Disusun Oleh
Nama : Susi Setyawati
NIM : 20159010030
Kelas : A
Disusun oleh:
Nama : Susi Setyawati
NIM : 20159010030
Kelas :A
Disetujui:
Kepala Ruangan
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebun
( Ema Fitriani, Amd.Keb )
Pembimbing Institusi
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebun
( Dr. Zakkiyatus Zainiyah, M.Keb )
NIDN. 0704127802
Pembimbing Kasus
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebunl
( dr. Surya Haksara, Sp.Og )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
Stikes NGUDIA HUSADA MADURA untuk memenuhi target yang telah ditetapkan.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
Madura.
Profesi Bidan
3. Dr. Surya Haksara SpOg selaku pembimbing Praktek di RSIA GLAMOR HUSADA
KEBUN
KEBUN
6. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan
Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Bagi Instansi Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai suatu bahan referensi
tentang Hubungan antara kejadian ketuban pecah dini (KPD) dengan tingkat
kecemasan pada ibu hamil dan sebagai literature mahasiswa dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
2. Penelitian ini di harapkan bisa memperluas pengetahuan serta pengalaman untuk
melakukan sebuah penelitian tentang Hubungan antara kejadian ketuban pecah dini
(KPD) dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil dan dapat mengaplikasikan ilmu
yang telah di pelajari dengan proses berfikir secara ilmiah dalam sebuah metode
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klinis dapat dinyatakan bahwa kala I dimulai sejak timbulnya his dan
adanya pengeluaran lendir bercampur darah yang berasal dari kanalis
servikalis yang menandakan adanya pembukaan serviks sampai pembukaan
serviks lengkap (10 cm). Proses membukanya serviks dibagi dalam 2 fase,
yaitu :
a. Fase laten
Pada fase laten pembukaan serviks terjadi sangat lambat sampai
pembukaan 3 cm, dan berlangsung selama + 8 jam.
b. Fase aktif
His dalam fase ini lebih kuat dan serviks membuka lebih cepat. Fase
aktif dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
(1) Fase aktif akselerasi, yaitu : proses pembukaan serviks dari 3 cm
menjadi 4 cm dalam waktu 2 jam.
(2) Fase aktif dilatasi maksimal, yaitu : pembukaan berlangsung cepat
dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam.
(3) Fase aktif deselerasi, yaitu : bila pembukaan menjadi lambat
kembali dari 9 cm menjadi lengkap yang terjadi dalam waktu 2
jam.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida juga
terjadi demikian, akan tetapi fase laten dan fase aktif terjadi lebih pendek.
Pada primigravida kala I berlangsung + 13 jam sedangkan pada multigravida
kira-kira 7 jam.
2. Kala II
Batasan kala II dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi, kala II juga disebut sebagai
pengeluaran bayi. (Depkes RI hal 79). Ditandai dengan his yang lebih kuat
dan lebih lama serta intervalnya semakin pendek kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali, perineum menonjol, anus dan vulva membuka. Tekanan pada rektum
menimbulkan rasa ingin mengedan. Pada primigravida kala II berlangsung
rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-rata 0,5 jam.
3. Kala II
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata
lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara.
Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih dari 30 menit, terutama
antara 30-60 menit. (Sumarah, 2009)
4. Kala I
Kala IV adalah persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jam setelah itu. Pemantauan pada kala IV sangat penting
terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pasca
persalinan. (Depkes, 2002).
2.1.7 Mekanisme Persalinan
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kepala janin mulai turun pada
pintu atas panggul (PAP). Tampak jelas pada primigravida, sedangkan pada
multigravida sering bersamaan dengan mulainya persalinan. Mekanisme turunnya
kepala janin terjadi sebagai berikut :
1. Turunnya kepala ke rongga panggul (Engagement)
Turunnya kepala melintasi PAP terjadi secara synklitimus, asynklitismus
posterior atau asynklitismus anterior.
2. Fleksi
Adanya tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yang akan turun,
menyebabkan kepala mengadakan fleksi ke dalam rongga panggul dengan
ukuran terkecil yaitu diameter sub oksipito bregmatika (9,5 cm).
3. Putar Paksi Dalam
Akibat adanya kombinasi elastisitas pelvis dan tekanan intra uterin
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang
disebut putar paksi dalam. Ubun-ubun kecil berputar kearah depan sehingga
berada dibawah symphisis.
4. Defleksi
Setelah ubun-ubun barada dibawah sympisis, maka kepala mengadakan
defleksi mengikuti sumbu jalan lahir yang mengarah ke depan atas.
5. Putar Paksi Luar
Setelah lahir, kepala segera mengadakan rotasi yang disebut putar paksi luar
untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak
6. Ekspulsi
Apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan
belakang, selanjutnya lahir bahu depan terlebih dahulu disusul bahu
belakang, kemudian lahir trochanter depan dahulu, baru trochanter belakang
dan lahirlah bayi seluruhnya.
2.2.2 Jenis-jenis sectio caesarea Menurut Wiknjosastro (2007), sectio caesarea dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Sectio caesarea transperitonealis profunda Merupakan jenis pembedahan yang
paling banyak dilakukan dengan cara menginsisi di segmen bagian bawah
uterus. Beberapa keuntungan menggunakan jenis pembedahan ini, yaitu
perdarahan luka insisi yang tidak banyak , bahaya peritonitis yang tidak besar,
parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian
hari tidak besar karena dalam masa nifas ibu pada segmen bagian bawah uterus
tidak banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
2. Sectio caesarea klasik atau sectio caesarea corporal Merupakan tindakan
pembedahan dengan pembuatan insisi pada bagian tengah dari korpus uteri
sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas batas plika vasio uterine.
Tujuan insisi ini dibuat hanya jika ada halangan untuk melakukan proses sectio
caesarea Transperitonealis profunda, misal karena uterus melekat dengan kuat
pada dinding perut karena riwayat persalinan sectio caesarea sebelumnya,
insisi di segmen bawah uterus mengandung bahaya dari perdarahan banyak
yang berhubungan dengan letaknya plasenta pada kondisi plasenta previa.
Kerugian dari jenis pembedahan ini adalah lebih besarnya resiko peritonitis
dan 4 kali lebih bahaya ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya.
3. Sectio caesarea ekstraperitoneal Insisi pada dinding dan fasia abdomen dan
musculus rectus dipisahkan secara tumpul. Vesika urinaria diretraksi ke bawah
sedangkan lipatan peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus. Jenis pembedahan ini dilakukan untuk mengurangi
bahaya dari infeksi puerpureal, namun dengan adanya kemajuan pengobatan
terhadap infeksi, pembedahan sectio caesarea ini tidak banyak lagi dilakukan
karena sulit dalam melakukan pembedahannya.
2.3.2 Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi
obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
b. Peninggian tekanan intra uterin
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Misalnya : 1. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesis
d. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini
terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis
dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)
e. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau
over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah
sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban
menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang,
menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
f. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL.
Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba
dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
g. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
h. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalopelvic disproporsi).
i. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran
organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah
pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
j. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
k. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik
l. Riwayat KPD sebelumya
m. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
n. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
No RM : 00-07-47
Identitas Pasien :
I. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan masuk Rumah Sakit : keluar air berwarna putih seperti cucian beras dari
jalan lahir sudah 2 hari.
2. Keluhan utama : tidak merasakan kenceng-kenceng pada perut, dan keluar air
berwarna putih seperti cucian beras sudah 2 hari.
3. Tanda-tanda persalinan
a. Tidak ada kontraksi sejak keluar air berwarna putih seperti cucian beras.
b. Pengeluaran pervagina : air berwarna putih seperti cucian beras.
4. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir 12 kali
5. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali, pernikahan ke-1, umur saat menikah 20 tahun, lamanya pernikahan
15 tahun.
6. Riwayat menstruasi
Menarche usia 12 tahun, siklus teratur, lama 7 hari, sifat darah encer, flour albus
ya. Disminorhea tidak, banyaknya 15cc
a. HPHT : 15-11-2020
b. HPL : 22-8-2021
c. UK : 38 Minggu 2 hari
7. Riwayat kehamilan ini :
a. Riwayat ANC
ANC teratur, frekuensi selama hamil 8x, oleh bidan di BPM
b. Obat-obatan/jamu yang dikonsumsi selama hamil : FE dan Kalk dari bidan
c. Imunisasi TT : T5
d. Keluhan/masalah/keadaan yang dirasakan ibu selama hamil
4 Hamil ini
9. Riwayat kontrasepsi yang digunakan :
I. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
TTV: TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit
R : 20 x/menit S : 36,6 C0,
Berat Badan
Sebelum hamil : 48 kg
Kunjungan lalu : 55 kg
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala :Muka tidak pucat, tidak ada oedema, Mata:Conjungtiva
Merah muda, Sklera Putih.
b. Leher : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe dan vena jagularis.
c. Payudara : Putting susu menonjol, Kolostrum keluar, tidak ada benjolan
abnormal.
d. Abdomen
a) Inspeksi : ada bekas luka operasi dgn panjang kira-kira 10 cm harizontal,
tidak ada striae gravidarum/striae albican, gerakan janin aktif
b) Palpasi :
leopold 1: Teraba bagian satu lunak dan bundar ( bokong ), TFU 3 jari
bawah PX
TFU : 30 cm
TBBJ : (TFU-11) X 155
(30- 11) x 155 = 2945 gram (Jhonson touscak)
Auskultasi : Punctum maksimum di Kiri perut bawah pusat
DJJ : 158 x/menit, .
His : Tidak ada
Palpasi Supra Pubik : Kosong
serviks menggunakan 2 jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan skala
ukuran jari (lebar 1 jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks
b) Tujuan :
1. Untuk menentukan faktor janin dan panggul
c) Hasil :
menumbung
3. Pemeriksaan Laboratorium
HB: 11, gr/dl, HIV: non reaktif, HbsAg: Negatif, GOLDA: B + Albumin :
negatif ,swab anti gen negatif
IV PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu akan
terlampir.
3. Menjelaskan ttg MOW serta menyarankan utk dilakukan MOW sbb ini operasi
SC yg ke 3 kalinya serta jumlah anak yg lebih dari 2 dan factor usia ibu yg masuk
sudah manandatanganinya
5. Melakukan Kolaborasi denagn Dr. obgyn tentang tindakan dan therapy yang kan
operasi dan makan setelah ibu sudah buang angin / flaktus karena pengaruh
anastesi yang diberikan mengganggu aktifitas peristaltic pada usus ibu sehingga
9. Menjelaskan pada ibu efeksamping setelah operasi yaitu nyeri dan lainnyua,ibu
mengerti
10. Menjelaskan kpd ibu dan keluarga utk melakukan mobilisasi dini setelah operasi
seperti miring kanan dan kiri, belajar jalan sedikit demi sedikit,dll shg
11. Menjelaskan pada ibu dan keluarga untuk menjaga luka bekas operasi jangan
sampai basah terkena air. luka bekas operasi yang terus-menerus basah karena
Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan ibu baik
Kesadaran composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,6̊C
RR : 20x/menit
Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Ibu merasakan cemas
Palpasi
Leopold 1 : 3 Jari bawah PX
Leopold II : bagian kiri teraba keras
memanjang seperti papan yaitu
punggung, bagian kanan ibu teraba
bagian kecil janin yaitu ekstremitas
Leopold III : bagian bawah teraba bulat
keras melenting yaitu kepala,sudah
masuk PAP
Leopold IV : divergen
TFU : 30 cm
DJJ : 158 x/menit
His : tidak ada
Pemeriksaan Dalam
Indikasi : VT
Tujuan : untuk mengetahui pembukaan
Hasil : pembukaan 1, portio tebal,
penurunan kepala hodge I, selaput
ketuban (-), presentasi kepala,
pengeluaran air, denominator tidak
dapat ditentukan.
Analisis Data
G4P3A0 Usia Kehamilan 38 minggu 2
hari
Tunggal, hidup, intra uterin, letak
kepala, keadaan janin dan janin sehat ,
persalinan kala 1 fase laten dengan
BSC dan KPD.
Penatalaksanaan
1) Memberitahu ibu bahwa
pembukaannya tetap (pembukaan
1). Ibu mengerti dengan penjelasan
petugas.
2) Menjelaskan hasil kolaborasi
dengan dokter bahwa ibu akan
dilakukan operasi Caesar. Ibu
mengerti dan menyetujui.
3) Memberikan inform concent untuk
tindakan operasi Caesar, ibu dan
keluarga menyetujui dan
menandatangani.
4) Memberitahukan ibu bahwa akan
dipasang selang kencing, akan
mencukur rambut kemaluan. Ibu
mengerti dan setuju.
5) Mempertemukan ibu dengan
keluarga sebelum ibu masuk ke
ruang operasi, ibu sudah
dipertemukan dengan keluarga.
6) Membawa ibu keruang operasi. Ibu
dilakukan anastesi dan dilkukan
tindakan operasi oleh dr.Surya
SpOg.
7) Bayi lahir jam 14.34 WIB, jenis
kelamin perempuan, BB 2900 gram,
PB 49 cm, A-S 5-6
8) Dr. Surya SpOg memperlihatkan
bayinya kepada ibu, merasa senang
setelah diberitahu bayinya telah
lahir.
9) Dr. Surya SpOg melahirkan
plasenta, plasenta telah lahir
lengkap, tidak terjadi perdarahan
serta melakukan MOW kemudian
menjelaskan sdh dilakukan MOW
dan ibu sdh tdk bisa hamil lagi, Ibu
mengerti..
10) Luka bekas sayatan operasi
mulai ditutup (di jahit) oleh dr.
Surya SpOg lapis demi lapis, dan
luka sayatan bekas operasi sudah
selesai dijahit, ditutup dengan kasa
steril dan pasang perekat hipafix
dan ,posisi luka harizontal. Ibu
dibersihkan dan persiapan dipindah
keruangan.
Objektif
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,5̊C
TFU : 1 jari bawah pusat
Kontraksi Uterus : Baik, keras
Kandung kemih : ± 200 cc
Perdarahan : 50 cc
Luka operasi bersih dgn dibungkus
kasa steril dan hipafix dgn garis
harizontal
Analisis Data
P4A0 Persalinan Kala 4
Penatalaksanaan
1) Menginformasikan hasil
pemeriksaan pada ibu dan keluarga
bahwa ibu dalam keadaan normal,
ibu dan keluarga mengerti dan
menerima hasil pemeriksaan yang
diberikan
2) Menjelaskan pada ibu dan keluarga
bahwa ibu boleh minum sedikit-
sedikit setelah 6 jam pasca operasi
dan makan. ibu dan keluarga
mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
3) Menginformasikan pada keluarga
untuk sering melihat underpad
dibawah ibu, jika terlihat banyak
darah yang keluar diunderpad,
keluarga segera melapor ke petugas.
Keluarga mengerti.
4) Menginformasikan apabila terjadi
muntah dan pusing yang berlebihan
segera melapor kepetugas.
5) Menginformasikan untuk
melakukan mobilisasi dini utk
mempercepat proses penyembuhan
luka operasi , misal kan apabila ibu
sudah bisa mengangkat kakinya ibu
sudah bisa miring kiri dan kanan
pelan-pelan, Ibu dan keluarga
mengerti.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah dilakukan oleh pengkajian terhadap Ny. S
G4P3A0 umur 35 tahun usia kehamilan 38 minggu 2 hari dengan ketuban pecah dini
dan BSC di RSIA GLAMOUR HUSADA KEBUN dapat disimpulkan bahwa :
1. Telah dilakukan pengkajian data pada Ny. S dengan kasus ketuban pecah dini dan
BSC. Pengkajian data yang dilakukan meliputi data subjektif yaitu dengan
menanyakan identitas, alasan datang, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat
perkawinan, riwayat obtetri, riwayat KB, pola kebutuhan sehari-hari dan psikososial
spiritual. Data objektif yang dikumpulakn meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan obtetri dan pemeriksaan penunjang untuk memperkuat diagnosa
pada kasus ketuban pecah dini dan BSC. Pada pengkajian data diketahui bahwa tidak
ada kesenjangan antara teori dengan praktek dilahan.
2. Telah dilakukan interpretasi data meliputi diagnosa, masalah dan kebutuhan pada
Ny. S dengan ketuban pecah dini dan BSC. Pada langkah ini tidak terdapat
kesenjangan antara teori dengan lahan praktek.
3. Mampu menentukan diagnosa potensial pada kasus Ny. S dengan ketuban pecah
dini dan BSC. Pada kasus Ny. S tidak ditemukan diagnosa untuk ibu maupun
janinnya. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan lahan
praktek.
4. Tindakan segera dalam mengantisipasi kasus tidak ada. Bahwa dalam menegakkan
diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan pengkajian pad ibu yang akan brsalin
secara menyeluruh yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam
dan pemeriksaan laboratorium.
5. Mampu merencanakan tindakan sesuai dengan asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini. Pada langkah ini
tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan lahan praktek.
6. Mampu melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah di buat.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan lahan praktek
B. SARAN
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih memahami penanganan pada kasus asuhan kebidanan
persalinan patologi dengan ketuban pecah dini dan BSC.
2.Bagi lahan
Diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang maksimal
kepada pasien terutama pada kasus ketuban pecah dini dan BSC.
3.Bagi pasien
Diharapkan pasien bisa menjaga kesehatan setelah dilakukan persalinan SC dengan
ketuban pecah dini dan BSC.
4.Institusi pendidikan
Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sumber informasi untuk
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Flechtheim, O. K., Weber, H., & Weber, H. (1969). Die Kpd In Der Weimarer
Republik (Vol. 69). Europäische Verlagsanstalt.
Mardiawati, D. (2017). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Mobilisasi Dini Pada
Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruangan Kebidanan Rsud Dr. Rasidin
Padang. Menara Ilmu, 11(76).
Manuaba “ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidik
bidan” penerbit kedokteran Jakarta: 2008
Sulistyawati dan Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Yogyakarta:
Salemba Medika.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan.
Fujiyarti. 2016. “Hubungan Antara Usia Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
LEMBAR BIMBINGAN
Disusun oleh:
Nama : Susi Setyawati
NIM : 20159010030
Kelas :A
Disetujui:
Kepala Ruangan
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebun
( Ema Fitriani, Amd.Keb )
Pembimbing Institusi
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebun
( Dr. Zakkiyatus Zainiyah, M.Keb )
NIDN. 0704127802
Pembimbing Kasus
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebunl
( dr. Surya Haksara, Sp.Og )
JURNAL REFLEKSI KRITIS
PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN MIDWIFERY CRITICAL CARE
Nama Mahasiswa : Susi Setyawati
Periode : ..........................................
Pembimbing Prodi : Dr Zakkiyatus Zainiyah,M.Keb
Dengan mempelajari materi ini, saya sebagai seorang bidan mendapatkan pengetahuan tentang
kegawat daruratan maternal, Neonatal, ginekologi sesuai kewenangan kita sebagai bidan di
tingkat pelayanan sekunder
Dengan mempelajari topic ini, saya sebagai seorang bidan yang bercimpung dalam pelayanan
diharapkan bisa menambah pengetahuan saya didalam meberikan asuhan kebidanan pada
kegawat daruratan maternal,neonatal serta ginekologi
Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini ? Bagaimana perencanaannya ?
-Dengan mempelajari topik ini, saya sebagai seorang bidan harus lebih berhati hati di dalam
mendiagnosa serta memberikan asuhan kebidanan khususnya utk kasus kegawat daruratan shg
tdk terjadi komplikasi baik bagi maternal maupun neonatal
Memberikan KIE kepada masyarakat ttg deteksi dini kegawat daruratan maternal,
neonatal serta ginekologi di tempat pelayanan seperti posyandu balita, kelas ibu
hamil,ANC terpadu, kelas ibu balita ,posyandu lansia,dll
Upaya memberikan pengetahuan kepada ibu dan keluarga ttg pengaruh mobilisasi dini
terhadap penyembuhan luka post operasi SC
Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam learning outcome tersebut adalah:
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan diharapkan bisa bermanfaat dan menjadi
masukan bagi saya dalam memberikan asuhan kebidanan kegawat daruratan meternal dan
neonatal
Saya mengidentifikasi sumber informasi menarik dalam topik pembelajaran ini adalah:
Jurnal tentang Pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post operasi SC
Learning outcome yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan adalah :
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin post operasi SC dgn mobilisasi dini shg
mempercepat penyembuhan luka operasi
Saya akan mengembangkan pembelajaran saya di bidang ini melalui :
Masalahnya adalah kesulitan dalam mencari jurnal yang sesuai dengan kasus yang
ada
Melalui bimbingan dalam upaya mendapatkan jurnal yang sesuai dengan kasus
yang ada
Kelompok intervensi 2 8
Kelompok kontrol 6 4
Relative Risk Reduction Absolute Risk Reduction Number Needed to Treat (NNT)
(RRR) (ARR)
95% CI
95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ # pasien eksperimen]
3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat diterapkan)
dalam praktek sehari-hari?
1/ (PEERxRRR) = 1/(_0,6x0,66__)__ =
__1/0,396=2,52___
f adalah faktor dorongan. f merupakan perkiraan berapa tinggi atau rendahnya risiko kematian
pasien kita dibandingkan pasien pada penelitian. Bila pasien kita kemungkinan meninggalnya 2
kali lebih besar dibandingkan pasien pada penelitian, maka besar f adalah 2. Bila pasien kita
kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih kecil dibandingkan pasien pada penelitian, maka besar f
adalah 0,5.
D. Evaluasi Pembelajaran
Topik:
Pengkajian data( subyektif dan obyektif), menganalisa data, memberikan konseling ttg Pengaruh
mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post operasi SC
Informasi/ keterampilan yang baru bagi saya :
Lebih mendalami lagi pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post operasi SC
Saya dapat mengetahui adanya penelitian ttg pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post
operasi SC shg dapat saya aplikasikan dlm memberikan asuhan kebidanan utk ibu melahirkan post
operasi SC yg dapat segera dilakukan karena terapi ini mudah utk dilakukan
Upaya lebih mempelajari lebih banyak jurnal dalam mencari kebenaran yg terjadi diberbagai kasus yg
sdh dilakukan penelitian serta dalam penanganan di berbagai kasus khususnya dalam asuhan kebidanan
kegawat daruratan meternal dan neonatal
Sy akan memberikan KIE kepada keluarga dan masyarakat ttg pentingnya mobilisasi dini
dalam mempercepat proses penyembuhan luka post operasi SC
Lebih menerapkan upaya preventif dan promotif sehingga penanganan secara kuratif dapat
ditekan.
Memberikan penyuluhan kepada ibu yg post operasi SC beserta keluarganya ttg pentingnya mobilisasi
dini terhadap proses penyembuhan luka operasi.