Disusun oleh :
(P07524121071)
Dosen Pengampu :
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya
kita masih diberikan kesempatan untuk dapat mengikuti perkuliahan sebagaimana biasanya dan
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Konseling KB Setelah Nifas” ini tepat
pada waktunya.
Dalam makalah ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak dan rekan-
rekan yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penulisan hingga pada
penyelesaian makalah ini.
Penulis berharap makalah ini boleh berguna bagi seluruh kalangan khususnya mahasiswa, tenaga
pendidik dan tenaga kesehatan dalam memahami lebih lanjut mengenai konsep konseling KB.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan penyampaian makalah ini. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Hormat saya,
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1LATAR BELAKANG
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan
Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan.
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu
mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap,
akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar
dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan
pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak
wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah
metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima
sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau
biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
1.2RUMUSAN MASALAH
1. Apa tujuan konseling KB pada ibu hamil?
2. Bagaimana konsep dasar nifas?
3. Bagaimana peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas?
4
1.3TUJUAN
1. Untuk mengetahui tujuan konseling KB pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui konsep konseling dasar nifas
3. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan diberikannya konseling kontrasepsi, menurut USAID 2011 antara lain, membuat pilihan
yang baik mengenai metode kontrasepsi, mengunakan pilihan metode yang baik, meneruskan
5
menggunakan metode mereka. Tetapi, tujuan umum dilaksanakannya konseling adalah agar
tercapai peningkatan kualitas pelayanan kontrasepsi (Sulistyawati, 2013). Berikut merupakan
tujuan konseling kontrasepsi secara detail menurut Sulistyawati:
Asuhan pada masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu nifas terutama selama dari
kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi
tidak hamil. Sebagian besar asuhan diberikan untuk memulihkan atau menyembuhkan dan
mengembalikan alat-alat kandungan keadaan sebelum hamil.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau
42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum
disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu “puer” yang artinya bayi dan
“porous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan
atau setelah melahirkan.
6
Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas, ada beberapa hal
yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa nifas tergantung
dari kondisi ibu sesuai dengan masa perkembangannya antara lain dalam literature saifudin
(2006):
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat
pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan
lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan
nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
7
Konseling adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan bantuan
untuk mengatasi kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik atau
masalah pengambilan keputusan.
Konseling merupakan interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu ,masing-
masing disebut konselor dan klien ; (b) terjadi dalam suasana yang profesional (c)
dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam
tingkah laku klien.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap
penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor
mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien
mengatasi masalah-masalahnya.
6) Menurut Pietrofesa
Konseling merupakan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap
penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli.
8
Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-
hambatan perkembangan dirinya dan untuk mencapai perkembangan yang optimal
kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.
9
11) Menurut A.C. English dalam Shertzer & Stone (1974)
Konseling dalam Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga mencapai
kebahagiaan di dunia dan diakhirat. Kesemuanya berlandaskan kepada Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber pedoman kehidupan umat
Islam.
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua
orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan
khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli
dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan
keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut
konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
10
14) Menurut Cavanagh,
11
Konseling adalah membantu individu agar dapat menyadari dirinya sendiri dan
memberikan reaksi terhadap pengaruh-pengrauh lingkungan yang diterimanya,
selanjutnya, membantu yang bersangkutan menentukan beberapa makna pribadi
bagi tingkah laku tersebut dan mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan
dan nilai-nilai untuk perilaku dimasa yang akan datang.
Dalam sesi konseling, ibu nifas diperbolehkan untuk merasa bahwa ia diijinkan
untuk menyampaikan isu-isu sesuai dengan waktu yang dimilikinya, dan
menemukan responsnya sendiri. Konselor harus menghargai hak ibu dalam
menyampaikan opininya, tetapi tidak berkewajiban untuk setuju dengan apa yang
disampaikan, sehingga ibu dapat merasa dihargai perasaannya dan sikapnya.
Konselor tidak berhak untuk bersikap menghakimi, walaupun tidak perlu netral,
agar konseling dapat menjadi efektif. Jika ibu merasa dihakimi, ia tidak akan
bersedia mengungkapkan secara tuntas apa yang dirasakannya dan tidak akan
bersedia menerima saran maupun tidndakan yang seharusnya dijalaninya
(Henderson and Jones, 1997).
12
diawali dengan menghargai klien, menggunakan sekumpulan keterampilan dan
menggunakan kekuatan konstruktif dalam diri individu untuk memungkinkan
mereka menangani masalah mereka dala kehidupan yang lebih efektif. Adapun
tahapan dari metode Egan (1994) dalam Henderson (2004) antara lain:
13
Konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam
usaha membantu konseli / klien secara tatap muka langsung dengan tujuan agar
klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap bebagai persoalan atau
masalah khusus maka masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi semuanya.an
klien untuk mencurahkan pendapatnya tentang tindakan yang dapat mengarah
kepada pencapaian tujuan
Kerangka kerja ini terkadang perlu dimodifikasi tergantung kamajuan dari setiap
konseling yang diberikan, misalnya perlu kembali pada fase identifikasi masalah
jika solusi yang dipilih sulit untuk dicapai oleh klien.
14
Kontrak (proses vs hasil akhir)
Latihan
3) Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial serta memberikan semangat
pada ibu
6) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai orang tua
9) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak serta
mampu melakukan kegiatan administrasi
11) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang
aman
15
BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
Konseling adalah Proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematis
dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
keterampilan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah
yang sedanga dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah
tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
Setiyaningrum, Erna. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Trans Info
Media.Jakarta Timur
Anggraini, Yetty. 2016. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta. Pustaka Rihama
Hanafi, Hartanto. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Yulifah, Rita dan Yuswanto Tri Johan Agus. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
17