Anda di halaman 1dari 47

DUKUMENTASI PENCAPAIAN STASE

ASUHAN KEBIDANAN MIDWIFERY CRITICAL CARE


DI RSIA GLAMOUR HUSADA KEBUN
(LOGBOOK)

Program Studi : Profesi Bidan


Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Midwifery Critical Care
Kode Mata Kuliah : Bd. 708
Beban SKS : 2 SKS
Semester : II
Tempat Praktek : RSIA Glamour Husada Kebun
Waktu/ Periode : 09 Agustus s/d 21 Agustus 2021
Nama Peserta Didik : Susi Setyawati
NIM : 20159010030
Kelas :A
Dosen Pembimbing Lahan : Siti Rochimatul lailiyah,S.SiT.,M.Kes
Dr Eny Susanti.M.Keb
Dr Zakkiyatus Zainiyah,M.Kes
Iin Setyawati.S.Keb.Bd.,M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2021
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA MATERNAL


DENGAN BSC DAN KPD
DI RSIA GLAMOUR HUSADA KEBUN
KECAMATAN KAMAL

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Midwifery Critical Care
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh
Nama : Susi Setyawati
NIM : 20159010030
Kelas : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2020 - 2021
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN MIDWIFERY CRITICAL CARE


DI RSIA GLAMOUR HUSADA KEBUN

Disusun oleh:
Nama : Susi Setyawati
NIM : 20159010030
Kelas :A

Tanggal Pemberian Asuhan 10 Agustus 2021

Disetujui:

Kepala Ruangan
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebun
( Ema Fitriani, Amd.Keb )

Pembimbing Institusi
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebun
( Dr. Zakkiyatus Zainiyah, M.Keb )
NIDN. 0704127802

Pembimbing Kasus
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebunl
( dr. Surya Haksara, Sp.Og )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang

dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan selama di

RSIA GLAMOUR HUSADA KEBUN.

Penyusunan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas berstruktur di Akademi kebidanan

Stikes NGUDIA HUSADA MADURA untuk memenuhi target yang telah ditetapkan.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu

dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini terutama:

1. Dr. M. Hasinuddin, S.Kep.,M.Kes selaku ketua STIKES NGUDIA HUSADA

Madura.

2. Hamimatus Zainiyah,S.ST, M.Pd. M.keb selaku ketua Program Studi Pendidikan

Profesi Bidan

3. Dr. Surya Haksara SpOg selaku pembimbing Praktek di RSIA GLAMOR HUSADA

KEBUN

4. Dr. Zakkiyatus Zainiyah.,M.Keb selaku pembimbing Akademik Profesi Bidan.

5. Ema Fitriani Amd.Keb selaku kepala ruangan di RSIA GLAMOUR HUSADA

KEBUN

6. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan

Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan Asuhan Kebidanan

selanjutnya.

                                 
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap perempuan ingin persalinannya berjalan lancar serta dapat melahirkan
bayi dengan sempurna. Persalinan bisa saja berjalan secara normal, namun tidak
jarang proses persalinan mengalami kesulitan dan harus dilakukan tindakan sectio
caesarea (SC). Hal ini berarti janin dan ibu dalam keadaan gawat darurat dan hanya
dapat ditolong apabila persalinan dilakukan dengan cara sectio caesarea. Persalinan
pervaginam dikatakan sebagai proses yang sulit dan cenderung berbahaya bagi ibu
dan bayinya, sehingga operasi sectio caesarea merupakan metode persalinan dengan
cara pembedahan besar pada perut ibu dan biasanya lebih disukai daripada persalinan
melalui jalan lahir (pervaginam). Meskipun pada masa lalu sectio caesarea (SC)
masih menjadi hal yang menakutkan namun dengan perkembangan teknologi yang
canggih di bidang ilmu kedokteran kebidanan pandangan tersebut mulai bergeser.
Saat ini persalinan dengan cara seksio sesarea kerap menjadi pilihan alternatif pada
saat melahirkan.
Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan prosedur pembedahan untuk
mengeluarkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding uterus. Tindakan
sectio caesarea diperkirakan akan terus meningkat sebagai tindakan paling akhir dari
berbagai kesulitan persalinan seperti persalinan lama sampai persalinan macet,
rupture uteri iminens, gawat janin, janin besar dan perdarahan setelah melahirkan.
Persalinan Seksio sesarea memiliki risiko cukup tinggi tidak hanya bagi sang ibu tapi
juga bagi janin yang dikandungnya.
Meskipun berisiko, namun kenyataannya angka kejadian SC meningkat drastis
di banyak negara termasuk Indonesia. Saat ini persalinan sectio caesarea bukan
karena adanya indikasi dari ibu ataupun bayinya, akan tetapi karena atas permintaan
pasien sendiri (cesarean section on request).. Angka kematian akibat persalinan
Seksio sesarea pada bayi mencapai 3,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
persalinan pervaginam.2
Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan
terjadi peningkatan operasi seksio sesarea di Indonesia dari tahun 1991 sampai
dengan tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan seksio sesarea di perkotaan jauh
lebih tinggi dibandingkan di pedesaan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada kegawat daruratan maternal neonatal
melalui penerapan konsep manajemen kebidanan secara otomatis.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian data terhadap kegawad daruratan
maternal neonatal
2. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data dasar pada kegawad daruratan
maternal neonatal
3. Mahasiswa mampu melakukan diagnose terhadap kegawad daruratan maternal
neonatal
4. Mahasiswa mampu Menentukan masalah potensial terhadap kegawad daruratan
maternal neonatal
5. Mahasiswa mampu Menentukan rencana asuhan kebidanan pada kegawad
daruratan maternal neonatal
6. Mahasiswa mampu Melakukan pelaksanaan kebidanan pada kegawad daruratan
maternal neonatal
7. Mahasiswa mampu Melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada pada kegawad
daruratan maternal neonatal
1.3 MANFAAT

1. Bagi Instansi Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai suatu bahan referensi
tentang Hubungan antara kejadian ketuban pecah dini (KPD) dengan tingkat
kecemasan pada ibu hamil dan sebagai literature mahasiswa dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
2. Penelitian ini di harapkan bisa memperluas pengetahuan serta pengalaman untuk
melakukan sebuah penelitian tentang Hubungan antara kejadian ketuban pecah dini
(KPD) dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil dan dapat mengaplikasikan ilmu
yang telah di pelajari dengan proses berfikir secara ilmiah dalam sebuah metode
penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar Persalinan


2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar, 1998). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba,
1998).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar(Wiknjosastro, 2007).

2.1.2 Bentuk Persalinan (Mochtar 1998)


1. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2. Persalinan buatan / anjuran
Bila persalinan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan dimulai dengan
pemecahan ketuban, pemberian pitocin, maupun prostaglandin.
3. Persalinan luar biasa (abnormal)
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat atau melalui dinding perut dengan
seksio sesarea.

2.1.3 Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan


1. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
2. Teori penurunan progesteron
Proses penuaan placenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu sehingga
progesteron yang diproduksi placenta juga menurun. Akibatnya otot rahim
lebih sensitif terhadap oksitosin dan timbullah kontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan tertentu.
3. Teori oksitosin internal
Menurunnya progesteron akibat tuanya kehamilan meningkatkan produksi
oksitosin oleh kelenjar hipofesis posterior yang menimbulkan kontraksi
uterus.
4. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin semakin meningkat di akhir kehamilan menjadi
pemicu terjadinya persalinan karena menimbulkan kontraksi otot rahim.
5. Teori hipotalamus – pitutari dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencephalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
6. Teori iritasi mekanik
Tertekannya ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser yang terletak di
belakang serviks sehingga kontraksi uterus dapat dibangkitkan.

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi persalinan


1. Power (kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-
otot perut, kontraksi diagragma, dan aksi dari ligamen-ligamen. Keempat
kekuatan tersebut bekerja sama dengan baik dan sempurna.
2. Passage (Jalan lahir)
Jalan lahir yang berperan dalam persalinan meliputi bagian keras tulang-tulang
panggul dan jalan lahir lunak yang terdiri dari segmen bawah rahim, serviks
uteri dan vagina dan otot-otot yang menyokong alat-alat urogenital.
3. Passenger (Janin)
Keberlangsungan proses persalinan sangat ditentukan oleh posisi janin, bentuk
dan ukuran kepala.
4. Psyche (Kejiwaan)
Kemajuan persalinan dapat difasilitasi apabila wanita merasa aman, dihormati
dan dirawat oleh ahli yang bertanggung jawab dan ketika nyerinya ditangani
secara adekuat. Sebaliknya perasaan malu, merasa dalam bahaya, merasa
diabaikan dapat memicu reaksi psikologis yang mengganggu efisiensi
kemajuan persalinan.
5. Provider (Penolong)
Bidan sebagai penolong persalinan harus mempunyai pengetahuan
keterampilan dan sikap yang dapat diandalkan dalam memberikan asuhan,
termasuk mendeteksi adanya penyimpangan yang dapat mempengaruhi
keberhasilan proses persalinan.

2.1.5 Tanda Permulaan Persalinan


Beberapa minggu sebelum persalinan, seorang ibu mengalami tanda-tanda
permulaan persalinan yang disebut kala pendahuluan, yaitu :
1. Lightening / setting/ dropping, yaitu: kepala turun memasuki pintu atas
panggul yang terutama terjadi pada primigravida. Pada multigravida tidak
begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian bawah janin.
4. Perasaan sakit di perut dan punggung oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
dari uterus (false labour pains).
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah. Bisa
bercampur darah (bloody show).

2.1.6 Tahapan Persalinan


1. Kala I
Tanda-tanda ibu masuk dalam persalinan kala I adalah:
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
sobekan-sobekan kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

Klinis dapat dinyatakan bahwa kala I dimulai sejak timbulnya his dan
adanya pengeluaran lendir bercampur darah yang berasal dari kanalis
servikalis yang menandakan adanya pembukaan serviks sampai pembukaan
serviks lengkap (10 cm). Proses membukanya serviks dibagi dalam 2 fase,
yaitu :
a. Fase laten
Pada fase laten pembukaan serviks terjadi sangat lambat sampai
pembukaan 3 cm, dan berlangsung selama + 8 jam.
b. Fase aktif
His dalam fase ini lebih kuat dan serviks membuka lebih cepat. Fase
aktif dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
(1) Fase aktif akselerasi, yaitu : proses pembukaan serviks dari 3 cm
menjadi 4 cm dalam waktu 2 jam.
(2) Fase aktif dilatasi maksimal, yaitu : pembukaan berlangsung cepat
dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam.
(3) Fase aktif deselerasi, yaitu : bila pembukaan menjadi lambat
kembali dari 9 cm menjadi lengkap yang terjadi dalam waktu 2
jam.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida juga
terjadi demikian, akan tetapi fase laten dan fase aktif terjadi lebih pendek.
Pada primigravida kala I berlangsung + 13 jam sedangkan pada multigravida
kira-kira 7 jam.
2. Kala II
Batasan kala II dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi, kala II juga disebut sebagai
pengeluaran bayi. (Depkes RI  hal 79). Ditandai dengan his yang lebih kuat
dan lebih lama serta intervalnya semakin pendek kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali, perineum menonjol, anus dan vulva membuka. Tekanan pada rektum
menimbulkan rasa ingin mengedan. Pada primigravida kala II berlangsung
rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-rata 0,5 jam.
3. Kala II
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata
lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara.
Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih dari 30 menit, terutama
antara 30-60 menit. (Sumarah, 2009)
4. Kala I
Kala IV adalah persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jam setelah itu. Pemantauan pada kala IV sangat penting
terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pasca
persalinan. (Depkes, 2002).
2.1.7 Mekanisme Persalinan
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kepala janin mulai turun pada
pintu atas panggul (PAP). Tampak jelas pada primigravida, sedangkan pada
multigravida sering bersamaan dengan mulainya persalinan. Mekanisme turunnya
kepala janin terjadi sebagai berikut :
1. Turunnya kepala ke rongga panggul (Engagement)
Turunnya kepala melintasi PAP terjadi secara synklitimus, asynklitismus
posterior atau asynklitismus anterior.
2. Fleksi
Adanya tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yang akan turun,
menyebabkan kepala mengadakan fleksi ke dalam rongga panggul dengan
ukuran terkecil yaitu diameter sub oksipito bregmatika (9,5 cm).
3. Putar Paksi Dalam
Akibat adanya kombinasi elastisitas pelvis dan tekanan intra uterin
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang
disebut putar paksi dalam. Ubun-ubun kecil berputar kearah depan sehingga
berada dibawah symphisis.
4. Defleksi
Setelah ubun-ubun barada dibawah sympisis, maka kepala mengadakan
defleksi mengikuti sumbu jalan lahir yang mengarah ke depan atas.
5. Putar Paksi Luar
Setelah lahir, kepala segera mengadakan rotasi yang disebut putar paksi luar
untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak
6. Ekspulsi
Apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan
belakang, selanjutnya lahir bahu depan terlebih dahulu disusul bahu
belakang, kemudian lahir trochanter depan dahulu, baru trochanter belakang
dan lahirlah bayi seluruhnya.

2.2 Konsep dasar Persalianan Sectio Cesiaria


2.2.1 Pengertian Sectio Caesarea
Definisi Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono,
2009). Menurut Mochtar (2011) sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina atau
disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Tindakan
operasi sectio caesarea dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu yang
dikarenakan bahaya atau komplikasi yang akan terjadi apabila ibu melahirkan
secara pervaginam (Sukowati et al, 2010).
Indikasi Menurut Oxorn (2010), indikasi sectio caesarea terbagi menjadi :
1. Panggul sempit dan dystocia mekanis; Disproporsi fetopelik, panggul sempit
atau jumlah janin terlampau besar, malposisi dan malpresentasi, disfungsi
uterus, dystocia jaringan lunak, neoplasma dan persalinan tidak maju.
2. Pembedahan sebelumnya pada uterus; sectio caesarea, histerektomi,
miomektomi ekstensif dan jahitan luka pada sebagian kasus dengan jahitan
cervical atau perbaikan ostium cervicis yang inkompeten dikerjakan sectio
caesarea.
3. Perdarahan; disebabkan plasenta previa atau abruptio pasenta.
4. Toxemia gravidarum; mencakup preeklamsi dan eklamsi, hipertensi esensial
dan nephritis kronis.
5. Indikasi fetal; gawat janin, cacat, insufisiensi plasenta, prolapses funiculus
umbilicalis, diabetes maternal, inkompatibilitas rhesus, post moterm caesarean
dan infeksi virus herpes pada traktus genitalis.

2.2.2 Jenis-jenis sectio caesarea Menurut Wiknjosastro (2007), sectio caesarea dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Sectio caesarea transperitonealis profunda Merupakan jenis pembedahan yang
paling banyak dilakukan dengan cara menginsisi di segmen bagian bawah
uterus. Beberapa keuntungan menggunakan jenis pembedahan ini, yaitu
perdarahan luka insisi yang tidak banyak , bahaya peritonitis yang tidak besar,
parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian
hari tidak besar karena dalam masa nifas ibu pada segmen bagian bawah uterus
tidak banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
2. Sectio caesarea klasik atau sectio caesarea corporal Merupakan tindakan
pembedahan dengan pembuatan insisi pada bagian tengah dari korpus uteri
sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas batas plika vasio uterine.
Tujuan insisi ini dibuat hanya jika ada halangan untuk melakukan proses sectio
caesarea Transperitonealis profunda, misal karena uterus melekat dengan kuat
pada dinding perut karena riwayat persalinan sectio caesarea sebelumnya,
insisi di segmen bawah uterus mengandung bahaya dari perdarahan banyak
yang berhubungan dengan letaknya plasenta pada kondisi plasenta previa.
Kerugian dari jenis pembedahan ini adalah lebih besarnya resiko peritonitis
dan 4 kali lebih bahaya ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya.
3. Sectio caesarea ekstraperitoneal Insisi pada dinding dan fasia abdomen dan
musculus rectus dipisahkan secara tumpul. Vesika urinaria diretraksi ke bawah
sedangkan lipatan peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus. Jenis pembedahan ini dilakukan untuk mengurangi
bahaya dari infeksi puerpureal, namun dengan adanya kemajuan pengobatan
terhadap infeksi, pembedahan sectio caesarea ini tidak banyak lagi dilakukan
karena sulit dalam melakukan pembedahannya.

2.2.3 Komplikasi Sectio Caesarea


Komplikasi sectio caesarea menurut Jitowiyono (2010) yaitu : 1
1. Pada ibu :
a) Infeksi puerpereal Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan
suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti
peritonitis, sepsis dan sebagainya. Perdarahan Perdarahan banyak bisa
timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri ikut terbuka,
atau karena atonia uteri
b) Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, emboli paru dan sebagainya
sangat jarang terjadi
c) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesuah
sectio caesarea secara klasik.
2. Pada janin
Seperti halnya dengan ibu, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio
caesarea banyak tergantung drai keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan
sectio caesarea. Menurut statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal
dan intranatal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesarea berkisar
antara 4-7 %.

2.3 Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)


2.3.1 Definisi Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban
sebelum   persalinan berlangsung (Manuaba,2002). Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda
persalinan(ilmu kebidanan,penyakit kandungan, dan KB 2010)
Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban
memiliki fungsi seperti:
a. Untuk proteksi janin.                                                 
b. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
c. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
d. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
e. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau
diminum yang kemudian dikeluarkan melalui kencing janin.
f. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila
ketuban pecah.
Oleh sebab itu perlu untuk mengetahui asuhan apa yang harus diberikan.

2.3.2 Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi
obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
b. Peninggian tekanan intra uterin
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Misalnya : 1. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesis
d. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini
terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan
kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis
dan mudah pecah.  (Saifudin. 2002)
e. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau
over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah
sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban
menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang,
menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
f. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL.
Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba
dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
g. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
h. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalopelvic disproporsi).
i. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran
organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah
pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
j. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
k. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik
l. Riwayat KPD sebelumya
m. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
n. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu

2.3.3 Tanda dan gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina.  Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, Cairan
ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

2.3.4 Pengaruh KPD


a. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin
sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi
(amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan
meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal.
b. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila
terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi
puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan
merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama,
maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi
lainnya.
2.3.5 Komplikasi KPD
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC,
atau gagalnya persalinan normal.
a. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.
Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm.
Secara umum insiden infeksi pada KPD meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten.

b. Hipoksia Dan Asfiksia 


Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya
gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat
c. Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan
janin, serta hipoplasi pulmonal.

2.3.6 Penanganan KPD

Penanganan KPD memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada


kehamilan ibu dan janin, serta adanya tanda-tanda persalinan (Prawirohardjo,
2014).
1) KPD dengan kehamilan aterm
a) Diberikan antibiotika prafilaksis, ampisilin 4x500 mg selama 7
hari
b) Dilakukan pemeriksaan “admission test” bila ada kecendrungan
dilakukan terminasi kehamilan
c) Observasi temperature rektal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan
meningkat lebih atau sama dengan 37,6 C, segera dilakukan
terminasi.
d) Bila temperature rektal tidak meningkat, dilakukan observasi
selama 12 jam. Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartu
dilakukan terminasi.
e) Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi
obstetric
f) Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi Pelvic Score (PS):
 Bila PS ≥ 5, dilakukan induksi dengan oksitosin drip
 Bila PS > 5, dilakukan pematangan servik dengan
Misoprostol µ gr setiap 6 jam per oral maksimal 4 kali
pemberian.
2) KPD dengan kehamilan preterm:
a) Penanganan dirawat di RS
b) Diberikan antibiotika : Ampicilin 4x500 mg selama 7 hari
c) Untuk merangsang maturase paru diberikan kortikosteroid (untuk
UK <35 minggu) : dexamethason 5 mg setiap 6 jam.
d) Observasi di kamar bersalin :
(1) Tirah baring selama 24 jam, selanjutnya dirawat di ruang
obstetric
(2) Dilakukan observasi temperature rektal tiap 3 jam, bila ada
kecenderungan meningkat lebih atau sama dengan 37,6 C,
segera dilakukan terminasi.
e) Di ruang obstetri :
(1) Temperatur rektal diperiksa tiap 6 jam
(2) Dilakukan pemeriksaan laboratorium : leukosit dan laju endap
darah (LED) setiap 3 hari
f) Tata cara perawatan konservatif :
(1) Dilakukan sampai janin viable
(2) Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan melakukan
pemeriksaan dalam
(3) Dalam observasi 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG untuk
menilai air ketuban, bila air ketuban cukup, kehamilan
diteruskan, dan bila air ketuban kurang 17 (oligohidramnion)
dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan.
(4) Pada perawatan konservatif, pasien dipulangkan hari ke 7
dengan saran tidak boleh koitus, tidak boleh melakukan
manipulasi vagina, dan segera kembali ke RS bila ada keluar air
ketuban lagi
(5) Bila masih keluar air, perawatan konservatif dipertimbangkan
dengan melihat pemeriksaan laboratorium. Bila terdapat
leukositosis dan oeningkatan LED, lakukan terminasi.
3) Terminasi kehamilan
a) Induksi persalinan dengan drip oksitosin
b) Seksio sesaria bila prasyarat drip oksitosin tidak terpenuhi atau bila
drip oksitosin gagal
c) Bila skor pelvik jelek, dilakukan pematangan dan induksi persalinan
dengan Misoprostol 50µ gr oral tiap 6 jam, maksimal 4 kali
pemberian.

2.4 Dokumentasi Asuhan Kebidanan (SOAP)


Pengertian Dokumentasi asuhan kebidanan (SOAP)
Dokumentasi asuhan kebidanan adalah catatan tentang interaksi antara tenaga
kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan klinik kesehatan yang mencatat tentang hasil
pemeriksaan, prosedur pengobatan pada pasien dan pendidikan pada pasien dan
respon pasien terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan (Chapman, 2006).
Metode pendokumentasian dalam asuhan kebidanan adalah SOAP, yang
merupakan salah satu metode dokumentasian yang ada, SOAP merupakan singkatan
dari:
S = Subjektif
Pada bagian ini, tuliskan riwayat medis pasien dan hasil temuan subjektif,
berdasarkan laporan medis pasien tersebut. Riwayat pasien yang dicantumkan
pada bagian “Subjektif” umumnya meliputi etiologi (penyebab utama penyakit)
atau MOI (Mechanism of Injury) alias mekanisme cedera, C.C. (Chief
Complaint) atau keluhan utama, keluhan sekarang, keluhan sebelumnya, gejala
penyakit, psikologinya, obat-obatan yang dikonsumsi, gizinya, keturunannya,
deskripsi keluhan dan riwayat pasien.
O = Objektif
Bagian O dari catatan SOAP berisi hasil observasi kuantitatif sebagai tenaga
medis, seperti keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, antropometri, lila,
muka, mata, respirasi, laboratorium, dan indeks massa tubuh.
A = Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif
(langkah II, III dan VI)
P = Planning
Pada bagian ini, catat langkah pengobatan yang akan ditempuh pasien.
Cantumkan pula perawatan yang akan diberikan kepada pasien seperti proses
terapi, jenis obat, dan/atau metode operasi (jika harus dilakukan). Anda juga bisa
menuliskan rencana pengobatan jangka panjang dan rekomendasi gaya hidup
untuk pasien, serta tujuan
jangka pendek dan jangka panjang pasien (seperti melakukan latihan untuk
memperkuat otot, rentang gerak, dan mengurangi rasa sakitnya).
 Perencanaan ini harus ditulis secara mendetail (berisi rencana harian untuk
pasien) hingga penyakit pasien sembuh.
Alasan Pemakaian Dokumentasi asuhan kebidanan (SOAP)
a.  Metode dokumentasi SOAP merupakan perkembangan informasi yang sistematis
mengorganisir penemuan dan kesimpulan seorang bidan menjadi suatu rencana
asuhan.
b.  Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan
mengadakan pendokumentasian asuhan.
c. SOAP merupakan urutan- urutan yang dapat membantu bidan dalam
mengorganisasikan pikiran dalam memberikan asuhan yang komprehensif
(Simatupang, 2006).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA MATERNAL DENGAN BSC DAN KPD
DI RSIA GLAMOUR KEBUN
KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN

Tanggal Pengkajian : 10 Agustus 2021

Jam : 11.30 WIB

No RM : 00-07-47

Identitas Pasien :

Nama : Ny”P” Nama Suami : Tn”Z”


Umur : 35 tahun Umur : 38 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat :Banyuates Alamat : Banyuates

I. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan masuk Rumah Sakit : keluar air berwarna putih seperti cucian beras dari
jalan lahir sudah 2 hari.
2. Keluhan utama : tidak merasakan kenceng-kenceng pada perut, dan keluar air
berwarna putih seperti cucian beras sudah 2 hari.
3. Tanda-tanda persalinan
a. Tidak ada kontraksi sejak keluar air berwarna putih seperti cucian beras.
b. Pengeluaran pervagina : air berwarna putih seperti cucian beras.
4. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir 12 kali
5. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali, pernikahan ke-1, umur saat menikah 20 tahun, lamanya pernikahan
15 tahun.
6. Riwayat menstruasi
Menarche usia 12 tahun, siklus teratur, lama 7 hari, sifat darah encer, flour albus
ya. Disminorhea tidak, banyaknya 15cc
a. HPHT : 15-11-2020
b. HPL : 22-8-2021
c. UK : 38 Minggu 2 hari
7. Riwayat kehamilan ini :
a. Riwayat ANC
ANC teratur, frekuensi selama hamil 8x, oleh bidan di BPM
b. Obat-obatan/jamu yang dikonsumsi selama hamil : FE dan Kalk dari bidan
c. Imunisasi TT : T5
d. Keluhan/masalah/keadaan yang dirasakan ibu selama hamil

No Keluhan Tindakan Oleh Ket. (Tempat)


1. Mual, KIE nutrisi Bidan BPM di
pusing (makan sedikit- Banyuates
sedikit tapi
sering), dan
istirahat cukup
2 Sakit Bidan BPM di
KIE senam hamil
pinggang Banyuates

8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu


Persalinan Nifas
N
Tgl lahir UK Jenis Penolo Kompl J BB Laktasi Masal ket
O
ng ikasi K lahir ah

1 15 juni 9 bulan Spt B bidan tidak P 3000 ya men


2009 ing
gal

2 17 mei 9 bulan SC dokter Prtus P 2700 ya


2013 lama

3 06 april 9 bulan SC dokter Partus P 3000 ya


2016 lama

4 Hamil ini
9. Riwayat kontrasepsi yang digunakan :

no Jenis Mulai memakai Berhenti / ganti cara


KB
Tgl Oleh tempat keluhan Tgl Oleh tempat Alasan

1 Suntik 3 02/0 bidan Bpm Tidak 03/02 Ingin


bulan 7 ada /2020 punya
2016 keluhan berhent anak
i

10. Riwayat kesehatan


a. Penyakit sistemik, menurun, menular yang pernah/sedang diderita : tidak ada
b. Penyakit yang pernah /sedang diderita keluarga : tidak ada
c. Riwayat operasi : Sdh pernah melakukan operasi SC sebamyak 2 kali
d. Riwayat kembar, cacat : tidak ada

11. Kebutuhan fisik


a. Nuttrisi
Makan terakhir (10-8-2021, .08.00 WIB), Minum terakhir (10-8-2021,08.00
WIB ), porsi sedang, nasi, dan lauk-pauk.
b. Eliminasi
BAK terakhir (10-8-2021, 10.00 WIB)
Sifat cair, jumlah ± 20cc, warna kuning, tidak berbau
BAB terakhir (10-8-2021, 06.00 WIB)
Sifat lembek, warna kuning
c. Istirahat
Tidur ± 6 jam
d. Personal hygiene
Mandi 2x sehari, keramas terakhir (10-8-2021, 05.00 WIB)
12. Keadaan psiko, sosio dan spiritual (kesiapan menghadapi proses persalinan)
a. Pendamping persalinan
Suami dan keluarga
b. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap proses persalinan yang dihadapi ibu
merasa senang menhadapi persalinan
c. Persiapan persalinan yang telah dilakukan
Biaya serta perlengkapan bayi
d. Pengetahuan tentang proses persalinan
Ibu mengetahui proses persalinan SC sbb sdh 2 kali menjalaninya dan skrg yg
ke 3

I. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
TTV: TD : 110/70 mmHg N : 80 x/menit
R : 20 x/menit S : 36,6 C0,
Berat Badan

Sebelum hamil : 48 kg

Kunjungan lalu : 55 kg

Kunjungan ini : 57kg

Tinggi Badan : 157cm

IMT : 20,3 ROT : 79 MAP : 18

LILA: 24,5 cm,

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala :Muka tidak pucat, tidak ada oedema, Mata:Conjungtiva
Merah muda, Sklera Putih.
b. Leher : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe dan vena jagularis.
c. Payudara : Putting susu menonjol, Kolostrum keluar, tidak ada benjolan
abnormal.
d. Abdomen
a) Inspeksi : ada bekas luka operasi dgn panjang kira-kira 10 cm harizontal,
tidak ada striae gravidarum/striae albican, gerakan janin aktif

b) Palpasi :
leopold 1: Teraba bagian satu lunak dan bundar ( bokong ), TFU 3 jari
bawah PX

Leopold 2: Kiri : Teraba bagian panjang keras memapan (Punggung),


Kanan : Teraba bagian terkecil janin (Ekstremitas)

Leopold 3: Teraba bagian bundar dan keras di bagian bawah perut


ibu. ( kepala ), Kepala Masuk PAP

Leopold4 : Tangan pemeriksa tidak bertemu lagi (divergen), 3/5

TFU : 30 cm
TBBJ : (TFU-11) X 155
(30- 11) x 155 = 2945 gram (Jhonson touscak)
Auskultasi : Punctum maksimum di Kiri perut bawah pusat
DJJ : 158 x/menit, .
His : Tidak ada
Palpasi Supra Pubik : Kosong

e. Ekstermitas : tidak oedema reflek patella +/+.


f. Genetalia
a) Vagina : tidak ada perdarahan, tidak odema tidak varises, tidak ada
pembesaran kelejar bartolin, terdapat pengeluaran lendir dan air
b) Anus : Tidak ada haemoroid
g. Pemeriksaan dalam :
a) Indikasi : Pemeriksaan genetalia bagian dalam mulai dari vagina sampai

serviks menggunakan 2 jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan skala

ukuran jari (lebar 1 jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks

(pembukaan serviks atau portio) dan kemajuan persalinan

b) Tujuan :
1. Untuk menentukan faktor janin dan panggul

2. Menentukan perkiraan persalinan

3. Untuk menilai vagina

4. Untuk menilai keadaan serta pembukaan serviks

5. Untuk menilai ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir

c) Hasil :

Pembukaan :1 cm, eff : teraba tebal konsistensi lembek (20%), Ketuban -,

Letkep, Denominator UUK Hodge : 1, Molase : 0, tidak ada bagian kecil

menumbung

3. Pemeriksaan Laboratorium
HB: 11, gr/dl, HIV: non reaktif, HbsAg: Negatif, GOLDA: B + Albumin :
negatif ,swab anti gen negatif

II. ANALISIS DATA


G4P3A0 hamil 38 minggu 2 hari, tunggal, hidup, intra uteri, puki, Letkep, keadaan
jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik, inpartu kala I fase laten
dengan BSC+ KPD

IV PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu akan

melakukan operasi SC, ibu mengerti dan Hasil terlampir

2. Melakukan Observasi TTV, kontraksi uterus, pengeluaran lochea, perdarahan

pervaginam mengidentifikasi tanda – tanda patologis yang mungkin terjadi, Hasil

terlampir.

3. Menjelaskan ttg MOW serta menyarankan utk dilakukan MOW sbb ini operasi

SC yg ke 3 kalinya serta jumlah anak yg lebih dari 2 dan factor usia ibu yg masuk

resiko tinggi.Ibu, suami dan keluarga setuju dilakukan SC dan MOW


4. Melakukan inform concent atas tindakan yang akan dilakukan. Ibu dan keluarga

sudah manandatanganinya

5. Melakukan Kolaborasi denagn Dr. obgyn tentang tindakan dan therapy yang kan

di berikan kepada ibu, Kolaborasi telah di lakukan

a.pasang infuse RL 20 tetes/menit.


b.injeksi antibiotik cefotaxime 1 gr/IV
terapi telah diberikan.
6. Menganjurkan kepada keluarga utk tetap mendampingi ibu dan terus memberikan
motivasi kepada ibu agar tidak cemas, ibu mengerti
7. Menganjurkan ibu utk tarik nafas panjang untuk mengurangi nyeri sambil
menunggu persiapan operasi , ibu mengerti dan melaksanakannya
8. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu boleh minum setelah 6 jam pasca

operasi dan makan setelah ibu sudah buang angin / flaktus karena pengaruh

anastesi yang diberikan mengganggu aktifitas peristaltic pada usus ibu sehingga

dapat menyebabkan mual/muntah ketika ibu sudah makan sebelum pengaruh

anastesi hilang., ibu dan keluarga mengerti

9. Menjelaskan pada ibu efeksamping setelah operasi yaitu nyeri dan lainnyua,ibu

mengerti

10. Menjelaskan kpd ibu dan keluarga utk melakukan mobilisasi dini setelah operasi

seperti miring kanan dan kiri, belajar jalan sedikit demi sedikit,dll shg

mempercepat proses penyembuhan luka operasi.

11. Menjelaskan pada ibu dan keluarga untuk menjaga luka bekas operasi jangan

sampai basah terkena air. luka bekas operasi yang terus-menerus basah karena

terkena air akan mengakibatkan terjadinya infeksi, ibu mengerti

CATATAN PERKEMBANGAN (KALA 1)

Nama Pasien : Ny. S Catatan Perkembangan (SOAP) Ruang : RSIA


Glamour
Umur : 35 tahun Nama dan Paraf
Tanggal/Jam : 10
Agustus 2021/11.30
WIB
Subjektif
Ibu tidak merasakan kontraksi pada
perutnya

Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan ibu baik
Kesadaran composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,6̊C
RR : 20x/menit
Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Ibu merasakan cemas
Palpasi
Leopold 1 : 3 Jari bawah PX
Leopold II : bagian kiri teraba keras
memanjang seperti papan yaitu
punggung, bagian kanan ibu teraba
bagian kecil janin yaitu ekstremitas
Leopold III : bagian bawah teraba bulat
keras melenting yaitu kepala,sudah
masuk PAP
Leopold IV : divergen
TFU : 30 cm
DJJ : 158 x/menit
His : tidak ada
Pemeriksaan Dalam
Indikasi : VT
Tujuan : untuk mengetahui pembukaan
Hasil : pembukaan 1, portio tebal,
penurunan kepala hodge I, selaput
ketuban (-), presentasi kepala,
pengeluaran air, denominator tidak
dapat ditentukan.
Analisis Data
G4P3A0 Usia Kehamilan 38 minggu 2
hari
Tunggal, hidup, intra uterin, letak
kepala, keadaan janin dan janin sehat ,
persalinan kala 1 fase laten dengan
BSC dan KPD.
Penatalaksanaan
1) Memberitahu ibu bahwa
pembukaannya tetap (pembukaan
1). Ibu mengerti dengan penjelasan
petugas.
2) Menjelaskan hasil kolaborasi
dengan dokter bahwa ibu akan
dilakukan operasi Caesar. Ibu
mengerti dan menyetujui.
3) Memberikan inform concent untuk
tindakan operasi Caesar, ibu dan
keluarga menyetujui dan
menandatangani.
4) Memberitahukan ibu bahwa akan
dipasang selang kencing, akan
mencukur rambut kemaluan. Ibu
mengerti dan setuju.
5) Mempertemukan ibu dengan
keluarga sebelum ibu masuk ke
ruang operasi, ibu sudah
dipertemukan dengan keluarga.
6) Membawa ibu keruang operasi. Ibu
dilakukan anastesi dan dilkukan
tindakan operasi oleh dr.Surya
SpOg.
7) Bayi lahir jam 14.34 WIB, jenis
kelamin perempuan, BB 2900 gram,
PB 49 cm, A-S 5-6
8) Dr. Surya SpOg memperlihatkan
bayinya kepada ibu, merasa senang
setelah diberitahu bayinya telah
lahir.
9) Dr. Surya SpOg melahirkan
plasenta, plasenta telah lahir
lengkap, tidak terjadi perdarahan
serta melakukan MOW kemudian
menjelaskan sdh dilakukan MOW
dan ibu sdh tdk bisa hamil lagi, Ibu
mengerti..
10) Luka bekas sayatan operasi
mulai ditutup (di jahit) oleh dr.
Surya SpOg lapis demi lapis, dan
luka sayatan bekas operasi sudah
selesai dijahit, ditutup dengan kasa
steril dan pasang perekat hipafix
dan ,posisi luka harizontal. Ibu
dibersihkan dan persiapan dipindah
keruangan.

CATATAN PERKEMBANGAN (KALA 4)

Nama Pasien : Ny.S Catatan Perkembangan (SOAP) Ruang : RSIA


Glamour
Umur : 35 tahun Nama dan Paraf
Tanggal/Jam : 10
Agustus 2021/16,34
WIB
Subjektif
Ibu merasa lemah

Objektif
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,5̊C
TFU : 1 jari bawah pusat
Kontraksi Uterus : Baik, keras
Kandung kemih : ± 200 cc
Perdarahan : 50 cc
Luka operasi bersih dgn dibungkus
kasa steril dan hipafix dgn garis
harizontal
Analisis Data
P4A0 Persalinan Kala 4

Penatalaksanaan
1) Menginformasikan hasil
pemeriksaan pada ibu dan keluarga
bahwa ibu dalam keadaan normal,
ibu dan keluarga mengerti dan
menerima hasil pemeriksaan yang
diberikan
2) Menjelaskan pada ibu dan keluarga
bahwa ibu boleh minum sedikit-
sedikit setelah 6 jam pasca operasi
dan makan. ibu dan keluarga
mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
3) Menginformasikan pada keluarga
untuk sering melihat underpad
dibawah ibu, jika terlihat banyak
darah yang keluar diunderpad,
keluarga segera melapor ke petugas.
Keluarga mengerti.
4) Menginformasikan apabila terjadi
muntah dan pusing yang berlebihan
segera melapor kepetugas.
5) Menginformasikan untuk
melakukan mobilisasi dini utk
mempercepat proses penyembuhan
luka operasi , misal kan apabila ibu
sudah bisa mengangkat kakinya ibu
sudah bisa miring kiri dan kanan
pelan-pelan, Ibu dan keluarga
mengerti.

I. EVALUASI 1 Hari POST SC

Nama Pasien : Ny “S” No RM Ruang :


Nifas
Umur : 35 tahun Tanggal : 11 08 2021 Nama dan
Paraf
Tanggal/Jam : 11 08 2021 Catatan Perkembangan (SOAP)
11 08 2021 jam 09.00 S : ibu mengatakan nyeri bekas operasi (+) dan
sudah berkurang, sudah Flatus
O : Keadaan Umum : Baik Td : 110/70 mmhg,
S : 36,7 ℃, N : 84x /Menit
Ibu sudah mika miki dan duduk
Uc baik, lochea rubra, perdarahan ± 50 cc,
sudah makan dan minum terakhir jam 07.00
wib
Luka operasi bersih dgn dibungkus kasa steril
dan hipafix dgn arah harizontal

A : P40003dengan 1 hari post sc


P:
1. Menjelaskan pada ibu bahwa keadaannya
baik. Ibu mengerti
2. Menganjurkan ibu utk melakukan
mobilisasi dini utk mempercepat proses
penyembuhan luka operasi, misalkan tidur
miring kanan dan kiri, belajar berjalan . ibu
mengerti dan bersedia
3. menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi
yang bergizi dan minum air putih yang
banyak minimal 7-8 gelas perhari dan tidak
boleh pantang makanan. Ibu mengerti
4. menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
tanpa makanan pendamping sampai usia 6
bulan. Ibu mengerti
5. menganjurkan ibu untuk kontrol ulanag 1
minggu setelah pulang atau jika ada
keluhan. Ibu setuju
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan persalinan kepada Ny. S dengan persalinan sektio di


RSIA GLAMOUR HUSADA KEBUN, Pada tanggal 10 Agustus 2021, maka ada
beberapa hal yang ingi penulis uraikan mengenai penanganan pertolongan persalinan ini,
pengkajian, analisa, dan planning yang telah penulis lakukan dapat dikemukakan bahwa :
1.    Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan umum serta pemeriksaan laboratorium dalam mengukur Hb klien
sehingga kebutuhan penulis akan data klien lengkap sehingga mendukung dalam
penetapan diagnosa.
Pada proses pesalinannya berlangsung melalui 4 kala dengan lama :
Kala I : 4 jam
Ibu mengeluh keluar air dari 2 hari yang lalu, pembukaan 1, portio tebal.
2.    Analisa
Penulis menegakkan diagnosa berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan
3.    Planning
Pada penanganan persalinan pada Ny. S ini asuhan kebidanan yang dilakukan
adalah metode asuhan persalinan sectio sesarea karena air ketuban sudah berkurang
dan pernah operasi SC sebelumnya.
Tapi ada hal yang tidak sesuai yaitu setelah bayi lahir yaitu bayi mengalami
asfiksi sedang, bayi langsung diberi asuhan sesuai dengan penangan bayi dengan
asfiksi.
Dalam memberikan asuhan kebidanan, penulis tidak mendapatkan hambatan
apapun, karena adanya kooperatif ibu selama persalinan, sehingga mempermudah
penolong untuk melakukan asuhan kebidanan.
BAB V
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
   Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah dilakukan oleh pengkajian terhadap Ny. S
G4P3A0 umur 35 tahun usia kehamilan 38 minggu 2 hari dengan ketuban pecah dini
dan BSC di RSIA GLAMOUR HUSADA KEBUN dapat disimpulkan bahwa :
1. Telah dilakukan pengkajian data pada Ny. S dengan kasus ketuban pecah dini dan
BSC. Pengkajian data yang dilakukan meliputi data subjektif yaitu dengan
menanyakan identitas, alasan datang, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat
perkawinan, riwayat obtetri, riwayat KB, pola kebutuhan sehari-hari dan psikososial
spiritual. Data objektif yang dikumpulakn meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan obtetri dan pemeriksaan penunjang untuk memperkuat diagnosa
pada kasus ketuban pecah dini dan BSC. Pada pengkajian data diketahui bahwa tidak
ada kesenjangan antara teori dengan praktek dilahan.
2. Telah dilakukan interpretasi data meliputi diagnosa, masalah dan kebutuhan pada
Ny. S dengan ketuban pecah dini dan BSC. Pada langkah ini tidak terdapat
kesenjangan antara teori dengan lahan praktek.
3. Mampu menentukan diagnosa potensial pada kasus Ny. S dengan ketuban pecah
dini dan BSC. Pada kasus Ny. S tidak ditemukan diagnosa untuk ibu maupun
janinnya. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan lahan
praktek.
4. Tindakan segera dalam mengantisipasi kasus tidak ada. Bahwa dalam menegakkan
diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan pengkajian pad ibu yang akan brsalin
secara menyeluruh yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam
dan pemeriksaan laboratorium.
5. Mampu merencanakan tindakan sesuai dengan asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini. Pada langkah ini
tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan lahan praktek.
6. Mampu melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah di buat.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan lahan praktek
B.     SARAN
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih memahami penanganan pada kasus asuhan kebidanan
persalinan patologi dengan ketuban pecah dini dan BSC.
2.Bagi lahan
Diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang maksimal
kepada pasien terutama pada kasus ketuban pecah dini dan BSC.
3.Bagi pasien
Diharapkan pasien bisa menjaga kesehatan setelah dilakukan persalinan SC dengan
ketuban pecah dini dan BSC.
4.Institusi pendidikan
Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sumber informasi untuk
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Esta, F. A. (2020). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Persalinan


Sectio Caesarea Di Rsud Rantauprapat Tahun 2017.

Faradillah, A., Sulistyowati, A., & Riesmiyatiningdyah, R. (2019). Asuhan Keperawatan


Pada Ibu Dengan Diagnosa Medis Post Sectio Caesarea Dengan Indikasi Post
Date Di Ruang Nifas Rsud Bangil–Pasuruan (Doctoral Dissertation, Kerta
Cendekia Nursing Academy).

Flechtheim, O. K., Weber, H., & Weber, H. (1969). Die Kpd In Der Weimarer
Republik (Vol. 69). Europäische Verlagsanstalt.

Mardiawati, D. (2017). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Mobilisasi Dini Pada
Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruangan Kebidanan Rsud Dr. Rasidin
Padang. Menara Ilmu, 11(76).

Say, M. S. (2017). Asuhan Kebidanan Post Partum Primipara Pada Seksio Ceasarea


(Sc) Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini (Kpd) Di Ruang Flamboyan, Rsud Prof.
Dr. Wz Johannes Kupang Tanggal 02 Juni–06 Juni 2017 (Doctoral Dissertation,
Universitas Citra Bangsa).

Setyaningrum, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Post Partum Sc


Indikasi Ketuban Pecah Dini (Kpd) Diruang Baitunnisa2 Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Sultan Agung
Semarang).

Mouchtar, Rustam “synopsis obstetri” EGC Jakarta: 2008

Manuaba “ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidik
bidan” penerbit kedokteran Jakarta: 2008

Prawirohardjo sarwono “asuhan maternal dan neonatal”Jakarta: 2007

Satra winata, Sulaiman”obstetric fisiologi fakultas kedokteran universitas


padjajaran”Bandung :2006

Varney, Hulen”Buku Saku Bidan “penerbit buku kedokteran.Jakarta: 2005

Sulistyawati dan Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Yogyakarta:
Salemba Medika.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan.

Fujiyarti. 2016. “Hubungan Antara Usia Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian

Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
LEMBAR BIMBINGAN

NAMA : SUSI SETYAWATI


NIM : 20159010030
RUANGAN :
RSIA : RSIA GLAMOUR HUSADA KEBUN

N HARI/ NAMA PEMBIMBING MASUKAN TTD PEMBIMBING


O TANGGAL

1 Senin, 16- Dr Zakkiyatus Revisi Askeb Maternal


08-2021 Zainiyah.,M.Keb
Revisi Askeb Neonatal

2 Selasa, 17- Dr Zakkiyatus Revisi Askeb Ginekologi


08-2021 Zainiyah.,M.Keb kista

Revisi Askeb Ginekologi


Kurratage

3 Selasa, 17- Dr. Zakkiyatus  Acc Askeb


08-2021 Zainiyah.,M.Keb Maternal
 Acc Askeb
Neonatal
 Acc Askeb
Ginekologi Kista
 Acc Askeb
Ginekologi
Kurretage
 Acc Refleksi
Kasus + Jurnal
JURNAL REFLEKSI KRITIS

PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN MIDWIFERY CRITICAL CARE

Disusun oleh:
Nama : Susi Setyawati
NIM : 20159010030
Kelas :A

Tanggal Pemberian Asuhan 10 Agustus 2021

Disetujui:

Kepala Ruangan
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebun
( Ema Fitriani, Amd.Keb )

Pembimbing Institusi
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebun
( Dr. Zakkiyatus Zainiyah, M.Keb )
NIDN. 0704127802

Pembimbing Kasus
Tanggal: 10 Agustus 2021
Di: RSIA Glamour Kebunl
( dr. Surya Haksara, Sp.Og )
JURNAL REFLEKSI KRITIS
PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN MIDWIFERY CRITICAL CARE
Nama Mahasiswa : Susi Setyawati

Tempat Praktek : Puskesmas Kamal

Periode : ..........................................
Pembimbing Prodi : Dr Zakkiyatus Zainiyah,M.Keb

A. Harapan akan Proses Pembelajaran Klinik


Kenapa saya mempelajari materi ini ?

Dengan mempelajari materi ini, saya sebagai seorang bidan mendapatkan pengetahuan tentang
kegawat daruratan maternal, Neonatal, ginekologi sesuai kewenangan kita sebagai bidan di
tingkat pelayanan sekunder

Apa yang saya siapkan dalam mempelajari topik ini?

Menyiapkan berbagai sumber pustaka, ilmu,buku,jurnal,lembar balik,dll yang berhubungan


dengan kegawat daruratan maternal,Neonatul,ginekologi,perawatan intensif maternal,neonatal,
deteksi dini kegawat daruratan serta deteksi dini resiko tinggi

Apa yang saya harapkan dalam mempelajari topik ini ?

Dengan mempelajari topic ini, saya sebagai seorang bidan yang bercimpung dalam pelayanan
diharapkan bisa menambah pengetahuan saya didalam meberikan asuhan kebidanan pada
kegawat daruratan maternal,neonatal serta ginekologi
Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini ? Bagaimana perencanaannya ?

-Dengan mempelajari topik ini, saya sebagai seorang bidan harus lebih berhati hati di dalam
mendiagnosa serta memberikan asuhan kebidanan khususnya utk kasus kegawat daruratan shg
tdk terjadi komplikasi baik bagi maternal maupun neonatal

-Saya sebagai seorang bidan merencanakan ttg pemberian :

 Memberikan KIE kepada masyarakat ttg deteksi dini kegawat daruratan maternal,
neonatal serta ginekologi di tempat pelayanan seperti posyandu balita, kelas ibu
hamil,ANC terpadu, kelas ibu balita ,posyandu lansia,dll

B. Refleksi Kritis dari Materi yang Dipelajari

Sebutkan Learning outcome yang tertera pada panduan:

Upaya memberikan pengetahuan kepada ibu dan keluarga ttg pengaruh mobilisasi dini
terhadap penyembuhan luka post operasi SC

Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam learning outcome tersebut adalah:

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan diharapkan bisa bermanfaat dan menjadi
masukan bagi saya dalam memberikan asuhan kebidanan kegawat daruratan meternal dan
neonatal
Saya mengidentifikasi sumber informasi menarik dalam topik pembelajaran ini adalah:

Jurnal tentang Pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post operasi SC
Learning outcome yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan adalah :

Memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin post operasi SC dgn mobilisasi dini shg
mempercepat penyembuhan luka operasi
Saya akan mengembangkan pembelajaran saya di bidang ini melalui :

 KIE secara langsung kepada individu/keluarga yg berkunjung ke tempat


pelayanan ttg manfaat mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka operasi
 KIE yang dilakukan disetiap kegiatan dimasyarakat, seperti posyandu
balita,posyandu lansia, kelas balita, ANC terpadu,MMD, dll ttg manfaat
mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka operasi

Selama pembelajaran klinik, masalah-masalah yang menghalangi proses pembelajaran


saya adalah:

Karena keterbatasan dalam mencari kasus sebagai akibat dari pandemi


Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada topik ini
adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui:

 Masalahnya adalah kesulitan dalam mencari jurnal yang sesuai dengan kasus yang
ada
 Melalui bimbingan dalam upaya mendapatkan jurnal yang sesuai dengan kasus
yang ada

C. Refleksi Kritis pada Pembelajaran melalui Literatur dengan menggunakan


Lembar Kerja EBM (Evidence Based Medicine) Terapi
1. Apakah hasil penelitian valid?

Apakah pasien pada penelitian dirandomisasi? Ya

Apakah cara melakukan randomisasi dirahasiakan? Ya

Apakah follow-up kepada pasien cukup panjang dan Ya


lengkap?

Apakah pasien dianalisis di dalam grup di mana mereka Ya


dirandomisasi?

Apakah pasien, klinisi, dan peneliti blind terhadap Ya


terapi?

Apakah grup pasien diperlakukan sama, selain dari terapi Ya


yang diberikan?

Apakah karakteristik grup pasien sama pada awal Ya


penelitian, selain dari terapi yang diberikan?

2. Apakah hasil penelitian penting?

Seberapa penting hasil penelitian ini? Sangat penting

Seberapa tepat estimasi dari efek terapi? Sangat tepat

Penyembuhan luka kurang Penyembuhan luka baik


baik

Kelompok intervensi 2 8

Kelompok kontrol 6 4

Control event rate (CER) = c/ c+d = 6/6+4= 0,6

Experimental event rate (EER) = a/ a+b= 2/2+8= 0,2

Relative Risk Reduction Absolute Risk Reduction Number Needed to Treat (NNT)
(RRR) (ARR)

CER EER CER-EER/ CER CER-EER 1/ARR

0,6 0,2 0,6-0,2/0,6=0,66 0,6-0,2 = 0,4 1/0,4 = 2,5

95% CI

95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ # pasien eksperimen]

3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat diterapkan)
dalam praktek sehari-hari?

Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita?

Apakah karakteristik pasien kita sangat Ya


berbeda dibandingkan pasien pada penelitian
sehingga hasilnya tidak dapat diterapkan?

Apakah hasilnya mungkin dikerjakan di Ya


tempat kerja kita?

Apa kemungkinan benefit dan harm dari terapi tersebut?

Metode I: f Risiko terhadap pasien kita, relatif terhadap


pasien pada penelitian

Diekspresikan dalam bentuk desimal:


0,5_____

NNT/f = ___2,5__/__0,5___ = ___5__


(NNT bagi pasien kita)

Metode II: 1/ (PEERxRRR) PEER (patient’s expected event rate) adalah


event rate dari pasien kita bila mereka
menerima kontrol pada penelitian tersebut =
____0,5_

1/ (PEERxRRR) = 1/(_0,6x0,66__)__ =
__1/0,396=2,52___

(NNT bagi pasien kita)

Apakah value dan preferensi pasien dipenuhi dengan terapi ini?

Apakah kita dan pasien kita mempunyai Ya


penilaian yang jelas dan tepat akan value dan
preferensi pasien kita?

Apakah value dan preferensi pasien kita Ya


dipenuhi dengan terapi yang akan kita
berikan?

f adalah faktor dorongan. f merupakan perkiraan berapa tinggi atau rendahnya risiko kematian
pasien kita dibandingkan pasien pada penelitian. Bila pasien kita kemungkinan meninggalnya 2
kali lebih besar dibandingkan pasien pada penelitian, maka besar f adalah 2. Bila pasien kita
kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih kecil dibandingkan pasien pada penelitian, maka besar f
adalah 0,5.

D. Evaluasi Pembelajaran
Topik:

Pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post operasi SC

Jenis pemeriksaan, dan lingkup tindakan/asuhan :

Pengkajian data( subyektif dan obyektif), menganalisa data, memberikan konseling ttg Pengaruh
mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post operasi SC
Informasi/ keterampilan yang baru bagi saya :

Lebih mendalami lagi pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post operasi SC

Bagaimana hal ini bisa berguna ?

Saya dapat mengetahui adanya penelitian ttg pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post
operasi SC shg dapat saya aplikasikan dlm memberikan asuhan kebidanan utk ibu melahirkan post
operasi SC yg dapat segera dilakukan karena terapi ini mudah utk dilakukan

Sesi pembelajaran ini membuat saya berfikir tentang:

Upaya lebih mempelajari lebih banyak jurnal dalam mencari kebenaran yg terjadi diberbagai kasus yg
sdh dilakukan penelitian serta dalam penanganan di berbagai kasus khususnya dalam asuhan kebidanan
kegawat daruratan meternal dan neonatal

Kontribusi saya dalam pembelajaran ini adalah:

 Sy akan memberikan KIE kepada keluarga dan masyarakat ttg pentingnya mobilisasi dini
dalam mempercepat proses penyembuhan luka post operasi SC
 Lebih menerapkan upaya preventif dan promotif sehingga penanganan secara kuratif dapat
ditekan.

Pertanyaan yang diajukan selama sesi diskusi?

Apakah mobilisasi dini dapat mempercepat proses penyembuhan luka?

Tindak lanjut yang akan saya lakukan adalah:

Memberikan penyuluhan kepada ibu yg post operasi SC beserta keluarganya ttg pentingnya mobilisasi
dini terhadap proses penyembuhan luka operasi.

Anda mungkin juga menyukai