Konseling KB
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
NURAFNIKA : 1218009
FIRDAWATI : 1218010
WA ODE ERNI : 1218031
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan disusunanya makalah ini
diharapkan dapat memberikan sedikit informasi tentang hipertensi dan diet untuk menanggulangi
masalah hipertensi. Selain itu makalah ini dapat digunakan sebagai acuan dan referensi untuk
menyusun menu bagi penderita hipertensi khususnya ibu hamil. Sehingga dapat membantu
dalam mengatasi masalah nutrisi bagi penderita masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis
dan penusun makalah ini mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya positif demi kebutuhan
penyempurnaan di masa-masa yang akan datang. Ruteng, 14 maret 2017 penyusun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
1. Konseling KB........................................................................................... 3
2. Jenis-jenis Konseling KB......................................................................... 4
3. Teknik Konseling..................................................................................... 5
4. Tahapan Konseling dalam Pelayanan KB................................................ 6
5. Informed Consent..................................................................................... 7
6. Macam-macam Alat Kontrasepsi............................................................. 8
BAB III PENUTUP................................................................................................... 9
A. Kesimpulan.............................................................................................. 9
B. Saran........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat
kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan
kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi
juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan
kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius,
karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat
meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma
dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan
pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada
kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus
menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam
memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003).
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu.
Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan
informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara
kontrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif
dan efisien. KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda
kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi
(limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta
kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity).
Di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Tengah terutama di desa Pengkol,
kecamatan Tanon dengan jumlah penduduk wanita 1802, orang yang mengalami
kehamilan cukup tinggi pada umur 20 – 30 tahun adalah 70%, 25% umur 31 – 40 tahun,
5% umur 40 tahun keatas. Pada tahun 2006 penggunaan KB suntik menurun
diperkirakan10-30%, sehingga meningkatkan angka kehamilan di desa Pengkol.
Penggunaan KB pil menurun diperkirakan 10-20%. Ada beberapa kemungkinan kurang
berhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor
pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan
pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan yang baik, demikian
sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang
(Notoatmojo, 2003).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konseling KB ?
2. Apa jenis-jenis konseling KB ?
3. Bagaimana teknik konseling ?
4. Bagaimana Tahapan konseling dalam pelayanan KB ?
5. Apa itu informed consent ?
6. Apa saja macam-macam alat kontrasepsi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konseling KB
2. Untuk mengetahui jenis-jenis konseling KB
3. Untuk mengetahui teknik konseling
4. Untuk mengetahui tahapan konseling dalam pelayanan KB
5. Untuk mengetahui tentang informed consent
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseling KB
Konseling adalah suatu proses dimana seseorang membantu seorang lain dalam
membuat keputusan atau mencari jalan untuk mengatasi masalah, melalui pemahaman
tentang fakta dan perasaan yang terlibat di dalamnya.
Konseling juga berarti relasi atau hubungan timbal balik antara dua orang
individu (konselor dengan klien) di mana konselor berusaha membantu klien untuk
mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan masalah-
masalah yang dihadapinya pada saat ini dan yang akan datang.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian deskripsi data primer yang telah di analisis, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan penggunaan alat kontrasepsijenis suntikan KB, pil KB dan implant,
(64,06%) responden merasa tidak cocok dengan alat kontrasepsi yang pernah
digunakan karena dapat menimbulkan efek samping seperti bertambahnya berat
badan, nyeri kepala, haid tidak lancer, berkurangnya nafsu seksualdan timbul
flek-flek hitam di wajah. Dengan flek yang ditimbulkan tersebut maka
berpengaruh terhadap penggunaan alat kontrasepsi, karena responden menjadi
malas untuk menggunakan alat kontrasepsi dan akibatnya mereka tidak mrnjadi
akseptor KB.
b. Sebanyak (70,31%) PUS mengiginkan memiliki anak sesuai dengan jenis
kelamin yang diinginkan wanita PUS beralasan bahwa jenis kelamin anak yang
mereka miliki belum sesuai dengan keinginan mereka, kaena ada PUS yang
memiliki anak laki-laki saja dan ada juga PUS yang memiliki anak perempuan
saja. Oleh karena itu mereka beralasan ingin mendapatkan anak sesuai dengan
jenis kelamin yang mereka inginkan. Hal inilah yang menyebabkan mereka
akhirnya tidak menggunakan alat kontrasepsi dan tidak menjadi akseptor KB.
c. Keinginan Memiliki sejumlah anak sebagai faktor penyebab ketidak ikut sertaan
wanita PUS, karena keinginan PUS untuk memiliki sejumlah anak masih kuat,
yang pada akhirnya menyebabkan PUS tidak melakukan pembatasan kelahiran
sehinggah jumlah anak yang dimiliki lebih dari dua.
B. SARAN
Berdasarkan deskripsi data dan analisis data, maka disarankan:
a. Pasangan usia subur hendaknya lebih teliti dalam memilih alat kontrasepsi yang
akan digunakan sehinggah tidak menimbulkan efek samping yang dapat
mengganggu kesehatan ataupun penampilan PUS, bila menimbulkan efek
samping hendaknya konsultasi kepada tenaga medis yang ada, sehingga PUS
tetap menggunakan alat kontrasepsi danmenjadi akseptor KB.
b. Pasangan usia subur hendaknya bisa memandang bahwa memiliki anak laki-laki
ataupun perempuan itu sama saja ,sehinggah apapun jenis kelamin anak yang
dimiliki harus tetap disyukuri, meskipun tidak sesuai dengan keinginan PUS.
c. Pasangan usia subur hendaknya lebih membuka diri terhadap informasi-
informasi mengenai program KB.