Anda di halaman 1dari 35

PERILAKU IBU PRAKONSEPSI UNTUK

KEHAMILAN YANG SEHAT BERDASARKAN


BUDAYA MASYARAKAT SUNDA DI KEC. KOJA
JAKARTA UTARA

Dosen Pembimbing :
Masluroh, SST, M.Kes.

Disusun oleh :

NAMA : WARTINI
NIM : 200701031
PRODI : PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


ABDI NUSANTARA JAKARTA
Jalan Swadaya Kubah Putih RT 001/014 Kelurahan Jatibening Kecamatan Pondo
k Gede Bekasi 17412

1
IDENTITAS MAHASISWA

Nama Mahasiswa : Wartini


NIM : 200701031
Tempat/Tanggal Lahir : Sumedang, 01 Januari 1955
Semester : 1 (Satu)
No. HP : 087781066678
Alamat : Jln. Kurnia No. 45 RT 08. RW 017 Kel. Tugu Utara Kec.
Koja Jakarta Utara.

2
LAPORAN KASUS

PERILAKU IBU PRAKONSEPSI UNTUK KEHAMILAN YANG SEHAT


BERDASARKAN BUDAYA MASYARAKAT SUNDA DI KEC. KOJA
JAKARTA UTARA
TAHUN 2021

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I

(MASLUROH SST, M.Kes.)

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Perilaku Ibu
Prakonsepsi Untuk Kehamilan Yang Sehat Berdasarkan Budaya Masyarakat Sunda Di Kec. Koja
Jakarta Utara”

Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd. Ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara
Jakarta.
3. Ibu Imas Masluroh,SST, M.Kes. Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan,
pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk
kesempurnaan laporan penulis.
4. Kedua orangtua tercinta, Suami tercinta dan anak anak tersayang serta keluarga besar yang selalu
mendoakan, memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih sayang serta selalu memberi
semangat kepada penulis.

Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi
pembaca umumnya dan profesi kebidanan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Jakarta, 12 April 2021

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................................1


IDENTITAS MAHASISWA ..................................................................................................................2
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................................................3
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................4
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................6
1. Latar Belakang .............................................................................................................................6
2. Rumusan Masalah ........................................................................................................................9
3. Tujuan ..........................................................................................................................................9
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................................................10
1. Perilaku Ibu Prakonsepsi ............................................................................................................10
2. Kehamilan ..................................................................................................................................19
3. Kehamilan yang Sehat ...............................................................................................................20
4. Kebudayaan Secara Umum .......................................................................................................22
5. Kebudayaan Masyarakat Sunda ................................................................................................25
BAB III TINJAUAN KASUS (PATHWAY) .....................................................................................28
BAB IV PEMBAHASAN KASUS .....................................................................................................32
1. Prakonsespsi dengan Kebudayaan Masyarakat Sunda .............................................................32
2. Teori Berdasarkan Kasus ..........................................................................................................32
BAB V PENUTUP ...............................................................................................................................34
1. Kesimpulan ................................................................................................................................34
2. Saran ..........................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................35

5
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu keadaan membahagiakan bagi seorang wanita karena

didalam kandungannya ada embrio yang dinantikan hingga kelak lahirnya janin, yang

diperkirakan sekitar 40 minggu kemudian (Kuswanti, 2014). Ketika seorang wanita

menginginkan kehamilan, disitulah dimulainya sebuah komitmen untuk menjalani hidup

sehat. Pola hidup sehat ketika hamil menjadi perhatian serius karena akan berpengaruh

terhadap kelangsungan kesehatan ibu, pertumbuhan dan perkembangan janin, proses

persalinan, serta mengurangi resiko kelahiran abnormal pada janin. Kehamilan yang sehat

didukung dengan adanya pemeriksaan kesehatan sebelum kehamilan. Pemeriksaan ini

penting karena akan membantu mengatasi kemungkinan terjadinya kelainan genetik pada

janin dalam kandungan (Pujiastuti, 2014).

Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi kesehatan

kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang masih didalam rahim, sehingga

selama masa prakonsepsi disarankan agar calon ibu dapat menjaga pola hidup sehat

(Johnson, 2016). Prakonsepsi adalah perawatan sebelum terjadi kehamilan dengan rentang

waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup

waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi bagi seorang

ibu. Sangatlah penting untuk mempersiapkan kehamilan, khususnya pengetahuan calon ibu

terkait nutrisi, kebiasaan yang dapat menganggu kehamilan seperti merokok, minuman

keras, polusi, lingkungan sehari-hari, pekerjaan ibu, olahraga yang dilakukan, dan tingkat

stress. Kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan sangat bermanfaat untuk mencegah

malnutrisi, menyiapkan tubuh pada perubahan-perubahan pada saat hamil, mencegah

obesitas, mencegah risiko keguguran, persalinan premature, berat bayi lahir rendah,

menghindari stress, kematian janin mendadak, dan mencegah efek dari kondisi kesehatan

yang bermasalah pada saat hamil (Chandranipapongse dan Koren, 2013).

Beberapa Studi di Eropa dan AS menunjukkan bahwa wanita yang merencanakannya

kehamilan lebih cenderung mengadopsi perilaku prakonsepsi yang lebih sehat,termasuk

6
asupan asam folat, berhenti merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol (Backhausen et al,

2014). Sebuah penelitian cross-sectional Denmark dengan 258 wanita hamil menemukan

bahwa wanita dengan kehamilan yang terencana lebih mungkin untuk mengkonsumsi asam

folat (57% berbanding 2%) dan melaporkan lebih sedikit mengkonsumsi minuman keras

(20% berbanding 31%). Studi ini menemukan perbedaan yang signifikan dalam perilaku

kesehatan prakonsepsi antara kehamilan yang direncanakan dan tidak direncanakan (Stern

et al, 2016).

Di Amerika Serikat, dalam 25 tahun terakhir, tingkat kematian ibu dengan kehamilan

yang tidak direncanakan, bayi dengan berat badan lahir rendah, dan bayi premature terus

meningkat hingga dua kali lipat. Angka ini memiliki implikasi sosial dan ekonomi yang

signifikan, misalnya jumlah bayi yang dilahirkan premature di AS tahun 2000 dan 2010

menunjukkan peningkatan lebih dari 3 % dan pada tahun 2010 angka kelahiran premature

adalah 12% angka kelahiran hidup (Helen, dkk. 2015).

Kurang energi kronik (KEK) masih merupakan masalah gizi utama yang sering terjadi

pada WUS. Prevalensi KEK pada WUS di Indonesia menurut Indeks Pembangunan

Kesehatan Masyarakat tahun 2013 menunjukkan angka sebesar 20,97% sementara untuk

provinsi Sumatera Utara sebesar 17,61% Dampak dari wanita yang menderita KEK antara

lain dapat mengakibatkan terjadinya anemia, kematian pada ibu saat melahirkan, kematian

janin, bayi berat lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, lahir cacat hingga kematian pada

bayi (Stephanie, dkk. 2016).

Menjaga jarak kehamilan merupakan salah satu upaya mempersiapkan kehamilan

dengan baik, di Kabupaten Tegal 2017 presentase responden yang pernah menggunakan

KB dan mengalami kehamilan yang tidak direncanakan cukup tinggi (78,6%). Hal tersebut

menunjukkan responden mengalami kegagalan KB, kegagalan KB disebabkan karena

akseptor tidak patuh maupun ketidaksempurnaan dalam menggunakan alat kontrasepsi

(Dixit et al, 2012). Data tersebut menggambarkanbahwa tingkat pengetahuan calon ibu

mengenai pengetahuan prakonsepsi masih rendah. Menurut Sariyati (2015) semakin tinggi

pengetahuan seseorang maka akan semakin tinggi pula seseorang tersebut sadar akan

pentingnya kesehatan dalam hal ini merencanakan kehamilan. Perawatan kehamilan

7
dimasyarakat sangat dipengaruhi beberapa aspek seperti aspek sosial, ekonomi, pendidikan

dan budaya (Rahim, dkk. 2013).

Pamali merupakan salah satu adat yang dijunjung tinggi oleh budaya Sunda. Hal

tersebut berarti bahwa pantang larang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari dan

dianggap sebagai sarana yang paling tepat untuk penyampaian nasihat. Masyarakat

mempercayai mitos yang beredar di wilayahnya yang merupakan tinggalan nenek moyang

yang dipercayai dapat memperlancar proses kehamilan dan persalinan (Mayasari, 2011).

Menurut hasil penelitian di beberapa wilayah di Indonesia, faktor sosial budaya

terutama mitos merupakan salah satu penyebab terjadinya komplikasi ibu hamil, bersalin

dan nifas. Mitos-mitos dalam kehamilan ini dapat memberikan pengaruh baik maupun

buruk, salah satu contoh faktor sosial budaya di masyarakat yang masih melekat sampai

saat ini adalah masih banyak ibu hamil yang jarang memeriksakan kehamilannya (Sholihah

dan Sartika, 2014).

Persepsi tentang kehamilan yang dimiliki oleh masyarakat sangat menentukan perilaku

masyarakat terhadap kehamilan. Persepsi tentang kehamilan ini terbentuk berdasarkan

kepercayaan-kepercayaan dan simbol yang dimiliki oleh masyarakat. (Annisa dan Ike,

2010). Persiapan yang baik akan menghasilkan kehamilan yang sehat dan dengan mengikuti

pola hidup sehat maka kehamilan akan berjalan dengan baik dan dapat menghindari

timbulnya depresi setelah kelahiran ataupun kesulitan menyusui (Wendy, 2017).

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi calon ibu hamil untuk mempersiapkan

kehamilan yang sehat yang di landasi dengan pengetahuan dan perilaku yang baik selama

masa prakonsepsi untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan janin serta mencegah

terjadinya berbagai komplikasi selama masa kehamilan. Berdasarkan latar belakang

tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perilaku Ibu

Prakonsepsi untuk Kehamilan yang Sehat Berdasarkan Budaya Sunda di Kec. Koja Jakarta

Utara”.

8
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana perilaku ibu prakonsepsi untuk kehamilan yang sehat berdasarkan budaya

Selayu di Kec. Koja Jakarta Utara?”.

3. Tujuan

3.1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu prakonsepsi untuk kehamilan yang sehat di Kec.
Koja Jakarta Utara.
3.2. Mengidentifikasi sikap ibu prakonsepsi untuk kehamilan yang sehat di Kec. Koja
Jakarta Utara.
3.3. Mengidentifikasi tindakan ibu prakonsepsi untuk kehamilan yang sehat di Kec. Koja
Jakarta Utara.

9
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Perilaku Ibu Prakonsepsi


1.1 Definisi
Perilaku terdiri dari tiga komponen yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan
(Notoatmodjo, 2011). Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek.

Sikap adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaantidak


mendukung (unfavorable) pada suatu objek. Sikap merupakan perasaan positif atau negatif
atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap objek, orang dan keadaan.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap merupakan suatu kesiapan bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi
sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tingkatan yaitu persepsi (perception) yaitu
mengenal dan memilih berbagai objek yang akan dilakukan, respon terpimpin yaitu
melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar, mekanisme yaitu melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, dan adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang
sudah berkembang dan dilakukan dengan baik.

Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar
100 hari sebelum konsepsi (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016). Masa prakonsepsi
merupakan masa sebelum hamil, wanita prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa
atau wanita usia subur yang siap menjadi seorang ibu, dimana kebutuhan gizi pada masa ini
berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut usia. Wanita pranikah merupakan
bagian dari kelompok WUS yang perlu mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya, karena
sebagai calon ibu, gizi yang optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh
kembang janin, kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama proses
melahirkan. Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah
menikah wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa
sebelum kehamilan (Paratmanitya, dkk. 2012).

10
Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan selama
masa reproduksi yang berguna untuk mengurangi risiko dan mengaplikasikan gaya hidup
sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat dan meningkatkan kemungkinan memiliki
bayi yang sehat (Yulizawati, dkk. 2016).

Idealnya pasangan suami istri perlu menyiapkan diri, setidak-tidaknya tiga atau enam
bulan sebelum konsepsi, dengan cara mengontrol pola makan dan gaya hidup yang sehat,
usahakan untuk makan-makanan yang bergizi yang dibutuhkan janin untuk tumbuh dan
berkembang. Selain itu perhatikan fungsi tubuh dan sadari akibat yang timbul akibat sering
mengkonsumsi pil dan stress berkepanjangan. Persiapan yang baik akan menghasilkan
kehamilan yang sehat dan dengan mengikuti pola hidup sehat maka kehamilan akan
berjalan dengan baik dan dapat menghindari timbulnya depresi setelah kelahiran ataupun
kesulitan menyusui (Wendy, 2017).

Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan
suami istri, baik itu secara psikologi/mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh
diabaikan (Kurniasih, 2011). Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga
yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan dan
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal.
Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan,
namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2018).

1.2 Persiapan Kesehatan


1. Status Nutrisi
Salah satu masalah gizi yang dihadapi di Indonesia adalah masalah gizi pada masa
kehamilan, gizi prakonsepsi didefinisikan sebagai masukan makanan dan kebiasaan makan
yang dilakukan wanita usia subur yang merencanakan kehamilan.

Status gizi prakonsepsi juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi. Keadaan kesehatan dan status
gizi ibu hamil ditentukan jauh sebelumnya, yaitu pada masa remaja dan dewasa sebelum
hamil atau selama menjadi Wanita Usia Subur (WUS). Kualitas bayi yang dilahirkan sangat
tergantung kepada keadaan gizi ibu sebelum dan selama kehamilan (Cetin, et al. 2011).

Dampak dari ketidakseimbangan asupan gizi ibu hamil dapat menimbulkan gangguan
selama kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya. Apabila kondisi ini
berlangsung dalam waktu yang lama maka akan terjadi ketidakseimbangan asupan untuk
pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi sehingga menyebakan ibu hamil mengalami
Kekurangan Energi Kronis (Yuliastuti, 2013). Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan
suatu kondisi dimana seorang ibu hamil menderita kekurangan asupan makan yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (menahun atau kronis) yang mengakibatkan

11
timbulnya gangguan kesehatan, sehingga peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa
kehamilan tidak dapat terpenuhi (Kemenkes, 2015).

Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK ibu hamil salah satunya disebabkan karena
adanya ketidakseimbangan asupan gizi (energi dan protein), sehingga zat gizi yang
dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh berbagai faktor,
karena pada masa kehamilan banyak terjadi perubahan pada tubuhnya yaitu adanya
peningkatan metabolisme energi dan juga berbagai zat gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada dalam kandungannya. Faktor tersebut
diantaranya adalah usia, pendidikan, absopsi makanan, paritas, dan status ekonomi.
Proporsi wanita usia subur dan wanita hamil risiko KEK dilihat berdasarkan indikator
lingkar lengan atas (LILA sebesar 24,2%), untuk mengambarkan adaya risiko KEK pada
wanita hamil digunakan batas rata-rata LILA < 23,5 cm (Depkes, 2013).

Wanita yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu pertama
kehamilan cenderung melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan sumsum tulang
karena sistem saraf pusat sangat peka pada 2–5 minggu pertama (Arisman, 2011).
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan) dan bayi berat lahir rendah
(BBLR) di bawah 2500 gram. Efek jangka pendek KEK diantaranya yaitu anemia,
perkembangan organ tidak optimal dan pertumbuhan fisik kurang, yang mengakibatkan
kurang produktifnya seseorang, sehingga perlu ada pencegahan terhadap kejadian KEK
(Waryono, 2011).

Untuk mengetahui tingkat kecukupan gizi pada seseorang maka ditetapkan Angka
Kecukupan Gizi Indonesia yang disusun oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Adapun angka kecukupan gizi pada wanita tidak hamil dan wanita hamil sebagai berikut
(tabel 1).

Tabel 1. Kecukupan gizi yang dianjurkan perhari bagi wanita tidak hamil dan pada saat hamil

Zat Gizi Kebutuhan wanita tidak Kebutuhan wanita


hamil hamil

Energi 1900 kal (19-24 th) Trimester I + 180 kal


1800 kal (30-37 th) Trimester II, III + 300
kal
Protein 50 g + 17 g

Vitamin A 500 mikrogram + 300 mikrogram RE


retinol ekivalen /RE
Vitamin D 3 mikrogram /hr -

Vitamin B1 0,5 mg/ 1000 kal + 0,4 mg

12
Niasin 14 mg + 4 mg

Vitamin B6 1,3 mg + 0,4 mg

Vitamin B12 2,4 mikrogram + 0,2 mikrogram

Asam Folat 400 mikrogram 200 mikrogram

Vitamin C IOM 75 mg/hari + 10 mg

Yodium/Y 150 mikrogram + 50 mikrogram

Zat Besi/Fe 26 mg Trimester II + 9,0mg

Seng/Zn 9 mg Trimester I + 1,7 mg


Trimester II + 4,2 mg
Trimester III + 9,8 mg
Selenium/Se 30 mikrogram + 5 mikrogram

Kalsium/Ca 800 mg + 150 mg

Nutrisi penting yang harus di perhatikan dan dikonsumsi pada masa prakonsepsi adalah
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak sebagai sumber energi, vitamin A,
asam folat, vitamin D, kalsium, besi, serta yodium (Badriah, 2011). Konsumsi tablet Fe
sangat berkaitan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Anemia defesiensi zat besi yang
banyak dialami ibu hamil disebabkan oleh kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe yang tidak
baik ataupun cara mengkonsumsi yang salah sehingga menyebabkan kurangnya penyerapan
zat besi pada tubuh ibu. Tablet zat besi sebagai suplemen yang diberikan pada ibu hamil
menurut aturan harus dikonsumsi setiap hari. Namun, karena berbagai faktor misalnya
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil yang kurang baik, efek samping tablet yang
ditimbulkan dapat memicu seseorang untuk kurang mematuhi konsumsi tablet zat besi
secara benar sehingga tujuan dari pemberian tablet tersebut tidak tercapai (Yenni, 2017).

Anemia adalah keadaan dimana seseorang mempunyai kadar hemoglobin di bawah


nilai normal berdasarkan jenis kelompok umur dan jenis kelamin. Untuk subyek WUS
dikategorikan anemia bila kadar Hb kurang dari 12,0 g/dl. Kurang vitamin A apabila kurang
dari 20 ug/dL. Sedangkan kategori kurang feritin apabila kadar serum feritin kurang dari
15µg/l (Depkes, 2013). Menurut Setianingrum (2015) dikatakan bahwa seorang ibu hamil
menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 11 gr %. Kadar hemoglobin yang
tidak normal pada ibu hamil dapat menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah
(BBLR), gangguan perkembangan otak, dan risiko perdarahan sebelum dan pada saat
persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil menderita
anemia berat. Keadaan ini terjadi karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada
plasenta yang akan mempengaruhi fungsi plasenta terhadap janin (Depkes RI, 2016).

Status gizi ibu selama masa pembuahan dan pada saat hamil juga mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung sehingga gizi ibu hamil akan menentukan berat
13
bayi yang akan dilahirkan, maka dari itu pentingnya pemantauan gizi pada ibu hamil harus
sangat diperhatikan (Kristyanasari, 2011).

2. Faktor Psikologis (Mental)

Waspadai beberapa penyakit kelainan jiwa yang diturunkan, misalnya schizophrenia yang
dapat menggaggu keharmonisan rumah tangga.

a. Stressor internal: pemicunya adalah karena faktor dari ibu sendiri


b. Stressor eksternal: Pemicunya berasal dari luar diri ibu seperti status sosial, mal adaptasi,
kasih sayang, relationship, support mental, broken home, respon negatif dari lingkungan.
c. Dukungan keluarga: Ibu hamil sangat membutuhkan dukungan yang intensif dari keluarga
dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih sayang.
d. Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan: Efek yang muncul apabila ibu mengalami
kekerasan dalam rumah tangganya adalah gangguan rasa nyaman, dan sewaktu-waktu ibu
akan mengalami perasaan terancam yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janinnya.

3. Faktor fisik meliputi :

Status kesehatan pemeriksaan kandungan meliputi:

a. Keadaan organ kelamin dalam harus diperiksa secara sistematis.


b. Keadaan organ kelamin luar: Keadaan kelamin luar diperiksa untuk memastikan apakah
ada penyakit Condyloma acuminate (jengger ayam) yang akan bertambah parah pada
waktu kehamilan dan dapat menular ke bayi sehingga terjadi papilloma laring (daging
tumbuh pada saluran pernafasan).
c. Pemeriksaan saluran kemih: riwayat haid perlu diketahui dengan baik, misalnya jarak
antara hari pertama haid, usia pertama kali haid, nyeri haid (disminore), lama haid, sifat-
sifat dua siklus haid sebelumnya, dan metode kontrasepsi sebelumnya (jika ada)

Ada dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status kesehatan atau penyakit yang
dialami oleh ibu hamil :

a. Penyakit atau komplikasi selama masa kehamilan seperti: hyperemesis gravidarum,


pre-eklammsi/eklamsi, kehamilan ektopik, kelainan plasenta atau selaput janin,
perdarahan antepartum dan gemelli.
b. Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan, terdapat
hubungan timbal balik dimana penyakit ini dapat memperberat serta mempengaruhi
kehamilan atau penyakit ini dapat diperberat oleh kehamilan. Salah satu contohnya

14
adalah penyakit kardiovaskular: penyakit jantung, hipertensi, penyakit jantung
rematik, endocarditi (Jannah, 2012).

Menurut Mirza (2011) faktor lainnya yang juga dapat mempengaruhi persiapan
kehamilan adalah kesiapan finansial, Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan
kehamilan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak yang harus dipersiapkan, dimana
kesiapan finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan yang dimiliki untuk mencukupi
kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan.

Ada dua hal penting yang berkaitan dengan kesiapan finansial, di antaranya:

1. Dana yang wajib disiapkan sebagai calon orang tua, yaitu: saat hamil seperti biaya untuk
memeriksakan kehamilan (ANC), pemeriksaan penunjang (laboratorium, USG, dan
sebagainya), serta mengatasi penyakit/masalah (bila ada).
2. Memerlukan biaya untuk persalinan (secara normal atau operasi), seperti biaya
penginapan di rumah sakit pilihan, obat-obatan, serta biaya penolong persalinan.
Kemudian setelah bayi lahir prioritas keuangan keluarga menjadi berubah dan perlu
memperhitungkan masa depan anak.

Maka dari itu sangat perlu bagi calon orang tua mempersiapkan keuangan bisa dengan
cara menabung sejak jauh-jauh hari untuk dapat mempersiapkan kehamilan dengan baik.
Disadari atau tidak, anak ternyata membutuhkan alokasi dana yang cukup besar (Kurniasih,
2010).

1.3 Perawatan prakonsepsi

Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang diberikan sebelum kehamilan dengan


tujuan mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia
mengandung. Masalah umum dalam perawatan prakonsepsi yaitu keluarga berencana,
mencapai berat badan yang optimal, skrining dan pengobatan untuk penyakit menular,
memperbarui imunisasi yang tepat, meninjau obat untuk efek teratogenik, konsumsi
suplemen asam folat, dan pengendalian penyakit kronis sangat penting untuk
mengoptimalkan hasil kehamilan (Farahi dan Zolotor, 2013).

Pada tahun 2006, Center For Disease Control an Prevention mendefinisikan perawatan
prakonsepsi sebagai “serangkaian intervensi yang ditujukan untuk menemukan dan
memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial pada hasil akhir kehamilan atau
kesehatan wanita melalui pencegahan dan penatalaksanaan.” CDC menetapkan tujuan-
tujuan berikut untuk memperbaiki perawatan prakonsepsi yaitu: meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang kesehatan prakonsepsi, dan memastikan
bahwa semua wanita usia subur menerima layanan perawatan prakonsepsi, termasuk

15
promosi kesehatan, dan intervensi yang memungkinkan mereka memasuki kehamilan
dengan kesehatan optimal, mengurangi risiko yang diindikasikan oleh adanya
penyimpangan pada hasil akhir kehamilan sebelumnya, dan mengurangi kelainan pada
kehamilan yang menyimpang.

Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan perawatan prakonsepsi untuk
kehamilan yang sehat yaitu :

Riwayat imunisasi ibu harus terpenuhi, untuk wanita usia subur suplementasi asam folat
600 mg setiap hari harus didorong, wanita yang merencanakan kehamilan dalam waktu
dekat juga dapat didorong untuk memenuhi vitamin prenatal, mengkonsumsi obat dan
suplemen tidak dianjurkan secara berlebihan kecuali atas resep dokter, penyalahgunaan
obat-obatan merupakan masalah yang semakin meningkat dan perlu di evaluasi secara
khusus, kondisi kronis yang sering terjadi pada ibu seperti hipertensi dan diabetes memiliki
potensi dampak buruk yang signifikan pada ibu dan janin jika tidak dikontrol sebelum dan
selama kehamilan. Tingkat kesehatan, riwayat keluarga, dan sosial budaya dapat menjadi
faktor penting dalam perencanaan kehamilan, lingkungan dan pekerjaan ibu sehari-hari juga
harus di perhatikan (Helen, dkk. 2015).

Perawatan prakonsepsi memiliki efek positif pada berbagai aspek kesehatan antara lain
adalah mengurangi angka kematian ibu dan anak, mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan, bayi lahir
mati, lahir prematur dan berat bayi lahir rendah, mencegah cacat lahir, mencegah infeksi
neonatal, mencegah stunting, mencegah penularan HIV/IMS, menurunkan risiko beberapa
bentuk kanker pada anak, menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan kardiovaskular penyakit di
kemudian hari (CDC, 2016)

1.4 Konseling Prakonsepsi

Konseling dalam keperawatan merupakan salah satu komponen penting dalam proses
keperawatan dan pendidikan kesehatan. Konseling mencerminkan hubungan perawat dan
klien, komunikasi terapeutik, serta pelayanan yang berorientasi pada masalah. Konseling
dapat dipandang sebagai salah satu bentuk pelayanan keperawatan, yaitu memberi petunjuk
kepada individu untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan perilaku konstruktif yang
berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya (Tamsuri, 2011).
Tenaga Kesehatan mempunyai kewajiban membimbingdan membantu klien dalam
memecahkan masalah melalui program konseling (Priyanto, 2012).

Konseling prakonsepsi memainkan peran utama dalam mempersiapkan kehamilan yang


bertujuan untuk mengidentifikasi, memodifikasi risiko yang berhubungan dengan kesehatan
dan hasil kehamilan ibu, serta sebelum ibu hamil (Walfisch dan Koren, 2011). Selama ini,
banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-kondisi pada masa sebelum
16
terjadinya proses konsepsi, sehingga para calon ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan
proses kehamilan dan persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena pengetahuan yang
kurang tentang kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan tidak adanya penyuluhan-
penyuluhan terhadap mereka (Sujiono, 2011).

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) (2014) Pada saat


wanita menyadari bahwa mereka hamil 1 sampai 2 minggu setelah terlambat haid maka
medulla spinalis janin telah terbentuk dan jantung telah berdenyut. Karena itu, banyak
strategi pencegahan, misalnya asam folat untuk mencagah cacat tabung saraf (neural-tube),
diperkirakan hampir separuh dari semua kehamilan yang tidak direncanakan, dan kehamilan
inilah yang mungkin berisiko paling besar. Kehamilan yang tidak diharapkan lebih besar
kemungkinannya terjadi pada wanita muda atau lajang, memiliki tingkat pendidikan relatif
rendah, merokok, minum alkohol, atau memakai obat-obatan terlarang, dan tidak
mendapatkan asam folat (Cunningham, dkk. 2015).

Untuk menilai efektivitas konseling prakonsepsi dalam mengurangi kehamilan yang


tidak direncanakan, Moos dkk, mempelajari efek program perawatan prakonsepsi yang
dilakukan di sebuah klinik departemen kesehatan. Sebanyak 456 wanita yang menjalani
konseling prakonsepsi memperlihatkan kemungkinan 50% lebih besar untuk melaporkan
bahwa kehamilan berikutnya adalah kehamilan yang direncanakan dibandingkan dengan
309 wanita yang mendapat perawatan kesehatan tetapi tanpa konseling, dan kemungkinan
65% lebih besar dibandingkan dengan wanita yang tidak mendapat perawatan kesehatan
sama sekali sebelum hamil.
Kementerian Kesehatan RI (2013) mendefinisikan bahwa Wanita Usia Subur (WUS)
adalah wanita yang berada dalam periode umur antara 15-49 tahun. Wanita pranikah
merupakan bagian dari kelompok WUS perlu mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya,
karena sebagai calon ibu gizi yang optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi
tumbuh kembang janin, kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama
proses melahirkan. Upaya peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan cara
memberikan pendidikan gizi (Supariasa, 2014).

Kategori lain mengenai wanita yang mungkin memerlukan konseling nutrisi adalah
wanita yang mengalami kehamilan dalam jarak yang dekat, masa remaja dimana pengaruh
utama pada hasil kehamilan adalah jumlah tahun antara menarke-an kehamilan. Semakin
pendek interval antara menarke dan kehamilan, semakin besar potensi untuk mengalami
defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi juga lebih cenderung terjadi selama kehamilan karena
untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sedang tumbuh, wanita yang memiliki ekonomi
rendah, mereka yang sudah memiliki penyakit misalnya, diabetes dan epilepsi karena alergi
makanan harus selalu didiagnosis secara medis dan sindrom malabsorpsi, seperti penyakit
Crohn, colitis ulseratif, atau fibrosis kistik, memerlukan konsultasi diet, mereka yang

17
mengalami gangguan makan seperti anoreksia nervosa, bulimia, nervosa, atau makan
berlebihan (binge eating) (Medforth, dkk. 2011).

Dalam hal ini, peran tenaga kesehatan dalam perawatan prakonsepsi di tingkat dasar
antara lain pengkajian faktor risiko, promosi kesehatan, intervensi klinikal, dan psikososial.
Perawat harus memiliki akses, seperti informasi tentang perawatan sebelum konsepsi untuk
memberikan anjuran/nasihat kepada calon ibu, mengevaluasi kehamilan dan bila
menemukan suatu kelainan, dapat merujuk ke dokter spesialis yang lebih kompeten sedini
mungkin. Dari peran perawat yang dilakukan tersebut, diharapkan dapat menghasilkan
sebuah kehamilan yang sehat pada pasangan usia subur (Regina, 2011).

18
2. Kehamilan
2.1 Defenisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi (Yulistiana, 2015). Menurut Departemen Kesehatan RI (2014) kehamilan adalah
masa dimulai saat konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal 280 hari (40
minggu/9 bulan 7 hari) di hitung dari triwulan/trimester pertama dimulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, trimester ke-2 dari bulan ke- 4 sampai 6 bulan, triwulan/ trimester ke-3 dari
bulan ke-7 sampai ke-9.

Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah bersatunya sel
telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan atau (gestasi) berlangsung selama 40 minggu
atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah
38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan
telur) yang terjadi dua minggu setelahnya (Kamariyah, dkk. 2014).

Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu, karena itu ibu hamil
sangat membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama suami agar dapat menjalani
proses kehamilan hingga melahirkan dengan aman dan nyaman (Yuliana, 2015). Kehamilan
melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial dalam
keluarga, pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan
kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan (Prawirohardjo, 2011).

Kehamilan merupakan proses alamiah, akan tetapi dalam perjalanannya kehamilan dapat
berkembang menjadi suatu permasalahan atau dapat menimbulkan komplikasi, sehingga
perlu pemantauan selama kehamilan untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin. Beberapa
indikator untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin adalah dengan mengukur berat badan,
tekanan darah, dan tinggi fundus uteri ibu setiap kali kunjungan (Yulifah, dkk. 2011).

Kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang terjadi bukan dikarenakan ibu
sedang menginginkan untuk memiliki anak, kehamilan tidak direncanakan dapat
disebabkan dari perilaku yang tidak sehat atau kondisi sebelum dan saat hamil seperti
korban pemerkosaan, kurangnya pengetahuan ibu tentang kontrasepsi, banyak anak, usia
relatif muda, pasangan tidak bertanggungjawab, kehamilan tidak direncanakan sangat
mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan suatu negara. Hal tersebut
dikarenakan kehamilan tidak direncanakan lebih banyak menimbulkan kerugian seperti
kesehatan ibu yang cenderung mengalami komplikasi saat kehamilan serta kehidupan sosial
ekonomi. Ibu hamil yang tidak direncanakan cenderung untuk menghindari layanan
kesehatan baik untuk pemeriksaan ANC, bersalin maupun saatmasa nifas. Hal tersebut
mengakibatkan kesehatan ibu dan janin tidak terpantau (Sakti, 2017).

19
3. Kehamilan yang sehat
Masa kehamilan merupakan masa yang dinantikan oleh pasangan suami istri setelah
pernikahan. Namun banyak pasangan suami istri yang tidak mempersiapkan kesehatan diri
dalam kesehatan reproduksinya. Mereka menganggap kehamilan dan mempunyai anak
adalah hal yang alami yang tidak perlu persiapan kesehatan secara khusus, padahal kualitas
kesehatan suatu bangsa dimulai pada saat masa prakonsepsi. Untuk dapat menciptakan
kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan melalui skrining prakonsepsi. Skrining prakonsepsi
sangat berguna dan memiliki efek positif terhadap kesehatan ibu dan anak (Lusiana, dkk.
2017).

Ketika seorang wanita menginginkan kehamilan, disitulah dimulainya sebuah komitmen


untuk menjalani hidup sehat. Pola hidup sehat ketika hamil menjadi perhatian serius karena
akan berpengaruh terhadap kelangsungan kesehatan ibu, pertumbuhan dan perkembangan
janin, proses persalinan, serta mengurangi resiko kelahiran abnormal pada janin. Kehamilan
yang sehat didukung dengan adanya pemeriksaan kesehatan sebelum kehamilan. Kehamilan
yang sehat adalah kondisi ibu dalam keadaan sehat serta bayi yang dilahirkan dalam kondisi
sehat dan normal (Francis dan Nayak, 2013).

Kesehatan ibu hamil dapat terwujud dengan berperilaku hidup sehat selama kehamilan
yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui pola hidup sehat, asupan gizi yang baik,
mengkonsumsi tablet zat besi, melakukan aktifitas olahraga, menghindari merokok dan
makan obat tanpa resep dokter. Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk mendapat
informasi dari petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan (Gulardi, 2011).

Status kesehatan ibu hamil merupakan suatu proses yang butuh perawatan khusus agar
dapat berlangsung dengan baik, kehamilan mengandung unsur kehidupan ibu maupun janin.
Resiko kehamilan ini bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara
tiba-tiba dapat beresiko tinggi. Jika status kesehatan ibu hamil buruk, misalnya menderita
anemia maka bayi yang dilahirkan beresiko lahir dengan berat bayi lahir rendah, bayi
dengan BBLR ini memiliki resiko kesakitan seperti infeksi saluran nafas bagian bawah dan
kematian yang lebih tinggi dari pada bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal. Bagi
ibu sendiri anemia ini meningkatkan resiko pendarahan pada saat persalinan dan pasca
persalinan, gangguan kesehatan bahkan resiko kematian (Kusmiyati, 2011).

Anemia selama kehamilan merupakan masalah global yang sangat berhubungan dengan
tingkat morbiditas dan mortalitas ibu, janin dan kelahiran premature. Rendahnya kadar HB
yang mengikat oksigen di dalam darah dapat menyebabkan kekurangan oksigen pada
sirkulasi ibu dan janin sehingga terjadi hipoksia janin yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin, banyak mengkonsumsi makanan sumber protein menjaga ibu hamil dari
kemungkinan terkena anemia (Ribot et al, 2013). Ibu sering mengalami defisiensi besi pada

20
trimester kedua dan ketiga, disaat tubuh memerlukan banyak zat besi, sehingga
meningkatkan resiko anemia (Proverawati, 2011).

3.1 Perawatan kehamilan


Merupakan salah satu faktor yang sangat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya
komplikasi dan kematian ketika persalinan, di samping itu juga untuk pertumbuhan dan
kesehatan janin. Perilaku perawatan kehamilan yang diukur merupakan tindakan yang
dilakukan ibu dalam menjaga kesehatannya seperti perawatan diri (kulit, gigi, mulut,
perawatan kuku, perawatan organ intim) payudara, imunisasi, senam hamil, pemeriksaan
kehamilan (ANC), serta gizi untuk perkembangan janin. Perawatan kehamilan dipengaruhi
oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor faktor penguat, seperti pengetahuan
yang diperoleh melalui pemahaman tentang perawatan kehamilan. Beberapa faktor yang
turut berpengaruh di antaranya usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, dukungan keluarga, dan
ekonomi (Gamelia, dkk. 2013).

Notoatmodjo (2011) menyebutkan bahwa perilaku seseorang didasari oleh beberapa


faktor seperti faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Faktor
predisposisi contohnya adalah nilai dan budaya yang dapat mempengaruhi perawatan
kehamilan salah satunya pantangan terhadap makanan tertentu (Suryawati, 2011). Fasilitas
kesehatan sebagai faktor pendukung juga dapat mempengaruhi perawatan kehamilan
khususnya dalam melakukan antenatal care (Kristina, 2012). Sedangkan faktor pendorong
misalnya dorongan dan dukungan dari pasangan.

Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan sehat. Pelayanan antenatal ini merupakan
pelayanan yang diterima wanita selama kehamilan dan sangat penting dalam membantu
memastikan bahwa ibu dan janin selamat dalam kehamilan dan persalinan (Prasojo, dkk.
2015).

Tujuan ANC (Antenatal Care) yaitu mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan
mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, serta proses kelahiran bayi.
Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, atau obstetri selama kehamilan.
Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan tumbuh kembang
janin. Mengetahui persiapan persalinan serta kesiapan mencegah komplikasi. Membantu
menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan masa nifas dengan normal,
serta merawat anak secara fisik, psikologis, dan sosial. Mempersiapkan ibu dan keluarga
untuk dapat berperan dengan baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat dan normal (Jannah, 2012).
Komponen penting dalam Antenatal care (ANC) seperti mengukur tekanan darah,
memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan atau infeksi, maupun

21
deteksi dan penanganan awal terhadap anemia, pada kebijakan program kunjungan ulang
dilakukan paling sedikit 4 kali yaitu 1 x pada trimester I, 1 x pada trimester II, dan 2 x pada
trimester III (Pantikawati dan Saryono, 2010).

4. Kebudayaan secara umum


4.1 Defenisi
Secara etimologis, kata culture berasal dari bahasa latin cultus, yang mengandung
penghormatan atau pemujaan. Oleh karena itu nilai-nilai budaya adalah satu anutan yang
dianggap terhormat dan dipuja oleh masyarakat. Dalam kajian antropologi awal, kajian
mengenai kebudayaan erat kaitannya dengan masalah-masalah pemujaan, magic, atau aspek
sakralitas pada sebuah tradisi agama masyarakat (Sudarma, 2017).

Inti penting dari budaya adalah pandangan yang bertujuan untuk mempermudah hidup
dengan “mengajarkan” orang-orang bagaimana cara beradaptasi dengan lingkunganya.
Seperti yang Triandis tuliskan, budaya “berperan untuk memperbaiki cara anggota
kelompok suatu budaya beradaptasi dengan ekologi tertentu dan hal ini melibatkan
pengetahuan yang dibutuhkan orang supaya mereka dapat berperan aktif dalam lingkungan
sosialnya (Samovar, dkk. 2014).

Budaya erat kaitannya dengan kesehatan, dari budaya yang kemudian menjadi tradisi
turun temurun yaitu tradisi makan lalapan menjadikan orang Sunda dikenal memiliki wajah
serta penampilan yang cantik nan rupawan. Kecantikan orang Sunda dipercayai datang dari
nenek moyang yang juga merupakan anggota tingkatan atas kerajaan Sunda. Kecantikan
para putri-putri keraton Sunda inilah yang dipercaya masih menurun hingga generasi saat
ini. Dalam budaya Sunda kombinasi makanan lalapan dan sambal menjadi menu wajib
untuk tiap kali makan, lalapan sendiri adalah sayur-sayuran segar. Begitu pun sambal yang
harus pedas, konsumsi sayuran setiap hari bisa menjamin masukan nutrisi dan vitamin yang
bagus untuk tubuh dan kulit. Sedangkan sambal dipercaya mampu berperan memperlancar
metabolisme tubuh dalam pembuangan lemak. Tradisi memakan lalapan tidak berhenti
hanya pada skala makanan rumahan saja. Saat ini, dengan semakin banyaknya restoran atau
rumah makan ala Sunda, tradisi makan lalapan pun terbawa hingga ke seluruh pelosok
Indonesia (Hendariningrum, 2018).

Kebudayaan adalah manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang-
orang. Aspek yang ada dalam kebudayaan ini meliputi segala perbuatan manusia, seperti
cara ia menghayati kematian dan membuat upacara-upacara untuk menyambut peristiwa
kematian, kelahiran, seksualitas, dan cara makan. Di zaman orde baru, pada awal
sosialisasinya sebagian masyarakat Indonesia melakukan penolakan terhadap kebijakan
Program Keluarga Berencana (KB) yang direncanakan pemerintah. Penolakan masyarakat
tersebut merupakan bentuk respons budaya atau perlawanan budaya. Secara sosial budaya,
jenis-jenis perkawinan itu hadir ditengah masyarakat. Peran agama, negara, dan tenaga

22
kesehatan, menjadi strategis dalam hal mensosialisasikan perkawinan yang sehat.
Pemenuhan kebutuhan seks tidak boleh sekedar pemuasan atau pemenuhan hasrat,
melainkan juga harus tetap memperhatikan aspek-aspek kesehatan (Sudarma, 2017).

Budaya pada masa kehamilan dan persalinan di sebagian daerah telah terjadi pergeseran
namun di sebagian lain masih dipertahankan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh O’Neil
(2011) bahwa semua budaya yang diwariskan cenderung untuk berubah tetapi ada kalanya
juga dipertahankan. Ada proses dinamis yang mendukung diterimanya hal-hal dan ide-ide
baru dan ada juga yang mendukung untuk mempertahankan kestabilan budaya yang ada.
Hiller (2013) menyatakan bahwa ketika perubahan terjadi, maka terjadi destruksi nilai-nilai
tradisional, kepercayaan, peran dan tanggungjawab, pendidikan, keluarga dan lain-lain yang
hampir simultan dengan proses konstruksi cara baru sebagai pengaruh dari perubahan
sosial. Nilai dan ritual yang baru ini menggantikan nilai dan ritual yang lama. Namun di
sebagian masyarakat adakalanya terjadi kompromi yang mana nilai dan ritual baru
dijalankan dengan tanpa menghilangkan nilai dan ritual lama.

Masyarakat di berbagai budaya masih memberikan perhatian pada fase krisis ini. Pada
masa kehamilan ada banyak ritual yang harus dilakukan yang menandakan bahwa
masyarakat di budaya manapun menganggap kehamilan sebagai peristiwa yang luar biasa,
bukan hanya dalam kehidupan wanita hamil itu sendiri tetapi juga suami dan keluarganya.
Perhatian masyarakat terhadap ibu yang sedang hamil merupakan bentuk dukungan sosial.
Menurut Mc Court (2012) ada tiga komponen dukungan sosial yaitu dukungan emosional,
dukungan informasi dan dukungan praktis. Dukungan emosional ditunjukkan dengan
hubungan yang hangat, persaudaraan, persahabatan dan keinginan untuk mendengar. Saran
dan informasi yang baik merupakan contoh dari dukungan informasi. Sedangkan dukungan
finansial pada ibu hamil, contohnya pijat untuk mengurangi ketidaknyamanan merupakan
bentuk nyata dukungan praktis.

Menurut hasil penelitian di beberapa wilayah di Indonesia, faktor sosial budaya


terutama mitos merupakan salah satu penyebab komplikasi ibu hamil, bersalin dan nifas.
Salah satu contoh faktor sosial budaya di masyarakat yang masih melekat di masyarakat
sampai saat ini adalah masih banyak ibu hamil yang jarang memeriksakan kehamilannya
(Sholihah dan Sartika, 2014). Mitos terkait kehamilan yang masih dipercaya diantaranya
adalah pantangan makanan yang amis misalnya udang karena dipercaya persalinannya akan
lama, tidak boleh makan buah-buahan seperti durian, mentimun dan nanas karena dipercaya
akan menyebabkan keputihan dan keguguran (Priyadi, 2012). Pantangan makanan selama
kehamilan menurut hasil penelitian Otoo (2015) di Ghana tentang larangan makan seafood,
pisang matang, okra, kacang tanah, milo, gandum, kentang, jahe dan mangga.

Menurut pandangan masyarakat budaya Timor (ATONI) mengenai pantangan


kehamilan seperti tidak boleh makan jeruk terlalu sering akan meningkatkan lender pada

23
paru bayi dan resiko penyakit kuning saat bayi lahir, sering minum es saat hamil
menyebababkan bayi besar dan akan sulit lahir, tidak boleh duduk di depan pintu terlalu
lama ibu akan susah untuk melahirkan, dan masih banyak lagi mitos kehamilan yang
beredar di masyarakat Indonesia, namun mitos-mitos yang beredar harus disaring lagi oleh
ibu hamil karena belum tentu semuanya benar (Rahim,dkk 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Manuaba (1999) di Jawa terdapat pantangan dan
anjuran yang dilakukan selama masa kehamilan. Calon ibu di masyarakat Jawa diberikan
informasi tentang makanan yang diperbolehkan serta beberapa jamu yang disarankan
menjelang kelahiran bayi sesuai dengan kearifan local yang mereka miliki. Hal ini
merupakan salah satu upaya yang dilakukan masyarakat sebagai bentuk pengawasan
kehamilan secara tradisional.

Kemudian keyakinan masyarakat terhadap pantangan beberapa jenis makanan bergizi


seperti pantang makan ikan ukuran besar yang menurut kepercayaan dapat menyebabkan
pendarahan, makan buah dapat menyebabkan kemaluan berair. Perilaku tersebut dapat
mempengaruhi asupan gizi pada saat hamil, nifas dan bayi yang dilahirkan. Sedangkan pada
ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan janin serta adaptasi
fisiologis terhadap ibu untuk mengurangi potensial terjadinya anemia dalam kehamilan,
menurunnya daya tahan tubuh, ibu mudah terinfeksi, perdarahan antepartum saat hamil dan
pardarahan post partum pada saat bersalin. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang masih rendah dan jauhnya lokasi tempat
pelayanan kesehatan dari rumah-rumah penduduk yang membuat masyarakat terlambat
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan (Depkes RI, 2013).

Kepercayaan masyarakat menjalankan pantangan berdasarkan persepsi budaya


merupakan perwujudan masyarakat yang bersangkutan memandang sebuah kepedulian
orang tua terhadap keturunannya yaitu anak cucu sebagai generasi penerus keluarga.
Pantangan atau larangan merupakan cara orang tua di masa lalu dalam menstranfer nilai-
nilai tradisional yang merupakan warisan budaya dari suatu generasi yang lebih tua ke
generasi berikutnya. Kelaziman di masa lalu, anak sebagai generasi muda akan lebih takut
pada hal-hal gaib yang belum tentu terjadi atau kebenarannya ketimbang pada hal-hal yang
nampak nyata. Memang ada sisi negatif dan positif menjalankan pantangan-pantangan yang
dilandasi kepercayaan tradisional (Kasnodihardjo dan Kristiana, 2013).

Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya terhadap ibu hamil yang mentaati dan
menjalankan beberapa pantangan terutama untuk tidak mengkonsumsi jenis makan tertentu
adalah masalah gizi. Kegiatan ibu yang sedang mengandung dalam kesehariannya tidak
berkurang, ditambah lagi ia harus menjalani pantangan-pantangan agar tidak
mengkonsumsi jenis makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita yang sedang
hamil untuk kesehatan ibu yang bersangkutan dan pertumbuhan serta perkembangan janin

24
yang dikandungnya. Apabila kurang asupan energi dari makanan tentunya akan berdampak
negatif terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya, karena adanya kepercayaan
dan pantangan terhadap beberapa makanan tertentu. Maka tidak heran kalau anemia dan
kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah-daerah dimana
masyarakatnya kuat memegang tradisi dan nilai-nilai budaya terkait dengan berbagai
pantangan yang diterapkan pada wanita saat wanita hamil (Kasnodihardjo dan Kristiana,
2013).

5. Kebudayaan Masyarakat Sunda

Kebudayaan Sunda merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber


kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu di lestarikan. Secara
umum, masyarakat Jawa Barat atau tatar Sunda dikenal sebagai masyarakat yang lembut,
religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam konsep
kehidupan orang Sunda silih asih saling mengasihi (mengutamakan sifat welas asih)‟, silih
asah, saling menyempurnakan atau memperbaiki diri (melalui pendidikan dan berbagi
ilmu)‟, dan silih asuh„saling melindungi (saling menjaga keselamatan)‟. Selain itu,budaya
Sunda juga memiliki sejumlah nilai lain seperti kesopanan, rendah hati terhadap sesama,
hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada kebudayaan
Sunda keseimbangan magis dipertahankan dengan cara melakukan upacara-upacara adat,
sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda ditunjukkan melalui gotong royong untuk
mempertahankannya.

Sama seperti suku lainnya, orang-orang Sunda juga punya upacara adatnya sendiri.


Setiap rangkaian prosesi dalam upacara adat Sunda memiliki makna tersendiri. Ada tujuan
tertentu dari pelaksanaan prosesi-prosesi tersebut. Sejak masih janin, orang-orang Sunda
sudah terlibat dalam berbagai prosesi upacara adat. Mulai dari mendoakan keselamatan
janin di dalam kandungan sampai upacara adat yang dilakukan untuk mengalirkan doa bagi
yang sudah wafat. Berikut ini prosesi-prosesi yang dilakukan masyarakat Sunda :
 Upacara adat Sunda di bulan keempat, ketujuh dan kesembilan kehamilan
Sejak janin mulai tumbuh di rahim ibu, mereka sudah terlibat di acara upacara adat
Sunda. Ketika ibu hamil empat bulan, biasanya ada upacara adat yang dilakukan.
Di usia kehamilan empat bulan ini, roh mulai ditiupkan ke dalam tubuh janin. Tidak
berhenti di situ, saat usia kehamilan sudah tujuh bulan akan diadakan prosesi upacara adat
tingkepan.
Upacara adat ini hampir sama seperti kegiatan mitoni di adat Jawa. Tingkepan
dilakukan untuk memohon keselamatan ibu dan calon bayi. Upacara adat ini biasanya
dilakukan di kehamilan pertama.
Saat kandungan ibu sudah berusia sembilan bulan, upacara adat yang dilakukan
adalah reuneuh mundingeun. Prosesi ini dilakukan agar ibu segera melahirkan dengan
selamat.

25
 Beragam upacara adat Sunda di masa kanak-kanak
Setelah bayi lahir, upacara adat Sunda yang dilakukan adalah mengubur tembuni atau
plasenta. Proses penguburannya tidak sembarangan, lho. Harus dikuburkan di posisi yang
tepat dengan iringan doa keselamatan.
Di masa kanak-kanak, mungkin kamu dan keluargamu melaksanakan upacara adat
nurunkeun dan nenjrag bumi. Nurunkeun dilakukan saat bayi akan dibawa keluar rumah
untuk pertama kalinya.
Nenjrag bumi dilakukan dengan mengharapkan si bayi bisa tumbuh menjadi manusia
yang pemberani. Ada juga prosesi ekah, prosesi adat ini serupa dengan prosesi akikah.

 Prosesi pernikahan adat Sunda yang penuh makna


Pernikahan juga menjadi salah satu momen yang disakralkan untuk orang Sunda. Di
momen sakral ini ada banyak rangkaian upacara adat yang dilakukan. Mulai dari proses
perkenalan hingga pascapernikahan memiliki prosesinya tersendiri.
Upacara adat dalam prosesi pernikahan meliputi Nanyaan, Neundeun Omong,
Nyeureuh, Seserahan, Ngeuyeuk Seureuh, Akad Nikah, Sawer, Meuleum Harupat, Nincak
Endog, Nincak Songsong, Pecah Kendi, Huap Lingkung, dan Bakakak Hayam. Kalau kamu
tertarik melestarikan budaya asli Sunda, kamu bisa melaksanakan semua prosesi pernikahan
ini.
Sama seperti prosesi adat lainnya, upacara adat yang dilakukan selama proses
pernikahan dilakukan dengan tujuan tertentu. Ada makna mendalam di balik masing-masing
rangkaian prosesi.
Setiap benda dan alurnya memiliki alasan dan menyimbolkan hal-hal tertentu. Kamu
akan terharu jika mengetahui makna dan harapan baik dari setiap prosesi di upacara adat
pernikahan ini.

 Penghargaan terakhir dan aliran doa untuk yang sudah wafat


Ada pula upacara adat Suku Sunda yang dilakukan ketika seseorang telah meninggal.
Prosesi yang dilakukan biasanya bertujuan untuk menghaturkan doa untuk yang telah wafat.
Upacara adat ini biasanya dilakukan di waktu-waktu tertentu seperti saat hari ke-40, hari
ke-100 dan hari ke-1000. Dalam upacara adat ini, pihak keluarga biasanya membaca doa untuk
anggota keluarga yang telah meninggal.

5.1 Pandangan budaya Sunda terhadap perencanaan kehamilan


Dalam masyarakat Sunda, masih mempercayai larangan-larangan yang biasa disebut
dengan pamali. Pamali merupakan salah satu adat dan kepercayaan yang dijunjung tinggi oleh
budaya Sunda. Hal tersebut berarti bahwa pamali sangat penting bagi kehidupan sehari-hari
dan dianggap sebagai sarana yang paling tepat untuk penyampaian nasihat. Masyarakat
mempercayai mitos yang beredar di wilayahnya yang merupakan tinggalan nenek moyang
yang dipercaya dapat memperlancar proses kehamilan dan persalinan. Berikut ini beberapa
26
pamali yang masih dipercayai oleh masyarakat Sunda yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan :
- Tidak boleh makan nanas, karena bisa mendatangkan penyakit gatal di pipi atau korengan
untuk si anak.
- Tidak boleh makan kepiting dan lele, karena bisa menyebabkan anaknya memiliki watak
jahat atau kurang baik.
- Tidak boleh makan belut, karena bisa menyebabkan anak suka keluyuran kemana saja.
- Tidah boleh makan labu, karena bisa menyebabkan perut besar atau gendut.
- Tidak boleh makan di piring yang besar, supaya bayi/anak kecil.
- Tidak boleh makan telur ayam, karena bisa menyebabkan anak keluar lendir di telinga.
- Tidak boleh makan pisang yang rapat dua, karena bisa menyebabkan anaknya kembar siam.
- Tidak boleh makan tutut (jenis keong sawah), karena bisa menyebabkan mengantuk waktu
melahirkan.
- Tidak boleh duduk di depan pintu atau ujung pintu, karena bisa menyebabkan sulit ketika
melahirkan.
- Tidak boleh duduk selonjoran, karena ketika melahirkan kaki bayi akan keluar duluan
(sungsang).
- Tidak boleh memotong hewan, karena bisa menyebakan anak tidak sempurna, seperti
hewan yang di potong (Untuk suaminya).
- Tidak boleh memancing, karena bisa menyebabkan anaknya tidak sempurna, bibirnya
seperti bibir ikan. (Untuk suaminya).

Persepsi tentang kehamilan yang dimiliki oleh masyarakat sangat menentukan perilaku
masyarakat terhadap kehamilan. Persepsi tentang kehamilan ini terbentuk berdasarkan
kepercayaan-kepercayaan dan simbol yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam masyarakat
Sunda, wanita yang mengandung mesti menjalani masa berpantang/larangan. Sekiranya
melanggar pantangan, maka mereka akan mengalami bentan atau sakit.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan (Prakonsepsi dengan KEK)

Hari dan Tanggal : Senin, 12 April 2021


Tempat Praktik : PMB Ummi Wartini
Nama : Wartini
Program Studi : Profesi Bidan

Pathway Kasus Kebidanan


Nama : Ny. N
Usia : 23 tahun

Tanda / Gejala / keluhan yang dialami


pasien :
Patofisiologi (Sesuai Tanda / Ibu mengatakan baru saja menikah 2
Tanda / Gejala / keluhan secara Gejala / keluhan yang dialami minggu yang lalu dan ingin
teori : pasien) : merencanakan kehamilannya selama 3
 Ukuran lingkar lengan atas Ibu hamil dengan KEK mengalami bulan ke depan. Di lingkungan tempat
(LILA) kurang dari 23,5 cm kekurangan kalori dan protein tinggal ibu masih mempercayai pamali
 Terus-menerus merasa letih yang dapat menyebabkan berbagai yang mengharuskan ibu untuk
 Sering kesemutan menghindari beberapa makanan
gangguan kesehatan. Kondisi KEK
 Wajah pucat
pada ibu hamil dapat tertentu dari sebelum hamil hingga
 Penurunan berat badan dan
meningkatkan berbagai risiko menjelang persalinan. Oleh karena itu,
lemak
(Sarwono, 2020) komplikasi kehamilan dan ibu selalu pilih-pilih makanan dan
menyebabkan kematian bayi. jadwal makan ibu tidak teratur. Ibu
(Sarwono, 2020) juga mengalami penurunan berat
badan dari bulan sebelumnya. Setelah
diperiksa, ukuran LILA ibu : 22,8 cm.
Asuhan yang diberikan :
 Memberikan KIE kepada ibu dan keluarga
bahwa ibu harus tetap makan makanan
yang bergizi dari sebelum hamil sampai Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :
menjelang persalinan  KIE tentang makanan bergizi diberikan agar ibu
 Menganjurkan ibu untuk makan makanan selalu mengkonsumsi makanan bergizi dan
yang bergizi seperti mengkonsumsi pantangan makan tidak ada kaitannya bagi ibu
karbohidrat (nasi, roti, gandum, jagung), hamil
protein (ikan, telur, daging, tempe, tahu),  Makanan yang bergizi sesuai dengan kebutuhan
serat (semua jenis buah dan sayur), folat dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu
(kacang-kacangan, sayuran hijau), zat besi agar ibu sehat dan janin yang akan dikandungnya
(daging merah, kacang merah, hati), dapat tumbuh optimal
vitamin dan kalsium (semua jenis buah  Banyak minum dapat memenuhi kebutuhan
dan sayur, susu, yogurt) cairan ibu agar ibu tidak dehidrasi
 Menganjurkan ibu untuk banyak minum,  Makanan tambahan diberikan untuk menambah
minimal 2 liter per hari berat badan dan LILA ibu secara signifikan
 Memberikan makanan tambahan berupa  Istirahat yang cukup bertujuan untuk mengurangi
biskuit dan susu aktivitas dan beban kerja ibu agar tidak terlalu
 Menganjurkan ibu untuk istirahat yang kelelahan
cukup, dengan tidur siang minimal 1 jam  Pemantauan selama 2 minggu dilakukan untuk
dan tidur malam 8 jam dapat mengetahui hasil kenaikan LILA ibu
 Melakukan pemantauan selama 2 minggu (Sarwono, 2020)
untuk mendapatkan hasil terjadinya
kenaikan LiLA
Evaluasi asuhan yang diberikan :

Ibu melakukan anjuran bidan untuk menambah asupan gizi dan


merubah pola makan serta mengurangi pantangan makan demi
28
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
1. Pranikah danPrakonsepsi (8 Kasus)
Ttd
Nama Pasien Pembimbing
dan SOAP Klinik dan
No Tanggal Refleksi
Rekam Medis Akademik
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Senin, 12 Ny. N Subjektif :
April 2021 Usia 23 tahun Ibu mengatakan
baru saja menikah 2
minggu yang lalu
dan ingin
merencanakan
kehamilannya
selama 3 bulan ke
depan. Di
lingkungan tempat
tinggal ibu masih
mempercayai
pamali yang
mengharuskan ibu
untuk menghindari
beberapa makanan
tertentu dari
sebelum hamil
hingga menjelang
persalinan. Oleh
karena itu, ibu
selalu pilih-pilih
makanan dan jadwal
makan ibu tidak
teratur. Ibu juga
mengalami
penurunan berat
badan dari bulan
sebelumnya.
Objektif :
KU : baik,
kesadaran :
composmentis, TD :
115/70 mmHg, N :
82 x/mnt, RR :
21x/mnt, S : 36,6oC,
BB : 47 kg, TB :
158 cm. Ukuran
LILA : 22,8 cm
Analisis :
Ny. N usia 23 tahun
prakonsepsi dengan
KEK (Kurang
Energi Kronik)
Penatalaksanaan :
 Memberikan
KIE kepada

29
ibu dan
keluarga
bahwa ibu
harus tetap
makan
makanan yang
bergizi dari
sebelum hamil
sampai
menjelang
persalinan
 Menganjurkan
ibu untuk
makan
makanan yang
bergizi seperti
mengkonsumsi
karbohidrat
(nasi, roti,
gandum,
jagung),
protein (ikan,
telur, daging,
tempe, tahu),
serat (semua
jenis buah dan
sayur), folat
(kacang-
kacangan,
sayuran hijau),
zat besi
(daging merah,
kacang merah,
hati), vitamin
dan kalsium
(semua jenis
buah dan
sayur, susu,
yogurt)
 Menganjurkan
ibu untuk
banyak
minum,
minimal 2 liter
per hari
 Memberikan
makanan
tambahan
berupa biskuit
dan susu

30
 Menganjurkan
ibu untuk
istirahat yang
cukup, dengan
tidur siang
minimal 1 jam
dan tidur
malam 8 jam
 Melakukan
pemantauan
selama 2
minggu untuk
mendapatkan
hasil
terjadinya
kenaikan
LiLA

31
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

1. Prakonsepsi dengan Budaya Masyarakat Sunda Pada Ny. N

Pada hari Senin, tanggal 12 April 2021 Ny. N datang ke PMB Ummi Wartini untuk
merencanakan kehamilannya yang pertama. Ibu mengatakan baru saja menikah 2 minggu
yang lalu dan ingin merencanakan kehamilannya selama 3 bulan ke depan. Ny. N berusia
23 tahun dan suaminya bernama Tn. R yang berusia 26 tahun. Ny. N dan suaminya sama-
sama orang Sunda. Ny. N memiliki pendidikan terakhir SMA sederajat dan aktivitas
sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Adapun suaminya, Tn. R memiliki pendidikan
terakhir SMA sederajat dan bekerja sebagai karyawan swasta di PT Sinar Mas Jakarta
Utara. Ny. N dan suaminya tinggal bersama di Jalan Bougenville No. 18 Kec. Koja Jakarta
Utara.

Di lingkungan tempat tinggal Ny. N masih mempercayai pamali yang mengharuskan


ibu untuk menghindari beberapa makanan tertentu, seperti dilarang makan nanas, telur
ayam, hewan air dan beberapa pamali lainnya dari sebelum hamil hingga menjelang
persalinan. Oleh karena itu, ibu selalu pilih-pilih makanan dan jadwal makan ibu tidak
teratur. Ibu juga mengalami penurunan berat badan dari bulan sebelumnya. Setelah
dilakukan pemeriksaan, keadaan umum Ny. N dalam keadaan baik dan Ny. N memiliki
kesadaran composmentis sehingga bisa diwawancarai. TTV (Tanda-Tanda Vital) Ny. N
dalam batas normal yaitu tekanan darah 115/70 mmHg, nadi 82 x/mnt, pernapasan 21x/mnt,
suhu 36,6oC, berat badan 47 kg, TB : 158 cm, ukuran LILA 22,8 cm.

Dari hasil pemeriksaan, diketahui Ny. N mengalami KEK (Kurang Energi Kronik) dengan
ukuran LILA 22,8 cm.

2. Teori Berdasarkan Kasus

Berdasarkan kasus prakonsepsi pada Ny. N, diketahui ibu masih mempercayai pamali
yang masih berlaku di lingkungan sekitarnya yang berkaitan dengan pantangan makan dari
sebelum hamil hingga menjelang persalinan. Hal ini sangat mempengaruhi gizi ibu

32
prakonsepsi mengingat makanan merupakan sumber gizi yang diperlukan agar ibu sehat
dan pertumbuhan janin optimal.

Selanjutnya, terkait dengan perawatan prakonsepsi dan kehamilan ada beberapa


pendapat diantaranya menurut Proctor (2012) pengetahuan gizi prakonsepsi merupakan
faktor penting dalam mempersiapkan kehamilan yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kekurangan asupan zat gizi selama kehamilan. Pengetahuan mengenai gizi
berperan penting dalam pemenuhan kecukupan gizi seseorang. Tingkat pengetahuan akan
mendorong seseorang memiliki kemampuan yang optimal berupa pengetahuan dan sikap.

Gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat reproduksi seperti lancarnya
proses pematangan telur, produksi sel telur dengan kualitas baik, dan proses pembuahan yang
sempurna. Gizi yang baik juga dapat berperan penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk
tumbuh-kembang janin selama kehamilan. Bagi calon ibu, pemenuhan kebutuhan gizi yang
cukup dan seimbang akan mempengaruhi kondisi kesehatan secara menyeluruh pada masa
konsepsi dan kehamilan serta akan dapat memutuskan mata rantai masalah kekurangan gizi
pada masa kehamilan (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016). Nutrisi penting yang harus di
perhatikan dan dikonsumsi pada masa prakonsepsi adalah makanan yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak sebagai sumber energi, vitamin A, asam folat, vitamin D,
kalsium, besi, serta yodium (Badriah, 2011).

Akibat dari seorang ibu yang mengalami kekurangan gizi yaitu ibu mengalami KEK.
Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan suatu kondisi dimana seorang ibu hamil
menderita kekurangan asupan makanan bergizi yang berlangsung dalam jangka waktu
yang lama (menahun atau kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan dan masalah
kesehatan perempuan, sehingga peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa kehamilan tidak
dapat terpenuhi (Kemenkes, 2015). Dampak dari wanita yang menderita KEK antara lain
dapat mengakibatkan terjadinya anemia, kematian pada ibu saat melahirkan, kematian
janin, bayi berat lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, lahir cacat hingga kematian
pada bayi (Stephanie. 2016).

Agar dapat mencegah dampak dari wanita yang menderita KEK, bidan memberikan
konseling kepada ibu dan keluarga mengenai makanan bergizi dan kaitannya dengan
pantangan makan terhadap gizi ibu prakonsepsi agar ibu dan calon janin tetap sehat.

33
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan, Ny. N mengalami KEK. Setelah bidan memberikan
konseling, terdapat hasil yang dicapai yaitu :
- Ny. N mendapatkan pengetahuan tentang gizi bagi ibu prakonsepsi dalam menyiapkan
kehamilan yang sehat
- Ny. N mengubah perilaku dan pola makannya dengan makan makanan yang bergizi
- Ny. N melakukan anjuran bidan dan mengurangi pantangan makannya

2. Saran
a. Bagi Bidan
Diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan peran sertanya dimasyarakat
dalam memberikan informasi berupa pendidikan kesehatan kepada seluruh wanita
usia subur tentang pentingnya perawatan prakonsepsi, khususnya persiapan ibu WUS
untuk kehamilan sehat dengan mempertimbangkan kebiasaan dan tradisi adat Sunda
dalam memelihara kesehatan dirinya dan bayinya agar lahir sehat.

b. Bagi Klien
Diharapkan dapat menerapkan pengetahuan yang ia terima tentang gizi prakonsepsi
dalam kehidupan sehari-hari agar tidak mengalami KEK (Kurang Energi Kronik)
sehingga klien sehat dan pertumbuhan janinnya kelak menjadi optimal.

c. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil laporan ini merupakan informasi berbasis bukti yang dapat dijadikan sebagai
masukan bagi institusi pendidikan, agar bidan khususnya lulusan profesi bidan dapat
mengintegrasikannya pada pelayanan kebidanan prakonsepsi untuk meningkatkan
edukasi terhadap ibu dalam mempersiapkan kehamilan sehat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Achadi. (2013). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Raja Grafindo, Jakarta.


Amy et al. (2015). Reasons for Intrauterine Device Use, Discontinuation and NonUse in
Malawi: A Qualitative Study of Women and their Partners. African Journal of
Reproductive Health 19 (4): 50 -57.
Backhausen, M. G., Ekstrand, M., Tyden, T., Magnussen, B.K., Shawe, J., Stern, J.,
Hegaard, H.K., (2014). Pregnancy planning and lifestyle prior to conception and
during early pregnancy among Danish women. The European Journal of
Contraception & Reproductive Health Care 19, 57–65.
Chandranipapongse, W., Koren, G. (2013). Preconception counseling for preventable
risks. Canadian Family Physician, 59, pp.737–739.
Farahi dan Zolotor. (2013). Recommendations For Preconception Counseling And Care.
Family Physician, 88(8),499-506
Helen, M. dkk. (2015). Perawatan Prakonsepsi: Perencanaan untuk masa depan. Jurnal
untuk Praktisi Perawat - JNP 335
Hendariningrum, R. (2018). BUDAYA DAN KOMUNIKASI KESEHATAN (STUDI
PANDANGAN KESEHATAN PADA MASYARAKAT SUNDA). Jurnal Lugas Vol. 2,
No. 1, pp. 13 – 19
Jannah, Nurul. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan: Kehamilan. Yogyakarta
Juli dan Herizasyam. (2016). KESIAPAN IBU MENGHADAPI KEHAMILAN DAN
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA. Vol. 3, No. 2, hal : 147-159.
Kamariyah, Nurul., dkk. (2014). Buku Ajar Kehamilan untuk Mahasiswa dan Praktisi
Keperawatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Otoo, P., Habib, H. and Ankomah, A. (2015). Food Prohibitions and Other Traditional
Practices in Pregnancy: A Qualitative Study in Western Region of Ghana. Advances
in Reproductive Sciences, 3(1) 4149. http://dx.doi.org/10.4236/ arsci. 33005
Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Pujiastuti, A. (2014). Konsep Kehamilan Sehat: Upaya Mencetak Generasi Cerdas
Susilowati dan Kuspriyanto. (2016). Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: PT Refika
Aditama.
Yulizawati, lusiana Elsinta Bustami,Ayu Nurdiyan, Detty Iryani, Aldina Ayunda. (2016).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Peer Education Mengenai Skrining
Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur. Vol 1, No 2.

35

Anda mungkin juga menyukai