Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN FISIOLOGIS

PADA Ny.”S”
DI PUSKESMAS TURI KABUPATEN LAMONGAN

Oleh :

IFA RUSDIANAH
NIM : 2021080658

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HUSADA JOMBANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Persalinan Fisiologis di Puskesmas TURI telah disahkan oleh


pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :

Lamongan, Agustus 2022


Mahasiswa

IFA RUSDIANAH
NIM 2021080658

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik


PKM TURI Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan

(Murtiningsih,Amd.Keb) (Elis Fatmawati,SST,M,Tr.Keb,ch.bIRTH)


NIP.19750511 200701 2 004 NPP.011105093

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan
Ketua STIKES Husada Jombang Profesi Bidan

(Zeny Fatmawati, S.ST., M.P.H)


(Dra. Hj. Soelidjah Hadi, M.Kes., MM)
NPP.010201001 NPP.01030502
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat
dan anugerah-Nya sehingga Laporan Asuhan Kebidanan Pra Nikah dan Pra Konsepsi di
Puskesmas Kembangbahu dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama
menyelesaikan Laporan ini, tidak akan mungkin dapat penulis selesaikan dengan baik. Dalam
penyusunan Laporan ini, penyusun banyak mendapat bimbingan dan dukungan serta arahan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terimakasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM. selaku Ketua STIKES Husada Jombang, yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik.
2. Zeny Fatmawati, SST., M.PH selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan STIKES
Husada Jombang.
3. Murtiningsih, Amd,Keb selaku CI di ruang Bersalin Puskesmas TURI
4. Elis Fatmawati, SST., M.Tr.Keb,C.Birth., selaku pembimbing akademik dalam penyusunan
laporan stase I ini.
5. Ibu, Ayah, suami tercinta serta putra - putraku yang senantiasa memberikan motivasi serta
bantuan materiil dan spiritual yang tiada henti.
6. Teman-teman sejawat khususnya di Puskesmas TURI yang telah membantu dan selalu
memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan studi kasus ini.

Semoga Alloh SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan kesempatan,
dukungan dan bantuan dalam penyelesaian laporan stase I ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Kebidanan dan pelayanan gynekologi.

TURI, Agustus 2022


Penyusun

IFA RUSDIANAH
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam


kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan
keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga adalah
memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadi proses persalinan. Dalam hal
ini peranan petugas kesehatan tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan
dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman
baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkan. Persalinan dan kelahiran normal adalah
proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sumarah, dkk, 2016).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014 bahwa Angka
Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai 289.000 jiwa. Dimana terbagi atas beberapa
Negara, antara lain Amerika Serikat 9.300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia
Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di NegaraNegara Asia Tenggara yaitu
Indonesia 190 jiwa, Vietnam 49 jiwa, Thailand 26 jiwa, Brunei 27 jiwa, Malaysia 29
jiwa. Sebagian besar kematian ibu terjadi di negara berkembang karena kurang mendapat
akses pelayanan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung 2 kesehatan,
kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan persalinan disertai keadaaan social
ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah (WHO, 2014).
Indonesia masih tergolong tinggi pada Negara-negara di ASEAN (Association
South East Asian Nation) dan menjadi salah satu Negara yang menjalankan program
Sustainable Development Goals (SDG’s), yang memiliki target menurunkan AKI
menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Ermalena, 2017).
Dapat dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi jawa Timur tahun
2019, Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Timur mencapai 89,81 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini naik dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 98,39 per
100.000 kelahiran hidup. Tiga penyebab tertinggi kematian ibu pada tahun 2020 adalah
hipertensi dalam kehamilan yaitu sebesar 26,90% atau sebanyak 152 orang dan
perdarahan yaitu 21,59% atau sebanyak 122, penyebab lain-lain yaitu 37,17% atau 210
orang ( Profil Kesehatan Jawa Timur 2020)
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan
kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan ibu. Cakupan pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas oleh tenaga terlatih
adalah kunci dari perbaikan status kesehatan ibu, bayi dan anak. Pengetahuan tentang
kebidanan yang baik adalah identitas profesionalitas seorang bidan karena berfungsi
sebagai kerangka kerja dalam pelaksanaan tugas (Sigridur, 2012).
Salah satu metode untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
bidan yaitu dengan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN). Pada prinsipnya APN
adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan dan upaya
pencegahan komplikasi terutama perdarahan, hipotermi serta asfiksia bayi baru lahir.
Pencegahan infeksi dari standar operasional prosedur berdasarkan APN 60 langkah juga
sudah sangat efektif mencegah terjadinya infeksi. Tujuan APN adalah menjaga
kelangsungan hidup dan memberikanderajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya
melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
diinginkan atau optimal. (JNPKR, 2014).
Berdasarkan data diatas angka kesakitan dan kematian ibu masih sangat tinggi,
sehingga diperlukan Asuhan kebidanan pada ibu bersalin untuk mencegah komplikasi
pada ibu bersalin serta mengurangi angka kesakitan dan kematian pada ibu bersalin.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui penatalaksanaan pada ibu bersalin Ny.”L” dengan memberikan
asuhan kebidanan ibu bersalin melalui pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian data dasar secara subyektif atau anamnesa pada
asuhan kebidanan ibu bersalin
2. Mampu melakukan pemeriksaan secara objektif pada asuhan kebidanan ibu
bersalin.
3. Mampu melakukan penegakan diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil
pengkajian pada ibu bersalin
4. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif
pada ibu bersalin.
5. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
bersalin
6. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanann yang telah dilakukan pada ibu
bersalin
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Praktis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas suhan kebidanan
stase I di program profesi bidan STIKES Husada Jombang
1.3.2 Manfaat bagi penyusun
Dapat menerapkan pola fikir asuhan kebidanan sesuai dengan SOAP dan
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin secara komprehensif dan sesuai standart
operasional prosedur sehingga lebih profesional dalam memberikan asuhan
kebidanan

1.3.3 Manfaat bagi institusi


Dapat digunakan sebagai acuan dan meningkatkan pelayanan pendidikan
kebidanan pada ibu bersalin. sehingga dalam pelayanan pendidikan benar–
benar menghasilkan mahasiswa yang berkompeten dan profesional dalam
memberikan asuhan kebidanan
1.3.4 Manfaat bagi lahan praktek
Dapat digunakan sebagai acuan dan meningkatkan mutu pelayanan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin sesuai dengan standar operasioanal prosedur
1.3.5 Manfaat ilmiah
Dari hasil pendokumentasian asuhan kebidanan ini dapat menjadi sumber
informasi dan menambah pengetahuan serta bahan acuan bagi penyusunan
ASKEB selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Persalinan Normal


2.1.1 Definisi

Persalinan adalah proses dimana bayi, plesenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan di anggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu), tanpa di sertai penyulit. Persalinan
dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pasa serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
(JNPK-KR, 2014).

Persalinan adalah proses proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 –42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Icesmil dan Margareth, 2013).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan


plasenta) yang telah dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Sulistyawati, 2013)

2.1.2. Macam – macam Persalinan


Menurut Elisabeth, S dan Endang, P, 2016, persalinan dibagi menjadi 3
yaitu:
a. Persalinan spontan, bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri.
b. Persalinan buatan, bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat kekuatan
untuk persalinan.
c. Persalinan anjuran, yaitu persalinan paling ideal karena tidak memerlukan bantuan
apapun dan mempunyai trauma persalianan yang paling ringan sehingga kualitas
sumber daya manusia dapat terjamin.
Menurut cara persalinan:
a. Partus biasa (normal) atau disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat
– alat serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24
jam. Persalinan normal dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
b. Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat – alat atau melalui dinding perut dengan operasi sectio caesaria (SC).

Menurut usia kehamilan:

a. Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin dapat hidup


(viable), berat janin di bawah 500 gram, atau usia kehamilan di bawah 20
minggu.

b. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada umur kehamilan
28 – 36 minggu. Janin dapat hidup, tetapi prematur, berat janin antara 1.000 –
2.500 gram.
c. Partus matures/aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur kehamilan 37 –
40 minggu, janin matur, berat badan diatas 2.500 gram.
d. Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur.
e. Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin dikamar
mandi, di atas kendaraan dan sebagainya.
f. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo Pelvix Disproportion
(CPD).

2.1.3 Permulaan Persalinan

Gejala awal persalinan:

a. Lightening Proses terjadinya penurunan bagian kepala janin memasuki pintu


bawah panggul. Pada primigravida penurunan kepala berlangsung pada usia
kehamilan 36 minggu dan pada multigravida berlangsung pada usia kehamilan
38 minggu. Proses lightening dipengaruhi oleh adanya peregangan pada
jaringan otot dan bagian persendian tulang pelvis, diameter pelvis anterior-
posterior sedikit bertambah luas.

b. Perubahan bentuk perut Penurunan kepala, berdampak terhadap fundus uteri.


Fundus uteri turun dan perut tampak melebar kesamping.

c. Perubahan pola berkemih Terjadi lightening yakni penurunan kepala ke dalam


rongga panggul akan menekan kandung kemih yang ada dibagian anterior
panggul. Kondisi ini sering membuat ibu mengalami frekuensi berkemih yang
berlebihan dan hampir tidak dapat menahan kontraksi untuk berkemih.

d. Braxton hicks Braxton hicks diawal kehamilan telah ada, namun semakin usia
kehamilan matur intensitas braxton hicks semakin kuat dan tidak
menimbulakan nyeri. Kondisi ini dipengaruhi karena adanya penekanan kepala
janin di daerah lumbal dan thorakal pada saat kepala janin memasuki rongga
panggul.

Faktor lain yakni pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang berkurang
di akhir kehamilan. Sehingga memicu sekresi oksitosin dari posterior hopofisis.
Dengan demikian kontraksi uterus akan muncul yang diawali dengan braxton
hicks. Sehingga braxton hicks sering disebut dengan gejala false labor.

e. Pengeluaran mucus vagina Sekresi serviks meningkat yang dikeluarkan lewat


vagina. Konsentrasinya pada awalnya kental dan berangsur-angsur seperti
lendir. Dengan demikian serviks mulai mengalami pendataran (effacement)
dan terjadi pengeluaran plug mucus. Plug mucus adalah yang menutupi kanalis
servikalis dan sering bercampur dengan darah (blood sleem) (Manurung, 2013)
2.1.4 Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan antara lain:
a. Penipisan dan pembukaan serviks Perubahan serviks diduga terjadi akibat
peningkatan intensitas kontraksi braxtin hicks. Serviks mwnjadi matang
selama periode yang berbeda beda sebelum persalinan. Serviks menjadi
matang selama periode yang berbeda beda sebelum persalinan.
Kematangan serviks mengindikasi kesiapan untuk pembukaan saat
memasuki persiapan serviks mengalami penipisan dan pembukaan.
b. Kontraksi uterus Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
c. Blood show Cairan lendir bercampur darah yang keluar melalui vagina
(Shofa,2015).
2.1.5 Sebab - Sebab Mulainya Persalinan

Terjadinya persalinan disebabkan oleh beberpa teori sebagai berikut:

a. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum persalinan di mulai terjadi


penurunan kadar hormone esterogen dan progesterone. Progesterone
bekerja sebagai penenang otot - otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesterone
menurun. Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung 15

b. Teori penuaan plasenta Tuanya plasenta menyebabkan menurunnya kadar


esterogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh
darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan meregang


menyebabkan iskemia otot - otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
utero – plasenter.

d. Teori iritasi mekanik Di belakang servik terletak ganglion servikal (fleksus


frankenhauser) Bila ganglion ini di geser dan ditekan, akan timbul
kontraksi uterus.

e. Induksi partus Persalinan dapat di timbulkan dengan jalan :

1) Ganggang laminaria: Beberapa laminaria dimasukan kedalam servikalis


dengan tujuan merangsang fleksus frenkenhauser.

2) Amniotomi : Pemecahan ketuban


3) Oksitosin drips: Pemberian oksitosin menurut tetesan infuse

4) Misoprostol: Cytotec/ gastru (Shofa, 2015)

2.1.6 Faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor yang mempengaruhi persalinan preterm adalah usia ibu pada saat
hamil, secara fisik pada usia kurang dari 20 tahun belum terbentuk sempurna alat
reproduksi pada rahim karena masih relatif kecil pembentukan belum sempurna
dan pertumbuhan tulang panggul belum cukup lebar sehingga mengakibatkan
gangguan pertumbuhan janin. Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
16 Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun dapat menimbulkan resiko terjadinya
komplikasi dan mortalitas dan mordibitas bayi yang akan dilahirkan. (Rini
Wahyuni, Siti Rohani 2017).

Adapun faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu :

a. Passage (Jalan Lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.

1) Passage

a) Bagian keras tulang – tulang panggul (rangka panggul)

b) Bagian lunak (otot – otot, jaringan dan ligament –ligamen pintu panggu)

2) Sumbu panggul Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik- titik
tengah ruang panggul yang melengkung ke depan (sumbu Carus).

3) Bidang – bidang Hodge

a) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas simpisi
dan promontorium.

b) Bidang Hodge II : sejajar Hodge I setinggi pinggir bawah simpisis


c) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan
dan kiri.

d) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II, III setinggi os coccygis.

b. Power

Power merupakan kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari
his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi
otot – otot rahim.

Kekuatan yang mendorog janin keluar (power) terdiri dari :

1) His (kontraksi otot rahim Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos
rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim
menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih
kecil serta mendorong janin dan kantung amneon kearah segmen bawah rahim
dan serviks.

2) Kontraksi otot – otot dinding perut.

3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.

4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum

c. Passanger

1) Janin (Kepala janin dan ukuran-ukurannya)

Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. posisi
dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.

2) Plasenta

Plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai


penumpang atau passenger yang menyertai janin namun plasenta jarang
menghambat pada persalinan normal.
3) Air Ketuban

Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membrane yang kuat dan
ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua
kekuatan regang membrane janin dengan demikian pembentukan komponen
amnion yang menceggah rupture atau robekan sangatlah penting bagi
keberhasilan kehamilan. Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati
panggul, penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan
dari cairan amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran muara
dan saluran serviks yang terjadi karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan
amnion selama ketuban masih utuh.

d. Psikis (Psikologis)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah – olah pada saat itulah benar
– benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa
melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seoalah – olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula diaggap sebagai suatu “keadaan yang
belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata.

e. Penolong

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan (Shofa, 2015).

2.1.7. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Kebutuhan ibu selama persalinan sesuai dengan konsep Abraham Maslow


sebagai berikut:

a. Pemenuhan kebutuhan fisiologis

1) Mengatur sirkulasi udara dalam ruangan.


2) Memberi makan dan minum.

3) Menganjurkan istirahat diluar his.

4) Menjaga kebersihan badan terutama daerah genetalia.

b. Pemenuhan kebutuhan rasa aman

1) Menberi informasi tentang proses persalinan atas tindakan yang akan


dilakukan.

2) Menghargai pilihan posisi tidur.

3) Menentukan pendampingan selama persalinan.

4) Melakukan pemantauan selama persalinan.

5) Melakukan tindakan sesuai kebutuhan

c. Kebutuhan dicintai dan mencintai

1) Menghormati pilihan pendampingan selama persalinan.

2) Melakukan kontak fisik (memberi sentuhan ringan).

3) Melakukan msase untuk mengurangi rasa sakit.

4) Melakukan pembicaraan dengan suara yang lemahlembut serta sopan.

d. Pemenuhan kebutuhan harga diri

1) Mendengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian atau menjadi pendengar


yang baik.

2) Memberi asuhan dengan memperhatikan privasy ibu.

3) Memberi pelayanan yang bersifat empati.

4) Informasi bila akan melakukan tindakan

5) Memberitahu ibu terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan.


e. Pemenuhan kebutuhan aktualisasi

1) Memilih tempat dan penolong persalinan sesuai keinginan.

2) Menentukan pendamping selama persalinan.

3) Melakukan bounding attachment.

4) Memberi ucapan selamat setelah persalinan selesai (Shofa, 2015).

2.18 . Lima Benang Merah

Ada lima aspek dasar/lima benang merah, yang penting dan saling terkait
dalam persalinan yang bersih dan aman yaitu membuat keputusan klinik, asuhan
sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan/rekam medis, dan
rujukan.

a. Membuat keputusan klinik


Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :
1) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan
2) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah
3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi
4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi
masalah
5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi masalah
6) Memantau efektifitas asuhan atau intervensi 7) Mengevaluasi efektifitas
asuhan atau intervensi
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan:

1) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai


martabatnya.
2) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.

3) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

4) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menentramkan perasaan


ibu serta anggota keluarga yang lain.

5) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya ataupun anggota keluarga yang


lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.

6) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.

7) Menghargai privasi ibu.

8) Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegara mungkin.

9) Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran


bayi.

10) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan–bahan,


perlengkapan dan obat – obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi
bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

c. Pencegahan infeksi

Prinsip – prinsip pencegahan infeksi :

1) Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit.

2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.

3) Permukaan benda disekitar kita, peralatan atau benda –benda lainnya yang
akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput
mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi, sehingga harus diproses
secara benar.
4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi.

5) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan – tindakan pencegahan infeksi
secara benar dan konsisten.

d. Pencatatan (rekam medis)

Aspek – aspek penting dalam pencatatan :

1) Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan.

2) Identifikasi penolong persalinan.

3) Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan.

4) Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat dengan jelas dan
dapat dibaca.

5) Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien.

6) kerahasiaan dokumen – dokumen medis.

e. Rujukan

Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam


mendukung keselamatan ibu dan bayi baru lahir. Singkatan “BAKSOKU” dapat
digunakan untuk mengingat hal – hal penting dalam mempersiapkan rujukan ibu
dan bayi. (Shofa,2015).

2.1.9 . Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan


kepala janin di dalam panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota
badan bayi.

a. Penurunan kepala
Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi uterus
yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien
b. Engagement
Fiksasi (engagement meruapakan tahap penurunan pada waktu diameter
bipariental dari kepala janin telah masuk panggul ibu.
c. Fleksi
Fleksi disebabkan karena janin didorong maju, dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar
panggul. Akibat dari kekuatan dorongan dan tahanan ini terjadilah fleksi.
d. Putaran paksi dalam
Pemutaran dari bagian depan sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah sympisis. Pada presentasi belakang kepala
bagian yang terendah ialah daerah daerah ubun – ubun kecil dan bagian
inilah yang akan memutar kedepan kebawah simpisis. Hal ini untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk
bidang tengah dan pintu bawah panggul.
e. Ekstensi
Terjadi karena adanya gaya tahanan dari dasar panggul dimana gaya
tersebut membentuk lengkungan Carrus, yang mengarahkan kepala ke atas
menuju lubang vulva sehingga kepala harus ekstensi untuk melaluinya.
Bagian leher belakang dibawah occiptnya akan bergeser di bawah simpisis
pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemuadian
memberi tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkan ekstensi kepala
yang lebih lanjut.
f. Putaran paksi luar
Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu mengalami perputaran
dalam arah yang sama dengan kepala janin agar terletak dalam diameter
yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada lubang
vulva-vagina, dimana ia akan bergeser di bawah simpisi pubis.
g. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah sympisis dan
menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan bayi lahir searah dengan
paksi jalan lahir mengikuti lengkung carrus (kurva jalan lahir)
(Walyani&Purwoastuti,2016).

2.1.10. Tahapan Persalinan

a. Kala I (Pembukaan)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mecapai pembukaan lengkap. Lama kala I: Primigravida 12 jam dengan
kemajuan pembukaan 1 cm setiap 1 jam dan multigravida 8 jam dengan kemajuan
pembukaan 2 cm setiap 1 jam (Hidayat dan Sujiyatini, 2012).

Proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu:

1) Fase laten berlangsung 8 jam dimana serviks membuka sampai 3 cm/<4 cm

2) Fase aktif berlangsung 6 jam dimana serviks memuka dari 4cm sampai 10
cm. Fase aktif di bagi menjadi 3 yaitu :

a) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan


berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm

c) Periode diselerasi, berlangsung dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm


menjadi 10 cm atau pembukaan lengkap (Walyani, SE & Purwoastuti, E,
2016)

Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :


1) Memberikan dukungan emosional.
2) Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai
kelahiranbayinya. 3) Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
4) Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan
mencegah dehidrasi.
5) Pencegahan infeksi (Shofa, 2015)
Asuhan sayang ibu dalam penatalaksanaan nyeri:
1) Cara farmakologi adalah dengan pemberian obat – obatan analgesik yang bisa
disuntikan, melalui infus intravena yaitu syaraf yang mengantar nyeri selama
persalinan.
2) Cara non farmakologi
a) Distraksi
Memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri merupakan
mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik kognitif afektif lainnya.
Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan stimulasi nyeri
yang ditransmisikan ke otak, kunjungan dari keluarga dan teman melihat
film layar lebar dengan surround sound melalui heandphone bermain catur
yang membutuhkan konsentrasi.
b) Relaksasi
Relaksasi adalah teknik untuk mencapai kondisi rileks. Dengan menarik
nafas dalam-dalam kita mengalirkan oksigen ke darah yang kemudian
dialirkan ke seluruh bagian tubuh, dihembuskan lewat mulut. Hasilnya
kita menjadi lebih tenang dan stabil.
b. Kala II (Kala pengeluaran janin)
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan kelahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi
(Walyani & Purwoastuti, 2016). Kala II yaitu dari pembukaan lengkap
sampai lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multrigravida (Hidayat dan Sujiyatini, 2013)
1) Tanda – tanda kala II :
a) Ibu merasa ingin meneran (dorongan meneran/doran).
b) Perineum menonjol (perjol).
c) Vulva vagina membuka (vulva).
d) Adanya tekanan pada spincter anus (teknus) sehingga ibu merasa ingin
BAB.
e) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat.
f) Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir. Pada waktu his kepala
janin mulai keliatan, vulva membuka dan perineum meregang, dengan his
dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan
janin (Walyani, SE & Purwoastuti, E, 2016).

2) Asuhan yang dapat dilakukan :

a) Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.

b) Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain:

1) Membantu ibu untuk berganti posisi.

2) Melakukan rangsangan taktil.

3) Memberikan makan dan minum.

4) Menjadi teman bicara atau pendengar yang baik.

5) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai


kelahiran bayi .

c) Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan dan kelahiran.

d) Membuat hati ibu merasa tentram selama kala II persalinan dengan cara
memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu

e) Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan untuk
meneran dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada
his.

f) Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.

g) Memberikan rasa aman dan nyaman.


h) Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan
perinium ibu.

i) Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan (Walyani &


Purwoastuti, 2016)

c. Kala III (Kala uri)

Kala III yaitu dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Hidayat dan Sujiyatini, 2013).

1) Adapun tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu :

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus . setelah bayi lahir dan sebelum
meometrium mulai berkontraksi , uterus berbentuk bulat penuh dan
tinggi fundus uteri biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan plasenta kedorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau eperti
buah pear atau alpukat dan fundus berada diatas pusat.

b) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar.

c) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul


dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan
dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental
pooling) dalam ruang dintara dinding uterus dan permukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungannya maka darah tersembur
keluar dari tepi plasenta yang terlepas (Walyani, SE & Purwoastuti, E,
2016).

2) Asuhan yang dapat dilakukan :

a) Memberi kesempatan pada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui


segera.

b) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.

c) Pencegahan infeksi pada kala III.


d) Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).

e) Melakukan kolaborasi atau rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.

f) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi. g) Memberikan motivasi dan


pendampingan selama kala III. (Shofa, 2015).

d. Kala IV (Tahap pengawasan)

Kala IV adalah kala pengawasan 1 – 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir
untuk memantau kondisi ibu (Shofa, 2015). Kala IV merupakan kala pengawasan
yang dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum
(Hidayat dan Sujiyatini, 2013).

Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta


lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. Setelah plasenta lahir berikan asuhan
yang berupa:

1) Rangsangan taktik (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.

2) Evaluasi tinggi fundus uteri.

3) Perkiraan darah yang hilang secara keseluruhan.

4) Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau


episiotomi).

5) Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.

6) Pendokumentasian (Shofa, 2015)

Pemantauan lanjut kala IV yang harus diperhatikan dalam pemantauan


kala IV adalah :

a) Vital sign: tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan Tinggi fundus uteri.
Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek, TFU normal sejajar dengan
pusat atau dibawah pusat, uterus lembek (lakukan massase uterus, bila perlu
beriksn injeksi oksitosin atau methergin).
b) Perdarahan. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir,
kontraksi atau kandung kencing).

c) Kandung kencing. Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik
(Shofia, 2015).

2.1.11. Penjahitan luka episiotomi/laserasi

a. Tujuan menjahit laserasi atau episiotomy

Tujuannya adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh


(mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (Walyani &
Purwoastuti, 2016). Menurut Shofa (2015), tujuan penjahitan untuk
menyatukan kembali jaringan yang luka serta mencegah kehilangan darah.

b. Macam – macam laserasi

1) Robekan derajat 1, kadang kala bahkan tidak perlu dijahit.

a) Robekan mukosa

b) Komisura posterior

c) Kulit perineum

2) Robekan derajat dua biasanya dapat dijahit dengan mudah dibawah


pengaruh analgesia lokal dan biasanya sembuh tanpa komplikasi.

a) Robekan mukosa

b) Komisura posterior

c) Kulit perineum

d) Otot perineum

3) Robekan derajat 3, dapat mempunyai akibat yang lebih serius dan dimana
pun bila memungkinkan harus dijahit oleh ahli obstetri, di rumah sakit
dengan peralatan yang lengkap, dengan tujuan mencegah inkontinensia
vekal dan atau fistula fekal

a) Robekan mukosa

b) Komisura posteriorerior

c) Kulit perineum

d) Otot perineum

e) Otot sfingter ani

4) Robekan derajat 4, harus dijahit oleh ahli obstetri, dirumah sakit dengan
peralatan yang lengkap, dengan tujuan mencegah inkontinensia vekal dan
atau fistula fekal.

a) Robekan mukosa

b) Komisura posterior

c) Kulit perineum

d) Otot perineum

e) Otot sfingter ani

f) Dinding depan rectum (Shofa, 2015).

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penjahitan, yaitu:

a) Laserasi derajat 1 yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan


penjahitan.

b) Menggunakan sedikit jahitan.

c) Menggunakan selalu teknik aseptik.

d) Menggunakan anastesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu (Shofa,


2015).
2.1.12. Definisi Partograf

Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau


keadaan ibu dan janin, menemukan adanya persalinan abnormal, yang
menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan bedah kebidanan dan
menemukan disproporsi kepala panggul jauh sebelum persalinan menjadi
macet.

Partograf merupakan alat mencatat informasi berdasarkan observasi,


anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting
khususnya untuk membuat keputusan klinis selama persalinan. Partograf
adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan (Indrayani,
2013)

Tujuan utama mencatat dalam partograf adalah:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai


pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian, dapat melakukan deteksi dini setiap kemungkinan


terjadinya partus lama (Shofa, 2015). Jika digunakan secara tepat dan
konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk:

a. Mencatat kemajuanpersalinan.

b. Mencatat kondisi ibu danjaninnya.

c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi


adanya penyulit (Shofa, 2015).

2.1.13. Pelaksanaan

60 langkah Persalinan Normal


I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau


vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.


Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua


tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan
tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai


sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali
di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik)

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari


depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
8. perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya
dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang
kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti
sarung tangan (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di
dalam larutan dekontaminasi, langkah # 9)

9. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk


memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

10. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang


masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti
di atas).

11.Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk


memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tida normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua


hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES


PIMPINAN MENERAN.

12. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.

a ) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.


Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan
temuan-temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

13. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran.
(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).

14. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan


untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya


(tidak meminta ibu berbaring terlentang).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat


pada ibu. f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap lima menit.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau
60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu
tidak mempunyai keinginan untuk meneran

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil


posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-
kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
15. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman,
jika ibu belum ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.

16. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut bawah ibu,
jika kepala bayi membuka 5-6 cm.

17. Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

18. Membuka partus set

19. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI

Lahirnya kelapa

20. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.

21. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya

22. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahir bahu
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan
kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior

Lahir badan dan tungkai

24. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu
dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran
siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian
bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan
tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.

25. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-
hati membantu kelahiran kaki.

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

26. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).

27. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian pusat.

28. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam
uterus (hamil tunggal)

29. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.


30. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, memberikan suntikan oksitosin
10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.

31. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

32. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

33. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Selimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala.

VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke


arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 – 40 detik, Menghentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota


keluarga untuk melakukan ransangan puting susu. Mengluarkan plasenta.

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan
lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5 – 10 cm dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat


selama 15 menit : Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM. Menilai
kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu. Meminta keluarga untuk
menyiapkan rujukan. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu

30 menit sejak kelahiran bayi.


38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati- hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat
tinggi. Rangsangan taktil (masase) uterus.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras)
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap
dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat
khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara
terbalik dan rendam sarung tangan dalam klorin 0,5% selama 10 menit.
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan
dengan tissue bersih dan kering
Evaluasi
44. Pastikan kandung kemih kosong

45. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan


memeriksa kontraksi uterus.

46. Mengevaluasi kehilangan darah.


47. Memeriksa nadi dan pastikan keadaan umum baik.
48. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas
dengan baik (40-60 kali/menit).
Kebersihan dan keamanan
49. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci bilas peralatan setelah
didekontasminasikan
50. Membuang bahan bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah
yang sesuai.
51. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.
52. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
53. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
54. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
55. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
56. Pakai sarung tangan bersih untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
57. Dalam satu jam pertama berikan salep mata, vit K1 1mg intramuskular
paha kiri bayi setelah satu jam kontak kulit dengan ibu.
58. Berikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian vit K1).
59. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan korin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan dengan sabun
dan air mengalir.
60. Dokumentasi Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang),
periksa tanda vital dan asuhan kala IV persalinan. (Modul Midwifery
Update 2017).

2.2 KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL


Menurut Helen Varney, alur pikir bidan saat menghadapi klien meliputi
tujuh langkah agar orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang
bidan melalui proses berfikir sistematis, dan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Langkah ini mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan melalui cara anamesa
1) Biodata
2) Data subjektif
a) Keluhan utama
b) Riwayat reproduksi
c) Riwayat kesehatan
d) Data psikososial
e) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
3) Data objektif
a) Pemeriksaan umum
b) Pemeriksaan khusus kebidanan (head to toe)

b. Langkah II (Interpretasi data dasar)


1) Data dasar yang telah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

2) Diagnosis kebidanan yang disimpulkan oleh bidan meliputi usia


kehamilan dalam minggu, keadaan janin, normal atau tidaknya
kondisikehamilanibu.

3) Masalah yang sering berkaitan dengan hal hal yang sedang dialami
oleh wani

4) Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang


ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.

5) Kebutuhan

c. Langkah III (Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial)

Langkah ini dimana bidan melakukan identifikasi masalah dan


mengantisipasi penangananya

d. Langkah IV (Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan


penanganan segera)
Pada langkah ini bidan menetapkan pada kebutuhan terhadap tindakan segera,
melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien
e. Langkah V (Merencanakan asuhan yang komptehensif/menyeluruh)
Pada rencana ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah
yang sebelumnya, semua perencanaan harus berdasarkan pertimbangan yang
tepat meliputi pengetahuan, teori up to date, perawatan berdasarkan bukti
(evidence based care).
f. Langkah VI (Melaksanakan perencanaan) Pada langkah ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah ke lima diatas dilakukan
secara efisien dan aman.
g. Langkah VII (Evaluasi) Hal ini dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah
terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah di identifikasi.
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 26 Juli 2022 Jam : 06.00 WIB


Tempat : Puskesmas TURI
Oleh : IFA RUSDIANAH
3.1 DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. “S” Nama Suami : Tn. “M”
Umur : 23 tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : TURI Alamat : TURI

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering, rasa ingin BAB dan mulas tak
tertahankan.

3. Riwayat keluhan utama

Ibu mengatakan bahwa sejak pukul 10.00 WIB perutnya mules dan kenceng-kenceng.
Rasa sakit menjalar sampai punggung. Ibu juga mengatakan nyeri dirasakan tidak hilang
di buat istirahat dan bertambah nyeri jika dibuat beraktivitas dan nyeri berkurang bila
punggung di gosok-gosok.

4. Riwayat Mentruasi

Menarche : 14 tahun

Siklus : Teratur

Lama : 7 hari
HPHT : 17-11-2021

Disminorhe: tidak

Flour Albus: jernih, tidak berbau dan tidak gatal

4. Riwayat Obstetri

a. Riwayat kehamilan sekarang

Hamil ke: ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama

UK : Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan

Gerakan janin dirasakan pada usia kehamilan 5 bulan dan sampai sekarang
tanpa disertai nyeri

b. Riwayat ANC

sejak umur kehamilan 8 minggu di Polindes

Frekuensi : trimester I : 2 kali

trimester II : 4 kali

trimester III : 4 kali

c. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas dan anak yang lalu

Anak UK Penolong Jenis BB/PB Keadaan Lama Nifas Ket


ke persalinan sekaran ASI
g
H A M I L I N I

5. Riwayat kontrasepsi yang digunakan : tidak pernah ber KB


6. Riwayat kesehatan

- Penyakit yang pernah/sedang di derita : tidak ada

- Penyakit yang pernah/sedang di derita keluarga : tidak ada

- Riwayat keturunan kembar : tidak ada

- Kebiasaan-kebiasaan : tidak pernah meminum jamu

7. Keadaan psikososial spiritual

- Ibu mengatakan kehamilan ini sangat diinginkan

- Ibu mengatakan hubungan dengan suami, keluarga dan masyarakat sangat baik

- Ibu mengatakan tanggapan keluarga terhadap kehamilan ini baik dan mendukung

8. pola kesehatan fungsional

a. Pola nutrisi

- Makan : 3x/hr 1 porsi habis terdiri dari sepiring nasi, lauk, ikan, sayur kadang-kadang
ditambah buah

- Minum : ± 8-9 gelas/hari

b.Pola Eliminasi

- BAB : ± 1 kali/ 2 hari

- BAK : ± 5-6 kali/hari

c. Pola Istirahat

- Siang : ± 1,5 jam : nyenyak

- Malam : ± 6 jam : kurang nyenyak karena sering pipis

d. Pesonal Hygiene
- Mandi 2 kali/hari , gosok gigi 2x/hari, keramas 3x/ seminggu, ganti CD ketika
lembab/basah

- ganti baju 2x/hari

3.2 DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/m
RR : 20x/m
Suhu : 36,50C .
TB : 157 cm
BB sebelum hamil : 59 Kg
BB sekarang : 70 kg
LILA : 25 cm
HPL : 24-07-2022
2. Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Rambut bersih, warna hitam, distribusi merata, tidak ada Oedema
 Muka : simetris, bentuk bulat, tidak ada closma grsvidarum, tidak pucat,
tidak ada odema
 Mata : simetris, , conjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
 Hidung : pernafasan spontan, tidak ada secret,tidak ada nyeri tekan dan
bejolan
 Mulut : bersih, tidak ada stomatitis , tidak ada karies gigi, bibir lembab
 Telinga : bersih tidak ada serumen, membrane tympani utuh putih
mengkilat
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, dan bendungan vena
jugularis
 Payudara : tidak ada benjolan , Bentuk simetris Aerola mammae
hiperpigmentasi, Putting susu menonjol Kolostrum : ada
 Genetalia : tidak ada ordema dan varises, tidak ada kondiloma
akuminata,tidak ada luka bekas jahitan, terdapat lender
 Perineum : tidak ada luka bekas jaringan parut
 Anus : tidak ada hemoroid
 Ekstremitas :
atas : simetris , tidak ada odema, kuku cembung,kuku tidak pucat dan tidak ada
sianosis

Bawah : simetris , tidak ada odema, kuku cembung,kuku tidak pucat dan tidak ada
sianosis, pergerakan bebas , reflek patella positif

3. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, ada strie livide, terdapat
linea nigra, tidak ada luka bekas operasi
b. Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan prosesus xyphoideus sampai pusat
(31cm), teraba lunak, kurang bulat, dan tidak mudah
dilentingkan
Leopold II : Kanan : teraba bagian kecil janin
Kiri : teraba keras, memanjang, dan datar
Leopold III : teraba bulat,keras, dan sulit di goyangkan
Leopold IV : sebagian kepala sudah masuk PAP
c. Auskultasi
DJJ : 136 x/m, irama teratur , kuat
d. Pemeriksaan Dalam
Jam 04.00 WIB
VT : pembukaan 6 cm, eff 50%,ket(+), molase(0), H2,pre skep, UUK ka dep,
tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat disamping presentasi, keadaan
jalan lahir DBN, STLD (+)
3.3 ANALISA DATA
Dx : G1 P0000/A/T/H/IU/Preskep/pu.ki/keadaan panggul DBN/ KU Ibu dan janin
baik/ Inpartu kala I Fase aktif

Ds - Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan

- Gerakan janin dirasakan pada usia kehamilan 5 bulan dan sampai


sekarang tanpa disertai nyeri
- Ibu mengatakan bahwa sejak pukul 10.00 WIB perutnya mules dan
kenceng-kenceng. Rasa sakit menjalar sampai punggung. Ibu juga
mengatakan nyeri dirasakan tidak hilang di buat istirahat dan bertambah
nyeri jika dibuat beraktivitas dan nyeri berkurang bila punggung di
gosok-gosok.
Do : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/m
RR : 20x/m
Suhu : 36,50C .
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 58 Kg
BB sekarang : 69 kg
LILA : 26 cm
HPL : 10-8-2022

4. Pemeriksaan Khusus
e. Inspeksi
Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, ada strie livide, terdapat
linea nigra, tidak ada luka bekas operasi
f. Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan prosesus xyphoideus sampai pusat
(33cm), teraba lunak, kurang bulat, dan tidak mudah
dilentingkan
Leopold II : Kanan : teraba bagian kecil janin
Kiri : teraba keras, memanjang, dan datar
Leopold III : teraba bulat,keras, dan sulit di goyangkan
Leopold IV : sebagian kepala sudah masuk PAP
g. Auskultasi
DJJ : 136 x/m, irama teratur , kuat
h. Pemeriksaan Dalam
Jam 09.50 WIB
VT : pembukaan 6 cm, eff 50%,ket(+), molase(0), H2,pre skep, UUK ka dep,
tidakteraba bagian kecil janin atau tali pusat disamping presentasi, keadaan
jalan lahir DBN, STLD (+)

3.4 PENATALAKSANAAN
Tanggal : 26 Juli 2022 Jam : 04.00 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah dalam waktu persalinan yaitu sudah
pembukaan 6cm, TD: 90/80 mmHg, N: 89x/m R: 20x/m, S: 36,6 0C DJJ 136x/m, dan secara
keseluruhan kondisi ibu dan janin dalam batas normal.
Evaluasi : ibu mengerti dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan kepada suami atau keluarga untuk memberi dukungan dan support mental
kepada ibu agar semangat dalam menjalani proses persalinan.
Evaluasi : suami atau keluarga bersedia untuk memberikan dukungan dan support mental
kepada ibu.
3. Menganjurkan ibu untuk makan atau minum di sela-sela kontraksi agar menambah energi
saat mengejan.
Evaluasi : ibu bersedia untuk makan atau minum
4. Melakukan masase atau pijatan lembut dengan sedikit ditekan atau seperti mengusap-usap
pada titik nyeri (bagian punggung) ibu untuk mengurangi nyeri karena kontraksi.
Evaluasi : masase sudah dilakukan dan ibu merasa nyeri kontraksi berkurang.
5. Mengajari ibu untuk melakukan relaksasi dengan cara menarik nafas panjang melalui hidung
dan di hembuskan melalui mulut, bermanfaat mengurangi nyeri saat ada kontraksi.
Evaluasi : ibu mengerti dan dapat melakuka relaksasi dengan benar.
6. Mengobservasi keadaan ibu dan janin tiap 1 jam serta mencatat pada lembarobservasi.
Evaluasi : observasi sudah dilakukan dan telah dicatat pada lembar patrograf.
7. Melakukan asuhan sayang ibu dengan memberikan perhatian dan menyemangati ibu dalam
menghadapi proses persalinan.
Evaluasi : asuhan sayang ibu sudah dilakukan dan ibu tampak relaks.
8. Menyiapkan partus set, resusitasi set, heating set, obat-obatan esensil (oksitosin, metil
ergometrin dan lidocain), tempat yang nyaman, serta perlengkapan ibu dan bayi.
Evaluasi : peralatan, obat-obatan esensial, serta perlengkapan ibu dan bayi sudah di siapkan.
9. Mendokumentasikan semua tindakan
Evaluasi : dokumentasi tindakan sudah dilakukan

Tanggal : 26 Juli 2022 Tanggal : Jam 06.00 WIB

Data Subyektif :
Ibu mengatakan mules dan kenceng-kenceng semakin sering dan ingin mengejan seperti ingin
BAB
Data Obyektif :
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Pemeriksaan Dalam (Genetalia)
VT : 10 cm, portio tidak teraba, penipisan 100% ketuban sudah pecah, jernih, sutura sagitalis
terpisah, tidak ada molase atau penyusupan, penurunan kepala di Hodge IV, POD teraba UUK,
presentase belakang kepala, tidak ada penumbungan atau lilitan tali pusat, tidak teraba bagian
terkecil janin, terdapat dan tanda gejala kala II : perenium menonjol, vulva membuka, tekanan
pada anus.
Analisa :
Ny. S umur 23 tahun G1P0000 usia kehamilan 39 minggu dengan persalinan kala II
Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap (10 cm), ketuban
sudah pecah.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia dipimpin untuk mengejan
2. Memastikan partus set lengkap, APD, resusitasi set, oksitosin, metil ergometrin, dan obat-
obatan esnsial lainya, memakai APD, persiapan menolong persalinan.
Evaluasi : alat sudah lengkap dan penolong persalinan sudah siap.
3. Memposisikan ibu dorsal recumbent dan mengajari ibu cara mengejan yang benar, yaitu
apabila ada kontraksi ibu silahkan menarik nafas panjang dari hidung, ditahan kemudian
mengejan, amat tidak boleh tertutup, menundukan kepala melihat ke perut, dagu
menempel pada dada, tidak boleh bersuara saat mengejan, kedua tangan bera pada
selengkangan paha dan ditarik kearah dada.
Evaluasi : ibu nyaman dengan posisi dorsal recumbent dan bisa mengejan dengan benar
4. Meminta suami atau keluarga untuk memberi support, makan atau minum saat tidak ada
kontraksi
Evaluasi : suami atau keluarga bersedia memberi support serta makan atau minum pada ibu
5. Melakukan pertolongan persalinan yaitu meletakkan handuk atau kain bersih di perut ibu,
saat kepala bayi terlihat 5-6 cm didepan vulva, menyiapkan kain 1/3 bagian di bokong ibu
untuk stenen, membuka partus set, memakai sarung tangan steril, membantu ibu
melahirkan kepala, menganjurkan ibu untuk bernafas pendek, tidak ada lilitan tali pusat,
menunggu bayi putaran paksi luar, posisi tangan biparietal, membantu ibu melahirkan bahu
anterior dan superior, melakukan sanggah susur, bayi lahir spontan (pukul 14.20 WIB) bayi
menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan.
Evaluasi : pertolongan persalinan sudah dilakukan, bayi lahir spontan pukul (14.20 WIB).
6. Mendokumentasikan semua tindakan
Evaluasi : dokumentasi sudah dilakukan
Tanggal : 26 Juli 2022 Jam 06.00 WIB
Data Subyektif :
Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dan perut bagian bawah masih terasa mules
Data Obyektif :
1. Keadaan umum: Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TFU setinggi pusat, kontraksi uterus keras, dan tidak ada janin kedua, terdapat tanda-tanda
pelepasan plasenta yaitu semburan darah secara tiba-tiba, tali pusat bertambah panjang
dan perubahan uterus menjadi globuler
Analisa :
Ny. S umur 23 tahun P1001 persalinan kala III dengan keadaan normal.
Penatalaksanaan :
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa tidak ada janin kedua dan akan
disuntikkan oksitosin 10 IU (1 cc) pada paha kanan bagian luar untuk membantu melahirkan
plasenta
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia disuntik oksitosin
2. Menyuntikkan oksitosin menggunakan spuit 3 cc, dosis 1 cc, (10 IU), secara IM pada paha
kanan bagian luar.
Evaluasi : oksitosin sudah disuntikkan
3. Melakukan jepit potong tali pusat, memegang tali pusat sekitar 5 cm, mengklem tali pusat
kearah ibu 3cm, dan ke arah bayi 2 cm, menggunting dengan tangan kiri melindungi perut
bayi, kemudian mengikat tali pusat menggunakan benang tali pusat, setelah itu bayi
diletakkan di perut ibu untuk IMD selama 1 jam.
Evaluasi : jepit potong tali pusat sudah dilakukan
4. Melakukan PTT (peregangan tali pusat terkendali), memajukan klem 5-10 cm didepan vulva,
tangan dorsokranial, terdapat tanda-tanda pelepasan tali pusat seperti: semburan darah
tiba-tiba, tali pusat memanjang, perubahan uterus menjadi globuler.
Evaluasi : pelepasan plasenta sudah dilakukan dengan teknik PTT
5. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir selama 15 detik, dengan cara
masase lembut pada perut bagian bawah searah jarum jam, (kontraksi keras)
Evaluasi : masase uterus sudah di lakukan (kontraksi keras)
6. Melakukan pengecekan plasenta dengan kassa, sisi maternal lengkap (20 kotiledon), sisi
vetal lengkap ( 1 pembuluh darah vena dan 2 pembuluh darah arteri.
Evaluasi : pengecekan plasenta sudah dilakukan (plasenta lengkap)
7. Mengecek pelebaran atau laserasi jalan lahir dengan menggunakan kassa
Evaluasi : terdapat laserasi jalan lahir derajat 2
8. Memberitahu ibu bahwa terdapat laserasi jalan lahir derajat 2 dan akan dilakukan
penjahitan perenium.
Evaluasi : ibu bersedia dilakukan penjahitan luka perenium
9. Menjahit luka perenium derajat II yaitu (mukosa vagina, kulit dan jaringan perinium),
menggunakan benang cromic, menjahit dengan teknik satu-satu (2 kali jahitan) dari bagian
dalam hingga ke permukaan perenium dan menjahit dengan anestesi dengan lidokain.
Evaluasi : Menjahit luka perenium sudah dilakukan.
10. Mendokumentasikan semua tindakan
Evaluasi : dokumentasi sudah dilakukan

Tanggal : 26 Juli 2022 Jam 06.15 WIB

Data Subyektif :
ibu mengatakan masih merasa lelah dan mules karena selesai bersalin, dan luka jahitan terasa
perih
Data Obyektif :
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5 0C
4. Kontraksi uterus teraba keras
5. TFU 1 jari di bawah pusat
6. Kandung kemih kosong
7. Perdarahan 50 cc
Analisa :
Ny. A umur 28 tahun P1001 persalinan kala IV dengan keadaan normal.
Penatalaksanaan :
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa TTV, TD: 110/70 mmHg, N: 80x/m, R:
20x/m, S: 36,5 0C, TFU 2 jari di bawa pusat, kontraksi keras, perdarahan 15 cc.
Evaluasi : ibu mengerti dan sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Membersihkan tubuh ibu dari sisa darah dan cairan ketuban dengan air dtt, membantu ibu
menggunakan pembalut di celana, memakai baju bersih dan menggunakan jarik.
Evaluasi : ibu sudah merasa nyaman karena telah dibersihkan dan sudah menggunakan
pakaian bersih
3. Memastikan kontraksi uterus dan mengajari ibu atau keluarga cara melakukan masase
uterus, yaitu, tangan ibu atau keluarga di letakkan pada perut bagian bawa ibu kemudian
mengusap (pijatan lembut) searah jarum jam selama 15 detik.
Evaluasi : kontraksi keras, ibu mengerti dan dapat melakukan masase uterus dengan benar
4. Dekontaminasi alat-alat yang telah digunakan kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
dan memuang sampah pada tempatnya
Evaluasi : dekontaminasi alat sudah dilakukan dan sampah telah di buang pada tempatnya
5. Mengecek apakah terjadi perdarahan atau tidak
Evaluasi : tidak terjadi perdarahan
6. Cuci tangan 6 langkah
Evaluasi : cuci tangan 6 langkah telah dilakukan
7. Melakukan pemantauan kala IV selama 2 jam post partum yaitu, setiap 15 menit pada satu
jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam ke dua
Evaluasi : pemantauan dua jam post partum telah dilakukan.
8. Medokumentasi tindakan dan melengkapi partograf
Evaluasi : dokumentasi telah dilakukan dan partograf sudah di lengkapi.
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada asuhan kebidanan yang dilakukan kepada Ny.”S” dan di dapat data melalui
anamnesa bahwa Ibu mengatakan bahwa sejak pukul 01.00 WIB perutnya mules dan
kenceng-kenceng. Rasa sakit menjalar sampai punggung. Ibu juga mengatakan nyeri
dirasakan tidak hilang di buat istirahat dan bertambah nyeri jika dibuat beraktivitas dan
nyeri berkurang bila punggung di gosok-gosok. Menurut (Shofa,2015) nyeri yang
dirasakan ibu merupakan tanda persalinan, karena kontraksi uterus yang mengakibatkan
perubahan serviks,

Pada data objektif diperoleh hasil pemeriksaan pembukaan dalam, pembukaan 6


cm, eff 50%,ket(+), molase(0), H2,pre skep, UUK ka dep, tidakteraba bagian kecil
janin atau tali pusat disamping presentasi, keadaan jalan lahir DBN, STLD (+). Dengan
hasil tersebut mengindikasikan ibu mengalami tanda pasti persalinan

Penatalaksanaan yang diberikan berupa konseling terapeutik , observasi


kemajuan persalinan dan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ibu
serta mempersiapkan peralatan untuk persalinan ibu agar ibu dan bayi selamat, sehat
dan aman.
BAB 5
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan persalinan normal pada Ny. “S”
dengan mengacuh pada tujuan yang ada maka dapat ditemukan suatu diagnose
kebidanan yaitu : G1 P0000/A/T/H/IU/Preskep/pu.ki/keadaan panggul DBN/ KU
Ibu dan janin baik/ Inpartu kala I Fase aktif

5.2 Saran
a. untuk tenaga kesehatan
 Mendengarkan keluhan pasien dengan baik
 Menggunakan komunikasi terapeutik dalam memberikan konseling
 Jaga privasi pasien
 Berikan motivasi dan dukungan pada pasien
b. untuk pasien
 Hendaknya melakukan atau menerapkan setiap anjuran yang diberikan
bidan agar persalinan dapat berjalan dengan lancar.

Anda mungkin juga menyukai