Dosen Pembimbing :
MARIYATUL QIFTIYAH,SST.,M.Keb
Disusun Oleh :
ISLAMIATI
18.16.1.149.012
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan
individu praktek kebidanan komunitas yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komunitas
Keluarga Pada Ny “N” Aseptor Lama KB Suntik 3 Bulan “ sholawat serta salam tak lupa
penulis panjatkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
safa’at dan ridhonya.
Adapun penyusun laporan ini diajukan untuk melengkapi tugas praktek kebidanan
komunitas. Dalam penyusunan laporan individu ini penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan akan tetapi atas bimbingan serta arahan dari para pembimbing dan dukungan semua
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu ini dengan baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap
Akseptor Baru KB Suntik 3 Bulan.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan asuhan terhadap Akseptor Baru
KB Suntik 3 Bulan.
6. Mahasiswa mampu melakuan evaluasi asuhan yang telah dilaksanakan terhadap
Akseptor Baru KB Suntik 3 Bulan.
7. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan dalam
SOAP.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keluarga Berencana
2.1.1 Definisi
KB adalah suatu usaha guna merencanakan dan mengatur jarak
kehamilan sehingga kehamilan dapat dikehendaki pada waktu yang diinginkan
(Saifudin, 2008).
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pemasangan suami istri
untuk mendapatkan obyek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan denagn suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
(WHO, 2007).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, usaha-usaha itu
dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen (Wiknjosastro, 2010).
2.1.2 Tujuan Pelayanan Kontrasepsi
1. Tujuan Umum
Pemeberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan keluarga
berencana yaitu dihayatinya nama keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(Hartanto, 2007).
2. Tujuan Pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna guna mencapai tujuan tersebut
maka ditempuh kebijaksanaan dengan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai
sasaran.
Menurut Hartono (2007), yaitu :
a. Fase menunda atau mencegah kehamilan
Fase menunda kehamilan dianjurkan bagi Pasangan Usia Subur (PUS)
dengan usia istri kurang dari 20 tahun dengan alasan :
1) Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebiaknya tidak mempunyai
anka terlebih dahulu untuk berbagai alasan.
2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda
masih mempunyai frekuensi senggama yang tinggi sehingga angka
kegagalan tinggi.
7
3) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil Oral, karena akseptor masih
muda.
4) Pemasangan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa
ini dapat dianjurkan terutama bagi calon peserta dengan kontraindikasi
terhadap pil oral.
Kontrasepsi yang cocok untuk menunda atau mencegah kehamilan adalah,
pil, IUD, cara sederhana.
8
2) Kontrasepsi yang cocok meliputi :
a) Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)
b) IUD
c) Implant
d) Cara sederhana
e) Suntik
f) Pil
1. Metode Kontrasepsi
Menurut Saifuddin (2010), pembagian cara kontrasepsi yaitu :
a. Metode amenorea Laktasi (MAL)
b. Metode keluarga berencana alamiah
c. Senggama terputus
d. Metode barrier:
1) Kondom
2) Diafragma
3) Spemisida
e. Kontrasepsi kombinasi :
1) Suntikan kombinasi
2) Pil kombinasi
f. Kontrasepsi progestin :
1) Kontrasepsi duntikan progestin
2) Kontrasepsi pil progestin
3) Kontrasepsi implant
4) AKDR dengan progestin
g. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
h. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi (sterilisasi pada wanita)
2) Vasektomi (sterilisasi pada pria)
9
Profil kontrasepsi suntik 3 bulan :
a) Sangat efektif
b) Aman
c) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
d) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata – rata 4 bulan.
e) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
2.2.2 Jenis
Menurut Saifuddin (2010), jenis kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu :
1. Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA) mengandung 150
mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik
intramuskular (di daerah bokong).
2. Depo noristeron enantat (Depo Noristerat) yang mengandung
200 mg Noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan
cara disuntik intramuskular.
2.2.3 Mekanisme kerja kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Harnawati (2008), mekanisme kerja kontrasepsi 3 bulan,
yaitu:
a) Menghalangi pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dan LH (Luteinizing Hormone) sehingga tidak terjadi pelepasan
ovum.
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kempuan
penetrasi sperma.
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis.
d) Menghambat transportasi gamet dan tuba.
2.2.4 Indikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), indikasi kontrasepsi DMPA meliputi :
1) Usia reproduksi
2) Multipara dan yang telah memiliki anak.
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6) Setelah abortus atau keguguran.
10
7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
8) Perokok
9) Tekanan darah < 150/100 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
10) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau
obat tuberkulosis (rifampisin).
11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
12) Anemia defisiensi zat besi.
13) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
2.2.5 Kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
meliputi :
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorea
d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
e) Diabetes melitus disertai komplikasi.
2.2.6 Keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan
meliputi :
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruh pada hubugan suami-istri
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
f. Sedikit efek samping.
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause.
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.
11
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
l. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
2.2.7 Kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan
meliputi :
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
a) Siklus haid yang memendek atau memenjang.
b) Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
d) Tidak haid sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan).
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan
berikut.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
6. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
7. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang.
8. Pada penggunaaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas).
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala, nervositas, jerawat.
2.2.8 Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
1. Setiap saat selaama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap
saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
12
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah
menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar,
dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera
diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non-hormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormona, suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan,
asal ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari
ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.
Suntikan pertama, dapat diberikan pada hari pertama sampai hari
ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7
siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak
hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
2.2.9 Cara penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuskular dalam di daerah pantat. Apabila suntikan
diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan
lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan
setiap 90 hari.
2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang
dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60 – 90 %. Biarkan kulit
kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
13
3. Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung –
gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila
terdapat endapan putih pada dasar ampul usahakan
menghilangkannya dengan menghangatkannya.
2.2.10 Informasi lain yang perlu disampaikan
A. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan
haid (amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara
dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.
B. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit
kepala, dan nyeri payudara. Efek samping ini jarang, tidak
berbahaya, dan cepat hilang.
C. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu
diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan,
atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam
waktu dekat.
D. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru
datng kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid
tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3 – 6 bulan
tidak juga haid, klien harus kembali ke dokter atau tempat
pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
E. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan,
suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga
suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal
tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan
hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan kontrasepsi
lainnya selama 7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan
kontrasepsi darurat.
F. Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi
suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan
kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan.
Andaikata terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan
diberikan tersebut di injeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari
kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
14
G. Bila klien lupa jadual suntikan, suntikan dapat segera diberikan,
asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
15
juga, rujuk ke klinik.
16
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan – penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007).
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah – langkah
tersebut membentuk kerangka yang lengkap sehingga dapat diaplikasikan dalam
semua situasi, akan tetapi setiap langkah tersebut bisa dipecah – pecah sehingga
sesuai dengan kondisi pasien.
1. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan data dasar untuk mengevaluasi keadaan
pasien. Data dasar ini dapat diperoleh melalui anamnesa, termasuk riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif
dan data obyektif.
a. Data subyektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan
oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu sistem interaksi
atau komunikasi (Nursalam, 2009). Biasanya diperoleh dari anamnesa yaitu
tanya jawab antar klien dan tenaga kesehatan.
1) Identitas Klien dan suami
Menurut nursalam (2009), terdiri dari
a) Nama : untuk mengenal pasien
b) Umur : untuk mengetahui faktor resiko. Pada akseptor KB
suntik 3 bulanan itu dapat diberikan pada usia reproduksi dan pada usia
> 35 tahun sampai perimenopause. (Saifudddin, 2010)
c) Agama : untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan
agamanya.
d) Suku/Bangsa : untuk mengetahui faktor pembawa ras.
e) Pendidikan : mengetahui tingkat intelektual.
f) Pekerjaan : mengetahui keadaan sosial ekonomi
g) Alamat : mengetahui lingkungan tempat tinggal
2) Alasan kunjungan
17
Alasan yang menyebabkan klien berobat (Wiknjosastro, 2010).
Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang diraskan saat pemeriksaan.
(Varney,2007).
3) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui klien pernah menikah, berapa kali menikah, usia
waktu pertama menikah dan jumlah anak hasil dari pernikahan klien.
4) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui lama menstruasi, banyak darah menstruasi,
keluhan – keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi. Hal ini
dinyatakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran mengenai fungsi
alat kontrasepsi (Nursalam, 2009).
5) Riwayat obstetri
Untuk mengetahui apakah keadaan ibu saat hamil, bersalin, nifas
yang lalu mengalami gangguan atau tidak ( Wheleer, 2004).
6) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah menggunakan KB
atau belum, jika pernah lamanya berapa bulan atau tahun dan jenis KB yang
digunakan (Varney, 2007).
7) Riwayat kesehatan
Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit
sistemik untuk memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi pemakaian KB
suntik seperti tekanan darah tinggi, jantung dan diabetes melitus dengan
komplikasi. Selain itu juga tentang riwayat penyakit keluarga, riwayat
keturunan kembar dan riwayat operasi (Nursalam, 2009).
8) Riwayat kebiasaan sehari – hari
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan sehari – hari dalam menjaga
kebersihan dirinya dan bagaiman pola makan sehari – hari apakah terpenuhi
gizinya atau tidak (Farrer, 2006).
Kebiasan sehari – hari meliputi :
a) Nutrisi
Dalam mengkaji nutrisi perlu diketahui pola makan yang dahulu
dan sekarang berupa kualitas dan kuantitas frekuensi dan porsi makan
(Susilowati, 2008).
b) Personal Hygiene
18
Untuk mengetahui kebiasaan hidup klien yang dapat
meningkatkan atau memperburuk derajat kesehatan klien. Yang dikaji
meliputi : mandi, keramas, gosok gigi serta kebersihan genitalia. Hal ini
dapat membantu mengetahui apakah terjadi infeksi pada alat genitalia
pasien. (Saifuddin, 2010)
c) Pola seksual
Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien dengan
suami dan adakah terdapat kelaiana atau keluhan selama hubungan
seksual (Farrer, 2006).
9) Data psikososial dan budaya
Untuk mengetahui apakah ada konflik mental atau tidak selama ibu
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan (Prawirohardjo, 2005).
b. Data objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
diukur oleh tenaga kesehatan. Meliputi status generalis, pemeriksaan sistematis
dan pemeriksaan penunjang (Nursalam, 2009).
1) Status generalis
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu
(1) Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif, gerakannya
terarah.
(2) Sedang, maka pasien mersa tegang dan sedikit cemas.
(3) Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung,
gerakan tidak terarah, gemetar dan merasa sangat cemas.
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu
(1) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya
maupun lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan
pemeriksa dengan baik.
(2) Somnolen adalah keadaan mengantuk yang masih dapt pulih bila
diransang, tapi bila dirnsang berhenti pasien akan tertidur kembali.
(3) Apatis adalh pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
19
(4) Koma dalah penurunan kesdaran yang sangat dalam, tidak ada
gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap ransangan nyeri
(Prihardjo, 2007).
c) Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital, sebagai berikut
(1) Tekanan darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan
hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmHg. (Saifuddin, 2010)
(2) Suhu :
(3) Respirasi :
(4) Nadi :
d) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu dan untuk BMI (Nursalam, 2009).
e) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu. Pada akseptor KB suntik 3
bulan berat badan dapat meningkat atau menurun (Nursalam, 2009).
2) Pemeriksaan sistematis
Adalah pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai
ujung kaki (Nursalam, 2009), meliputi :
a) Wajah : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah
oedema (Wiknjosastro, 2010).
b) Mata : untuk mengetahui apakah konjuntiva warna merah muda dan
sklera warna putih (Nursalam, 2009).
c) Mulut : ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi ada karies atau tidak,
gusi berdarh atau tidak (Nursalam, 2009)
d) Leher : Adakah pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, ada
benjolan atau tidak (Nursalam, 2009).
e) Dada : untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan kiri saat
bernafas, apakah payudara simetris atau tidak, apakah ada benjolan atau
tidak (Nursalam, 2009).
f) Axila : untuk mengetahui apakah ada benjolan atau tidak, terdapat nyeri
atau tidak (Nursalam, 2009).
g) Abdomen : Adakah luka bekas operasi atau tidak, adakah benjolan atau
tidak, palpasi dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kehamilan.
20
3) Pemeriksaan penunjang
Dilakukan PPtest untuk mengetahui ibu hamil atau tidak jika terjadi
amenorea (Nursalam, 2009).
21
3) Lakukan pengocokan pada vial KB suntik 3 bulan secara lembut
sehingga obat dapat tercampur rata.
4) Buka dan buang tutup kaleng pada pada vial yang menutupi karet. Hapus
karet yang ada dibagian atas vial dengan kapas alkohol, biarkan kering.
5) Bila menggunakan jarum dan semprit suntik sekali pakai, segera buka
plastiknya . bila menggunakan jarum dan semprit suntik yang telah disterilkan
dengan DTT, pakai korentang/forsep yang telah diDTT untuk mengambilnya.
6) Pasang jarum pada semprit suntik dengan memasukan jarum pada mulut
semprit penghubung.
7) Balikan vial dengan mulut vial ke bawah, masukan cairan suntik dalam
semprit. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap kontrasepsi sunti dan
dan menyuntikan pada klien.
8) Tentukan daerah penyuntikan yaitu pada 1/3 SIAS
9) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol, dan biarkan kering
sebelum disuntik.
10) Suntikan obat (Medroxiprogesterone Acetate 150 mg/3ml) melalui
intramuscular dengan sudut 90 derajat.
11) Cabut jarum dan jangan memijat daerah suntikan
12) Buang sampah sesuai pada tempat yang sudah disediakan.
c. Isikan tanggal kembali, hasil dari berat badan dan tekanan darah pada kartu
akseptor ibu dan buku register.
R/ Dapat menerapkan fungsi dependen dan dokumentasi.
d. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang untuk mendapatkan suntikan
KB suntik 3 bulan berikutnya
R / Efektifitas konterasepsi KB suntik 3 bulan akan hilang dalam jangka
waktu 3 bulan dan ibu memiliki resiko untuk terjadi kehamilan
6. Langkah VI : Penatalaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya,
baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini
dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya.
R/: penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan.
22
7. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dnegan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan oleh
bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus menerus
untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai
dengan kondisi atau kebutuhan klien. Dalam pratiknya, langkah – langkah asuhan
kebidanan tersebut ditulis dengan menggunakan SOAP.
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Data Umum
Kecamatan : Bancar Nama : Tn “P”
Kelurahan : Tergambang Agama : Islam
Rt : 01 Pekerjaan : Swasta
Rw : 01 Penghasilan : ± Rp. 3.000.000
Kep. Keluarga : Laki-Laki Kead. Kesehatan : Sehat
No. Induk :- Umur : 35 Tahun
Pendidikan : SLTA
Alamat : Ds. Tergambang, Kec. Bancar, Kab. Tuban
Susunan Anggota Keluarga
24
Genogram keluarga dan keterangan
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Balita
: Menikah
2. Data Khusus
1) Imunisasi
2) Apabila ada anggota keluarga yang sakit berobat yang sakit kepada :
Tenaga kesehatan khususnya Bidan
25
3) Jenis penyakit yang sering diderita keluarga Tn“P” mengatakan tidak
mempunyai peyakit keturunan. Penyakit yang sering diderita adalah
penyakit batuk, pilek, pegal-pegal, dll.
4) Pertolongan persalinan
Persalinan pertama ditolong oleh bidan di tempat praktek bidan desa
5) Kebiasaan menyapih umur
Dalam keluarga tidak ada batasan menyapih
6) Pemberian makanan tambahan sejak usia
Makanan tambahan diberikan usia 7 bulan
7) Tanggapan terhadap KB
Tanggapan ibu tentang KB direspon dengan baik oleh ibu dan
keluarganya, dan ibu sudah lama mengikuti KB Suntik 3 bulan.
8) Pola hidup
Keluarga
Pola makan : ± 3 x/hari, menu sedang (nasi, sayur,
lauk-pauk, buah, air putih)
Aktivitas :
Ibu beraktivitas dirumah seperti menyapu,
mengepel, memasak, dll.
Bapak beraktivitas di Pabrik
Kakek dan Nenek beraktivitas di ladang sejak pagi
sampai sore
Rekreasi : Melihat tv, Bertamu kerumah tetangga
Balita
Pola makan : 3x/hari, menu sedang ( nasi
tem, bubur, sayur bening)
Istirahat : Tidur siang 3 jam dan malam 6-7
jam
9) Adat kebiasaan selamatan
Mitoni saat usia kehamilan 7 bulan dan pada saat tali pusat anak lepas.
10) Penggunaan waktu senggang
Penggunaan waktu senggang dilakukan dengan menonton TV dan
berkumpul dengan anak dan keluarga, Bertamu kerumah tetangga.
11) Situasi social dan ekonomi
26
Penghasilan keluarga ±Rp. 3.000.000 /bulan pengahasilan yang ada hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
12) Kebiasaan Merokok
Tidak ada keluaraga yang merokok.
27
7. Denah Rumah
2 1 7 U
3 4 5 6 S
Keterangan :
1 : Ruang tamu
2 : Kamar
3 : Kamar
4 : Kamar mandi
5 : Dapur
6 : Gudang
7 : Ruang TV
28
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak 0
3. Potensial masalah dapat di cegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus segera ditangani 2
Ada masalah tapi tidak perlu 1
ditangani 0
Masalah tidak di rasakan
29
Urutan prioritas masalah
Berdasarkan anlisis prioritas masalah menggunakan rumus di atas maka dapat disimpulkan
urutan prioritas masalah sebagai berikut :
Catatan perkembangan :
S : Ibu mengatakan sudah mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan dan
ibu
P : Anjurkan ibu untuk kembali tepat waktu yaitu tanggal 19 Maret 2020 atau terjadi
keluhan yang dirasakan oleh ibu.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan Kebidanan pada Ny “N” Usia 30 th P₁000 dengan Akseptor Baru KB suntik 3
bulan telah dilakukan pengkajian (Data Subyektif dan Data Obyektif) sesuai dengan
manajemen kebidanan 7 langkah Varney melalui anamnesa langsung pada pasien dan
beberapa pemeriksaan.
Dari pengkajian umur didapatkan usia Ny “N” 30 th. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan pada akseptor KB suntik 3 bulanan itu dapat diberikan pada usia
reproduksi dan pada usia >35 th sampai perimenapouse. Selain itu KB suntik juga
pilihan untuk fase menjarangkan kehamilan. Periode usia istri 20-30 th merupakan
periode paling baik untuk usia melahirkan (Saifuddin, 2010). Pilihan Ny. “N” dalam
memilih kontrasepsi suntik adalah pilihan yang tepat, terutama pada fase ini.
Dalam riwayat menstruasi didapatkan pola menstruasi Ny. “N” normal dan tidak ada
keluhan gangguan haid. Riwayat kesehatan Ny. “N” dan keluarga tidak terdapat
penyakit yang membatasi Ny. “N” dalam menggunakan KB suntik 3 bulan. Menurut
teori KB suntik 3 bulan tidak dapat digunakan pada penderita hipertensi atau riwayat
hipertensi, kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan DM disertai komplikasi.
Ny. “N” dan riwayat keluarga tidak menderita penyakit yang disebutkan diatas.
Pada pemeriksaan tekanan darah, hasil pengukuran Ny. “N” adalah 120/80 mmHg
dan BB pengukuran sekarang 56kg. hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
kontrasepsi suntik 3 bulan dapat diberikan pada tekanan darah <180/110 mmHg,
dengan masalah gangguan pembekuan darah dan anemia bulan sabit dan dapat terjadi
peningkatan / penurunan berat badan sebanyak 1-2kg . sehingga tujuan dilakukan
asuahn kebidanan Ny. “N” usia 30 Tahun P₁000 dengan Akseptor Baru KB suntik 3
bulan dapat tercapai.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asuhan kebidanan kontrasepsi suntik 3 bulan yang diberikan pada Ny. “N” telah
sesuai dengan tujuan antara lain :
A. Dalam melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif, data yang ditemukan
sudah lengkap.
B. Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif, mampu membuat diagnose sesuai
teori dan tidak ada diagnose atau masalah potensial.
C. Rencana disusun sesuai kebutuhan, namun tidak semua rencana yang ada di teori
terdapat pula pada tinjauan kasus. Pada pemberian suntik KB 3 bulan.
D. Evaluasi yang diberikan yaitu memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan,
melaksanakan prosedur pemberian KB suntik 3 bulan, dan memberitahu ibu
tanggal kembali.
5.2 Saran
Bagi petugas yang memberikan Asuhan Kebidanan diharapkan mengingat
langkah-langkah yang sudah ditetapkan dan tetap mempertahankan jalinan
komunikasi dalam upaya menjalin kerja sama antara petugas dank lien untuk
keberhasilan asuha yang diberikan.
Bagi klien / ibu harus bisa mengingat jadwal kembali untuk melakukan suntikan
ulang.
32
DAFTAR PUSTAKA
Farrer, Helle. 2006. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
33
LEAFLET
PENGERTIAN
Kontrasepsi suntik adalah
obat pencegah kehamilan
yang pemakaianya dilakukan
dengan jalan menyuntikkan
obat pada wanita subur
(Maryani, 2007).
Jenis Kontrasepsi
1. Depo
Medroxyprogesteron
Kerugian Kontrasepsi Suntik 3
Asetat (DMPA)
Bulan
2. Depo Noristeron Enantat
Sering doitemukan gangguan
(Dpo Noristerat)
siklus Haid seperti :
a. Siklus Haid yang
Keuntungan Kontrasepsi
memendek atau
Suntuik 3 Bulan
memanjang
b. Perdarahan yang banyak
1. Sangat efektif Kontrasepsi suntik
atau sedikit
2. Pencegahan
jangka panjang
kehamilan
3 bulan
c. Perdarahan tidak teratur
3. Tidak berpengaruh pada
atau perdarahan bercak
hubungan suami istri
(Spotting)
4. Tidak mengandung
d. Tidak Haid sama sekali
estrogen Islamiati
5. Tidak memiliki pengaruh
terhadap ASI
6. Sedikit efek samping
(18.16.1.149.012)
7. Klien tidak perlu
menyimpan obat suntik
8. Dapat digunakan oleh
D3 kebidanan
perempuan usia >35
tahun sampai Stikes nahdlatul ulama
perimenapose
9. Membantu mencegah tuban
34
kanker endometrium dan
kehamilan etopik
10. Menurunkan kejadian