Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA REMAJA DAN PRANIKAH


PADA Nn. E DENGAN KIE PRANIKAH DI PUSKESMAS TANTAN

Oleh:

YOHANA
PO71242210009

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI PENDIDIKA PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “ Asuhan

Kebidanan Komprehensif Pada Remaja dan Pranikah Pada Nn. M Dengan KIE

Pranikah Di Puskesmas Tantan “ sesuai pada waktunya.

Penulisan laporan ini dapat diselesaikan berkat do’a serta dorongan dari berbagai

pihak yang telah memberikan perhatian dan sumbangsih idenya. Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rusmimpong, S.Pd., M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jambi.

2. Ibu Hj. Suryani, S.Pd., MPH, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Jambi.

3. Ibu Lia Artika Sari, S.ST., M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan

Poltekkes Kemenkes Jambi.

4. Ibu Enny Susilawati, M.Keb sebagai Pembimbing Institusi.

5. Ibu Setia Dewi, AMd.Keb sebagai pembimbing Lahan

6. Bapak/Ibu yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas mata kuliah ini.

Pada kesempatan ini penulis memohon maaf atas kekhilafan serta mengharapkan

saran dan kritik perbaikan laporan ini. Bapak dan Ibu yang telah membantu semoga Allah

membalas dan meridho kita dalam menyehatkan kehidupan bangsa ini.

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Tujuan.................................................................................................1

C. Manfaat...............................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Pranikah......................................................................

B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014

Tentang kesehatan Reproduksi...........................................................

C. Pendidikan Kesehatan dan Konseling................................................

D. Evidance Based Midwifery................................................................

BAB III

TINJAUAN KASUS............................................................................................

BAB IV

PEMBAHASAN...................................................................................................

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................

B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan tidak hanya mempersatukan pasangan laki-laki dan perempuan.

Pernikahan merupakan bertemunya seorang laki-laki dan seorang wanita yang berbeda

ke dalam sebuah ikatan tali perjanjian yang sakral dengan menjunjung tinggi nilai adat

dan agama.Dalam pernikahan terdapat tanggung jawab, komitmen dan tujuan untuk

melanjutkan keturunan guna membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan

warohmahDemi mewujudkan tujuan mulia tersebut tiap pasangan perlu

mempersiapkannya dengan matang. Tidak hanya mempersiapkan fisik, modal keuangan

yang mencukupi, tetapi batin atau mental, serta riwayat kesehatan maupun kehidupan

pribadinya juga perlu dipertimbangkan, karena hal itu merupakan faktor penting untuk

memenuhi kebutuhan psikologis calon pengantin

Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah

menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi

cerita dan berusaha menyatukan ide-ide.  Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi. 

Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling

indah adalah layak untuk dilakukan.

Demi mewujudkan tujuan mulia tersebut tiap pasangan perlu mempersiapkannya

dengan matang. Tidak hanya mempersiapkan fisik, modal keuangan yang mencukupi,

tetapi batin atau mental, serta riwayat kesehatan maupun kehidupan pribadinya juga

perlu dipertimbangkan, karena hal itu merupakan faktor penting untuk memenuhi

kebutuhan psikologis calon pengantin.  

Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang

menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Idealnya tes kesehatan


pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan tetapi tes kesehatan pra

nikah dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung. Upaya

kesehatan terhadap pasangan pranikah yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif.

Pemeriksaan kesehatan bagi pasangan pranikah sangat penting untuk mengetahui

tingat kesehatan dari pasangan, jika ditemukan masalah kesehatan maka dapat langsung

dilakukan intervensi untuk pengobatan.

Yang membuat pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan kita dengan

pasangan, tetapi seberapa besar kemampuan dan kesediaan kita untuk mengatasi

ketidakcocokan.Cinta mungkin terlihat ideal, tetapi sesungguhnya pernikahanlah yang

benar-benar aktual. Ketidakjelasan antara yang ideal (apa seharusnya) dan yang aktual

(apa adanya) memang tak pernah berujung. Statistik memperlihatkan perlunya

menemukan kiat menempuh pernikahan yang sukses.Mengajukan pertanyaan yang

tepat kepada pasangan (sebelum menikah) bisa menjadi alternatif solusi

melanggengkan perkawinan yang sehat, serasi dan bahagia.

Banyak pasangan enggan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penting

sebelum mulai menikah karena ia takut menemukan ketidakcocokan yang bisa jadi

menggagalkan rencana pernikahannya, keterbatasan pengetahuan dan rasa canggung

yang ada. Tetapi, mengetahui hal-hal tersebut sebelum menikah jelas lebih baik

daripada harus mengalami stres setelah menikah.Tiap pasangan biasanya mempunyai

banyak alasan untuk menikah, tapi konflik satu hal saja dapat mengarahkan mereka

untuk bercerai.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari studi kasus ini adalah untuk memahami dan memperoleh

gambaran dalam melakukan asuhan kebidanan pranikah pada Nn.L di Puskesmas

Pondok Meja.

2. Tujuan Khusus

1. Mengumpulkan data dasar pada Nn.L dengan asuhan kebidanan pranikah di

Puskesmas Pondok Meja pada tahun 2021.

2. Menginterpretasi data dasar pada Nn.L dengan asuhan kebidanan pranikah di

Puskesmas Pondok Meja pada tahun 2021

3. Menentukan masalah potensial pada Nn.L dengan asuhan kebidanan pranikah di

Puskesmas Pondok Meja pada tahun 2021

4. Menentukan tindakan segera pada Nn.L dengan asuhan kebidanan pranikah di

Puskesmas Pondok Meja pada tahun 2021

5. Merencanakan asuhan yang akan dilakukan pada Nn.L

6. Melaksanakan asuhan yang akan diberikan pada Nn.L

7. Mengevaluasi asuhan yang telah di berikan pada Nn.L

C. Manfaat

1. Bagi Lahan Praktik

Sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya

asuhan kebidanan pranikahdan memberikan pelayanan secara profesional.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan

kebidanan khususnya kasus Nn. L dengan asuhan kebidanan pranikah.


3. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang penatalaksanaan

asuhan kebidanan pranikah pada Nn. L serta bisa menerapkan teori yang diperoleh

dengan praktik kebidanan.

4. Bagi klien

Menambah pengetahuan dan wawasan klien dalam menghadapi pernikahan .


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Pranikah


Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.Imbuhan
kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah adalah sebelum
menikah atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria
dan wanita sebagai suami istri (Setiawan:2017, Imanda, R. Desvita: 2016, Kertamuda,
F: 2009).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan
16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18
tahun masih tergolong anak-anak.
Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis
dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria
(BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad
perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
1. Tujuan asuhan pranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir;
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi; dan
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang

kesehatan Reproduksi

Pada peraturan pemerinta pun di jelaskan bahwa pada Pasal 13 telah diatur tentang

kesehatan reproduksi khususnya untk pra nikah.

1) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil bertujuan untuk mempersiapkan

perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat, serta

memperoleh bayi yang sehat.

2) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

paling sedikit:

a. pemeriksaan fisik;

b. imunisasi; dan

c. konsultasi kesehatan.

3) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa pemeriksaan fisik dan imunisasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b harus dilakukan oleh

tenaga kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan.

4) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa konsultasi kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

sesuai kompetensi dan kewenangannya dan/atau tenaga nonkesehatan terlatih.

Melihat dari program atau peraturan pemerintah tentang kesehatan reproduksi

khususnya pra nikah, kita sebagai bidan atau tenaga kesehatan yang terlatih mempunyai

andil dalam melaksanakan program ini.Ada bebrapa program atau kegiatan yang dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih khususnya bidan.


C. Pendidikan Kesehatan dan Konseling

1. Pendidikan Kesehatan

Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar  yang berarti  di  dalam

pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan  perkembangan atau perubahan

kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok

atau masyarakat dari tidak  tahu  tentang  nilai-nilai   kesehatan   menjadi   tahu, 

dari   tidak mampu   menjadi menjadi   mampu   mengatasi   masalah-masalah 

kesehatannya sendiri. Selanjutnya dalam kegiatan    belajar  terdapat tiga persoalan

pokok yang saling berkaitan yaitu: (Natoatmodjo, 2003).

Persoalan   masukan  (input)  yang   menyangkut   sasaran   belajar  

itu sendiri dengan latar belakangnya.

a. Proses (process) yaitu mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan

pada   diri   subyek   belajar, dalam   proses   ini   terjadi   pengaruh timbal  

balik   antar berbagai faktor antara lain subjek belajar, pengajar, metode dan

teknik belajar, alat  bantu belajar dan materi yang dipelajari,

b. Keluaran (out put) adalah merupakan hasil belajar. Pendidikan kesehatan pada

dasarnya     ialah suatu proses mendidik  individu/masyarakat supaya mereka

dapat memecahkan   masalah-masalah  kesehatan yang dihadapi. Seperti halnya

proses pendidikan lainya,   pendidikan kesehatan mempunyai unsure masukan-

masukan yang setelah diolah dengan     teknik-teknik tertentu akan menghasilkan

keluaran yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan tersebut. Dengan

demikian pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis. Tidak

dapat disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya cara mengubah perilaku,   

tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam

perubahan      pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004).


Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan merupakan

suatu disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green & Keruter

(2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang menghubungkan informasi

kesehatan dengan praktek kesehatan. Cara penyampaian informasi dalam kegiatan

pendidikan kesehatan dilakukan dengan melibatkan ilmu lain termasuk psikologi

social yang diperlukan ketika melakukan promosi (Kemm and Close, 1995).

2. Konseling

Konseling adalah suatu hubungan professional antara seorang konselor terlatih

dan seorang klien.Hubungan ini biasanya dilakukan orang per orang.Hubungan

dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan hidupnya,

belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui pilihan – pilihan yang

bermakna dan penyelesaian masalah emosional atau antar pribadi (Yulifah, 2009:

82).

Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan

secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik

bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang

mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan

keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, 2001: 39).

Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain dalam

membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman

terhadap fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien (Saraswati, 2002: 15).

a. Tujuan Konseling 

Tujuan konseling dimaksudkan sebagai pemberian layanan untuk membantu

masalah klien, karena masalah klien yang benar – benar telah terjadi akan

merugikan diri sendiri dan orang lain, sehingga harus segera dicegah dan jangan
sampai timbul masalah baru (Yulifah, 2009: 84).

b. Tahapan Konseling 

Lima langkah/tahapan dalam konseling adalah sebagai berikut (YPKP,

Depkes RI & IBI, 2006).

1) Membina hubungan melalui membangun rapport-tahap awal.

a) Membina hubungan yang ramah, dapat dipercaya, dan menjamin

kerahasiaan.

b) Mengucapkan salam.

c) Mempersilakan klien duduk.

d) Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman.

2) Identifikasi masalah.

Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung

permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien

mendatangi konselor. Namun tidak jarang, konselor harus menggunakan

keterampilannya untuk mampu menangkap permasalahan yang dihadapi dari

cerita/penjelasan klien.Selama identifikasi masalah konselor harus menjadi

pendengar yang baik dan mengamati tanda – tanda nonverbal.

3) Penyelesaian masalah.

Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan persoalan yang

diajukan, termasuk berbagai alternatif jalan keluar.Hindari memberikan

informasi yang tidak dibutuhkan klien.

4) Pengambilan keputusan.

Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar atas

persoalan yang dihadapinya.

5) Menutup/menunda konseling
Klien terlihat puas, ucapkan salam penutup. Bila diskusi dengan klien belum

selesai dan klien belum mampu mengambil keputusan, tawarkan klien untuk

mengaturr pertemuan selanjutnya.

3. Promosi Kesehatan Pranikah   

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan

adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang

menurut perundang-undangan yang berlaku.Menikah merupakan tahapan yang

penting bagi setiap pasangan yang sudah menemukan belahan jiwa.  Setelah cukup

lama saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide-

ide.  Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi.  Tentulah persiapan yang matang

untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah adalah layak untuk

dilakukan.  Waktu, tenaga dan dana yang besar diberikan untuk melakukan persiapan

pernikahan.  Kesibukan menjelang pernikahan tidak hanya dirasakan oleh pasangan

yang akan menikah namun pihak keluarga juga dibuat pusing olehnya.

Namun seringkali ada yang luput dari list persiapan pra nikah. Selain

persiapan pesta pernikahan, sudah sewajarnya pasangan mempersiapkan diri untuk

menghadapi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya.  Pernikahan tidak

semudah apa yang diceritakan oleh cerita-cerita dongeng putri ketika masih kecil. 

Putri yang cantik dan baik hati yang bertemu dengan pangeran yang tampan 

akhirnya menikah dan bahagia selama hidupnya (“happily ever after”).

Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga harus

diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan kesehatan


pasangan.  Tidak hanya sehat secara fisik yang harus diperhatikan namun juga sehat

menurut definisi yang luas.  Berdasarkan definisi sehat menurut Badan Kesehatan

Dunia (WHO) adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan

tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan.  Jadi kesehatan pasangan pra

nikah penting sekali untuk mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng

sampai hari tua.  Pernikahan yang bisa saling mengisi dan beradaptasi, bisa

mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bijaksana dan dewasa.

Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan

pernikahan.  Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan

belum berlangsung.  Jika pada saat pengecekan ternyata ditemui ada masalah maka

pengobatan dapat dilakukan setelah menikah.

4. Tes Kesehatan bagi Pasangan yang akan Menikah

a. Program Pre-Marital Screening

Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa

kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan

saat ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat

pasangan hamil dan memiliki anak. Rangkaian pemeriksaan kesehatan tersebut

adalah sebagai berikut

1) Pertama, pemeriksaan kesehatan secara umum

Pemeriksaan kesehatan umum ini terdiri dari :

a) Pemeriksaan fisik / klinis lengkap

Di antara manfaat pemeriksaan fisik lengkap adalah untuk mengetahui

status tekanan darah seseorang.  Tekanan darah yang normal adalah salah

satu kunci kesehatan.Tekanan darah tinggi atau hipertensi berbahaya saat

perempuan hamil, karena dapat menyebabkan pertumbuhan janin


terhambat.

Pemeriksaan fisik juga bisa mendeteksi gejala obesitas, karena obesitas

dapat mempengaruhi tingkat kesuburan.Obesitas selama kehamilan dapat

menyebabkan munculnya beberapa resiko seperti diabetes, pre-eklampsia,

infeksi saluran kemih, sulit untuk melahirkan tepat waktu, juga

meningkatkan resiko keguguran dan kesulitan saat melahirkan.

b) Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan darah rutin ini meliputi kadar hemoglobin (hb),

hematokrit, sel darah putih (leukosit) dan faktor pembekuan darah

(trombosit). Para calon ibu perlu mengetahui kadar hb-nya untuk

mendeteksi gejala anemia, juga perlu mengetahui adanya ganguan faktor

pembekuan darah.  Dari hasil pemeriksaan darah dapat diketahui kondisi

kadar kolesterol tinggi yang meningkatkan resiko penyakit jantung

koroner dan stroke.

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan sewaktu puasa dan tidak puasa,

dapat mengetahui adanya diabetes mellitus, atau adanya kelainan yang

dapat berkembang menjadi diabetes mellitus, seperti intoleransi glukosa.

Ibu hamil yang menderita diabetes tidak terkontrol dapat mengalami

beberapa masalah seperti  janin yang tidak sempurna atau cacat,

hipertensi, hydramnions atau meningkatnya cairan ketuban, meningkatkan

resiko kelahiran prematur, serta macrosomia –yaitu bayi menerima kadar

glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat

besar.

c) Golongan darah dan rhesus

Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi


antigen-D pada darah.Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam

darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D.Kebanyakan warga

bangsa Asia memiliki rhesus positif (+), sedangkan kebanyakan warga

bangsa Eropa memiliki negatif (-). Banyak pasangan suami istri tidak

mengetahui rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal, jika rhesus

mereka  bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang

perempuan (rhesus negatif) menikah dengan laki-laki (rhesus positif), bayi

pertamanya memiliki kemungkinan untuk memiliki rhesus negatif atau

positif.

Jika bayi mempunyai rhesus negatif, tidak ada masalah.Tetapi, jika

bayi memiliki rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan

berikutnya.Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang

memiliki rhesus positif, kehamilan ini berbahaya.Karena antibodi

antirhesus dari ibu dapat memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya,

tidak masalah jika perempuan memiliki rhesus positif dan lelaki rhesus

negatif.

Apabila ibu bergolongan darah O sedangkan bayi bukan bergolongan

darah O adalah salah satu faktor resiko jaundice atau kuning pada bayi

(ABO Incompatibility). Bila diketahui janin memiliki rhesus positif (+)

sedangkan ibu memiliki rhesus negatif (-), akan menimbulkan

inkompatibilitas rhesus yang bisa mengakibatkan kematian pada janin.

Dengan mengatahui rhesus sebelum hamil, dokter dapat segera

mengatasinya.

d) Urinalisis lengkap

Pemeriksaan urin penting dilakukan agar bisa diketahui adanya infeksi


saluran kemih (ISK) dan adanya kondisi darah, protein, dan lain-lain yang

menunjukkan adanya penyakit tententu.Penyakit ISK saat kehamilan

beresiko baik bagi ibu maupun bayi, seperti kelahiran prematur, berat

janin yang rendah, bahkan resiko kematian saat persalinan.

2) Kedua, pemeriksaan penyakit hereditas

Yang dimaksud dengan penyakit hereditas adalah yang diturunkan dari

orangtua. Calon pengantin harus memiliki pemahaman bahwa bila orangtua

atau garis keturunannya mengidap penyakit genetik, maka anak yang akan

lahir nanti bisa beresiko mengidap penyakit yang sama. Pemeriksaan ini

meliputi:

a) Thalasemia

Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah.Penderita

penyakit ini tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal.

Thalasemia telah menjadi salah satu isu kesehatan di Indonesia karena

3–10 % populasi di Indonesia adalah carrier atau pembawa gen

thalasemia beta, dan 2,6 - 11 % adalah pembawa gen thalasemia alfa.

Jika diasumsikan terdapat 5% saja carrier dan angka kelahiran 23

per mil dari total populasi 240 juta jiwa di Indonesia, maka diperkirakan

terdapat 3.000 bayi penderita thalassemia setiap tahunnya. Saat ini

paling tidak tercatat 5.000 pasien thalasemia di Indonesia dan

diperkirakan angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah

penderita thalasemia di Indonesia yang tidak terdata.

Talasemia mayor merupakan jenis talasemia yang disebabkan “sifat”

darah yang dibawa kedua orang tua.Penyakit ini membuat seseorang

menjadi tergantung pada transfusi darah dan kesempatan hidupnya


terbatas. Di sisi lain, talasemia minor tidak menyebabkan gejala berat

dan penderitanya dapat hidup normal, tapi ia tetap membawa “sifat”

penyakit talasemia dalam tubuhnya. Jika kedua orang tua mengidap

talasemia minor, 25 % kemungkinan anaknya akan mengidap talasemia

mayor, 50 % akan mengidap talasemia minor, dan 25 % akan normal.

Jika hanya salah satu orang tua mengidap talasemia minor, 50 %

kemungkinan si anak akan mengidap talasemia minor dan 50 % akan

normal. Rumus penurunan talasemia berlaku juga pada penyakit

hemofilia dan albino. Dengan pengecekan darah, kita dapat memprediksi

kemungkinan yang akan muncul dan mencegah hal yang tidak kita

inginkan.

b) Hemofilia

Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku

dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang

penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal.

Penderita hemofilia lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses

pembekuan darahnya.

c) Sickle Cell Disease

Sickle Cell Disease (SCD) disebut juga penyakit sel sabit,

merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang mudah pecah

sehingga menyebabkan anemia. Secara statistik penyakit ini lebih

banyak ditemukan pada ras Afrika, Timur Tengah dan beberapa kasus di

Asia, terutama India.


3) Ketiga, pemeriksaan penyakit menular

Beberapa penyakit menular bisa terdeteksi melalui pemeriksaan pranikah,

di antaranya adalah:

a) HIV, Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV)

Menurut data WHO, saat ini terdapat 4,1 juta jiwa di dunia yang

terinfeksi HIV, dimana 95% diantaranya berada di negara berkembang

seperti sub-sahara Afrika dan Asia Tenggara. Berdasarkan data dari

Kementrian Kesehatan RI, pada tahun 2012 ditemukan 21.511 penderita

HIV, dan jumlah ini jauh lebih banyak dibanding tahun sebelumnya.

Untuk penderita Hepatitis B saat ini diperkirakan sebanyak 1,8 milyar

manusia di dunia, dengan 350 juta jiwa sudah mengalami infeksi kronis;

dan diperkirakan 170 juta jiwa di dunia terinfeksi virus Hepatitis C.

Penyakit HIV, Hepatitis B dan C adalah penyakit yang mengancam

jiwa manusia. Infeksi virus ini dapat ditularkan melalui darah, hubungan

seksual dan cairan tubuh.Penularan HIV juga bisa melalui transfusi

darah dan transplantasi organ tubuh.Sedangkan penularan virus Hepatitis

B dan C rentan terjadi pada pemakai obat-obatan terlarang melalui jarum

suntik. Pemeriksaan tiga jenis penyakit infeksi ini sangat penting karena

virus-virus ini dapat ‘diam’ atau ‘tidur’ dalam jangka waktu yang lama

tanpa menunjukkan gejala apapun. Menikah dengan seseorang yang

membawa virus ini beresiko membahayakan pasangan dan juga calon

bayi.

Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan menikah, calon

istrinya harus memiliki kekebalan terhadap penyakit ini. Caranya adalah

dengan mendapatkan imunisasi hepatitis B. Inilah manfaat pemeriksaan


kesehatan pranikah.

b) TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex

Virus)

Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi penyakit yang

bisa menyebabkan gangguan pada kesuburan laki-laki maupun

perempuan.Tubuh yang terinfeksi TORCH dapat mengakibatkan cacat

atau gangguan janin dalam kandungan.Infeksi TORCH saat kehamilan

dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur, atau bahkan

kelainan bawaan pada bayi.

c) Venereal Disease Screen (pemeriksaan untuk penyakit syphilis) dan IMS

Pemeriksaan untuk penyakit syphilis dan penyakit-penyakit lain

yang ditularkan melalui hubungan seksual —sexually transmitted

infections (STI), infeksi saluran reproduksi (ISR) atau infeksi menular

seksual (IMS), selain  dapat mendeteksi adanya penyakit tersebut, juga

sekaligus bisa melakukan pengobatan sekaligus mengubah gaya hidup

menjadi lebih sehat.

Penyakit seperti chlamydia, gonorrhea, dan HPV atau Human

papillomavirus, herpes, penyakit ini semua dapat menimbulkan masalah

kesuburan dan masalah saat kehamilan. Jika salah satu calon pengantin

atau keduanya menderita ISR/IMS/STI, sebelum menikah ia harus

berobat dulu sampai sembuh.

Sebuah survei yang dilakukan Durex, mengungkapkan fakta bahwa

21 % masyarakat Indonesia tidak mengetahui apakah pasangan mereka

pernah mengidap infeksi menular seksual (IMS) atau tidak. Sekitar 27 %

laki-laki tidak mengetahui bahwa pasangan mereka pernah menderita


IMS dan hanya 13 % perempuan yang tidak mengetahui bahwa

pasangannya pernah mengidap IMS.

4) Keempat, pemeriksaan yang berhubungan dengan organ

reproduksi dan kesuburan

Pemeriksaan kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksi dan

kesuburan ini dilakukan baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.

a) Untuk perempuan

Pemeriksaan untuk perempuan meliputi USG, agar diketahui

kondisi rahim, saluran telur dan indung telur.Pemeriksaan lebih lanjut

seperti HSG (Hysterosalpingogram) untuk mengetahui kondisi tuba

falopii dan adakah sumbatan akibat kista, polip endometrium, tumor

fibroid, dan lain-lain.

Pemeriksaan selanjutnya diperlukan untuk perempuan yang siklus

haidnya tidak teratur atau sebaliknya berlebihan.Hormon yang diperiksa

misalnya hormon FSH (follicle stimulating hormone), LH (lutenizing

hormone) dan Estradiol (hormone estrogen).

b) Untuk laki-laki

Selain dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan penis,

skrotum, prostat juga dilakukan pemeriksaan hormon FSH yang

berperan dalam proses pembentukan sperma serta kadar hormon

testosteron. Dapat dilakukan juga analisis semen dan sperma.

5) Kelima, pemeriksaan tambahan

Selain berbagai jenis pemeriksaan di atas, diperlukan juga beberapa

pemeriksaan dan tindakan kesehatan lainnya, seperti :


a) Alergi

Salah satu yang sering terlewatkan adalah alergi.  Alergi adalah

sistem kekebalan tubuh yang bereaksi di luar normal terhadap beberapa

substansi (alergen) yang tidak berbahaya bagi sebagian besar manusia.

Kecenderungan seseorang memiliki alergi adalah karena faktor

keturunan, walaupun tidak selalu orang tua yang memiliki bakat alergi

akan menurunkannya kepada anak-anaknya. Penting untuk membuat

daftar hal-hal yang memicu alergi dari kedua pasangan terutama bila

pasangan ada yang pernah mengalami reaksi anafilaksis yang dapat

menyebabkan kematian.

b) Vaksinasi Dewasa

Vaksin yang berkaitan langsung dengan kehamilan adalah vaksin

hepatitis B, tetanus, MMR (Measles, Mumps, Rubella), varisela (cacar

air), influenza, serta vaksin dewasa lainnya sesuai jadwal imunisasi yang

dikeluarkan oleh petugas Satgas Imunisasi Dewasa.

6) Keenam, pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan calon ibu

Selain pemeriksaan di atas, ada lima pemeriksaan yang juga

direkomendasikan untuk dilakukan oleh calon pengantin perempuan karena

mereka akan menjadi calon ibu, juga penting dilakukan oleh para ibu yang

sudah memiliki anak, yaitu:

a) Pemeriksaan periodontal

Pemeriksaan ini meliputi pembersihan rutin dan pemeriksaan gusi

untuk menjaga gigi dan gusi agar tetap sehat dan bebas dari infeksi serta

penyakit.Bagian yang diperiksa adalah sambungan antara gusi dan gigi

serta kemungkinan adanya peradangan di sekitar gusi.


Hal ini menjadi penting karena perempuan yang memiliki penyakit

gusi berisiko 7 kali lipat lebih tinggi melahirkan prematur.Selain itu pada

ibu hamil lebih rentan mengalami peradangan gusi akibat adanya

perubahan hormon.Karenanya ibu hamil harus lebih sering

memeriksakan diri ke dokter yaitu setiap 3-4 bulan sekali, terutama jika

sering mengalami gusi berdarah.

b) Pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH)

Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah kadar hormon tiroid

seseorang kurang aktif (hipotiroid) atau justru terlalu aktif (hipertiroid).

karena kadar hormon ini bisa mempengaruhi kesehatan perempuan.

Pemeriksaan ini penting karena gangguan tiroid dapat mengganggu

kesempatan seseorang untuk hamil, misalnya perempuan yang

mengalami hipotiroid akan terganggu proses ovulasinya sedangkan

hipertiroid bisa meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran prematur.

c) Pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count/CBC)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik

sumsum tulang belakang dan sistem kekebalan tubuh bekerja.Jika sel

darah putihnya tinggi, hal ini menunjukkan adanya infeksi. Jika kadar

hemoglobin rendah, menunjukkan adanya anemia, dan jika kadar platelet

rendah menunjukkan adanya masalah dalam pembekuan darah.

Setelah seseorang perempuan memiliki anak, cenderung memiliki

periode menstruasi yang berat sehingga membuat seseorang rentan

terhadap anemia.Selain itu untuk mengetahui apakah ada gangguan

dalam jumlah komponen darahnya.


d) Pap smear

Pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan prakanker atau

kanker pada leher rahim. Biasanya dokter akan mengambil sedikit

sampel cairan di leher rahim dan memeriksakannya di laboratorium.

Pemeriksaan ini penting dilakukan oleh perempuan yang sudah

menikah.Deteksi dini bisa menjegah kondisi yang lebih serius seperti

kanker leher rahim.

e) Pemeriksaan kepadatan mineral tulang

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan mineral

tulang yang dapat memicu osteoporosis.Kondisi ini terjadi saat tulang

mulai tipis dan lemah.Untuk memeriksanya biasanya digunakan mesin

yang disebut dengan dual energy photon absorptiometer

(DEXA).Pemeriksaan ini lebih penting lagi untuk dilakukan bagi

perempuan yang memiliki riwayat osteoporosis, atau mengkonsumsi

obat tiroid dan steroid.

Masalah bisa bertambah parah saat seorang ibu menyusui. Jika ia

tidak mendapatkan kalsium yang cukup, maka tubuh akan

mengambilnya dari tulang dan diberikan pada bayi. Karenanya penting

untuk mengetahui apakah kepadatan mineral tulangnya masih baik atau

sudah berkurang.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Pertama

Tanggal Pengkajian : 25 September 2021

Jam Pengkajian : 09.00 WIB

Tempat Pengkajian : Puskesmas Pondok Meja

I. DATA SUBJEKTIF

IDENTITAS KLIEN

Catin Wanita Catin Laki-Laki

Nama : Nn.L Nama : Tn. S

Umur : 27 Tahun Umur : 26 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

Alamat : Rt.04 Sebapo Alamat : Rt.04 Sebapo

No Telp :0852445xxx No Telp : 0853456xxx

II. ANAMNESA

a. Alasan datang : Konseling persiapan pranikah.

b. Keluhan : Klien mengatakan tidak ada keluhan.

c. Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28-35 hari


Lama menstruasi: 4 hari

Banyaknya : 2-3x ganti pembalut

Dismenorea : tidak

d. Riwayat kesehatan termasuk riwayat ginekologi:

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

e. Riwayat kesehatan keluarga:

Ibu mengatakan dari keluarga memiliki penyakit keturunan darah tinggi.

f. Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, eliminasi, pola hidup):

-Nutrisi : Makan: 2x/hari

Minum: 5-6 gelas/hari

-Istirahat : 8 jam/hari (tidur malam)

-Eliminasi : BAB: 1x/hari

-BAK: 4-5x/hari

-Pola Hidup : -Ibu mendapatkan nutrisi dengan baik

-Ibu menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x/hari, keramas 2 hari sekali

-Ibu tidak pernah merokok, minum alcohol, dan tidak berada pada lingkungan perokok.

III. DATA OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK

BB : 60 kg

Tinggi Badan : 152 cm, IMT: 26,8 (overweight)

Tanda-tanda vital : TD : 100/60 mmHg

Nadi: 80x/menit
RR : 17x/menit

Suhu: 35,6ºC

Mata : Konjungtiva: Merah Muda

Sklera : Putih

Wajah : Tidak ada oedema

Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Inspeksi: Tidak ada bekas operasi

Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri

Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan tidak pucat

Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan, kuku jari kaki tidak pucat, refleks patella +/+

Genitalia Luar : Tidak dilakukan pemeriksaan

Genitalia Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan

DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO,USG)

Tidak ada

IV. ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK KEBUTUHAN SEGERA)

Nn.Lilis usia 20 tahun dengan keadaan umum baik.

V. PLANNING

1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaaan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberitahu klien mengenai pola nutrisi yang baik . Klien mengerti.

3. Memberitahu klien mengenai personal hygine yang baik. Klien mengerti

4. Memberitahu klien agar tidak menggunakan celana jeans yang ketat agar daerah

kewanitaan baik dan tidak lembab. Klien mengerti.


5. Memberitahu klien kunjungan ulang pemeriksaan, disesuaikan dengan waktu yang klien

bisa.

6. Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan.

B. Pengkajian Kedua

I. DATA SUBJEKTIF

ANAMNESA

Keluhan : Klien mengatakan tidak ada keluhan.

Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28-35 hari

Lama menstruasi: 4 hari

Banyaknya : 2-3x ganti pembalut

Dismenorea : tidak

Riwayat kesehatan termasuk riwayat ginekologi:

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

Riwayat kesehatan keluarga:

Ibu mengatakan dari keluarga memiliki penyakit keturunan darah tinggi.

Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, eliminasi, pola hidup):

-Nutrisi : Makan: 2x/hari

Minum: 5-6 gelas/hari

-Istirahat : 8 jam/hari (tidur malam)

-Eliminasi : BAB: 1x/hari


-BAK: 4-5x/hari

-Pola Hidup : -Ibu mendapatkan nutrisi dengan baik

-Ibu menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x/hari, keramas 2 hari sekali

-Ibu tidak pernah merokok, minum alcohol, dan tidak berada pada lingkungan

perokok.

II. DATA OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK

BB : 60 kg

Tinggi Badan : 152 cm, IMT: 26

Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg

Nadi: 84x/menit

RR : 18x/menit

Suhu: 36 ºC

Mata : Konjungtiva: Merah Muda

Sklera : Putih

Wajah : Tidak ada oedema

Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Inspeksi: Tidak ada bekas operasi

Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri

Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan tidak pucat

Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan, kuku jari kaki tidak pucat, reflex patella +/+

Genitalia Luar : Tidak dilakukan pemeriksaan


Genitalia Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan

DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO,USG)

Tidak ada

III. ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK KEBUTUHAN SEGERA)

Nn. Lilis usia 20 tahun dengan keadaan baik.

IV. PLANNING

1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaaan. Klien mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberitahu ibu mengenai pola nutrisi yang baik. Klien mengerti

3. Memberitahu klien cara mengurangi sakit saat menstruasi (pain relief). Klien mengerti.

4. Memberitahu klien kunjungan ulang pemeriksaan, disesuaikan dengan waktu yang klien

bisa.

5. Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan.

C. Pengkajian Ketiga

I. DATA SUBJEKTIF

ANAMNESA

Keluhan : Klien mengatakan tidak ada keluhan.

Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun
Siklus : 28-35 hari

Lama menstruasi: 4 hari

Banyaknya : 2-3x ganti pembalut

Dismenorea : tidak

Riwayat kesehatan termasuk riwayat ginekologi:

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

Riwayat kesehatan keluarga:

Ibu mengatakan dari keluarga memiliki penyakit keturunan darah tinggi.

Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, eliminasi, pola hidup):

-Nutrisi : Makan: 2x/hari

Minum: 5-6 gelas/hari

-Istirahat : 8 jam/hari (tidur malam)

-Eliminasi : BAB: 1x/hari

-BAK: 4-5x/hari

-Pola Hidup : -Ibu mendapatkan nutrisi dengan baik

-Ibu menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x/hari, keramas 2 hari sekali

-Ibu tidak pernah merokok, minum alcohol, dan tidak berada pada lingkungan

perokok.

II. DATA OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK

BB : 62 kg

Tinggi Badan : 152 cm, IMT: 26,8 (over weight )

Tanda-tanda vital : TD : 110/60 mmHg


Nadi: 80x/menit

RR : 17x/menit

Suhu: 36,1ºC

Mata : Konjungtiva: Merah Muda

Sklera : Putih

Wajah : Tidak ada oedema

Mamae : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Inspeksi: Tidak ada bekas operasi

Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri

Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan tidak pucat

Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan, kuku jari kaki tidak pucat, refleks patella +/+

Genitalia Luar : Tidak dilakukan pemeriksaan

Genitalia Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan

DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO,USG)

Tidak ada

III. ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK KEBUTUHAN SEGERA)

Nn. L usia 27 tahun dengan keadaan baik.

IV. PLANNING

1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaaan. Klien mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberikan penyuluhan mengenai SADARI. Klien mengerti

3. Memberitahu klien cara melakukan diet yang baik dan benar. Klien mengerti.
4. Memberitahu mengenai pendidikan kesehatan reproduksi. Klien mengerti.

5. Memberitahu klien cara mengatasi kram pada kaki. Klien mengerti.

6. Memberitahu klien kunjungan ulang pemeriksaan, yaitu 2 minggu lagi. Klien

mengetahui jadwal kunjungan ulang.

7. Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan merupakan suatu

disiplin ilmu pendidikan yang berwawasan luas. Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan

kesehatan merupakan proses yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek

kesehatan. Kasus pranikah ini yaitu Nn. L 27 tahun dimana usianya telah cukup bila akan

menikah. Adapun upaya kesehatan bagi pranikah yaitu upaya preventif penyuluhan gizi, sex

education, personal hygine,dan imunisasi catin.

Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisinya, hal ini sering tejadi pada

wanita  yang sibuk dengan program dietnya yang nanti akan berdampak pada psikologisnya

untuk itu penyuluhan tentang gizi seimbang sangat diperlukan

Pada pengkajian yang telah dilakukan pada Nn. L ternyata dilihat dari IMT adalah

overweight sehingga asuhan yang diberikan yaitu pola nutrisi diet yang baik dan gizi seimbang

agar tidak terjadi kelebihan berat badan yang mengakibatkan pada kesehatan reproduksi,

misalnya menstruasi tidak teratur atau jika menikah sulit untuk mempunyai anak dikarenakan

saluran telur tertekan dengan lemak jadi sulit pertemuan sperma dengan sel telur.

Personal Hygiene merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi pasangan

pranikah, biasanya pasangan pranikah terutama wanita lebih sering melakukan perawatan yang

terdiri dari perawatan payudara, kulit, rambut, kuku, genitalia dll.Pada Nn. L diberikan

konseling mengenai personal hygine yang baik dan untuk tidak sering memakai celana jeans

yang ketat karena berakibat daerah kewanitaan lembab dan memicu timbulnya bakteri.

Pada kunjungan kedua Nn. L diberikan cara mengurangi rasa sakit ketika menstruasi,

yaitu dengan dikompres air hangat diperut bagian bawah, bila berbaring bantal disimpan antara
kaki dan tidur miring.

Kunjungan ketiga Nn.L diberikan konseling mengenai SADARI (pemeriksaan payudara

sendiri) ini penting untuk mendeteksi adanya kanker payudara, karena biasanya kanker

payudara tidak meniimbulkan gejala, jadi bila ada benjolan yang mengarah pada cirri-ciri

kanker bisa langsung ke pelayanan kesehatan. Selain itu juga, klien diberikan konseling apabila

akan menikah sebaiknya dilakukan pemeriksaan pasangan sebelum pranikah, agar bila terdapat

masalah kesehatan bisa langsung ditangani.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk mendukung tercapainya pernikahan

yang langgeng sampai hari tua.  Pernikahan yang bisa saling mengisi dan beradaptasi, bisa

mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bijaksana dan dewasa

Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan

pernikahan. Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa

kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan saat ini atau

masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat pasangan hamil dan memiliki

anak.

B. Saran

Tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan serta konseling upaya kesehatan

bagi pasangan pranikah agar lebih mengerti kesehatan, dan bila ada masalah kesehatan bisa

dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan

Reproduksi

Lawrence M.Brammer.The Helping Relationship Process and Skill.Prentice Hall International

Editions.

Natawidjaja, Rochman. 1987. Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok I.

Penerbit : CV. Dipenogoro. Bandung

Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta:

Fitramaya.

Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual Konseling dan Praktek. Bandung: Alfabeta. CV

Wingkel. Hastutu, sri, 2012. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Media

Abadi

Anda mungkin juga menyukai