Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI

PADA Nn.”E”
DI PUSKESMAS TURI KABUPATEN LAMONGAN

Oleh :

IFA RUSDIANAH
NIM : 2021080658

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
HUSADA JOMBANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pra Nikah dan Pra Konsepsi di Puskesmas TURI telah disahkan oleh
pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :

Lamongan, Agustus 2022


Mahasiswa

ITAWATI
NIM. 2021080651

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik


PKM TURI Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan

(Suhariyati,SST) (Elis
Fatmawati,SST,M,Tr.Keb,CH.B
irth)
NPP.011105093

Mengetahui
Ketua STIKES Husada Jombang Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan

(Dra. Hj. Soelidjah Hadi, M.Kes., MM) (Zeny Fatmawati, S.ST., M.P.H)
NPP.010201001
NPP.01030502
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat
dan anugerah-Nya sehingga Laporan Asuhan Kebidanan Pra Nikah dan Pra Konsepsi di
Puskesmas Turi dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama
menyelesaikan Laporan ini, tidak akan mungkin dapat penulis selesaikan dengan baik. Dalam
penyusunan Laporan ini, penyusun banyak mendapat bimbingan dan dukungan serta arahan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terimakasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM. selaku Ketua STIKES Husada Jombang, yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik.
2. Zeny Fatmawati, SST., M.PH selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan STIKES
Husada Jombang.
3. Suhariyati,SST selaku CI di ruang Poli KIA Puskesmas TURI
4. Elis Fatmawati, SST., M.Tr.Keb,CH.Birth., selaku pembimbing akademik dalam penyusunan
laporan stase I ini.
5. Ibu, Ayah, suami tercinta serta putra putraku yang senantiasa memberikan motivasi serta
bantuan materiil dan spiritual yang tiada henti.
6. Teman-teman sejawat khususnya di Puskesmas TURI yang telah membantu dan selalu
memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan studi kasus ini.

Semoga Alloh SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan kesempatan,
dukungan dan bantuan dalam penyelesaian laporan stase I ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Kebidanan dan pelayanan gynekologi.

TURI, Agustus 2022


Penyusun

IFA RUSDIANAH
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah
menemukan belaham jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi
cerita dan berusaha menyatukan ide-ide. Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi,
tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling ndah
adalah layak untuk dilakukan.saat ini pendidikan pranikah belum menjadi proioritas bagi
keluarga maupun calon pengantin.padahal dalam kursus diajarkan banyak hal yang dapat
mendukung suksesnya kehidupan rumah tangga pengantin baru. Angka perceraian pun
dapat diminimalisir dengan adanya pendidikan pra nikah (Triningtyas, 2017 )
Pra konsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan
konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Jadi
prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sel sprema dengan ovum atau
pembuahan atau sebelum hamil.periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan
hingga satu tahun sebelum konsepsi,tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan
sprema matur yaitu sekitar 100 hari sebelum terjadi konsepsi. (Amelia, 2017).
Pasangan Usia Subur adalah Pasangan suami istri yang saat ini hidup bersama, baik
bertempat tinggal resmi ataupun tidak, dimana usia istri antara 20 tahun sampai 45 tahun.
Pasangan usia subur batasan usia yang digunakan disini adalah 20-45 tahun. Pasangan Usia
Subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah
cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.
Pelayanan kesehatan prakonsepsi adalah pelayanan kesehatan sebelum hamil pada
remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur untuk mempersiapkan kehamilan yang
sehat.Pelayanan kesehatan prakonsepsi sangat penting bagi calon suami maupun calon
istri. Beberapa risiko penyakit yang kemungkinan terjadi dari buruknya perkawinan dan
dampak bagi anak masih dapat diantisipasi. Hal ini karena status kesehatan wanita sebelum
konsepsi mempengaruhi proses selama kehamilan dan anak yang dilahirkannya (Paridah
dkk, 2014). Pelayanan kesehatan sebelum hamil adalah setiap kegiatan yang ditujukan
pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan
perempuan menjadi hamil sehat (Kemenkes, 2014).
Berdasarkan data BKKBN tahun 2018, mengungkapkan angka kehamilan di
kalangan remaja Indonesia cukup tinggi yakni 48 dari 1000 remaja, salah satu penyebab
terjadinya kehamilan di usia remaja karena masih banyak pernikahan usia dini. Data BPS
merilis angka persentase pernikahan dini di tanah air meningkat menjadi 15,66 % pada
2018, dibanding tahun sebelumnya 14,18 %, dari catatan BPS Provinsi jawa timur
sebanyak 20,93 %, di kabupaten lamongan terdapat 8.000 pasangan, berdasarkan data di
puskesmas Turi tahun 2018 terdapat 53 pasang catin yang berusia masih remaja.
Berdasarkan data diatas pernikahan dini masih sangat tinggi, sehingga di perlukan
konseling pra nikah dan pra kehamilan kepada calon pengantin untuk menghindari
kehamilan remaja. Kehamilan di usia dini dapat menganggu proses kehamilan dan
persalinan sehingga dapat dideteksi secara dini untuk menghindari risiko-risiko tersebut
dibutuhkan upaya preventif yaitu konseling prakonsepsi. Untuk itulah Konseling pra nikah
harus diberikan kepada pasangan yang hendak menikah atau merencanakan kehamilan
dengan tujuan untuk mempersiapkan kehamilan sehat sehingga dapat meminimalkan resiko
komplikasi saat kehamilan maupun persalinan (Kemenkes 2018).

1.1 Tujuan Penulisan


1.1.1 Tujuan Umum
Mengetahui penatalaksanaan pada catin Nn. “N” dengan memberikan asuhan
kebidan pra konsepsi dan pra nikah melalui skrening dan konseling.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data pada catin Nn. “N” dengan
konseling pra nikah dan pra konsepsi di Puskesmas Turi.
2. Dapat mengobservasi asuhan yang diberikan pada catin Nn. “N” dengan
konseling pra nikah dan pra konsepsi di Puskesmas Turi.
3. Dapat mendokuntasikan semua temuan dan tindakan dalam asuhan kebidanan
menggunakan pendekatan SOAP yang telah di lakukan pada catin Nn. “N”
dengan konseling pra nikah dan pra konsepsi di Puskesmas Turi.
1.2 Manfaat
1.2.1 Manfaat praktis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesai tugas asuhan kebidanan stase I di
program profesi bidan STIKES Husada Jombang.
1.2.2 Manfaat ilmiah
Dari hasil pendokumentasian Asuhan kebidanan ini dapat menjadi sumber
informasi dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi
penyusunan ASKEB selanjutnya
1.2.3 Manfaat bagi institusi
Sebagai bahan acuan yang diharapkan dapat bermanfaat terutama dalam
bidang pengembangan institusi
1.2.4 Manfaat bagi penyusun
Merupakan pengalaman yang berharga karena dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan tentang skrening dan konseling pra nikah dan pra
konsepsi pada catin.
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pra Nikah


2.1.1 Persiapan Pra Nikah
1. Persiapan fisik : Pemeriksaan status kesehatan
Tanda - tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah).
2. Pemeriksaan Darah rutin
Hb, Trombosit, Leukosit. Berupa pemeriksaan laju endap darah untuk mengetahui
kesehatan individu secara umum dengan memeriksa komponen darah untuk
mendeteksi anemia,leukemia, reaksi inflamasi dan infeksi.
3. Pemeriksaan Darah yang dianjurkan
1) Golongan darah dan rhesus
Selain untuk kepentingan tranfusi darah dan untuk kecocokan rhesus. Seorang
wanita dengan rhesus negatif hamil dari laki- laki dengan rhesus positif dan
mengandung anak dengan rhesus positif, maka secara alami ibu akan
menghasilkan antibodi yang menyerang darah janinnya dan menyebabkan sel
darah merah janin rusak dan janin mengalami anemia, kerusakan otak dan
jantung (Saputro, 2012).
2) Gula darah sewaktu
Untuk mendiagnosis diabetes mellitus yang dapat diturunkan kepada janin. Ibu
hamil dengan DM tidak terkontrol dapat menyebabkan janin tidak sempurna/
cacat, hipertensi, hidramnion, premature, dan makrosomi. (Saputro, 2012).
3) Thalasemia
Untuk mendiagnosis thalassemia. Apabila pasangan pembawa sifat thalassemia
minor menikah berlaku hukum Mendel, maka berpeluang memiliki 25% anak
sehat, 50% pembawa sifat, dan 25% thalassemia mayor. Peluang ini terjadi
pada setiap konsepsi, karenanya bisa saja dalam satu keluarga semua anaknya
merupakan pengidap thalassemia mayor, atau tampak sehat tetapi bisa
berpeluang mengidap thalassemia minor. Pasien Thallasemia mayor
membutuhkan tranfusi darah seumur hidup yang menyebabkan penumpukan
besi di berbagai organ yang mengakibatkan kematian (IDAI, 2016).
4) Hepatitis B dan C
HBsAg positif bisa ditularkan ke pasangan melalui darah/ luka dan kepada
janin yang dikandung. Dampaknya bagi janin adalah cacat dan kematian pada
janin. (Saputro, 2012).
4. Pemeriksaan Urin
Urin rutin. Untuk mengetahui kondisi kelainan ginjal atau saluran kemih, penyakit
metabolik atau sistemik pada pasangan. Penyakit ISK pada kehamilan berisiko
bayi premature, BBLR dan kematian saat persalinan. (Saputro, 2012).
2.1.2 Persiapan Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK, anemia zat besi, dan defisiensi asam folat.
2.1.3 Status Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Pemberian 5 dosis imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Tabel 2.1 Status Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Status Imunisasi Interval Minimal pemberian Masa Perlindungan
T1 Kontak pertama TT 1 0
T2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
T3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
T4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun
T5 1 tahun setelah TT 4 1 tahun
Sumber : Kemenkes RI, 2017
2.1.4 Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi
1) Mengganti pakaian dalam minimal 2 kali sehari.
2) Menggunakan pembalut setiap menstruasi dan menggantinya setiap 4 jam atau
setelah buang air.
3) Bagi perempuan yang sering keputihan berbau dan berwarna, harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
4) Bagi laki- laki dianjurkan untuk disunat. (Kemenkes RI, 2015).
2.2. Tinjauan Umum Tentang Pra Konsepsi
2.2.1. Pengertian Pra Konsepsi

a. Masa pra konsepsi merupakan masa sebelum hamil atau masa sebelum terjadinya
pertemuan antara ovum (sel telur) dengan sperma. Wanita pra konsepsi diasumsikan
sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu. Reproduksi
manusia merupakan hasil dari pembentukan kompleks yang melibatkan interaksi berbagai
proses, seperti genetik, biologis, lingkungan dan tingkah laku. Proses pra konsepsi dialami
oleh pria dan wanita sebagai tahap sebelum konsepsi (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah
Kurniawati, 2019)

b. Masa pra konsepsi merupakan fase dalam siklus kehidupan yang memerlukan perhatian
khusus terutama dari segi pencakupan kebutuhan energi dan zat gizinya. Status gizi wanita
yang optimal dalam masa persiapan kehamilan merupakan hal yang krusial dan
mempengaruhi outcome dari kehamilan. Dikhawatirkan dengan asupan makan yang
kurang baik dari segi jumlah maupun kualitasnya, dapat berakibat buruk bagi calon ibu,
salah satu dampaknya adalah pertambahan berat badan saat kehamilan yang tidak adekuat.
Penambahan berat badan dibutuhkan saat kehamilan sesuai dengan status gizi ibu sebelum
hamil (Anggraeny and Aristiningsih, 2017)

2.2.2. Karakteristik Periode Pra Konsepsi

a. Karakteristik fisiologis

Periode pra konsepsi ini dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, fisiologis, seperti ciri
fisik wanita dan ciri fisik pria.

1) Karakteristik fisiologis wanita Sistem reproduksi pria dan wanita mulai berkembang
pada bulan pertama setelah konsepsi dan berlanjut untuk perkembangan ukuran dan
kompleksitas fungsi selama pubertas. Wanita dilahirkan dengan ovum yang belum
matang, sedangkan pria dengan kemampuan memproduksi sperma, sekitar 7 juta ovum
yang belum matang dibentuk pada awal perkembangan janin, namun hanya 3 juta sel
telur yang tersisa pada pubertas. sekitar 400-500 sel telur akan matang selama masa
subur yang dilepaskan untuk kesuburan dan hanya sedikit sekali sel telur yang tersisa
saat menopause.
2) b) Karakteristik fisiologis pria Kemampuan reproduksi pada pria ditentukan dari
interaksi kompleks antara hipotalamus, kelenjar pituitari, dan testis, fluktuasi ladar
sinyal GnRH dan LH. FSH menstimulasi maturasi sperma, sedangkan LH
menstimulasi testis untuk mensekresikan testosteron. Testosterone akan menstimulasi
maturasi organ reproduksi pria, sperma dan pembentukan jaringan otot pematangan sel
sperma membutuhkan waktu sekitar 70- 80 hari. Sperma yang matang akan disimpan
di epididimis. Pada proses ejakulasi, sperma bercampur dengan berbagai secret yang
disebut semen. Secara simultan proses ini memproduksi sperma matang didalam
tubulus seminiferus dan jumlahnya mencapai lebih kurang 200 juta dalam setiap
ejakulasi.
3) Karakteristik sosial Fase prakonsepsi berada pada masa dewasa awal (setelah remaja,
namun sebelum dewasa akhir). Oleh karena itu karakteristik yang terjadi pada fase pra
konsepsi tidak jauh berbeda dengan karakteristik sosial pada masa dewasa.
4) Karakteristik pisikologis Fase pra konsepsi dapat digolongkan ke dalam psikologi,
perkembangan, yaitu masa dewasa awal. Dari sisi psikologis, masa ini ditandai dengan
ciri-ciri kedewasaan, terjadi masa transisi fisik, intelektual, dan peranan sosial.
Berbagai masalah muncul sebagai dampak masa transisi dari ketergantungan ke masa
mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan, menentukan diri sendiri, maupun
pandangan tentang masa depan yang sudah lebih realitas (Dieny, Ayu and Dewi
Marfu’ah Kurniawati, 2019
2.2.3. Kesehatan Dalam Periode Pra Konsepsi
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang sedang dalam peralihan masa remaja akhir
hingga usia dewasa awal. Karakteristik WUS yang paling utama adalah ditandai dengan peristiwa
fisiologis, seperti menstruasi dan tercapainya puncak kesuburan dengan fungsi organ reproduksi
yang sudah berkembang dengan baik. WUS diasumsikan sebagai wanita dewasa yang siap menjadi
seorang ibu. Kebutuhan pada masa ini berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut
usia. Kebutuhan zat gizi pada masa ini menjadi penting karena merupakan masa dalam
mempersiapkan kehamilan dan menyusui.
WUS sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan yang harus diperhatikan status
kesehatannya, terutama status gizinya. Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan oleh
kondisi ibunya sejak sebelum hamil dan selama kehamilan, masa pernikahan dapat dikaitkan
dengan masa pra konsepsi karena setelah menikah wanita akan menjalani proses konsepsi (Dieny,
Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019)

2.2.4. Konseling Pra Konsepsi

Calon pengantin perlu diberikan konseling mengenai resiko yang ada dan ditawarkan
intervensi yang mungkin memperbaiki prognosis kehamilan. Konseling berupa kesehatan
reproduksi, usia ibu,lifestyle yang beresiko, diet, olahraga, kekerasan dalam rumah tangga,
konseling kondisi medis spesifik, seperti diabetes, penyakit ginjal, hipertensi dan, epilepsi, serta
kondisi kejiwaan dan masalah psikis yang mungkin berpengaruh.

Sebaiknya, ada juga kelas individual dibicarakan masalah yang sangat pribadi.
Sementara itu, pada kelas bersama dilakukan diskusi interaktif antara pasangan lain dibawah
bimbingan seorang konselor (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019).

Konseling pra konsepsi dalam praktik pelayanan bertujuan untuk meningkatkan


pengetahuan tentang gizi wanita pra konsepsi dalam mempersiapkan diri menghadapi kehamilan
dan diet yang tepat dan seimbang untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Dengan konseling tersebut
diharapkan wanita pra konsepsi tersebut diharapkan wanita pra konsepsi dapa t mengatur dan
mengubah pola konsumsi makanan yang dimakan sehari-hari. Pola konsumsi makanan dapat
berubah maka diharapkan indeks massa tubuhnya akan berubah juga (Labuan, 2019).

2.2.5. Imunisasi Pranikah

Imunisasi yang dianjurkan diantaranya imunisasi tetanus untuk mencegah penyakit


tetanus (kejang) pada bayi baru lahir akibat tali pusatnya terinfeksi, imunisasi MMR untuk
mencegah penyakit mumps, measles, dan rubella, serta imunisasi hepatitis (Dieny, Ayu and Dewi
Marfu’ah Kurniawati, 2019).

2.2.6. Menentukan Masa Subur

Masa subur dimulai dari hari ke 14, dihitung dari mulai mendapatkan menstruasi. Untuk
siklus menstruasi 28 hari, ovulasi akan terjadi dihari ke 14 dan masa subur adalah 2-3 hari sebelum
dan sesudah ovulasi. Jadi masa subur antara hari ke 11 sampai hari ke 17

Selain itu harus juga diperhatikan tanda-tanda atau sinyal tubuh jika dalam masa subur
kemungkinan bisa berpeluang hamil jika ada sperma yang mampu menemukan sel telur.
Contohnya, suhu badan naik penyebabnya adalah saat sel telur matang, Rahim akan bersiap
menerima sel telur yang dibuahi. Hal inilah yang membuat suhu tubuh naik. Lendir leher Rahim
yang keluar melalui vagina jadi lebih kental. Lendir ini kenyal, lengket seperti jelly namun tidak
terputus jika ditarik. Dimasa ovulasi, pembuluh darah ditubuh ikut membesar, termasuk pembuluh
darah dikelamin. Akibatnya, vulva (organ seksual perempuan) ikut membengkak dan lebih sensitife
sehingga menjadikan kita lebih mudah terangsang, dan jangan terkejut jika tubuh terlihat gemuk
dibandingkan hari sebelumnya

Masa infertil wanita sekitar 2/3 dari siklus menstruasi, lebih kurang 5-9 hari sebelum
ovulasi dan 7-13 hari setelah ovulasi. Sementara itu pada pria yang sehat, secara konstan fertile
dari remaja hingga meninggal. Waktu yang terbaik untuk merencanakan kehamilan, yaitu selama
fase masa subur (fertil) pada siklus menstruasi wanita. Pria secara konstan memproduksi sperma
sehingga selalu berada pada masa subur satu sperma dapat menciptakan mucus fertil, dan sperma
dapat bertahan selama 5-7 hari. Ciri wanita yang berada pada masa fertil, yaitu saat mucus basah,
jernih dan elastis, waktu tersebut merupakan waktu yang paling tepat untuk berhubungan seksual
karena cairan semen dapat bingung dengan cairan fertil. Hubungan seksual pada waktu lain dapat
mempermudah mengobservasi mukus.jika tidak berencana untuk hamil maka jangan melakukan
hubungan seksual selama masa fertil, kecuali menggunakan kondom atau diafragma. Beberapa
metode yang digunakan monitor ovulasi antara lain sebagai berikut.

a. Metode kalender Cara menentukan masa subur dapat dilakukan dengan metode kalkulasi.
Identifikasi panjangnya siklus terpendek selama 6 bulan terakhir. Setelah itu, panjangnya hari
setelah siklus terpendek dikurangi 21 hari. Contohnya jika siklus terpendeknya 27 hari maka 27
dihari dikurangi 21 hari dan didapatkan 6, dengan begitu, maka subur berada dihari ke-6.
Bahkan jika tidak ditemukan perubahan mukus fertil pada hari ke-6 tersebut tetap berada di
fase fertil. Keterbatasan metode kalender adalah variasi yang panjang pada fase folikuler (pra
ovulasi) dan fase-fase luteal (post ovulasi) pada siklus menstruasi. Penggunaan kontrasepsi oral
juga dapat menunda waktu ovulasi. Walaupun penyesuaian dapat digunakan pada metode
kalender untuk estimasi kehamilan, namun metode kalender kurang tepat dipergunakan untuk
memperkirakan paparan pra konsepsi. Penggunaan kalender dengan pendekatan waktu ovulasi
sering kurang akurat 1 minggu atau lebih.
b. Metode hari standar Metode hari standar adalah penentuan masa subur dengan
mengidentifikasi hari ke-8 hingga hari ke-19 siklus menstruasi (inklusif) sebagai hari ketika
terjadi hubungan seksual yang akan menyebabkan kehamilan. Untuk mencegah kehamilan,
pasangan harus mencegah hubungan seksual selama 12 hari pada masa subur tersebut. Metode
ini sesuai dengan pada wanita yang memiliki siklus menstruasi 26-32 hari.
c. Metode symptothermal (STM) Metode simptothermal didasarkan ada gejala cairan serviks
(sympto) yang menunjukan aktivitas ovarium, perubahan suhu tubuh (thermal) yang
mengidentifikasi proses ovulasi, dan tanda operasional lainya. Tanda operasional tersebut yaitu
pengecekan serviks, yang sangat berguna pada situasi yang tidak jelas seperti saat sekresi
mukus serviks tidak dapat diobservasi divulva. Observasi lainnya adalah nyeri pada payudara,
nyeri intermenstrual (antara menstruasi), dan sindrom premenstrual dapat digunakan untuk
membantu analisis masa subur. Terdapat dua cara untuk mengobservasi mukus serviks terkait
dengan penentuan puncak masa subur. Pertama dengan melihat dan dengan menyentuh dari
luar atau dari dalam melalui sensasi vagina yang tidak terlihat. Kedua pendekatan tersebut
terlihat komplementer karena symptom memberikan prioritas dengan observasi eksternal
untuk menentukan akhir masa fertil(Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019)

2.2. 7. Kebutuhan Gizi Pada Masa Pra Konsepsi

Status gizi adalah keadaan tubuh manusia sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Adapun kategori dari status gizi dibedakan menjadi tiga, yaitu gizi lebih,
gizi baik, dan gizi kurang. Baik Buruknya status gizi manusia dipengaruhi oleh 2 hal pokok yaitu
konsumsi makanan dan keadaan kesehatan tubuh infeksi. Dalam ilmu gizi, status gizi lebih dan
status gizi kurang disebut sebagai malnutrisi, yakni suatu keadaan patologis akibat kekurangan atau
kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Mardalena.i, 2017)

Energi dibutuhkan supaya metabolisme tubuh berjalan dengan baik. kecukupan yang
dianjurkan dibedakan sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Kebutuhan energi pada laki-laki lebih
kurang 260-2750 kkl, sedangkan pada wanita 2100-2250 kkal. Energi tersebut paling banyak
diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019)

Pasangan usia subur yang menginginkan kehamilan diharapkan mempunyai berat badan
ideal. Dengan kondisi ini akan relatife lebih mudah menjalani kehamilan dibandingkan dengan
calon ibu dengan berat badan berlebih atau terlalu kurus. Kenyataannya adalah, data menunjukan
bahwa sepertiga (35,6%) wanita usia subur menderita kekurangan energi kronis (KEK). Kondisi ini
akan menghambat pertumbuhan janin sehingga akan menimbulkan resiko pada bayi dengan BBLR.
Mengingat besarnya angka wanita subur menderita KEK maka terdapat potensi terjadinya gagal
tumbuh antargenerasi.

Pengaturan gizi sebelum hamil (sebelum terjadinya konsepsi) perlu mendapatkan


perhatian, karena status gizi yang baik bagi ibu sebelum kehamilan datang, akan menjadi dasar
yang baik bagi kehamilan yang membutuhkan asupan gizi lebih dari yang sebelum kehamilan. Ibu
hamil yang berat badanya kurang pada waktu konsepsi mempunyai kemungkinan bayi lahir dini
(prematur) dan mengalami toksemia, lebih-lebih bila ibu mengalami anemia (Badriah., 2018)

a. Karbohidrat
Merupakan sumber energi utama tubuh, setiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi
menghasilkan energi sebesar 4 kkal. Contoh bahan makanan yang sumber karbohidrat adalah
nasi, kentang, jagung, singkong, ubi, roti, dan mie. Konsumsi karbohidrat dianjurkan sebesar
55-70% dari kebutuhan energi sehari.
b. Protein
Kebutuhan protein pada masa pra konsepsi sebesar 10-30% dari kebutuhan energi sehari.
Protein berfungsi sebagai zat pembangun, pengatur, serta perbaikan jaringan dalam sel-sel
yang rusak.Fungsi utama protein bukanlah sebagai sumber energi, tetapi protein dapat menjadi
sumber energi tetapi protein dapat menjadi sumber energi dengan menyediakan 4 kkal per
gram. Kebutuhan protein dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan makan sumber protein
hewani seperti ikan, telur, daging, daging ayam, susu serta bahan makanan sumber protein
nabati seperti kacang-kacangan, tahu, tempe.
c. Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar dibandingkan dengan karbohidrat dengan protein.
Satu gram lemak menghasilkan 9 kkal. Anjuran asupan lemak per hari adalah 20-30%. Lemak
berperan dalam penyerapan vitamin,A,D,E dan K. Asupan lemak berperan dalam jumlah lemak
tubuh, yang berhubungan dengan produksi hormon, baik pada wanita maupun pria. Sel lemak
yang menjaga ketersediaan hormon dalam tubuh akan mempengaruhi siklus menstruasi pada
wanita pada produksi serta kematangan sperma pada pria. Sumber makanan yang
mengandung lemak banyak ditemukan pada daging merah, ayam, ikan, keju, minyak.
d. Serat
Serat merupakan komponen yang sangat penting pada asupan setiap orang. Asupan serat yang
kurang dapat mengakibatkan susah buang air besar(sembelit, konstipasi), hemoroid (ambeien),
dan obesitas, untuk mencegah terjadinya gangguan pencernaan, tiap individu harus
mengkonsumsi serat dalam jumlah yang cukup untuk membantu menjaga kesehatan sistem
pencernaan. Kebutuhan serat pada masa pra konsepsi untuk pria adalah 37-38 gram dan
wanita sebesar 30-35 gram. Sumber serat yang baik adalah sayuran , buahbuahan, dan kacang-
kacangan.
e. Cairan
Rekomendasi asupan cairan adalah 1,5-2 liter air/hari atau setara dengan 8 air gelas per hari.
Kebutuhan cairan dapat dipenuhi dari air minum, dan air dalam makan. Air putih lebih
dasarkan dari pada kopi, teh, sirup dan minuman bersoda.
f. Vitamin A
Angka kecukupan gizi (AKG) vitamin A pada wanita pra konsepsi adalah sebesar 500 mgc,
sedangkan pada pria adalah 600 mgc. Bahan makanan sumber vitamin A, antara lain daging,
kuning telur, susu, mentega, wortel, tomat, kacang panjang, dan bayam.
g. Vitamin D
Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak dan berperang dalam mengoptimalkan
kesehatan tulang, serta fungsi otot. Vitamin D terdapat dalam bahan makanan seperti hati,
telur, dan ikan. kebutuhan vitamin D menurut AKG 2013 untuk pria dan wanita pada masa pra
konsepsi sebanyak 15 mgc.
h. Vitamin E
Sumber utama vitamin E adalah minyak nabati, (seperti minyak jagung, minyak matahari,
minyak zaitun). Kacang-kacangan dan bijibijian (seperti biji bunga matahari, kacang kenari),
serta alpukat. Angka kecukupan gizi (AKG) vitamin E pria dan wanita pada masa pra konsepsi
adalah 15 mg/hari.
i. Vitamin K
Kebutuhan vitamin K berdasarkan (AKG) 2013 untuk pria dan wanita pada masa pra konsepsi
adalah 1,3-1,4 mg/ hari. Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin K, diantaranya
alpukat, minyak kedelai, sayuran hijau, dan pisang.
j. Vitamin C
Kebutuhan vitamin C berdasarkan AKG adalah 90 mg/ hari pada pria dan 75 mg/ hari pada
wanita. Sumber utama vitamin C adalah buah dan sayuran segar.
k. Asam folat
Mengkonsumsi folat diketahui dapat menurunkan kejadian ovulasi infertil pada wanita. Selain
itu, asupan asam folat yang cukup juga berkaitan dengan berkurangnya sperma abnormal, pada
pria. Angka kecukupan gizi (AKG) folat pada pria dan wanita saat masa pra konsepsi adalah 400
mgc/ hari. Asam folat terdapat pada bangai bahan makanan, seperti daging, buah-buahan,
sayuran, kacang-kacangan, wijen dan serealia (biji-bijian)
l. Zat besi
Zat besi diperlukan tubuh untuk pembentukan hemoglobin dan mioglobin yang dibutuhkan
dalam proses metabolisme tubuh. Untuk mencegah kekurangan zat besi dapat diangkat pada
masa pra konsepsi. Angka kecukupan gizi (AKG) zat besi pada pria adalah 13-15 mg/hari
sedangkan pada wanita sebesar 26 mg/hari. Zat besi dapat diperoleh dari daging, ikan dan
unggas.
m. Seng (zinc)
seng berperang penting untuk fungsi kekebalan, antioksidan, serta reproduksi. Angka
kecukupan gizi (AKG) seng pada pria pada masa pra konsepsi adalah 13-17 mg/hari. Sementra
itu, pada wanita kebutuhan seng sebanyak10 mg/har. Kekurangan seng pada pria
menyebabkan rendahnya kualitas sperma. Seng banyak terdapat di dalam bahan makanan
seperti ikan, kerang daging, serta kacangkacangan.
n. Selenium
Angka kecukupan gizi (AKG) selenium pria dan wanita pada masa pra konsepsi adalah 30
mg/har. Selenium, banyak terdapat dalam daging, ikan, telur,kerang, biji-bijian dan padi-padian
(Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019).
Dengan gizi seimbang sumber gizi tersebut dapat digunakan wanita untuk memenuhi masa
menarche, menstruasi, pra konsepsi, infertil/fertil, premenopause, menopause dan setelah
menapause. Dengan gizi yang dikonsumsi oleh setiap wanita, diharapkan dapat menjadi berguna
bagi ,tubuh kita ini yang sangat memerlukan sumber makanan, vitamin dan juga energi yang diambil
dari nilai gizi suatu makanan. Berat badan yang sangat rendah juga dapat mengganggu fungsi fertilitas
seorang wanita.
Skrining gizi adalah alat pengukur secara antropometri (TB, LILA, BB) dan secara biokimia massal
kadar hb. Kesehatan reproduksi menjadi titik awal perkembangan kesehatan ibu dan anak yang dapat
dipersiapkan secara dini, bahkan sebelum seorang perempuan menjadi ibu, persiapan tersebut dapat
dilakukan melalui skrining pra nikah.
Menurut Centers For Disease Control And Prevention (CDC), skrining pra nikah atau disebut juga
perawatan pra pembuahan, adalah serangkaian intervensi yang bertujuan mengidentifikasi dan
memodifikasi resiko biomedis, perilaku, dan sosial yang berkaitan dengan kesehatan wanita serta hasil
kehamilan nantinya. Skrining pra nikah, dilakukan sebagai langkah pertama untuk memastikan
kesehatan calon ibu serta anak sedini mungkin, bahkan sebelum proses pembuahan terjadi. Upaya
peningkatan kesehatan reproduksi dilaksanakan pada setiap siklus kehidupan life cycle melalui
pendekatan pelayanan yang berkesinambungan (continuum of care). Continuum of care (life cycle)
semua pemeriksaan kesehatan juga dimulai dari remaja. Secara umum terdapat hal-hal utama yang
perlu diperhatikan pada skrining pra nikah, terutama pada calon ibu. Menurut panduan American
association of family physician (AAFP), hal-hal tersebut yaitu sebanyak 800 mg, dimana 500 mg
digunakan untuk pertumbuhan sel darah merah ibu, 300 mg untuk janin dan plasenta (Diantoko, 2019).

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan pada Pra Nikah dan Pra Konsepsi
2.3.1 Pengumpulan Data
Bidan mengumpulkan data yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien. Terdiri dari:
Tanggal pengkajian :
Tempat :
Pengkaji :
1. Data Subyektif
1) Identitas Ibu
Umur : Kehamilan dan kelahiran yang risikonya paling rendah adalah
pada usia 20-35 tahun (Affandi dkk, 2011).
Pendidikan : Pengetahuan seseorang didapatkan dari pendidikan formal dan
informal seperti pendidikan atau promosi kesehatan. Semakin
tinggi pendidikan, akan semakin mudah seseorang memahami
penyuluhan yang didapat (Notoatmodjo, 2010).
Pekerjaan : Mempengaruhi kondisi perkonomian keluarga/tingkat sosial
ekonomi, yang dapat berdampak pada kasus kesehatan ibu.
Beberapa pekerjaan tertentu yang dicurigai menjadi faktor risiko
penularan horizontal penyakit melalui hubungan seksual
(Ambarwati, 2010).
2) Identitas Suami
Umur : Disarankan pria untuk memiliki anak pada usia kurang dari 40
tahun, karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi, volume
seminal, dan fragmentai DNA telah mengami penurunan
kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin (Harris,
2011)
3) Keluhan Utama / Alasan Kunjungan
Penundaan kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi
4) Riwayat Menstruasi
Siklus : berhubungan dengan rencana apabila program langsung atau
menunda kehamilan
Lamanya : lamanya menstruasi menjadi salah satu perhitungan dalam
menentukan masa subur, hal ini berkaitan dengan program
menunda kehamilan.
HPHT : untuk membantu program penundaan kehamilan, untuk
pemasangan metode kontrasepsi dan memastikan ibu tidak
dalam keadaan hamil
Fluor Albus : tidak ada fluor albus yang berbau dan berwarna kekuningan
dapat menandakan bahwa tidak terdapat penyakit menular
seksual selain dengan pemeriksaan laboratorium.
5) Riwayat Kesehatan Klien
Penyakit yang pernah diderita, Misalnya penyakit diabetes (kontrol glukosa
dini untuk mencegah kelainan). Status vaksinasi seperti vaksin TT, Hepatitis B
dan HIV.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat gangguan kongenital, seperti fenilketonuria, defek tuba neural, dan
gangguan kromosom (Sinclair, 2009)
7) Pola Fungsional Kesehatan
Merokok, Minuman keras, Ketergantungan obat memiliki dampak pada
kesuburan dan kesehatan kehamilan jika tidak menunda kehamilan.
8) Data Psikososial
Dengan prikososial yang baik dan dukungan keluarga maka ibu dapat
mempersiapkan diri untuk prakonsepsi, dikaji pula rencana kehamilan yaitu
terkait dengan rencana penundaan kehamilan dengan kebutuhan kontrasepsi.
2. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Fisik
a. Antropometri
Berat badan, Tinggi badan (>145cm), LILA (>23.5cm) dalam keadaan ideal
atau normal. Berat badan dan tinggi badan ideal dapat dikaitkan dengan
IMT ibu.
Tabel 2.2 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)
Klasifikasi Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan < 17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan 17,0 – 18,4
tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Sumber : DepKes RI, (2011)
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan hematologi untuk memastikan kesehatan ibu

2.3.2 Identifikasi Masalah / Diagnosa


Pada langkah ini Bidan menganalisa data dasar yang diperoleh pada langkah
pertama, menginterpretasikan secara logis sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan
masalah.
Diagnosa : Wanita Usia Subur usia 15-50 tahun
Laki laki sehat usia 20-60 tahun
Masalah : Penundaan kehamilan
2.3.3 Antisipasi Masalah Potensial
Bidan mengantisipasi masalah potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah
diidentifikasi.
2.3.4 Mengidentifikasi Kebutuhan Segera
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh Bidan atau dokter sesuai dengan
kondisi klien untuk menyelamatkan jiwa.
2.3.5 Intervensi / Menyusun Rencana Asuhan
Pada langkah ini asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yang dapat diberikan pada kasus prakonsepsi dengan
penundaan kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan hasil pemeriksaan bahwa saat ini dalam keadaan baik dan sehat.
2. Lakukan konseling mengenai prakonsepsi.
3. Lakukan konseling tentang macam-macam metode untuk menunda kehamilan
dengan kontasepsi, kegunaan, dan efek sampingnya.
4. Melakukan pendokumentasian
2.3.6 Pelaksanaan Rencana Asuhan / Implementasi
Pelaksanaan tidakan dalam asuhan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana
tindakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan ini bidan melakukan
secara mandiri dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain.
2.3.7 Evaluasi
Catatan Perkembangan dituliskan dalam pendokumentasian dalam bentuk SOAP
berupa evaluasi rencana dan tindakan yang telah dilakukan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal : 26– 8 - 2022 Pukul : 10.00 WIB


Tempat : Puskesmas Turi
Oleh : IFA RUSDIANAH

3.1 DATA SUBJEKTIF


1. Identitas
Nama catin wanita : Nn. “E” Nama catin pria : Tn.”H”
Umur : 22 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Turi
2. Alasan kunjungan
Pemeriksaan pranikah dan konseling prakonsepsi
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : Usia 14 tahun
Siklus : Teratur
Lama : 7 hari
HPHT : 12-8-2022
Dismenorhea : tidak
Flour albus : jernih, tidak berbau dan tidak gatal
4. Riwayat imunisasi
Pasien mengatakan saat bayi selalu di imunisasi oleh ibunya sesuai jadwal dan
mengikuti semua imunisasi saat di bangku SD
5. Riwayat Kesehatan Klien
Catin wanita:
Tidak pernah operasi, tidak ada alergi, tidak ada riwayat nyeri perut (diluar siklus
menstruasi), tidak sedang/pernah menderita penyakit menular (TBC, hepatitis B, HIV),
menurun (DM, kanker, hipertensi, asma), menahun (paru, jantung, ginjal, liver)
Catin pria:
Tidak pernah operasi, tidak ada alergi, tidak sedang/pernah menderita penyakit menular
(TBC, hepatitis B, HIV), menurun (DM, kanker, hipertensi, asma), menahun (paru,
jantung, ginjal, liver)
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Catin Wanita : tidak ada keluarga yang sedang atau pernah menderita penyakit kanker,
hipertensi, DM, hepatitis, TBC, dan alergi obat ataupun makanan, ataupun penyakit
genetic seperti thalasemia, hemophilia, syndrome down, buta warna.
Catin Pria : tidak ada keluarga yang sedang atau pernah menderita penyakit hepatitis,
TBC, dan alergi makanan dan obat ataupun penyakit genetic seperti thalasemia,
hemophilia, syndrome down, buta warna,.
7. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Catin Wanita : tidak ada
Catin Pria : tidak ada
8. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi
Catin wanita: Makan 2-3 kali sehari dengan menu makanan satu porsi nasi 1
centong, lauk pauk (daging 1 potong/ ikan 1 potong/ tahu tempe 2 potong) dan
sayur terkadang makan buah. Minum air putih 8-9 gelas sehari.
Catin pria: Makan 3 kali sehari dengan menu makanan satu porsi nasi1 centong,
lauk pauk (daging 1 potong/ ikan 1 potong/ tahu tempe 2 potong) dan sayur serta
jarang makan buah. Minum air putih 7-8 gelas sehari.
b. Eliminasi
Catin wanita: BAB rutin 1x sehari, BAK 5-6 kali/hari, tidak ada keluhan atau
penyulit
Catin pria: BAB rutin 1x sehari, BAK 4-5 kali/hari, tidak ada keluhan atau
penyulit.
c. Personal hygiene
Catin wanita: Mandi 2x sehari, ganti celana dalam 2x sehari atau jika sudah terasa
basah, ganti pembalut 3-4x sehari saat menstruasi atau jika sudah penuh.
Catin pria:Mandi 2x sehari, ganti celana dalam 2x sehari
d. Aktivitas
Catin wanita: Klien bekerja sebagai karyawan swasta
Catin pria: Klien bekerja sebagai wiraswasta sehingga aktif beraktifitas fisik
e. Istirahat
Catin wanita: Tidur malam sekitar 6-7 jam, tidur siang 1 -2 jam.
Catin pria: Tidur malam sekitar 7-8 jam sehari, jarang tidur siang
f. Kebiasaan
Catin wanita: tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, narkoba, dan tidak
minum jamu-jamuan.
Catin Pria : tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, narkoba,
g. Riwayat Pernikahan
1) Catin Wanita : pernikahan yang pertama
2) Catin Pria : pernikahan yang pertama
h. Riwayat Psikososial Budaya
Pasangan akan menikah pada 12 September 2022. Keluarga dari dua belah pihak
mendukung pernikahan. Kedua calon pengantin mengatakan sudah siap secara
mental untuk menikah. Tidak ada budaya tertentu yang berhubungan dengan
pernikahan. Pasangan ini ingin menunda kehamilan karena usia masih muda.
3.2 DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
1) Pemeriksaan Umum
Catin Wanita Catin Pria
a. Keadaan Umum : baik Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis Kesadaran : compos mentis
c. Antropometri :
BB : 56 kg BB : 63 kg
TB : 157 cm TB : 165 cm
IMT : 19.6 IMT : 23.1
LILA : 23 cm
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg TD :110/70 mmHg
N : 88 x/menit N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit RR : 21 x/menit
2) Pemeriksaan Fisik
(1) Catin Wanita
a. Bentuk tubuh : Normal
b. Kepala : Wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang
bekenaan dengan genetik yang tampak pada wajah
seperti sindrom down.
c. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Mulut : Tidak ada syanosis, stomatitis, tonsilitis, faringitis,
dan tidak ada karies gigi
e. Ekstremitas : Tidak oedema, tidak ada varises
(2) Catin Laki-laki
a. Bentuk tubuh : Normal
a. Kepala : Wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang
bekenaan dengan genetik yang tampak pada
wajah seperti sindrom down.
b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
c. Mulut : Tidak ada syanosis, stomatitis, tonsilitis,
faringitis, dan tidak ada karies gigi
d. Ekstremitas : tidak oedema tidak ada varises
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 25 -8-2022
Catin Wanita
1) Golongan Darah :O
2) HB : 12,1 g/dL
3) HIV : Non Reaktif (-)
4) IMS : Non Reaktif (-)
5) HbSAg : Non Reaktif (-)
Catin Laki-laki
1) Golongan Darah :A
2) HB : 13.2 g/dL
3) HIV : Non Reaktif (-)
4) IMS : Non Reaktif (-)
5) HbSAg : Non Reaktif (-)

3.3 ANALISA DATA


Pasangan catin dengan pemeriksaan pranikah dan konseling pra konsepsi

Data Subjektif :
1. Pasien datang sendiri pada tanggal 26 Agustus 2022, jam 10.00 WIB dan mengatakan
ingin melakukan pemeriksaan sebelum nikah dan ingin mendapatkan pengetahuan
sebelum hamil.
Data Objektif : (yang berkaitan dengan Kasus/Keluhan, jika tidak berkaitan tidak
perlu didokumentasikan)
Pemriksaan Abdomen :
Palpasi : Tidak Terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, Tidak teraba tinggi fundus
uteri.

3.4 PENATALAKSANAAN
Tanggal : 26 Agustus 2022 Jam : 10.30 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan laborat dan status gizi catin
Kedua catin mengerti dengan penjelasan yang diberikan
2. Memberikan konseling pra pernikahan pada catin perempuan dan laki- laki tentang
1) Tujuan pernikahan
2) Hak reproduksi dan seksual
3) Persiapan pranikah
4) Tindak kekerasan yang dapat menganggu pernikahan
5) Bentuk ketidak setaraan gender dalam rumah tangga
6) Pengenalan organ reproduksi wanita dan laki-laki
7) Cara menentukan masa subur dan program KB.
8) Kehamilan dan Persalinan
9) Penyakit menular seksual
Kedua catin mengerti dan memahami apa yang telah di sampaikan oleh bidan dan kedua
catin dapat menjawab pertanyaan yang diberikan bidan.
3. Menganjurkan pasangan wanita untuk berhubungan seksual dengan cara mengajarkan
menghitung masa suburnya diantara sebelum dan sesudah menstruasi dengan mengurangi
11 pada siklus terpanjang dan mengurangi 18 pada siklus terpendek, diketahui masa
subur calon pengantin wanita yaitu pada hari ke 10 – hari ke 19.
Kedua catin mengerti dan memahami penjelasan yang di sampaikan sehingga saat di
minta menghitung masa suburnya catin wanita dapat menyampaikan dengan benar.
4. Memfasilitasi pendampingan 1000 hari kehidupan kepada calon pengantin wanita, calon
pengantin setuju dan menandatangai lembar kesepakatan.
Kedua catin bersedia menandatangani lembar kesepakatan
5. Menfasislitasi surat keterangan sehat, surat telah diberikan kepada ibu dan calon suami.
Memberikan surat catin untuk memenuhi persyaratan di KUA dan catin menerima
dengan baik
6. Menganjurkan kedua catin untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan, kedua
catin bersedia.
Kedua catin bersedia untuk datang control bila ada keluhan
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada Asuhan Kebidanan yang dilakukan kepada Nn. R, didapat data melalui anamnesa
bahwa klien berusia 22 tahun dan calon suami Tn. H berusia 26 tahun. Menurut BKKBN (2014),
klien termasuk pasangan usia subur karena berada pada usia 15- 49 tahun.
Konseling prakonsepsi dilakukan dengan penghitungan masa subur. Siklus mentruasi
klien termasuk kategori normal, dimana setiap bulannya klien mengalami mentruasi.
Masa subur klien berada pada sekitar 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Status TT
sudah TT5. Pada data objektif, diperoleh hasil pemeriksaan fisik normal. Pemeriksaan
antropometri normal. Klien juga memiliki hasil lab Hb normal, HIV non reaktif dan Sifilis non
reaktif. Dengan hasil tersebut, mengindikasikan klien sehat dan siap untuk menjalani masa
prakonsepsi.
Penatalaksanaan yang diberikan berupa konseling nutrisi, masa subur, kontrasepsi, serta
psikologi. Klien menginginkan kehamilan, sehingga diberikan penjelasan ttg pra konsepsi. Dgn
menggunakan metode kalender dengan menentukan masa subur.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn.”E” dengan pranikah dan mengacu pada
tujuan yang ada maka dapat ditemukan suatu diagnosa kebidanan yaitu Calon pengantin
wanita dengan imunisasi TT.

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh terhadap


palaksanaan asuhan kebidanan antara lain :
1.      Pasien memberikan kepercayaan petugas.
2.      Keterbukaan pasien dalm mengungkapkan masalah kepada petugas

.      Kesediaan pasien dalam menjalankan saran tulis.


    Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan pernikahannya dan
dukungan keluarga serta petugas.

  Faktor penghambat.
Adanya keterbatasan waktu dan kemampuan penulis atau petugas dalam memberikan asuhan
kebidanan dan konseling pada pasien pranikah.

4.2 SARAN
a. Untuk tenaga kesehatan
     Menggunakan komunikasi terpeutik
     Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien
     Memberikan motivasi atau dukungan
b. Untuk Pasien
Hendaknya pasien dan calon suaminya mempersiapkan sematang mungkin pernikahannya.
Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan diri  secara bertanggung
jawab melalui kehidupan bersama yang akan dijalani yaitu sbagai suami istri.
Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga tenang dan lancar dalam
menghadapi kehidupannya.
Hendaknya mau kotrol ke bidan setelah 1 bulan TT 1 untuk mendapatka TT II.
DAFTAR PUSTAKA

Agdi M., and Tulandi T.” Endoscopic management of  uterine fibroids”. Best Practice &
Research Clinical Obstetrics & Gynaecology, 2008

Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam :


Endokrinologi ginekologi edisi kedua.Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 2006:; 151 – 156

Benda JA. Pathology of Smooth Muscle tumors of the uterine corpus. Clin Obstet & Gynecol
2008;44:350-63

HurstBS, Matthews ML, Marshburn PB. Laparoscopic myomectomy for symptomatic uterine
myomas. Fertile sterile 2005: (83)1: 1-22

Memarzadeh S, Broder MS,WexlerAS, Pernol ML. Leimyoma of the uterus. In : Current


Obstetric & Gynecologic diagnostic & treatmen, Decherney AH, Nathan L, editors Ninth
edition. Lange Medical Book,New York, 2007, p: 693-701

Nierth-Simpson, E.; Martin, M.; Chiang, T.; Melnik, L.; Rhodes, L.; Muir, S.; Burow, M.;
McLachlan, J. “Human uterine smooth muscle and leiomyoma cells differ in their rapid
17beta-estradiol signaling: implications for proliferation”. Endocrinology, 2009. 150 (5):
2436–2445.

Okolo, S. “Incidence, aetiology and epidemiology of uterine fibroids”. Best practice & research.
Clinical obstetrics & gynaecology, 2008. 22 (4): 571–588

Anda mungkin juga menyukai