicu nyeri
- menjelaskan strategi meredakan nyeri P:

dengan latihan tarik nafas dalam - Memberikan tehnik non

- mengajarkan tehnik non farmakologis farmakologis untuk

untuk mengurangi rasa nyeri (tarik mengurangi rasa nyeri

nafas melalui mulut tahan 5-10 detik dengan relaksasi nafas dalam
48

lalu hembuskan melalui hidung, dan mengaji


dilakukan ketika nyeri timbul) - menjelaskan strategi
Kolaborasi meredakan nyeri dengan
1. Paracetamol 100 ml latihan tarik nafas dalam
2. Oksigenasi 2 liter - mengjarkan tehnik non
3. RL 500 ml farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (tarik
nafas melalui mulut tahan 5-
10 detik lalu hembuskan
melalui hidung, dilakukan
ketika nyeri timbul)
 Tranexamic Acid 5 cc (IV)
 Dexamethasone 3 cc (IV)
 Paracetamol 100 ml
 Oksigenasi 2 liter
 Ketorolax 1 cc

2. Intoleransi 25/10/2021 Observasi : S:


aktifitas 1. Memoonitor pola dan jam tidur - klien mengatakan aktifitas dibantu
berhubungan 2. Memoonitor lokasi dan ketidaknyamanan suaminya
49

dengan selama melakukan aktivitas O:


kelemahan Terapeutik : - kekamar mandi tampak dibantu
fisik 1. menyediakan lingkungan nyaman dan suaminya
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, - klien tampak lemas
kunjungan) - Klien tampak pucat
2. memberikan aktivitas distraksi yang - SpO2 96%
menenagkan A:
Edukasi : - Masalah belum teratasi
1. menganjurkan tirah baring
2. menganjurkan melakukan aktivitas secara P:
terhadap - Lanjutkan intervensi
3. menganjarkan streategi koping untuk - Memotivasi untuk aktifitas
mengurangi kelelahan bertahap
Kolaborasi : - Menyediakan lingkungan nyaman
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3. Gangguan 25/10/2021 Observasi : S:
- Mengidentifikasi pola aktivitas
pola tidur - Klien mengatakan masih susah
dan tidur
berhubungan - Mengidentifikasi faktor tidur
penggangu tidur (fisik dan/atau
dengan - Klien mengatakan masih lemas
psikologis)
restraint fisik Terapeutik :
- Memodifikasi lingkungan
50

seperti Pencahayaan, O:
kebisingan, suhu, matras dan
- Klien tampak pucat
tempat tidur
- Membatasi waktu tidur siang - Klien tampak lemas
- Memfasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur dengan cara
mendengarkan lagu atau A:
mendengarkan ceramah Masalah belum teratasi
- Menetapkan jadwal tidur rutin
- Menyesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau P :
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga. Lanjutkan intervensi
Edukasi : - Memodifikasi lingkungan seperti
- Menjelaskan pentingnya tidur Pencahayaan, kebisingan, suhu,
cukup selama sakit. matras dan tempat tidur
- Menganjurkan menepati - Membatasi waktu tidur siang
kebiasaan waktu tidur - Memfasilitasi menghilangkan
- Menganjurkan mengurangi stress sebelum tidur dengan cara
makanan/minuman yang mendengarkan lagu atau
mengganggu tidur mendengarkan ceramah
- Menganjurkan penggunaan obat - Menetapkan jadwal tidur rutin
tidur yang tidak mengandung - Menyesuaikan jadwal pemberian
supresor terhadap tidur REM. obat dan/atau tindakan untuk
- Mengajarkan relaksasi otot menunjang siklus tidur-terjaga.
autogenic atau cara - Menganjurkan mengurangi
nonfarmakologi lainnya. makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Menganjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM.
51

No DX. Hari/Tanggal Implementasi Para Evaluasi


. f
1. Nyeri akut 26/10/2021 Observasi S:
berhubungan - mengidentifikasi lokasi terdapat di - Klien mengatakan nyeri masih hilang
timbul
dengan agen bagian perut, karakteristik nyeri tekan
- klien mengatakan kurang
pencedera durasi ± 1 menit, frekuensi setiap 10 memahami penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
fisiologi sekali, dengan skala nyeri 6.
O:
(Kista Terapeutik
- Klien tampak meringis
Ovarium) - Memberikan tehnik non farmakologis - Skala nyeri 5
untuk mengurangi rasa nyeri dengan
A:
relaksasi nafas dalam dan mengaji
Masalah belum teratasi
Edukasi
- menjelaskan penyebab, periode, dan
P:
pemicu nyeri
- Memberikan tehnik non
- menjelaskan strategi meredakan nyeri farmakologis untuk mengurangi rasa
dengan latihan tarik nafas dalam nyeri dengan relaksasi nafas dalam
dan mengaji
- mengjarkan tehnik non farmakologis - menjelaskan strategi meredakan
untuk mengurangi rasa nyeri (tarik nyeri dengan latihan tarik nafas
dalam
nafas melalui mulut tahan 5-10 detik - mengjarkan tehnik non farmakologis
lalu hembuskan melalui hidung, untuk mengurangi rasa nyeri (tarik
52

dilakukan ketika nyeri timbul) nafas melalui mulut tahan 5-10 detik
lalu hembuskan melalui hidung,
Kolaborasi
dilakukan ketika nyeri timbul)
1. Paracetamol 100 ml  Tranexamic Acid 5 cc (IV)
2. Oksigenasi 2 liter  Dexamethasone 3 cc (IV)
3. RL 500 ml  Paracetamol 100 ml
 Oksigenasi 2 liter
 Ketorolax 1 cc

2. Intoleransi 26/10/2021 Observasi S:


aktivitas - memonitor pola napas - klien mengatakan aktifitas dibantu
dengan frekuensi 25 x/menit, napas suaminya
kelemahan sedikit dangkal O:
fisik - Memonitor bunyi napas - kekamar mandi tampak dibantu
tambahan suaminya
Terapeutik - klien tampak lemas
- memosisikan semi-fowler atau - Klien tampak pucat
fowler pada klien - SpO2 90%
- memberikan minuman hangat A:
- memberikan oksigen, nasal - Masalah belum teratasi
canul 2 Liter
53

Edukasi P:
- meganjurkn asupan cairan 2000 - Lanjutkan intervensi
ml/hari, jika tidak - Memotivasi untuk aktifitas bertahap
kontraindikasi - Menyediakan lingkungan nyaman

3. Gangguan 26/10/2021 Observasi : S:


- Mengidentifikasi pola aktivitas
pola tidur - Klien mengatakan masih susah tidur
dan tidur
berhubungan - Mengidentifikasi faktor - Klien mengatakan masih lemas
penggangu tidur (fisik dan/atau
dengan
psikologis)
restraint Terapeutik : O:
- Memodifikasi lingkungan - Klien tampak pucat
fisik
seperti Pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras dan - Klien tampak lemas
tempat tidur
- Membatasi waktu tidur siang
- Memfasilitasi menghilangkan A:
stress sebelum tidur dengan Masalah belum teratasi
cara mendengarkan lagu atau
mendengarkan ceramah
- Menetapkan jadwal tidur rutin P :
- Menyesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau Lanjutkan intervensi
tindakan untuk menunjang - Memodifikasi lingkungan seperti
siklus tidur-terjaga.
Edukasi : Pencahayaan, kebisingan, suhu,
- Menjelaskan pentingnya tidur matras dan tempat tidur
54

cukup selama sakit. - Membatasi waktu tidur siang


- Menganjurkan menepati
- Memfasilitasi menghilangkan stress
kebiasaan waktu tidur
- Menganjurkan mengurangi sebelum tidur dengan cara
makanan/minuman yang
mendengarkan lagu atau
mengganggu tidur
- Menganjurkan penggunaan mendengarkan ceramah
obat tidur yang tidak
- Menetapkan jadwal tidur rutin
mengandung supresor terhadap
tidur REM. - Menyesuaikan jadwal pemberian
- Mengajarkan relaksasi otot
obat dan/atau tindakan untuk
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya. menunjang siklus tidur-terjaga.
- Menganjurkan mengurangi
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Menganjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM.

No DX. Hari/Tanggal Implementasi Para Evaluasi


. f
1. Nyeri akut 27/10/2021 Observasi S:
berhubungan - mengidentifikasi lokasi terdapat di - Klien mengatakan nyeri mulai berkurang
dengan agen bagian perut, karakteristik nyeri tekan - klien mengatakan sudah memahami
pencedera durasi ± 1 menit, frekuensi setiap 10 penyebab, periode, dan pemicu nyeri
55

fisiologi sekali, dengan skala nyeri 6. O:


(Kista Terapeutik - Klien tampak tenang
Ovarium) - Memberikan tehnik non farmakologis - Skala nyeri 2
untuk mengurangi rasa nyeri dengan
relaksasi nafas dalam dan mengaji A:
Edukasi - Masalah teratasi
- menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri P:

- menjelaskan strategi meredakan nyeri - Hentikan intervensi

dengan latihan tarik nafas dalam


- mengjarkan tehnik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (tarik
nafas melalui mulut tahan 5-10 detik
lalu hembuskan melalui hidung,
dilakukan ketika nyeri timbul)
Kolaborasi
1. Paracetamol 100 ml
2. Oksigenasi 2 liter
3. RL 500 ml
56

2. Intoleransi 27/10/2021 Observasi : S:


aktifitas 3. Memoonitor pola dan jam tidur - klien mengatakan aktifitas dibantu
berhubungan 4. Memoonitor lokasi dan ketidaknyamanan suaminya
dengan selama melakukan aktivitas O:
kelemahan Terapeutik : - kekamar mandi tampak dibantu
fisik 3. menyediakan lingkungan nyaman dan suaminya
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, - klien tampak lemas
kunjungan) - Klien tampak pucat
4. memberikan aktivitas distraksi yang - SpO2 90%
menenagkan A:
Edukasi : - Masalah teratasi teratasi
4. menganjurkan tirah baring
5. menganjurkan melakukan aktivitas secara P:
terhadap - Intervensi dihentikan
6. menganjarkan streategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
3. Gangguan 27/10/2021 Observasi : S:
- Mengidentifikasi pola aktivitas
pola tidur - Klien mengatakan sudah mulai
57

berhubungan dan tidur tidur nyenyak


- Mengidentifikasi faktor
dengan - Klien mengatakan badan segar
penggangu tidur (fisik dan/atau
restraint psikologis)
Terapeutik : O:
fisik
- Memodifikasi lingkungan
seperti Pencahayaan, - klien tampak segar
kebisingan, suhu, matras dan - tekanan darah 120/85 mmHg
tempat tidur
- Membatasi waktu tidur siang - nadi 65 x/menit
- Memfasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur dengan
cara mendengarkan lagu atau
mendengarkan ceramah A:
- Menetapkan jadwal tidur rutin
- Menyesuaikan jadwal Masalah sudah teratasi
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang
P :
siklus tidur-terjaga.
Edukasi : Hentikan Intervensi
- Menjelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit.
- Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Menganjurkan mengurangi
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Menganjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap
tidur REM.
- Mengajarkan relaksasi otot
58

autogenic atau cara


nonfarmakologi lainnya.
59

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, M. I. (2015). Buku ajar keperawatan matyernitas, edisi 4. Jakarta: EGC.


Carpenito, L.J. (2017), Diagnosa keperawatan edisi 8. Jakarta: EGC
Doengoes , M.E. (2017). Rencana keperawatan maternal/bayi : pedoman untuk perencanaan
dan dokumentasi perawatan klien edisi 2. Jakarta: EGC
Henderson & Jones.(2016). Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta: EGC
Syaifudin, A.B. (2018). Buku panduan praktek pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standart Lauran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Waspodo. (2017). Asuhan persalinan normal, buku acuan. Jakarta: Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi.
Wiknjosastro, H. (2018). Ilmu kebidanan edisi III. Jakarta : YBPSP.

Anda mungkin juga menyukai