Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP KONSELING KB SETELAH NIFAS

Disusun oleh :

Insani Marcahaya Tamba

(P07524121071)

Dosen Pengampu :

Lusiana Gultom SST,M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

PRODI D-III KEBIDANAN

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya
kita masih diberikan kesempatan untuk dapat mengikuti perkuliahan sebagaimana biasanya dan
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Konseling KB Setelah Nifas” ini tepat
pada waktunya.

Dalam makalah ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak dan rekan-
rekan yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penulisan hingga pada
penyelesaian makalah ini.

Penulis berharap makalah ini boleh berguna bagi seluruh kalangan khususnya mahasiswa, tenaga
pendidik dan tenaga kesehatan dalam memahami lebih lanjut mengenai konsep konseling KB.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan penyampaian makalah ini. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Hormat saya,

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................................. 5


1.3 TUJUAN ..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1 TUJUAN KONSELING KB................................................................................................6
2.2 KONSEP DASAR NIFAS .................................................................................................4

2.3 PENGERTIAN KONSELING.............................................................................................7

2.4 PENGERTIAN KONSELING IBU NIFAS...........................................................................13


2.5 PERAN & TANGGUNG JAWAB BIDAN PADA MASA
NIFAS.........................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................18

BAB I

PENDAHULUAN

3
1.1LATAR BELAKANG

Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan
Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan.

Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan


pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi
pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan
Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/
masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin,
2003).

Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu
mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap,
akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar
dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan
pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak
wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah
metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima
sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau
biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).

1.2RUMUSAN MASALAH
1. Apa tujuan konseling KB pada ibu hamil?
2. Bagaimana konsep dasar nifas?
3. Bagaimana peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas?

4
1.3TUJUAN
1. Untuk mengetahui tujuan konseling KB pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui konsep konseling dasar nifas
3. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TUJUAN KONSELING KB

Tujuan diberikannya konseling kontrasepsi, menurut USAID 2011 antara lain, membuat pilihan
yang baik mengenai metode kontrasepsi, mengunakan pilihan metode yang baik, meneruskan

5
menggunakan metode mereka. Tetapi, tujuan umum dilaksanakannya konseling adalah agar
tercapai peningkatan kualitas pelayanan kontrasepsi (Sulistyawati, 2013). Berikut merupakan
tujuan konseling kontrasepsi secara detail menurut Sulistyawati:

a. Mengidentifikasi dan menampung perasaan-perasaan negatif, misalnya keraguan maupun


ketakutan-ketakutan yang dialami klien sehubungan dengan pelayanan KB atau metode-
metode kontrasepsi sehingga konselor dapat membantu klien dalam menanggulanginya.
b. Menyeleksi calon akseptor degan risiko tinggi, khususnya untuk kontrasepsi mantap, dan
membantu mereka memilih metode kontrasepsi alternatif yang lebih sesuai.
c. Memberikan informasi yang lengkap, tepat serta objektif mengenai berbagai metode
kontrasepsi sehingga klien mengetahui manfaat penggunaan kontrasepsi bagi diri sendiri
maupun keluarganya
d. Membantu klien agar dapat mengetahui cara menggunakan kontrasepsi yang dipilih
secara aman dan efektif. Memberi informasi tentang cara mendapatkan bantuan dan
tempat pelayanan KB.
e. Membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang aman dan sesuai keinginan
klien

2.2 KONSEP DASAR NIFAS

Asuhan pada masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu nifas terutama selama dari
kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi
tidak hamil. Sebagian besar asuhan diberikan untuk memulihkan atau menyembuhkan dan
mengembalikan alat-alat kandungan keadaan sebelum hamil.

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau
42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum
disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu “puer” yang artinya bayi dan
“porous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan
atau setelah melahirkan.

6
Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada beberapa hal
yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa nifas tergantung
dari kondisi ibu sesuai dengan masa perkembangannya antara lain dalam literature saifudin
(2006):

2.3 PENGERTIAN KONSELING

1) Menurut Jones (1951)

Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua


pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh
yang bersangkutan. Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam
pemecahan untuk lkien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang
progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa
bantuan.

2) Menurut Schertzer dan Stone (1980)

Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat
pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan
nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.

3) Menurut APGA (American Personel Guidance Association) dalam


Prayitno(1987 : 25)

7
Konseling adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan bantuan
untuk mengatasi kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik atau
masalah pengambilan keputusan.

4) Menurut Pepinsky & Pepinsky, dalam Schertzer dan Stone (1974)

Konseling merupakan interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu ,masing-
masing disebut konselor dan klien ; (b) terjadi dalam suasana yang profesional (c)
dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam
tingkah laku klien.

5) Menurut ASCA (American School Conselor Association)

Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap
penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor
mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien
mengatasi masalah-masalahnya.

6) Menurut Pietrofesa

Konseling merupakan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap
penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli.

7) Menurut Division of Conseling Psychology

8
Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-
hambatan perkembangan dirinya dan untuk mencapai perkembangan yang optimal
kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.

8) Menurut Lewis, dalam Shertzer & Stone (1974)

Konseling adalah proses mengenai seseorang individu yang sedang mengalami


masalah (klien) dibantu untuk merasa dan bertingkah laku dalam suasana yang
lebih menyenangkan melalui interaksi dengan seseorang yang bermasalah yang
menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk
mengembangkan tingkah laku yang memungkinkan kliennye berperan secara lebih
efektif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.

9) Menurut Smith dalam Sertzer & Stone (1974)

Konseling merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien)


membuat interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan,
rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.

10) Menurut Berdnard & Fullmer (1969)

Konseling merupakan pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan


kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan
membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut.

9
11) Menurut A.C. English dalam Shertzer & Stone (1974)

Konseling merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien)


membuat interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan,
rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.

12) Menurut Tohari Musnawar (1992)

Konseling dalam Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga mencapai
kebahagiaan di dunia dan diakhirat. Kesemuanya berlandaskan kepada Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber pedoman kehidupan umat
Islam.

13) Menurut Talbert (1959)

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua
orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan
khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli
dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan
keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut
konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.

10
14) Menurut Cavanagh,

Konseling merupakan “a relationship between a trained helper and a person


seeking help in which both the skills of the helper and the atmosphere that he or
she creates help people learn to relate with themselves and others in more growth-
producing ways.” Hubungan antara seorang penolong yang terlatih dan seseorang
yang mencari pertolongan, di mana keterampilan si penolong dan situasi yang
diciptakan olehnya menolong orang untuk belajar berhubungan dengan dirinya
sendiri dan orang lain dengan terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh
(growth-producing ways)

15) Prayitno dan Erman Amti (2004:105)

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara


konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien.

16) Menurut Winkell (2005 : 34)

Konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam


usaha membantu konseli / klien secara tatap muka langsung dengan tujuan agar
klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap bebagai persoalan atau
masalah khusus maka masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi semuanya.

17) Menurut Blocher dalam Shertzer & Stone (1969)

11
Konseling adalah membantu individu agar dapat menyadari dirinya sendiri dan
memberikan reaksi terhadap pengaruh-pengrauh lingkungan yang diterimanya,
selanjutnya, membantu yang bersangkutan menentukan beberapa makna pribadi
bagi tingkah laku tersebut dan mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan
dan nilai-nilai untuk perilaku dimasa yang akan datang.

2.4 PENGERTIAN KONSELING IBU NIFAS

Dalam sesi konseling, ibu nifas diperbolehkan untuk merasa bahwa ia diijinkan
untuk menyampaikan isu-isu sesuai dengan waktu yang dimilikinya, dan
menemukan responsnya sendiri. Konselor harus menghargai hak ibu dalam
menyampaikan opininya, tetapi tidak berkewajiban untuk setuju dengan apa yang
disampaikan, sehingga ibu dapat merasa dihargai perasaannya dan sikapnya.
Konselor tidak berhak untuk bersikap menghakimi, walaupun tidak perlu netral,
agar konseling dapat menjadi efektif. Jika ibu merasa dihakimi, ia tidak akan
bersedia mengungkapkan secara tuntas apa yang dirasakannya dan tidak akan
bersedia menerima saran maupun tidndakan yang seharusnya dijalaninya
(Henderson and Jones, 1997).

Egan (1994) dalam (Henderson and Jones, 1997)mengatakan bahwa konselor


merupakan “penolong terlatih” yang membantu klien menyelesaikan permasalahan
mereka sendiri. Model konseling yang dapat di aplikasikan oleh bidan dalam
memberikan asuhan Kebidanan salah satu diantaranya adalah model Egan yang

12
diawali dengan menghargai klien, menggunakan sekumpulan keterampilan dan
menggunakan kekuatan konstruktif dalam diri individu untuk memungkinkan
mereka menangani masalah mereka dala kehidupan yang lebih efektif. Adapun
tahapan dari metode Egan (1994) dalam Henderson (2004) antara lain:

Menggali perspektif klien mengenai suatu masalah dalam wawancara oleh


konselor

Bidan membantu klien menceritakan masalahnya secara lengkap untuk


mengidentifikasi, jika memungkinkan aspek-aspek penting dalam masalah tersebut
turut digali. Dalam proses konseling bidan menunjukan rasa menghargai pribadi
klien, menggunakan seluruh keterampilan yang dimiliki termasuk mendengarkan,
penerimaan yang empati dan dan tantangan yang konstruktif untuk memungkinkan
klien mendefinisikan masalah secara utuh tentang perspektif dirinya.

Defisnikan masalah untuk menentukan kemungkinan kriteria hasil yang terbaik

Bidan memungkinkan klien mengembangkan tentang skenario yang paling


dipilihnya, selanjutnya melibatkan berbagai macam keterampilan termasuk curah
pendapat kreatif diimbangi dengan keterampilan mengevaluasi serta kritik untuk
memastikan bahwa saran yang diberikan tetap realistis. Selama fase ini
menentukan tujuan dalam rangka pencapaian hasil akhir yang diinginkan mungkin
akan sangat membantu klien, bidan perlu memfasilitasi klien untuk membuat
pilihannya sendiri dan untuk mend17) Menurut Winkell (2005 : 34)

13
Konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam
usaha membantu konseli / klien secara tatap muka langsung dengan tujuan agar
klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap bebagai persoalan atau
masalah khusus maka masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi semuanya.an
klien untuk mencurahkan pendapatnya tentang tindakan yang dapat mengarah
kepada pencapaian tujuan

Penolong / konselor perlu mendemonstrasikan kreatifitas terhadap penyelesaikan


masalah yang diimbangi dengan kritikan, secara bertahap bidan terlatih untuk
memungkinkan klien untuk merencanakan dan mengimplementasikan tindakan
yang diperlukan untuk memenuhi solusi yang diinginkan.

Kerangka kerja ini terkadang perlu dimodifikasi tergantung kamajuan dari setiap
konseling yang diberikan, misalnya perlu kembali pada fase identifikasi masalah
jika solusi yang dipilih sulit untuk dicapai oleh klien.

Proses konseling secara umum adalah (Budisetyani et al., 2016):

 Wawancara awal dimulai oleh konselor, berorientasi pada informasi dan


hubungan
 Mengubah persepsi
 Mengarahkan (leading)
 Menanggapi dengan multifokus
 Pengungkapan diri
 Imediasi
 Humor
 Konfrontasi

14
 Kontrak (proses vs hasil akhir)
 Latihan

2.5 PERAN & TANGGUNG JAWAB BIDAN PADA MASA NIFAS

1) Melakukan manajemen asuhan dengan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk


mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode nifas.

2) Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi

3) Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial serta memberikan semangat
pada ibu

4) Membantu ibu dalam menyusui bayinya

5) Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu

6) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai orang tua

7) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga

8) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman

9) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak serta
mampu melakukan kegiatan administrasi

10) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

11) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang
aman

15
BAB III

PENUTUP

3.1KESIMPULAN

Konseling adalah Proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematis
dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
keterampilan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah
yang sedanga dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah
tersebut.

Komunikasi kesehatan adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi perilaku positif


dimasyarakat, dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi pribadi maupun komunikasi
massa. Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui
masyarakat (pesan yang disampaikan). Edukasi adalah proses perubahan perilaku kearah yang
positif.

16
DAFTAR PUSTAKA
Setiyaningrum, Erna. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Trans Info
Media.Jakarta Timur

Anggraini, Yetty. 2016. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta. Pustaka Rihama

Depkes. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. http://www.depkes.go.id/ resources/


download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-KesehatanIndonesia-2016.pdf.

Setiyaningrum, Erna. 2014.Pelayanan Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi.Trans Info


Media.Jakarta Timur

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.

Ari Sulistyawati, 2011, Pelayanan Keluarga Berencana, Salemba Medika, Jakarta

Sry Handayani, 2010, Pelayanan Keluarga Berencana, Pustaka Rihama Yogyakarta

Affandi,B.,2006.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Salemba Medika.

Hanafi, Hartanto. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Yulifah, Rita dan Yuswanto Tri Johan Agus. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Rukiyah A. Y, Yulianti L, 2012. Asuhan Kebidanan III(Nifas). Trans Info Media.Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai