Anda di halaman 1dari 47

MODUL

STRATEGI KONSELING BERIMBANG


KELUARGA BERENCANA
(SKB-KB)

PENYUSUN
Dr dr Ketut Suarayasa, M.Kes
drg Elli Yane B, M.Kes
dr Miranti, M.Kes
dr Yuli Fitriani, M.K.M

UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-Nya jua
maka Modul Strategi Konseling Berimbang Keluarga Berencana (SKB-KB) dapat diselesaikan
penyusunannya. Modul ini disusun sebagai pedoman pada Pelatihan SKB-KB bagi Bidan di
Puskesmas.
Sebagian besar isi modul ini diambil dari buku Pelatihan Peserta Strategi Konseling Berimbang
Keluarga Berencana (SKB-KB) untuk Dokter, Bidan dan Perawat yang disusun oleh
Kementerian Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
serta Konsorsium Program PilihanKu. Salah satu tujuan Program PilihanKu di Indonesia
adalah mendukung upaya pemerintah meningkatkan kualitas pelayanan Keluarga Berencana
melalui intervensi yang telah terbukti keberhasilannya. Dimana salah satu faktor penting dalam
upaya meningkatkan kualitas pelayanan KB di Indonesia adalah melalui peningkatan
kompetensi dan kepatuhan petugas untuk memberikan konseling. Olehnya itu, Tim kami dari
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako memilih pendekatan SKB-KB dalam memberikan
konseling pelayanan KB bagi Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Palu. Dengan harapan,
cakupan Kontrasepsi (KB) Pasca Salin dapat meningkat.
Modul yang kami susun berupaya semaksimal mungkin untuk menyederhanakan isi materi
sehingga lebih mudah dipahami oleh tenaga Kesehatan (Bidan) yang melakukan konseling,
tanpa meninggalkan esensi dari Strategi Konseling Berimbang. Masukan dari semua pihak
sangat diharapkan dalam penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI

Sampul …………………………………. 1
Kata Pengantar …………………………………. 2
Daftar Isi …………………………………. 3
Daftar Singkatan …………………………………. 4
Bab 1. Pendahuluan …………………………………. 5
Bab 2. Konseling
Pengertian …………………………………. 6
Tujuan Konseling …………………………………. 6
Manfaat Konseling …………………………………. 7
Prinsip Konseling …………………………………. 7
Langkah2 Konseling …………………………………. 8
Enam Langkah Konseling …………………………………. 8
Bab 3. Strategi Konseling Berimbang Keluarga
Berencana (SKB-KB)
Pendahuluan …………………………………. 11
Praktek SKB-KB
A. Diagram Bantu Konseling SKB-KB …………………………………. 12
B. Kartu Konseling SKB-KB …………………………………. 17
C. Brosur Metode KB …………………………………. 29
Bab 4. Penutup …………………………………. 42
Lampiran Daftar Tilik …………………………………. 43
Daftar Pustaka …………………………………. 45

3
DAFTAR SINGKATAN

ANC Antenatal Care


AKDR Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
CVK Cincin Kontrasepsi Kombinasi
ETG Etonogestrel
KBPP Keluarga Berencana Pasca Persalinan
KIK Kontrasespi Injeksi Kombinasi
KOK Kontrasepsi Oral Kombinasi
LNG Levonorgestrel
MAL Metode Amenore Laktasi
MKJP Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
MOW Metode Operasi Wanita
MOP Metode Operasi Pria
PP Pil Progestogen
SKB KB Strategi Konseling Berimbang Keluarga Berencana
SKDI Survei Kesehatan Demografi Indonesia
SUPAS Survei Penduduk Antar Sensus
WHO World Health Organization

4
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 265 juta jiwa. Jumlah tersebut menempatkan
Indonesia pada ranking keempat setelah Negara China, India, dan Amerika Serikat sehingga
diperlukan kewaspadaan akan ledakan penduduk (Kusnandar 2020). Hal ini sesuai dengan hasil
proyeksi penduduk 2015-2045 hasil Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015, jumlah
penduduk Indonesia akan mencapai 269,6 juta jiwa pada 2020. Angka tersebut terdiri atas
135,34 juta jiwa laki-laki dan 134,27 jiwa perempuan (Kusnandar 2019).
Pemerintah telah melakukan langkah antisipasi ledakan penduduk dengan menawarkan
Program Keluarga Berencana (KB) yang tetap memperhatikan hak asasi manusia dan hak
reproduksi (BKKBN 2014) . Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) tahun 2015-2019 diantaranya adalah menurunkan kebutuhan ber-KB tidak
terlayani (Unmet Need) dari jumlah pasangan usia subur dari 10,6 persen tahun 2015 menjadi
9,91 persen di tahun 2019. Namun, sampai dengan tahun 2017 pencapaian BKKBN masih
sebesar 17,5 persen (BKKBN 2017). Upaya dan strategi dibutuhkan dalam mencapai target
tersebut yaitu berupa mendorong pemangku kepentingan untuk meningkatkan sosialisasi dan
edukasi mengenai KB sebagai program prioritas (BKKBN 2017). Salah satu strategi edukasi
bagi sasaran program Keluarga Berencana adalah dengan Konseling Berimbang (SKB).
Pada awal tahun 2016, penggunaan BCS atau di Indonesia disebut Strategi Konseling
Berimbang (SKB) mulai dikembangkan dan diadaptasi penggunaannya untuk memperkuat
layanan konseling KB Pasca Persalinan (KBPP) pada Program PilihanKu (Prijatni 2016).
Adaptasi SKB KB Pasca Persalinan (KBPP) ini dilakukan juga berdasarkan temuan lapangan
pada 44 fasilitas program PilihanKu dimana konseling yang umumnya dilakukan sering tidak
mencapai kualitas yang diharapkan seperti kurang interaktif, tidak berfokus pada kebutuhan
klien, memberikan informasi yang tidak efektif dan jelas seperti efek samping dan kriteria
medis yang tidak sesuai dengan WHO Medical Eligibility Criteria tahun 2015. Hal-hal tersebut
mempengaruhi kualitas konseling dan adopsi KBPP oleh klien. Studi yang dilakukan oleh
Haris tahun 2017 menunjukkan adanya perbedaan Pengetahuan dan sikap ibu pascasalin
tentang KB setelah pemberian Strategi Konseling Berimbang KB sebelum dan sesudah
intervensi (Haris 2017). Beberapa studi juga menunjukkan persentase rata-rata ibu yang
menerima konseling antara sebelum dan sesudah penggunaan Strategi Konseling Berimbang
5
didapati perbedaan sekitar 30% peningkatan persentase ibu yang menerima konseling. (Abbas
et al. 2017)(Jatmiko and Wahyuni 2019).

BAB II
KONSELING

PENGERTIAN
Konseling adalah pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak membantu pihak
lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri dan kemudian bertindak sesuai
keputusannya (Dyah Novianti, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, 2009)
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yg bersifat pribadi antar
konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdaarkan nilai yang diyakiniya sehingga konseli
merasa bahagi dan efektif perilakunya (Achmad, 2006)
Dalam konteks pelayanan keluarga berencana, konseling adalah sebuah proses, yang
membantu klien untuk memutuskan apakah dia ingin ber-KB. Jika klien ingin ber-KB,
konseling membantunya memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi medisnya dan yang klien inginkan, konseling membantu klien untuk mengerti
bagaimana cara penggunaannya, dan dapat menggunakannya dengan benar untuk perlindungan
kontrasepsi yang aman dan efektif.

TUJUAN KONSELING
Tujuan dalam pemberian konseling Keluarga Berencana antara lain :
1. Meningkatkan Penerimaan.
Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan komunikasi
non-verbal meningkatkan penerimaan KB oleh klien.
2. Menjamin Pilihan yang Cocok.
Konseling menjamin bahwa petugas dan klien akan memilih cara yang terbaik sesuai
dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien.
3. Menjamin Penggunaan Cara yang Efektif.
Konseling yang efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana menggunakan cara KB
yang benar, dan bagaimana mengatasi informasi yang keliru dan/isu-isu tentang cara
tersebut.
4. Menjamin Kelangsungan yang Lebih Lama.

6
Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien ikut memilih cara tersebut,
mengetahui bagaimana cara kerjanya dan bagaimana mengatasi efek sampingnya.
Kelangsungan pemakaian juga lebih baik bila ia mengetahui bahwa ia dapat berkunjung
kembali seandainya ada masalah. Kadang-kadang klien hanya ingin tahu kapan ia harus
kembali untuk memperoleh pelayanan.

MANFAAT KONSELING

Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan manfaat kepada pelaksana kesehatan
maupun penerima layanan KB dalam hal sebagai berikut :
1. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.
2. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.
3. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
4. Membangun rasa saling percaya.
5. Mengormati hak klien dan petugas.
6. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.
7. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

PRINSIP KONSELING

Ada beberapa prinsip konseling yang perlu mendapat perhatian :


1. Lakukan konseling harus dilakukan di tempat yang tenang dan nyaman;
2. Waktu konseling memadai;
3. Menjaga kerahasiaan dengan baik.
4. Dilakukan dalam suasana yang tidak menghakimi;
5. Menggunakan Bahasa yang mudah dipahami klien;
6. Menggunakan kemampuan komunikasi interpersonal;
7. Mengedepankan diskusi (komunikasi dua arah);
8. Menggunakan alat bantu audiovisual dan contoh alat kontrasepsi untuk membantu klien
memahami metode pilihannya dengan lebih baik;
9. Selalu melakukan verifikasi bahwa klien sudah mengerti apa yang telah dibahas. Minta klien
untuk mengulang kembali pesan atau instruksi yang paling penting.
Karena Konseling merupakan proses komunikasi dua arah antara klien dan tenaga kesehatan,
maka ada beberapa hal yang perlu di ingat :
1. Konseling adalah proses yang berkelanjutan dan harus menjadi bagian dari setiap interaksi
klien dan tenaga kesehatan.
7
2. Keputusan untuk mengadopsi metode tertentu harus menjadi keputusan yang sukarela dan
diinformasikan oleh klien.
3. Memastikan bahwa klien diberi informasi lengkap dan bebas memilih dan menyetujui.
Olehnya itu, ada beberapa aspek etika konseling yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Aspek Kesukarelaan.
2. Aspek Kerahasiaan.
3. Aspek Keputusan Oleh Konseli Sendiri.
4. Aspek Sosial Budaya.

LANGKAH-LANGKAH KONSELING
Langkah-langkah dalam konseling adalah:
1. Pendahuluan. Langkah pendahuluan atau langkah pembuka merupakan kegiatan untuk
mencipatakan kontak, melengkapi data klien untuk merumuskan penyebab masalah,
dan menentukan jalan keluar.
2. Bagian Inti/Pokok. Bagian inti/pokok dalam konseling mencakup kegiatan mencari
jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar yang tepat bagi klien, dan melaksanakan
jalan keluar tersebut.
3. Bagian Akhir. Bagian akhir kegiatan konseling merupakan kegiatan penyimpulan dari
seluruh aspek kegiatan dan pengambilan jalan keluar. Langkah tersebut merupakan
langkah penutupan dari pertemuan dan juga penetapan untuk pertemuan berikutnya
(Uripni, 2002).

ENAM LANGKAH KONSELING : SATUTUJU


Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru hendaknya dapat
diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan Satu
Tuju tersebut tidak perlu dilakukan secara berulang-ulang karena konselor harus menyesuaikan
diri dengan kebutuhan klien.
SATU TUJU adalah alat bantu untuk mengingat langkah-langkah dasar proses konseling dan
menambahkan struktur pada aktifitas yang kompleks. SATU TUJU ini dapat disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing klien. Berikut ini adalah elemen yang digunakan pada
sesi konseling yang baik :

8
Contoh Tugas yang Dilakukan Pada Setiap Langkah
Sapa & Salam:
1. Ucapkan salam dan daftarkan klien.
2. Siapkan rekam medik klien.
3. T entukan tujuan kunjungan.
4. Berikan perhatian penuh kepada klien.
5. Yakinkan klien bahwa semua informasi yang dibahas akan bersifat
rahasia.
Tanyakan:
1. T anyakan klien tentang kebutuhannya.
2. Tuliskan usia klien, status perkawinan, jumlah kehamilan dan persalinan
sebelumnya, jumlah anak yang masih hidup, riwayat medis dasar, penggunaan metode
keluarga berencana sebelumnya, riwayat dan risiko PMS.
3. Kaji apa yang klien ketahui tentang metode keluarga berencana.
4. Tanyakan kepada klien apakah ada metode tertentu yang dia minati.
5. Diskusikan kekhawatiran klien tentang risiko dan manfaat metode modern
(hilangkan rumor dan kesalahpahaman).
Uraikan:
1. Beritahu klien tentang metode yang tersedia.
2. Jelaskan bagaimana setiap metode bekerja, keuntungan dan manfaat dan
kemungkinan efek samping dan kerugiannya.
3. Jawab kekhawatiran dan pertanyaan klien.
Bantu:
1. Bantu klien untuk memilih metode.
2. Ulangi informasi jika perlu.
3. Jelaskan setiap prosedur atau tes laboratorium yang akan dilakukan.

9
4. Periksa klien.
5. Jika ada alasan yang ditemukan pada pemeriksaan atau saat menggali
riwayat lebih rinci ternyata klien tidak dapat menggunakan metode yang dipilihnya,
bantu klien memilih metode lain.
Jelaskan:
1. Jelaskan bagaimana cara menggunakan metode (bagaimana, kapan, dimana).
2. Jelaskan kepada klien bagaimana dan kapan dia bisa/harus mendapatkan re-supply dari
metode ini, jika perlu.
Ulang:
1. Pada tindak lanjut atau kunjungan kembali tanyakan kepada klien apakah dia masih
menggunakan metode ini.
2. Jika jawabannya ya, tanyakan padanya apakah dia mengalami masalah atau efek
samping dan jawab pertanyaannya, selesaikan masalah, jika mungkin.
3. Jika jawabannya tidak, tanyakan mengapa dia berhenti menggunakan metode ini dan
beri nasihat kepada klien untuk melihat apakah ingin mencoba metode lain atau tetap
menggunakan metode yang sama lagi.
4. Pastikan dia menggunakan metode ini dengan benar.

10
BAB III
STRATEGI KONSELING BERIMBANG KELUARGA BERENCANA
(SKB – KB)

PENDAHULUAN
Strategi Konseling Berimbang mulai gencar digunakan pada Agustus 2016 hingga sekarang.
Hasil studi menunjukkan bahwa konseling dengan pendekatan SKB dapat meningkatkan
persentase ibu yang menerima konseling sebanyak 30%. Peningkatan konseling ini juga
berdampak pada adopsi metode KB yang pilih, dimana ada peningkatan dua kali lipat pada
adopsi KBPP yang sebelumnya rata-rata 20%, meningkat menjadi rata-rata 40% setelah
pengunaan Strategi Konseling Berimbang. Peningkatan adopsi KB ini terjadi hampir di semua
metode, baik penggunaan AKDR, implan maupun MOW untuk golongan MKJP, serta
penggunaan MAL sebagai metode lain yang juga dapat digunakan sebagai pilihan pada KBPP.
Hal tersebut disebabkan karena konseling dengan menggunakan SKB dilaksanakan lebih
interaktif, fokus, berorientasi pada klien, menghemat waktu dan informasi metode kontrasepsi
di-update berdasarkan WHO Medical Eligibility Criteria 2015. Serta didukung dengan
penggunaan Aplikasi (Apps) SKB yang akan lebih memudahkan konselor dalam
melaksanakan konseling.
Latar belakang dikembangkannya Strategi Konseling Berimbang berawal dari negara Peru
pada tahun 2000, dimana tenaga kesehatan di Peru dulunya masih memiliki strategi konseling
yang belum berpusat pada kebutuhan klien, sehingga saat pemerintah ingin meningkatkan
kualitas keluarga berencana, mereka menambahkan Strategi Konseling Berimbang sebagai
salah satu strategi konseling:
1. Memulai dengan salam yang hangat.
2. Mendiagnosis kebutuhan klien.
3. Membantu memilihkan metode KB yang tepat.
4. Verifikasi pilihan klien.
5. Memberikan sambutan hangat terhadap pilihan ibu.
Strategi Konseling Berimbang ini meningkatkan ketepatan interaksi antara konselor kesehatan
dengan klien pada pelayanan KB (KBPP/KBPK), metode ini mudah untuk dilakukan, interaktif
dan berorientasi kepada klien.
Perlu diperhatikan dalam melakukan konseling KB menggunakan SKB:
1. Keputusan siapakah yang lebih dominan dalam sebuah konseling?
2. Berapa lama sebuah konseling berlangsung?

11
3. Bagaimana pemahaman klien terhadap metode yang dipilihnya?
Metode SKB berorientasi pada keputusan klien, meningkatkan interaksi antara
konselor dan klien (client-provider interaction). Berdasarkan penelitian Leon et al 1990,
MCHIP 2014 Afhanistan, Ghana, Liberia & Malawi, di negara- negara yang melakukan SKB
sebagai metode konselingnya, program konseling KB berjalan lebih baik.
1. Konseling yang berfokus pada klien ini memperlihatkan bahwa hak klien dan hak
konselor setara hal inilah yang dimaksud dengan “Balance”.
2. Pada konseling menggunakan SKB ini, keputusan benar-benar berdasarkan keinginan
klien tanpa dipengaruhi keinginan yang datang dari konselor.
Strategi ini memungkinkan klien merasa terlibat dalam proses pemilihan metode keluarga
berencananya (ownership). Strategi Konseling Berimbang menggunakan 3 alat bantu
konseling (visual memory aids) yang terdiri dari :
1. Diagram Bantu Konseling SKB KB, berisi pertanyaan-pertanyan kunci, langkah-
langkah, petunjuk dalam menjalankan proses konseling serta bagaimana proses
menyimpan dan menyingkirkan kartu konseling.
2. Kartu Konseling SKB KB yang berisikan informasi dasar dan metode KB.
3. Brosur metode KB yang berisi infomasi lengkap untuk setiap metode. Klien dapat
memilih metode yang paling sesuai dan memenuhi kebutuhannya saat ini.

PRAKTEK SKB-KB
Tiga alat bantu kerja utama untuk melakukan konseling dengan menggunakan strategi
konseling berimbang, adalah :
A. Diagram Bantu Konseling SKB KB
Diagram bantu konseling SKB KB adalah alat untuk memandu konselor dalam menjalankan
proses konseling. Diagram ini berisi pertanyaan- pertanyan kunci, langkah-langkah,
petunjuk dalam menjalankan proses konseling serta bagaimana proses menyimpan dan
menyingkirkan kartu konseling dilakukan. Diagram ini terdiri dari petunjuk-petunjuk
langkah yang tertulis di dalam box yang memiliki tiga warna berbeda, warna-warna ini
menunjukkan tahapan dalam langkah strategi konseling berimbang, dimana warna kuning
menunjukkan tahap sebelum pemilihan, warna hijau menunjukkan tahap pemilihan dan
warna biru menunjukkan tahap setelah pemilihan. Dan dilakukan secara berurutan sesuai
dengan penomeran dalam diagram bantu konseling tersebut. Berikut tahapannya :

12
1. Tahap Sebelum Pemilihan.
Selama tahap ini terdapat 7 langkah dan merupakan tahap penapisan sebelum klien
mengambil keputusan atau tahap pemilihan, konselor menciptakan kondisi yang
membantu klien memilih metode perencanaan KB.
a. Konselor dengan hormat menyapa klien. Konselor menekankan bagi klien bahwa
selama konsultasi, masalah kesehatan reproduksi lainnya akan ditangani tergantung
pada kondisi individualnya. Konselor akan menanyakan mengenai penggunaan
konterasepsi.
b. Apabila klien hamil maka konselor akan melanjutkan ke prosedur pemeriksaan ANC
dan menanyakan kepada klien apakah bersedia melanjutkan konseling KB. Jika klien
tidak hamil, maka konselor akan menamplkan kartu daftar tilik untuk merasa cukup
yakin ibu tidak sedang hamil, sebagai berikut :

13
c. Konselor akan menanyakan mengenai keinginan untuk memiliki anak lagi di masa
yang akan datang.
d. Konselor memberikan informasi mengenai waktu dan jarak kehamilan yang sehat.
e. Konselor menggunakan Diagram Lingkaran Kriteria Kelayakan Medis Dalam
Penggunaan Kontrasesi (WHO MEC Edisi 2, 2017) sehingga dapat di sesuaikan
dengan kondisi dan masalah kesehatan klien, sebagai berikut :

Diagram lingkaran yang telah diadaptasi untuk Indonesia mencakup rekomendasi-rekomendasi


untuk memulai penggunaan 11 (sebelas) alat/obat kontrasepsi, sebagai berikut :

11 Alat/Obat Kontrasepsi yang di rekomendasikan :


1. Pil kombinasi atau kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah (kandungan ≤35 μg etinil
estradiol) (KOK).
2. Koyo (patch) kontrasepsi kombinasi (P).
3. Cincin vagina kontrasepsi kombinasi (CVK).
4. Kontrasepsi injeksi kombinasi (KIK).
5. Pil progestogen (PP).
6. Injeksi progestogen: depo medroxyprogesterone acetate intramuskular atau subkutan
(DMPA IM, SC), atau norethisterone enantate intramuskular (NET-EN).
7. Implan progestogen, LNG/ETG (levonorgestrel atau etonogestrel) (implan
LNG/ETG).
8. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim-LNG (AKDR-LNG).
9. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim-Copper (AKDR-Cu).
10. Sterilisasi pada perempuan (Tubektomi).

14
f. Sebagai klien menanggapi setiap pertanyaan, konselor menyingkirkan kartu dari metode
yang tidak sesuai untuk klien. Menyingkirkan kartu- kartu ini membantu untuk menghindari
pemberian informasi tentang metode yang tidak relevan dengan kebutuhan klien. Serta
memastikan bahwa klien bersedia untuk melanjutkan konseling untuk memilih salah satu
metode KB.
g. Pada tahap ini warna kotak di dalam diagram bantu adalah Kuning, sebagai berikut :

15
2. Tahap Pemilihan.
Selama tahap ini, konselor menawarkan informasi yang lebih luas tentang metode yang
belum disingkirkan, termasuk keefektifannya. Ini membantu klien memilih metode yang
sesuai dengan kebutuhan reproduksinya. Mengikuti langkah-langkah pada diagram bantu
konseling SKB KB, konselor terus mempersempit jumlah kartu konseling sampai suatu
metode dipilih. Jika klien memiliki ketentuan dimana metode tidak disarankan
(menggunakan brosur), konselor membantu klien untuk memilih metode lain.
a. Konselor menjajarkan kartu berdasarkan urutan efektivitasnya. Ia membacakan
informasi dari setiap kartu yang masih tertinggal : implan, AKDR, MAL dan pil
progestin saja jika ibu masih ingin punya anak lagi. Masukkan sterilisasi
(MOW/MOP) jika ibu menyatakan bahwa ia dan suaminya merasa jumlah anggota
keluarga mereka sudah lengkap. Jika ibu tidak tertarik dengan metode pasca
persalinan segera sebelum ia pulang, konselor membahas metode-metode tambahan
yang dapat digunakan pada 6 minggu setelah melahirkan seperti suntik progestin saja.
Konselor meminta klien untuk memilih salah satu kartu metode KB yang diinginkan.
b. Memeriksa pilihan klien dengan mengunakan brosur, dengan menanyakan “metode
ini tidak disaran kan jika...” bila tidak sesuai minta klien memilih metode lain.
c. Pada tahap ini warna kotak di dalam diagram bantu adalah Hijau, sebagai berikut :

3. Tahap Setelah Pemilihan.


Selama tahap ini, konselor menggunakan brosur untuk memberikan informasi lengkap
kepada klien tentang metode yang telah dipilihnya. Memastikan bahwa klien telah

16
mantap dengan pilihannya. Jika klien bersedia untuk diberikan pelayanan KB, maka
konselor dapat segera memberikan pelayanan kepada klien dan mencatat hasil konseling
dan pelayanan tersebut. Pada tahap ini warna kotak di dalam diagram bantu adalah Biru,
sebagai berikut :

B. Kartu Konseling SKB KB


Kartu Konseling SKB KB adalah alat yang digunakan untuk memberikan informasi singkat
kepada klien, dimana kartu konseling ini berisi gambaran umum informasi utama mengenai
setiap metode kontrasepsi. Informasi terdapat pada kedua sisi dari kartu konseling :
1. Pada sisi informasi yang ditujukan bagi klien berisi gambar yang diharapkan mampu
memberikan stimulasi ide tentang hal-hal yang sedang dikonselingkan.
2. Pada sisi informasi yang ditujukan bagi konselor, terdapat poin-poin informasi utama
yang harus disampaikan pada klien.
3. Informasi pada kartu konseling ini sebaiknya jangan ditambahkan atau dikurangi saat
konseling dilakukan.
4. Informasi utama yang singkat ini nantinya akan diperkuat dengan informasi yang lebih
detail pada brosur KB.
Kartu konseling berisi tentang :
1. Informasi.
Kartu-kartu ini digunakan pada tahap sebelum pemilihan dalam diagram.
Contoh kartu ini, antara lain kartu waktu dan jarak kehamilan yang sehat, sebagai
berikut :

17
18
2. Metode KB.
Kartu ini merupakan kartu berisi informasi mengenai metode KB, kartu inilah yang
akan dipilih oleh klien dan berisi informasi tentang jenis-jenis metode kontrasepsi,
seperti informasi tentang efektivitas, efek samping dan informasi umum lainnya secara
singkat. Contoh :

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Keterangan mengenai tingkat efektivitas alat kontrasepsi diatas adalah :

C. Brosur Metode KB
Brosur metode KB ini berisi informasi rinci mengenai setiap metode, termasuk kriteria
medis agar dapat menggunakan metode tersebut (eligiblility), bagaimana metode bekerja,
efek samping yang biasa dirasakan, dan cara penggunaan metode.
Brosur metode ini telah dimutakhirkan untuk mencerminkan Kriteria Persyaratan Medis
dari WHO (World Health Organization Medical Eligiblility Criteria, WHO MEC Edisi 2,
2017) yang dirilis pada bulan Juli 2015. WHO telah memodifikasi kriteria ini untuk ibu
yang memerlukan informasi mengenai keluarga berencana. Brosur ini dapat digunakan
untuk semua ibu dengan tidak memandang pengalaman persalinan mereka sebelumnya.
Brosur ini berperan sebagai alat bantu kerja untuk konselor kesehatan dalam memberikan
informasi singkat yang menyeluruh dan tanpa bias. Klien dapat membaca sendiri informasi
ini, tetapi kami menyarankan konselor kesehatan membacakannya terlebih dahulu untuk
klien lalu mengkonfirmasi pemahaman klien dengan menanyakan pertanyaan terbuka.
Contoh dari pertanyaan terbuka adalah “mohon paparkan beberapa efek samping dari
metode ini”.
1. Persiapan Konseling.
1.1. Memastikan klien tepat untuk menerima konseling.
1.2. Mempersiapkan alat bantu konseling:
a. Mempersiapkan tempat konseling yang nyaman bagi klien.

29
b. Mempersiapkan kartu konseling.
c. Mempersiapkan brosur konseling.
d. Mempersiapkan kartu WHO MAC WHEEL.
2. Tahap Sebelum Pemilihan.
2.1. Memastikan klien siap dan bersedia untuk konseling:
a. Menyapa klien dan memperkenalkan diri.
b. Menjaga privasi klien.
c. Menanyakan jumlah dan usia anak klien.
2.2. Menanyakan tentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi:
a. Menanyakan metode kontrasepsi yang digunakan (apabila klien menggunakan
metode kontrasepsi, tanyakan apakah klien puas dengan metode yang sedang
digunakan, atau berniat mengganti metode lain. Simpan kartu yang tidak disukai,
minta klien untuk menjelaskan metode yang digunakan, dan tanyakan apakah
klien bersedia menerima informasi tentang metode kontrasepsi yang lain.
b. Menentukan penggunaan kartu mendapat dukungan ber-KB dari suami yang
didalamnya terdapat manfaat ber-KB (apabila klien tidak menggunakan metode
kontrasepsi).
2.3. Menanyakan kepada klien, apakah saat ini sedang hamil:
a. Melanjutkan untuk prosedur pemeriksaan ANC dan tanyakan apakah klien ingin
melanjutkan konseling (apabila klien sedang hamil).
b. Menentukan penggunaan kartu daftar tilik untuk merasa cukup yakin ibu sedang
tidak hamil (apabila klien sedang tidak hamil).
2.4. Menanyakan kepada klien, apakah masih ingin memiliki anak lagi di masa yang akan
datang:
a. Menentukan penggunaan kartu MOW MOP dan kartu lain yang belum

disingkirkan (apabila klien tidak ingin memiliki anak lagi dan jelaskan mengapa).
b. Menentukan penggunaan kartu MOW MOP (apabila klien ingin memiliki anak

lagi dan jelaskan mengapa).


2.5. Menjelaskan mengenai waktu dan jarak yang sehat seorang wanita untuk hamil :
Menjelaskan kartu waktu dan jarak kehamilan yang sehat.
2.6. Menanyakan kepada klien, apakah sedang menyusui bayi yang kurang dari 6 bulan
secara eksklusif:
a. Menentukan penggunaan kartu Pil Kombinasi, suntik 1 bulan dan suntik 3 bulan.
b. Menentukan penggunaan kartu MAL.
30
2.7. Menanyakan kepada klien, apakah memiliki masalah kesehatan:
Menentukan penggunaan Diagram Lingkaran Kriteria Kelayakan Medis Dalam
Penggunaan Kontrasepsi (WHO MEC WHEEL 2017) untuk menapis metode yang
tidak sesuai dengan kondisi dan masalah klien.
2.8. Menanyakan kepada klien, apakah klien bersedia melanjutkan konseling dan
memilih salah satu metode :
Memastikan klien bersedia untuk melanjutkan konseling.

3. Tahap Pemilihan.
Menyampaikan kepada klien mengenai kartu metode KB yang tersisa:
3.1. Menyusun kartu konseling berdasarkan yang paling efektif.
Menjelaskan satu per satu keterangan yang tertulis di belakang kartu pada klien.
3.2. Meminta klien (dan pasangan) untuk memilih salah satu kartu metode KB yang
diminati.
3.3. Periksa pilihan klien dengan mengunakan brosur, dengan menanyakan “metode ini
tidak disaran kan jika...” bila tidak sesuai minta klien memilih metode lain.

4. Tahap Setelah Pemilihan.


4.1. Menjelaskan informasi tentang metode KB yang mejadi pilihan klien :
a. Menggunakan brosur untuk memberikan informasi yang lebih lengkap.
b. Menjelaskan efektivitas, cara penggunaan dan efek samping dari metode yang
dipilih.
4.2. Memastikan klien telah mantap dengan pilihannya dan memahami metode yang
dipilihnya :
a. Meminta klien untuk mengulangi pehamanan tentang cara penggunaan dan efek
samping.
b. Meminta klien untuk membaca semua isi brosur.
4.3. Menanyakan klien untuk kesediaannya diberikan pelayanan konterasepsi sesuai dengan
pilihannya :
a. Memberikan pelayanan dan catat hasil pelayanan dalam buku
KIA/register/pencatatan dan pelaporan serta jadwalkan kunjungan ulang.
b. Apabila klien tidak bersedia, maka catat hasil konseling dalam buku KIA/register
pelayanan dan jadwalkan kunjungan ulang.
Brosur metode KB sebagaimana dibahas diatas adalah sebagai berikut :
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
BAB IV
PENUTUP

Salah satu peran Perguruan Tinggi adalah mendukung upaya pemerintah dalam melaksanakan
program-program kesehatan di masyarakat, salah satunya adalah program pelayanan Keluarga
Berencana. Kementerian Kesehatan bersama BKKBN gencar melakukan upaya dan strategi
untuk meningkatkan cakupan peserta KB. Untuk mempertahankan pemakaian kontrasepsi
pada tingkatan tertentu dibutuhkan lebih banyak lagi peserta KB baru sebagai pengganti peserta
KB yang mengalami putus pakai. Karena itu untuk meningkatkan atau mempertahankan
capaian angka prevalensi kontrasepsi (CPR) selain diperlukan upaya mendapatkan peserta baru
maka perlu juga dilakukan upaya untuk menurunkan tingkat putus pakai kontrasepsi.
Berbagai studi dan literatur memperlihatkan bahwa pemberian informasi yang komprehensif
terkait pelayanan KB melalui proses konseling yang baik dan benar oleh tenaga kesehatan
dapat berkontribusi pada penurunan tingkat putus pakai kontrasepsi. Dengan demikian, upaya
peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dalam memberikan konseling KB memegang
peranan penting dalam menurunkan tingkat putus pakai kontrasepsi serta meningkatkan
kualitas pelayanan KB bagi peserta KB.
Terdapat beberapa metode konseling yang dilakukan tenaga kesehatan, salah satunya adalah
Strategi Konseling Berimbang Keluarga Berencana (SKB-KB). Metode SKB berorientasi pada
keputusan klien, meningkatkan interaksi antara konselor dan klien (client-provider
interaction). Beberapa studi menunjukkan bahwa di negara- negara yang melakukan SKB
sebagai metode konselingnya, program konseling KB berjalan lebih baik. Konseling yang
berfokus pada klien ini memperlihatkan bahwa hak klien dan hak konselor setara hal inilah
yang dimaksud dengan “Balance” (Seimbang). Pada konseling menggunakan SKB ini,
keputusan benar-benar berdasarkan keinginan klien tanpa dipengaruhi keinginan yang datang
dari konselor.
Strategi Konseling ini memungkinkan klien merasa terlibat dalam proses pemilihan metode
keluarga berencananya (ownership). Strategi Konseling Berimbang menggunakan 3 alat bantu
konseling (visual memory aids) yang terdiri dari : 1) Diagram Bantu Konseling SKB KB, berisi
pertanyaan-pertanyan kunci, langkah-langkah, petunjuk dalam menjalankan proses konseling
serta bagaimana proses menyimpan dan menyingkirkan kartu konseling; 2) Kartu Konseling
SKB KB yang berisikan informasi dasar dan metode KB; serta 3) Brosur metode KB yang
berisi infomasi lengkap untuk setiap metode. Klien dapat memilih metode yang paling sesuai
dan memenuhi kebutuhannya saat ini.
42
Lampiran Daftar Tilik Penilaian Ketrampilan SKB-KB

43
44
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Marwan et al. 2017. “Pengaruh Konseling Saat Persalinan Terhadap Kepesertaan
Keluarga Berencana Pasca Salin Di Kabupaten Kolaka.” Jurnal Kesehatan Reproduksi.
Basuki, Kustiadi. 2019. ISSN 2502-3632 (Online) ISSN 2356-0304 (Paper) Jurnal Online
Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019 Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta 53(9): 1689–99. www.journal.uta45jakarta.ac.id.
BKKBN. 2014. “Sejarah BKKBN.” Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).
———. 2017. “Survei Demografi Dan Kesehatan : Kesehatan Reproduksi Remaja 2017.”
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
Haris, Vera Suzana Dewi. 2017. “Konseling KB Menggunakan Flashcard Terhadap.”
JurnallKsehatan.
Jatmiko, Yogo Aryo, and Sri Wahyuni. 2019. “DETERMINAN FERTILITAS DI
INDONESIA HASIL SDKI 2017.” Euclid.
Kusnandar, Viva Budy. 2019. “Jumlah Penduduk Indonesia Diproyeksikan Mencapai 270 Juta
Pada 2020.” Databooks.
Kementerian Kesehatan R.I. 2018. Modul Pelatihan : Strategi Konseling Berimbang Keluarga
Berencana (SKB-KB) Untuk Dokter, Bidan dan Perawat.
Kepmenkes RI No. HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015- 2019
———. 2020. “Inilah Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia 2020.” Databoks.
Prijatni, Ida. 2016. modul bahan ajar cetak kebidana Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga
Berencana.
Permenkes No. 39 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelaksanaan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Permenkes No. 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
Population Council. Adaptasi “The Balanced Counseling Strategy: A Toolkit for Family
Planning Service Providers”.
WHO. 2017. Diagram Lingkaran Kriteria Kelayakan Medis Dalam Penggunaan Kontrasepsi
menurut WHO Edisi 2, 2017.

45
BIODATA PENULIS

Dr dr Ketut Suarayasa., M.Kes


Lahir di Seririt – Bali pada 26 Nopember 1971, menempuh Pendidikan SD
– SMA di Bali dan melanjutkan Pendidikan S1 pada Fakultas Kedokteran
UNHAS, S2 Promosi Kesehatan UNHAS dan S2 Administrasi Rumah
Sakit UIT, serta S3 Kesehatan Masyarakat UNHAS dengan kajian pada
Kesehatan Ibu dan Anak. Saat ini sebagai dosen pada Fakultas Kedokteran
Untad-Palu serta mendapat tugas tambahan sebagai Direktur RSU Tadulako

drg. Elli Yane. B., M.Kes


Penulis merupakan dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako sejak
tahun 2012. Sekarang menjabat sebagai Kepala Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Komunitas dan pengajar Ilmu Kesehatan
Masyarakat pada mata kuliah Promosi Kesehatan. Penulisa menyelesaikan S-
1 di Fakultas Kedokteran Gigi UNHAS, S-2 Promosi Kesehatan FKM
UNHAS dan saat ini sedang menempuh Pendidikan S-3 di Pascasarjana FKM
UNHAS.

dr. Miranti., M.Kes


Lahir di Palu, pada tanggal 11 Juli 1986. Menempuh Pendidikan sampai
jenjang SMU di Palu. Pendidikan S1 dan Profesi Dokter pada Fakultas
Kedokteran UNHAS, S2 Manajemen Rumah Sakit di UIT Makassar, dan
sedang menempuh pendidikan S3 di Pascasarjana FKM UNHAS. Saat ini
sebagai Dosen pada Fakultas Kedokteran UNTAD Palu, serta mendapat tugas
tambahan sebagai Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medik dan Rumah Sakit
Umum Tadulako. Penulis juga aktif dalam kepengurusan beberapa organisasi
profesi

dr. Yuli Fitriani., M.K.M


Lahir di Kota Palu pada tanggal 04 Juli 1990, menempuh pendidikan SD
hingga S1 di kota kelahirannya. Pendidikan jenjang S-1 dan Profesi Dokter
ditempuh di Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako dari tahun 2008
hingga tahun 2014. Pada tahun 2018 melanjutkan Pendidikan S-2 Kesehatan
Reproduksi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Sejak tahun 2019 aktif sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako dan menjadi Tim Dokter di RSU Tadulako

46
47

Anda mungkin juga menyukai