Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

“Asuhan Kebidanan Komunitas Keluarga Pada Ny “N” Aseptor Baru KB Suntik 3


Bulan “

Di Desa Tergambang Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban

Dosen Pembimbing :

MARIYATUL QIFTIYAH,SST.,M.Keb

Disusun Oleh :

ISLAMIATI

18.16.1.149.012

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan
individu praktek kebidanan komunitas yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komunitas
Keluarga Pada Ny “N” Aseptor Lama KB Suntik 3 Bulan “ sholawat serta salam tak lupa
penulis panjatkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
safa’at dan ridhonya.

Adapun penyusun laporan ini diajukan untuk melengkapi tugas praktek kebidanan
komunitas. Dalam penyusunan laporan individu ini penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan akan tetapi atas bimbingan serta arahan dari para pembimbing dan dukungan semua
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Asuhan Kebidanan Komunitas


ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penukis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Penulis hanya dapat berharap agar laporan Asuhan Kebidanan Komunitas ini
dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama
ini.

Tuban, 14 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Keluarga Berencana .................................................................................................... 6


2.2 Kontrasepsi Suntik 3 Bulan ........................................................................................ 8
2.3 Manajemen Asuhan Kebidanan ................................................................................. 15

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian ..................................................................................................................


23
3.2 Interpretasi Data .........................................................................................................
23
3.3 Perumusan Masalah ................................................................................................... 23
3.4 Susunan Prioritas Masalah ........................................................................................ 27

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 31

5.2 Saran ......................................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dan
mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) menjadi visi untuk
mewujudkan “ Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas dalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam paradigm baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat
menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral
dalam meningkatkan kuaitas keluarga.
Salah satu peranan penting Bidan adalah untuk meningkatkan jumlah penerimaan dan
kualitas metode KB kepada masyarakat. Sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
bidan, metode KB yang dapat dilaksanakan adalah metode sederhana (Kondom, Pantang
Berkala, Pemakaian Spermisid, Senggama terputus), Metode Kontrasepsi Efektif (MKE)
(Hormonal, Suntikan KB dan susuk KB, AKDR), metode MKE kontap (bidan dapat
memberi petunjuk tempat dan waktu kontap dapat dilaksanakan), metode menghilangkan
kehamilan (Bidan dapat menunjuk tempat pelayanan untuk menghilangkan kehamilan
yang tidak dikehendaki).
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ny. “N” Akseptor Baru KB Suntik 3 Bulan?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Akseptor Baru KB
Suntik 3 Bulan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data Objektif
pada Akseptor Baru KB Suntik 3 Bulan.
2. Mahasiwa mampu menginterprestasikan data dan menentukan diagnose masalah
pada Akseptor Baru KB Suntik 3 Bulan.
3. Mahasiswa mampu menegakkan masalah potensial dan tindakan segera pada
Akseptor Baru KB Suntik 3 Bulan.

5
4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap
Akseptor Baru KB Suntik 3 Bulan.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan asuhan terhadap Akseptor Baru
KB Suntik 3 Bulan.
6. Mahasiswa mampu melakuan evaluasi asuhan yang telah dilaksanakan terhadap
Akseptor Baru KB Suntik 3 Bulan.
7. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan dalam
SOAP.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keluarga Berencana
2.1.1 Definisi
KB adalah suatu usaha guna merencanakan dan mengatur jarak
kehamilan sehingga kehamilan dapat dikehendaki pada waktu yang diinginkan
(Saifudin, 2008).
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pemasangan suami istri
untuk mendapatkan obyek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan denagn suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
(WHO, 2007).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, usaha-usaha itu
dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen (Wiknjosastro, 2010).
2.1.2 Tujuan Pelayanan Kontrasepsi
1. Tujuan Umum
Pemeberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan keluarga
berencana yaitu dihayatinya nama keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(Hartanto, 2007).
2. Tujuan Pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna guna mencapai tujuan tersebut
maka ditempuh kebijaksanaan dengan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai
sasaran.
Menurut Hartono (2007), yaitu :
a. Fase menunda atau mencegah kehamilan
Fase menunda kehamilan dianjurkan bagi Pasangan Usia Subur (PUS)
dengan usia istri kurang dari 20 tahun dengan alasan :
1) Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebiaknya tidak mempunyai
anka terlebih dahulu untuk berbagai alasan.
2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda
masih mempunyai frekuensi senggama yang tinggi sehingga angka
kegagalan tinggi.

7
3) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil Oral, karena akseptor masih
muda.
4) Pemasangan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa
ini dapat dianjurkan terutama bagi calon peserta dengan kontraindikasi
terhadap pil oral.
Kontrasepsi yang cocok untuk menunda atau mencegah kehamilan adalah,
pil, IUD, cara sederhana.

b. Fase menjarangkan atau mengatur kehamilan


Periode usia istri antara 20 – 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan.
1) Alasan menjarangkan kehamilan :
a) Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
b) Kegagalan yang menyebakan kehamilan cukup tinggi, namun
disini tidak begitu berbahaya karena yang bersangkutan berada
pada usia melahirkan yang baik.
c) Segera setelah melahirkan anak pertama dianjurkan untuk
memakai IUD sebagai pilihan utama.
2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :
a) Suntik
b) IUD
c) Implant
d) Mini pil
e) Cara sederhana
c. Fase menghentikan atau mengakhiri kesuburan
Pada periode ini usia istri di atas 30 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan
setelah mempunyai dua anak.
1) Alasan mengakhiri kesuburan
a) Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil
karena alasan medis.
b) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan
kemungkinan timbul akibat samping.
c) Pilhan utama adalah kontrasepsi mantap.

8
2) Kontrasepsi yang cocok meliputi :
a) Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)
b) IUD
c) Implant
d) Cara sederhana
e) Suntik
f) Pil
1. Metode Kontrasepsi
Menurut Saifuddin (2010), pembagian cara kontrasepsi yaitu :
a. Metode amenorea Laktasi (MAL)
b. Metode keluarga berencana alamiah
c. Senggama terputus
d. Metode barrier:
1) Kondom
2) Diafragma
3) Spemisida
e. Kontrasepsi kombinasi :
1) Suntikan kombinasi
2) Pil kombinasi
f. Kontrasepsi progestin :
1) Kontrasepsi duntikan progestin
2) Kontrasepsi pil progestin
3) Kontrasepsi implant
4) AKDR dengan progestin
g. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
h. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi (sterilisasi pada wanita)
2) Vasektomi (sterilisasi pada pria)

2.2 Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


2.2.1 Definisi
Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang
pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada
wanita subur (Maryani, 2007).

9
Profil kontrasepsi suntik 3 bulan :
a) Sangat efektif
b) Aman
c) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
d) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata – rata 4 bulan.
e) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

2.2.2 Jenis
Menurut Saifuddin (2010), jenis kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu :
1. Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA) mengandung 150
mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik
intramuskular (di daerah bokong).
2. Depo noristeron enantat (Depo Noristerat) yang mengandung
200 mg Noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan
cara disuntik intramuskular.
2.2.3 Mekanisme kerja kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Harnawati (2008), mekanisme kerja kontrasepsi 3 bulan,
yaitu:
a) Menghalangi pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dan LH (Luteinizing Hormone) sehingga tidak terjadi pelepasan
ovum.
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kempuan
penetrasi sperma.
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis.
d) Menghambat transportasi gamet dan tuba.
2.2.4 Indikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), indikasi kontrasepsi DMPA meliputi :
1) Usia reproduksi
2) Multipara dan yang telah memiliki anak.
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6) Setelah abortus atau keguguran.

10
7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
8) Perokok
9) Tekanan darah < 150/100 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
10) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau
obat tuberkulosis (rifampisin).
11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
12) Anemia defisiensi zat besi.
13) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
2.2.5 Kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
meliputi :
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorea
d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
e) Diabetes melitus disertai komplikasi.
2.2.6 Keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan
meliputi :
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruh pada hubugan suami-istri
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
f. Sedikit efek samping.
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause.
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.

11
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
l. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
2.2.7 Kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan
meliputi :
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
a) Siklus haid yang memendek atau memenjang.
b) Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
d) Tidak haid sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan).
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan
berikut.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
6. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
7. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang.
8. Pada penggunaaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas).
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala, nervositas, jerawat.
2.2.8 Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
1. Setiap saat selaama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap
saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

12
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah
menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar,
dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera
diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non-hormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormona, suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan,
asal ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari
ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.
Suntikan pertama, dapat diberikan pada hari pertama sampai hari
ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7
siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak
hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
2.2.9 Cara penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuskular dalam di daerah pantat. Apabila suntikan
diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan
lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan
setiap 90 hari.
2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang
dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60 – 90 %. Biarkan kulit
kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.

13
3. Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung –
gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila
terdapat endapan putih pada dasar ampul usahakan
menghilangkannya dengan menghangatkannya.
2.2.10 Informasi lain yang perlu disampaikan
A. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan
haid (amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara
dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.
B. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit
kepala, dan nyeri payudara. Efek samping ini jarang, tidak
berbahaya, dan cepat hilang.
C. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu
diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan,
atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam
waktu dekat.
D. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru
datng kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid
tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3 – 6 bulan
tidak juga haid, klien harus kembali ke dokter atau tempat
pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
E. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan,
suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga
suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal
tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan
hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan kontrasepsi
lainnya selama 7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan
kontrasepsi darurat.
F. Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi
suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan
kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan.
Andaikata terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan
diberikan tersebut di injeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari
kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.

14
G. Bila klien lupa jadual suntikan, suntikan dapat segera diberikan,
asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.

2.2.11 Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik progestin


1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan
kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala
kehamilan ektopik terganggu.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau
kaburnya penglihatan.
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2
kali lebih banyak dalam satu periode masa haid.
Bila terjadi hal tersebut di atas, hubungi segera tenaga kesehatan atau klinik.

2.2.12 Penanganan efek samping yang sering dijumpai


Tabel 5.1

Efek Samping Penanganan


Amenore (tidak terjadi perdarahan /  Bila tidak hamil, pengobatan apapun
spotting). tidak perlu. Jelaskan bahwa darah haid
tidak terkumpul dalam rahim. Nasihati
untuk kembali ke klinik.
 Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien.
Hentikan penyuntikan.
 Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk
klien segera
 Jangan berikan terapi hormonal untuk
menimbulkan perdarahan karena tidak
akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi perdarahan

15
juga, rujuk ke klinik.

Perdarahan/perdarahan bercak  Informasikan bahwa perdarahan ringan


(spotting) sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah
masalah serius, dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan. Bila klien
tidak dapat menerima perdarahan
tersebut dan ingin melanjutkan suntikan
maka dapat disarankan 2 pilihan
pengobatan :
 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-
35 µg etinilestradiol), ibuprofen (sampai
800 mg, 3 x/hari untuk 5 hari), atau obat
sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai
pemberian pil kontrasepsi kombinasi
dapat terjadi perdarahan banyak selama
pemberian suntikan ditangani dengan
pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
kombinasi/hari selama 3-7 hari
dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg
etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen
equin konjugasi untuk 14-21 hari.

Meningkatnya atau menurunya  Informasikan bahwa


berat badan kenaikan/penurunan berat badan
sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi.
Perhatikan diet klien bila perubahan
berat badan terlalu mencolok. Bila berat
badan berlebihan, hentikan suntikan dan
anjurkan metode kontrasepsi lain.

2.3 Manajemen Asuhan Kebidanan

16
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan – penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007).
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah – langkah
tersebut membentuk kerangka yang lengkap sehingga dapat diaplikasikan dalam
semua situasi, akan tetapi setiap langkah tersebut bisa dipecah – pecah sehingga
sesuai dengan kondisi pasien.
1. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan data dasar untuk mengevaluasi keadaan
pasien. Data dasar ini dapat diperoleh melalui anamnesa, termasuk riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif
dan data obyektif.
a. Data subyektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan
oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu sistem interaksi
atau komunikasi (Nursalam, 2009). Biasanya diperoleh dari anamnesa yaitu
tanya jawab antar klien dan tenaga kesehatan.
1) Identitas Klien dan suami
Menurut nursalam (2009), terdiri dari
a) Nama : untuk mengenal pasien
b) Umur : untuk mengetahui faktor resiko. Pada akseptor KB
suntik 3 bulanan itu dapat diberikan pada usia reproduksi dan pada usia
> 35 tahun sampai perimenopause. (Saifudddin, 2010)
c) Agama : untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan
agamanya.
d) Suku/Bangsa : untuk mengetahui faktor pembawa ras.
e) Pendidikan : mengetahui tingkat intelektual.
f) Pekerjaan : mengetahui keadaan sosial ekonomi
g) Alamat : mengetahui lingkungan tempat tinggal
2) Alasan kunjungan

17
Alasan yang menyebabkan klien berobat (Wiknjosastro, 2010).
Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang diraskan saat pemeriksaan.
(Varney,2007).
3) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui klien pernah menikah, berapa kali menikah, usia
waktu pertama menikah dan jumlah anak hasil dari pernikahan klien.
4) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui lama menstruasi, banyak darah menstruasi,
keluhan – keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi. Hal ini
dinyatakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran mengenai fungsi
alat kontrasepsi (Nursalam, 2009).
5) Riwayat obstetri
Untuk mengetahui apakah keadaan ibu saat hamil, bersalin, nifas
yang lalu mengalami gangguan atau tidak ( Wheleer, 2004).
6) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah menggunakan KB
atau belum, jika pernah lamanya berapa bulan atau tahun dan jenis KB yang
digunakan (Varney, 2007).
7) Riwayat kesehatan
Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit
sistemik untuk memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi pemakaian KB
suntik seperti tekanan darah tinggi, jantung dan diabetes melitus dengan
komplikasi. Selain itu juga tentang riwayat penyakit keluarga, riwayat
keturunan kembar dan riwayat operasi (Nursalam, 2009).
8) Riwayat kebiasaan sehari – hari
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan sehari – hari dalam menjaga
kebersihan dirinya dan bagaiman pola makan sehari – hari apakah terpenuhi
gizinya atau tidak (Farrer, 2006).
Kebiasan sehari – hari meliputi :
a) Nutrisi
Dalam mengkaji nutrisi perlu diketahui pola makan yang dahulu
dan sekarang berupa kualitas dan kuantitas frekuensi dan porsi makan
(Susilowati, 2008).
b) Personal Hygiene

18
Untuk mengetahui kebiasaan hidup klien yang dapat
meningkatkan atau memperburuk derajat kesehatan klien. Yang dikaji
meliputi : mandi, keramas, gosok gigi serta kebersihan genitalia. Hal ini
dapat membantu mengetahui apakah terjadi infeksi pada alat genitalia
pasien. (Saifuddin, 2010)
c) Pola seksual
Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien dengan
suami dan adakah terdapat kelaiana atau keluhan selama hubungan
seksual (Farrer, 2006).
9) Data psikososial dan budaya
Untuk mengetahui apakah ada konflik mental atau tidak selama ibu
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan (Prawirohardjo, 2005).
b. Data objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
diukur oleh tenaga kesehatan. Meliputi status generalis, pemeriksaan sistematis
dan pemeriksaan penunjang (Nursalam, 2009).
1) Status generalis
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu
(1) Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif, gerakannya
terarah.
(2) Sedang, maka pasien mersa tegang dan sedikit cemas.
(3) Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung,
gerakan tidak terarah, gemetar dan merasa sangat cemas.
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu
(1) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya
maupun lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan
pemeriksa dengan baik.
(2) Somnolen adalah keadaan mengantuk yang masih dapt pulih bila
diransang, tapi bila dirnsang berhenti pasien akan tertidur kembali.
(3) Apatis adalh pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.

19
(4) Koma dalah penurunan kesdaran yang sangat dalam, tidak ada
gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap ransangan nyeri
(Prihardjo, 2007).
c) Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital, sebagai berikut
(1) Tekanan darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan
hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmHg. (Saifuddin, 2010)
(2) Suhu :
(3) Respirasi :
(4) Nadi :
d) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu dan untuk BMI (Nursalam, 2009).
e) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu. Pada akseptor KB suntik 3
bulan berat badan dapat meningkat atau menurun (Nursalam, 2009).
2) Pemeriksaan sistematis
Adalah pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai
ujung kaki (Nursalam, 2009), meliputi :
a) Wajah : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah
oedema (Wiknjosastro, 2010).
b) Mata : untuk mengetahui apakah konjuntiva warna merah muda dan
sklera warna putih (Nursalam, 2009).
c) Mulut : ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi ada karies atau tidak,
gusi berdarh atau tidak (Nursalam, 2009)
d) Leher : Adakah pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, ada
benjolan atau tidak (Nursalam, 2009).
e) Dada : untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan kiri saat
bernafas, apakah payudara simetris atau tidak, apakah ada benjolan atau
tidak (Nursalam, 2009).
f) Axila : untuk mengetahui apakah ada benjolan atau tidak, terdapat nyeri
atau tidak (Nursalam, 2009).
g) Abdomen : Adakah luka bekas operasi atau tidak, adakah benjolan atau
tidak, palpasi dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kehamilan.

20
3) Pemeriksaan penunjang
Dilakukan PPtest untuk mengetahui ibu hamil atau tidak jika terjadi
amenorea (Nursalam, 2009).

2. Langkah II : Interprestasi Data


Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap
diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik
dapat ditemukan berdasarkan interprestasi yang benar terhadap data dasar. Selain
itu, sudah terpikirkan perencanaan yang dibutuhkan terhadap masalah.

3. Langkah III : Identifikasi masalah pontesial


Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain yang berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah cukup
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan apabila
memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien
membutuhkan tindakan segera.

4. Langkah IV : Identifikasi Masalah Potensial


Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan.
Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan.

5. Langkah V : Rencana Tindakan


Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan
secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses
perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data
yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
a. Beritahu hasil pemeriksaan kesehatan pada ibu
R / Dapat mengurangi kecemasan ibu terhadap kondisi kesehatannya
b. Berikaan obat suntikan 3 bulan (Medroxiprogesterone Acetate 150 mg/3ml).
Langkah-langkahnya :
1) Jagalah privasi klien.
2) Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir. Keringkan dengan
handuk atau diangin-anginkan.

21
3) Lakukan pengocokan pada vial KB suntik 3 bulan secara lembut
sehingga obat dapat tercampur rata.
4) Buka dan buang tutup kaleng pada pada vial yang menutupi karet. Hapus
karet yang ada dibagian atas vial dengan kapas alkohol, biarkan kering.
5) Bila menggunakan jarum dan semprit suntik sekali pakai, segera buka
plastiknya . bila menggunakan jarum dan semprit suntik yang telah disterilkan
dengan DTT, pakai korentang/forsep yang telah diDTT untuk mengambilnya.
6) Pasang jarum pada semprit suntik dengan memasukan jarum pada mulut
semprit penghubung.
7) Balikan vial dengan mulut vial ke bawah, masukan cairan suntik dalam
semprit. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap kontrasepsi sunti dan
dan menyuntikan pada klien.
8) Tentukan daerah penyuntikan yaitu pada 1/3 SIAS
9) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol, dan biarkan kering
sebelum disuntik.
10) Suntikan obat (Medroxiprogesterone Acetate 150 mg/3ml) melalui
intramuscular dengan sudut 90 derajat.
11) Cabut jarum dan jangan memijat daerah suntikan
12) Buang sampah sesuai pada tempat yang sudah disediakan.
c. Isikan tanggal kembali, hasil dari berat badan dan tekanan darah pada kartu
akseptor ibu dan buku register.
R/ Dapat menerapkan fungsi dependen dan dokumentasi.
d. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang untuk mendapatkan suntikan
KB suntik 3 bulan berikutnya
R / Efektifitas konterasepsi KB suntik 3 bulan akan hilang dalam jangka
waktu 3 bulan dan ibu memiliki resiko untuk terjadi kehamilan

6. Langkah VI : Penatalaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya,
baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini
dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya.
R/: penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan.

22
7. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dnegan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan oleh
bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus menerus
untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai
dengan kondisi atau kebutuhan klien. Dalam pratiknya, langkah – langkah asuhan
kebidanan tersebut ditulis dengan menggunakan SOAP.

23
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Data Subyektif

1. Data Umum
Kecamatan : Bancar Nama : Tn “P”
Kelurahan : Tergambang Agama : Islam
Rt : 01 Pekerjaan : Swasta
Rw : 01 Penghasilan : ± Rp. 3.000.000
Kep. Keluarga : Laki-Laki Kead. Kesehatan : Sehat
No. Induk :- Umur : 35 Tahun
Pendidikan : SLTA
Alamat : Ds. Tergambang, Kec. Bancar, Kab. Tuban
Susunan Anggota Keluarga

Nama JK Umur Hub dg Pekerjaan/ Kead. Kesh No


KK sekolah wkt kunj KIA/
pertama/immu KB
ne yg di dapat
Tn “P” L 35th KK Swasta / SLTA Sehat
Ny P 30 th Istri IRT / SLTA Sehat
“N”
An L 2 th Anak Tidak / Belum Sehat
“D” sekolah
Tn ”T” L 60 th Mertua Petani / SD Sehat
Ny P 55 th Mertua Petani / SD Sehat
“K”

24
Genogram keluarga dan keterangan

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Balita

: Menikah

: Satu KK (Tinggal Satu Rumah)

2. Data Khusus
1) Imunisasi

Nama Status Imunisasi Campak Ket


HbO BCG POLIO DPT, Hb, Hib
Anak
1 2 3 4 1 2 3
An. Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
D

2) Apabila ada anggota keluarga yang sakit berobat yang sakit kepada :
Tenaga kesehatan khususnya Bidan

25
3) Jenis penyakit yang sering diderita keluarga Tn“P” mengatakan tidak
mempunyai peyakit keturunan. Penyakit yang sering diderita adalah
penyakit batuk, pilek, pegal-pegal, dll.
4) Pertolongan persalinan
Persalinan pertama ditolong oleh bidan di tempat praktek bidan desa
5) Kebiasaan menyapih umur
Dalam keluarga tidak ada batasan menyapih
6) Pemberian makanan tambahan sejak usia
Makanan tambahan diberikan usia 7 bulan
7) Tanggapan terhadap KB
Tanggapan ibu tentang KB direspon dengan baik oleh ibu dan
keluarganya, dan ibu sudah lama mengikuti KB Suntik 3 bulan.
8) Pola hidup
 Keluarga
Pola makan : ± 3 x/hari, menu sedang (nasi, sayur,
lauk-pauk, buah, air putih)
Aktivitas :
 Ibu beraktivitas dirumah seperti menyapu,
mengepel, memasak, dll.
 Bapak beraktivitas di Pabrik
 Kakek dan Nenek beraktivitas di ladang sejak pagi
sampai sore
Rekreasi : Melihat tv, Bertamu kerumah tetangga
Balita
 Pola makan :  3x/hari, menu sedang ( nasi
tem, bubur, sayur bening)
 Istirahat : Tidur siang  3 jam dan malam  6-7
jam
9) Adat kebiasaan selamatan
Mitoni saat usia kehamilan 7 bulan dan pada saat tali pusat anak lepas.
10) Penggunaan waktu senggang
Penggunaan waktu senggang dilakukan dengan menonton TV dan
berkumpul dengan anak dan keluarga, Bertamu kerumah tetangga.
11) Situasi social dan ekonomi

26
Penghasilan keluarga ±Rp. 3.000.000 /bulan pengahasilan yang ada hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
12) Kebiasaan Merokok
Tidak ada keluaraga yang merokok.

3.1.2 Data Obyektif


1. Rumah
Luas : ±36 m2 (L = 6m, P = 6m)
Jenis Rumah : Tersendiri
Letak : Ditengah-tengah penduduk
Dinding : Batu
Lantai : Keramik
Cahaya : Cukup
Jalan angin : Cukup
Jendela : ada (4 jendela)
Jumlah ruangan : 2 kamar tidur, gudang, ruang tamu, dapur, 1 kamar mandi,
ruang sholat, ruang TV
2. Air Minum
Asal : Air Mineral
Nilai Air : Bersih
3. Pembuangan Sampah
Dibuang ditempat sampah dan di bakar dikebun belakang rumah
4. Jamban dan Kamar mandi
Jenis Jamban : Leher angsa
Jarak Dengan Sumber Air : ± 5cm
5. Pekarangan dan Selokan
Pengaturan : Teratur
Kebersihan : Bersih
Air Limbah : Teratur
Peralatan Pekarangan : Sabit, Cangkul
6. Kandang Ternak
Bangunan : Permanen
Letak : Tersendiri
Kebersihan : Bersih

27
7. Denah Rumah

2 1 7 U

3 4 5 6 S

Keterangan :

1 : Ruang tamu
2 : Kamar
3 : Kamar
4 : Kamar mandi
5 : Dapur
6 : Gudang
7 : Ruang TV

3.2 Interpretasi Data

No Diagnosa Data Dasar


.
1. Ny. “N” akseptor baru KB Ibu mengatakan ingin mendapatkan KB suntik 3
suntik 3 bulan bulan

3.3 Perumusan Masalah


 Ny. “N” akseptor baru KB suntik 3 bulan
3.4 Susunan Prioritas Masalah
Scoring

No Keterangan Skor Bobot


.
1. Sifat masalah 1
Skala : Tidak/kurang masalah 3
Ancaman Kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah 2

28
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak 0
3. Potensial masalah dapat di cegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus segera ditangani 2
Ada masalah tapi tidak perlu 1
ditangani 0
Masalah tidak di rasakan

Diagnose I : Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.

No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah skala : ancaman 2/3x1 2/3 Bila keadaan tidak segera
Kesehatan diatasi maka akan
mengakibatkan berbagai
macam gangguan siklus
seperti menstruasi tidak
lancar, dll.
2. Kemungkinan masalah dapat 2/2x2 2 Keadaan ini dapat diatasi
diubah Skala : Mudah apabila ada kemauan dari
ibu untuk terus rutin
menggunakan KB suntik 3
bulan.
3. Potensial masalah untuk 2/3x1 1 Dapat dicegah bila ibu
dicegah skala : Cukup mengetahui seacara dini
kemungkinan terjadinya
efek samping / komplikasi.
4. Menonjol masalah skala : 0/2x1 0 Dapat memberikan
masalah berat harus segera konseling tentang KB suntik
ditangani 3 bulan dan ibu bisa mengrti
tentang KB mana yang
cocok untuk ibu.
Total Skor 11/3

29
Urutan prioritas masalah

Berdasarkan anlisis prioritas masalah menggunakan rumus di atas maka dapat disimpulkan
urutan prioritas masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pengetahuan ibu tentang Gizi seimbang pada Balita.

Catatan perkembangan :

Tanggal : 27 Desember 2019

S : Ibu mengatakan sudah mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh bidan dan
ibu

mendapatkan KB suntik 3 bulan.

O : Ibu mampu mengulang kembali penjelasan yang di berikan oleh petugas.

A : Ny. “N” akseptor baru KB suntik 3 bulan

P : Anjurkan ibu untuk kembali tepat waktu yaitu tanggal 19 Maret 2020 atau terjadi
keluhan yang dirasakan oleh ibu.

30
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan Kebidanan pada Ny “N” Usia 30 th P₁000 dengan Akseptor Baru KB suntik 3
bulan telah dilakukan pengkajian (Data Subyektif dan Data Obyektif) sesuai dengan
manajemen kebidanan 7 langkah Varney melalui anamnesa langsung pada pasien dan
beberapa pemeriksaan.
Dari pengkajian umur didapatkan usia Ny “N” 30 th. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan pada akseptor KB suntik 3 bulanan itu dapat diberikan pada usia
reproduksi dan pada usia >35 th sampai perimenapouse. Selain itu KB suntik juga
pilihan untuk fase menjarangkan kehamilan. Periode usia istri 20-30 th merupakan
periode paling baik untuk usia melahirkan (Saifuddin, 2010). Pilihan Ny. “N” dalam
memilih kontrasepsi suntik adalah pilihan yang tepat, terutama pada fase ini.
Dalam riwayat menstruasi didapatkan pola menstruasi Ny. “N” normal dan tidak ada
keluhan gangguan haid. Riwayat kesehatan Ny. “N” dan keluarga tidak terdapat
penyakit yang membatasi Ny. “N” dalam menggunakan KB suntik 3 bulan. Menurut
teori KB suntik 3 bulan tidak dapat digunakan pada penderita hipertensi atau riwayat
hipertensi, kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan DM disertai komplikasi.
Ny. “N” dan riwayat keluarga tidak menderita penyakit yang disebutkan diatas.
Pada pemeriksaan tekanan darah, hasil pengukuran Ny. “N” adalah 120/80 mmHg
dan BB pengukuran sekarang 56kg. hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
kontrasepsi suntik 3 bulan dapat diberikan pada tekanan darah <180/110 mmHg,
dengan masalah gangguan pembekuan darah dan anemia bulan sabit dan dapat terjadi
peningkatan / penurunan berat badan sebanyak 1-2kg . sehingga tujuan dilakukan
asuahn kebidanan Ny. “N” usia 30 Tahun P₁000 dengan Akseptor Baru KB suntik 3
bulan dapat tercapai.

31
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asuhan kebidanan kontrasepsi suntik 3 bulan yang diberikan pada Ny. “N” telah
sesuai dengan tujuan antara lain :
A. Dalam melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif, data yang ditemukan
sudah lengkap.
B. Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif, mampu membuat diagnose sesuai
teori dan tidak ada diagnose atau masalah potensial.
C. Rencana disusun sesuai kebutuhan, namun tidak semua rencana yang ada di teori
terdapat pula pada tinjauan kasus. Pada pemberian suntik KB 3 bulan.
D. Evaluasi yang diberikan yaitu memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan,
melaksanakan prosedur pemberian KB suntik 3 bulan, dan memberitahu ibu
tanggal kembali.
5.2 Saran
 Bagi petugas yang memberikan Asuhan Kebidanan diharapkan mengingat
langkah-langkah yang sudah ditetapkan dan tetap mempertahankan jalinan
komunikasi dalam upaya menjalin kerja sama antara petugas dank lien untuk
keberhasilan asuha yang diberikan.
 Bagi klien / ibu harus bisa mengingat jadwal kembali untuk melakukan suntikan
ulang.

32
DAFTAR PUSTAKA
Farrer, Helle. 2006. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Hartanto, H. 2007. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan

Prawirohardjo, S.2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Saiffudin, A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Yayasan Bina

Varney. H. 2007. Varney’s Midwifery. Jakarta : EGC

33
LEAFLET

PENGERTIAN
Kontrasepsi suntik adalah
obat pencegah kehamilan
yang pemakaianya dilakukan
dengan jalan menyuntikkan
obat pada wanita subur
(Maryani, 2007).

 Jenis Kontrasepsi
1. Depo
Medroxyprogesteron
 Kerugian Kontrasepsi Suntik 3
Asetat (DMPA)
Bulan
2. Depo Noristeron Enantat
Sering doitemukan gangguan
(Dpo Noristerat)
siklus Haid seperti :
a. Siklus Haid yang
 Keuntungan Kontrasepsi
memendek atau
Suntuik 3 Bulan
memanjang
b. Perdarahan yang banyak
1. Sangat efektif Kontrasepsi suntik
atau sedikit
2. Pencegahan
jangka panjang
kehamilan
3 bulan
c. Perdarahan tidak teratur
3. Tidak berpengaruh pada
atau perdarahan bercak
hubungan suami istri
(Spotting)
4. Tidak mengandung
d. Tidak Haid sama sekali
estrogen Islamiati
5. Tidak memiliki pengaruh
terhadap ASI
6. Sedikit efek samping
(18.16.1.149.012)
7. Klien tidak perlu
menyimpan obat suntik
8. Dapat digunakan oleh
D3 kebidanan
perempuan usia >35
tahun sampai Stikes nahdlatul ulama
perimenapose
9. Membantu mencegah tuban
34
kanker endometrium dan
kehamilan etopik
10. Menurunkan kejadian

Anda mungkin juga menyukai