Oleh :
Mahasiswa
Pembimbing Praktik
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua
Puji dan syukur saya ucapkan Kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan SOAP yang berjudul Asuhan
Kebidanan Pada Ny “P” 37 tahun dengan retensio plasenta di RSU Mitra Sejati.
Asuhan kebidanan ini merupakan salah satu tugas dalam memenuhi tugas Praktik
Profesi Bidan di Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
Bersama ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Terulin S. Meliala, AM.Keb, SKM., M.Kes, selaku ketua yayasan rumah
sakit umum Sembiring Deli Tua.
2. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd., M.Kes, selaku Rektor Institut Kesehatan
Deli Husada Deli Tua.
3. Peny Ariani, SST., M.Keb, selaku DEKAN fakultas Kebidanan Institut
Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
4. Bd. G.F.Gustina Siregar, SST, M.Kes selaku Kordinator Profesi Program
Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
5. Bd. Putri Ayu Yessy Ariescha, SST,M.Keb selaku Pembimbing Akademik
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Institut Kesehatan
Deli Husada Deli Tua.
6. Nani Ifan Saragih selaku kepala RSU Mitra Sejati dan Pembimbing Lahan
Praktek Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi.
Kami sadari bahwa asuhan kebidanan ini masih kurang sempurna, maka dari
itu kami berharap kritik dan saran dari pembaca dan semoga bermanfaat bagi
pembaca.
Deli Tua,30 September 2021
Penulis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2.5 Patofisiologis
Proses kala III yang didahuluui dengan tahap pelepasan/separasi plasenta
akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara pelepasan Duncan) atau plasenta
sudah lepas sebagian tetapi tidak keluar pervaginam (cara pelepasan Schulze),
sampai akhirnya tahap ekspilsi, plasenta lahir.
Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan
menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala III) dan harus
diantisipasi dengan segera melakukan plasenta manual, meskipun kala uri belum
lewat setengah jam.
2.2.8 Diagnosa
a. Data subjektif
Ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan plasenta belum lahir.
b. Data objektif
Pemeriksaan fisik: Palpasi pada abdomen daerah perut didapatkan uterus
tidak teraba bulat dan keras, kontraksi kurang baik, TFU 1 jari diatas pusat
dan vesika urinaria teraba agak menonjol serta terjadi perdarahan segera
setelah anak lahir (postpartum primer).
2.2.9 Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta apabila plasenta
belum lahir dalam satu setengah jam sampai satu jam setelah bayi lahir terlebih
lagi apabila disertai perdarahan.
Jika plasenta tetap melekat, tidak ada tindakan lain yang harus dilakukan
sebelum dokter diberi tahu. Kemungkinan pemisahan manual dapat
diindikasikan.Jika plasenta dapat di palpasi di dalam vagina, kemungkinan
pemisahan telah terjadi, dan jika uterus berkontraksi dengan baik, upaya maternal
(mengejan) dapat dianjurkan.Jika terjadi keraguan, bidan harus memakai sarung
tangan steril sebelum melakukan pemeriksaan vagina untuk memastikan
terjadinya pemisahan.Sebagai upaya terakhir, jika ibu tidak mampu mengejan
secara efektif, tekanan fundus dapat dilakukan.Uterotonik harus diberikan
sebelum tekanan fundus dilakukan.Kecermatan yang tinggi harus dilakukan untuk
memastikan bahwa pemisahan plasenta sudah terjadi dan uterus berkontraksi
dengan baik.Ibu harus rileks saat bidan member tekanan ke bawah dan ke
belakang pada fundus yang sedang berkontraksi kuat.
Metode ini dapat menyebabkan nyeri yang cukup berat dan disstres pada ibu
dan mengakibatkan peregangan dan memar pada ligament uterus penopang.Jika
dilakukan tanpa kontraksi uterus yang baik, inverse akut dapat terjadi. Hal ini
merupakan prosedur yang sangatberbahaya jika dilakukan oleh tangan yang tidak
trampil dan tidak dianjurkan dalam praktik sehari-hari jika dapat dilakukan
metode yang lain yang lebih aman.
Pelepasan plasenta secara manual.Hal ini harus dilakukan oleh dokter.
Infuse intravena dipasang dulu dan anestetik bekerja secara efektif. Pilihan
anesthesia yang digunakan bergantung pada kondisi umum ibu.Jika anestetik
epidural efektif sudah diberikan dan masih bekerja, tambahannya dapat diberikan
untuk menghindari anestesi umum. Anestetik spinal merupakan alternatif lain,
tetapi jika waktu merupakan faktor yang sangat mendesak, anestetik umum dapat
dilakukan.
Pelepasan manual dilakukan dengan tindakan aseptik penuh dan kecuali jika
terdapat kedaruratan yang memaksa, tindakan ini tidak boleh dilakukan sebelum
memastikan keadekuatan kerja analgesia pada ibu.Dengan tangan kiri, tali pusat
dipegang dan direntangkan, sedangkan tangan kanan ditangkupkan dan dimasukan
ke dalam vagina dan uterus sesuai arah tali pusat.Setelah letak plasenta
ditemukan, tali pusat dilepaskan sehingga tangan kiri dapat digunakan untuk
menopang fundus pada abdomen, untuk mencegah rupture uterus bagian
bawah.Operator akan merasakan adanya pelepasan tepian plasenta. Jari-jari
tangan direntangkan dan tepi diselipkan tangan secara di antara plasenta dan
dinding uterus, dengan telapak tangan menghadap plasenta.Secara perlahan,
plasenta dilepaskan dari dinding uterus dengan gerakan mengiris dari arah
tepi.Setelah lepas sepenuhnya, tangan kiri merangsang kontraksi dan tangan kanan
dikeluarkan dengan plasenta dalam genggaman.Plasenta harus segera diperiksa
kelengkapannya sehingga eksplorasi uterus lebih lanjut dapat dilakukan tanpa
keterlambatan.Obat uterotonik diberikan setelah plasenta terpisah sepenuhnya.
Pada situasi yang sangat khusus, yaitu ketika tidak ada dokter yang dapat
dipanggil, bidan diharapkan dapat melakukan pelepasan plasentasecara
manual.Setelah mendiagnosis adanya retensi plasenta sebagai penyebab
perdarahan pascapartum, bidan harus bertindak cekatan untuk menurunkan risiko
awitan syok dan kehilangan darah.Harus diingatkan bahwa risiko terjadinya syok
akibat pelepasan plasenta secara manual lebih besar jika anestetik tidak
diberikan.Di Negara maju, bidan jarang berhadapan langsung dengan situasi ini.
Di rumah.Jika retensi plasenta terjadi setelah persalinan di rumah, bantuan
obstetric darurat harus dihubungi. Ibu tidak boleh dipindahkan ke rumah sakit
sampai infuse intravena diberikan dan kondisinya stabil.
Peran bidan dalam penatalaksanaan retensio plasenta meliputi:
a. Melakukan penatalaksanaan aktif kala tiga pada semua ibu yang melahirkan
melalui vagina.
b. Bila plasenta tidak lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 IU oksitosin IM
dosis kedua.
c. Periksa kandung kemih, jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptic untuk
memasukan cateter nelaton desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
mengosongkan kandung kemih.
d. Ulangi kembali penanganan tali pusat dan tekanan dorso-kranial.
e. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum lahir
dalam waktu 30 menit.
f. Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan
tali pusat untuk terakhir kalinya, jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera.
g. Jika plasenta belum lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka segera
lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri.
h. Melakukan prosedur manual plasenta sesuai dengan standar.
Adapun prosedur melakukan manual plasenta adalah sebagai berikut:
a. Memasang infus set dan cairan infuse NaCl 0,9% atau RL dengan tetesan
cepat, jarum berlubang besar (16 atau 18 G) untuk mengganti cairan yang
hilang.
b. Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan.
c. Melakukan anastesia verbal atau algesia per rectal.
d. Menyiapkan dan menjalankan prosedur pencegahan infeksi.
e. Memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong.
f. Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan
dengan satu tangan sejajar lantai.
g. Secara obstetrik, masukan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
h. Setelah mencapai bukaan servik, minta seorang asisten/penolong lain untuk
menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.
i. Sambil menahan fundus, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
j. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti member salam (ibu jari
merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
k. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah. Bila
plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana
punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu). Bila di korpus depan
maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari
tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke atas (anterio ibu).
l. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri
sambil digeser ke atas (cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas
dari dinding uterus.
m. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
n. Memindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah
uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan
darah).
o. Melakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simfisis) uterus
kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di
dalam wadah yang telah disediakan.
p. Mendekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain
yang digunakan.
q. Melepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
r. Mencuci tangan dengan saun dan air bersih mengalir.
s. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.
t. Memeriksa kembali tanda-tanda vital ibu.
Prosedur tindakan manual plasenta di tingkat pelayanan sekunder:
a. Sebelum memulai tindakan, lakukan narcosis/ pembiusan terlebih dahulu.
b. Pasang infuse NaCl 0,9%
c. Lakukan desinfeksi tangan dan vulva termasuk daerah seputarnya.
d. Labia dibuka dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan dimasukkan
secara obstetric ke dalam vagina.
e. Tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolporeksis (robekan
melintang pada bagian atas vagina).
f. Tangan kanan dengan posisi obstetric menuju ke ostium uteri dan terus ke
lokasi plasenta dengan menyusuri tali pusat.
g. Agar tali pusat mudah diraba, mintalah banyuan asisten untuk meregangkan.
h. Sebelah tangan menyentuh plasenta, pindahkan ke pinggir lalu cari bagian
plasenta yang sudah lepas untuk menentukan bidang pelepasan yang tepat.
i. Dengan menggunakan tangan kanan bagian bawah kelingking (ulner),
plasenta dilepaskan dari bagian yang sudah terlepas dari dinding rahim
dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim.
j. Setelah seluruh plasenta terlepas, tarik plasenta keluar secara perlahan-
lahan.
k. Pastikan plasenta keluar lengkap dan tidak ada yang tersisa (jika plasenta
tidak dapat dilepaskan secara manual, segera rujuk ke rumah sakit).
l. Apabila terjadi atonia uteri, segera lakukan kompresi bimanual uterus dan
berikan suntikan Ergometrin 0,2 mg IM atau IV sampai kontraksi uterus
baik.
m. Apabila kontraksi rahim tetap buruk dilanjutkan dengan tindakan sesuai
prosedur tindakan pada atonia uteri.
Menurut Bukusaku, 2013 yaitu:
a. Berikan 20-40 IU oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 IU IM.
b. Lanjutkan infus oksitosin 20 IU dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9% atau ringer
laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
c. Lakukan tarikan tali pusat terkendali.
d. Bila tarikan tali pusat tidak berhasil, lakukan plasenta manual secara hati-hati.
e. Berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan
metronidazol 500 mg IV).
f. Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi
perdarahan hebat atau infeksi.
BAB III
TINJAUAN SOAP
ASUHAN KEBIDANAN INC PADA Ny. “S” DENGAN RETENSIO
PLASENTA DI RSU MITRA SEJATI
I : IDENTIFIKASI DATA
A. Identitas Istri / Suami
Nama Ibu : Ny. P Nama Suami : Tn. J
Umur : 37 tahun Umur : 42 tahun
Suku/bangsa : Batak/ Indonesia Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah : Jl. Bridgen Katamso
B. Data Biologis/Fisiologis
Keluhan Utama : Plasenta tidak lahir 2 jam setelah bayi lahir, perdarahan yang
lebih banyak,lemas,pucat dan merasa mules serta sesak.
C. Riwayat Reproduksi
1. Menarche : 14 tahun
2. Siklus haid : 28-30 hari
3. Lamanya : 7 hari
4. Dismenorhoe : Tidak nyeri bagian bawah yang dapat mengganggu aktivitas
b. Kala II
Ibu melahirkan pada jam 14.15 wib, jenis kelamin perempuan
Jenis persalinan spontan, PBK
Tampak pengeluaran darah ± 50 cc
Lama kala II ± 30 menit
c. Kala III
Plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir
Teraba kontraksi uterus lemah
Tampak tali pusat pada vulva disertai pengeluaran darah ± 200 cc
Keadaan umum ibu lemah
Ibu sudah 3 kali ganti sarung
H. Data Psikologis
Ibu tampak lemah dan cemas dengan keadaan yang dialami
I. Riwayat KB
Pernah menjadi akseptor KB implant selama 3 tahun sejak kelahiran anak ke
kedua, berhenti karena ingin memiliki anak lagi.
J. Data Spiritual
1. Suami dan keluarga bersyukur atas kelahiran anak kelimanya dan
berdoa untuk keadaan istrinya.
2. Ibu berdoa dalam menghadapi keadaannya saat ini.
3. Dukungan support dari keluarga agar ibu tetap tenang dan tidak cemas
dengan keadaannya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum lemah
2. Kesadaran composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,8ºC
4. Berat badan sebelum hamil : 52 kg
5. Berat badan saat sekarang : 65 kg
6. Tinggi badan : 160 cm
7. LILA : 25,6 cm
IV : TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI
Jam Penatalaksanaan
14.45 :Memberitahukan kepada ibu bahwa ari-arinya belum lahir sudah 30
menit.
14.45 :Melakukan inform concent untuk pemasangan infus dan untuk dilakukan
tindakan. Ibu dan keluarga setuju.
14.45 :Memindahkan bayi di baby warmer dan menjaga kehangatan bayi.
14.46 :Memasangkan infus 500 ml Ringer Laktat + oksitosin 20 IU secara drip
dengan kecepatan 60 tetes/menit.
14.48 :Memberikan analgetik kaltrofen supp 100 mg. Analgetik sudah diberikan.
14.49 : Mengecek kandung kemih. Kandung kemih kosong.
14.50 :Mendekontaminasi sarung tangan. Sarung tangan sudah di dekontaminasi.
14.51 :Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan panjang sampai siku.
Sarung tangan sudah dipakai.
14.51 :Melakukan PTT. Belum ada tanda pelepasan plasenta.
14.52 :Inform consent untuk tindakan yang akan dilakukan kepada ibu. Ibu
bersedia.
14.55 :Melakukan manual plasenta.
a. Pasang sarung tangan panjang DTT
b. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
c. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,
tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai.
d. Secara obstetric masukkan tangan lainnya (punggung tangan
menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah
tali pusat.
e. Setelah mencapai ujung serviks, minta asisten atau penolong lain
untuk memengang klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar
untuk menahan fundus uteri.
f. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke
kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
g. Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti posisi jari-jari
merapat.
h. Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah. Bila plasenta berimplantasi dikorpus belakang, tali pusat tetap
di sebelah atas dan sisipkan ujung-ujung jari tangan diantara plasenta
dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap kebawah.Bila
korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat
dan sisipkan ujung-ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan
diding uters serta punggung tangan menghadap ke atas.
i. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding
uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser
tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (cranial ibu) hingga
semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
j. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
k. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen
bawah uterus) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk
menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar.
l. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisi) uterus
kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta
di dalam wadah yang telah di sediakan.
m. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepas) dan peralatan lain
yang digunakan.
n. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.Cuci tangan dengan prinsip
6 langkah cuci tangan dibawah air mengalir dengan sabun,kemudian
keringkan dengan handuk bersih.
Plasenta lahir pukul 15.05 WIB secara manual.
Jam Penatalaksanaan
15.08 :Melakukan masase uterus selama 15 detik. Kontraksi uterus baik.
15.09 :Mengecek kelengkapan plasenta. Plasenta lahir lengkap, kotiledon
lengkap, selaput plasenta utuh.
15.10 :Menilai jumlah perdarahan. Perdarahan ± 200 cc.
15.10 :Memeriksa robekan jalan lahir. Terdapat robekan pada mukosa vagina,
otot perineum dan kulit perineum (laserasi derajat II). Melakukan
penjahitan perenium.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 30 September 2021 Jam : 17.30 Wib
DATA SUBJEKTIF (S)
1. Nyeri perut bagian bawah abdomen
2. Sudah dapat istirahat dengan tidur saat bayi tidur atau sementara menyusu
3. Sudah dapat melakukan mobilisasi dini dengan duduk dan berjalan kekamar
mandi dengan didampingi suami atau keluarga.
4. Produksi ASI masih sedikit
5. BAK telah lancar dan belum BAB
6. Berencana pulang
ASSESMENT (A)
Post partum hari kedua, dengan nyeri abdomen bagian bawah dan luka laserasi
derajat II
PLANNING (P)
Tanggal 30 September 2021 pukul 09.10 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu baik, nyeri perut bagian bawah
dirasakan karena proses involusio uterus yakni uterus berkontraksi agar
uterus kembali kebentuk semula seperti sebelum hamil, ibu mengerti dengan
keadaan kesehatan saat ini.
2. Pukul 09.30 WIB ,mengobservasi involusi uteri, kotraksi uterus teraba keras dan
bulat, TFU 2 jari bawah pusat dan pengeluaran lochia rubra serta perdarahan
±30cc .
3. Melakukan pelepasan infus, infus telah dilepas karena ibu berencana pulang
4. Memberikan Penkes tentang:
a. Nutrisi yakni mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang seperti makan
sayuran daun hijau seperti daun kelor,daun bayam,daun singkong dan sawi
serta kangkung. Roti yang dapat memberikan 20 persen zat besi jika
dikonsumsi setiap hari dan jagung kaya akan zat besi . Buah-buahan yang
dapat memperlancar aliran darah dan menambah jumlah sel darah merah
seperti apel,anggur dan melon. Minum susu untuk menambah jumlah sel
darah. Menghindari konsumsi teh, kopi dan coklat untuk menghindari zat
besi yang telah dikonsumsi larut dan tidak dapat digunakan oleh darah untuk
pembentukan kadar Hb dalam darah.
b. Istirahat yakni istirahat yang cukup sangat dibutuhkan untuk pemulihan
tenaga dan kesehatan, dianjurkan istirahat dengan tidur siang 1-2 jam dan tidur
malam 8 jam,beristirahat ketika bayi sedang menyusu dan tidur.
c. Personal hygiene yakni mandi 2x sehari, gosok gigi minimal 2x sehari,keramas
minimal 3x seminggu, mengganti pakaian apabila kotor,lembab dan tidak
nyaman terutama pakaian dalam, membersihkan daerah genetalia terutama
perawatan luka laserasi tidak dengan bahan-bahan yang mengandung kimia,
membersihkan dengan baik apabila selesai BAK/BAB dengan
membersihkan dari depan kebelakang untuk menghindari penyebab infeksi
dari anus, mengganti pembalut apabila selesai BAK/BAB.Tujuan dari
kebersihan diri tersebu untuk mencegah terjadinya infeksi.
d. ASI Eksklusif
Menganjurkan ibu untuk menyusui secara eksklusif, menyusui dengan memberi
ASI eksklusif, dengan pembemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa
tambahan apapun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian susu
formula,air matang, gula dan madu tidak dibenarkan. Proses ini
berlangsung selama 6 bulan, dapat dilanjutkan sampai umur 2 tahun.
Manfaat dari ibu menyusui bayi secara eksklusif, dapat membantu kontraksi
uterus sehingga tidak terjadi perdarahan karena isapan bayi dapat merangsang
saraf yang terdapat di dalam glandula pituitaria posterior menghasilkan
hormone oksitosin selain untuk pengeluaran air susu dapat juga untuk
kontraksi uterus ,proses involusi,mencegah anemia defisiensi zat besi dan
dapat digukan sebagai kontrasepsi apabila ibu menyusui 2 sampai 3 kali
dalam setiap jam untuk memberikan fungsi benar-benar efektif . Manfaat bagi
bayi yakni mendapatkan antibody alami dan nutrisi yang sangat baik untuk
pertumbuhan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai apa saja yang dilakukan selama
melaksanakan asuhan kebidanan Intranatal Care (INC). Kegiatan asuhan
kebidanan ini dilakukan pada Ny.”P” 37 tahun dengan Retensio Plasenta di Klinik
RSU Mitra Sejati yang dilaksanakan mulai tanggal 29-30 September 2021.
Kesesuaian serta kesenjangan-kesenjangan pada Ny”P” akan penulis uraikan pada
bab ini.
A. Kala I
1. Subjektif
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah diperoleh dariNy.P pada tanggal 21
januari 2021, ibu mengaku hamil 9 bulan, HPHT: 10-04-2020. TP: 22-10-2021.
Dihitung dari pengakuan HPHT, usia kehamilan ibu sekarang 37 minggu 3 hari.
Ibu mengatakan mulas sejak pukul 07.00 WIB, mulas dirasakan semakin kuat dan
teratur, sudah ada pengeluaran lendir darah tetapi belum keluar air-air dari
kemaluannya.
Menurut teori bahwa usia kehamilan semakin besar dan mengalami
penurunan kadar progesterone yang menimbulkan relaksasi otot-otot rahim.
Berdasarkan teori oxytocin bahwa pada akhir kehamilan kadar oxytocin
bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. Mulas juga dapat
terjadi karena pengaruh janin, dan juga teori prostaglandin yang dihasilkan oleh
decidua, hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi
baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum
melahirkan atau selama persalinan.
Menurut teori, data subjektif yang didapatkan yaitu akan timbul rasa sakit
atau nyeri abdomen oleh adanya his yang bersifat intermiten datang lebih kuat,
sering, dan teratur, keluar lendir bercampur darah (bloody show). Padapengkajian
yang diperoleh, ibu sudah ada tanda-tanda persalinan yang sesuai dengan teori.
Pada riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu ditemukan ibu hamil anak
keempat, satu kali keguguran dan riwayat persalinan lalu spontan ditolong oleh
bidan, tidak ada penyulit, tidak ada riwayat perdarahan.Ibu periksa ke bidan di
posyandu.Ibu jarang minum Fe yang diberikan oleh bidan mulai trimester kedua.
Ibu pernah periksa kadar Hb tanggal 24-10-2021= 11 gr%, tanggal 18-02-2021 =
10,5 gr%, HbsAg negatif.
Teori yang ada bahwa pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
dengan menggunakan sahli. Dari hasil pemeriksaan sahli, kondisi Hb dapat
digolongkan sebagai berikut: Hb 11 gr% = tidak anemia, Hb 9-10 gr% = anemia
ringan, Hb 7-8 gr% = anemia sedang, Hb <7 gr% = anemia berat. Pengaruh
anemia pada saat persalinan salah satunya yaitu kala tiga dapat diikuti retensio
plasenta.Dari data yang didapatkan ibu dan teori yang ada ibu termasuk tidak
anemia.
Data perkembangan selanjutnya pukul 12.30 WIB ibu mengeluh sudah keluar
air-air dari kemaluannya.Menurut teori, kadang-kadang ketuban pecah dengan
sendirinya.Pemecahan membran yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal
ini terjadi pada 12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan
secara spontan dalam 24 jam. Data yang didapat sudah sesuai dengan teori yang
ada.
2. Objektif
Hasil pemeriksaan fisik pada Ny.P keadaan umum ibu tampak kesakitan,
kesadaran composmentis, Tanda-tanda Vital dan dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik juga dalam batas normal.Berdasarkan data dan teori yang ada,
keadaan ibu dalam batas normal.Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil
inspeksi: tidakterdapat luka bekas operasi. Palpasi: TFU pertengahan pusat dan
Prosesus Xifoideus, Mc. Donald: 30 cm. teraba bagian keras, bulat, tidak
melenting di fundus, teraba bagian-bagian kecil di bagian kiri, teraba punggung di
bagian kanan (puka), bagian terendah janin kepala, sudah tidak dapat
digoyangkan, divergen, perlimaan 2/5. His 4 kali dalam 10 menit lamanya 50
detik.Kandung kemih kosong. Auskultasi: DJJ 140x/menit, teratur dan kuat. TBJ:
(30-11)x155= 2945 gram. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal.
Pada pemeriksaan genetalia didapatkan data yaitu terdapat pengeluaran lendir
darah, tidak terdapat varises, tidak terdapat pembengkakan kelenjar skene dan
kelenjar bartholin, portio tebal lunak, pembukaan 5 cm, ketuban positif, ubun
ubun kecil kanan depan, Hodge-II, tidak ada moulage. Menurut teori pada
pemeriksaan dalam ditemukan serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit).Dari teori dan data yang didapatkan bahwa ibu sudah
memasuki tanda-tanda persalinan.
Catatan perkembangan ibu pukul 12.30 WIB bahwa ketuban sudah pecah,
saat dilakukan pemeriksaan dalam portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban
negatif, Hodge-III, ubun ubun kecil depan, tidak ada moulage. Keadaan ibu dalam
batas normal.
Hasil pemeriksaan fisik padaNy.P pukul keadaan umum ibu tampak
kesakitan, kesadaran composmentis, Tanda-tanda Vital dan dalam batas normal.
His semakin kuat.Pemeriksaan abdomen dalam batas normal.Dari teori dan data
yang didapatkan bahwa ibu sudah memasuki tanda-tanda persalinan dan juga ada
kemajuan persalinan.
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. P usia 37 tahun G4P2A1 usia kehamilan 37 minggu3 hari
inpartu Kala I fase aktif, janin tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan janin
baik”.
1. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pertama yaitu memberitahukan hasil
pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah memasuki proses persalinan.
Mengajarkan ibu teknik rileksasi dan menganjurkan ibu untuk mengatur napas
diantara his dan tidak memperbolehkan ibu untuk meneran. Memberikan ibu
dukungan untuk tetap semangat menghadapi proses persalinan, menganjurkan ibu
untuk memenuhi nutrisi dan hidrasinya, dan untuk tidak menahan BAK maupun
BAB. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman, memantau kesejahteraan ibu
dan janin setiap 30 menit.Data perkembangan terlampir pada partograf.
Menurut teori Bantulah ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah,
ketakutan dan kesakitan seperti memberi dukungan dan yakinkan dirinya, berikan
informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan, dengarkan keluhannya dan
cobalah untuk lebih sesitif terhadap perasaannya. Jika ibu tampak kesakitan,
dukungan/asuhan yang dapat diberikan seperti bantu ibu memilih posisi yang
diinginkan, tetapi jika ibu ingin ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring
kiri, selain itu ajarkan kepadanya teknik bernapas seperti ibu diminta untuk
menarik napas panjang, menahan napasnya sebentar kemudian lepaskan dengan
cara meniup udara ke luar sewaktu terasa kontraksi.
Penolong menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan
penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin
ibu. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup
minum.Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.Penatalaksanaan yang
dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada.
B. Kala II
1. Subjektif
Pada pukul 13.30 ibu memasuki kala II, ibu mengeluh mulasnya semakin
kuat dan sudah ada dorongan untuk meneran.Menurut teori, data subjektif yang
didapatkan dari tanda gejala kala II yaitu his, menjadi lebihkuat, pasien mulai
mengejan.Data subjektif yang diperoleh dari ibu sudah sesuai dengan teori bahwa
ibu sudah memasuki kala II dan segera dipimpin persalinan.Selanjutnya, bayi lahir
spontan pukul 14.15 WIB menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit
kemerahan.Kala II tidak ada penyulit, normal.
2. Objektif
Pukul 13.30 WIB dilakukan pemeriksaan kembali karena ibu mengatakan
mulasnya semakin kuat dan sudah ada dorongan untuk meneran. Saat dilakukan
pemeriksaan didapatkan pengeluaran lendir darah semakin banyak, perineum
menonjol, vulva membuka, ketuban berwarna jernih, portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, ketuban negatif, Hodge-IV, ubun ubun kecil depan, tidak ada
moulage, terdapat tekanan anus/anus terbuka. Sesuai teori yang ada bahwa tanda
gejala kala II yaitu memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.His menjadi lebih kuat, kontraksinya
selama 50-100 detik, datangnya tiap 2-3 menit, pasien mulai mengejan, pada akhir
kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul perineum
menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka. Ibu sudah ada tanda gejala yang
ada.Selanjutnya ibu dipimpin bersalin.Selanjutnya, bayi lahir spontan pukul 14.15
WIB menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan.Kala II tidak ada
penyulit, normal.
1. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny.P usia 37 tahun inpartu kala II, janin hidup”.
4. Penatalaksanaan
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah pembukaan
lengkap dan akan dipimpin bersalin. Ibu sudah diperbolehkan untuk
meneran.Memeriksa DJJ untuk mengetahui keadaan janin baik atau tidak,
memberitahukan keadaan janin kepada ibu dan suami bahwa keadaan janin saat
ini dalam batas normal. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
meneran serta memberikan support emosional. Meletakkan handuk bersih di atas
perut ibu, meletakkan kain segitiga di bawah bokong ibu, dan mendekatkan partus
set. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar diantara kontraksi. Ibu
dapat mengikuti dan meneran dengan baik dan benar.Memimpin persalinan, bayi
lahir spontan pukul 14.15 WIB, menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit
kemerahan, jenis kelamin perempuan.Mengeringkan bayi dan mengganti handuk
yang basah dengan yang kering.Memberi selamat kepada ibu dan bapak atas
kelahiran putrinya.Selanjutnya mengecek janin kedua dan tidak ada janin kedua.
C. Kala III
1. Subjektif
Dari data yang didapatkan bahwa ibu tidak mengalami mulas.Ibu mengeluh
masih merasa mulas pada bagian perut. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut
Kenneth bahwa kontraksi yang dialami ibu adalah tidak normal, seharusnya ibu
mengalami mulas karena hal itu merupakan tanda akan segera lahirnya plasenta.
2. Objektif
Dari data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik yaitu dengan
melakukan palpasi apakah ada janin kedua atau tidak.Menurut teori, pengkajian
awal pada kala III yaitu palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang
kedua lalu melakukan manajemen aktif kala III.
1. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny.P usia 37 tahun P3A1 inpartu kala III”.
4. Penatalaksanaan
Memberitahukan kepada ibu bahwa akan disuntik oxytocin untuk membantu
pengeluaran plasenta. Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha
bagian luar 2 menit setelah bayi lahir, selanjutnya menjepit tali pusat dengan klem
logam DTT 3 cm dari dinding perut bayi, menjepit umbilical klem 2 cm dari klem
pertama dan memotong tali pusat. Meletakkan bayi secara tengkurap di dada ibu
untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini.Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain
yang hangat lalu memakaikan topi bayi.Menurut teori, penatalaksanaan aktif pada
kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu menghindarkan terjadinya
perdarahan pascapersalinan, meliputi pemberian oksitosin dengan segera,
pengendalian tali pusat terkendali dan masase uterus.Maka dapat disimpulkan
bahwa manajemen aktif kala III sudah dilakukan sesuai dengan teori yang ada.
D. Retensio Plasenta
1. Subjektif
Ibu merasa tidak mulas dan merasa takut karena ari-arinya belum lahir 30
menit.Menurut teori, retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.Salah satu
gejalanya yang dirasakan oleh ibu yaitu uterus tidak berkontraksi. Ibu merasa
tidak mulas sama dengan uterus yang tidak berkontraksi. Data yang didapatkan
tidak ada kesenjangan antara teori yang ada.
2. Objektif
Pukul 14.30 WIB, 15 menit oxytocin pertama sudah berikan 2 menit setelah
bayi lahir. Pukul 14.45 WIB, 30 menit plasenta belum juga lahir. Menurut teori,
retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.Pada pemeriksaan didapatkan bahwa
keadaan umum ibu tampak cemas, kesadaran composmentis, dan pada
pemeriksaan fisik yaitu pada abdomen TFU sepusat, uterus teraba kenyal,
kandung kemih kosong. Terdapat pengeluaran darah, tali pusat menjulur sebagian
di depan vulva. Pengeluaran darah ±50cc. Menurut teori, TFU sepusat dan
perdarahan sedang-banyak merupakan gejala dari retensio plasenta akreta
parsial.Pada SOAP ini data objektif sudah sesuai dengan teori.
1. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny.P usia 37 tahun P3A1 dengan retensio plasenta”.
1. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif serta analisa yang
telah dibuat, maka disusunlah penatalaksanaan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan klien.Penatalaksanaan pertama yang dilakukan adalah menjelaskan
hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami bahwa plasenta belum lahir.
Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin kedua karena plasenta belum
juga lahir. Menurut teori, Menurut Claire Banister, oksitosin digunakan untuk
menstimulasi kontraksi uterus, mengaugmentasi persalinan, mempercepat
pelahiran janin, mempercepat pelahiran plasenta dan menghentikan hemoragi
pascapartum.Oksitosin memiliki efek stimulasi pada otot polos uterus, pada dosis
rendah dapat menyebabkan kontraksi berirama tetapi pada dosis tinggi dapat
menyebabkan kontraksi hipertonik yang kontinu.
Selanjutnya, memberitahukan ibu bahwa plasenta belum lahir sudah 30 menit
dan inform consent untuk pemasangan infus. Memasangkan infus 500 ml Ringer
Laktat + 20 IU secara drip dengan kecepatan 60 tetes/menit. Selanjutnya
memberikan analgetik kaltrofen supp 100 mg. Memeriksa kandung
kemih.Mengganti sarung tangan panjang dan selanjutnya melakukan PTT,
plasenta masih belum lahir. Melakukan inform consent untuk dilakukan tindakan.
Selanjutnya melakukan manual plasenta dengan Memasukkan tangan dalam posisi
obstetri (punggung tangan ke bawah) dengan menelusuri bagian bawah tali pusat.
Tangan kiri menahan fundus uteri dan tangan kanan berada di dalam
menyusuri tali pusat hingga ke kavum uteri hingga mencapai tempat implantasi
plasenta. Membuka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari
merapat ke pangkal jari telunjuk. Menggerakkan tangan dalam ke kiri dan kanan
sambil bergeser dengan menggunakan sisi ulna untuk melepaskan plasenta
sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.Melakukan
eksplorasi dan memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada
dinding uterus.Menyimpan plasenta di segmen bawah rahim dan melahirkan
plasenta.Plasenta lahir pukul 15.05 WIB secara manual.
Menurut teori, melakukan penatalaksanaan aktif kala tiga pada semua ibu
yang melahirkan melalui vagina.Bila plasenta tidak lahir dalam waktu 15 menit,
berikan 10 IU oksitosin IM dosis kedua.Periksa kandung kemih, jika ternyata
penuh, gunakan teknik aseptic untuk memasukan cateter nelaton desinfeksi
tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih.Ulangi kembali
penanganan tali pusat dan tekanan dorso-kranial.
Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum
lahir dalam waktu 30 menit.Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan plasenta
dengan melakukan penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya, jika plasenta
tetap tidak lahir, rujuk segera.Jika plasenta belum lahir kemudian mendadakterjadi
perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera
mengosongkan kavum uteri.Melakukan prosedur manual plasenta sesuai dengan
standar.
Memasang infus set dan cairan infuse NaCl 0,9% atau RL dengan tetesan
cepat, jarum berlubang besar (16 atau 18 G) untuk mengganti cairan yang hilang.
Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan.Melakukan anastesia verbal
atau algesia per rectal.Menyiapkan dan menjalankan prosedur pencegahan
infeksi.Memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong.Menjepit tali pusat
dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar
lantai.Secara obstetrik, masukan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat. Setelah
mencapai bukaan servik, minta seorang asisten/penolong lain untuk menegangkan
klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.
Sambil menahan fundus, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta. Bentangkan tangan obstetrik
menjadi datar seperti member salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari
lain saling merapat). Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling
bawah.Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebelah
atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus
dimana punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu). Bila di korpus
depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-
jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke atas (anterio ibu). Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta
dan dinding uterus maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser
tangan ke kanan dan kiri sambil digeser ke atas (cranial ibu) hingga semua
perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus, sementara satu tangan masih di
dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang
tertinggal, memindahkan tanganluar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen
bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan
darah), melakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simfisis)
uterus kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di
dalam wadah yang telah disediakan, mendekontaminasi sarung tangan (sebelum
dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan, melepaskan dan rendam sarung
tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit,
mencuci tangan dengan saun dan air bersih mengalir, mengeringkan tangan
dengan handuk bersih dan kering, memeriksa kembali tanda-tanda vital ibu.
Hasil asuhan kebidanan pada Ny. S, yaitu keadaan umum, perubahan
fisiologis dan perubahan psikologis mulai membaik karena proses penanganan
SOAP ini sebagian besar sudah sesuai dengan teori yang ada dari beberapa
referensi.
A. Kala IV
1. Subjektif
Pada 2 jam pasca persalinan ibu masih merasa mulas pada bagian perutnya.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Kenneth bahwa ibu akan mengalami
kontraksi setelah proses persalinan karena merupakan proses pengecilan rahim ke
bentuk semula dan salah satu untuk mencegah perdarahan setelah persalinan.
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu
dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa.Petugas
atau bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dan memastikan bahwa keduanya
dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan
stabilisasi.
2. Objektif
Data yang didapatkan dari pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum ibu baik,
kesadaran composmentis.Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 82x/menit,
pernapasan 20x/menit.Wajah ibu tampak pucat tetapi tidak ada tanda-tanda
syok.TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba bulat, kandung kemih kosong. Pada
pemeriksaan genetalia terdapat laserasi derajat II yaitu rupture pada bagian kulit
perineum dan mukosa vagina. Jumlah perdarahan 20 cc. perdarahan dalam batas
normal.
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny.P usia 37 tahun P3A1 inpartu kala IV”.
1. Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan kepada ibu pada kala IV yaitu melakukan penjahitan
luka laserasi.Melakukan anastesi lokal dengan lidokain 2cc. Melakukan
penjahitan dengan teknik jelujur.Mengajarkan ibu dan keluarga masase uterus
agar rahim tetap berkontraksi dengan baik.Menurut teori, periksa fundus setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.Jika kontraksi tidak
kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot
uterus akan menjepit pembuluh darah untuk mengehentikan perdarahan. Hal ini
dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan
pascapersalinan.Ajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa
fundus dan menimbulkan kontraksi, tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
Membersihkan dan merapikan ibu. Membantu ibu memakai pembalut.
Membersihkan dan mendekontaminasi alat.Melakukan pemantauan kontraksi,
perdarahan, TTV Kala IV. Pemantauan 1 jam pertama setiap 15 menit sekali dan
pemantauan 1 jam kedua setiap 30 menit sekali.
Memberikan ibu obat 1 tablet Ciproprolaxin, 1 tablet Vitamin C, 1 tablet
Paracetamol, dan 1 tablet Fe. Pemberian paracetamol untuk ibu karena
paracetamol merupakan analgesik untuk mengurangi nyeri sehingga diberikan
kepada ibu untuk mengurangi nyeri yang dirasakan setelah mengalami proses
persalinan. Pemberian Ciprofolaxin tujuannya untuk menangani dan juga
mencegah terjadinya infeksi. Jenis obat ini bekerta dengan cara membunuh atau
mencegah perkembangan infeksi akibat bakteri.
Dari data yang telah di dapatkan, tidak ada kesenjangan antara asuhan yang
diberikan dengan teori yang ada.Penanganan asuhan kebidanan dengan retensio
plasenta di Puskesmas Pamatang Raya sudah sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang ada.Ny.P sudah mendapat asuhan yang cepat dan juga tepat,
serta Ny.P dapat melalui masa nifasnya dengan keadaan baik dan juga sehat.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Telah dilakukannya asuhan kebidanan padaNy.P usia 37 tahun G4 P2 A1
dengan retensio plasenta berupa pengumpulan data subjektif, pemeriksaan fisik
untuk memperoleh data objektif, menentukan analisa untuk mengetahui masalah
yang terjadi pada pasien serta penatalaksanaan yang telah diberikan. Asuhan yang
diberikan untuk masalah retensio plasenta telah sesuai dengan pelayanan di
tingkat pelayanan pimer berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1464. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Data subjektif yang diperoleh dari Ny.P dapat dikaji dengan fokus dan akurat.
Tidak terdapat kesenjangan antara data yang diperoleh dengan teori.
2. Data objektif yang didapat dengan melakukan pemeriksaan fisik, dan data
yang didapat terkait dengan retensio plasenta.
3. Analisa yang ditegakkan berdasarkan data subjektif yang lengkap serta data
objektif yang akurat.
4. Asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan manajemen kebidanan untuk
mengutamakan keeamanan, kenyamanan dan juga keselamatan ibu. Evaluasi
yang didapat ibu tidak mengalami komplikasi dan juga ibu dapat melewati
masa nifasnya dalam keadaan sehat.
5. Faktor pendukung yang didapatkan yaitu klien dan keluarga sangat terbuka
dan kooperatif dalam menerima asuhan yang diberikan dan terjalinnya
kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan khususnya bidan di Puskesmas
dalam melakukan asuhan dan juga dalam memberikan masukan sehingga
berjalan dengan baik dan optimal dalam pemberian asuhan pada Ny.P dan
tidak ditemukannya faktor penghambat saat melakukan asuhan kebidanan
pada retensio plasenta.
4.2 Saran
Saran yang diberikan ditujukan untuk :
1. RSU Mitra Sejati
Diharapkan RSU Mitra Sejati khususnya bagian program KIA dapat
meningkatkan pelayanan dan asuhan pada SOAP Retensio Plasenta dengan
tepat, cepat dan juga aman.
2. Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dan keluarga mendapatkan informasi seputar retensio
plasenta, kesehatan pada ibu nifas, maupun perawatan bayi baru lahir.
3. Profesi Bidan
Diharapkan bidan mampu dapat melaksanakan dan menerapkan penanganan
Retensio Plasenta sesuai standar yang telah ditetapkan dengan cepat dan
tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Hoelman, B. Mickael, dkk. 2015. Panduan SDGs untuk Pemerintah Daerah (Kota
dan Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah.
Departemen Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta :Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Profil Kesehatan Jawa Barat. 2015.
Kementrian Kesehatan RI. Info DATIN. Jakarta Selatan: Pusat Data dan
Informasi; 2017. [Diakses tanggal 14 Oktober 2020]. Didapat dari
http://www.depkes.go.id
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2018. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta: EGC.
Prof. Sastrawinata, Sulaiman. 2015. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: EGC.
Khotijah, dkk.2011. Jurnal Hubungan Usia dan Paritas dengan Retensio
Plasenta.
Manuaba, IGB. 2017. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sastrawinata, S. 2016 Obstetri Fisiologi Bagian Obstetri & Ginekologi.
Manuaba, IGB. 2018. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Varney, Helen, dkk. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta:
EGC.
Damayanti, Ika Putri, dkk. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif
pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir Edisi 1. Yogyakarta: Deepubllish
Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2019. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Maternity, Dainty. 2016. Asuhan Kebidanan Patologis. Tangerang Selatan:
Binarupa Aksara Publisher.
Maryunani, Anik. 2017. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Trans Info Media.
Saifudin, Abdul Bari dkk.2016. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Norwitz, Errol. 2017. At a Glance Obstetri dan Ginekologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Myles. 2019. Buju Ajar Bidan Cetakan 1. Jakarta: EGC.
Manuaba, IGB. 2018.Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia: Jakarta.
Banister, Claire, dkk. 2017. Pedoman Obat Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.
Varney, Helen, dkk. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta:
EGC.
Swarjana, I Ketut. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi).
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Notoatmodjo, S. 2016. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
GadjahmadaUniversity.
Nawawi, Hadiri. 2017. Metode Penelitian Bidan Sosial.Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Baston, Helen. 2018. Midwifery Essentials Praktik Dasar Volume 1. Jakarta:
EGC.
SOAP 1
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “T” GIIPIA0 partus Senin 14 September 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold I : 32 cm
Leopold II : Puki DJJ : 153 kali/menit
o: 3-4 cm
ASSESMENT
Ny “O” GIIIPIIA0 partus Jumat 18 September 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “P” GIP0A0 partus Rabu 07 Oktober 2021 kala 1 fase dilatasi maksimal
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “M” GV1PVA0 partus Jumat 09 Oktober 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “S” GVPIVA0 partus Jumat 16 Oktober 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “I” GIIIPIIA0 partus Selasa 20 Oktober 2021 kala 1 fase aktif dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “M” GIIPIA0 partus Kamis 22 Oktober 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “M” GIP0A0 partus sabtu 24 Oktober 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “R” GIIPIA0 partus Jumat 30 Oktober 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “J” GIP0A0 partus Minggu 02 November 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “Y” GIP0A0 partus Jumat 06 November 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “Z” GIIIPIIA0 partus Rabu 11 November 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “A” GIIPIA0 partus Senin 16 November 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “L” GIVPIIIA0 partus Sabtu 21 November 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “P” GIIPIA0 partus Selasa 24 November 2021 kala 1 fase aktif dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “M” GIIPIA0 partus Sabtu 28 November 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “R” GIIPIA0 partus Sabtu 12 Desember 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “Q” GIP0A0 partus Selasa 15 Desember 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “Y” GIP0A0 partus Selasa 22 Desember 2021 kala 1 fase laten dengan
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “M” GIP0A0 partus Sabtu 2 Januari 2021 kala 1 fase aktif akselerasi
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak
ASUHAN KEBIDANAN
Identitas
SUBJEKTIF
lainnya.
OBJEKTIF
Leopold II : Puka
Leopold III : Kepala His : 2x10/30 kuat
ASSESMENT
Ny “M” GIIPIA0 partus Senin 4 Januari 2021 kala 1 fase dilatasi maksimal
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara tetap menjaga privasi
pasien
4. Menganjurkan Ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi agar tidak