Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA NN. S

DI UPTD PUSKESMAS PULAU PANGGUNG TAHUN 2023

OLEH : RAHERA PAMBELA DESI


NIM : 230707351

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ABDI NUSANTARA JAKARTA

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA NN. S DI UPTD
PUSKESMAS PULAU PANGGUNG
TAHUN 2023

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I

( Rahayu Khairiah, SKM, SST, Bd, M.Keb)

NIDN : 0321078201
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan Kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Kasus yang berjudul Asuhan Kebidanan Pranikah Pada Nn. S di UPTD
Puskesmas Pulau Panggung 2023.
Asuhan kebidanan ini merupakan salah satu tugas dalam memenuhi tugas
Praktik Profesi Bidan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak
akan selesai tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr. Maryati Sutarno Spd, SST, Bd, MARS, MH, Ketua Yayasan
Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, Bd, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
3. Ibu Rahayu Khairiah, SKM, SST, Bd, M.Keb, Pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis
dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan
penulis.
4. Nurbaiti, AM.kep.,SKM selaku Kepala UPT Puskesmas pulau panggung
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data.
5. Bapak/Ibu penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan
dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk
kesempurnaan laporan.
6. Kedua orang tua, suami dan anak-anak yang selalu mendoakan,
memotivasi dan membantu dengan tulus serta memberi semangat kepada
penulis.
Dalam penulisan laporan, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi
kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua.
Jakarta, Desember 2023
Penulis
(Rahera Pambela Desi)
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan


Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin sejak janin dalam
kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa
depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan sejak masa janin dalam kandungan.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk
disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro
yang berlangsung lama atau menahun. Masalah KEK sebelum masa kehamilan dapat diperbaiki
melalui konseling sebelum seorang wanita menikah sehingga wanita yang sudah terdeteksi KEK
sebelum dia hamil, maka dapat dilakukan penanganan untuk memperbaiki masalah KEK pada
wanita tersebut.
Bila keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang janin yang
dikandungnya akan baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan terjamin. Ibu hamil adalah
salah satu kelompok yang paling rawan terhadap masalah gizi. Masalah gizi yang dialami ibu hamil
sebelum atau selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Masalah gizi yang dialami ibu hamil seperti kekurangan energi kronis (KEK), anemia, dan kurang
yodium (Hardinsyah & Supariasa, 2016).
Nutrisi merupakan satu dari banyak faktor yang ikut mempengaruhi hasil akhir kehamilan.
Status nutrisi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor yang membuat nutrisi seorang wanita
berisiko, seperti kemiskinan, kurang pendidikan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan yang
aneh, dan kondisi kesehatan yang buruk akan terus berpengaruh pada status gizi dan pertumbuhan
serta perkembangan janin. Ibu hamil dengan status gizi buruk perlu mendapat perawatan khusus
(Bobak et al., 2015).
Pendidikan merupakan salah satu ukuran yang digunakan dalam status sosial ekonomi. Pada
perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka kematian bayi dan ibu
(Timmreck, 2005). Dalam penelitian Kartikasari (2012) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan
berkesinambungan. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan ibu mempengaruhi status gizi ibu
hamil karena tingginya tingkat pendidikan akan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah
tidaknya seseorang menerima informasi tentang gizi. Orang dengan pendidikan yang tinggi
semakin besar peluangnya untuk mendapatkan penghasilan yang cukup dan pada gilirannya nanti
berkesempatan untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat (Khomsan, 2006).

5
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi calon pengantin dengan
KEK .
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada calon
pengantin dengan KEK .
2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dan menetukan diagnosa masalah pada calon
pengantin dengan KEK .
3. Mahasiswa mampu menegakkan masalah potensial dan tindakan segera pada calon
pengantin dengan KEK .
4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap calon
pengantin dengan KEK.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan asuhan terhadap calon pengantin dengan
KEK.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan yang telah dilaksanakan terhadap calon
pengantin dengan KEK.
7. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan dalam bentuk
SOAP.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan
asuhan kebidanan pelayanan kesehatan reproduksi serta dapat dijadikan bahan
perbandingan untuk laporan studi kasus selanjutnya.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Partisipan
Mendapatkan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi yang sesuai.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Memberikan kontribusi tenaga dan wawasan pada instansi kesehatan tentang asuhan
kebidanan kesehatan reproduksi calon pengantin dengan KEK.
3. Bagi Penulis
Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan dalam
melakukan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi calon pengantin dengan KEK.
4. Bagi Instansi Pendidikan
6
Instansi pendidikan bisa mendapatkan tambahan referensi keilmuan tentang asuhan
kebidanan kesehatan reproduksi calon pengantin dengan KEK.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pranikah


2.1.1 Pengertian Pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum danajaran agama.
Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah
adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin)
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19
tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akan tetapi, berdasarkan
UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh
karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara
biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun
bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga
kondisi kesehatannya. Kepada para remaja diberi pengertian tentang hubungan
seksual yang sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan
pengetahuan tentang proses kehamilan dan persalinan, serta pemeliharaan
kesehatan dalam masa pra dan pasca kehamilan.
Pemeriksaan kesehatan dianjurkan bagi remaja yang akan menikah.
Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini kondisi
kesehatan para remaja. Jika ditemukan penyakit atau kelainan didalam diri
remaja, maka tindakan pengobatan dapat segera dilakukan. Bila penyakit atau
kelainan tersebut tidak diatasi, maka diupayakan masalah tersebut tidak
bertambah berat atau menular kepada pasangannya. Misalnya remaja penderita
penyakit jantung yang sedang hamil harus memeriksakan kesehatannya secara

8
teratur. Remaja yang menderita AIDS harus mengaja pasangannya agar tidak
terkena virus HIV dengan menggunakan kondom saat bersenggama bila sudah
menikah.
Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon ibu ini dapat dilakukan
melalui kelompok atau kumpulan remaja seperti: karang taruna, pramuka,
organisasi remaja, dan sebagainya. Para remaja yang terhimpun dalam organisasi
masyarakat perlu diorganisasikan agar pelayanan kesehatan dan kesiapan dalam
menghadapi peran sebagai istri dapat dilakukan dengan baik.
Pembinaan kesehatan remaja, terutama remaja wanita, tidak hanya
ditujukan hanya pada masalah gangguan kesehatan (penyakit system reproduksi).
Fakta perkembangan psikologis dan social perlu diperhatikan juga dalam
membina kesehatan remaja. Remaja yang tumbuh kembang secara biologis
diikuti dengan perkembangan psikologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja
perlu diketahui di dalam membina kesehatan. Penyampaian pesan kesehatan
dilakukan melalui bahasa remaja.
Bimbingan terhadap remaja antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Perkawinan yang sehat.
Remaja dibimbing tentang bagaimana mempersiapkan diri menghadapi perkawinan
ditinjau dari sudut kesehatan. Perkawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri.
Perkawinan menghasilkan keturunan. Bayi yang dilahirkan atau keturunan ini diharapkan adalah
bayi yang sehat dan direncanakan.
2. Keluarga yang sehat.
Remaja diajarkan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan serta membinanya.
Keluarga yang diidamkan (sejahtera) adalah keluarga yang memiliki norma keluarga kecil
(jumlah keluarga yang ideal terdiri atas suami, istri, dan dua anak),bahagia, sejahtera, aman,
tenteram, disertai rasa ketakwaan kepada Tuhan YME. Keluarga sejahtera juga memiliki
kemampuan social ekonomi yang mendukung kehidupan anggota keluarganya serta mampu
menabung untuk masa depan. Selain itu, keluarga sejahtera juga dapat membantu dan
mendorong peningkatan taraf hidup keluarga lain.
3. Sistem reproduksi dan masalahnya.
Tidak semua remaja memahami system reproduksi manusia. Membicarakan system
reproduksi dianggap tabu bagi beberapa kalangan remaja. Penjelasan mengenai perubahan yang
terjadi pada system reproduksi pada masa kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan perlu
diberikan. Penjelasan mengenai perawatan bayi serta gangguan system reproduksi, seperti
gangguan menstruasi, kelainan system reproduksi dan penyakit, juga hendaknya diberikan.
9
Penyakit system reproduksi yang dimaksud adalah penyakit-penyakit hubungan seksual,
HIV/AIDS, dan tumor.
4. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan atau sebaliknya.
Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit-penyakit yang
memberatkan kehamilan dan membahayakan masa kehamilan atau persalinan. Penyakit yang
perlu dan penting dijelaskan sewaktu mengadakan bimbingan, antara lain penyakit jantung,
penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia, dan tumor.
5. Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan.
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan.
Perubahan sikap dan perilaku dapat mengganggu kesehatan, misalnya pada masa hamil muda
terjadi gangguan psikologi seperti benci dengan seseorang (suami) atau benda tertentu. Emosi
yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan perilaku. Pada masa persalinan atau
pascapersalinan gangguan jiwa juga mungkin terjadi.
Selain hal-hal tersebut masih ada lagi permasalahan remaja dan dikaitkan dengan
kesehatan keluarga. Bidan harus dapat memberikan bimbingan sewaktu remaja berkonsultasi
atau memberikan penyuluhan. Bila masalah remaja sangat besar, maka dapat dirujuk pada yang
lebih ahli. Misalnya, bila remaja merasa ketakutan yang amat sangat dalam mengahadapi
kehamilan, remaja dirujuk ke dokter spesialis jiwa atau ke psikolog. Bimbingan remaja juga
dilakukan melalui organisasi remaja seperti karang taruna, pramuka, serta organisasi pelajar,
mahasiswa, dan pemuda.

10
2.1.2 Persiapan Pranikah
Ada beberapa persiapan yang perlu dihadapi menjelang pernikahan, yaitu
persiapan ilmu tentang pernikahan, persiapan mental/psikologis dalam
menghadapi pernikahan, persiapan ruhiyyah menjelang pernikahan serta
persiapan fisik sebelum menikah.
1. Persiapan Ilmu tentang pernikahan.
Hal yang perlu dipersiapkan adalah memperjelas visi pernikahan. Untuk apa kita
menikah. Visi yang jelas dan juga sama antara calon suami dan isteri diharapkan akan
melanggengkan pernikahan. Banyak orang yang menikah hanya karena cinta, atau mengikuti
tradisi masyarakat. Bisa juga karena malu karena sudah cukup umur tetapi masih belum juga
menuju pelaminan. Alasan-alasan seperti ini tidak memiliki akar yang jelas. Bisa juga menjadi
sangat rapuh ketika memasuki bahtera rumah tangga, dan akhirnya hancur ketika badai rumah
tangga datang menerjang.
2. Persiapan mental/psikologis menghadapi pernikahan.
Pernikahan adalah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari masa-masa sebelumnya.
Dalam pernikahan berkumpul dua pribadi yang berbeda yang berasal dari keluarga yang
memiliki kebiasaan yang berbeda. Didalamnya terbuka semua sifat-sifat asli masing-masing.
Mempersiapkan diri untuk berlapang dada menghadapi segala kekurangan pasangan adalah hal
yang mutlak diperlukan. Begitu juga cara-cara mengkomunikasikan pikiran dan perasan kita
dengan baik kepada pasangan juga perlu diperhatikan, agar emosi negatif tidak mewarnai
rumah tangga kita. Di dalam pernikahan juga diperlukan rasa tanggung jawab untuk untuk
memenuhi hak dan kewajiban masing-masing. Sehingga setiap anggota keluarga tidak hanya
menuntut hak-haknya saja, tetapi berusaha untuk lebih dulu memenuhi kewajibannya.
Pernikahan merupakan perwujudan dari tim kehidupan kita untuk mencapai kebahagiaan
di dunia dan akhirat. Oleh karena itu kerja sama, saling mendukung dalam segala hal sangat
diperlukan. Termasuk dalam pendidikan anak. Pernikahan juga merupakan sarana untuk terus
menerus belajar tentang kehidupan. Ketika memasuki dunia perkawinan seseorang belajar untuk
menjadi bagian dari tim kehidupan. Ketika memiliki anak seseorang belajar untuk mendidik anak
dengan cara yang baik. Tidak jarang juga orang tua perlu memaksa diri untuk merubah
kebiasaan- kebiasaan buruknya agar tidak ditiru oleh anak. Ketika anak-anak menjelang dewasa
orang tua belajar untuk menjadikan anak-anaknya sebagai teman, sebagai bagian dari tim
kehidupan yang aktif menggerakkan roda kehidupan, dan seterusnya.
3. Persiapan Ruhiyyah/ spiritual.
Menikah itu ibadah, oleh karena itu seluruh proses yang dilalui dalam pernikahan itu
harus dengan nuansa ibadah. Proses sebelum menikah sampai pernikahan itu sendiri juga setelah
11
menikah tidak boleh jauh dari nuansa penghambaan diri kepada Allah. Sebelum menikah
peningkatan kualitas diri dan kualitas ibadah mutlak diperlukan. Berdoa kepada Allah untuk
mendapatkan suami yang sholih dan anak-anak yang akan menjadi penyejuk mata.
Bergaul dengan orang-orang yang sholih yang dapat menjaga dien kita juga perlu
dilakukan. Membaca buku-buku tentang keutamaan pernikahan juga perlu dilakukan untuk
menguatkan niat kita dalam menikah. Ketika pinangan datang, ibadah semakin dikencangkan.
Terus memohon kepada Allah untuk mendapatkan yang terbaik sebagai pasangan kita. Saat ini,
perlu juga kita membersihkan hati agar niat ibadah dalam pernikahan ini tidak menyimpang.
Juga menjaga kesucian hubungan kita dengan calon suami sampai datangnya waktu pernikahan
sangat diperlukan, agar tidak terjatuh dalam godaan setan. Masa-masa antara meminang dan
pernikahan ini sebaiknya dipersingkat agar kebersihan niat dan hubungan kedua insan bisa
terjaga.
4. Persiapan Fisik
Yang terakhir yang tidak kalah penting dalah mempersiapkan tubuh kita untuk memasuki
dunia pernikahan. Mengetahui alat-alat reproduksi wanita dan cara

12
kerjanya sangat penting bagi kita. Memeriksa kesehatan alat-alat reproduksi juga penting agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan setelah menikah. Selain itu juga kita harus
mengetahui tentang seks yang sehat. Banyak ornag yang sudah menikah tapi tidak tahu
bagaimana berhubungan seks dengan sehat dan menyenangkan bagi masing-masing pasangan.
Hal ini penting karena merupakan bagian dari kunci kebahagiaan dalam berumah tangga.
2.1.3 Pentingnya Periksa Kesehatan Pranikah
Menjelang hari pernikahan semua calon mempelai pasti sibuk mempersiapkan diri
memastikan bahwa semua rencana telah tersusun dengan baik. Sayangnya masih banyak dari
masyarakat kita yang saking terlalu sibuk mempersiapkan hari H, sampai lupa dengan hal kecil
yang mungkin terlihat sepele padahal penting dan besar sekali manfaatnya. Periksa kesehatan pra
nikah memang belum umum dilakukan di Indonesia, tetapi tahukah bahwa pemeriksaan ini
merupakan salah satu prosedur menjelang pernikahan yang sangat dianjurkan oleh pakar kesehatan.
Bila ditinjau secara psikologis, sebenarnya pemeriksaan itu akan dapat membantu
menyiapkan mental pasangan. Sedangkan secara medis, pemeriksaan itu sebagai ikhtiar (usaha)
yang bisa membantu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari sehingga dapat
menjadi langkah antisipasi dan tindakan preventif yang dilakukan jauh- jauh hari untuk
menghindarkan penyesalan dan penderitaan rumah tangga.
Para ahli abstetri (ilmu kebidanan) dan ginekologi (ilmu keturunan) menyatakan bahwa
sebaiknya calon pengantin memeriksakan dirinya tiga bulan sebelum melakukan janji pernikahan.
Rentang waktu itu diperlukan untuk melakukan pengobatan jika ternyata salah seorang atau
keduanya menderita gangguan tertentu. Jenis pemeriksaan kesehatan pranikah dapat disesuaikan
dengan gejala tertentu yang dialami calon pengantin secara jujur, berani dan objektif. Misalnya,
pemeriksaan harus dilakukan lebih spesifik jika dalam keluarga didapati riwayat kesehatan yang
kurang baik. Namun, jika semuanya lancar-lancar saja, maka hanya dilakukan pemeriksaan standar,
yaitu cek darah dan urine.
Untuk cek darah, biasanya diperlukan khususnya untuk memastikan si calon ibu tidak
mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya. Dalam pengalaman medis, kadang kala
ditemukan gejala anti phospholipid syndrome (APS), yaitu suatu kelainan pada darah yang bisa
mengakibatkan sulitnya menjaga kehamilan atau menyebabkan keguguran berulang. Jika ada kasus
seperti itu, biasanya para dokter akan melakukan tindakan tertentu sebagai langkah , sehingga pada
saat pengantin perempuan hamil dia dapat mempertahankan bayinya.
Hasil analisa data medis mengungkapkan bahwa kasus yang paling banyak terjadi pada
calon ibu khususnya di Indonesia adalah terjangkitnya virus toksoplasma. Virus yang bisa
mengakibatkan kecacatan pada bayi ini biasanya disebabkan seringnya kaum perempuan
mengkonsumsi daging yang kurang matang atau tersebar melalui kotoran atau bulu binatang
13
piaraan. Oleh karena itu, untuk mengetahuinya, agar dapat ditangani Secara dini diperlukan
pemeriksaan toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, dan herpes yaitu yang sering disingkat dengan
istilah pemeriksaan terhadap TORCH.
Demikian pula, pada calon pengantin pria biasanya diperlukan untuk dilakukan pemeriksaan
sejumlah infeksi seperti sipilis dan gonorrhea. Selain itu banyak juga dari pengalaman klinis
dilakukan pemeriksaan sperma untuk memastikan kesuburan untuk calon mempelai pria. Dalam
kapasitas ini, pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga kategori yaitu jumlah sperma, gerakan
sperma dan bentuk sperma.
Sperma yang baik menurut para ahli, jumlahnya harus lebih dari 20 juta setiap cc- nya
dengan gerakan lebih dari 50% dan memiliki bentuk normal lebih dari 30% . Bila dalam
pemeriksaan ditemukan kelainan pada sperma, maka waktu tiga bulan setelah pemeriksaan
dianggap sudah cukup untuk melakukan penyembuhan. Demikian halnya bagi calon mempelai
wanita, jangka waktu tiga bulan juga dianggap memadai untuk memperbaiki siklus menstruasi calon
pengantin wanita yang memiliki masa menstruasi tidak lancar dengan disiplin mengikuti terapi
khusus dan intens secara kontinyu.
Pemeriksaan standar menyangkut darah antara lain dilakukan untuk mengetahui jenis resus.
Seperti bangsa Asia lainnya, perempuan Indonesia memiliki resus darah positif. Sedangkan bangsa
Eropa dan Kaukasia biasanya memiliki resus negatif. Karena itu, pemeriksaan resus untuk pasangan
campuran yang berasal dari dua bangsa berbeda sangatlah penting. Resus berfungsi sama dengan
sidik jari yaitu sebagai penentu. Setelah mengetahui golongan dara seseorang seperti A, B, O
biasanya resusnya juga ditentukan untuk mempermudah identifikasi. Hal itu karena perbedaan resus
pada pasangan bisa berdampak fatal saat kehamilan.
Jika ibu memiliki resus positif dan embrio menunjukkan resus negatif, maka biasanya
disarankan para ahli medis untuk melakukan pengguguran sejak dini karena tidak mungkin janin
akan bertahan hidup secara normal di dalam rahim ibu. Meskipun pasangan ingin tetap
mempertahankan janin, nantinya akan gugur juga. Pengalaman ini biasanya di kalangan medis
disebut sebagai kasus incompabilitas resus. Calon pengantin juga sering diminta untuk melakukan
pemeriksaan darah anticardiolipin antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal itu bisa
mengakibatkan aliran darah mengental sehingga darah si ibu sulit mengirimkan makanan kepada
janin yang berada di dalam rahimnya. Selain itu, jika salah satu calon pengantin memiliki catatan
down syndrome karena kromosom dalam keluarganya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih
intensif lagi. Sebab, riwayat itu bisa mengakibatkan bayi lahir idiot.
2.1.4 Imunisasi tetanus toxoid
a. Pengertian

14
Adalah tindakan untuk memberi kekebalan dalam tubuh klien bertempat langsung mencegah
terjadinya tetanus neonatorum dengan memasukkan kuman yang sudah dilemahkan.
b. Jenis dan vaksinasi
Vaksinasi yang digunakan untuk imunisasi aktif kemasan tunggal vaksin tetanus texoid (TT)
kombinasi defteri (DI) kombinasi defteri tetanus pertusis (DPT) vaksin yang digunakan untuk
imunisasi aktif ATS (Anti Tetanus Serum) dapat digunakan untuk pencegahan maupun
pengobatan penyakit tetanus.
c. Cara penyimpanan vaksin TT pada lemari es rak no 2 dengan suhu 8-9C.
d. Cara jadwal pemberian
Pada calon pengantin wanita 2 kali langsung terjadi kehamilan dengan jarak waktu ≥ 2 tahun
dilakukan TT ulang pada ibu hamil masing-masing pada kehamilan ke 7 dan ke 8. Dimasa
mendatang diharapkan setiap perempuan telah menghadapi imunisasi tetanus 5 kali, sehingga
daya perlindungan terhadap tetanus seumur hidup, dengan demikian bayi yang dikandung kelak
akan terlindung dari penyakit tetanus neonatorum. Bentuk vaksin TT cair agak putih keruh dalam
vial dosis 0,5 ml/ dalam di olutus maxi atau lengan.
2.1.5 Jenis pemeriksaan kesehatan pranikah yang dilakukan seperti :
1. Pemeriksaan hematologi rutin dan analisa hemoglobin, untuk mengetahui adanya kelainan atau
penyakit darah.
2. Pemeriksaan urinalisis lengkap, untuk memantau fungsi ginjal dan penyakit lain yang
berhubungan dengan ginjal atau saluran kemih, pemeriksaan golongan darah dan rhesus yang
akan berguna bagi calon janin.
Mengetahui Rhesus kedua calon mempelai seringkali merupakan hal yang diabaikan, padahal hal
tersebut adalah hal yang penting. Kebanyakan bangsa Asia memiliki Rhesus positif, sedangkan
bangsa Eropa rata-rata negatif. Terkadang, pasangan suami- isteri tidak tahu Rhesus darah
pasangan masing-masing. Padahal, jika Rhesusnya bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas
keturunan. Jika seorang perempuan (Rhesus negatif) menikah dengan laki-laki (Rhesus positif),
bayi pertamanya memiliki kemungkinan untuk ber-Rhesus negatif atau positif. Jika bayi
mempunyai Rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika ia ber-Rhesus positif, masalah
mungkin timbul pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan
janin yang ber-Rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu dapat
memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidakmasalahjika si perempuanber-Rhesus positif
dan si prianegatif. Karena itu sangat penting untuk mengetahui Rhesus kedua calon mempelai.
3. Pemeriksaan gula darah untuk memantau kemungkinan diabetes melitus.
4. Pemeriksaan HbsAG untuk mengetahui kemungkinan peradangan hati.
5. Pemeriksaan VDLR/ RPR untuk mengetahui adanya kemungkinan penyakit sifilis.
15
6. Pemeriksaan TORC untuk mendeteksi infeksi yang disebabkan parasit Toxoplasma, virus
Rubella dan virus Cytomegalo yang bila menyerang pada perempuan di masa kehamilan nanti.
2.1.6 Manfaat Periksa Kesehatan Pranikah
Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah kita dapat mengetahui kondisi
pasangan serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang berkaitan dengan masalah
kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan), dan Anda juga dapat mengetahui
penyakit-penyakit yang nantinya bila tak segera ditanggulangi dapat membahayakan Anda dan
pasangan termasuk calon keturunan.
2.1.7 Prosedur Periksa Kesehatan Pranikah
Prosedur yang harus dilakukan sebenarnya tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan kesehatan
lain biasanya. Anda dan pasangan membuat janji terlebih dahulu dengan dokter spesialis atau dokter
umum kemudian setelah melakukan wawancara singkat tentang sejarah kesehatan, Anda dan
pasangan wajib melakukan pemeriksaan fisik dan rangkaian tes radiologi dan laboratorium untuk
mendeteksi kelainan-kelainan apa saja yang mungkin diderita. Idealnya, pemeriksaan kesehatan pra
nikah dilakukan enam bulan menjelang pernikahan. Namun ukuran itu sebenarnya bersifat fleksibel
dalam arti kapanpun dapat dilakukan asal pernikahan belum dilangsungkan, agar penyakit-penyakit
yang mungkin terdeteksi dapat ditanggulangi terlebih dahulu.
2.1.8 Persiapan Menjelang Pemeriksaan Kesehatan Pranikah :
Yang pertama tentunya masalah finansial. Pemeriksaan ini memang memakan biaya lebih.
Maka dari itu, setiap pasangan baiknya persiapkan dana lebih dari jauh-jauh hari dan Anda harus
ingat bahwa uang yang Anda keluarkan itu merupakan investasi jangka panjang untuk
kelangsungan hidup rumah tangga yang akan Anda jalani bersama dengan pasangan. Selain itu,
setiap pasangan pun diwajibkan untuk berpuasa mulai pukul 22.00 sehari sebelumnya dan setelah
pengambilan darah, Anda dan pasangan bisa menikmati sarapan. Selama berpuasa, setiap pasangan
tetap boleh mengonsumsi air putih dan bawalah sedikit contoh feses (tinja) atau urine pagi hari
dalam wadah yang bersih. Walaupun setiap pasangan berada dalam kondisi yang sehat, tidak ada
salahnya untuk tetap melakukan pemerikasaan kesehatan pra nikah untuk kehidupan pernikahan
yang sehat dan jauh dari penyakit.

16
2.2 Konsep KEK
2.2.1 Pengertian kekurangan energi kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu
menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi
(Supariasa, 2012).
Menurut (Astuti et al., 2017) menyatakan bahwa kurang energi kronis merupakan keadaan
dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan
pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk
mendapatkan tambahan kalori dan
protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya.
2.2.2 Faktor Risiko KEK
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK). Menurut (Yulizawati
et al., 2017) antara lain :
1) Jumlah asupan makanan
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang
dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk
diserap dan digunakan untuk tubuh
2) Usia ibu hamil
Semakin muda dan tua seorang ibu hamil akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkannya. Ibu muda sangat membutuhkan nutrisi tambahan karena selain tumbuh sendiri,
mereka juga harus berbagi dengan janin yang dikandungnya. Sedangkan usia yang terlalu
membutuhkan banyak energi karena fungsi organ tubuh melemah dan dituntut untuk bekerja
secara maksimal, sehingga membutuhkan energi ekstra yang cukup untuk menunjang
kelangsungan kehamilan. Sehingga usia terbaik adalah lebih dari 20 tahun dan
kurang dari 35 tahun, dengan harapan gizi ibu hamil lebih baik (Ernawati A. , 2018)

3) Beban kerja/Aktifitas
4) Penyakit /infeksi
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang turut mempengaruhi kejadian
KEK pada ibu hamil. TB dapat menyebabkan penurunan berat badan dan kekurangan gizi. Pasien
TB membutuhkan lebih
banyak energi untuk mempertahankan fungsi tubuh yang disebabkan oleh peningkatan laju

17
metabolisme yang menyebabkan penurunan berat badan. Selain karena faktor tersebut, asupan
makanan dapat berdampak negatif
pada pasien TB karena penurunan nafsu makan dan gangguan gastrointestinal, sehingga
mengakibatkan kekurangan gizi. Kekurangan gizi bisa lebih jauh menyebabkan gangguan fungsi
kekebalan, defisiensi gizi mengubah interaksi
antara makrofag dan T-limfosit. Meskipun kebanyakan orang yang terinfeksi TB tidak akan
menampakkan gejala seperti sistem kekebalan mereka berhasil mengendalikan bakteri, TB pada
orang yang kekurangan gizi lebih mungkin
berkembang aktif karena infeksi tidak lagi dibatasi sistem kekebalan mereka. Infeksi
Mycobacterium tuberculosis menyebabkan respons inflamasi yang melibatkan pelepasan sitokin
inflamasi, yang dapat menyebabkan kekurangan gizi melalui stimulasi lipolisis dan proteolisis
dan peningkatan leptin. Demikian pula pada penderita HIV yang juga mengalami KEK
melemahkan sistem kekebalan, meningkatkan kerentanan untuk infeksi dan memperburuk
dampak penyakit
5) Pengetahuan ibu tentang Gizi
Ibu hamil yang memiliki pengetahuan rendah disebabkan kurangnya informasi tentang
gizi ibu hamil. Kurangnya informasi tersebut menyebabkan banyak ibu yang tidak mengetahui
tentang pengertian KEK, batas waktu tindak lanjut KEK, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya KEK. Pada umumnya ibu hamil berpendapat bahwa KEK merupakan suatu keadaan
kekurangan yodium atau vitamin A, karena mereka jarang atau sama sekali tidak pernah
mendengar istilah KEK. Masa waktu untuk tindak lanjut KEK juga kurang diketahui karena tidak
pernah melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan tentang KEK tersebut
6) Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga adalah pendapatan riil seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan baik rumah tangga maupun individu dalam rumah tangga. Salah satu
faktor penyebab terjadinya KEK pada ibu hamil adalah status sosial ekonomi. Status sosial
ekonomi yang rendah secara tidak langsung akan mempengaruhi ibu dan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Komponen status ekonomi meliputi tingkat sosial ekonomi
yang terdiri dari pendapatan, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Pendapatan keluarga
merupakan faktor penentu dalam meningkatkan status gizi ibu hamil (Rahayu & Sagita, 2019).
2.2.3 Dampak KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi
(Saifuddin, 2014) antara lain :
a. Pada ibu

18
1) Ibu lemah dan kurang nafsu makan
2) Perdarahan pada masa kehamilan
3) Anemia
4) Kemungkinan terjadi infeksi semakin tinggi
b. Pada waktu persalinan
1) Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama
2) Persalinan sebelum waktunya (premature)
3) Perdarahan postpartum
4) Persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat
c. Pada janin
1) Keguguran (abortus)
2) Bayi lahir mati
3) Cacat bawaan
4) Keadaan umum dan kesehatan bayi baru lahir kurang
5) Anemia pada bayi
6) Asfiksia intra partum
7) BBLR
8) Pada ibu menyusui
9) Produksi/volume ASI berkurang
10) Kemungkinan terjadi infeksi lebih tinggi
11) Ibu lemah dan kurang nafsu makan (Helena, 2013).
2.2.4 Pemeriksaan penunjang KEK
a. Pemeriksaan Antropometri antara lain: pengukuran LILA(Lingkar Lengan Atas) < 23,5 cm,
IMT < 18,5, kenaikan berat badan ibu kurang dari 1 kg pada trimester pertama, kurang dari 3
kg pada trimester kedua, dan kurang dari 6 kg pada trimester ketiga
b. Pemeriksaan Klinis yaitu tampak lemah dan pucat, conjungtiva pucat, nadi lemah atau lambat,
keringat dingin
c. Pemeriksaan Laboratorium yaitu serum albumin (gr/100ml) wanita hamil <3,0 (kurang), 3,0-3,4
(criteria margin), 3,5+(cukup) dan serum protein (gr/100ml) wanita hamil 5,5 (kurang), 5,5-
5,9(criteria margin), 6,0+ (cukup).
d. Pemeriksaan Dietetik digunakan food recall 24 jam. Metode ini dapat memberikan gambaran
asupan zat gizi yang lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake ibu
hamil (individu). Hasil dibandingkan dengan AKG yakni 1900 kkal ditambah 180 kkal pada
trimester I, 300 pada trimester II dan III.
19
e. Sensitivity dan Specifity dalam penelitian ini pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek melainkan jangka panjang (kronis) karena
mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh
cairan tubuh. LILA hanya sensitif untuk mereka wanita usia subur dan ibu hamil.
Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudahdan dapat dilakukan oleh siapa
saja.
2.2.5 Penatalaksanaan KEK
Penatalaksanaan untuk remaja wanita pra nikah dengan KEK adalah dengan memberikan
konseling mengenai gizi seimbang pada calon pengantin, dengan konseling tersebut diharapkan
calon pengantin mau melakukan apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan untuk bisa
meningkatkan asupan nutrisi, sehingga masalah KEK dapat teratasi. Istirahat lebih banyak Terapi
kekurangan energi kronis ditujukan pada pengobatan individu disertai tindakan-tindakan preventif
di masyarakat dengan perbaikan-perbaikan pada faktor-faktor penyebab.
Penatalaksaan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis adalah:
a. Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasehat atau anjuran.
1) Tambahan Makanan
Makanan pada ibu hamil sangat penting , karena makanan merupakan sumber gizi
yang dibutuhkan ibu hamil untuk perkembangan janin dan tubuhnya sendiri (Notoadmojo,
2008). Keadaan gizi pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama
hamilharus mendapat tambahan protein ,mineral,dan
energy.
2) Istirahat lebih banyak
Ibu hamil sebaiknya menghemat tenaga dengan cara mengurangi kegiatan
yang melelahkan . siang 4 jam / hari, malam 8 jam/hari(wiryo, 2002)
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
1) Contoh makanan tambahan antara lain : susu untuk ibu hamil.
Makanan yang berprotein (hewani dan nabati), susu, roti, dan biji-bijian, buah dan
sayuran yang kaya vit C, sayuran berwarna hijau tua, buah dan sayuran lain (Nanin Jaja,
2007)
2) Cara mengolah makanan menurut Proverawati (2009)
Sebaiknya makanan jangan terlalu lama disimpan. Untuk jenis sayuran segera
dihabiskan setelah diolah, susu sebaiknya jangan terlalu lama terkena cahaya karena akan
menyebabkan hilangnya vitamin B, jangan digarami daging atau ikan sebelum dimasak dan
apabila makanan yang mengandung protein lebih
baik dimasak jangan terlalu panas.
20
3) Apabila terjadi atau timbul masalah medis, maka hal yang perlu dilakukan menurut
Saifuddin (2014) adalah :
a) Rujuk untuk konsultasi
b) Perencanaan sesuai kondisi ibu hamil
c) Minum tablet zat besi tatau tambah darah
d) Periksa kehamilan secara teratur

21
2.2.6 Pencegahan KEK
Secara lebih spesifik untuk mencegah terjadinya ibu hamil KEK, upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan yang cukup secara kuantitas (jumlah makanan
yang dimakan) dan kualitas (variasi makanan dan zat gizi yang sesuai kebutuhan), serta
suplementasi zat gizi yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil yaitu tablet tambah darah (berisi zat
besi dan asam folat), kalsium, seng, vitamin A, vitamin D, yodium. Diperlukan upaya strategi
intervensi gizi kepada ibu hamil KEK mengacu pada empat kategori yaitu penyediaan makanan,
konseling/edukasi, kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan lintas sektor terkait.
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak
berarti makanan yang mahal harganya.Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari,
ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, dan minum cukup cairan
(menu seimbang).
a) Kalori
Untuk proses pertumbuhan, janin memerlukan tenaga. Oleh karena itu, saat hamil, ibu memerluka
tambahan jumlah kalori.Sumber kalori utama adalah hidrat arang dan lemak.Bahan makanan yang banyak
mengandung hidrat arang adalah golongan padi-padian (misalnya beras dan jagung), golongan umbi-
umbian (misalnya ubi dan singkong), dan sagu.Selain sebagai sumber tenaga, bahan makanan yang
tergolong padi-padian merupakan sumber protein, zat besi, fosfor, dan vitamin.
Asuhan makanan ibu hamil pada trimester pertama sering mengalami penurunan karena menurunnya
nafsu makan dan sering timbul mual muntah.Meskipun ibu hamil mengalami keadaan tersebut tetapi
asupan makan harus tetap diberikan seperti biasa.
Pada trimester kedua nafsu makan biasanya sudah mulai meningkat, kebutuhan zat tenaga lebih banyak
dibanding kebutuhan saat hamil muda. Pada trimester ketiga, janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat.Perkembangan janin yang pesat ini terjadi pada 20 minggu terakhir
kehamilan. Umumnya nafsu makan ibu akan sangat baik dan ibu merasa cepat lapar.
b) Protein
Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan bagian tubuh.Seiring dengan perkembangan
dan pertumbuhan janin serta perkembangan payudara ibu, keperluan protein pada waktu hamil sangat
meningkat. Kekurangan protein dalam makanan ibu hamil mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil
normal. Kekurangan tersebut juga mengakibatkan pembentukan air susu ibu dalam masa laktasi kurang
sempurna.
Sumber zat protein yang berkualitas tinggi adalah susu. Susu merupakan minuman yang berkualitas tinggi
untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil terhadap zat gizi karena mengandung protein, kalsium, fosfat,
vitamin A, serta vitamin B1 dan B2. Sumber lain meliputi sumber protein hewani (misalnya daging, ikan,
unggas, telur, dan kacang) dan sumber protein nabati (misalnya kacang-kacangan seperti kedelai, kacang
tanah, kacang tolo, dan hasil kacang-kacang misalnya tahu tempe).
c) Mineral

22
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makanan-makanan sehari-hari yaitu buah-
buahan, sayur, dan susu. Hanya zat besi yang tidak bisa terpenuhi dengan makan sehari-hari.kebutuhan
zat besi pada pertengahan kedua kehamilan kira-kira 17mg/hari. untuk memenuhi kebutuhan ini
dibutuhkan suplemen besi 30mg sebagai foresus, ferofumarat atau feroglukonat perhari dan pada
kehamilan kembar atau pada wanita yang sedikit anemi dibutuhkan 60-100 mg/hari. Kebutuhan kalsium
umumnya terpenuhi dengan minum susu. Bila ibu hamil tidak dapat minum susu, suplemen kalsium dapat
diberikan dengan dosis 1 gram perhari.

2.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Pranikah


2.3.1 Pengkajian
1) Data Subjektif
Data subjektif diperoleh dari anamnesa terhadap ibu (Autoanamnesa) atau dari
keluarganya (hetero anamnesa).
1. Biodata/Identitas
a. Usia
- Perempuan
Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun (Prawirohardjo, dkk,
2010).Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat reproduksi belum sepenuhnya matang dan
psikologis masih belum stabil akibatnya meningkatkan risiko mengalami penyulit saat
hamil (Sukaesih, 2012). Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi alat reproduksi dan
organ lainnya sudah menurun, apalagi wanita yang hamil pertama pada usia ini,
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia
(Indriani, 2012).
- Laki-laki
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun. Perkembangan organ
reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan
bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya pada umur
25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan,
dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi
(Khaidir, 2006). Semakin tua usia seseorang maka kesuburan juga menjadi berkurang
(RSUA, 2013).Usia laki-laki ≥ 40 tahun semakin meningkatkan risiko kelainan baik
fisik maupun psikis pada keturunananya (McGrath, dkk, 2014).
b. Alamat
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh terhadap kesehatan
istri dan suami pada masa prakonsepsi.Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
23
perempuan yg bekerja di lingkungan pertanian lebih sering mengalami abortus spontan
dan kasus Stillbirth (lahir mati) lebih sering dijumpai diantara perempuan yang
bertempat tinggal dekat tempat aplikasi karbamat pada trimester II (Winardi, 2016).
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang
diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap kemampuannya dalam
memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi
yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil, gangguan
pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan prematur (Reeder, dkk, 2011).
2. Riwayat Menstruasi
Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi dan gangguan
menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang merupakan tahap kematangan
organ-organ seksual perempuan dan tanda siklus masa subur telah mulai (Yusuf, dkk,
2014). Siklus menstruasi dan gangguan mentruasi dapat mempengaruhi masa subur
(Indriarti, dkk, 2013).
- Usia menarche : Umumnya remaja wanita mengalami menarche usia 12-16 tahun.
- Siklus menstruasi : Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi
sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita
normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi
28 hari (Proverawati & Misaroh, 2009).
- Lama menstruasi : Normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari (Ramaiah, 2006),
sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009) lama mestruasi berlangsung selama
3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari.
- Keluhan saat haid : Umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea (Kusmir an, 2012)
- Pengeluaran sekret : Keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna putih, dan tidak
gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat
genital. (Saifuddin, 2010)
3. Riwayat Imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama imuniasai TT.
Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat mengeliminasi tetanus 100%
sehingga status imunisasi ibu/calon ibu harus selalu diskrining (Kemenkes RI, 2012).
Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B,
HPV,TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi tinggi di
daerah tempat tinggal calon pengantin wanita dan laki – laki.
24
4. Riwayat Kesehatan
a. Hipertensi
Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan prematur dan retardasi
pertumbuhan intrauterin serta insiden mortalitas perinatal yang lebih tinggi. Penyakit
ini juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang paling sering. Tekanan
darah harus distabilkan sebelum konsepsi dan kemudian dipantau ketat selama masa
kehamilan. Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan
kelahiran seorang bayi yang normal dan sehat. Sasaran utama pada periode prakonsepsi
ialah menghindari penggunaan penghambat ACE dan antogonis reseptor angiotensin.
Wanita harus diberi pendidikan kesehatan tentang risio pereeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin (Varney, 2007). Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan masalah gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek
samping obat.
b. Diabetes Melitus (DM)
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada sekitar waktu
konsepsi dengan kelainan pembentukan organ, terutama tuba nueral, jantung, dan
ginjal. Komplikasi yang dapat timbul selama masa kehamilan meliputi preeklamsia,
polihidramnion, dan persalinan prematur. Oleh karena itu, wanita yang menderita
diabetes melitus perlu mendapat konseling dan memantau disbetesnya dengan
cermat, baik sebelum masa prakonsepsi maupun sepanjang masa usia subur
(Varney, 2007; Prawirhardjo, 2010).
c. Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif ginjal untuk
mempersiapkan kehamilan. Pada fase luteal setiap siklus menstruasi, aliran d arah ke
ginjal dan laju filtrasi glomerulus (LFG) meningkat hingga 10-20%. J ika kehamilan
terjadi, perubahan hemodinamik ini terus berlanjut. Pada perte ngahan trimester kedua,
aliran darah ke ginjal meningkat hingga 70-80% jika dibandingkan wanita tidak hamil,
menyebabkan peningkatan LFG hingga 55%. (Wicaksono, dkk, 2017). Pada laki-laki
gagal ginjal kronis, terjadi kegagalan dalam pembuangan limbah tubuh. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas sperma dan kesuburan.
d. Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang gejalanya atau bertambah
keparahannya.Untuk menghindari bertambah parahnya penyakit, hindarilah
kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan upayakan tekanan emosional tetap
stabil (Agustina, 2015). Asma juga merupakan salah satu penyakit yang dapat
25
diturunkan secara genetik.
e. Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau thalassemia akan berta
mbah buruk saat kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya, volume plas ma bertambah dan
sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkata n volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan d engan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi haemoglo
bin (Hb) akibat hemodilusi. (Prawirohardjo, 2010)
Pada lak-laki terapi androgen pada anemia dapat meningkatkan produksi eritr opoetin
namun dapat menimbulkan gejala prostatisme atau pertumbuhan yang cepat dari ca prostat.
f. Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi faktor IX) di wariskan
secara X-linked recessive.Perempuan dari keluarga penderita hemof ilia umumnya adalah
pembawa (carrier) yang asimptomatik. Namun 10-20% perempuan pembawa dapat
beresiko terhadap komplikasi perdarahan yang be rmakna karena penurunan faktor VIII
atau IX di bawah jumlah minimal untu k mempertahankan keseimbangan hemostatik.
Hemofilia dapat menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil penderita mungkin
mempunyai cukup folikel-folikel untuk hamil. (Prawirohardjo, 2010). Pada laki-laki
dengan Hemofilia lebih sering terjadi, gejala perdarahan dalam waktu terus menerus dan
lebih cepat karena darah tidak dapat menggumpal ta npa pengobatan. Hal tersebut dapat
mengganggu saat berhubungan seksual d an dapat menurunkan penyakit hemofilia pada
keturunannya (Darmono, 2012).
g. Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan. Kehamilan dapat memperberat penyakit jantung. Kemungkinan
timbulnya payah jantung (dekompensasi cor dis) pun dapat terjadi. Pada ibu hamil yang
rentan terhadap gangguan jantung, stres pada perubahan fisiologis normal dapat
mencetuskan dekompensasi jantung.Tanda dan gejala penyakit jantung (palpitasii,
frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas ketika beraktivitas, dispnea, dan nyeri dada)
harus dapat diketahui agar dapat dilakukan penatalaksaan yang tepat (Paramita, dkk,
2016). Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah dengan ereksi.
Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan pembuluh darah penis dan jantung.
h. Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan mempunyai pengaruh buruk
26
bagi janin dan ibu saat terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat dalam
bentuk keguguran atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim.
(Prawiroharjo, 2010)
i. IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, p arasit, atau
jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang
terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual merupakan salah satu
penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis, sifilis,
trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma aku minata, bacterial vaginosis, dan infeksi
HIV.
j. TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Kelima jenis penyakit
yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria maupun wanita
dan dapat berpengaruh buruk pada janin yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan
infeksi yang disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering
diperoleh dari tanah atau kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan
daging dari hewan terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang sering muncul
meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena toxoplasmosis dapat menimbulkan
aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta. Infeksi
parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan seperti kerusakan pada otak
dan fungsi mata (Prawirohardjo, 2010).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik, dan bisa
menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga memegang peran penting dalam
mengkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker,
penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia merupakan
penyakit yang memiliki tendensi familial dan dapat berpengaruh pada kesehatan
reproduksi wanita dan laki-laki (Varney, 2007).
6. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka kecukupan
gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal,
sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. Kekurangan nutrisi akan
berdampak pada penurunan fungsi reproduksi (Felicia, dkk, 2015).
27
b. Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat mempengaruhi sistem
hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi hormon seksual (Idrissi,
dkk, 2015).
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8: ”Nilai Ambang Batas” yang
selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
c. Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ reproduksi
(Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan pakaian
dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat menstruasi normalnya ganti pembalut
maksimal 4 jam sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015). Menggunakan air
bersih saat mencuci vagina dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering
menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina
(Fitriyah, 2014). Perawatan organ intim juga bisa dilakukan dengan ratus vagina
dengan tujuan untuk mengharumkan dan menjaga kebersihan area intim kewanitaan.
d. Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam melakukan suatu
aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang dan lebih.
Ketidak seimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat, dapat menyebabkan
tubuh mudah terserang penyakit. Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik dilakukan
sekitar 7-8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam (Latifah, dkk, 2002; Varnney, 2007).
7. Riwayat Pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia pernikahan, alasan berpisah.
Tujuannya mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan dengan pasangan
sebelumnya yang dapat mempengaruhi hubungannya
dengan pasangan sekarang.
8. Riwayat Psikososial Budaya dan Spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu dikaji saat premarital psychological screening
antara lain : kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga,
kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal
bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang
28
tua, kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat membantu
menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta penentuan pengambil keputusan dalam
keluarga, efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara
terbuka antara kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa
jauh keluarga besar dapat menerima atas pernikahan tersebut
(Kemenkes, 2013).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar budaya atau ras akan
menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang spesifik, misalnya tentang perbedaan
dalam mengekspresikan cinta dan keintiman, cara berkomunikasi, keyakinan beragama,
komitmen dan sikap yang mengarah pada perkawinan itu sendiri, nilai-nilai kultural yang
disampaikan oleh orangtua sejak kecil dan pola pengasuhan anak (Imanda, 2016).

2) Data Objektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,
pemeriksaan darah dan pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan Umum
a. Tanda-tanda vital, normal jika :
- Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adanya gangguan pada sistem kardiovaskuler. Normal
100/60-140/90 mmHg
- Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui pulsus defisit
(denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi sehingga
denyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi). Dilakukan pula pemeriksaan
frekuensi nadi. Kondisi takikardi (denyut jantung lebih cepat dari kecepatan
normal), dapat dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas tinggi, kecemasan,
gagal jantung, dehidrasi, dll. Normal antara 80-110 x/menit.
- Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu
menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,5°C – 37,5°C.
- Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman, dan tipe/pola
pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit (Uliyah, dkk, 2009).
b. Antropometri

29
- Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi mengalami
amenorea dan berat badannya dibawah normal, ia harus diindikasikan untuk
meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia mengalami KEK, ia harus
dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori supaya berat badannya turun sampai
rentang normal pada saat konsepsi, karena KEK dalam masa kehamilan
meningkatkan resiko preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga
harus dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari
(Kemenkes, 2015; Varney, 2007). Mempertahankan status nutrisi yang baik,
mencapai berat badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan
kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan
kesehatan sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010).
- Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB <145cm (low
high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming, dkk, 2013). Ukuran BB
dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa Tubuh
- Lingkar lengan atas (LILA)
Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5cm merupakan indikator Ibu
kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR (Maryam, 2016).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia (Mariana, dkk, 2013).
Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul
dan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain
(Prawirohadjo, 2010).
b. Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi pada klien.
Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya kelainan jantung, dan
kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis.
c. Payudara
Tidak terdapat benjolan/massa yang abnormal.
d. Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.
e. Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil seperti jengger
30
ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-ta nda keputihan patologi
f. Ekstermitas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto, dkk, 2017).
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
- Albumin
Untuk menyingkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan pielonefritis atau penyakit
ginjal kronis)
- Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes melitus).
- Hemoglobin
- Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan terapi yang
tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
- HIV/AIDS
- IMS (Sifilis)
b. Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan gigi, tes
sperma, tes tuberculosis.
2.3.1 Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam pengkajian,
meliputi :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan
R/ Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti sangat penting agar
calon ayah dan ibu memahami kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait dengan
masalah yang dihadapi
2. Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan persiapan kehamilan
sesuai panduan konseling calon pengantin yang telah ditentukan oleh Kemenkes (2014)
R/ Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi dan TT.
3. Berikan KIE tentang perawatan tubuh menjelang pernikahan
R/ Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang manfaat perawatan tubuh menjelang
pernikahan
4. Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat untuk prakonsepsi.
R/ Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum hamil agar indung telur yang
dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat mampu menurunkan resiko gangguan metabolisme
DNA yang bisa saja terjadi (CDC, 2006).
2.2.7 Implementasi

31
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria yang telah ditetapkan
2.2.8 Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang diberikan dapat
berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Kriteria hasil :
1) Catin dapat menjelaskan kembali tentang penjelasan yang diberikan mengenai hasil
pemeriksaannya.
2) Catin dapat menjelaskan kembali hasil konseling yang diberikan mengenai kesehatan
reproduksi, persiapan pernikahan, dan persiapan kehamilan.

32
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Subjektif
1. Identitas
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama : Nn. “S” Nama : Sdr. “A”
Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Balongsari 2-B Alamat : Klampis
2. Keluhan Utama
Pasien datang ke puskesmas mendapat pengantar dari KUA untuk melakukan
pemeriksaan dan mendapatkan surat sehat calon pengantin
3. RiwayatMenstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Siklus : 27 - 33 hari/bulan, teratur, lama ±7-8hari
c. Banyaknya : Ganti pembalut 3-4 kali/hari 3 hari awal pertama, hari berikutnya2-3 kali
ganti pembalut
d. Dismenorhe : Ada
e. Fluor Albus : Ya kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak gatal,
tidak berbau
4. RiwayatKesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang atau pun pernah menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah melakukan
pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS.
b. Catin Laki-laki : Tidak diperiksa

5. RiwayatKesehatanKeluarga
a. Catin Wanita : Ayah tidak menderita hipertensi dan DM, tidak ada keluarga yang pernah
atau sedang menderita jantung, asma, alergi, ginjal, hemophilia, thalassemia, cacat

33
bawaan, hepatitis, dan TBC.
b. Catin laki-laki : tidak diperiksa
6. Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak ada
b. Catin laki-laki : Tidak diperiksa
7. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi, ayam, telur, daging,
jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Minum air putih 8-9 gelas sehari, suka
mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan kopi. Tidak ada pantangan/alergi
makanan
b. Eliminasi
(a) Catin Wanita : BAB 1-2 hari sekali, kadang-kadang keras, warna kuning khas,
tidak ada keluhan sakit saat BAB. BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih.
(c) Istirahat : Jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam.
(d) Aktivitas : Bekerja dan mengejakan pekerjaan rumah tangga.
(e) Hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana
dalam 2-3 kali/hari atau setiap kali basah.
8. Keadaan Psiko, Sosio, dan Spiritual : Keluarga dari dua belah pihak mendukung
pernikahan. Kedua calon pengantin mengatakan Sudah siap secara mental untuk menikah.
9. RiwayatPernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 27 Juli 2022.
a. Catin Wanita : Pernikahan yang pertama
b. CatinLaki-laki : Pernikahan yang pertama
3.1.2 Objektif
1. PemeriksaanUmum
Catin Wanita
a. KeadaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri :
BB : 41 kg
TB : 151 cm
IMT : 17,98 kg/m2
LILA : 23 cm
Status TT : TT5
d. Tanda-tanda Vital

34
TD : 90/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
2. PemeriksaanFisik
1) Catin Wanita
a) Bentuk tubuh: Normal
b) Wajah : Wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan genetik
seperti sindrom down
c) Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
d) Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidakkering
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f) Dada : Tidak teraba benjolan
g) Abdomen : Tidak teraba benjolan
h) Genetalia : Tidak diperiksa
3.2 Analisa Data
Calon pengantin perempuan usia 23 tahun dengan KEK
3.3 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakuka agar Catin tahu tentang keadaanya bahwa
dia mengalami KEK
Evaluasi : Catin tahu hasil pemeriksaan bahwa dia mengalami KEK
2. Memberikan KIE klien tentang masalah KEK:
a. Pengaruh KEK pada kehamilan : KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko
terjadnya anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, terkena
penyakit infeksi, dan menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu.
b. Pengaruh KEK dalam persalinan : KEK dapat mengakibatkan persali nan sulit dan lama,
persalinan prematur iminen (PPI), pendarahan post partum, serta peningkatan tindakan
sectio caesaria.
c. Penagruh KEK kepada bayi : KEK pada ibu hamil juga dapat menyebabkan intrauterine
growth retardation (IUGR) atau bahkan intrauterine fetal death (IUFD), kelainan
kongenital, anemia, serta lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Memberikan KIE tentang nutrisi seimbang
Calon pengantin harus mempersiapkan diri untuk kehamlan dan memenuhi zat gizi
dengan cara mengonsumsi makanan yang cukup secara kuantitas (jumlah makanan yang
dimakan) dan kualitas (variasi makanan dan zat gizi yang sesuai kebutuhan), serta
35
suplementasi zat gizi yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil yaitu tablet tambah darah
(berisi zat besi dan asam folat), kalsium, seng, vitamin A, vitamin D, yodium, fosfat, serta
vitamin B1 dan B2. Sumber lain makanan yang bergizi harus seimbang antara karbohidrat
(nasi, jagung, kentang, singkong), protein (misalnya daging, ikan, unggas, telur, dan kacang
seperti kedelai, kacang tanah, kacang tolo, dan hasil kacang-kacang misalnya tahu tempe),
lemak (susu, daging), vitamin dan mineral (sayur dan buah-buahan)
Evaluasi: klien mengerti penjelasan Bidan
4. Memberikan KIE tentang aktivitas
Dalam mempersiapkan kehamilan, ibu harus mengurangi aktivitas berat dan istirahat yang
cukup
Evaluasi: klien memahami penjelasan bidan
5. Memberikan KIE tentang personal Hygiene
Klien harus menjaga kebersihan diri sendiri dengan minimal mandi 2x sehari, gosok gigi
setelah sarapan dan sebelum tidur, keramas setidaknya 2 hari sekali, mengganti celana
dalam minimal 2x sehari atau saat lembab, memilih celana dalam berbahan katun, bukan
nilon, mengganti pakaian 2x dalam sehari
Evaluasi: Klien memahami penjelasan Bidan
6. Memberikan Kie untuk konsultasi ke ahli gizi untuk konsultasi masalah KEK calon
pengantin
Evaluasi : Klien bersedia untuk konsultasi dan memilih konsultasi ke rumah sakit .

36
BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa calon pengantin berusia 23


tahun dengan hasil pemeriksaan fisik yaitu LILA 23 cm dan IMT 17,5,
sedangkan hasil pemeriksaan fisik yang lain dalam batas normal.
Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LiLA merupakan suatu cara untuk
mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau kekurangan
gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke janin
berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi melahikan bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume
otak dan IQ seorang anak. Kurang Energi Kronis atau KEK (ukuran LILA < 23,5
cm), yang menggambarkan kekurangan pangan dalam jangka panjang baik dalam
jumlah maupun kualitasnya (Hardinsyah & Supariasa, 2016).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dapat menyebabkan
resiko dan komplikasi (Saifuddin, 2014) antara lain pada ibu yaitu ibu lemah dan
kurang nafsu makan, perdarahan pada masa kehamilan, anemia, kemungkinan
terjadi infeksi semakin tinggi, pada waktu persalinan yaitu pengaruh gizi kurang
terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan postpartum, persalinan
dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat, pada janin yaitu keguguran
(abortus), bayi lahir mati, cacat bawaan, keadaan umum dan kesehatan bayi baru
lahir kurang, anemia pada bayi, asfiksia intra partum, BBLR, pada ibu menyusui
yaitu produksi/volume ASI berkurang, kemungkinan terjadi infeksi lebih tinggi,
ibu lemah dan kurang nafsu makan.
Sesuai dengan teori tersebut di atas, bahwa Nn. S mengalami KEK
dengan dasar LILA < 23.5 cm dan IMT < 18 kg/m 2. Tentu saja hal ini sangat
membahayakan bagi Kesehatan calon pengantin karena calon pengantin
dipersiapkan untuk terjadinya kehamilan dan persalinan sehingga kondisi KEK
akan dikhawatirkan mengalami penyulit selama kehamilan seperti perdarahan
dan abortus, berisiko mengalami persalinan premature, sehingga memerlukan
asuhan kebidanan yang tepat dengan cara memberikan KIE tentang konsumsi
makanan bergizi dan dampak KEK pada kehamilan, persalinan, bayi, dan pada
saat menyusui. Klien memahami penjelasan Bidan dan bersedia untuk
37
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang untuk persiapan kehamilan agar
tidak mengalami dampak dari KEK sehingga kehamilan dan persalinannya dapat
berjalan dengan normal dan melahirkan anak yang sehat.

38
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn.”S” usia 23 tahun dengan pranikah pada
remaja KEK dan mengacu pada tujuan yang ada maka dapat ditemukan suatu diagnosa
kebidanan yaitu :
1. Calon pengantin wanita dengan KEK
2. Potensial terjadinya gangguan system reproduksi sebelum, saat, dan sesudah hamil
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh terhadap
pelaksanaan asuhan kebidanan antara lain :
1. Pasien memberikan kepercayaan kepada petugas
2. Keterbukaan pasien dalam mengungkapkan masalah kepada petugas
3. Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan pernikahannya dan
dukungan keluarga serta petugas.
4.2 Saran
a. Untuk tenaga kesehatan
1. Menggunakan komunikasi dengan tepat dan jelas
2. Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien
3. Memberikan motivasi atau dukungan
b. Untuk Pasien.
1. Hendaknya pasien dan calon suaminya mempersiapkan sematang mungkin
pernikahannya
2. Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan diri secara bertanggung
jawab melalui kehidupan bersama yang akan dijalani yaitu
sebagai suami istri
3. Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga tenang dan
lancer dalam menghadapi kehidupannya
4. Hendaknya mau Kontrol ke Bidan setelah 1 bulan
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S., Susanti, A. I., Nurparidah, R., & Mandiri, A. (2017). Asuhan Ibu dalam
masa Kehamilan (E. K. Dewi & R. Astikawati (Eds.)). Erlangga.
Bobak, M., Lowdermilk, & Jansen. (2015). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC.
Hardinsyah, & Supariasa, I. D. N. (2016). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi.
39
Supariasa, I. . (2012). Penilaian Status Gizi. EGC.
Yulizawati, Detty Iryani, Elsinta, L., Insani, A. A., & Andriani, F. (2017). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Padang: Penerbit Erka.

40
41

Anda mungkin juga menyukai