Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Konseling KB

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
NURAFNIKA : 1218009
FIRDAWATI : 1218010
WA ODE ERNI : 1218031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK MAKASSAR
TAHUN PELAJARAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan disusunanya makalah ini
diharapkan dapat memberikan sedikit informasi tentang hipertensi dan diet untuk menanggulangi
masalah hipertensi. Selain itu makalah ini dapat digunakan sebagai acuan dan referensi untuk
menyusun menu bagi penderita hipertensi khususnya ibu hamil. Sehingga dapat membantu
dalam mengatasi masalah nutrisi bagi penderita masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis
dan penusun makalah ini mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya positif demi kebutuhan
penyempurnaan di masa-masa yang akan datang. Ruteng, 14 maret 2017 penyusun.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
1. Konseling KB........................................................................................... 3
2. Jenis-jenis Konseling KB......................................................................... 4
3. Teknik Konseling..................................................................................... 5
4. Tahapan Konseling dalam Pelayanan KB................................................ 6
5. Informed Consent..................................................................................... 7
6. Macam-macam Alat Kontrasepsi............................................................. 8
BAB III PENUTUP................................................................................................... 9
A. Kesimpulan.............................................................................................. 9
B. Saran........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat
kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan
kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi
juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan
kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius,
karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat
meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma
dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan
pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada
kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus
menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam
memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003).
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu.
Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan
informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara
kontrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif
dan efisien. KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda
kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi
(limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta
kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity).
Di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Tengah terutama di desa Pengkol,
kecamatan Tanon dengan jumlah penduduk wanita 1802, orang yang mengalami
kehamilan cukup tinggi pada umur 20 – 30 tahun adalah 70%, 25% umur 31 – 40 tahun,
5% umur 40 tahun keatas. Pada tahun 2006 penggunaan KB suntik menurun
diperkirakan10-30%, sehingga meningkatkan angka kehamilan di desa Pengkol.
Penggunaan KB pil menurun diperkirakan 10-20%. Ada beberapa kemungkinan kurang
berhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor
pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan
pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan yang baik, demikian
sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang
(Notoatmojo, 2003).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konseling KB ?
2. Apa jenis-jenis konseling KB ?
3. Bagaimana teknik konseling ?
4. Bagaimana Tahapan konseling dalam pelayanan KB ?
5. Apa itu informed consent ?
6. Apa saja macam-macam alat kontrasepsi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konseling KB
2. Untuk mengetahui jenis-jenis konseling KB
3. Untuk mengetahui teknik konseling
4. Untuk mengetahui tahapan konseling dalam pelayanan KB
5. Untuk mengetahui tentang informed consent

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseling KB
Konseling adalah suatu proses dimana seseorang membantu seorang lain dalam
membuat keputusan atau mencari jalan untuk mengatasi masalah, melalui pemahaman
tentang fakta dan perasaan yang terlibat di dalamnya.

Konseling juga berarti relasi atau hubungan timbal balik antara dua orang
individu (konselor dengan klien) di mana konselor berusaha membantu klien untuk
mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan masalah-
masalah yang dihadapinya pada saat ini dan yang akan datang.

Konseling KB merupakan percakapan tatap muka atau wawancara  antara klien


dengan konselor,  yang diselenggarakan dengan sengaja, dengan tujuan membantu klien
tersebut membuat keputusan yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya, serta
pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap tentang alat kontrasepsi.
Konseling KB mempunyai manfaat untuk mengetahui kemantapan calon peserta
atau peserta KB dalam memilih dan menggunakan alat KB. Dengan proses konseling KB
bisa diketahui, apakah cara KB yang dipilih dan dipakai oleh peserta KB benar-benar atas
kemauan sendiri atau karena mengikuti kehendak orang lain (dibujuk, dipaksa).  Jika
konseling KB dilakukan, maka pilihan dan pemakaian cara KB bisa lebih mantap dan
menjamin kelestarian peserta KB. Mengapa begitu? Karena alat KB tersebut dipilih
secara sadar. Jadi, sewaktu memilih alat KB, peserta sudah mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang manfaat alat KB tersebut. Dia juga tahu macam-macam kemungkinan
yang bisa dialaminya. Dia juga tahu cara-cara mengatasinya kalau mengalami kesulitan,
misalnya keluhan-keluhan efek samping.
B. Jenis-jenis Konseling KB
1. Konseling umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) serta kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar.
Konseling umum sering dilakukan di lapangan (no
nklinik). Tugas utama
dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun
secara perseorangan. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari berbagai
metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan
fungsi repr
oduksi keluarga.
2. Konseling spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Pelayanan konselin
spesifik dilakukan di klinik dan diupayakan agar diberikan secara perorangan di ruangan
khusus. Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai
pemantapan hasil konseling lapangan. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik
tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan, keterbatasan, akses, dan fasilitas
layanan.
3. Konseling pra dan pasca tindakan
Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator / konselor / dokter /
bidan. Pelayanan konseling ini juga dilakukan di klinik secara perseorangan. Konseling
ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama
dan pasca) serta penjelasan lisan / instruksi tertulis asuhan mandiri
C. Teknik Konseling
Teknik konseling menurut Gallen dan Leitenmaier (1987), lebih dikenal dengan
GATHER yaitu:
1. GATHER
G : Greet
Berikan salam, kenalkan diri dan buka komunikasi
A : Ask
Tanya keluhan/kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/ kebutuhan sesuai
dengan kondisi yang dihadapi?
T : Tell
Beritahukan persoalan pokok yg dihadapi pasien dari hasil tukar informasi dan
carikan upaya penyelesaiannya
H : Help
Bantu klien memahami & menyelesaikan masalahnya
E : Explain
Jelaskan cara terpilih telah dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat
segera terlihat/ diobservasi)
R : Refer/Return visit
Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai. Buat jadwal
kunjungan Ulang)
2. Langkah Konseling KB SATU TUJU
Langkah SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan berurutan karena menyesuaikan
dengan kebutuhan klien.
SA : Sapa dan salam
Sapa klien secara terbuka dan sopan Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi pasien
Bangun percaya diri pasien Tanyakan apayang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan
apa yang dapat diperolehnya.
T : Tanya
Tanyakan informasi tentang dirinya Bantu klien pengalaman tentang KB dan
kesehatan reproduksi Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan.
U : Uraikan
Uraikan pada klien mengenai pilihannya Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang
paling dia ingini serta jelaskan jenis yang lain
TU : Bantu
Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya Tanyakan
apakah pasangan mendukung pilihannya
J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah klien
memilih jenis kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana penggunaannya Jelaskan manfaat
ganda dari kontrasepsi
U : Kunjungan Ulang/Rujuk
Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan.

D. Tahapan konseling dalam pelayanan KB


Tahapan Konseling dalam pelayanan KB dapat dirinci dalam tahapan sebagai
berikut: KIE Motivasi à Bimbingan à Rujukan à KIP/K à yan. Kontrasepsi à Tindak
lanjut
1. Kegiatan KIE
a. Sumber informasi pertama tentang jenis alat/ metode KB dari petugas lapangan
KB
b. Pesan yang disampaikan : Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan
kesejahteraan keluarga Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang kaitannya
dengan cara kerja dan metode kontrasepsi). Jenis alat/metode kontrasepsi, cara
pemakaian, cara kerjanya serta lama pemakaian
2. Kegiatan Bimbingan
a. Tindak lanjut dari kegiatan KIE dengan menjaring calon peserta KB
b. Tugas penjaringan : memberikan informasi tentang jenis kontrasepsi lebih
objektif, benar dan jujur sekaligus meneliti apakah calon peserta memenuhi
syarat
c. Bila iya à rujuk ke KIP/K
3.Kegiatan Rujukan
a. Rujukan calon peserta KB, utk mendapatkan pelayanan KB
b. Rujukan peserta KB, untuk menindaklanjuti komplikasi
4. Kegiatan KIPK/K (Komunikasi Interpersonal dan Konseling) Tahapan dalam KIP/K
a. Menjajaki alasan pemilihan alat
b. Menjajaki aa klien sudah mengetahui/ paham ttg alat kontrasepsi tsb
c. Menjajaki klien tahu/tdk alat kontrasepsi lain
d. Bila belum, berikan informasi
e. Beri klien kesempatan untuk mempertimbangkan pilihannya kembali
f. Bantu klien mengambil keputusan
g. Beri klien informasi, apapun pilihannya, klien akan diperiksa kesehatannya
h. Hasil pembicaraan akan dicatat pada lembar konseling
5. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi
a. Pemeriksaan kesehatan : anamnesis dan Px. Fisik
b. Bila tidak ada kontra indikasi à pelayanan kontrasepsi dapat diberikan
c. Untuk kontrasepsi jangka panjang perlu inform consent
6. Kegiatan Tindak Lanjut Petugas melakukan pemantauan keadaan peserta KB dan
diserahkan kembali kepada PLKB.
E. Informed Consent
1. Persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarga atas informasi dan penjelasan
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien
2. Setiap tindakan medis yang beresiko harus persetujuan tertulisi ditandatangani oleh
yang berhak memberikan persetujuan (klien) dlm keadaan sadar dan sehat.
F. Macam-macam Alat Kontrasepsi
Berikut ini adalah beberapa macam alat-alat kontrasepsi yang dipakai dan beredar
pada saat sekarang ini. Macm-macam alat kontrasepsi tersebut antara lain adalah :
1. Alat Kontarepsi Berupa Kondom
2. Alat Kontarepsi Berupa Diagfragma
3. Alat Kontarepsi Berupa Susuk kb
4. Alat Kontarepsi Berupa Suntikan KB (KB Suntik)
5. Alat Kontarepsi Berupa Pil KB
Berikut ini adalah penjabaran dari macam-macam alat kontarasepsi tersebut.
1. Alat Kontrasepsi Berupa Kondom
Kondom adalah suatu alat kontrasepsi berupa sarung dari karet yang diselubungkan
ke organ intim lelaki, yang bekerja dengan cara mencegah sperma bertemu dengan sel
telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Kondom merupakan salah satu metode
pencegahan kehamilan yang sering di-gunakan. Kondom juga bisa digunakan untuk
melindungi pasangan dan diri sendiri dari virus HIV dan penyakit menular seksual. Tapi
apakah pemakaian kondom cukup aman dan efektif untuk melindungi Anda dari
kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit? Aman atau efektifnya pemakaian
kondom sebagai alat pencegah kehamilan dan pencegah penyebaran penyakit ternyata
tergantung pada cara pemakaiannya. Jika kondom dipakai secara tepat dan benar, maka
kondom akan dapat melindungi Anda dan pasangan dari hal-hal tersebut. Jika dipakai
secara asal-asalan, ada kemungkinan kegagalan penggunaan kondom, yakni meski sudah
digunakan, tetap saja Anda dapat hamil atau terinfeksi penyakit menular seksual.
Penggunaan kondom yang benar adalah memakaikannya pada organ intim pria yang
ereksi. Sisakan ruangan di bagian paling ujung kondom untuk menampung sperma,
caranya dengan menjepit bagian paling ujung kondom dengan jari saat memakai
kondom tersebut. Setelah terjadi ejakulasi dan sperma keluar dan ditampungKarena
kalau penis sudah tidak dalam keadaan ereksi, kondom akan menjadi longgar dan
sperma yang sudah tertampung tadi bisa merembes keluar dan dapat membuahi.
Kesalahan pemakaian kondom yang lain adalah membuat kondom robek, misalnya
karena kena kuku atau ikut robek saat membuka plastiknya. Kondom yang sobek tidak
akan melindungi dengan sempurna, karena itu Anda dan pasangan harus memperhatikan
dengan baik instruksi pemakaiannya. Selain itu ada kemungkinan juga kondom yang
Anda gunakan bersama pasangan memiliki cacat produksi, maka perhatikan dengan
seksama sebelum digunakan. Kondom yang sudah digunakan harus segera dibuang dan
tidak boleh dipakai lagi. Perhatikan juga tanggal kadaluarsanya, karena berkaitan dengan
elastisitas kondom tersebut. Yang terakhir adalah Anda lebih baik memilih kondom
yang terbuat dari bahan lateks karena dapat melindungi lebih baik dari bahan-bahan
yang lain.
Menurut penelitian, kondom terbukti memiliki kemungkinan kegagalan sebesar 2-
3%. Berarti dari 100 wanita yang pasangan yang menggunakan kondom saat bercinta, 2-
3 wanitanya terbukti hamil. Karena itu, untuk meningkatkan efektifitas kondom, lebih
baik gunakan bersama-sama dengan alat kontrasepsi lain, misalnya spermisida.
Spermisida adalah senyawa kimia yang berfungsi membunuh sperma, bentuknya
bisa berupa jeli, krem, sampai busa atau tablet yang harus dimasukkan ke dalam vagina.
Saat ini terdapat banyak kondom dengan bentuk, tekstur, dan rasa yang bervariasi yang
dirancang untuk menambah kepuasan dan kenyamanan dalam bercinta. Silakan
bereksperimen dengan aneka kondom tersebut, namun tetap perhatikan cara
pemakaiannya, agar Anda dan pasangan terlindungi dengan maksimal.
2. Alat Kontrasepsi Berupa Diagfragma
Kontrasepsi diafragma merupakan hal yang tidak biasa di Indonesia. Kontrasepsi ini
adalah kontrasepsi barier yang tidak mengurangi kenikamatan berhubungan seksual
karena terjadi skin to skin kontak antara penis dengan vagina dan dapat meningkatkan
frekuensi sentuhan pada G Spot dalam. Sayangnya diafragma memiliki efektifitas yang
paling rendah dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, selain itu pemasangannya
harus oleh tenaga kesehatan dan harganya relatif lebih mahal. Bentuk dan
pemasangannya adalah sebagai berikut :
3. Alat Kontrasepsi Berupa Susuk KB (IMPLAN)
Susuk disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada
lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam.
Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan
ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah
kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai.
Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan
hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan
menghalangi migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan
ada juga yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan.
Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktu yang dilakukan jika memang ingin hamil lagi.
Berbentuk kapsul silastiklentur), panjangnya sedikit lebih pendek daripada batang korek
api. Jika Implant dicabut kesuburan bisa pulih dan kehamilan bisa terjadi.
Cara pencabutan Implan hampir sama dengan pemasangannya yaitu dengan
penyayatan kecil dan dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih. Sebelum
pemasangan Implan sebaiknya kesehatan Ibu diperiksa terlebih dahulu,dengan tujuan
untuk mengetahui apakah Ibu bisa memakai Implan atau tidak.
Cara Kerja :
Sama dengan pil namun susuk ditanamkan di dalam kulit, biasanya di lengan atas. Implan
mengandung progesteron yang akan terlepas secara perlahan dalam tubuh.
Efektifitas
 Lendir serviks menjadi kental
 Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
 Mengurangi transportasi sperma
 Menekan ovulasi
 99 % Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan)
Indikasi Susuk KB
 Pemakaian KB yang jangka waktu lama
 Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu
dekat.
 Tidak dapat memakai jenis KB yang lain
Yang Harus Ibu Lakukan Setelah Pemasangan Implan :
Daftarkan diri segera ke Pos KB Desa atau pusat pelayanan kesehatan lainya,
agar dapat dibantu mengingatkan pada saat jatuh tempo pencabutannya. Sesudah
pemasangan mungkin Ibu mengalami sedikit nyeri dibekas tempat pemasangan, Ibu tidak
usah khawatir, karena rasa nyeri akan hilang dalam satu atau dua hari.
Untuk mencegah terjadinya Infeksi dibekas pemasangan Implant harus dijaga
supaya tetap kering selama 3 hari, jika ibu akan mandi angkatlah tangan tempat
pemasangan Implant agar luka tidak terkena air, sebab jika luka menjadi basah dapat
menyebabkan Infeksi. Jangan segan untuk membicarakan dengan petugas lapangan KB
dan petugas kesehatan jika ada masalah dengan pemakaian Implant. Sesudah 5 Tahun
Implan harus dicabut dan apabila Ibu masih berniat memakai implant kembali maka
implant dapat dipasangkan lagi
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian deskripsi data primer yang telah di analisis, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan penggunaan alat kontrasepsijenis suntikan KB, pil KB dan implant,
(64,06%) responden merasa tidak cocok dengan alat kontrasepsi yang pernah
digunakan karena dapat menimbulkan efek samping seperti bertambahnya berat
badan, nyeri kepala, haid tidak lancer, berkurangnya nafsu seksualdan timbul
flek-flek hitam di wajah. Dengan flek yang ditimbulkan tersebut maka
berpengaruh terhadap penggunaan alat kontrasepsi, karena responden menjadi
malas untuk menggunakan alat kontrasepsi dan akibatnya mereka tidak mrnjadi
akseptor KB.
b. Sebanyak (70,31%) PUS mengiginkan memiliki anak sesuai dengan jenis
kelamin yang diinginkan wanita PUS beralasan bahwa jenis kelamin anak yang
mereka miliki belum sesuai dengan keinginan mereka, kaena ada PUS yang
memiliki anak laki-laki saja dan ada juga PUS yang memiliki anak perempuan
saja. Oleh karena itu mereka beralasan ingin mendapatkan anak sesuai dengan
jenis kelamin yang mereka inginkan. Hal inilah yang menyebabkan mereka
akhirnya tidak menggunakan alat kontrasepsi dan tidak menjadi akseptor KB.
c. Keinginan Memiliki sejumlah anak sebagai faktor penyebab ketidak ikut sertaan
wanita PUS, karena keinginan PUS untuk memiliki sejumlah anak masih kuat,
yang pada akhirnya menyebabkan PUS tidak melakukan pembatasan kelahiran
sehinggah jumlah anak yang dimiliki lebih dari dua.
B. SARAN
Berdasarkan deskripsi data dan analisis data, maka disarankan:
a. Pasangan usia subur hendaknya lebih teliti dalam memilih alat kontrasepsi yang
akan digunakan sehinggah tidak menimbulkan efek samping yang dapat
mengganggu kesehatan ataupun penampilan PUS, bila menimbulkan efek
samping hendaknya konsultasi kepada tenaga medis yang ada, sehingga PUS
tetap menggunakan alat kontrasepsi danmenjadi akseptor KB.
b. Pasangan usia subur hendaknya bisa memandang bahwa memiliki anak laki-laki
ataupun perempuan itu sama saja ,sehinggah apapun jenis kelamin anak yang
dimiliki harus tetap disyukuri, meskipun tidak sesuai dengan keinginan PUS.
c. Pasangan usia subur hendaknya lebih membuka diri terhadap informasi-
informasi mengenai program KB.

Anda mungkin juga menyukai