Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Holistik Fisiologi
Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi

Oleh :

NURRAYA RIANGGA
P07124523040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN


KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2024
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

“Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi”

Oleh :
NURRAYA RIANGGA
NIM. P07124523040

Menyetujui,

Pembimbing Klinik

Supartingingsih, A.Md.Keb (…………..…………………….)


NIP. 19690310198802001

Pembimbing Akademik

Niken Meilani, S.ST.,M.Keb (…………..…………………….)


NIP. 19820530200642202

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Munica Rita Hernayanti, S.SiT.,Bdn.,M.Kes


NIP. 198005142002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
yang berjudul “Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi”. Tersusunnya
laporan pendahuluan ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Heni Puji Wahyuningsih, S.SiT.,M.Keb, selaku ketua jurusan kebidanan
yang telah memberikan kesempatan atas terlaksananya Asuhan Kebidanan
Holistik Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi
2. Munica Rita Hernayanti, S.SiT.,Bdn.,M.Kes, selaku ketua prodi pendidikan
yang telah memberikan kesempatan atas terlaksananya Asuhan Kebidanan
Holistik Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi
3. Niken Meilani,S.ST.,M.Keb selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan serta bimbingan selama Praktik Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi
4. Supartiningsih,A.Md.Keb, selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
arahan serta bimbingan selama Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Keluarga
Berencana Dan Kesehatan Reproduksi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan pendahuluan ini. Oleh sebab itu, menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa penulis sampaikan,
semoga Laporan Pendahuluan ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Yogyakarta, Januari 2024

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I TINJAUAN TEORI ................................................................................... 1
A. Keluarga Berencana ......................................................................................... 1
B. Kesehatan Reproduksi ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN....................................... 13
A. Pengkajian dan Data Subjektif......................................................................... 13
B. Pengkajian dan Data Objektif .......................................................................... 13
C. Analisa ............................................................................................................ 14
D. Rencana Tindakan/Pelaksanaan ............................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................

iv
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Keluarga Berencana
1. Kegiatan Pelayanan KB
Kegiatan pelayanan kb ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah
peserta kb atas kesadaran dan tanggung jawab, membina peserta kb aktif,
penurunan tingkat kelahiran, menciptakan keluarga kecil sejahtra melalui
pengendalian pertumbuhan.1
2. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk
membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.
Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang
bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Gerakan keluarga
berencana diartikan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui upaya pendewasaan usia perkawinan, pengendalian
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan
keluarga dalam rangka melembagakan dan membudidayakan norma keluarga
kecil bahagia dan sejahtera.1,2
3. Tujuan Program Keluarga Berencana
Tujuan umum untuk lima tahun ke depan mewujudkan visi dan
misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi
yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai
keluarga berkualitas tahun 2015. Sedangkan tujuan program KB secara
filosofis adalah: 1,2,3
a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran
dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia
yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

1
2

4. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan
sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan
untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah
pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera. 1
5. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB meliputi: 2,3
a) Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
b) Konseling
c) Pelayanan Kontrasepsi
d) Pelayanan Infertilitas
e) Pendidikan sex (sexeducation)
f) Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
g) Konsultasi genetic
h) Tes keganasan
i) Adopsi
6. Jenis-Jenis Kontrasepsi
Secara umum metode kontrasepsi terbagi dalam 2 jenis yaitu metode
sederhana dan metode modern. Metode sederhana terbagi lagi dalam dua jenis
yakni metode sederhana tanpa alat dan metode sederhana dengan alat,
sedangkan metode modern terbagi terbagi dalam metode hormonal, Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan metode kontrasepsi mantap 1
a. Metode Sederhana Tanpa Alat
1) Metode Kalender
2) Senggama Terputus
3) Metode Amenora Laktasi (MAL)
4) Metode Lendir Serviks
3

5) Metode Suhu Basal


6) Metode Simptothermal
b. Metode Sederhana Dengan Alat
1) Kondom
2) Diafragma
3) Spermisida
c. Metode Kontrasepsi Modern
Metode kontrasepsi modern terdiri dari metode kontrasepsi hormonal,
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan metode kontrasepsi
mantap (Rahman et al., 2017).2
1) Metode Kontrasepsi Hormonal Progestin
a) Suntik Progestin
b) Pil Progestin
2) Metode Kontrasepsi Hormonal Kombinasi
Metode kontrasepsi hormon kombinasi adalah alat kontrasepsi yang
mengandung dua jenis hormon yaitu hormon progesteron dan
estrogen. Terdapat dua jenis kontrasepsi kombinasi yaitu suntik
kombinasi dan pil kombinasi (Matahari, Utami and Sugiharti, 2018).
a) Suntik Kombinasi
b) Pil Kombinasi
3) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
b) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
4) Metode Kontrasepsi Mantap
a) Vasektomi
b) Tubektomi
B. Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian Kesehatan reproduksi
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh
mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat,
fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi
4

bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang


dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan
sesudah menikah.3
2. Tujuan Kesehatan reproduksi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi
yang menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan
reproduksi yang bermutu, aman dan dapat dipertanggung jawabkan, dimana
peraturan ini juga menjamin kesehatan perempuan dalam usia reproduksi
sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya
berdampak pada penurunan Angka Kematian Ibu. Didalam memberikan
pelayanan Kesehatan Reproduksi ada dua tujuan yang akan dicapai, yaitu
tujuan utama dan tujuan khusus4
a. Tujuan Utama
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif
kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi
perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam
mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat
membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan
fungsi reproduksinya.
2) Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam
menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
3) Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat
dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan
kesejahteraan pasangan dan anakanaknya.
3. Sasaran Kesehatan reproduksi
Terdapat dua sasaran Kesehatan Reproduksi yang akan dijangkau
dalam memberikan pelayanan, yaitu sasaran utama dan sasaran antara. 4
a. Sasaran Utama.
Laki-laki dan perempuan usia subur, remaja putra dan putri yang
5

belum menikah. Kelompok resiko: pekerja seks, masyarakat yang


termasuk keluarga prasejahtera. Komponen Kesehatan Reproduksi
Remaja.
1) Seksualitas.
2) Beresiko/menderita HIV/AIDS.
3) Beresiko dan pengguna NAPZA.
b. Sasaran Antara
Petugas kesehatan : Dokter Ahli, Dokter Umum, Bidan, Perawat, Pemberi
Layanan Berbasis Masyarakat.
1) Kader Kesehatan, Dukun
2) Tokoh Masyarakat.
3) Tokoh Agama.
4) LSM.
4. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dalam Siklus Kehidupan Secara
luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi: 5
a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
b. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
termasuk PMS-HIV/AIDS.
c. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
d. Kesehatan reproduksi remaja
e. Pencegahan dan penanganan infertilitas
f. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks,
mutilasi genital, fistula, dll.
5. Kompononen Kesehatan reproduksi
Menurut komponen dari pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif,
terdapat strategi kesehatan yang dapat dijabarkan, yaitu: 6
a. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak
Ibu memiliki banyak peran di dalam sebuah keluarga, baik menjadi
wakil dari suami dalam memimpin rumah tangga, sebagai seorang ibu
6

bagi anaknya, seorang istri bagi suaminya, sebagai seorang anak dari ibu
yang telah melahirkannya, maupun tulang punggung keluarga, dan
lainnya yang pastinya semua itu tidak mudah tergantikan. Oleh karena
itu, sebagai langkah antisipasi dalam menurunkan angka kejadian
kematian ibu dikarenakan kehamilan maupun persalinan, maka perlu
diambil tindakan segera dan tepat yaitu pemantauan dilakukan sejak dini.
Di antaranya sebagai berikut pelayanan ante natal, persalinan hingga
pada masa nifas
b. Komponen Keluarga Berencana
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak di
dunia dan menempati urutan ke-4. Menyadari data tersebut, komponen
berikut ini sangat penting yaitu komponen keluarga berencana. Tidak
hanya itu dari hasil prediksi, Indonesia memperoleh bonus demografi
yang merupakan bonus terhadap sebuah negara dikarenakan proporsi
penduduk yang produktif (15-64 tahun) besar di evolusi kependudukan.
Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, program KB dibuat sebagai
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan bagi ibu maupun keluarga.
c. Komponen Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi pada Sistem
Reproduksi
Dalam komponen ini, pencegahan serta penanggulangan infeksi
yang dimaksud dikhususkan pada gangguan ataupun penyakit organ
reproduksi. Berikut beberapa penyakit yang termasuk penyakit menular
seksual yang sangat perlu diperhatikan, yaitu gonorhoea, penyakit
chlamydia, penyakit sifilis, dan lainnya yang mana menyebabkan infeksi
pada area pelvic ataupun sering disebut PID (Pelvic Inflammatory
Diseases). PID juga dapat terjadi pada pemakaian AKDR yang tidak
steril.
d. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja
Di masa remaja, banyak pula masalah kesehatan reproduksi yang
perlu menjadi perhatian agar meningkatkan kesadaran/awareness serta
pengetahuan dari remaja sebagai wujud upaya promosi dan pencegahan
7

penyakit. Masa remaja merupakan proses peralihan yang mana secara


biologis tampak perkembangan pesat pada tanda seks sekunder yang
dialaminya. Hal tersebut mengakibatkan seorang remaja secara fisik
sudah dapat melakukan fungsi reproduksinya namun belum bisa
mempertanggungjawabkan akibat dari proses tersebut. Maka disinilah
pentingnya diberikan informasi, penyuluhan, serta konseling sehingga
remaja mampu bertanggung jawab atas kesehatan reproduksinya
e. Komponen Usia Lanjut
Dalam siklus hidup suatu keluarga, tentunya setelah beberapa
komponen telah dijelaskan di atas. Ada satu komponen yang tidak dapat
ditinggalkan sehingga menjadi kesatuan yang lengkap, yaitu komponen
usia lanjut.
6. Kesehatan reproduksi dalam Siklus Hidup Perempuan
Konsep Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus
kehidupan perempuan (life-cycle-approach) atau pelayanan kesehatan
reproduksi dilakukan sejak dari janin sampai liang kubur (from womb to
tomb) atau biasa juga disebut dengan “Continuum of care women cycle“.
Kesehatan reproduksi menggunakan pendekatan sepanjang siklus kehidupan
perempuan hal ini disebabkan status kesehatan perempuan semasa kanak-
kanak dan remaja memengaruhi kondisi kesehatan saat memasuki masa
reproduksi yaitu saat hamil, bersalin, dan masa nifas. Hambatan sosial,
budaya, dan ekonomi yang dialami sepanjang hidup perempuan merupakan
akar masalah yang mendasar yang menyebabkan buruknya kesehatan
perempuan saat hamil, bersalin, dan masa nifas. Tingkat pendidikan, kualitas
dan kuantitas makanan, nilai dan sikap, sistem kesehatan yang tersedia dan
bisa diakses, situasi ekonomi, serta kualitas hubungan seksualnya
memengaruhi perempuan dalam menjalankan masa reproduksinya. Perhatikan
tabel berikut:7
8

Tabel 1.1: Kesehatan Produksi


Masa produksi Penjelasan
Masa konsepsi Masa setelah bersatunya sel telur dengan sperma
kemudian janin akan tubuh menjadi morulla , blastula
, gestula , neurulla yang akhirnya menjadi janin dan
dengan terbentuknya placenta akan terjadi interaksi
antara ibu dan janin .
Masa bayi dan anak Masa bayi dan anak adalah masa pertumbuhan dan
perkembangan bila kesehatan yang sangat cepat ,
Tumbuh kembang motorik kasar dan motorik halus
akan berjalan dengan baik bayi dan anak dalam
keadaan prima .
Masa remaja Masa remaja pada masa ini terjadi perubahan fisik dan
psikologis . perubahan fisik yang terjadi diantarannya
adalah tumbuhnya rambut kemaluan ( pubeshe ) , buah
dada mulai tumbuh (thelarche) , pertumbuhan tinggi
badan yang cepat (maximal groowth) , mendapatkan
haid yang pertama kali (menarche)
Masa reproduksi Masa di mana perempuan menjalankan tugas
kehidupannya yaitu mulai hamil, melahirkan, masa
nifas dan menyusi dan masa antara yaitu
merencanakan jumlah atau jarak anak dengan
menggunakan alat kontrasepsi
Masa usia lanjut Masa usia lanjut yaitu masa di mana hormone
Estrogen sudah mulai menurun atau habis dikarenakan
produksi sel telur juga sudah mulai menurun atau
habis. Dengan menurunnya hormon estrogen akan
terjadi perubahan fisik dan psikologis pada perempuan
diantaranya perubahan pada organ reproduksi,
perubahan pada metabolism tubuh dan turunya massa
9

tulang (osteophorosis)

7. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi


Banyak faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan reproduksi. Faktor-
faktor tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat
golongan yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu: 8
a. Faktor Demografis - Ekonomi
Faktor ekonomi dapat memengaruhi Kesehatan Reproduksi yaitu
kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, usia pertama melakukan
hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan
faktor demografi yang dapat memengaruhi Kesehatan Reproduksi adalah
akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja tidak sekolah ,
lokasi/tempat tinggal yang terpencil.
b. Faktor Budaya dan Lingkungan
Faktor budaya dan lingkungan yang memengaruhi praktek
tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan
banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan
yang lain, pandangan agama, status perempuan, ketidaksetaraan gender,
lingkungan tempat tinggal dan cara bersosialisasi, persepsi masyarakat
tentang fungsi, hak dan tanggung jawab reproduksi individu, serta
dukungan atau komitmen politik. (Surya, 2011).
8. Masalah kesehatan reproduksi
a. Infertilitas9
Infertilitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik pada sistem
reproduksi pria maupun wanita. Namun, terkadang penyebab infertilitas
tidak dapat dijelaskan. Pada sistem reproduksi wanita, infertilitas dapat
disebabkan oleh:
1) kelainan saluran tuba seperti tersumbatnya saluran tuba, yang

disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS) yang tidak diobati atau
10

komplikasi dari aborsi yang tidak aman, sepsis pascapersalinan, atau


pembedahan perut/panggul;
2) kelainan rahim yang dapat bersifat inflamasi (misalnya endometriosis),

bersifat bawaan (misalnya rahim bersepta), atau bersifat jinak (misalnya


fibroid);
3) gangguan pada ovarium, seperti sindrom ovarium polikistik dan

kelainan folikular lainnya;


4) gangguan pada sistem endokrin yang menyebabkan ketidakseimbangan

hormon reproduksi. Sistem endokrin meliputi hipotalamus dan kelenjar


pituitari. Contoh kelainan umum yang mempengaruhi sistem ini
termasuk kanker hipofisis dan hipopituitarisme.
b. Pre Menstrual Syndrome (PMS)
Premenstruasi Syndrome (PMS) atau gejala premenstruasi, dapat
menyertai sebelum dan saat menstruasi, seperti perasaan malas bergerak,
badan menjadi lemas, serta mudah lelah. Nafsu makan meningkat dan suka
makan makanan yang rasanya asam. Emosi menjadi labil.
c. Gangguan Haid
Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan dalam:
1) Kelainan siklus menstruasi
a) Amenorrhea
Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi. Kategori
amenorrhea primer jika wanita di usia 16 tahun belum mengalami
menstruasi, sedangkan amenorrhea sekunder adalah yang terjadi
setelah menstruasi. Secara klinis, kriteria amenorrhea adalah tidak
adanya menstruasi selama enam bulan atau selama tiga kali tidak
menstruasi sepanjang siklus menstruasi sebelumnya. Berdasarkan
penelitian, amenorrhea adalah apabila tidak ada menstruasi dalam
rentang 90 hari. Amenorrhea sering terjadi pada wanita yang sedang
menyusui, tergantung frekuensi menyusui dan status mutrisi dari
wanita tersebut.
11

b) Oligomenorrhea
Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak
interval yang pendek atau tidak normalnya jarak waktu menstruasi
yaitu jarak siklus menstruasi 35-90 hari (Kusmiran, 2016). c.
Polymenorrhea Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak
siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21- hari.
2) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya
perdarahan pada menstruasi Gangguan perdarahan terbagi
menjadi tiga, yaitu perdarahan yang berlebihan/banyak, perdarahan yang
panjang, dan perdarahan yang sering. Terminologi mengenai jumlah
perdarahan meliputi: pola aktual perdarahan, fungsi ovarium, dan kondisi
patologis. Abnormal Uterin Bleeding (AUB) adalah keadaan yang
menyebabkan gangguan perdarahan menstruasi (Kusmiran, 2016). Secara
umum terdiri dari:
a) Menorrahgia, yaitu kondisi perdarahan yang terjadi reguler dalam
interval yang normal, durasi dan aliran darah lebih banyak.
b) Metrorraghia, yaitu kondisi perdarahan dalam interval irreguler,
durasi dan aliran darah berlebihan/banyak.
c) Polymenorrhea, yaitu kondisi perdarahan dalam interval kurang dari
21 hari.
d. Pelvic Inflamatory Diseases (PID)
Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi pada sistem
reproduksi wanita yang meliputi rahim, saluran tuba, dan ovarium. PID
adalah kondisi yang umum, meskipun tidak jelas berapa banyak orang di
Inggris yang terkena dampaknya. Sebagian besar kasus PID disebabkan
oleh infeksi bakteri yang menyebar dari vagina atau leher rahim ke organ
reproduksi yang lebih tinggi. anyak jenis bakteri berbeda yang dapat
menyebabkan PID. Dalam banyak kasus, penyakit ini disebabkan oleh
Infeksi Menular Seksual (IMS) , seperti klamidia atau gonore .
9. Hak-hak Kesehatan Reproduksi
12

Hak-hak reproduksi menurut kesepakatan dalam Konferensi


Internasional Kependudukan dan Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan
kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani,
meliputi:10
a. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
b. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
c. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
d. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak
f. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya
g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual
h. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksinya
i. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
j. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
k. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi
10. Kesehatan Reproduksi Terpadu
Luasnya ruang lingkup kesehatan reproduksi membuat pelayanan
kesehatan reproduksi harus bersifat terpadu. Memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi terpadu diharapkan dapat memecahkan masalah kesehatan
reproduksi yang dapat terjadi pada berbagai tahapan kehidupan. Masalah-
masalah ini sering kali dipengaruhi oleh kondisi sosial dan budaya terutama
mengenai gender. Masalah kesehatan kesehatan reproduksi ini bersifat
komplek sehingga memerlukan penanganan yang tepat dari multidisiplin ilmu
untuk menekan angka kesakitan dan angka kematian terkait kesehatan
reproduksi di Indonesia.
Pelayanan kesehatan reproduksi dilakukan dalam bentuk integrasi
komponenkomponen yang berada dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi
13

secara holistik dan berkualitas yang berorientasi pada kebutuhan pasien sesuai
siklus hidupnya. Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu ini
dalam bentuk Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), upaya preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu harus:
a. berfokus pada kebutuhan pasien tanpa meninggalkan hak reproduksim
keadilan dan kesetaraan gender,
b. melakukan pendekatan yang siklus hidup yang mana menangani masalah
pasien ada berdasarkan siklus hidup atau sesuai dengan fase kehidupan
pasien,
c. secara aktif melakukan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan
reproduksi,
d. pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas demi tercapainya kualitas
hidup masyarakat yang optimal.
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi terdapat prinsip-
prinsip pelayanan yang terdiri dari:
a. pelayanan kesehatan yang bersifat holistik atau menyeluruh,
b. pelayanan kesehatan yang terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien dalam
lingkup kesehatan reproduksi,
c. bersifat fleksibel sehingga pelaksanan pelayanan dapat diberikan sesuai
dengan kebutuhan pasien, apakah diberikan pada tingkat pertama atau pada
tingkat lanjut (Kemenkes RI, 2015)
Pelayanan kesehatan reproduksi terpadu ini terdiri dari dua paket,
yaitu: Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) dan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK).
e. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Esensial (PKRE)
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) adalah bentuk
pelayanan kesehatan reproduksi yang terintegrasi dari 4 komponen, yang
terdiri dari KIA, KB, KRR, dan pencegahan dan penanggulangan Infeksi
Menular Seksual (IMS)-HIV. Komponan KB berhubungan dengan
14

pengendalian populasi yang difokuskan pada sasaran dengan kondisi 4


terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, terlalu banyak), sehingga
komponen ini dapat menunjang upaya penurunan angka kesakitan dan
kematian. Penurunan angka kesakitan dan kematian akan memengaruhi
kondisi KIA. Sejalan dengan komponen KB, komponen KIA
memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkualitas.
Komponen KB juga dapat dikaitkan dengan komponen KRR dan
komponen pencegahan dan penanggulangan IMS sehingga dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan kedua komponen ini dapat dilakukan
beriringan atau bersamaan, dengan fokus pada remaja, baik laki-laki
maupun perempuan.
f. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK)
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK) adalah
bentuk pelayanan kesehatan reproduksi yang terintegrasi dari seluruh
komponen dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi, yaitu KIA, KB,
KRR, dan pencegahan dan penanggulangan Infeksi Menular Seksual
(IMS)-HIV, kesehatan reproduksi usia lanjut dan kesehatan reproduksi
lainnya. Pelayanan kesehatan ini merupakan bentuk peningkatan dari
paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE). Komponen
kesehatan reproduksi lansia berfokus pada pelayanan yang bersifat
pemeliharaan kesehatan reproduksi usia lanjut, sehingga kualitas
kehidupan lansia dapat terjaga. Komponen kesehatan reproduksi lainnya
mencakup banyak hal yang berhubungan dengan penyakit kanker,
pencegahan dan penanganan kekerasan perempuan dan anak, pencegahan
dan penanganan infertilitas, pencegahan dan penanganan aborsi. Kedua
komponen terakhir ini juga memiliki keterkaitan sehubungan dengan
pemeliharaan kesehatan reproduksi
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengkajian dan Data Subjektif


Data subjektif adalah berisi tentang data dari pasien melalui anamnesa
11
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan.
1. Keluhan utama yaitu untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
kesehatan yang dirasakan saat pemeriksaan pada akseptor KB implan
2. Riwayat Menstruasi yaitu untuk mengatahui menarche, siklus, lama
menstruasi, disminorea, banyaknya menstruasi, teratur atau tidak, sifat darah,
dan keluhan keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi.
3. Riwayat kehamilan dan nifas yang lalu yaitu untuk mengetahui jumlah
kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah
anaknya dalam keadaan hidup dan apakah dalam kesehatan yang baik), apakah
terdapat komplikasi intervasi pada kehamilan, persalinan, ataupun nifas
sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui peyebabnya.
4. Riwayat KB yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah menjadi akseptor KB,
dan kalau pernah kontrasepsi apa yang pernah digunakan, berapa lama,
keluhan pada saat ikut KB, alasan berhenti KB.
5. Riwayat kesehatan terdiri dari riwayat penyakit sekarang, dan riwayat
penyakit keluarga.
6. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar yaitu untuk mengatahui bagaimana
kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana
pola makanan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak terdiri dari pola
nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, personal hygiene dan aktivitasnya.
7. Data psikologis untuk memperkuat data dari pasien terutama secara
psikologis, data meliputi dukungan suami dan keluarga kepada ibu mengenai
alat kontrasepsi.
B. Pengkajian dan Data Objektif
Data obyektif adalah data yang didapat dari hasil observasi malalui
pemeriksaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB.

13
14

1. Pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum untuk mengetahui keadaan


pasien serta berat badan pasien karena merupakan salah satu efek samping KB
implan.
2. Pemerikasaan tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah (vital sign) Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan normal antara 100/80
mmHg sampai 130/90 mmHg.
b. Pengukuran suhu untuk mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal
adalah 36oC sampai 37o . bila suhu lebih dari 37,5oC harus dicurigai
adanya infeksi.
c. Nadi memberikan gambaran kardiovaskuler, denyut nadi normal
70x/menit sampai 88x/menit.
d. Pernafasan mengetahui sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam satu menit.
Pernafasan normal 22x/menit-24x/menit
3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik meliputi: keadaan umum klien, tanda-
tanda vital dan pemeriksaan fisik dilakukan secara inspeksi dan palpasi dan
dilakukan pemeriksaan penunjang bila perlu. Tahap ini merupakan langkah
yang menentukan langkah berikutnya. Kelengkapannya data yang sesuai
dengan kasus yang dihadapi akan menetukan, oleh karena itu proses
interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus komprehensif dalam meliputi data subjektif, objektif dan
hasil pemeriksaan sehingga dapat menggembarkan kondisi atau masukan klien
yang sebenarnya.
4. Data penunjang Data penunjang ini digunakan untuk mengetahui kondisi klien
sebagai data penunjang terdiri dari: pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan tes kehamilan.

C. Analisa
Assesment merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis, atau
15

masalah potensial,serta perlu tidaknya tindakan segera. Dalam pendokumentasian


manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami
perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data
objektif. Maka proses pengkajian data akan sangat dinamis.11
D. Rencana Tindakan/Pelaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diadaptasi. Rencana tindakan
komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan
masalah yang dialami oleh klien, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap klien, serta penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila
ada masalahmasalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, agama, kultural
ataupun masalah psikologis. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan
bidan agar dapat melaksanakan dengan efektif. Sebab itu harus berdasarkan
rasional yang relevan dan kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus
secara teoritas. rencana tindakan yang dapat yang dapat dilakukan pada akseptor
baru KB implan adalah:11
1. Lakukan informed consend sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan tindakan
yang akan dilakukan
Rasional: setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan
persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat
mental
2. Jelaskan kepada klien hasil pemeriksaan. Rasional: untuk mengetahui
keadaan klien
3. Jelaskan tentang implan (definisi, cara kerja, indikasi dan kontraindikasi,
keuntungan dan kekurangan, efek samping implan). Rasional: untuk
menambah pengetahuan klien tentang alat kontrasepsi yang akan di gunakan
4. Lakukan teknik pemasangan implan yang baik dan benar sesuai standar yang
berlaku. Rasional: semua tahap proses pemasangan harus dilakukan secara
berhati-hati dan lembut, untuk mencegah infeksi maupun ekspulsi.
16

5. Lakukan konseling pasca pemasangan tentang perawatan lukan insisi dirumah


dan berikan instruksi pada klien mengenai luka insisi tersebut. Rasional:
untuk mengantisipasi terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Family Planning/Contraception. 2018

2. Kemenkes. Pedoman pelayanan Kontrasepsi dan keluarga


berencana.Kemenkes RI.2021

3. BKKBN. Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak


untuk Percepatan Akses terhadap Pelayanan Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi yang Terintegrasi dalam Mencapai Tujuan
Pembangunan Indonesia. 2020;1–110.

4. BKKBN. Rencana Strategis Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana


Nasional. BKKBN. 2015;1–43.

5. Sari.dian permata,Dkk.Kesehatan Reproduksi dan keluarga berencana.


Sumenep: Yayasan Kita menulis.2022

6. Hananto. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan; 2018

7. Akbar.Haini,Dkk.Teori Kesehatan Reproduksi.Yayasan penerbit Muhammad


Zaini.2021

8. Affandi. Adriaansz. & dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi


edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2020.

9. BKKBN. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 3rd ed. Jakarta: PT


Bina Pustaka; 2014.

10. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014. 2014;

11. Marmi. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2016

12. .World Health Organization.Infertilitas. WHO. 2023.


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/infertility
14

Anda mungkin juga menyukai