Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN CALON AKSEPTOR KB IUD

DI TPMB R. NURAINUN
TAHUN 2022

Disusun Oleh:
R. NURAINUN
210703101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA
JAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN CALON AKSEPTOR KB IUD
DI TPMB R. NURAINUN
TAHUN 2022

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I

(Rahmadyanti, SKM, MKM.)


NIDN..........................

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Ny. C Usia 27 Tahun Dengan Akseptor Baru KB IUD di PMB R. Nurainun Tahun
2022”.
Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis menguncapkan banyak terima kasih
kepada :

1. Bapak Khairil Walid, SKM,MPd ketua Yayasan Abdi Nusantara Jakarta.


2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta.
3. Ibu Mariyani, M.Keb. Kepala program studi profesi kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
4. Ibu Rahmadyanti, SKM, MKM., Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan,
pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk
kesempurnaan laporan ini.
5. Kedua orang tua tercinta, suami dan anak tersayang serta keluarga besar yang selalu
mendoakan, memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih sayang serta selalu memberi
semangat kepada penulis.

Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat
berguna bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Jakarta, 15 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................................................
B. Tujuan ..............................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................
A. Keluarga Berencana (KB) ..............................................................................................
B. KB IUD ............................................................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN ...........................................................................................................
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu program untuk menurunkan angka kematian ibu dan menekan angka pertumbuhan
penduduk yakni melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga berencana menurut World
Health Organization (WHO) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diingikan, mendapatkan kelahiran yang sangat diinginkan,
mengatur interval di antara kehamilan, mengotrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri serta menentukan jumlah anak dan keluarga.
Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi IUD/AKDR, 30% terdapat di
China, 13% di Eropa, 5% di Amerika Serikat, 6,7% di negara – negara berkemabang lainnya. Di
negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sendiri, Indonesia memiliki jumlah
penduduk terpadat pertama dengan jumlah penduduk sekitar 255 juta jiwa atau sekitar 3,5% dari
keseluruhan jumlah penduduk dunia, di susul oleh negara Filipina memiliki sekitar 102,5 juta
jumlah penduduk. Serta negara terpadat ke tiga adalah negara Vietnam dengan 90,7 juta jiwa
(Safrina 2020)
Menurut data dan informasi kesehatan Indonesia tahun 2021, jumlah akseptor KB aktif
sebanyak 36.3006.662 peserta (74,80%), dengan rincian pengguna Intra Uteri Device (IUD) yaitu
3.852.561. Pengguna KB IUD berada di urutan ke-4. Provinsi Jawa Barat sendiri pada tahun 2020,
jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) 2.284.821 jiwa dengan jumlah akseptor KB aktif 1.636.590
peserta (71,63%) dengan perincian IUD 165.489 peserta.
Hasil survei data laporan KB tahun 2021 di PMB R. Nurainun dengan jumlah PUS 287 jiwa
dengan capaian KB baru sebesar 14,98%, peserta KB aktif sebesar 72,8%, akseptor yang
menggunakan MKJP seperti IUD sebesar 11,85%, MOP sebesar 0,23%, MOW sebesar 6,13%,
implant sebesar 7,95%, non MKJP yaitu KB kondom sebesar 7,42%, suntik sebesar 34,17% dan
pil sebesar 32,24%. Kondisi ini menggambarkan bahwa akseptor IUD memiliki urutan ke-3
setelah KB suntik dan pil.
Dari data yang telah didapatkan di atas, maka dari itu penulis membuat laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. C Usia 27 Tahun Dengan Akseptor Baru KB IUD di PMB
R. Nurainun Tahun 2022”.

5
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa kasus dari pengkajian, menegakkan diagnosa,
melakukan asuhan kebidanan dengan benar dan tepat sesuai teori yang berhubungan dengan
“Asuhan Kebidanan Pada Ny. C Usia 27 Tahun Dengan Akseptor Baru KB IUD di PMB R.
Nurainun Tahun 2022”.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sesuai fakta dibandingkan teori Asuhan
Kebidanan Pada Ny. C.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis dan masalah, menegakkan diagnosis dan
masalah potensial, melakukan tindakan segera jika dibutuhkan pada Asuhan Kebidanan
Pada Ny. C.
c. Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan yang benar dan tepat sesuai dengan
diagnosis dan masalah pada Ny. C.
d. Mahasiswa mampu membuat rasionalisasi asuhan yang telah diberikan pada Ny. C.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. C.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana (KB)

1. Definisi Keluarga Berencana

Keluarga berencana merupakan usaha suami isteri untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah
sperma laki-laki mecapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang
sudah dibuahi untuk berimplanasi (melekat) dan berkembang didalam rahim (Purwoastuti
& Walyani, 2019).

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang paling
dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami
oleh wanita. Banyak wanita yang harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak
hanya terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu
mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualis wanita atau biaya untuk memperoleh kontasepsi (Tresnawati,
2020).

2. Tujuan Keluarga Berencana

a. Tujuan umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan Normal


Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.

b. Tujuan khusus

Meningkatkan pengguanaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga


berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran. (Purwoastuti & Walyani

7
2019:182).

B. KB IUD

1. Definisi KB IUD

IUD atau KDR/Spiral adalah suatu benda kecil dari plastik lentur, sebagian besar
memiliki lilitan tembaga yang dimasukkan kedalam rahi melalui vagina dan mempunyai
benang.Kontrasepsi IUD adalah benda atau alat yang dimasukkan kedalam uterus dengan
tujuan mencegah terjadinya kehamilan. Metode kontrasepsi dianggap lebih baik dari
metode kontrasepsi modern lainnya, karena IUD cenderung tidak mengandung reaksi obat
sehingga lebih aman bagi metabolisme tubuh dan relatif lebih ekonomis serta lebih
nyaman untuk pemakaian jangka waktu lama.

2. Jenis-jenis IUD

a. IUD Non-hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-empat, IUD telah dikembangkan dari
generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik
(polyetilen) baik yang ditambah obat maupun tidak. Menurut bentuknya IUD dibagi
menjadi dua :
• Bentuk terbuka (Open Device). Misalnya : Lippes loop, CUT, Cu-7, Margules,
Spring Coil, Multiload, Nova-T.
• Bentuk tertutup (Closed Device). Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg
Ring.

Menurut tambahan atau metal


• Medicated IUD. Misalnya : CuT 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja
3 tahun), Cu T 300 (daya kerja tahun), Cu T 380 (daya kerja 8 tahun), Cu-7,
Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis
Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan luasnya
kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berati tembaga
tambahan adalah 200 mm2.
• Unmedicated IUD. Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.

8
b. IUD yang mengandung hormonal
• Progestasert-T = Alza T
- Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan dua helai benang ekor warnahitam.
-Mengandung 38mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65mcg
progesterone perhari.
- Tabung insersinya berbentuk lengkung, dan memiliki daya kerja 18bulan.
- Teknik insersi Plunging (Modified Withdrawl)

• LNG-20
- Mengandung 46-60mg levonorgestrel, denagan pelepasan 20 mcgperhari.
- Angka kegagalan atau kehamilan, angka terendah kurang dari 0,5 per seratus
wanita pertahun.
- Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata
lebih tinggi disbanding IUD lainnya, karena 25% mengalami Amenore atau
perdarahan haid yang sedikit.

Gambar
Jenis-jenis Intra Uterus Device (IUD)

9
3. Keuntungan dan Kerugian KB IUD
a. Keuntungan
• Efektivitasnya tinggi.
• IUD sangat efektif segera setelah pemasangan.
• Sangat efektif karena tidak perlu mengingat- ingat kapan harus berKB.
• Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
• Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
• Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
• Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi).
• Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
• Mencegah kehamilan ektopik.

b. Kerugian
• Perubahan siklus haid (pada 3 bulan pertama akan berkurang setelah 3 bulan)
• Haid lebih banyak dan lama.
• Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
• Saat haid lebih sakit.
• Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
berganti-ganti pasangan.

4. Kontraindikasi, Indikasi dan Efek samping

a. Kontraindikasi
• Wanita hamil atau diduga hamil, misalnya jika seorang wanita melakukan
senggama tanpa menggungakan metode kontrasepsi yang valid sejak periode
menstruasi normal yang terakhir.
• Penyakit Inflamasi Pelvic (PID) diantarnya : riwayat PID kronis, riwayat PID akut,
subakut, riwayat PID dalam 3 bulan terakhir termasuk endometritis paska
melahirkan atau aborsi terinfeksi.
• Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah ektopik.
• Ukuran uterus drngan alat periksa (sonde uterus) berada diluar batas yang telah
ditetapkan yaitu ukuran uterus yang normal 6-9 cm.
10
• IUD sudah ada didalam uterus dan belum dikeluarkan.

b. Indikasi
• Usia reproduksi.
• Keadaan nullipara.
• Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
• Wanita yang sedang menyusui.
• Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi.
• Tidak menghendaki metode kontrasepsi hormonal.

c. Efek Samping
• Merasakan sakit dan agak mules 3-5 hari setelah pemasangan.
• Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab terjadinya anemia.
• Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS jika memakai
IUD, penyakit radang panggul dapat memicu terjadinya infertilisasi.
• Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari

5. Cara Pemasangan IUD


a. Konseling Pra-pemasangan
• Menjelaskan cara kerja KB IUD
• Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD
• Menjelaskan cara pemasangan KB UID
• Menjelaskan jadwal kunujngan ulang pra-pemasangan atau seetelah pemasangan
yaitu satu minggu setelah pemasangan, enam bulan setelah pemasangan, satu tahun
setelah pemasngan.

b. Pemasangan
• Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
• Masukkan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali sarung tangan
yang baru.
• Pasang speculum vagina untuk melihat serviks.
• Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks
11
• Jepit bibir serviks dengan tenakulum
• Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan teknik tanpa sentuh, kemudian doeong
kedalam kavum uteri hingga mencapai fundus.
• Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga
lengan IUD bebas.
• Setelah pendorong ditarik keluar, salnjutnya keluarkan selubung.
• Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan speculum dengan hati-hati.
• Dokumentasi dan pencegahan pasca tindakan.

Gambar

Cara Pemasangan Intra Uterus Device (IUD)

12
6. Konseling Dan Intruksi Pasca Insersi IUD

a. Konseling Awal
• Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri dan menyakan tujuan kedatangan
• Memberikan informasi umum tentang Keluarga Berencana.
• Memberikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dalam hal ini KB IUD

b. Melakukan konseling prapemasangan dan seleksi klien, tujuan penapisan/seleksi klien


untuk :
- Mengetahui latar belakang klien yang akan menjadi aseptor
- Mengenali identitas klien supaya tidak terjadi kekeliruan
- Memilihkan cara alat kontrasepsi yang sesuai
- Mendeteksi adanya kelainan-kelainan yang merupakan kontraindikasi
- Menemukan efek samping akkibat dari pelayanan kontrasepsi

Anamnesa riwayat kesehatan reproduksi


- Tanggal haid terakhir, lama haid dan pola perdarahan haid
- Paritas dan riwayat persalinan terakhir
- Riwayat kehamilan ektopik
- Nyeri yang hebat setiap haid
- Anemia yang berat (Hb <9 gr% atau hematokrit <30)
- Riwayat infeksi genital, penyakit hubungan seksual radang panggul dan
kondillomaakuminata)
- Berganti-ganti pasangan
- Kanker serviks ditandai sering keputihan, erosi porsio, bila berhubungan seksual
terjadiperdarahan

c. Melakukan pemeriksaan fisik (palpasi perut), tujuannya untuk :


- Mengetahui adakah pembesaran hepar, limpa, atau benjolan lain yang dapatdiraba
- Mengetahui apakah rahim ada perbesaran
- Mengetahui apakah ada rasa nyeri waktu diraba

13
Langkah-langkah palpasi pada perut
- Mengatur posisi klien tidur terlentang
- Jari tangan kanan dilempengkan, meraba pelan-pelan pada daerah hepar, limpa dan
pembesaran atau tidak, adneksa kiri dan kanan bila nyeri kemungkinan adanya
adneksitis, supra pubik nyeri/bila tidak nyeri terdapat radang panggul, ada
benjolan/tidak kemungkinan adanya tumor.

d. Inspeksi
- Mengatur posisi klien litotomi dan lakukan inspeksi pada genitalia eksterna
- Palpasi kelenjar skene dan bartolini adakah nyeri, ada pembengkakan merah
(bartolinitis)
- Vulvitis, ditandai adanya pembengkakan, kelihatan merah, gatal pada sekitar labia,
nyeridan panas waktu kencing
- Kondiloma akuminata disebabkan oleh gonorrhea, ditandai pada daerah labia ada
tumorseperti kutil yang runcing seperti cengger ayam.
- Kondilomatalata disebabkan oleh sifilis ditandai adanya borok sebesar uang logam,
bila ditekan keluar cairan
- Vaginitis (kolpitis) ditandai adanya secret berbau anyir, rasa panas dan gatal

e. Pemeriksaan spekulum
Tujuan untuk melihat secara langsung keadaan vagina dan sekitarnya, serta erosi porsio.
Langkah-langkah pemeriksaan porsio:
- Menjelaskan tujuan pemeriksaan inspekulo
- Memasukkan spekulum cocor bebek dalam keadaan miring dan tertutup, putar
spekulum 90 derajat dengan hati-hati, bukalah bilahnya dengan gerakan sedikit
sehingga porsio kelihatan, kemudian dikunci
- Periksa dinding vagina normalnya warna merah jambu, lipatan memanjang, dan
melingkar
- Inspeksi serviks normalnya warna merah jambu dengan permukaan licin dilapisi
lendir yang jernih agak keputihan, ostium uteri eksternum kemerahan dan bentuk
oval
- Bila ada kelainan seperti adanya erosi, kanker serviks, polip dan infeksi dalam rahim

f. Pemeriksaan bimanual, tujuannya untuk mengetahui :


- Kedudukan rahim antefleksi atau retrofleksi

14
- Adanya infeksi panggul

- Adanya kehamilan

f. Melakukan tindakan prapemasangan AKDR CuT 380A


- Menjelaskan proses pemasangan AKDR CuT 380A dan apa yang dirasakan oleh
klien
- Persiapan alat :
• Satu set AKDR CuT 380A
• Betadin 1%, larutan klorin 0,5% dalam tempatnya untuk merendam alat-alat
darilogam dan satu tempat lagi untuk merendam handscoon dan duk
• Handuk kecil
• Kapas lembab (kapas savion), deppers dengan tempatnya
• Speculum cocor bebek
• Gunting panjang tumpul
• Sonde uterus
• Tenakulum satu gigi
• Tampon tang, pinset panjang
• Sarung tangan steril dua pasang
• Busi
• Lampu sorot

- Persiapan klien
• Menganjurkan klien untuk kencing dan membersihkan alat kelamin
• Mengatur posisi klien litothomi

- Persiapan lingkungan
• Memasang sampiran
• Ruangan dengan penerangan yang cukup
• Menjaga privasi klien

- Persiapan petugas
• Memperhatikan prosedur pencegahan infeksi
• Memberikan konseling (menganjurkan klien untuk dan membersihkan alat
kelaminnya dengan menggunakan sabun dan keringkan)
15
• Cuci tangan 7 langkah
• Memakai sarung tangan steril
• Menyusun alat-alat diatas tempat steril
• Mengatur posisi klien litotomi
• Menyalakan lampu yang terang untuk melihat serviks
• Memeriksa genitalia eksterna

- Lakukan pemeriksaan dengan speculum :


• Periksa adanya cairan vagina
• Periksa serviks dan uretra
• Ambil spesimen dari sekret vagina dan serviks untuk pemeriksaan
makroskopikbila ada indikasi
• Mengeluarkan spekulum dan letakkan kembali pada tempat alat-alat

- Melakukan pemeriksaan dalam :


• Periksa gerakan dari serviks
• Tentukan ukuran, bentuk dan posisi uterus
• Periksa adanya kehamilan
• Periksa kedua adneksa
• Periksa kavum douglasi
• Lepaskan sarung tangan dan direndam dalam larutan klorin

- Masukkan lengan AKDR CuT 380A di dalam kemasan sterilnya


• Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat ke belakang
• Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh benda
tidaksteril
• Letakkan kemasan pada tempat yang datar
• Selipkan karton pengukur di bawah lengan AKDR CuT 380A
• Pegang kedua ujung lengan AKDR CuT 380A dan dorong tabung inserter
sampaike pangkal lengan sehingga lengan akan melipat
• Setelah lengan melipat sampai menyentuh lubang inserter, tarik tabung dari
bawah lipatan lengan.
• Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan

16
AKDR CuT 380A yang sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter

- Melakukan prosedur pemasangan AKDR CuT 380A


• Pakai sarung tangan yang baru
• Pakai spekulum dan lihat serviks
• Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic
• Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati
• Masukkan sonde uterus dengan cara “NO TOUCH TECHNIQUE” (teknik tidak
menyentuh) yaitu secara hati-hati masukkan sonde ke dalam rongga rahim
(sekali masuk) tanpa menyentuh dinding vagina atau spekulum
• Tentukan kedalaman uterus dan posisi uterus
• Kealuarkan sonde dan ukur kedalaman uterus pada tabung inserter yang masih
berada dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru tabung inserter
• Masukkan tabung inserter secara hati-hati ke dalam uterus sampai leher biriu
menyentuh serviks atau sampai teraba ada hantaman
• Lepaskan lengan AKDR CuT 380A dengan menggunakan “WITHDRAWL
TECHNIQUE” yaitu menarik keluar tabung inserter dengan tetap menahan
pendorong
• Keluarkan pendorong AKDR CuT 380A dan tabung inserter di dorong kembali
keserviks secara hati-hati sampai batas leher biru
• Lepaskan tenakulum secara hati-hati
• Keluarkan sebagian AKDR CuT 380A kurang lebih 3-4 cm dari tabung inserter
kemudian digunting
• Keluarkan seluruh tabung inserter
• Periksa serviks, bila ada perdarahan pada tempat bekas penjepitan tenakulum,
tekan dengan kassa steril yang diberi betadin selama 30-60 detik
• Keluarkan spekulum dengan hati-hati, endam dalam larutan klorin 0,5%

- Melakukan tindakan pasca pemasangan AKDR CuT 380A


• Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit untuk tindakan dekontaminasi
• Buang kassa yang sudah tidak dipakai ke dalam kantong plastic
• Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit
• Cuci tangan dengan air mengalir memakai sabun dan keringkan
17
• Pastikan klien tidak mengalami kram hebat dan amati 15 menit sebelum
memperbolehkan pulang

- Melakukan konseling pascapemasangan AKDR CuT 380A


• Mengajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR CuT
380Adan kapan harus dilakukan
• Menjelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
• Memberitahu klien waktu untuk kontrol
• Mengingatkan kembali masa pemakaian AKDR CuT 380A adalah 10 tahun
• Meyakinkan klien bahwa ia dapat datang kembali ke klinik setiap saat
• Meminta klien untuk mengulang kembali penjelasan yang telah diberikan
• Lengkapi rekam medic dan kartu AKDR CuT 380A untuk klien

7. Cara Melepas IUD


a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tidakan.
b. Akseptor dipersilahkan untuk buang air kecil (BAK) terlebih dahulu dan
membersihkan daerah genitalnya, kemudian dipersilahkan berbaring di tempat
periksa dalam posisilithotomy.
c. Gunakan sarung tangan steril, lakukan vulva hygiene.
d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan besar, bentuk, dan posisi rahim.
e. Masukkan speculum kedalam liang senggama posisikan sedemikian rupa sehingga
mulut rahim terlihat dengan baik.
f. Bersihkan serviks dengan larutan antiseptik 3 kali secara merata pada daerah serviks
dan vagina,
g. Identifikasi benang IUD, jika telihat, jepit benang dengan forsep, Tarik benang IUD
perlahan-lahan kearah bawah hingga keluar dari liang senggama. Bila terasa ada
tahanan terlalu kuat, cobalah lakukan maneuver dengan menarik-narik secara halus
benang tersebut.
h. Apabila bila benang tidak terlihat, masukkan sonde sesuai posisi rahim pada
pemeriksaandalam. Ukur dalam rahim dan putar gagang sonde secara perlahan-lahan
dalam bentuk lingkaran , benturan sonde dengan IUD akan terasa bila IUD terdapat
di dalam rahim Tarik IUD keluar dengan memakai IUD remover /pengait IUD.
i. Lepaskan speculum, kemudian lakukan disinfeksi daerah vagina.
j. Lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan paki ulang dengan bahan chlorin 0,5%..
18
8. Komplikasi Paska Pemasangna IUD

a. Infeksi
IUD atau alat kontresepsi dalam rahim yang berada didalam vagina, tidak
menyebabkanterjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan dan teknik pemasangan
dilakukan secara steril jika terjadi infeksi hal ini mungkin disebabkan sudah terdapat
infeksi yang subakutpada traktus genatalis sebelum pemasangan IUD.

b. Perforasi
Umumnya perforasi terjadi saat pemasangan IUD, pada permulaan hanya ujung IUD
saja yang menembus dinding uterus tetapi jika uterus berkontraksi IUD dapat terdorong
lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai kerongga perut.
Kemugkinan adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada pemerikasaan dengan
speculum benang IUD tidak terlihat.

c. Kehamilan
Seorang klien yang mengalami kehamilan dengan IUD masih terpasang perlu diberikan
konseling tentang risiko yang akan terjadi jika kehamilan dilanjutkan dengan IUD tetap
terpasang, risiko yang dapat terjadi antara lain infeksi intrauterus, sepsis, aborsi
spontas, aborsi sepsis spontan, plasenta previa, dan persalinan premature. Apabila
benang IUD tidak terlihat pada tulang serviks atau tidak teraba pada saluran serviks,
maka perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk memastikan apakah
IUD masih berada didalam uterus

9. Standar Asuhan Kebidanan Keluarga Berancana


Prinsip pelayanan kontrasepsi saat ini adalah memberikan kemandirian pada ibu dan
pasangan untuk memilih metode yang diinginkan. Pemberi pelayanan berperan sebagai
konselor dan fasilitator, sesuai langkah-langkah di bawah ini :

a. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu.


Beri salam kepada ibu, tersenyum perkenalkan diri anda. Gunakan komunikasi verbal
dan nonverbal sebagai awal ineteraksi dua arah Tanya ibu tentang identitas dan
keinginannya pada kunjungan ini.

19
b. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat
digunakan untuk tujuan terseebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan
metode tertentu.

Tabel
Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

Sumber : Kemenkes RI dan HOGSI

Urutan Fase Fase Menjarangkan Fase Tidak


Prioritas Menunda Kehamilan (anak≤ 2) Hamil lagi (anak
Kehamilan ≥ 2)
1 Pil IUD Steril
2 IUD Suntikan IUD
3 Kondom Minipil Implant
4 Implan Pil Suntikan
5 Suntikan Implan Kondom
6 Kondom Pil

c. Tanyakan status kesehatan ibu dan kondisi medis yang dimiliknya. Perhatikan
persyaratan medis penggunaan metode kontrasepsi tertentu di tabel berikut ini.
Keterangan :
1) Metode dapat digunakan tanpa halangan
2) Keuntungan pada umumnya lebih besar dari risiko
3) Metode tidak direkomendasikan kecuali tidak ada metode lain yang lebih sesuai
atau dapat diterima
4) Metode tidak boleh digunakan

Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan ibu.
Berikan informasi yang objektif dan lengkap tentang berbagai metode kontrasepsi.
Efeltivitas, cara kerja, efek samping, komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-upaya
untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan tersebut
(termasuk sistem rujukan).

20
Tabel
Ringkasan Alat Kontasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Mekanisme AKDR dimasukkan ke dalam uterus.AKDR
menghambat kemampuan sperma untuk
masuk ke tuba falopii, mempengaruhifertilitas
sebelum ovum mencapai kavum uteri,
mencegah sperma dan ovum bertemu,
mencegah implantasi telur dalam uterus.
Efektivitas Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari
1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas
dapat bertahan lama, hingga 12
tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan Mengurangi risiko kanker endometrium
Risiko bagi kesehatan Dapat menyebabkan anemia bila cadangan
besi ibu rendah sebelum pemasangan dan
AKDR menyebabkan haid yang paling
banyak. Dapat menyebabkan penyakit radang
panggul bila ibu sudah terinfeksi
klamidia atau gonore sebelum pemasangan.
Efek samping Perubahan pola haid terutama dalam 3-6
bulan (haid memanjang dan banyak, haid
tidak teratur, dan nyeri haid)
Mengapa beberapa orang menyukainya Efektif mencegah kehamilan, dapat
digunakan untuk waktu yang lama, tidak ada
biaya tambahan setelah pemasangan, tidak
mempengaruhi menyusui, dan dapat langsung
dipasang setelah persalinan atau
Keguguran
Mengapa beberapa orang tidak Perlu prosedur pemasangan yang harus
Menyukainya dilakukan tenaga kesehatan terlatih

21
AKDR dengan progestin
Mekanisme Progestin AKDR dengan progestinmembuat
endometrium mengalami transformasi yang
ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu
implantasi, mencegah terjadinya pembuahan
dengan memblok bersatunya ovum dengan
sperma, mengurangi jumlah sperma yang
mencapai
tuba falopii, dan menginaktifkan sperma
Efektivitas Pada umumnya, risiko kehamilan kurang
dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun
Keuntungan khusus bagi kesehatan Mengurangi risiko anemia defisiensi besi.
Dapat mengurangi risiko penyakit radang
panggul. Mengurangi nyeri haid dan gejala
Endometriosis
Risiko bagi kesehatan Tidak ada
Efek samping Perubahan pola haid ( haid sedikit dan
singkat, haid tidak teratur, haid jarang, haid
memanjang, atau tidak haid), jerawat, sakit
kepala, pusing, nyeri payudara, mual,
kenaikan berat badan, perubahan suasana
perasaan, dan kista ovarium
Mengapa beberapa orang menyukainya Efektif mencegah kehamilan, dapat
digunakan untuk waktu yang lama, tidakada
biaya tambahan setelah pemasangan
Mengapa beberapa orang tidak Perlu prosedur pemasangan yang harus
Menyukainya dilakukan tenaga terlatih

d. Bantu ibu menentukan pilihan


Bantu ibu memilih kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi dirinya.
Berikankesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. Apabila

22
ingin mendapat penjelasan lanjutan anjurkan ibu untuk berkonsultasi kembali
atau dirujuk pada konselor atautenaga kesehatan yang lebih ahli. Jelaskan secara
lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih ibu. Setelah ibu
memilih metode yang sesuai dengan dirinya jelaskanlah mengenai :
- Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan / pemakaian alat kontrasepsi .
- Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan.
- Cara menganali efek samping/komplikasi
- Lokasi klinik keluarga berencana (KB) atau tempat pelayanan untuk
kunjungan ulang bila diperlukan
- Waktu penggantian / pencabutan alat kontrasepsi

Bila ibu ingin memulai pemakaian kontrasepsi saat itu juga, lakukan
penapisankehamilan dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
a. Apakah anda mempunyai bayi berumur < 6 bulan dan menyusui secara
eksklusif dan tidak mendapat haid selama 6 bulan tersebut.
b. Apakan anda pantang senggama sejak haid terakhir/bersalin
c. Apakah anda baru melahirkan bayi baru < 4 minggu?
d. Apakah haid terakhir dimulai 7 hari terakhir atau 12 hari terakhir bila
klien inginmenggunakakan AKDR
e. Apakah mengalami keguguran dalam 7 hari terakhir (atau 12 hari terakhir
bila klien inginmenggunakan AKDR)
f. Apakah anda menggunakan metode kontrasepsi secara tepat dan konsisten.

Bila ada jawaban iya pada satu atau lebih pertanyaan di atas, metode kontrasepsi
dapat mulai digunakan. Bila semua dijawab tidak ibu harus melakukan tes
kehamilan atau menunggu haid selanjutnya.

e. Rujuk ibu bila diperlukan


Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di kllinik KB ini ibu belum mendapat
informasi yang memuaskan atau rujuk ke fasilitas pelayanan
kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak
mampu mengatasi efek samping/komplikasi/memenuhi keinginan ibu. Berikan
pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh fasilitas rujukan (kunjungan
ulang paska pemasangan)

23
10. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Kewenangan bidan berdasarkan peraturan yang terkait dan berlaku serta yang
utama mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 28
Tahun 2017 tentang Ijin Dan Penyelenggaraan Prakterk Bidan bahwa disebutkan
pada pasal 18 dalam penyelenggaraan praktek kebidanan, bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan Keluarga Berencana

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan kelurga


berencan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf C, bidan berwenang
memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
Keluarga Berencana, pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
Sedangkan pelayanan KB IUD dan implant diatur pasal 22,23,24 dan 25,
bahwa pasal 22 selain kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan
penugasan dari pemerintah sesuai kebetuhan, dan atau pelimpahan wewenangan
melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara mendat dari dokter.
Disebutkan dalam pasal 23 bahwa, kewenangan memberikan pelayanan
berdasarkan penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 22 huruf A, terdiri atas :
a. Kewenangan berdasarkan program pemerintah dan,
b. Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain disuatu wilayah tempat
bidan bertugas.

Kewenangan sebagaimana dimaksud diperoleh bidan setelah mendapatkan


pelatihan yang diselanggarakan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
bersama organisasi profesi terkait berdasarkan modul dan kurikulum yang
terstandarisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidan
yang telah mengikuti pelatihan dan memperoleh sertifaksi pelatihan.
Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (1) huruf A, pemberian pelayanan kontrasepsi dalam rahim dan
alat kontrasepsi bawah kulit.

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR BARU KB IUD

Nama Pengkaji : R. Nurainun


Hari/tanggal : Senin, 14 Maret 2022
Waktu Pengkajian : 16.30 WIB
Tempat Pengkajian : PMB R. Nurainun

1. DATA SUBJEKTIF

A. Identitas

Jenis Identitas Istri Suami

Nama Ny. C Tn. R

Umur 27 th 30 th

Suku/Bangsa Sunda / Indonesia Sunda / Indonesia

Agama Islam Islam

Pendidikan SMA Universitas

Pekerjaan Karyawati Wiraswasta

Alamat Meruya Selatan Meruya Selatan

B. Anamnesa
Keluhan utama saat ini : Ibu melakukan kunjungan untuk memakai alat
kontrasepsi jangka panjang yaitu IUD, ibu ingin menjarangkan kehamilannya. Ibu
mengatakan baru melahirkan sejak 6 bulan yang lalu dan saat ini ibu masih menyusui
bayinya. Sebelumnya ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun, usia
anak yang terakhir 6 bulan.
1. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama umur 25 tahun, lamanya pernikahan 1 tahun

25
2. Riwayat Mensturasi
Menarce umur 14 tahun, siklus 28 hari, teratur .Lamanya 7 hari, sifat darah: encer
Dismenorhoe : tidak, Banyaknya ± 150cc
3. Riwayat Kontrasepsi Yang Pernah Digunakan: belum pernah menggunakan alat
kontrasepsi apapun.
4. Riwayat Kesehatan :
Tidak ada penyakit yang pernah/sedang diderita ibu dan keluarga, seperti tekanan
darah tinggi, tvd/ep, menderita tvd, penyakit stroke, penyakit jantung, penyakit
kolesterol, migrain/ sakit kepala sebelah, penyakit kuning, postpartum s/d 6
minggu, dan ibu tidak penah pernah operasi besar.
Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit ginekologi, seperti kanker payudara dan
kanker serviks.
Keadaan psikososial/spiritual, ibu sudah mengetahui tentang alat kontrasepsi IUD
yang akan dipakai. suami/keluarga menyetujui dan memberikan dukungan
terhadap ibu.

2. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
K/U Baik, TD 110/70 mmHg, Nadi 83 x/mnt, Pernafasan 20 x/mnt, Suhu 36,6°c, BB
57 kg.
b. Pemeriksaan Sistematis
- Kepala, Muka tidak edema
- Mata, Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
- Leher, tidak ada benjolan
- Dada dan Axilla (Ketiak), Pada Mamae tidak ada pembengkakan, tidak ada
benjolan, payudara simetris, tidak kemerahan, puting susu menonjol, pengeluaran
ASI.
- Axilla, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tidak ada nyeri
- Abdomen, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran hepar dan tidak kembung.
- Ekstremitas, pemeriksaan tungkai tidak ada nyeri, tidak merah dan tidak terdapat
varises.
c. Pemeriksaan penunjang
Lab. Hb 11,6 gr/dl. Antigen Negatif dan HCG Negatif

26
3. ASSESMENT
Ny. C Usia 27 tahun P1A0 dengan Akseptor Baru KB IUD

4. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan Penapisan klien berdasarkan kriteria kelayakan medis (Ibu memahami)
2. Memberitahu pilihan metode kontrasepsi jangka panjang yaitu IUD dan Implan (Ibu
dan suami memilih alkon IUD)
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa pasien dalam keadaan baik dan tak ada
kontra indikasi untuk menggunakan kb IUD (ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan)
4. Memberikan KIE tentang efek samping pasca pemasangan IUD berupa perubahan
siklus haid, perdarahan bercak (spotting) antar haid, haid lebih banyak dan lama, saat
haid akan terasa lebih sakit. (ibu mengerti dan memahami)
5. Melakukan inform concent (informed concent sudah dilakukan ibu dan suami sudah
menandatangani)
6. Melakukan persiapan pemasangan IUD baik alat, tempat, pasien dan bidan (persiapan
sudah dilakukan)
7. Melakukan pemasangan IUD dengan tehnik aseptic dan antiseptik serta memperhatikan
pencegahan infeksi/PI (pemasangan IUD sudah dilakukan)
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang atau kembali bila ada keluhan (ibu bersedia
untuk melakukan kunjungan ulang atau kembali apabila ibu ada keluhan)

27
Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan

Nama Pengkaji : R. Nurainun


Hari/tanggal : Senin, 14 Maret 2022
Waktu Pengkajian : 16.30 WIB
Tempat Pengkajian : PMB R. Nurainun

Pathway Kasus Kebidanan

Nama : Ny. C
Usia : 27 th
PA : P1A0
Tanda / Gejala / keluhan secara Tanda / Gejala / keluhan
teori : yang dialami pasien:
IUD dapat dipasang kapan saja Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / - Ibu melakukan
selama siklus haid, tetapi pastikan keluhan yang dialami ) kunjungan untuk
pasien tidak dalam kondisi hamil Cara kerja IUD yaitu IUD yang memakai alat kontrasepsi
dengan melakukan dilapisi tembaga atau IUD non- jangka panjang yaitu
pemeriksaan test pack terlebih hormonal ini bekerja IUD, ibu ingin
dahulu. IUD dapat dipasang sesaat dengan cara menghalangi sel sperma menjarangkan
setelah persalinan (setelah untuk masuk ke tuba falopi atau kehamilannya, ibu
melahirkan plasenta) ataupun 4 - 8 saluran antara rahim dengan indung mengatakan baru
minggu post partum. IUD dapat telur, sehingga pembuahan sel telur melahirkan sejak 6 bulan
digunakan pada ibu menyusui. tidak akan terjadi. Alat KB ini juga yang lalu dan saat ini ibu
IUD juga dapat dipasang setelah membuat sel telur lebih sulit dibuahi masih menyusui bayinya.
terjadi abortus dan bisa digunakan dalam rahim oleh sel sperma. Sebelumnya ibu belum
sebagai kontrasepsi emergensi (Sarwono, 2020) pernah menggunakan alat
post koital. (Sri Handayani, 2019) kontrasepsi apapun, usia
anak yang terakhir 6
bulan.
- K/U Baik, Td 110/70
mmHg, Nadi 83 x/mnt,
Pernafasan 20 x/mnt,
Suhu 36,6°c, BB 57 kg.
- Pemeriksaan simetris di
dapatkan hasil normal
dan tidak ada kelainan
ataupun keluhan.
- Pemeriksaan penunjang :
Lab, Hb 11,6 gr/dl.
Antigen Negatif dan
HCG Negatif

28
Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :
Asuhan yang diberikan :
1. Penapisan klien berdasarkan kriteria kelayakan
1. Melakukan Penapisan klien berdasarkan kriteria
medis yaitu penyakit hati, kanker payudara,
kelayakan medis
tromboemboli vena, penyakit kardiovaskular,
2. Memberitahu pilihan metode kontrasepsi jangka
hipertensi, obesitas, diabetes, merokok, sakit
panjang yaitu IUD dan Implan
kepala, interaksi obat-obat lain, HIV, infeksi
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa pasien
menular seksual (IMS), penyakit radang panggul,
dalam keadaan baik dan tak ada kontra indikasi
sepsis, post partum dan menyusui, nullipara, usia
untuk menggunakan KB IUD
remaja, perdarahan vagina, mioma uteri, neoplasia
4. Memberikan KIE tentang efek samping pasca
servikal, kanker serviks.
pemasangan IUD berupa perubahan siklus haid,
2. Ibu dan suami dianjurkan memilih metode
perdarahan bercak (spotting) antar haid, haid lebih
kontrasepsi jangka panjang, IUD dan Implan
banyak dan lama, saat haid akan terasa lebih sakit.
3. Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan
5. Melakukan inform concent
pasien dapat mengetahui kondisinya saat ini dan
6. Melakukan persiapan pemasangan IUD baik alat,
sebagai syarat keberhasilan pemasangan IUD
tempat, pasien dan bidan.
4. Memberitahukan tentang efek samping setelah
7. Melakukan pemasangan IUD dengan tehnik aseptic
pemasangan ke klien agar tidak merasa cemas
dan antiseptik serta memperhatikan pencegahan
terhadap perubahan pasca pemasangan KB IUD
infeksi/PI.
5. Melakukan inform concent bertujuan sebagai
8. Menganjurkan untuk kunjungan ulang atau kembali
bukti kuat pasien sudah setuju untuk dilakukan
bila ada keluhan
tindakan pemasangan IUD, hal ini penting untuk
mencegah terjadinya kesalahpahaman pasien yang
sering kali menganggap suatu tindakan sebagai
malpraktek jika hasilnya tidak sesuai harapan
(Adrian, 2020).
6. Persiapan pemasangan IUD sesuai prosedur
bertujuan mempermudah dan memperlancar
proses pemasangan sesuai dengan harapan dan
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan (menurut
Handayani 2019)
7. Pemasangan IUD dengan tehnik aseptic dan
antiseptik serta memperhatikan pencegahan
infeksi/PI bertujuan agar tidak terjadi infeksi
pasca pemasangan IUD.
8. Untuk mengevaluasi hasil pemasangan dan ada
tidaknya tanda-tanda infeksi (Sarwono, 2020)

Evaluasi asuhan yang diberikan :


Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang
dijelaskan oleh bidan, setelah diberikan KIE ibu
mengerti apa yang dijelaskan oleh bidan, dan ibu
mau melakukan kunjungan ulang atau kembali bila
ada keluhan.

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pengkajian data ini, data subjektif yang dibutuhkan diperoleh dari anamnesa dengan
cara wawancara kepada pasien, sedangkan untuk mendapatkan data objektif dilakukan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Rukiyah dkk, 2019).
Pada pengkajian data ini, didapati hasil data subjektif pada Tanggal 14 Maret 2022 pukul
16.30 WIB bertempat di PMB Nurainun. Dari hasil pengkajian anamnesa didapatkan data Ny.
C usia 27 tahun, datang ke PMB pukul 16.20 WIB. Keluhan utama saat ini, Ibu melakukan
kunjungan untuk memakai alat kontrasepsi jangka panjang yaitu IUD dan ibu ingin
menjarangkan kehamilannya. Ibu mengatakan baru melahirkan sejak 6 bulan yang lalu dan saat
ini ibu masih menyusui bayinya. Sebelumnya ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun, usia anak yang terakhir 6 bulan.
Data objektif ditemukan Hasil pemeriksaan fisik KU Baik kesadaran composmentis Td
110/70 mmHg, S.36,5°c Respirasi 20x/menit, Nadi 83 x/menit Berat badan : 57 kg. Muka tidak
ada oedema Mata, Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, Payudara tidak ada benjolan.
Pembesaran tidak ada, Rasa nyeri tidak ada, Lain-lain tidak ada. Abdomen tidak ada benjolan,
tidak ada pembesaran hepar. Ekstremitas bawah tidak ada Varices. Pemeriksaan penunjang
HCG Negatif. Swab Antigen Negatif.
Dari hasil pengkajian dari data subjektif dan objektif diatas menunjukan pasien tidak ada
kontraindikasi menggunakan KB IUD hal ini senada dengan pendapat menurut Sri Handayani
(2019) bahwa kontraindikasi KB IUD yaitu wanita hamil atau diduga hamil, penyakit Inflamasi
Pelvic (PID) diantaranya : riwayat PID kronis, riwayat PID akut, subakut, riwayat PID dalam
3 bulan terakhir termasuk endometritis paska melahirkan atau aborsi terinfeksi, riwayat
kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah ektopik, ukuran uterus dengan alat
periksa (sonde uterus) berada diluar batas yang telah ditetapkan yaitu ukuran uterus yang
normal 6-9 cm dan IUD sudah ada di dalam uterus dan belum dikeluarkan.
Penatalaksaan asuhan pada Ny. C adalah dengan melakukan penapisan pada klien
berdasarkan kriteria kelayakan medis, kemudian memberitahu pilihan metode kontrasepsi
jangka panjang yaitu IUD dan Implan, ibu memilih untuk menggunakan KB IUD.
Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa pasien dalam keadaan baik dan tak ada kontra
indikasi untuk menggunakan KB IUD, memberikan KIE tentang efek samping pasca
pemasangan IUD berupa perubahan siklus haid, perdarahan bercak (spotting) antar haid, haid
lebih banyak dan lama, saat haid akan terasa lebih sakit. Melakukan inform concent.
30
Melakukan persiapan pemasangan IUD baik alat, tempat, pasien dan bidan. Melakukan
pemasangan IUD dengan tehnik aseptic dan antiseptik serta memperhatikan pencegahan
infeksi/PI. Menganjurkan untuk kunjungan ulang atau kembali bila ada keluhan.
Hal ini sependapat menurut Sri Handayani (2019) yaitu IUD dapat dipasang kapan saja
selama siklus haid, tetapi pastikan pasien tidak dalam kondisi hamil dengan melakukan
pemeriksaan test pack terlebih dahulu. IUD dapat dipasang sesaat setelah persalinan (setelah
melahirkan plasenta) ataupun 4 - 8 minggu post partum. IUD dapat digunakan pada ibu
menyusui. IUD juga dapat dipasang setelah terjadi abortus dan bisa digunakan sebagai
kontrasepsi emergensi post koital. Selama melakukan asuhan kebidanan tidak menemukan
kesenjangan antara teori dan praktek.

31
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pengkajian data subjektif dan objektif Ny. C menunjukan pasien tidak ada
kontraindikasi menggunakan KB IUD hal ini senada dengan pendapat menurut Sri
Handayani (2019) bahwa kontraindikasi KB IUD yaitu wanita hamil atau diduga hamil,
penyakit Inflamasi Pelvic (PID) diantaranya : riwayat PID kronis, riwayat PID akut,
subakut, riwayat PID dalam 3 bulan terakhir termasuk endometritis paska melahirkan atau
aborsi terinfeksi, riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah
ektopik, ukuran uterus dengan alat periksa (sonde uterus) berada diluar batas yang telah
ditetapkan yaitu ukuran uterus yang normal 6-9 cm dan IUD sudah ada di dalam uterus
dan belum dikeluarkan
IUD dapat dipasang kapan saja selama siklus haid, tetapi pastikan pasien tidak dalam
kondisi hamil dengan melakukan pemeriksaan test pack terlebih dahulu. IUD dapat
dipasang sesaat setelah persalinan (setelah melahirkan plasenta) ataupun 4 - 8 minggu post
partum. IUD dapat digunakan pada ibu menyusui. IUD juga dapat dipasang setelah
terjadi abortus dan bisa digunakan sebagai kontrasepsi emergensi post koital.
Dalam memberikan suatu pelayanan kontrasepsi komunikasi antara bidan dan klien
harus dibina secara baik, memberikan ibu kenyamanan dalam berkomunikasi secara
interpersonal. Semua tindakan yang dilakukan sudah sesuai standar pelayanan kebidanan
dan dilakukan oleh bidan yang sudah terlatih untuk memasangkan alat kontrasepsi IUD.
Selama melakukan asuhan kebidanan tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.

B. Saran
1. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan laporan komprehensif ini dapat memberikan informasi tambahan bagi
bidan pelaksana di PMB dalam pelayanan KB dan upaya preventif pada kesehatan
reproduksi wanita.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan Laporan studi kasus ini dapat menjadi tambahan bahan pustaka agar
menjadi sumber bacaan sehingga dapat bermanfaat serta menambah wawasan bagi
mahasiswa terhadap tata laksana keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

32
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini,Y& Martini. 2019. Pelayanan Keluarga Berencana. Rohima Press : Yogyakarya


BKKBN, 2021. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia tahun 2021. Jakarta
BKKBN, 2021. Informasi Data Program KB Nasional. BKKBN Indonesia
Depkes RI. 2020. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2020. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2019, Jawa
Barat
Depkes RI, 2019. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Manuaba, Ayu Ida C.H Bagus, Ida G.F.Manuaba, Ida Bagus Manuaba .2008.IlmuKebidanan,
Penyakit Kandungan, danKB.Jakarta:EGC.
Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta
Suratun, dkk. 2018. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:
Transinfomedia
Saifuddin, A. B., Affandi, B., Baharuddin, M., & Soekir, S. (2020). Buku Panduan Praktis
Varney, H.dkk. 2020. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1 Edisi 4. Jakarta: EGC.
WHO 2019. Edisi 5. Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 2019

33

Anda mungkin juga menyukai