Anda di halaman 1dari 46

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)


1. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014, adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan saat
remaja hingga sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan
dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan melahirkan bayi yang sehat.
Kegiatan juga ditujukan pada laki-laki juga dapat mempengaruhi
kesehatan reproduksi perempuan.
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra
artinya sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah
bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari,
2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan terjadi (Katherine,
dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan
antara sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan kehamilan.
Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang diberikann sebelum
kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang wanita mencapai
tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung.
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan)
adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dengan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses fertilisasi meliputi penetrasi
spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan ovum, dan diakhiri
dengan fusi materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi
mengalami nidasi (implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat
terjadinya kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).

8
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan
menjadi hamil sehat (Kemenkes, 2014).
Menurut WHO (2013) , pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
adalah penyedian pelayanan kesehatan komprehensif yang meliputi
promotif , preventif, kuratif, dan intervensisosial sebelum terjadinya
kehamilan yang bertujuan untuk:
a. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
c. Mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan
d. Mencegah terjadinya kematian bayi dalam kandungan, prematuritas,
BBLR
e. Mencegah kelainan bawaan pada bayi
f. Mencegah infeksi neonatal
g. Mencegah stunting dan dan KEK
h. Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
i. Menurunkan risiko kejadian kanker pada anak
j. Menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovasikuler di
kemudian hari.
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan
intervensi biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan
pasangannya sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah
intervensi yang bertujuan untuk menemukan dan mengubaj risiko
biomedik, perilaku, dan social uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan
atau hasil kehamilan melalui pencegahan dan pengelolaan yang
menyangkit faktor-faktor tersebut yang harus dilaksanakan sebelum
terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk mendapatkan
hasil yang maksimal (Winardi, 2016).

9
2. Faktor yang mempengaruhi kesuburan
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri)
untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria
(suami) yang mampu menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010). Masa
subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana
terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut
melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan
sekali” (Indriarti, dkk, 2013). Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum
menstruasi selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011). Menurut Saifuddin,
dkk (2010), untuk perhitungan masa subur dipakai rumus siklus
terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18.

Sumber: Purwandari, 2011.


Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia
subur antara lain:
1) Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo,
2010). Rentang usia risiko tinggi adalah <20 tahun dan ≥ 35
tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara fisik dan
mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar
mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan
prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai
melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan
masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat sesudah usia

10
tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20
tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada
usia 30 tahun, terutama setelah usia 35 tahun (American Society
for Reproductive Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun
secara perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat
memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan organ
reproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ
reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur 20 tahun.
Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan
umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah
usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-
lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk
dan faal organ reproduksi . Disarankan pria untuk menikah pada
usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas,
konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah
mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko
kecacatan janin (RSUA, 2013).
2) Frekuensi senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya
pertemuan antara spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus
(senggama) berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan
normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ
reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika
ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung.
Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi
yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu
tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini
berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi
tidak bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu

11
kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi pembuahan dan tidak
akan terjadi kehamilan pada istri .
3) Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7%
seorang istri akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam
tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4%
dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama.
Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan
adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama suatu pasangan suami istri
berusaha secara teratur merupakan faktor penentu untuk dapat
terjadi kehamilan.
3. Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan
yang sehat diantaranya:
a. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian
penting dari pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan
untuk mempersiapkan calon ibu dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang
sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau
rumah sakit.Pemeriksaan penunjang untuk pasangan usia subur
(PUS) antara lain:
b. Darah Pemeriksaan
 Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting dilakukan
dalam menegakkan diagnosa dari suatu penyakit, sebab jumlah
kadar hemoglobin dalam sel darah akan menetukan
kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru
keseluruh tubuh. Disebut anemia bila kadar hemoglobin (Hb)

12
di dalam darah kurang dari normal. Pemeriksaan hemoglobin
dilakukan melalui sampel darah yang diambil dari darah tepi.
Rekomendasi WHO tentang pengelompokkan anemia (g/dl)
berdasarkan umur
Tidak Anemia
Populasi
anemia Ringan Sedang Berat
Wus tidak hamil 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki > 15 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Sumber:pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah darah

4. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus


Golongan darah tidak hanya sebagai pelembab kartu indentitas.
Golongan darah wajib kita ketahui karena dapat mencegah resiko
kesehatan, membantu orang dalam keadaan darurat dan dalam proses
transfuse darah.
Jenis golongan darah
No Golongan darah Aglutinogen dalam sel darah merah
1. A A
2. B B
3. AB A DAN B
4. O -

Manfaat mengetahui golongan darah yaitu :


 Proses transfuse darah
Bila terjadi sebuah kecelakaan parah/bencana atau terkena
penyakit yang membutuhkan transfuse darah dan harus segera
mendapatkan bantuan maka dengan mengetahui golongan darah
akan memudahkan proses transfuse darah tersebut.
 Terhindar dari penyakit
Selain hemolysis ada kelainan genetic lain yang juga
mengancam ibu dan bayi yang diakibatkan bila ada perbedaan
rhesus dari pasangan suami istri. Apabila rhesus negative
sementara ayah memiliki rhesus positif, bila terjadi kehamilan
dapat beresiko terhadap kesehatan janin yang dikandung.

13
Saat dilakukan pemeriksaan golongan darah seseorang
sekaligus akan diketahui jenis rhesusnya. Rhesus (Rh) merupakan
penggolongan atas ada dengan tidaknya antigen-D, disebut
didalam darah seseorang. Orang yang dalam darahnya mempunya
antigen D didalam darah disebut rhesus positif , sedang orang
yang dalam darahnya tidak dijumpai antigen –D disebut rhesus
negative. Orang dengan rhesus negative mempunyai sejumlah
kesulitan karena didunia ini, jumlah orang dengan rhesus negative
relative sedikit. Pada orang kulit putih sekitar 15% pada orang
kulit hitam sekitar 8 %, dan pada orang asia bahkan hamper
seluruhnya merupakan orang dengan rhesus positife.
Apabila terdapat inkontabilitas rhesus (ketidakcocokan
rhesus) akan dapat terjadi pembekuan darah yang berakibat fatal,
yaitu kematian penerima darah, hal ini juga dapat menimbulkan
resiko pada ibu hamil yang mengandung bayi dengan rhesus yang
berbeda. Umumnya dijumpai pada orang asing atau orang yang
mempunyai garis keturunan asing seperti Eropa dan Arab, namun
demikian tidak menutup kemungkinan terdapat juga orang yang
tidak mempunyai riwayat keturunan asing memiliki rhesus
negative, namun jumlahnya lebih sedikit. Di Indonesia, kasus
kehamilan dengan rhesus negatife ternyata cukup banyak
dijumpai,terutama pada pernikahan dengan ras non-
Asia.(kemenkes, 2019)
5. Pemeriksaan Urin Rutin
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah
pemeriksaan makroskopik, mikroskopk, dan kimia urin. Pemeriksaan
urin rutin dilakukan untuk mengetahui dan memantau kelainan ginjal/
saluran kemih termasuk infeksi saluran kemih (ISK) dan mendeteksi
penyakit metabolic atau sistemik
Pemeriksaan urin rutin meliputi:

14
 Pemeriksaan makroskopik: warna, volume, berat jenis, baud an PH
urin.
 Pemeriksaan mikroskopik: sedimen urinritrosit, lekosit, silinder,
Kristal, dan epitel.
 Pemeriksaan kimia: protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, dan
benda-benda keton.
6. SADANIS (Periksa Payudara Klinis)
Pemeriksa klinis payudara dikerjakan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih. SADANIS dilakukan sekurangnya 3 tahun sekali atau apabila
ditemukan adanya abnormalitas pada proses SADARI (Periksa Payudara
Sendiri).
Setelah dilakukan sadanis maka dapat ditentukan apakah memang
benar ada kelainan dan apakah kelainan termasuk kelainan jinak, ganas,
atau perlu pemeriksaan lebih lanjut setelah membutuhkan rujukan
ketingkat pelayanan lebih lanjut.
7. IVA Test atau Pap Smear (untuk PUS)
a. IVA test
IVA (inspeksi visual Asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher Rahim sedini mungkin. IVA merupakan
pemeriksaan leher Rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher Rahim setelah memulas leher lahir
dengan larutan asam Asetat 3-5%. Pemeriksaan IVA merupakan
salah satu pemeriksaan skrining kanker leher Rahim yang lebih
murah,praktis,sangat mudah untuk dilaksanakan,peralatan sederhana
serta dapat dilakukan oleh dokter, bidan atau perawat yang terlatih.
Pemeriksaan IVA sebaiknya dilakukan pada perempuan yang sudah
melakukan kontak seksual (bukan hanya melakukan hubungan
seksual tetapi termasuk penggunaan alat ,jari , dll
Deteksi dini kanker leher Rahim dengan metode IVA
dilakukan dengan jadwal sebagai berikut:

15
 Skrining pada setiap perempuan minimal 1 kali pada usia
35-40 tahun.
 Jika fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada
usia 35-55 tahun.
 Jika fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia
35-55 tahun.
 Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun
pada perempuan usia 25-60 tahun.
 Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali
seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila hasil positif
(+) adalah 1 tahun dan apabila negatife (-) adalah 5 tahun.
b. Pas Smear
Pemeriksaan pap smear adalah metode skrining ginekologi
yang dilakukan oleh dokter kandungan untuk memeriksa leher Rahim
(serviks) pemeriksaan ini dilakukan pada perempuan yang sudah
pernah melakukan hubungan seksual,idealnya dilakukan setiap tahun
dan wajib dilakukan setelah 3 tahun dari kontak seksual pertama,
bagi perempuan yang sudah menopause perlu dilakukan pap smesr
setiap 2-3 tahun.
8. Pemeriksaan penunjang seksual indikasi
a. Gula Darah
Dalam keadaan normal tingkat gula dapat berfluktuasi
sepanjang hari, dan kebanyakan cenderung naik selama beberapa
jam setelah makan, tergantung pada volume karbohidrat yang
dikonsumsi.tubuh kita memiliki mekanisme yang sangat baik untuk
mengatur kadar gula darah normal. Cadangan glukosa disimpan
dalam hati sebagai glikogen.glikogen adalah gula dalam bentuk
yang kompleks dan biasa ditemukan dihati serta otot, yang
fungsinya sebagai cadangan makanan agar mudah dipecah kedalam
aliran darah ketika terjadi penurunan kadar gula.

16
Diabetes Melitus (DM) ditegakkan atas dasar pemeriksaan
kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah
plasma vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat di lakukan
dengan menggunakan pemeriksaan glikosa darah kapiler dengan
glukometer.
b. Menurut Perkeni (2015), pemeriksaan glukosa puasa >126 mg/dl.
Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam atau
pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg dl 2 jam setelah estoleransi
glukosa oral (TTGO) dengan beban 75 gram.(peringkat bukti B)
atau pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg dl dengan
keluhan klasik atau pemeriksaan HbA1c > 6,5% dengan
menggunakan metode High-performance Liquid Chromatography
(HPLC) yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarizatian Program (NGSP).
c. Rapid tes malaria dan sediaan darah apus malaria
Pemeriksaan darah malaria dilakukan pada darah remaja, catin, dan
PUS yang berada didaerah endemis malaria dalam rangka skrining.
Pemeriksaan didaerah nonendemis malaria dilakukan apabila ada
indikasi. Rapid Diagnostic Test (RDT) adalah pemeriksaan yang
dilakukan berdasarkan antigen parasit malaria dengan
imonocromatografi dalam bentuk dipstic. Tes ini digunakan pada
waktu terjadi KLB atau untuk memeriksa malaria pada daerah
terpencil yang tidak tersedia laboratorium, dibandingkan uji
microskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian
cepat diperoleh, sebaiknya dipilih RDT dengan tingkat sensitifitas
dan spesifitas lebih dari 95 %. Hasilnya didapatkan dalam 15-20
menit. rDT bisa memastikan apakah jenis parasit yang ada didalam
darah itu adalah palsmodiumfalciparu atau jenis lain
Selain tes RDT, malaria juga bisa didiagosi dengan
pemeriksaan mikroskopis, yaitu dengan pemeriksaan sediaan darah

17
tebal dan sediaan darah tipis. Tes ini bisa memastikan keberdaan
jenis parasit malaria dalam darah serta proporsi sel darah merah
yang terinfksi.
d. Tes HIV
Tes HIV terutama dilakukan pada remaja, catin dan PUS
didaerah terkonsentrasi HIV dan beresiko tinggi terinfeksi HIV,
setiap remaja cati, dan PUS ditawarkan untuk dilakukan konseling
dan tes HIV bila ada indikasi antara lain mempunyai tanda-tanda
klinis/infeksi oportunistik HIV-AIDS mempunyai perilaku seks
beresiko dan gejala IMS. Tehnik ini disebut provide ini teated
testing and conceling (PITC) atau konseling dan testing atas inisiasi
petugas (KTIP) jika hasil tes HIV positif segera rujuk untuk
mendapatkan obat Anti Retroviral Treatment (ART) (Kemenkes,
2013)
e. TB/ Sputum BTA
Pemeriksaan Sputum BTA dilakukan pada remaja, catin
dan PUS yang mempunyai tanda klinis batuk lebih dari dua
minggu, demam, keringat pada malam hari, penurunan berat badan,
dan lainnya. Bila pemeriksaaan sputum BTA positif, diberikan
pengobatan TB OAT, minimal 6 bulan
f. Tes IMS
Tes IMS dilakukan jika ada keluhan cairan dari keluan
yang abnormal, luka lecet, pembengkakan kelenjra getah bening
dipangkal paha, adanya vegetasi/candiloma, jengger ayam
dikemaluan, dan rasa gatal/terbakar dikemaluan. Pemeriksaan IMS
dilakukan sedini mungkin pada pasangan seksual sebelum
terjadinya kehamilan
g. HbsAg
Salah satu infeksi yang dapat menyerang organ hati adalah
infeksi virus Hepatitis B. Hepatitis B menular melalui darah dan
cairan tubuh ( sperma dan cairan vagina) melalui kontak seksual

18
dengan penderita Hepatitis B. Berbagai jarum suntik dengan
penderita Hepatitis B dan juga ibu hamil yang menderita hepatitis
B pada saat persalinan. Untuk mendiagnosis Hepatisis B dilakukan
pemeriksaan HbsAg. Bila HbsAg positif menunjukkan bahwa
organ hati terinfeksi virus ini.
h. TORCH
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus Tksoplasma Gondii, Rubella, Cytomegalovirus
(CMV), dan herpes simplex virus II (HSV-II). TORCH dapat
ditularkan melalui konsumsi makanan dan sayuran yang tidak
bersih dan tidak dimasak sempurna atau setengah matang, kotoran
yang terinfeksi virus TORCH dan juga pada ibu hamil ke janin.
TORCH dapat menimbulkan masalah kesuburan (infertilitas) baim
pada perempuan maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit
terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan resiko keguguran.
Pemeriksaan TORCH dapat dilakukan bila ada indikasi atas saran
dokter.
i. Darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan pada darah dan komponennya yang dapat
menggambarkan kondisi tubuh secara umum. Kelainan yang dapat
dideteksi dengan pemeriksaan darah lengkap antara lain ; anemia,
kekurangan asam folat, dan bahkan penyakit genetik seperti
talasemia dari hemofilia. Pemeriksaan darah lengkap disarankan
kepada pasien yang datang disertai dengan suatu gejala klinis, dan
jika didapatkan hasil diluar nilai normal, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik sehingga diagnosa dan
terapi yang tepat dapat segera dilakukan.(Kemenkes, 2019)

19
Materi KIE kesehatan masa sebelum hamil untuk calon pengantin (Catin)
dan pasangan usia subur (PUS)
1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian
Keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
b. Pentingnya kesehatan reproduksi
1) Catin dan PUS pelu mengetahui informasi kesehatan reproduksi
untuk menjalankan proses, fungsi dan perilaku reproduksi yang
sehat dan aman.
2) Catin perempuan dan Wanita usia subur (WUS) akan menjadi
calon ibu yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat
melahirkan anak yang sehat dan berkualitas
3) Laki-laki catin dan usia subur akan menjadi ayah yang harus
memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta
mendukung kehamilan dan persalinanyang aman.
4) Laki-laki dan perempua mempunyai resiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit, perempuan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual, hamil, melahirkan, nifas, keguguran dan
pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya
lebih rentan secara sosial maupunfisik terhadap penularan infeksi
menular seksual termasuk HIV
5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hakdan kewajiban yang
sama untuk menjaga kesehatan reproduksi
c. Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan
1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika permpuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain,
misalnya :

20
a) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan
secara bersama-sama dan tidak memaksakan ego masing-
masing.
b) Suami-istri saling membantu dalam pekrjaan rumah tangga,
pengasuhan dan pendidikan anak.
c) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama.
d) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI Esklusif.
2) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal berikut :
a) Kekerasan fisik
b) Kekerasan secara psikis
c) Kekerasan seksual
d) Penelantaran rumah tangga
d. Hak dan kesehatan reproduksi
1) Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap
pasangan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
2) Informasi kesehatan reproduksi yang perlu disampaikan
a) Kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara mengatasinya
b) Penularan Penyakit menular seksual dan HIV-AIDS, dan cara
mengatasinya
c) Pelayanan KB, mengetahui dan memahami efek samping
d) Catin berhak mendapatka kebutuhan reproduksinya sehingga
melahirkan bayi yang berkualitas mulai dari sebelum hamil
sampai masa nifas.
e. Perilaku yang sebaiknya dihindari dalam aktifitas seksual untuk
menjaga kesehatan reproduksi
1) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut
f. Cara merawat organ reproduksi
Laki-laki dan Perempuan Laki-laki
perempuan
 Pakaian dalam  Bersihkan organ  Menjaga
diganti minimal dua reproduksi dari depan kebersihan

21
kali sehari sampai kebelakang organ kelamin
 Menggunakan dengan menggunakan air  Di anjurkan
pakaian dalam yang bersih dan dikeringkan sunat untuk
menyerap keringat  Sebaiknya tidak menjaga
dan cairan menggunakan cairan kebersihan
 Bersihkan organ pembilas vagina karena kulup
kelamin sampai dapat membunuh bakteri  Jika ada
bersih dan kering baik dalam vagina dan keluhan pada
 Menggunakan memicu tumbuhnya organ kelamin
celana yang tidak jamur dan daerah
ketat  Pilihlah pembalut yang sekitar, segera
 Membersihkan berkualitas yang lembut memeriksakan
organ kelamin dan mempunyai daya diri kepetugas
setelah BAK dan serap yang tinggi, jangan kesehatan
BAB memakan pembalut
dalam waktu yang lama
 Jika sering keputihan,
berbau, berwarna dan
terasa gatal, serta
keluhan organ
reproduksi lainnya
segrera memeriksakan
diri ke petugas kesehatan

g. Pesan Utama
Catin dan PUS perlu mengetahui cara menjaga organ
reproduksinya sehingga dapat melakukan fungsi reproduksi secara
bertanggung jawab.
2. Kehamilan dan perencanaan kehamilan
a. Kehamilan
1) Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki
janin yang sedang tumbuh didalam tubuhnya setiap kehamilan
harus direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya
dengan baik.
2) Catin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar mempunyai
pemahaman dan kepedulian bila kelak hamil, mempersiapkan diri
untuk hamil dan bersalin secara sehat dan aman.

22
3) Perlu diperhatikan bila seseorang perempuan sedang hamil.
a) Ibu hamil tetap dapat melakukan aktifitas rutin dengan
menjaga kesehatan dan istirahat yang cukup
b) Tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan diluar anjuran dokter.
c) Boleh melakukan hubungan seksual dan tetap memperhatikan
kondisi kesehatan ibu dan janin.
b. Perencanaan kehamilan
1) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan sat
yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah
anak
2) Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah :
a) Terlalu muda <20 tahun
b) Terlalu Tua > 35 Tahun
c) Terlalu dekat jarak kehamilan (<2 Tahun)
d) Terlalu sering hamil > 3 anak
Bila terjadi kehamilan dengan 4 kategori di atas akan berdampak
tidak baik untuk kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu
direncanakan karena tiap catin diharapkan memiliki kesehatan
yang baik dan terhindar dari penyakit.
c. Metode kontrasepsi yang dapat digunakan untuk penundaan dan
penjarangan kehamilan.
1) Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
a) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
b) Implan
c) Metode operasi wanita (MOW)
d) Metode operasi pria (MOP)
2) Non metode kontrasepsi jangka panjang (non-MKJP)
a) Metode Amenore Laktasi MAL)
b) Kondom
c) KB Suntik
d) KB Pil

23
3. Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada prakonsepsi
1) Kondisi dibawah ini perlu diwaspadai pada catin yang akan
merencanakan kehamilan
1) Anemia
2) Malnutrisi (Obesitas, KEK, dll)
3) Hipertensi dalam kehamilan
4) Kesehatan mulut(caries,penyakit periodontal,dll)
2) Penyakit-penyakit yang perlu diwaspadai pada catin
1) HIV AIDS
2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
3) Hepatitis B
4) Diabetes Melitus
5) TORCH
6) Malaria
7) Penyakit Genetik (talasemia dan hemofilia)
8) Depresi/genetik.
4. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas
fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali
dalam seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat
olahraga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat
badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan
membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar
dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk
wanita yang mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus disertai
dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas rekomendasi ahli gizi.
Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena kekurangan
jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan
dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu,

24
kelebihan berat badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi,
seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan.
5. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan
narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga
janin yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat
bawaan hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol memiliki
kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan untuk kaum pria,
minum alkohol dapat mempengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan
tingkat testosteron dan bisa menyebabkan testis layu. Begitu pula rokok
dapat menurukan kesuburan baik pada perempuan maupun laki-laki.
Racun pada rokok dapat mengakibatkan kerusakan kromosom pada telur,
dan melemahkan kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang sangat
diperlukan untuk menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi
laki-laki, rokok berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sperma.
Kemauan sperma membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan
kuantitas spermatozoa.
6. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan
makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah mengatur pola makan dengan prinsip gizi seimbang,
memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, menghindari makanan yang
mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet, dan pewarna.
Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat memicu terjadinya
mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan kelainan fisik, dan cacat
kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi yang
dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus
memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan janin
sehat. Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung :

25
1) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan
sumber protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
2) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan
darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan
cacat sistem saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan
memiliki kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan
sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu mencegah
kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat
diperoleh melalui makanan, seperti sayuran berwarna hijau tua
(bayam, sawi hijau, caisim mini), asparagus, brokoli, pepaya,
jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang
kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk ibu
hamil pun mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat
membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu
untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi rasa mual,
serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.
3) Konsumsi berbagai Vitamin
- Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat.
Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan
berlemak, brokoli, wortel, bayam, dan tomat.
- Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan
hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh
dari telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan
ikan salmon.

26
- Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi
sel telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam
menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak
terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan
kecambah atau tauge.
- Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan.
Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras merah,
kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
- Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung
telur dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan
(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C
berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal
bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan sistem
reproduksi . Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk,
stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
4) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga
pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu
produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon
ayah, melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain
makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging
kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond),
biji-bijian (biji labu dan bunga matahari), serta produk olahan
susu.

27
5) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel
telur) ibu tergangu. Makanan atau multivitamin yang
mengandung zat besi akan membantu dalam persiapan kehamilan
dan menghindari anemia yang sering kali dikeluhkan oleh ibu
hamil. Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur, sayuran
hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
6) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah.
Ada di susu, dan ikan teri.
7) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat.
Gejala kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi,
disfungsi seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara
lain adalah beras, bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan
semangka.
8) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak
goreng dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang
terkandung di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan
jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan
endokrin yang sehat.
9) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung
kafein yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan
kehamilan. Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali
kehamilan dapat dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein
sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai
kehamilan.

28
10) Hindari konsumsi
 Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli
yang berbahaya bagi kehamilan dan janin.
 Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang
baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
 Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada
bakteri salmonella penyebab diare berat.
 Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di
darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan
tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin,
tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian
perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan
kualitas air maupun rantai makanan.
7. Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan
memikirkan tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan
bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup
reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin menunda kehamilan,
pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Jika
Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil
langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang
sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang
berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan,
menjelang persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari
berbagai sumber yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan
ketegangan, hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk
dalam keseimbangan hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan,
dan mencegah proses ovulasi. Sebuah studi membuktikan, wanita
dengan tingkat stres tinggi umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika

29
calon ibu mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi
kesehatan reproduksi. Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental
dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan.
Ibu harus mendapat dukungan selama kehamilan dari orang terdekat
seperti suami dan keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu
baru.
8. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan
pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan
persalinan penting dilakukan karena timbulnya ketegangan psikis serta
tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan
sebagian besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan dalam hal
financial/keuangan.
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk
biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan
isteri karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan
berumah tangga. Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna
persiapan kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya kesehatan
(biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya
pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll)
dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga.
9. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi
ibu dan pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai
masalah yang dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter mengenai
riwayat kesehatan keluarga yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), maka ibu disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang
tidak diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan cedera hingga
kematian, termasuk selama kehamilan (BKKBN, 2014).

30
B. Tinjauan Tentang Keputihan (Flour Albus)
1. Keputihan (Fluor Albus)

Keputihan atau fluor albus atau leukorea atau vaginal discharge


merupakan istilah yang menggambarkan keluarnya cairan dari organ
genitalia atau vagina yang berlebihan dan bukan darah (Sibagariang,
2010). Menurut Kusmiran (2011), keputihan adalah cairan bukan darah
yang keluar di luar biasanya dari liang vagina baik berbau atau tidak,
serta disertai adanya rasa gatal setempat.

Menurut Monalisa et al., (2012), keputihan terbagi dua macam,


yaitu:

a. Keputihan Fisiologis

Keputihan fisiologis merupakan cairan yang terkadang


berupa lendir atau mukus dan mengandung banyak epitel dengan
leukosit yang jarang, sedangkan keputihan patologis banyak
mengandung leukosit. Keputihan fisiologis terjadi pada perubahan
hormon saat masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase
sekresi antara hari ke 10-16 siklus menstruasi, pada saat
terangsang, hamil, kelelahan, stres, dan sedang mengkonsumsi
obat-obat hormonal seperti pil KB, serta atrofi vulvovagina
(hipoestrogenisme) pada menopause.

b. Keputihan Patologis

Merupakan cairan eksudat dan mengandung banyak leukosit.


Cairan ini terjadi akibat reaksi tubuh terhadap luka (jejas). Luka
(jejas) ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme seperti
jamur (Candida albicans), parasit (Trichomonas), bakteri (E.coli,
Staphylococcus, Treponema pallidum). Keputihan patologis juga
dapat terjadi akibat benda asing yang tidak sengaja atau sengaja
masuk ke dalam vagina, neoplasma jinak, lesi, prakanker, dan
neoplasma ganas.

31
2. Penyebab keputihan

Keputihan atau fluor albus yang fisiologis dapat ditemukan pada :


a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira sepuluh hari. Hal ini dikarenakan
adanya pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin.
b. Saat menarche karena pengaruh estrogen yang meningkat.
c. Rangsangan saat koitus terjadi pengeluaran transudasi dari dinding
vagina .
d. Saat masa ovulasi adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada
mulut rahim.
e. Kehamilan menyebabkan peningkatan mukus servik yang padat sehingga
menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke
rongga uterus.
f. Penggunaan kontrasepsi hormonal atau mengubah metode kontrasepsi
(Monalisa et al., 2012).
Keputihan patologis dapat disebabkan beberapa hal berikut ini, yaitu:
1) Infeksi
a) Infeksi Jamur
Infeksi jamur terjadi jika ada kelainan flora vagina
(misalnya penurunan laktobasil) dan 80-95% disebabkan oleh
Candida albicans. Gejala yang biasanya muncul adalah keputihan
kental seperti keju, bewarna putih susu, rasa gatal, dan sebagian
melekat pada dinding vagina akibatnya terjadi kemerahan dan
pembengkakan pada mulut vagina. Infeksi kandida tidak dianggap
sebagai penyakit menular seksual dan dapat timbul pada wanita
yang belum menikah. Kelompok resiko khusus yang rentan
mengalami kandidiasis adalah penderita diabetes mellitus, pengguna
kontrasepsi oral, pemakai antibiotika dan obat kortikosteroid yang
lama, dan wanita hamil. Selain itu, keputihan yang disebabkan
kandida bisa disebabkan menurunnya kekebalan tubuh seperti

32
penyakit-penyakit kronis, serta memakai pakaian dalam yang ketat
dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat.
b) Bakteri
(1) Gardnerella vaginalis
Bakteri ini terdapat kira-kira 30% dalam flora vagina
wanita normal. Mikroorganisme ini merupakan bakteri batang
gram negatif yang biasanya ditemukan bersamaan dengan
bakteri anaerob (misalnya Bakteriodes dan Peptokokus). Bakteri
ini menyebabkan peradangan vagina tidak spesifik, biasanya
membentuk clue cell (bakteri yang mengisi penuh sel-sel epitel
vagina). Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi
senyawa amin, berbau amis, dan bewarna keabu-abuan. Gejala
yang ditimbulkan ialah fluor albus yang berlebihan dan berbau
disertai rasa tidak nyaman di perut bagian bawah.
(2) Gonokokus
Penyakit ini disebut juga dengan Gonorrhoe yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoe dan sering terjadi
akibat hubungan seksual. Gejala yang ditimbulkan ialah
keputihan yang bewarna kekuningan atau nanah dan rasa nyeri
saat berkemih.
(3) Klamidia trakomatis
Disebabkan oleh bakteri intraseluler obligat, Chlamydia
trachomatis dan sering menyebabkan penyakit mata trakoma
dan menjadi penyakit menular seksual. Infeksi biasanya ditandai
dengan munculnya keputihan mukopurulen, seringkali berbau
dan gatal. Organisme ini paling baik dideteksi dengan asam
amino terkait enzim dalam uji antibodi monoklonal terkonjugasi
dengan floresen.
(4) Parasit

Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah


Trichomonas vaginalis. Trikomonas berbentuk seperti buah

33
pir, terdapat flagela uniseluler dapat diamati bergerak di sekitar
daerah yang berisi banyak leukosit pada sediaan basah. T.
Vaginalis hampir selalu merupakan infeksi yang ditularkan
secara seksual. Sumber kuman seringkali berasal dari pria dan
terdapat di bawah preputium atau dalam uretra atau uretra
bagian prostat. Tetapi penularan trikomonas dapat juga melalui
pakaian, handuk, atau karena berenang. Gejala yang
ditimbulkan ialah fluor albus yang encer sampai kental,
bewarna kuning kehijauan, dan kadang-kadang berbusa disertai
bau busuk, serta terasa gatal dan panas.
(5) Virus

Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan


penyakit kelamin, seperti kondiloma, herpes, HIV/AIDS.
Kondiloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat
banyak dan sangat berbau. Sedangkan infeksi virus herpes
bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang
vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Infeksi
virus dapat memicu terjadinya kanker mulut rahim.
(6) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan

Seperti pada fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis


akibat cacat bawaan, cedera persalinan dan radiasi.
(7) Benda asing

Misalnya tertinggalnya kondom, pesarium pada


penderita hernia atau prolaps uteri dapat merangsang sekret
vagina berlebihan.
(8) Neoplasma jinak dan kanker

Pada neoplasma jinak maupun ganas dapat ditemukan


leukorea atau keputihan bila permukaan sebagian atau
seluruhnya memasuki lumen saluran alat genitalia. Gejala yang
ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai

34
darah tak segar.
(9) Menopause

Kadar hormon estrogen pada saat menopause menurun


sehingga vagina kering dan mengalami penipisan, ini
mengakibatkan mudah luka dan disertai infeksi.
(10) Fisik

Akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD (intra


uterine device), trauma pada genitalia, dan pada
pemakaian tampon.
(11) Iritasi

a. Sperma, pelicin, kondom


b. Sabun cuci dan pelembut pakaian
c. Deodorant dan sabun
d. Cairan antiseptik untuk mandi
e. Pembersih vagina
f. Kertas tisu toilet yang tidak bewarna
g. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

3. Patogenesis
Fluor albus merupakan keadaan yang terjadi secara fisiologis dan
dapat menjadi fluor albus yang patologis karena terinfeksi kuman
penyakit. Sekresi vagina fisiologis terdiri atas lendir serviks (transudat
dari epitel skuamos vagina) dan sel skuamos vagina yang terkelupas
(Benson,2009). Suasana area vagina normal ditandai dengan adanya
hubungan dinamis antara Lactobacillus acidophilus (flora normal)
dengan flora endogen lainnya, estrogen, glikogen, pH vagina, dan
metabolit lainnya. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen
peroksida yang bersifat toksik terhadap bakteri patogen. Adanya
pengaruh estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, laktobasilus
(Döderlein) dan produksi asam laktat mengatur pH vagina sekitar 3,8-4,5
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lainnya (Monalisa et al.,

35
2012). Pada kondisi tertentu, pH vagina bisa lebih tinggi atau lebih
rendah dari normal. Jika pH vagina naik (lebih basa) mengakibatkan
kuman penyakit mudah berkembang dan hidup subur serta menginfeksi
vagina (Holloway, 2010).

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
a) Pemeriksaan spesimen basah yaitu dengan melakukan pemeriksaan
swab vagina dan ditetesi dengan NaCl 0,9% dan atau KOH 10%
kemudian dilihat di bawah mikroskop (Monalisa et al., 2012).
b) Pemeriksaan sampel urin
c) Sitologi atau kultur sekret vagina
d) Kultur urin untuk melihat adanya infeksi bakteri
e) Pewarnaan gram
f) Test Amin/Whiff test
g) Penilaian pH cairan vagina
h) PCR (Polymerase Chain Reaction) dan Ligase Chain Reaction
i) Pap Smear

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keputihan sebaiknya dilakukan sedini mungkin
untuk menghindari komplikasi sekaligus untuk menyingkirkan adanya
penyebab lain seperti kanker leher rahim yang memiliki gejala keputihan
berupa sekret encer, bewarna merah muda, coklat, mengandung darah
atau hitam serta berbau busuk (Monalisaet al., 2012).

Penatalaksanaan keputihan dilakukan tergantung pada


penyebabnya. Umumnya obat-obatan untuk mengatasi penyebab dan
mengurangi keluhan. Misalnya diberikan obat golongan flukonazol
untuk mengatasi infeksi jamur dan golongan metronidazol untuk
mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat yang diberikan dapat
berupa sediaan oral (berupa pil, tablet, kapsul), sediaan topikal seperti

36
krim yang dioleskan, dan uvula yang dimasukkan ke dalam liang vagina.
Pada penderita yang sudah memiliki pasangan, sebaiknya pasangannya
juga diberi pengobatan, serta diberi anjuran untuk tidak berhubungan
seksual selama dalam pengobatan (Djuanda, 2009).
6. Pencegahan Keputihan
Menjaga kebersihan organ genitalia dan sekitarnya merupakan
salah satu upaya pencegahan keputihan, yaitu dengan:
a) Pola hidup sehat meliputi diet seimbang, waktu istirahat yang
cukup, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok, mengendalikan
stress, dan menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang
(Handayani,2011) .
b) Jika sudah memiliki pasangan, setialah terhadap satu pasangannya.
c) Selalu menjaga kebersihan daerah genitalia agar tidak lembab dan
tetap kering, misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan
yang menyerap keringat dan tidak ketat. Biasakan mengganti
pembalut pada waktunya untuk mencegah perkembangbiakan
bakteri.
d) Memperhatikan pakaian diantaranya dengan mengganti celana
dalam yang dipakai bila sudah terasa lembab dengan yang kering
dan bersih, menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena
katun menyerap kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap
terjaga.
e) Membasuh vagina dengan cara yang benar yaitu dari depan ke
belakang tiap kali selesai buang air kecil ataupun buang air besar.
f) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan
karena dapat mengganggu keseimbangan flora normal vagina. Jika
perlu, sebelum menggunakan cairan pembersih vagina, sebaiknya
dikonsultasikan ke dokter.
g) Hindari penggunaan bedak talkum, tisu, atau sabun dengan
pewangi pada daerah genitalia (vagina) karena dapat
mengakibatkan iritasi.

37
h) Jangan membiasakan meminjam barang-barang yang
mempermudah penularan misalnya peminjaman alat mandi
(Djuanda A, 2009). Bila menggunakan kamar mandi umum
terutama kloset duduk harus hati-hati, hindari duduk di atas kloset
atau dengan mengelapnya terlebih dahulu.
i) Jangan mengkonsumsi jamu-jamuan untuk mengatasi keputihan,
konsultasikan ke dokter terlebih dahulu (Kusmiran, 2011).

7. Komplikasi
Keputihan dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti:
a) Terjadinya infeksi pada saluran berkemih dan abses kelenjar bartholin
.
b) Jika ibu hamil mengalami keputihan akibat infeksi trikomonas dapat
mengakibatkan kelahiran prematur (Monalisaet al., 2012).
c) Infeksi yang menyebar ke atas atau ke organ reproduksi seperti
endometrium, tuba fallopi, dan serviks menyebabkan terjadinya
penyakit inflamasi pada panggul (PID) yang sering
menimbulkaninfertilitas dan perlengketan saluran tuba yang memicu
terjadinya kehamilan ektopik (Rabiu et al., 2010).

C. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin dengan


Perencanan Kehamilan
1. Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan
keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien Asuhan
kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh
langkah yang dikembangkan Helen Varney tersebut membentuk

38
kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi
dan dapat dipertanggung jawabkan. (Zian,2012: 20-21).
b. Tahapan asuhan kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012),
manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Menurut Helen Varney (dalam Kebidanan Teori dan Asuhan
(2018:25-28), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut
adalah:
1) Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini
harus bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan
hasil pemeriksaan.
2) Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa
wanita hamil normal meliputi nama, umur, gestasi (G) paritas
(P) abortus (A), umur kehamilan, tunggal, hidup, intra-uteri,
letak kepala, keadaan umum baik.
3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
dan mengantisipasi penanganannya

39
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis
yang telah diidentifikasikan..
4) Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah
ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII: Mengevaluasi hasil tindakan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
D. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi
a. Pengkajian
1) Data Subjektif
Menurut Kemenkes RI (2013) data subjektif berisi hasil anamnesa
yang meliputi identitas, riwayat kehamilan sekarang termasuk
keluhan yang dialami, riwayat obstetri lalu, riwayat kontrasepsi,
riwayat medis lain dan riwayat sosial ekonomi termasuk pola
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

40
a) Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara
lain;
(1) Nama
Nama Klien ditanyakan baik catin maupun pasangannya
untuk dapat mengenal dan memanggil serta mencegah
kekeliruan dengan pasien lain,(Cristina, 1993/ Dalam
Marmi ,2012 : 120).
(2) Umur
Untuk mengetahui apakah catin tergolong usia normal
untuk persiapan kehamilan disaat akan prakonsepsi akan
tergolong primitua atau primimuda. (Marmi ,2012 : 120).
(3) Alamat
Mempermudah mengetahui di mana tempat tinggal ibu ,
mencegah kekeliruan alamat yang sama, memudahkan
menghubungi keluarga, menjadi petunjuk bila ada
kunjungan rumah. Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut
memberikan pengaruh terhadap kesehatan istri dan suami
pada masa prakonsepsi. (Marmi ,2012 : 120).
(4) Pendidikan
Menurut Depkes RI (1995) dalam . (Marmi ,2012 : 121),
bahwa Tingkat pendididkan sangat berpengaruh pada
tingkat intelektual seseorang, kemampuan berfikir, sehingga
bidan akan mampu menyampaikan atau memberikan
penyuluhan atau KIE pada pasien sesuai tingkat
pemahaman pasien dengan lebih mudah.
(5) Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi catin agar
bidan dapat menyesuaikan dalam memberi nasehat atau
edukasi. Oleh karena pekerjaan merupakan jembatan untuk
memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan

41
hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan
yang diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh
terhadap kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan
hidup, salah satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi
nutrisi yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya
anemia pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan janin dalam
uterus, BBLR, dan prematur . (Marmi ,2012 : 121).
b) Riwayat menstruasi
1) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami
menarche usia 12-16 tahun.. ( Mohtar R, 1999,/ Dalam .
Marmi ,2012 : 123).
2) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak
hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi
periode berikutnya. Siklus yang klasik adalah 28 hari -30 hari
sedangkan pola haid dan lamanya perdarahan biasanya 3-8
hari. (Pusdiknakes, 1998 / Dalam Marmi ,2012 : 123).
3) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/
dismenorea (Sarwono, 2009)
4) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau,
berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan
gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.
(Sarwono, 2009)
c) Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu
terutama imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara
yang belum dapat mengeliminasi tetanus 100% sehingga status
imunisasi ibu/calon ibu harus selalu diskrining. Status imunisasi
lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki
prevalensi tinggi di daerah tempat tinggal calon pengantin wanita
dan laki – laki. (Kemenkes RI, 2012).

42
d) Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa
kembalinya kesuburan pada perempuan. Organ reproduksi
memerlukan waktu untuk pemulihan setelah lepas/berhenti dari
pemakaian kontrasepsi. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Handayani, dkk (2010), bahwa lama kembalinya kesuburan dari
wanita pasca menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6 bulan dan
yang paling lama adalah 13 bulan.
e) Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang
berkaitan dengan morbiditas, ditolong siapa, di mana
persalinannya, dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan
perlu digali dengan cermat untuk menghasilkan riwayat yang
akurat sebelum memberikan nasihat tentang konsepsi. Marmi
,2012 : 123).
(1) Riwayat kesehatan klien
(a) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang paling sering
mempengaruhi wanita usia subur (Powrie, 2008/ dalam
(Judy, EGC, 2018: 191)
(b) Diabetes Melitus (DM)
Diabetes disebabkan oleh tidak adanya atau terbatasnya
insulin yang meriupakan hormon penting untuk
metabolisme karbohidrat. (Judy,EGC, 2018: 3)
(c) Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan
adaptif ginjal untuk mempersiapkan kehamilan.
(Judy,EGC, 2018: 181)
(d) Asma
Merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran
pernafasan yang menyebabkan episode mengi berulang,

43
sesak nafas, , sesak dada batuk serta kadang terjadindi
malam dan dini hari. Dalam asuhan ini perlunya menjaga
kesehatan catin secara optimal, kebutuhan akan obat
inflamasi harus tersedia dan jika keadaan lebih buruk
butuh penanganan lanjut dengan steroid hirup yang
dikombinasikan dengan agonis beta kerja panjang yang
dihirup dapat membantu. (Judy,EGC, 2018: 217)
(e) Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau
thalassemia akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada
kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya,
volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
(Judy,EGC, 2018: 135)
(f) Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B
(defisiensi faktor IX) diwariskan secara X-linked
recessive. Perempuan() dari keluarga penderita hemofilia
umumnya adalah pembawa (carrier) yang asimptomatik.
Namun 10-20% perempuan pembawa dapat beresiko
terhadap komplikasi perdarahan yang bermakna karena
penurunan faktor VIII atau IX di bawah jumlah minimal
untuk mempertahankan keseimbangan hemostatik.
Hemofilia dapat menyebabkan infertilitas, namun
sejumlah kecil penderita mungkin mempunyai cukup
folikel-folikel untuk hamil. (Prawirohardjo, 2010)

44
(g) Jantung
Pada kehamilan terdapat resiko gagal jantung, aritmia
dan tromboembolisme , beberapa ahli menyarankan
pemberian aspirin dosis rendah untuk menurunkan resiko
tersebut. (Judy,EGC, 2018: 99)

(h) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan
dan mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat
terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat
dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas
dan kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010)
(i) IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan
oleg bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang
terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular
sekusual merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis,
sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma
akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
(Kemenkes RI, 2015:52)
(j) TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes
Simpleks. Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas
merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria
maupun wanita dan dapat berpengaruh burukpada janin
yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi
yang disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma
gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau
kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau

45
memakan daging dari hewan terinfeksi yang belum
matang sempurna. Gejala yang sering muncul meliputi:
demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan
kelenjar limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena
toxoplasmosis dapat menimbulkan aborsi dan gangguan
fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta.
Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau
cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi
mata (Prawirohardjo, 2010).
b. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena
faktor genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat
penyakit keluarga memegang peran penting dalam mengkaji
kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal.
Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes
melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit
yang memiliki tendensi familial dan dapat berpengaruh pada
kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki (Marmi ,2012 :
125)..
c. Pola fungsional kesehatan
(a) Nutrisi
Status nutrisi wanita akan mempengaruhi efek samping
langsung saat kehamilan dan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin disaat hamil. (Marmi ,2012 : 126).
(b) Aktivitas
Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai
kegiatan fisik dan intensitasnya rendah dan
meningkatkan aktivitas secara teratur. (Marmi, 2012:
127). Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011

46
Bab 1, Pasal 1, Ayat 8: ”Nilai Ambang Batas” yang
selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya
di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata
tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
(c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi
pada organ reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti
pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan pakaian
dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat
menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam
sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015).
(d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat
berbeda dalam melakukan suatu aktivitas. Tubuh
memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang
dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya
kurang istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah
terserang penyakit. Tidur/istirahat pada malam hari
sangat baik dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang
sekitar 2 jam . Wanita yang tidak biasanya berolah raga
harus memulai kegiatan fisik dan intensitasnya rendah
dan meningkatkan aktivitas secara teratur. (Marmi, 2012:
127)
(e) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama
dengan perokok aktif. Hampir semua komplikasi pada
plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti abortus,
solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan

47
BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk
bagi janin antara lain SIDS (sindroma kematian bayi
mendadak), penyakit paru kronis, asma, otitis media.
Konsumsi obat-obatan tertentu, kesalahan subklinis
tertentu atau defesiensi pada mekanisme intermediat
pada janin mengubah obat yang sebenarnya tiddak
berbahaya menjadi berbahaya, a[palagi pada
perkembangan janin. (Marmi ,2012 : 128).
(f) Riwayat pernikahan
Agar mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa
lama usia pernikahan, alasan berpisah. Tujuannya
mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan
dengan pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi
hubungannya dengan pasangan sekarang. Ditanyakan
untuk mengetahui berapa lama pernikahan agar diketahui
bagaimana keadaan alat reproduksi internal ibu, misal
dengan pernikahan yang lama belum pernah hamil
sehingga perlu penanganan khusus. . (Marmi ,2012 :
121).
(g) Riwayat psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat
premarital psychological screening antara lain :
kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun
sebuah keluarga, kemandirian masing-masing calon
dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal
bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak
lagi selalu bergantung pada orang tua, kemampuan
komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat
membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga
serta penentuan pengambil keputusan dalam keluarga,
efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat

48
dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak.
Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga,
seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas
pernikahan tersebut (Kemenkes RI, 2013).

2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi dan hasil
pemeriksaan, pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Varney langkah pertama pengkajian data (Asrinah, 2010).
a) Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital, normal jika :
(1) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem
kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg. . (Marmi
,2012 : 129).
(2) Nadi
Untuk mengetahui fungsi jantung ibu, normalnya 80 – 90 x/
menit. . (Marmi ,2012 : 129).
(3) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara
36,0°C – 37,0°C . (Marmi ,2012 : 130).
(4) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan normal,
irama, kedalaman, dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan
normal antara 18-24 kali per menit. . (Marmi ,2012 : 130).
b) Antropometri
(1) Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling
prakonsepsi mengalami amenore dan berat badannya
dibawah normal, ia harus diindikasikan untuk meningkatkan

49
asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia mengalami obesitas, ia
harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori supaya
berat badannya turun sampai rentang normal pada saat
konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan
meningkatkan resiko preeklampsia dan gangguan
tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan untuk
meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari
(Kemenkes RI, 2015)
(2) Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang
memiliki TB <145cm (low high) akan meningkatkan resiko
panggul sempit (Laming, dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛
Indeks Massa Tubuh = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛2

Dengan klasifikasi :
IMT
Kategori
(kg/m2)
Kekurangan berat < 17,0
badan tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat 17,0 – 18,4
badan tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem > 40
(kelas 3)
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)
(3) Lingkar lengan atas (LiLA)
Normal status gizi ibu 28,5 cm. Ukuran LiLA normal yaitu
>23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan indikator Ibu kurang

50
gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR. (Marmi
,2012 : 130).
c) Pemeriksaan fisik
(1) Wajah
Apakah ada oedema atau tidak, cyanosis atau tidak. .
(Marmi ,2012 : 130).
(2) Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda
adanya infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis
untuk mengetahui adanya kelainan jantung, dan kelenjar
tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah
tirotoksikosis. (Marmi ,2012 : 130).
(3) Payudara
Tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal. Simetris.
(Marmi, 2012 : 130)

(4) Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya
nyeri, tekan, tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae.
(Marmi ,2012 : 131).
(5) Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi
cairan, lecet, kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva
dan vagina. Tidak terdapat tanda-tanda keputihan patologis.
(Marmi ,2012 : 131).
(6) Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan
bebas (Sugiarto, dkk, 2017).

51
d) Pemeriksaan Penunjang
(1) Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat
mengindikasikan pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
(2) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan
dengan diabetes melitus).
(3) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan
dan diberikan terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari
sampel darah.
(4) Golongan darah dan rhesus
(5) HbsAg
(6) HIV/AIDS
(7) IMS (Sifilis)
(8) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG,
pemeriksaan gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
(Kemenkes RI, 2015:8)
3) Analisa Perumusan diagnosis dan masalah
Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Varney langkah kedua, ketiga dan keempat, meliputi
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan
kebutuhan segera yang harus diidentifikasi menurut kewenangan
bidan melalui tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan
merujuk klien (Asrinah, 2010).
a) Diagnosis dan masalah
Langkah ini mengidentifikasi masalah yang ada Keluhan dan
masalah. Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan ,
bidan diharapkan waspada dan siap dalam menangani masalah
atau kemungkinan masalah..

52
b) Kebutuhan
Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan , bidan
diharapkan waspada dan siap dalam menangani masalah atau
kemungkinan masalah, sesuai kebutuhan klien
(Kemenkes RI, 2015:385)
c) Diagnosa dan masalah potensial
Tidak ada
d) Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
4) Penatalaksanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan
dalam pengkajian, meliputi:
a) Jelaskan hasil pemeriksaan
Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah
dimengerti sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami
kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait dengan
masalah yang dihadapi
b) Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan
pernikahan, dan persiapan kehamilan sesuai panduan konseling
calon pengantin yang telah ditentukan oleh Kemenkes (2015)
c) Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan
reproduksi dan prakonsepsi.
d) Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen
asam folat untuk pranikah. Disarankan mengkonsumsi asam
folat minimal 1 bulan sebelum hamil agar indung telur yang
dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat mampu menurunkan
resiko gangguan metabolisme DNA yang bisa saja terjadi.
(Kemenkes RI, 2015:10-75)

53

Anda mungkin juga menyukai