2023
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA NN. S DI UPTD
PUSKESMAS PULAU PANGGUNG
TAHUN 2023
Pembimbing I
NIDN : 0321078201
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan Kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Kasus yang berjudul Asuhan Kebidanan Pranikah Pada Nn. S di UPTD
Puskesmas Pulau Panggung 2023.
Asuhan kebidanan ini merupakan salah satu tugas dalam memenuhi tugas
Praktik Profesi Bidan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak
akan selesai tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr. Maryati Sutarno Spd, SST, Bd, MARS, MH, Ketua Yayasan
Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, Bd, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Rahayu Khairiah, SKM, SST, Bd, M.Keb, Pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis
dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan
penulis.
4. Nurbaiti, AM.kep.,SKM selaku Kepala UPT Puskesmas pulau panggung
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data.
5. Bapak/Ibu penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan
dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk
kesempurnaan laporan.
6. Kedua orang tua, suami dan anak-anak yang selalu mendoakan,
memotivasi dan membantu dengan tulus serta memberi semangat kepada
penulis.
Dalam penulisan laporan, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi
kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua.
Jakarta, Desember 2023
Penulis
(Rahera Pambela Desi)
BAB 1
PENDAHULUAN
5
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi calon pengantin dengan
KEK .
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada calon
pengantin dengan KEK .
2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dan menetukan diagnosa masalah pada calon
pengantin dengan KEK .
3. Mahasiswa mampu menegakkan masalah potensial dan tindakan segera pada calon
pengantin dengan KEK .
4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap calon
pengantin dengan KEK.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan asuhan terhadap calon pengantin dengan
KEK.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan yang telah dilaksanakan terhadap calon
pengantin dengan KEK.
7. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan dalam bentuk
SOAP.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan
asuhan kebidanan pelayanan kesehatan reproduksi serta dapat dijadikan bahan
perbandingan untuk laporan studi kasus selanjutnya.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Partisipan
Mendapatkan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi yang sesuai.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Memberikan kontribusi tenaga dan wawasan pada instansi kesehatan tentang asuhan
kebidanan kesehatan reproduksi calon pengantin dengan KEK.
3. Bagi Penulis
Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan dalam
melakukan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi calon pengantin dengan KEK.
4. Bagi Instansi Pendidikan
6
Instansi pendidikan bisa mendapatkan tambahan referensi keilmuan tentang asuhan
kebidanan kesehatan reproduksi calon pengantin dengan KEK.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
teratur. Remaja yang menderita AIDS harus mengaja pasangannya agar tidak
terkena virus HIV dengan menggunakan kondom saat bersenggama bila sudah
menikah.
Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon ibu ini dapat dilakukan
melalui kelompok atau kumpulan remaja seperti: karang taruna, pramuka,
organisasi remaja, dan sebagainya. Para remaja yang terhimpun dalam organisasi
masyarakat perlu diorganisasikan agar pelayanan kesehatan dan kesiapan dalam
menghadapi peran sebagai istri dapat dilakukan dengan baik.
Pembinaan kesehatan remaja, terutama remaja wanita, tidak hanya
ditujukan hanya pada masalah gangguan kesehatan (penyakit system reproduksi).
Fakta perkembangan psikologis dan social perlu diperhatikan juga dalam
membina kesehatan remaja. Remaja yang tumbuh kembang secara biologis
diikuti dengan perkembangan psikologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja
perlu diketahui di dalam membina kesehatan. Penyampaian pesan kesehatan
dilakukan melalui bahasa remaja.
Bimbingan terhadap remaja antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Perkawinan yang sehat.
Remaja dibimbing tentang bagaimana mempersiapkan diri menghadapi perkawinan
ditinjau dari sudut kesehatan. Perkawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri.
Perkawinan menghasilkan keturunan. Bayi yang dilahirkan atau keturunan ini diharapkan adalah
bayi yang sehat dan direncanakan.
2. Keluarga yang sehat.
Remaja diajarkan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan serta membinanya.
Keluarga yang diidamkan (sejahtera) adalah keluarga yang memiliki norma keluarga kecil
(jumlah keluarga yang ideal terdiri atas suami, istri, dan dua anak),bahagia, sejahtera, aman,
tenteram, disertai rasa ketakwaan kepada Tuhan YME. Keluarga sejahtera juga memiliki
kemampuan social ekonomi yang mendukung kehidupan anggota keluarganya serta mampu
menabung untuk masa depan. Selain itu, keluarga sejahtera juga dapat membantu dan
mendorong peningkatan taraf hidup keluarga lain.
3. Sistem reproduksi dan masalahnya.
Tidak semua remaja memahami system reproduksi manusia. Membicarakan system
reproduksi dianggap tabu bagi beberapa kalangan remaja. Penjelasan mengenai perubahan yang
terjadi pada system reproduksi pada masa kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan perlu
diberikan. Penjelasan mengenai perawatan bayi serta gangguan system reproduksi, seperti
gangguan menstruasi, kelainan system reproduksi dan penyakit, juga hendaknya diberikan.
9
Penyakit system reproduksi yang dimaksud adalah penyakit-penyakit hubungan seksual,
HIV/AIDS, dan tumor.
4. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan atau sebaliknya.
Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit-penyakit yang
memberatkan kehamilan dan membahayakan masa kehamilan atau persalinan. Penyakit yang
perlu dan penting dijelaskan sewaktu mengadakan bimbingan, antara lain penyakit jantung,
penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia, dan tumor.
5. Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan.
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan.
Perubahan sikap dan perilaku dapat mengganggu kesehatan, misalnya pada masa hamil muda
terjadi gangguan psikologi seperti benci dengan seseorang (suami) atau benda tertentu. Emosi
yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan perilaku. Pada masa persalinan atau
pascapersalinan gangguan jiwa juga mungkin terjadi.
Selain hal-hal tersebut masih ada lagi permasalahan remaja dan dikaitkan dengan
kesehatan keluarga. Bidan harus dapat memberikan bimbingan sewaktu remaja berkonsultasi
atau memberikan penyuluhan. Bila masalah remaja sangat besar, maka dapat dirujuk pada yang
lebih ahli. Misalnya, bila remaja merasa ketakutan yang amat sangat dalam mengahadapi
kehamilan, remaja dirujuk ke dokter spesialis jiwa atau ke psikolog. Bimbingan remaja juga
dilakukan melalui organisasi remaja seperti karang taruna, pramuka, serta organisasi pelajar,
mahasiswa, dan pemuda.
10
2.1.2 Persiapan Pranikah
Ada beberapa persiapan yang perlu dihadapi menjelang pernikahan, yaitu
persiapan ilmu tentang pernikahan, persiapan mental/psikologis dalam
menghadapi pernikahan, persiapan ruhiyyah menjelang pernikahan serta
persiapan fisik sebelum menikah.
1. Persiapan Ilmu tentang pernikahan.
Hal yang perlu dipersiapkan adalah memperjelas visi pernikahan. Untuk apa kita
menikah. Visi yang jelas dan juga sama antara calon suami dan isteri diharapkan akan
melanggengkan pernikahan. Banyak orang yang menikah hanya karena cinta, atau mengikuti
tradisi masyarakat. Bisa juga karena malu karena sudah cukup umur tetapi masih belum juga
menuju pelaminan. Alasan-alasan seperti ini tidak memiliki akar yang jelas. Bisa juga menjadi
sangat rapuh ketika memasuki bahtera rumah tangga, dan akhirnya hancur ketika badai rumah
tangga datang menerjang.
2. Persiapan mental/psikologis menghadapi pernikahan.
Pernikahan adalah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari masa-masa sebelumnya.
Dalam pernikahan berkumpul dua pribadi yang berbeda yang berasal dari keluarga yang
memiliki kebiasaan yang berbeda. Didalamnya terbuka semua sifat-sifat asli masing-masing.
Mempersiapkan diri untuk berlapang dada menghadapi segala kekurangan pasangan adalah hal
yang mutlak diperlukan. Begitu juga cara-cara mengkomunikasikan pikiran dan perasan kita
dengan baik kepada pasangan juga perlu diperhatikan, agar emosi negatif tidak mewarnai
rumah tangga kita. Di dalam pernikahan juga diperlukan rasa tanggung jawab untuk untuk
memenuhi hak dan kewajiban masing-masing. Sehingga setiap anggota keluarga tidak hanya
menuntut hak-haknya saja, tetapi berusaha untuk lebih dulu memenuhi kewajibannya.
Pernikahan merupakan perwujudan dari tim kehidupan kita untuk mencapai kebahagiaan
di dunia dan akhirat. Oleh karena itu kerja sama, saling mendukung dalam segala hal sangat
diperlukan. Termasuk dalam pendidikan anak. Pernikahan juga merupakan sarana untuk terus
menerus belajar tentang kehidupan. Ketika memasuki dunia perkawinan seseorang belajar untuk
menjadi bagian dari tim kehidupan. Ketika memiliki anak seseorang belajar untuk mendidik anak
dengan cara yang baik. Tidak jarang juga orang tua perlu memaksa diri untuk merubah
kebiasaan- kebiasaan buruknya agar tidak ditiru oleh anak. Ketika anak-anak menjelang dewasa
orang tua belajar untuk menjadikan anak-anaknya sebagai teman, sebagai bagian dari tim
kehidupan yang aktif menggerakkan roda kehidupan, dan seterusnya.
3. Persiapan Ruhiyyah/ spiritual.
Menikah itu ibadah, oleh karena itu seluruh proses yang dilalui dalam pernikahan itu
harus dengan nuansa ibadah. Proses sebelum menikah sampai pernikahan itu sendiri juga setelah
11
menikah tidak boleh jauh dari nuansa penghambaan diri kepada Allah. Sebelum menikah
peningkatan kualitas diri dan kualitas ibadah mutlak diperlukan. Berdoa kepada Allah untuk
mendapatkan suami yang sholih dan anak-anak yang akan menjadi penyejuk mata.
Bergaul dengan orang-orang yang sholih yang dapat menjaga dien kita juga perlu
dilakukan. Membaca buku-buku tentang keutamaan pernikahan juga perlu dilakukan untuk
menguatkan niat kita dalam menikah. Ketika pinangan datang, ibadah semakin dikencangkan.
Terus memohon kepada Allah untuk mendapatkan yang terbaik sebagai pasangan kita. Saat ini,
perlu juga kita membersihkan hati agar niat ibadah dalam pernikahan ini tidak menyimpang.
Juga menjaga kesucian hubungan kita dengan calon suami sampai datangnya waktu pernikahan
sangat diperlukan, agar tidak terjatuh dalam godaan setan. Masa-masa antara meminang dan
pernikahan ini sebaiknya dipersingkat agar kebersihan niat dan hubungan kedua insan bisa
terjaga.
4. Persiapan Fisik
Yang terakhir yang tidak kalah penting dalah mempersiapkan tubuh kita untuk memasuki
dunia pernikahan. Mengetahui alat-alat reproduksi wanita dan cara
12
kerjanya sangat penting bagi kita. Memeriksa kesehatan alat-alat reproduksi juga penting agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan setelah menikah. Selain itu juga kita harus
mengetahui tentang seks yang sehat. Banyak ornag yang sudah menikah tapi tidak tahu
bagaimana berhubungan seks dengan sehat dan menyenangkan bagi masing-masing pasangan.
Hal ini penting karena merupakan bagian dari kunci kebahagiaan dalam berumah tangga.
2.1.3 Pentingnya Periksa Kesehatan Pranikah
Menjelang hari pernikahan semua calon mempelai pasti sibuk mempersiapkan diri
memastikan bahwa semua rencana telah tersusun dengan baik. Sayangnya masih banyak dari
masyarakat kita yang saking terlalu sibuk mempersiapkan hari H, sampai lupa dengan hal kecil
yang mungkin terlihat sepele padahal penting dan besar sekali manfaatnya. Periksa kesehatan pra
nikah memang belum umum dilakukan di Indonesia, tetapi tahukah bahwa pemeriksaan ini
merupakan salah satu prosedur menjelang pernikahan yang sangat dianjurkan oleh pakar kesehatan.
Bila ditinjau secara psikologis, sebenarnya pemeriksaan itu akan dapat membantu
menyiapkan mental pasangan. Sedangkan secara medis, pemeriksaan itu sebagai ikhtiar (usaha)
yang bisa membantu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari sehingga dapat
menjadi langkah antisipasi dan tindakan preventif yang dilakukan jauh- jauh hari untuk
menghindarkan penyesalan dan penderitaan rumah tangga.
Para ahli abstetri (ilmu kebidanan) dan ginekologi (ilmu keturunan) menyatakan bahwa
sebaiknya calon pengantin memeriksakan dirinya tiga bulan sebelum melakukan janji pernikahan.
Rentang waktu itu diperlukan untuk melakukan pengobatan jika ternyata salah seorang atau
keduanya menderita gangguan tertentu. Jenis pemeriksaan kesehatan pranikah dapat disesuaikan
dengan gejala tertentu yang dialami calon pengantin secara jujur, berani dan objektif. Misalnya,
pemeriksaan harus dilakukan lebih spesifik jika dalam keluarga didapati riwayat kesehatan yang
kurang baik. Namun, jika semuanya lancar-lancar saja, maka hanya dilakukan pemeriksaan standar,
yaitu cek darah dan urine.
Untuk cek darah, biasanya diperlukan khususnya untuk memastikan si calon ibu tidak
mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya. Dalam pengalaman medis, kadang kala
ditemukan gejala anti phospholipid syndrome (APS), yaitu suatu kelainan pada darah yang bisa
mengakibatkan sulitnya menjaga kehamilan atau menyebabkan keguguran berulang. Jika ada kasus
seperti itu, biasanya para dokter akan melakukan tindakan tertentu sebagai langkah , sehingga pada
saat pengantin perempuan hamil dia dapat mempertahankan bayinya.
Hasil analisa data medis mengungkapkan bahwa kasus yang paling banyak terjadi pada
calon ibu khususnya di Indonesia adalah terjangkitnya virus toksoplasma. Virus yang bisa
mengakibatkan kecacatan pada bayi ini biasanya disebabkan seringnya kaum perempuan
mengkonsumsi daging yang kurang matang atau tersebar melalui kotoran atau bulu binatang
13
piaraan. Oleh karena itu, untuk mengetahuinya, agar dapat ditangani Secara dini diperlukan
pemeriksaan toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, dan herpes yaitu yang sering disingkat dengan
istilah pemeriksaan terhadap TORCH.
Demikian pula, pada calon pengantin pria biasanya diperlukan untuk dilakukan pemeriksaan
sejumlah infeksi seperti sipilis dan gonorrhea. Selain itu banyak juga dari pengalaman klinis
dilakukan pemeriksaan sperma untuk memastikan kesuburan untuk calon mempelai pria. Dalam
kapasitas ini, pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga kategori yaitu jumlah sperma, gerakan
sperma dan bentuk sperma.
Sperma yang baik menurut para ahli, jumlahnya harus lebih dari 20 juta setiap cc- nya
dengan gerakan lebih dari 50% dan memiliki bentuk normal lebih dari 30% . Bila dalam
pemeriksaan ditemukan kelainan pada sperma, maka waktu tiga bulan setelah pemeriksaan
dianggap sudah cukup untuk melakukan penyembuhan. Demikian halnya bagi calon mempelai
wanita, jangka waktu tiga bulan juga dianggap memadai untuk memperbaiki siklus menstruasi calon
pengantin wanita yang memiliki masa menstruasi tidak lancar dengan disiplin mengikuti terapi
khusus dan intens secara kontinyu.
Pemeriksaan standar menyangkut darah antara lain dilakukan untuk mengetahui jenis resus.
Seperti bangsa Asia lainnya, perempuan Indonesia memiliki resus darah positif. Sedangkan bangsa
Eropa dan Kaukasia biasanya memiliki resus negatif. Karena itu, pemeriksaan resus untuk pasangan
campuran yang berasal dari dua bangsa berbeda sangatlah penting. Resus berfungsi sama dengan
sidik jari yaitu sebagai penentu. Setelah mengetahui golongan dara seseorang seperti A, B, O
biasanya resusnya juga ditentukan untuk mempermudah identifikasi. Hal itu karena perbedaan resus
pada pasangan bisa berdampak fatal saat kehamilan.
Jika ibu memiliki resus positif dan embrio menunjukkan resus negatif, maka biasanya
disarankan para ahli medis untuk melakukan pengguguran sejak dini karena tidak mungkin janin
akan bertahan hidup secara normal di dalam rahim ibu. Meskipun pasangan ingin tetap
mempertahankan janin, nantinya akan gugur juga. Pengalaman ini biasanya di kalangan medis
disebut sebagai kasus incompabilitas resus. Calon pengantin juga sering diminta untuk melakukan
pemeriksaan darah anticardiolipin antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal itu bisa
mengakibatkan aliran darah mengental sehingga darah si ibu sulit mengirimkan makanan kepada
janin yang berada di dalam rahimnya. Selain itu, jika salah satu calon pengantin memiliki catatan
down syndrome karena kromosom dalam keluarganya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih
intensif lagi. Sebab, riwayat itu bisa mengakibatkan bayi lahir idiot.
2.1.4 Imunisasi tetanus toxoid
a. Pengertian
14
Adalah tindakan untuk memberi kekebalan dalam tubuh klien bertempat langsung mencegah
terjadinya tetanus neonatorum dengan memasukkan kuman yang sudah dilemahkan.
b. Jenis dan vaksinasi
Vaksinasi yang digunakan untuk imunisasi aktif kemasan tunggal vaksin tetanus texoid (TT)
kombinasi defteri (DI) kombinasi defteri tetanus pertusis (DPT) vaksin yang digunakan untuk
imunisasi aktif ATS (Anti Tetanus Serum) dapat digunakan untuk pencegahan maupun
pengobatan penyakit tetanus.
c. Cara penyimpanan vaksin TT pada lemari es rak no 2 dengan suhu 8-9C.
d. Cara jadwal pemberian
Pada calon pengantin wanita 2 kali langsung terjadi kehamilan dengan jarak waktu ≥ 2 tahun
dilakukan TT ulang pada ibu hamil masing-masing pada kehamilan ke 7 dan ke 8. Dimasa
mendatang diharapkan setiap perempuan telah menghadapi imunisasi tetanus 5 kali, sehingga
daya perlindungan terhadap tetanus seumur hidup, dengan demikian bayi yang dikandung kelak
akan terlindung dari penyakit tetanus neonatorum. Bentuk vaksin TT cair agak putih keruh dalam
vial dosis 0,5 ml/ dalam di olutus maxi atau lengan.
2.1.5 Jenis pemeriksaan kesehatan pranikah yang dilakukan seperti :
1. Pemeriksaan hematologi rutin dan analisa hemoglobin, untuk mengetahui adanya kelainan atau
penyakit darah.
2. Pemeriksaan urinalisis lengkap, untuk memantau fungsi ginjal dan penyakit lain yang
berhubungan dengan ginjal atau saluran kemih, pemeriksaan golongan darah dan rhesus yang
akan berguna bagi calon janin.
Mengetahui Rhesus kedua calon mempelai seringkali merupakan hal yang diabaikan, padahal hal
tersebut adalah hal yang penting. Kebanyakan bangsa Asia memiliki Rhesus positif, sedangkan
bangsa Eropa rata-rata negatif. Terkadang, pasangan suami- isteri tidak tahu Rhesus darah
pasangan masing-masing. Padahal, jika Rhesusnya bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas
keturunan. Jika seorang perempuan (Rhesus negatif) menikah dengan laki-laki (Rhesus positif),
bayi pertamanya memiliki kemungkinan untuk ber-Rhesus negatif atau positif. Jika bayi
mempunyai Rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika ia ber-Rhesus positif, masalah
mungkin timbul pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan
janin yang ber-Rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu dapat
memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidakmasalahjika si perempuanber-Rhesus positif
dan si prianegatif. Karena itu sangat penting untuk mengetahui Rhesus kedua calon mempelai.
3. Pemeriksaan gula darah untuk memantau kemungkinan diabetes melitus.
4. Pemeriksaan HbsAG untuk mengetahui kemungkinan peradangan hati.
5. Pemeriksaan VDLR/ RPR untuk mengetahui adanya kemungkinan penyakit sifilis.
15
6. Pemeriksaan TORC untuk mendeteksi infeksi yang disebabkan parasit Toxoplasma, virus
Rubella dan virus Cytomegalo yang bila menyerang pada perempuan di masa kehamilan nanti.
2.1.6 Manfaat Periksa Kesehatan Pranikah
Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah kita dapat mengetahui kondisi
pasangan serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang berkaitan dengan masalah
kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan), dan Anda juga dapat mengetahui
penyakit-penyakit yang nantinya bila tak segera ditanggulangi dapat membahayakan Anda dan
pasangan termasuk calon keturunan.
2.1.7 Prosedur Periksa Kesehatan Pranikah
Prosedur yang harus dilakukan sebenarnya tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan kesehatan
lain biasanya. Anda dan pasangan membuat janji terlebih dahulu dengan dokter spesialis atau dokter
umum kemudian setelah melakukan wawancara singkat tentang sejarah kesehatan, Anda dan
pasangan wajib melakukan pemeriksaan fisik dan rangkaian tes radiologi dan laboratorium untuk
mendeteksi kelainan-kelainan apa saja yang mungkin diderita. Idealnya, pemeriksaan kesehatan pra
nikah dilakukan enam bulan menjelang pernikahan. Namun ukuran itu sebenarnya bersifat fleksibel
dalam arti kapanpun dapat dilakukan asal pernikahan belum dilangsungkan, agar penyakit-penyakit
yang mungkin terdeteksi dapat ditanggulangi terlebih dahulu.
2.1.8 Persiapan Menjelang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah :
Yang pertama tentunya masalah finansial. Pemeriksaan ini memang memakan biaya lebih.
Maka dari itu, setiap pasangan baiknya persiapkan dana lebih dari jauh-jauh hari dan Anda harus
ingat bahwa uang yang Anda keluarkan itu merupakan investasi jangka panjang untuk
kelangsungan hidup rumah tangga yang akan Anda jalani bersama dengan pasangan. Selain itu,
setiap pasangan pun diwajibkan untuk berpuasa mulai pukul 22.00 sehari sebelumnya dan setelah
pengambilan darah, Anda dan pasangan bisa menikmati sarapan. Selama berpuasa, setiap pasangan
tetap boleh mengonsumsi air putih dan bawalah sedikit contoh feses (tinja) atau urine pagi hari
dalam wadah yang bersih. Walaupun setiap pasangan berada dalam kondisi yang sehat, tidak ada
salahnya untuk tetap melakukan pemerikasaan kesehatan pra nikah untuk kehidupan pernikahan
yang sehat dan jauh dari penyakit.
16
2.2 Konsep KEK
2.2.1 Pengertian kekurangan energi kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu
menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi
(Supariasa, 2012).
Menurut (Astuti et al., 2017) menyatakan bahwa kurang energi kronis merupakan keadaan
dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan
pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk
mendapatkan tambahan kalori dan
protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya.
2.2.2 Faktor Risiko KEK
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK). Menurut (Yulizawati
et al., 2017) antara lain :
1) Jumlah asupan makanan
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang
dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk
diserap dan digunakan untuk tubuh
2) Usia ibu hamil
Semakin muda dan tua seorang ibu hamil akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkannya. Ibu muda sangat membutuhkan nutrisi tambahan karena selain tumbuh sendiri,
mereka juga harus berbagi dengan janin yang dikandungnya. Sedangkan usia yang terlalu
membutuhkan banyak energi karena fungsi organ tubuh melemah dan dituntut untuk bekerja
secara maksimal, sehingga membutuhkan energi ekstra yang cukup untuk menunjang
kelangsungan kehamilan. Sehingga usia terbaik adalah lebih dari 20 tahun dan
kurang dari 35 tahun, dengan harapan gizi ibu hamil lebih baik (Ernawati A. , 2018)
3) Beban kerja/Aktifitas
4) Penyakit /infeksi
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang turut mempengaruhi kejadian
KEK pada ibu hamil. TB dapat menyebabkan penurunan berat badan dan kekurangan gizi. Pasien
TB membutuhkan lebih
banyak energi untuk mempertahankan fungsi tubuh yang disebabkan oleh peningkatan laju
17
metabolisme yang menyebabkan penurunan berat badan. Selain karena faktor tersebut, asupan
makanan dapat berdampak negatif
pada pasien TB karena penurunan nafsu makan dan gangguan gastrointestinal, sehingga
mengakibatkan kekurangan gizi. Kekurangan gizi bisa lebih jauh menyebabkan gangguan fungsi
kekebalan, defisiensi gizi mengubah interaksi
antara makrofag dan T-limfosit. Meskipun kebanyakan orang yang terinfeksi TB tidak akan
menampakkan gejala seperti sistem kekebalan mereka berhasil mengendalikan bakteri, TB pada
orang yang kekurangan gizi lebih mungkin
berkembang aktif karena infeksi tidak lagi dibatasi sistem kekebalan mereka. Infeksi
Mycobacterium tuberculosis menyebabkan respons inflamasi yang melibatkan pelepasan sitokin
inflamasi, yang dapat menyebabkan kekurangan gizi melalui stimulasi lipolisis dan proteolisis
dan peningkatan leptin. Demikian pula pada penderita HIV yang juga mengalami KEK
melemahkan sistem kekebalan, meningkatkan kerentanan untuk infeksi dan memperburuk
dampak penyakit
5) Pengetahuan ibu tentang Gizi
Ibu hamil yang memiliki pengetahuan rendah disebabkan kurangnya informasi tentang
gizi ibu hamil. Kurangnya informasi tersebut menyebabkan banyak ibu yang tidak mengetahui
tentang pengertian KEK, batas waktu tindak lanjut KEK, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya KEK. Pada umumnya ibu hamil berpendapat bahwa KEK merupakan suatu keadaan
kekurangan yodium atau vitamin A, karena mereka jarang atau sama sekali tidak pernah
mendengar istilah KEK. Masa waktu untuk tindak lanjut KEK juga kurang diketahui karena tidak
pernah melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan tentang KEK tersebut
6) Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga adalah pendapatan riil seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan baik rumah tangga maupun individu dalam rumah tangga. Salah satu
faktor penyebab terjadinya KEK pada ibu hamil adalah status sosial ekonomi. Status sosial
ekonomi yang rendah secara tidak langsung akan mempengaruhi ibu dan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Komponen status ekonomi meliputi tingkat sosial ekonomi
yang terdiri dari pendapatan, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Pendapatan keluarga
merupakan faktor penentu dalam meningkatkan status gizi ibu hamil (Rahayu & Sagita, 2019).
2.2.3 Dampak KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
(Saifuddin, 2014) antara lain :
a. Pada ibu
18
1) Ibu lemah dan kurang nafsu makan
2) Perdarahan pada masa kehamilan
3) Anemia
4) Kemungkinan terjadi infeksi semakin tinggi
b. Pada waktu persalinan
1) Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama
2) Persalinan sebelum waktunya (premature)
3) Perdarahan postpartum
4) Persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat
c. Pada janin
1) Keguguran (abortus)
2) Bayi lahir mati
3) Cacat bawaan
4) Keadaan umum dan kesehatan bayi baru lahir kurang
5) Anemia pada bayi
6) Asfiksia intra partum
7) BBLR
8) Pada ibu menyusui
9) Produksi/volume ASI berkurang
10) Kemungkinan terjadi infeksi lebih tinggi
11) Ibu lemah dan kurang nafsu makan (Helena, 2013).
2.2.4 Pemeriksaan penunjang KEK
a. Pemeriksaan Antropometri antara lain: pengukuran LILA(Lingkar Lengan Atas) < 23,5 cm,
IMT < 18,5, kenaikan berat badan ibu kurang dari 1 kg pada trimester pertama, kurang dari 3
kg pada trimester kedua, dan kurang dari 6 kg pada trimester ketiga
b. Pemeriksaan Klinis yaitu tampak lemah dan pucat, conjungtiva pucat, nadi lemah atau lambat,
keringat dingin
c. Pemeriksaan Laboratorium yaitu serum albumin (gr/100ml) wanita hamil <3,0 (kurang), 3,0-3,4
(criteria margin), 3,5+(cukup) dan serum protein (gr/100ml) wanita hamil 5,5 (kurang), 5,5-
5,9(criteria margin), 6,0+ (cukup).
d. Pemeriksaan Dietetik digunakan food recall 24 jam. Metode ini dapat memberikan gambaran
asupan zat gizi yang lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake ibu
hamil (individu). Hasil dibandingkan dengan AKG yakni 1900 kkal ditambah 180 kkal pada
trimester I, 300 pada trimester II dan III.
19
e. Sensitivity dan Specifity dalam penelitian ini pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek melainkan jangka panjang (kronis) karena
mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh
cairan tubuh. LILA hanya sensitif untuk mereka wanita usia subur dan ibu hamil.
Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudahdan dapat dilakukan oleh siapa
saja.
2.2.5 Penatalaksanaan KEK
Penatalaksanaan untuk remaja wanita pra nikah dengan KEK adalah dengan memberikan
konseling mengenai gizi seimbang pada calon pengantin, dengan konseling tersebut diharapkan
calon pengantin mau melakukan apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan untuk bisa
meningkatkan asupan nutrisi, sehingga masalah KEK dapat teratasi. Istirahat lebih banyak Terapi
kekurangan energi kronis ditujukan pada pengobatan individu disertai tindakan-tindakan preventif
di masyarakat dengan perbaikan-perbaikan pada faktor-faktor penyebab.
Penatalaksaan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis adalah:
a. Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasehat atau anjuran.
1) Tambahan Makanan
Makanan pada ibu hamil sangat penting , karena makanan merupakan sumber gizi
yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan janin dan tubuhnya sendiri (Notoadmojo,
2008). Keadaan gizi pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama
hamilharus mendapat tambahan protein ,mineral,dan
energy.
2) Istirahat lebih banyak
Ibu hamil sebaiknya menghemat tenaga dengan cara mengurangi kegiatan
yang melelahkan . siang 4 jam / hari, malam 8 jam/hari(wiryo, 2002)
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
1) Contoh makanan tambahan antara lain : susu untuk ibu hamil.
Makanan yang berprotein (hewani dan nabati), susu, roti, dan biji-bijian, buah dan
sayuran yang kaya vit C, sayuran berwarna hijau tua, buah dan sayuran lain (Nanin Jaja,
2007)
2) Cara mengolah makanan menurut Proverawati (2009)
Sebaiknya makanan jangan terlalu lama disimpan. Untuk jenis sayuran segera
dihabiskan setelah diolah, susu sebaiknya jangan terlalu lama terkena cahaya karena akan
menyebabkan hilangnya vitamin B, jangan digarami daging atau ikan sebelum dimasak dan
apabila makanan yang mengandung protein lebih
baik dimasak jangan terlalu panas.
20
3) Apabila terjadi atau timbul masalah medis, maka hal yang perlu dilakukan menurut
Saifuddin (2014) adalah :
a) Rujuk untuk konsultasi
b) Perencanaan sesuai kondisi ibu hamil
c) Minum tablet zat besi tatau tambah darah
d) Periksa kehamilan secara teratur
21
2.2.6 Pencegahan KEK
Secara lebih spesifik untuk mencegah terjadinya ibu hamil KEK, upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan yang cukup secara kuantitas (jumlah makanan
yang dimakan) dan kualitas (variasi makanan dan zat gizi yang sesuai kebutuhan), serta
suplementasi zat gizi yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil yaitu tablet tambah darah (berisi zat
besi dan asam folat), kalsium, seng, vitamin A, vitamin D, yodium. Diperlukan upaya strategi
intervensi gizi kepada ibu hamil KEK mengacu pada empat kategori yaitu penyediaan makanan,
konseling/edukasi, kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan lintas sektor terkait.
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak
berarti makanan yang mahal harganya.Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari,
ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, dan minum cukup cairan
(menu seimbang).
a) Kalori
Untuk proses pertumbuhan, janin memerlukan tenaga. Oleh karena itu, saat hamil, ibu memerluka
tambahan jumlah kalori.Sumber kalori utama adalah hidrat arang dan lemak.Bahan makanan yang banyak
mengandung hidrat arang adalah golongan padi-padian (misalnya beras dan jagung), golongan umbi-
umbian (misalnya ubi dan singkong), dan sagu.Selain sebagai sumber tenaga, bahan makanan yang
tergolong padi-padian merupakan sumber protein, zat besi, fosfor, dan vitamin.
Asuhan makanan ibu hamil pada trimester pertama sering mengalami penurunan karena menurunnya
nafsu makan dan sering timbul mual muntah.Meskipun ibu hamil mengalami keadaan tersebut tetapi
asupan makan harus tetap diberikan seperti biasa.
Pada trimester kedua nafsu makan biasanya sudah mulai meningkat, kebutuhan zat tenaga lebih banyak
dibanding kebutuhan saat hamil muda. Pada trimester ketiga, janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat.Perkembangan janin yang pesat ini terjadi pada 20 minggu terakhir
kehamilan. Umumnya nafsu makan ibu akan sangat baik dan ibu merasa cepat lapar.
b) Protein
Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan bagian tubuh.Seiring dengan perkembangan
dan pertumbuhan janin serta perkembangan payudara ibu, keperluan protein pada waktu hamil sangat
meningkat. Kekurangan protein dalam makanan ibu hamil mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil
normal. Kekurangan tersebut juga mengakibatkan pembentukan air susu ibu dalam masa laktasi kurang
sempurna.
Sumber zat protein yang berkualitas tinggi adalah susu. Susu merupakan minuman yang berkualitas tinggi
untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil terhadap zat gizi karena mengandung protein, kalsium, fosfat,
vitamin A, serta vitamin B1 dan B2. Sumber lain meliputi sumber protein hewani (misalnya daging, ikan,
unggas, telur, dan kacang) dan sumber protein nabati (misalnya kacang-kacangan seperti kedelai, kacang
tanah, kacang tolo, dan hasil kacang-kacang misalnya tahu tempe).
c) Mineral
22
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makanan-makanan sehari-hari yaitu buah-
buahan, sayur, dan susu. Hanya zat besi yang tidak bisa terpenuhi dengan makan sehari-hari.kebutuhan
zat besi pada pertengahan kedua kehamilan kira-kira 17mg/hari. untuk memenuhi kebutuhan ini
dibutuhkan suplemen besi 30mg sebagai foresus, ferofumarat atau feroglukonat perhari dan pada
kehamilan kembar atau pada wanita yang sedikit anemi dibutuhkan 60-100 mg/hari. Kebutuhan kalsium
umumnya terpenuhi dengan minum susu. Bila ibu hamil tidak dapat minum susu, suplemen kalsium dapat
diberikan dengan dosis 1 gram perhari.
2) Data Objektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,
pemeriksaan darah dan pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan Umum
a. Tanda-tanda vital, normal jika :
- Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adanya gangguan pada sistem kardiovaskuler. Normal
100/60-140/90 mmHg
- Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui pulsus defisit
(denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi sehingga
denyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi). Dilakukan pula pemeriksaan
frekuensi nadi. Kondisi takikardi (denyut jantung lebih cepat dari kecepatan
normal), dapat dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas tinggi, kecemasan,
gagal jantung, dehidrasi, dll. Normal antara 80-110 x/menit.
- Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu
menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,5°C – 37,5°C.
- Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman, dan tipe/pola
pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit (Uliyah, dkk, 2009).
b. Antropometri
29
- Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi mengalami
amenorea dan berat badannya dibawah normal, ia harus diindikasikan untuk
meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia mengalami KEK, ia harus
dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori supaya berat badannya turun sampai
rentang normal pada saat konsepsi, karena KEK dalam masa kehamilan
meningkatkan resiko preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga
harus dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari
(Kemenkes, 2015; Varney, 2007). Mempertahankan status nutrisi yang baik,
mencapai berat badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan
kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan
kesehatan sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010).
- Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB <145cm (low
high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming, dkk, 2013). Ukuran BB
dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa Tubuh
- Lingkar lengan atas (LILA)
Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5cm merupakan indikator Ibu
kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR (Maryam, 2016).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia (Mariana, dkk, 2013).
Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul
dan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain
(Prawirohadjo, 2010).
b. Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi pada klien.
Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya kelainan jantung, dan
kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis.
c. Payudara
Tidak terdapat benjolan/massa yang abnormal.
d. Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.
e. Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil seperti jengger
30
ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-ta nda keputihan patologi
f. Ekstermitas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto, dkk, 2017).
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
- Albumin
Untuk menyingkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan pielonefritis atau penyakit
ginjal kronis)
- Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes melitus).
- Hemoglobin
- Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan terapi yang
tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
- HIV/AIDS
- IMS (Sifilis)
b. Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan gigi, tes
sperma, tes tuberculosis.
2.3.1 Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam pengkajian,
meliputi :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan
R/ Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti sangat penting agar
calon ayah dan ibu memahami kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait dengan
masalah yang dihadapi
2. Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan persiapan kehamilan
sesuai panduan konseling calon pengantin yang telah ditentukan oleh Kemenkes (2014)
R/ Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi dan TT.
3. Berikan KIE tentang perawatan tubuh menjelang pernikahan
R/ Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang manfaat perawatan tubuh menjelang
pernikahan
4. Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat untuk prakonsepsi.
R/ Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum hamil agar indung telur yang
dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat mampu menurunkan resiko gangguan metabolisme
DNA yang bisa saja terjadi (CDC, 2006).
2.2.7 Implementasi
31
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria yang telah ditetapkan
2.2.8 Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang diberikan dapat
berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Kriteria hasil :
1) Catin dapat menjelaskan kembali tentang penjelasan yang diberikan mengenai hasil
pemeriksaannya.
2) Catin dapat menjelaskan kembali hasil konseling yang diberikan mengenai kesehatan
reproduksi, persiapan pernikahan, dan persiapan kehamilan.
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Subjektif
1. Identitas
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama : Nn. “S” Nama : Sdr. “A”
Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Balongsari 2-B Alamat : Klampis
2. Keluhan Utama
Pasien datang ke puskesmas mendapat pengantar dari KUA untuk melakukan
pemeriksaan dan mendapatkan surat sehat calon pengantin
3. RiwayatMenstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Siklus : 27 - 33 hari/bulan, teratur, lama ±7-8hari
c. Banyaknya : Ganti pembalut 3-4 kali/hari 3 hari awal pertama, hari berikutnya2-3 kali
ganti pembalut
d. Dismenorhe : Ada
e. Fluor Albus : Ya kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak gatal,
tidak berbau
4. RiwayatKesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang atau pun pernah menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah melakukan
pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS.
b. Catin Laki-laki : Tidak diperiksa
5. RiwayatKesehatanKeluarga
a. Catin Wanita : Ayah tidak menderita hipertensi dan DM, tidak ada keluarga yang pernah
atau sedang menderita jantung, asma, alergi, ginjal, hemophilia, thalassemia, cacat
33
bawaan, hepatitis, dan TBC.
b. Catin laki-laki : tidak diperiksa
6. Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak ada
b. Catin laki-laki : Tidak diperiksa
7. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi, ayam, telur, daging,
jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Minum air putih 8-9 gelas sehari, suka
mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan kopi. Tidak ada pantangan/alergi
makanan
b. Eliminasi
(a) Catin Wanita : BAB 1-2 hari sekali, kadang-kadang keras, warna kuning khas,
tidak ada keluhan sakit saat BAB. BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih.
(c) Istirahat : Jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam.
(d) Aktivitas : Bekerja dan mengejakan pekerjaan rumah tangga.
(e) Hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana
dalam 2-3 kali/hari atau setiap kali basah.
8. Keadaan Psiko, Sosio, dan Spiritual : Keluarga dari dua belah pihak mendukung
pernikahan. Kedua calon pengantin mengatakan Sudah siap secara mental untuk menikah.
9. RiwayatPernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 27 Juli 2022.
a. Catin Wanita : Pernikahan yang pertama
b. CatinLaki-laki : Pernikahan yang pertama
3.1.2 Objektif
1. PemeriksaanUmum
Catin Wanita
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri :
BB : 41 kg
TB : 151 cm
IMT : 17,98 kg/m2
LILA : 23 cm
Status TT : TT5
d. Tanda-tanda Vital
34
TD : 90/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
2. PemeriksaanFisik
1) Catin Wanita
a) Bentuk tubuh: Normal
b) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan genetik
seperti sindrom down
c) Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
d) Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidakkering
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f) Dada : Tidak teraba benjolan
g) Abdomen : Tidak teraba benjolan
h) Genetalia : Tidak diperiksa
3.2 Analisa Data
Calon pengantin perempuan usia 23 tahun dengan KEK
3.3 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakuka agar Catin tahu tentang keadaanya bahwa
dia mengalami KEK
Evaluasi : Catin tahu hasil pemeriksaan bahwa dia mengalami KEK
2. Memberikan KIE klien tentang masalah KEK:
a. Pengaruh KEK pada kehamilan : KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko
terjadnya anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, terkena
penyakit infeksi, dan menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu.
b. Pengaruh KEK dalam persalinan : KEK dapat mengakibatkan persali nan sulit dan lama,
persalinan prematur iminen (PPI), pendarahan post partum, serta peningkatan tindakan
sectio caesaria.
c. Penagruh KEK kepada bayi : KEK pada ibu hamil juga dapat menyebabkan intrauterine
growth retardation (IUGR) atau bahkan intrauterine fetal death (IUFD), kelainan
kongenital, anemia, serta lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Memberikan KIE tentang nutrisi seimbang
Calon pengantin harus mempersiapkan diri untuk kehamlan dan memenuhi zat gizi
dengan cara mengonsumsi makanan yang cukup secara kuantitas (jumlah makanan yang
dimakan) dan kualitas (variasi makanan dan zat gizi yang sesuai kebutuhan), serta
35
suplementasi zat gizi yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil yaitu tablet tambah darah
(berisi zat besi dan asam folat), kalsium, seng, vitamin A, vitamin D, yodium, fosfat, serta
vitamin B1 dan B2. Sumber lain makanan yang bergizi harus seimbang antara karbohidrat
(nasi, jagung, kentang, singkong), protein (misalnya daging, ikan, unggas, telur, dan kacang
seperti kedelai, kacang tanah, kacang tolo, dan hasil kacang-kacang misalnya tahu tempe),
lemak (susu, daging), vitamin dan mineral (sayur dan buah-buahan)
Evaluasi: klien mengerti penjelasan Bidan
4. Memberikan KIE tentang aktivitas
Dalam mempersiapkan kehamilan, ibu harus mengurangi aktivitas berat dan istirahat yang
cukup
Evaluasi: klien memahami penjelasan bidan
5. Memberikan KIE tentang personal Hygiene
Klien harus menjaga kebersihan diri sendiri dengan minimal mandi 2x sehari, gosok gigi
setelah sarapan dan sebelum tidur, keramas setidaknya 2 hari sekali, mengganti celana
dalam minimal 2x sehari atau saat lembab, memilih celana dalam berbahan katun, bukan
nilon, mengganti pakaian 2x dalam sehari
Evaluasi: Klien memahami penjelasan Bidan
6. Memberikan Kie untuk konsultasi ke ahli gizi untuk konsultasi masalah KEK calon
pengantin
Evaluasi : Klien bersedia untuk konsultasi dan memilih konsultasi ke rumah sakit .
36
BAB IV
PEMBAHASAN
38
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn.”S” usia 23 tahun dengan pranikah pada
remaja KEK dan mengacu pada tujuan yang ada maka dapat ditemukan suatu diagnosa
kebidanan yaitu :
1. Calon pengantin wanita dengan KEK
2. Potensial terjadinya gangguan system reproduksi sebelum, saat, dan sesudah hamil
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh terhadap
pelaksanaan asuhan kebidanan antara lain :
1. Pasien memberikan kepercayaan kepada petugas
2. Keterbukaan pasien dalam mengungkapkan masalah kepada petugas
3. Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan pernikahannya dan
dukungan keluarga serta petugas.
4.2 Saran
a. Untuk tenaga kesehatan
1. Menggunakan komunikasi dengan tepat dan jelas
2. Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien
3. Memberikan motivasi atau dukungan
b. Untuk Pasien.
1. Hendaknya pasien dan calon suaminya mempersiapkan sematang mungkin
pernikahannya
2. Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan diri secara bertanggung
jawab melalui kehidupan bersama yang akan dijalani yaitu
sebagai suami istri
3. Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga tenang dan
lancer dalam menghadapi kehidupannya
4. Hendaknya mau Kontrol ke Bidan setelah 1 bulan
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, S., Susanti, A. I., Nurparidah, R., & Mandiri, A. (2017). Asuhan Ibu dalam
masa Kehamilan (E. K. Dewi & R. Astikawati (Eds.)). Erlangga.
Bobak, M., Lowdermilk, & Jansen. (2015). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC.
Hardinsyah, & Supariasa, I. D. N. (2016). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi.
39
Supariasa, I. . (2012). Penilaian Status Gizi. EGC.
Yulizawati, Detty Iryani, Elsinta, L., Insani, A. A., & Andriani, F. (2017). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Padang: Penerbit Erka.
40
41