Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR

PK FISIOLOGIS HOLISTIK KB DAN KESEHATAN


REPRODUKSI

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “KYS” USIA 30 TAHUN


AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
DI PMB NI KETUT SUNARTHI SST
TANGGAL 19 JANUARI 2024

OLEH:
NI KETUT SUNARTHI
NIM. PO7124323133

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PRODI PROFESI BIDAN
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN
PK FISIOLOGIS HOLISTIK KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “KYS” USIA 30 TAHUN


AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
DI PMB NI KETUT SUNARTHI SST
TANGGAL 19 JANUARI 2024

TELAH MENDAPAT PERSETUJUAN

Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Pembimbing
Instansi Lapangan

Ni Nyoman Budiani,S.Si.T.,M.Biomed Diyah Putriyani,


NIP. 197002181989022002 A.Md.Keb
NIP. -

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Bidan
Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar

Ni Wayan Armini, SST., M.Keb


NIP. 198101302002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir kasus “Praktek Klinik
Fisiologis Holistik Pada Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi pada Ibu
KYS 30 tahun dengan Akseptor KB Suntik 3 Bulan” ini tepat waktu. Pada
kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Ni Ketut Somayani, SST., M. Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ni Wayan Armini,S.Si.T., M.Keb selaku Ketua Program Studi Profesi
Kebidanan.
3. Ibu Dr.Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed, selaku pembimbing institusi dalam
Praktek Klinik Fisiologis Holistik KB dan Kesehatan Reproduksi.
4. Ibu Diyah Putriyani, A.Md.Keb sebagai pembimbing lapangan dalam
penyusunan laporan akhir Praktek Klinik Fisiologis Holistik KB dan Kesehatan
Reproduksi
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah membantu
dalam penyusunan laporan akhir ini.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan yang nantinya
dapat dipergunakan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya. Dengan
demikian laporan ini penulis susun semoga dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahakan rahmat- Nya kepada semua pihak yang telah membantu
pelaksanaan dan menyelesaikan laporan ini.

Denpasar, 19 Januari 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan laporan...................................................................................2
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus.............................................................2
D. Manfaat Penulisan Laporan...............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga Berencana..............................................................................4
B. Asuhan Keluarga Berencana...............................................................................6
C. Dokumentasi SOAP...........................................................................................13
BABIII TINJAUAN KASUS…………………………………………………15

BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………..20
BAB PENUTUP………………………………………………………………..22

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas (Kemenkes, 2015). Dalam pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan
program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS). Pasangan Usia Subur adalah
pasangan suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun (Kemenkes, 2016). Paradigma baru
program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) menjadi visi untuk
mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas
adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat
menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya
integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. KB merupakan salah satu strategi
untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu Terlalu
muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), Terlalu sering melahirkan, Terlalu
dekat jarak melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Dari
seluruh pasangan usia subur yang menjadi sasaran program KB, terdapat sebagian
yang memutuskan untuk tidak memanfaatkan program tersebut dengan berbagai
alasan di antaranya ingin menunda memiliki anak atau tidak ingin memiliki anak
lagi.
Salah satu peranan penting bidan adalah untuk meningkatkan jumlah
penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat. Sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan bidan, metode KB yang dapat dilaksanakan adalah
metode sederhada (kondom, pantang berkala, pemakaian spemisid, senggama
terputus), metode kontrasepsi efektif (MKE) (hormonal, AKDR), metode kontap
(bidan dapat memberi petunjuk tempat dan waktu kontap dapat dilaksanakan),

1
metode menghilangkan kehamilan (bidan dapat menunjuk tempat pelayanan untuk
menghilangkan kehamilan yang tidak dikehendaki). Tugas dan tanggung jawab
bidan adalah untuk mengarahkan pemilihan alat kontrasepsi sesuai dengan
kebutuhan klien.

B. Tujuan Penulisan Laporan


1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan kasus ini adalah
mengetahui Asuhan Kebidanan Pada Ny. “KYS” Umur 30 Tahun Akseptor KB
Suntik 3 Bulan yang menerima asuhan kebidanan sesuai standar secara holistik
2. Tujuan Khusus
Setelah penyusunan laporan, mahasiswa diharapkan dapat:
a. Melakukan asuhan kebidanan Keluarga Berencana (KB) pada Ny “KYS” di
PMB Ni Ketut Sunarthi SST.
b. Mendokumentasikan secara benar dalam SOAP

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Dalam melakukan pemberian asuhan kebidanan pada keluarga berencana,
penulis mengambil kasus di PMB Ni Ketut Sunarthi SST, pada tanggal 19 Januari
2024.

D. Manfaat Penulisan Laporan


1. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan teori yang diperoleh dari pendidikan secara nyata di
lapangan dalam hal melaksanakan asuhan kebidanan patologi maternal dengan
tetap memeperhatikan aspek budaya lokal.
2. Bagi Instansi
Sebagai metode untuk mengevaluasi seberapa jauh mahasiswa menerapkan
teori yang di peroleh selama perkuliahan dikelas dan menerapkannya dilahan
praktek.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KELUARGA BERENCANA


1. Definisi Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga
kecil, bahagia, dan sejahtera (Handayani, 2010). Keluarga Berencana adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mendapatkan
objektif tertentu, mendapatkan kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kelahiran,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Pinem, 2009).

2. Tujuan Keluarga Berencana


Program KB memiliki tujuan umum untuk lima tahun ke depan yaitu
mewujudkan visi dan misi progam KB, yaitu membangun kembali dan
melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana pogam KB di masa mendatang
untuk mencapai keluarga berkualitas di tahun 2015, sedangkan tujuan program
KB secara filosofis untuk menigkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengedalian
kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia, dan terciptanya
penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2014).

3. Sasaran Keluarga Berencana


Sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya
adalah Pasangan Usia Subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran
tidak langusungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan

3
tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam
rangka mencapai keluarga berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2014).

4. Program KB di Indonesia
a. Program KB
Menurut UUD No 10 Tahun 1991 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera. Program KB adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningatan kesejahteraan kecil, bahagia dan
sejahtera. Dengan mengonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker
uterus dan ovarium. KB juga memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan
suami, istri, keluarga, dan masyarakat. Selain pengetahuan, pasangan suami-istri
harus memiliki akses terhadap pelayanan kontrasepsi yang berkualitas. Sehingga,
mereka mudah merencanakan kehamilan seperti yang diinginkan dan menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan (Purwoastuti, Elisabeth, 2015).
b. KIE dalam Pelayanan KB
1) Definisi KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Komunikasi adalah prses seseorang mengirimkan pesan kepada orang lain
yang dilakukan dengan “kata” atau “bahasa”. Informasi adalah pemberiahuan
yang diberikan kepada seseorang atau media kepada orang lain sesuai dengan
kebutuhannya. Edukasi adalah suatu rangkaian kegaitan yang dilaksanakan secara
sistematis, terencana, dan terarah, dengan partisipasi aktif dari individu ke
kelompok maupun masyarakat sosial, ekonomi, dan budaya.
2) Tujuan KIE
a) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik KN sehingga penambahan
peserta baru.
b) Membina kelestarian peserta KB
c) Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin
berlangsungnya proses penerimaan.
d) Mendorong terjadinya pembuahan perubahan perilaku ke arah yang positif,
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat.

4
3) Jenis KIE
a) KIE individu: suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE
dengan individu sasaran program KB.
b) KIE kelompok: suatu proses KIE timbul secara langsung antara petugas KIE
dengan kelompok (2-15 orang)
c) KIE masa: tentang program KB yang dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung kepada masyarakat dalma jumlah besar.
4) Prinsip langkah KIE
a) Memperlakukan klien dengan sopan, baik, dan ramah.
b) Memahami, menghargai, danmenerima keadaan ibu sebagaimana adanya.
c) Memberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
d) Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari
kehidupan sehari-hari.
e) Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan resiko yang dimiliki ibu.
c. Konseling KB
Suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui pemahaman
tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat didalamnya.
d. Informed Consent
Persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarga atas informasi dan
penjelasan mengenai tidakan medis yang akan dilakukan terhadap klien. Setiap
tindakan medis yang beresiko harus persetujuan tertulis ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan (klien) dalam keadaan sadar dan sehat.

5. Strategi Program KB
Strategi program KB untuk meningkatkan kualitas pelayanan mencakup enam
komponen (Pinem, 2009), yaitu:
a. Pilihan metoda kontrasepsi diperbanyak agar tersedia berbagai metoda pilihan
bagi klien.
b. Provider (pemberi layanan) harus dapat memberikan informasi yang lengkap,
rasional, dan dapat dipahami klien.

5
c. Meningkatkan kemampuan teknis seluruh provider melalui pelatihan dan
penyegaran secara periodik.
d. Hubungan antara pribadi provider dan klien merupakan landasan terwujudnya
kualitas pelayanan yang baik.
e. Kontinuitas pelayanan untuk mendapatkan kontrasepsi dan pelayanan
lanjutan kepada klien harus tetap dijamin.
f. Kecocokan dan penerimaan terhadap pelayanan sebaiknya dirancang dengan
mempertimbangkan kebutuhan klien.

B. ASUHAN KELUARGA BERENCANA


1. Pengertian
Menurut Kemenkes (2016) bahwa keluarga berencana merupakan salah satu
strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu
Terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), Terlalu sering melahirkan,
Terlalu dekat jarak melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun).
Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar
dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Keluarga berencana juga
merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan
keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB
meliputi penyediaan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi keluarga untuk dapat
merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun
jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.

2. Konseling Keluarga Berencana/Kontrasepsi


a. Pengertian Konseling Kontrasepsi
Konseling keluarga berencana merupakan proses yang berjalan dan menyatu
dengan semua aspek pelayanan kelurga berencana dan bukan hanya informasi
yang diberikan dan dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni pada saat
pemberian pelayanan (Handayani, 2014). Konseling keluarga berencana
merupakan komunikasi tatap muka dimana satu pihak membant pihak lain untuk
mengambil keputusan dan melaksanakan keputusan tesebut, berarti unsur yang
terkadang jelas,

6
tepat dan benar, serta kemampuan untuk memahami pihak lain/calon aseptor
(Meilani, 2010).
b. Tujuan
1) Memberikan informasi ang tepat, lengkap serta obyektif mengenai berbagai
metode kontrasepsi sehingga klien mengetahui manfaat bagi diri sendiri.
2) Mengidentifikasi dan menampung perasaan-perasaan yang kurang
menguntungkan, misalnya keraguan-keraguan maupun kecemasan yang
dialami klien sehubungan dengan pelayanan kontrasepsi, sehingga konselor
dapat membantu klien dalam penanggulangannya.
3) Membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang terbaik, aman, dan
sesuai dengan kondisi serta keinginan klien.
4) Memberikan informasi tentang berbagai alat/obat kontrasepsi dan tempat
pelayanann kontrasepsi.
c. Tugas Konselor
1) Membuat klien memiliki pengetahuan yang lengkap dan tepat mengenai
berbagai alat/obat kontrasepsi.
2) Membantu klien benar-benar mempertimbangkan keputusannya untuk
memilih dan menggunakan salah satu obat/alkon yang sesuai dengan kondisi
dan keinginanya.
3) Memberikan kesiapan psikologis.
4) Memberikan pertimbangan apakah klien sudah memenuhi persyarat
berdasarkan riwayat reproduksi dan riwayat penyakit
5) Memberikan penjelasan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi/efek
samping.
6) Mendokumentasikan informed consent, informed choice dan persyaratan lain
yang dibutuhkan.
7) Menjadwalkan/merujuk klien untuk tindakan lain yang diperlukan lebih lanjut.

d. Jenis Konseling
1) Konseling KB Awal: dilakukan pada mereka yang sama sekali belum tahu
tentan KB.

7
2) Konseling KB Pemilihan Cara: dilakukan pada mereka yang sudah mengerti,
tapi membutuhkan pertolongan atau bantuan dalam memilih cara-cara atau
alat/obat kontrasepsi dikarenakan ketebatasan pengetahuan klien.
3) Konseling KB pemantapan: dilakukan pada mereka yang sudah memahami.
Tujuannya ialah supaya yakin bahwa alat/obat kontrasepsi yang akan
dipakainya sesuia dengan kondisi dan kebutuhannya, tahu kemungkinan efek
samping dan cara mengatasinya. Pada konseling ini dilakukan pemeriksaan
kesehatan dan keterangan diri (nama, jumlah anak, riwayat kesehatan) yang
diperlukan untuk mengetahui cocok tidaknya memakai alat/ obat kontrasepsi.
4) Konseling KB pengayoman: dilakukan pada mereka yang sudah memakai alat
kontrasepsi. Tujuanya adalah untuk mengatasi masalah yang timbul sesudah
memakai alat kontrasepsi, misalnya karena pengaruh dari luar (mendengar
gunjingan, melihat pengalaman orang lain yang kurang enak ). Bisa juga
dilakukan pada mereka yang tadinya sudah memahami dan ingin memiliki
KKBS ( Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera), memakai alat kontrasepsi, tapi
kemudian berubah pendapat karena alasan tertentu (bercerai, kematian anak
dan sebagainya).
5) Konseling KB perawatan.pengobatan: dilakukan pada mereka yang
mengalami kegoncangan emosi atau gangguan kejiwaan akibat keinginannya
untuk memiliki alat kontrasepsi
e. Langkah-Langkah Konseling
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon KB yang baru,
hendaknya dapat diterapkan enam langkah yaitu SATU TUJU. Namun dengan
penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena
petugas kesehatan harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien, langkah –
langkah tersebut antara lain:
1) SA: Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta
terjamin privasinya, Bangun percaya diri pasien. Dan tanyakan apa yang perlu
dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.

8
2) T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien pengalaman
tentang KB, kesehatan reproduksi dan Tanyakan kontrasepsi yang ingin
digunakan.
3) U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan bantu klien pada jenis
kontrasepsi yang paling dia ingini serta jelaskan jenis yang lain.
4) TU: Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya
dan Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya.
5) J: Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jelaskan bagaimana
penggunaannya dan jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi.
6) U: Kunjungan Ulang. Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan
pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan dan apabila terjadi
suatu masalah.

3. Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


a. Pengertian
Suntikan kombinasi merupakan kontrasepsi sutikan yang berisi hormon
progestron (Handayani, 2014). Suntikan progestin yang mengandung Depo
Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) yang mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan 3 bulan sekali atau 12 minggu sekali pada bokong yaitu musculus
gluteus maximus (dalam) (Meilani, 2010).
b. Mekanisme Keja Suntik 3 Bulan
Menurut Handayani (2014), mekanisme kerja suntik 3 bulan antara lain:
1) Mencegah ovulasi
2) Mengentalkan lendir serviks dan sedikit, sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
3) Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari
ovum yang sudah dibuahi
4) Mempengaruhi kecepatan traspor ovum di dalam tuba fallopi

c. Manfaat Kontraseptif

9
1) Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama
penggunaan)
2) Cepat efektif (< 24 jam) jika dimulai pada hari ke 7 dari siklus haid
3) Metoda jangka waktu menengah perlindungan untuk waktu 2 dan 3 bulan per
satu kali injeksi
4) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan untuk memulai pemakaian
5) Tidak mengganggu hubungan seks
6) Tidak mempengaruhi pemberian ASI
7) Efek sampingna sedikit
8) Klien tidak memerlukan pasokan bahan
9) Bisa diberikan oleh petugas non-medis yang sudah telatih
10) Tidak mengandung estrogen
d. Manfaat Non kontraseptif
1) Mengurangi kehamilan ektopik
2) Bisa mengurangi nyeri haid
3) Bisa memperbaiki anemia
4) Melindungi tehadap kanker endometrium
5) Mengurangi penyakit payudara ganas
6) Mengurangi krisis sickle sel
7) Memberi perlindungan terhadap beberapa penyebab PID (Penyakit Inflamasi
Pelvik)
e. Keterbatasan
1) Perubahan dalam pola perdarahan haid, perdarahan/bercak tak beraturan awal
pada sebagian besar wanita
2) Penambahan berat badan (-+ 2 kg) merupakann hal biasa
3) Meskipun kehamilan tidak mungkin, namun jika terjadi, lebih besar
kemungkinannya berupa ektopik dibanding pada wanita bukan pemakai
4) Pasokan ulang harus tesedia
5) Harus kembali lagi untuk ulangan injeksi setiap 3 bulan (DMPA) atau 2 bulan
(NET-EN)
6) Pemulihan kesuburan bisa tertunda selama 7-9 bulan (secara rata-rata) setelah
penghentian

10
f. Indikasi
1) Wanita dari semua usia subur atau paritas yang :
a) Menginginkan metoda yang efektif dan bisa dikembalikan lagi
b) Sedang dalam masa nifas dan tidak sedang menyusui
c) Sedang menyusui (6 minggu atau lebih masa nifas)
d) Pasca Aborsi
e) Perokok (dari semua umur, sebanyak apapun)
2) Wanita dari kelompok usia subur atau paritas manapun yang:
a) Mengalami nyeri haid dari yang sedang hingga yang hebat
b) Makan obat epilepsi dan TBC
c) Mengalami tekanan darah tinggi atau masalah pembekan darah
d) Tak bisa mengingat untuk makan pil setiap hari
e) Lebih menyukai metoda yang tidak bekaitannya dengan hubungan seks
g. Kontraindikasi atau yang Seharusnya Tidak boleh menggunakan
1) Sedang Hamil (diketahui atau dicurigai)
2) Sedang mengalami perdarahan pervaginal tanpa diketahui sebabnya (jika
adanya masalah serius dicurigai)
3) Mengalami kanker payudara
h. Kondisi-kondisi yang memerlukan kehati-hatian
a) Sedang menyusui (< 6 minggu pasca persalinan)
b) Mengalami sakit kuning (hepatitis virus simpomatik atau sirrhosis)
c) Menderita tekanan darah tinggi
d) Menderita penyakit jantung iskhemik
e) Pernah mengakami stroke
f) Menderita tumor hati (Adenoma atau hepatoma)
g) Menderita diabetes (selama > 20 tahun)
i. Waktu injeksi suntik KB 3 bulan
Injeksi awal:
a) Hari ke 1 sampai 7 dari siklus haid
b) Setiap saat selama siklus haid dimana anda merasa yakin bahwa pasien
tersebut sedang tidak hamil
c) Postpartum : Segera jika tidak sedang menyusui

11
d) Pasca Aborsi:Segera atau dalam waktu 7
hari Injeksi Ulang:
a) DMPA : Hingga 4 minggu lebih awal atau terlambat
b) NET-EN : Hingga 2 minggu lebih awal atau terlambat
j. Efek samping dan penatalaksanaan
1) Amenorrhea
a) Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan efek samping
yang serius
b) Evaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi
amenorrhea setelah masa siklus haid yang teratur
c) Jika tidak ditemui masalah, jangan berupaya untuk merangsangperdarahan
dengan kontrasepsi oral kombinasi
2) Perdarahan hebat atau tidak teratur : Spotting yang berkepanjangan (> 8 hari)
atau perdarahan sedang :
a) Yakinkan dan pastikan
b) Periksa apakah ada masalah ginekologis (misalnya servisitis)
c) Pengobatan Jangka Pendek:
(1) Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 mg EE) selama 1 siklus
(2) Ibu profen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari)
3) Pertambahan atau Kehilangan Berat Badan (Perubahan Nafsu Makan)
Infomasikan bahwa kenaikan/penurunan BB sebanya 1-2 kg dapat saja terjadi.
Perhatikan diet klien bila perubahan BB terlalu mencolok. Bila BB berlebihan,
hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain.
k. Instruksi untuk klien
1) Kembali ke klinik KB untuk injeksi ulang setiap 3 bulan sekali (DMPA).
2) Perubahan dalam pola perdarahan haid (amenorrhea) merupakan hal biasa,
terutama setela 2 atau 3 kali injeksi.
3) Jika menggunakan DMPA, pemulihan kondisi kesuburan akan tertunda untuk
sementara, tetapi tidak mengurangi kesuburan dalam jangka panjang.
4) Jika menggunakan DMPA, 50% wanita akan berhenti mengalami perdarahan
apapun pada akhir tahun pertama pemakaiannya.
5) Tidak memberi perlindungan terhadap PMS (seperti HIV/AIDS)

12
l. Tanda-tanda peringatan
a) Masa haid yang tertunda setelah beberapa bulan siklus teratur
b) Nyeri perut bagian bawah yang hebat
c) Perdarahan hebat
d) Abses atau perdarahan pada tempat suntikan
e) Migraine (vaskuler), sakit kepala yang berat dan terus berulang atau
pandangan yang kabur

C. DOKUMENTASI SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning)


Menurut Mangkuji, dkk (2014) pembuatan grafik metode SOAP merupakan
pengelolaan informasi yang sistematis yang megnatur penemuan dan konklusi kita
menjadi suatu rencana asuhan, metode ini merupakan inti sari dari proses
pelaksanaan kebidanan guna menyusun dokumentasi asuhan.
1. Subjektif
a. Pendokementasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis
b. Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien
c. Pada orang yang bisu, dibelakang data diberi tanda “o” atau “x”
2. Objektif
a. Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
b. Hasil pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnoestik lain
c. Informasi dari keluarga atau orang lain
3. Assessment
a. Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data subjektif
dan objektif
b. Diagnosis/maslaah
c. Diagnosis/masalah potensial
d. Antisipasi diagnosis /masalah potensial/ tindakan segera

4. Planning
Pendokumentasian tindakan (I) dan evaluasi (E), meliputi: asuhan mandiri,
kolaborasi, tes diagnostic/ laboratorium, konseling dan tindak lanjut (follow up).

13
14
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KB PADA NY “KYS” USIA 30 TAHUN


ASEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
DI PMB NI KETUT SUNARTHI SST.
TANGGAL 19 JANUARI 2024

Waktu Pelayanan : Jumat, 19 Januari 2024, Pk. 10.00 wita


Tempat Pelayanan : PMB NI KETUT SUNARTHI SST

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Ibu Suami
Nama : KYS MDA
Umur : 30 tahun 33 tahun
Suku Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tanggal : Pegawai Swasta
Alamat rumah Jl P. Misol No 3
No HP :081933651XXX
Jaminan Kesehatan : BPJS Kelas 3
2. Keluhan utama/alasan kunjungan:
Ibu mengatakan saat ini adalah jadwal suntik ulang KB 3 bulan
3. Riwayat Keluhan Utama : ibu merasa lebih gemuk
4. Riwayat Menstruasi:
HPHT: ibu tidak mengalami menstruasi selama menggunakan KB suntik 3
bulan. Menarche: 13 tahun
Siklus menstruasi sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan: 29-30 hari. lama
menstruasi 4-7 hari. ibu ganti pembalut 3-4 kali/hari. konsistensi merah segar,
encer, tidak bergumpal. ibu tidak pernah mengalami disminore saar haid.

15
5. Riwayat Kehamilan , persalinan dan nifas yang lalu

16
a. Anak pertama ibu berusia 8 tahun, jenis kelamin perempuan, spontan,
penolong bidan, BBL 3400 gr, keadaan saat ini sehat.
b. Anak kedua ibu berusia 1,5 tahun, jenis kelamin perempuan, spontan,
penolong bidan, BBL 3300 gr, keadaan saat ini sehat.
6. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit apapun, baik yang
menahun seperti hipertensi, jantung. penyakit menurun seperti DM, Asma
dan penyakit menular seperti hepatitis, dan TBC. Klien juga mengatakan
tidak pernah mengalami sakit kepala sebelah ataupun sampai sakit kepala
yang sangat berat.
7. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan dalam 1 tahun terakhir ini ibu tidak pernah mengalami sakit
hingga parah, dan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti
hipertensi, jantung. penyakit menurun seperti DM, Asma dan penyakit
menular seperti hepatitis, dan TBC.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga Ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit
menular (TBC, Hepatitis), menahun seperti jantung dan hipertensi, menurun
(DM, Asma)
9. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami perdarahan dari jalan lahir atau
pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak pernah mengalami
keputihan yang lama dan tidak pernah menderita kelainan pada payudaranya
seperti: kanker pada payudaranya, seta tidak pernah menderita penyakit
kelamin, tidak pernah menderita kanker rahim. saat ini ibu sedang menyusui.
10. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan setelah melahirkan anak yang pertama ibu pernah
menggunakan KB Pil Kombinasi selama 2 tahun, kemudian setelah
melahirkan anak yang kedua ibu menggunakan KB suntik 3 bulan selama ± 1
tahun.

11. Data psikososial dan spiritual

17
Hubungan klien dengan suami, keluarga dan tetangga baik. Suami
menyetujui klien untuk ber-KB. Dalam agama klien tidak ada larangan untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Klien mengatakan merasa nyaman
menggunakan KB suntik 3 bulan.
12. Pola kebiasaan sehari-hari
Klien mengatakan dia tidak pernah mengkonsumsi rokok ataupun
mengkonsumsi minuman keras seperti bir.
a. Pola nutrisi : Klien menagatakan makan 3x/hari, 1porsi penuh dengan menu
nasi, 1 potong lauk pauk, kadang sayur dan buah, cemilan. belakngan ini ibu
lebih sering mkan cemilan berupa makanan manis dan gorengan. Minum 5-6
gelas/ hari berupa air putih.
b. Pola eliminasi : Klien mengatakan BAB 1 x/hr, konsistensi lembek, warna
kuning, bau khas, tidak nyeri, tidak ada darah. BAK 4-5 x/hari warna jernih,
tidak ada darah dan tidak nyeri.
c. Pola personal hygine: Klien mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari,
keramas 2-3x/minggu, ganti baju 2x/hari, ganti pakaian dalam 2-3x/hari.
d. Pola aktivitas : Klien mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak,
mencuci, dan membersihkan rumah.
e. Pola istirahat : Klien mengatakan tidur siang 30 menit/hari dan tidur malam
7jam/hari
f. Pola Seksual : Klien melakukan hubungan badan 2-3x dalam 1 minggu.
13. Pola pengetahuan ibu mengenai KB suntik 3 bulan
Ibu mengatakan pernah dijelaskan tentang KB tersebut tentang efek
sampingnya keuntungan dan kerugian KB suntik 3 bulan.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran :
composmentis
Tanda-tanda vital : Suhu 36,4oC, RR 22 x/menit, Nadi 80x/menit
TD 110/70 mmHg
Antropometri : BB : 58 kg. BB sebelumnya: 57kg (12-09-2021)
TB: 157 cm

18
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Kulit kepala bersih, tidak berketombe, rambut hitam distribusi
merata, tidak rontok
Muka : simetris, tidak pucat, tidak ada jerawat dan flek hitam, tidak
oedema
Mata : simetris, Konjungtiva merah muda, sklera berwarna
putih Hidung : tidak ada pengeluaran, tidak ada kelainan
Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak pucat
Telinga : simetris, bersih, tidak ada
pengeluaran.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, limfe dan tidak ada
bendungan vena jugularis, tidak ada kaku kuduk
Payudara : simetris, tidak ada benjolan dan nyeri tekan, putting susu menonjol.
tampak pengeluaran ASI
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : simetris, tidak ada retraksi otot bantu nafas,
Abdomen : normal, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, tidak ada luka
bekas operasi.
Genetalia : tidak dilakukan
Anus : tidak dilakukan
Ekstermitas
 Atas : warna kuku merah muda, simetri, tidak ada oedema,
 Bawah : warna kuku merah muda, simetris, tidak oedema, dapat
bergerak bebas, tidak ada varises

C. ANALISA
Diagnosa : Ny “KYS” usia 30 tahun akseptor lama KB suntik 3 bulan
Masalah : ibu mengalami peningkatan berat badan sebanyak 1 kg dalam 3
bulan.

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan
dalam batas normal, ibu paham dan menerima hasil pemeriksaan.

19
2. Melakukan informed concent secara lisan kepada ibu, ibu menyetujui
tindakan injeksi/penyuntikan
3. Menyiapkan obat, alat, lingkungan serta meposisikan ibu, ibu memilih posisi
duduk untuk di suntik
4. Menyuntikan kb medroxyprogesteron 1 cc pada 1/3 sias bokong kanan ibu
cera im (intramuscular), tidak timbul reaksi alergi
5. Memberikan kie kepada ibu bahwa peningkatan berat badan merupakan salah
satu efek samping penggunaan kb suntik 3 bulan yang disebabkan oleh
hormone progesterone yang meningkatkan nafsu makan melalui pusat
pengendalian di hipotalamus, ibu mengerti penjelasan bidan.
6. Menganjurkan ibu untuk diet rendah kalori, memperbanyak makanan serat
dan tinggi protein serta olahraga, ibu mengerti dan bersedia melakukan
anjuran bidan.
7. Memberikan konseling tentang makan makanan yg bergizi dengan selalu
memakan tahu, tempe, sayur, dan buah seperti papaya sesuai buah yang ibu
senang dan makan teratur 3 kali sehari dan jangan terlambat, ibu mengerti
dan mengatakan akan mengikuti sesuai anjuran bidan
8. Menginformasikan pada ibu dan suami datang lagi pada kunjungan
berikutnya pada tanggal 26 februari 2022 atau bila sewaktu-waktu ada
keluhan atau mengalami komplikasi, ibu bersedia melakukannya.
9. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan sudah dicatat pada
register kb, kartu kunjungan (k4), kartu kb (k1) dan kartu kantong kb.

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan yang dilakukan kepada Ny “KYS” sebagai aseptor


KB suntik 3 bulan di PMB Ni Ketut Sunarthi SST pada tanggal 19 Januari 2024
dengan menerapkan manajemen kebidanan didapatkan bahwa ibu
menggunakan alat kontrasepsi ini dengan alasan ibu ingin menunda anak lagi
dengan metode yang efektif, serta ada dukungan suami. Selain itu
penyuntikan dilakukan tiap 3 bulan sehingga ibu tidak perlu setiap bulan
berkunjung ke bidan.
Pada kunjungan ulang penyuntikan tanggal 19 Januari 2024 ibu mengatakan
mengalami kenaikan berat badan 1 kg, dimana nafsu makannya bertambah. Hal
ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kontrasepsi suntik 3 bulan
dapat menyebabkan peningkatan/penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg.
Perhatikan diet bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat badan
berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan kontrasepsi lain (Saifudin, 2010).
Bidan memberikan KIE, yaitu penjelasan sebab terjadinya penambahan berat
badan bersifat sementara dan individu (tidak terjadi pada semua pemakai
suntikan, tergantung reaksi tubuh wanita terhadap metabolisme progesteron).
Dan menganjukan ibu untuk diet rendah kalori, serta olahraga rutin untuk aseptor
yang mengalami kenaikan berat badan. Tekanan darah Ny “KYS” dalam batas
normal dan peningkatan berat badan hanya 1 kg pada bulan ini.
Kontra indikasi KB Suntik 3 bulan seperti ibu hamil atau dicurigai hamil,
ibu yang menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes
mellitus yang disertai komplikasi, perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, tidak ditemukan pada ibu. Pemeriksaan penunjang PP test tidak
dilakukan pada Ny. “KYS” karena tidak ada keluhan amenorea. Hal ini sesuai
dengan teori Nursalam (2009) yang menyatakan bahwa pemeriksaan PP test
dilakukan jika terjadi amenorea. Amenorea pada Ny. “KYS” terjadi pada awal
penyuntikan KB suntik 3 bulan dan saat ini haidnya sudah teratur kembali. Pada
langkah antisipasi masalah potensial, dalam kasus ini tidak ditemukan adanya
masalah potensial karena dari hasil pemeriksaan dan diagnosa ibu dalam
keadaan baik. Dalam identifikasi kebutuhan segera dalam kasus ini tidak
memerlukan tindakan yang khusus, cepat
21
dan segera untuk menangani ibu agar tidak terjadi kematian dan pada kasus ini
tidak ada tanda-tanda yang mengancam jiwa ibu.
Setelah diberikan suntik KB 3 bulan, maka Ny. “KYS” diberikan kartu
kunjungan ulang, untuk mengingatkan kembali tanggal penyuntikan dengan
keadaan setelah haid, dan belum melakukan campur dengan suami. Jika ibu ada
keluhan yang tidak nyaman atau tidak dimengerti, anjurkan kembali datang ke
klinik untuk mendapatkan pelayanan dan informasi yang lebih lengkap.
Pada pengembangan rencana, implementasi dan evaluasi tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek. Dimana dalam praktek langkah-langkah
tersebut disesuaikan dengan keadaan pasien. Sehingga tujuan dilakukan asuhan
kebidanan Ny “KYS” usia 30 tahun P2A0 dengan akseptor lama KB suntik 3
bulan dapat tercapai.

22
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny “KYS”,
penulis menyimpulkan:
1. Dalam melakukan pengkajian data subjektif dan objektif, data yang
ditemukan sudah lengkap.
2. Dari hasil penhkajian subjektif dan objektif, mampu membuat diagnosa
sesuai teori dan tidak ada diagnosa atau masalah potensial.
3. Asuhan KB dilakukan dengan memberikan konseling kepada ibu tentang alat
kontrasepsi yang akan digunakan dan ibu memutuskan akan menjadi akseptor
KB suntik 3 bulan.
4. Evaluasi yang diberikan yaitu memberitahu tentang hasil pemeriksaan,
melaksanakan prosedur pemberikan KB suntik 3 bulan, dan memberitahu ibu
tanggal kembali.

B. Saran
1. Bagi Klien
Meningkatkan kerjasama yang baik antara pasien, keluarga pasien, medis
serta paramedic dalam melakukan asuhan kebidanan agar pelayanan kebidanan
bertambah baik.
2. Bagi Lahan Praktik
Meningkatkan pemberian pelayanan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
sesuai dengan standar asuhan kebidan, sehingga tidak terjadi komplikasi lebih
lanjut.
3. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada neonatus dengan menggunakan dokumentasi SOAP mulai dari
pengkajian sampai evaluasi, secara sistematis dan benar sesuai data-data yang di
dapatkan di lahan praktek

23
DAFTAR PUSTAKA

Handayani. 2010. Pelayanan Keluarga Berecana. Yogyakarta: Fitramaya.

. 2014. Pelayanan Keluarga Berecana. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Kemenkes. 2015. Profil Kesehatan Indonesia.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015 .pdf (diunduh 11 November 2021).

.2016.Profil Kesehatan Indonesia.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf (diunduh 11 November
2021).

Meilani. 2010. Pelayanan Keluarga Berecana. Yogyakarta: Pustaka Rihama


Ontario. 2014. Continuity Of Care. http://www.cmo.on.ca/wp-
content/uploads/2015/07/Continuity-of-Care.pdf (diunduh 11 November
2021).

Nursalam. 2009. Buku Panduan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika.

Pinem. 2009. Kesehatan Reprduksi & Kontrasepsi. Jakarta. CV. Trans Info Media

Purwoastuti, Elisabeth. 2015. Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana.


Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.

Saiffudin, A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Varney, H. 2007. Varney’s Midwifery. Jakarta : EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai