IDENTITAS MAHASISWA
1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI PROGRAM PROFESI
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN ( STIKES )
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022/2023
2
SAMBUTAN
REKTOR ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
3
KATA PENGANTAR
Fastabiqulkhaerat.
4
METODE BIMBINGAN EVALUASI
STASE Manaj
Laporan TOTAL
CBD BST TutorialK RefleksiK K JournalR OMP DOPS Mini C OSLER OSCE
(COC)
Keterampilan Dasar Praktik
Kebidanan 1 3 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 7
Asuhan Kebidanan pada Pra
1 2 0 1 0 2 1 0 1 0 0 2 10
Nikah dan Pra Konsepsi
Asuhan KebidananKehamilan
2 50 0 1 0 2 4 2 2 1 0 16 80
Asuhan KebidananPersalinan
1 23 1 1 0 1 5 2 2 1 0 2 39
Asuhan Kebidanan Bayi Baru
1 25 1 1 0 2 3 1 1 1 0 9 45
Lahir
Asuhan Kebidanan Nifas 1 60 1 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Asuhan Kebidanan Pada Bayi,
1 61 0 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Balita dan Anak Pra Sekolah
Asuhan Keluarga Berencana
1 10 0 1 0 2 1 1 1 1 0 2 20
dan Pelayanan Kontrasepsi
Asuhan Pada Remaja dan
1 2 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 8
Perimenopause
Asuhan Kebidanan
0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2
berkelanjutan
Asuhan Kebidanan Komunitas
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
Manajemen Pelayanan
Kebidanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
6
STASE IX
ASUHAN REMAJA
DAN
PERIMENOPAUSE
STASE IX
ASUHAN REMAJA DAN PERIMENOPAUSE
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan pengalaman belajar klinik pada mahasiswa dalam lingkup asuhan
kebidanan pada remaja dan perimenopause
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada remaja dan perimenopause secara
holistik, komprehensif dan berkesinambungan yang didukung kemampuan
berpikir kritis, rasionalisasi klinis dan refleksi
b. Mampu melakukan deteksi dini, konsultasi, kolaborasi dan rujukan, didukung
kemampuan berpikir kritis dan rasionalisasi klinis sesuai lingkup asuhan
kebidanan
c. Mampu melakukan KIE, promosi kesehatan dan konseling tentang kesehatan
reproduksi, kehidupan berkeluarga sehat, persiapan menjadi orang tua dan
pengasuhan anak
d. Mampu melakukan pemberdayaan perempuan sebagai mitra untuk
meningkatkan kesehatan perempuan dan anak, perencanaan keluarga sehat
e. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan dan pelapor pelayanan
kebidanan sesuai kode etik profesi ( remaja dan perimenopause)
f. Mampu membuat keputusan secara tepat dalam pelayanan kebidanan
berdasarkan pemikiran logis, kritis, inovatif sesuai dengan kode etik
1 CBD 1
2 BST 2
3 REFLEKSI KASUS 1
4 JOURNAL READING 0
5 OMP 0
6 DOPS 1
7 MINI CEX 2
8 LAPORAN LENGKAP 1
E. PENILAIAN
2. BST
3. BST
4. Refleksi
Kasus
5. DOPS
6. Mini Cex
7. Laporan
Lengkap
TATA TERTIB MAHASISWA DI LAHAN
PRAKTIK ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
A. Sikap
1. Disiplin dalam tugas
2. Kerja sama dengan orang lain sesuai dengan ketentuan institusi
3. Inisiatif dalam bekerja
4. Bertanggung jawab dalam tugas yang diberikan
5. Komunikasi yang baik dengan klien
6. Perhatian dalam bekerja
7. Jujur, sopan dan teliti dalam bekerja
B. Waktu kehadiran
1. Jam 07.30 sampai 14.00 WITA untuk dinas pagi
2. Jam 14.00 sampai 21.00 WITA untuk dinas sore
3. Jam 21.00 sampai 07.30 WITA untuk dinas malam
C. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tempat praktik tanpa seizin
kepala ruangan/pembimbing atau petugas ruangan serta tidak diperkenankan
meninggalkan lokasi/wilayah praktik klinik tanpa seizin C.I institusi
D. Sanksi penggantian dinas praktik diberikan kepada mahasiswa
apabila (disesuaikan oleh lahan) :
1. Izin 1 hari ganti dinas 1 hari
2. Sakit 1 hari ganti dinas 1 hari (harus ada surat keterangan Dokter)
3. Alpa 1 hari ganti dinas 2 hari
4. Bila mahasiswa merusak, menghilangkan alat-alat di ruangan
praktik berkewajiban mengganti alat tersebut
5. Mahasiswa berkewajiban menjaga kebersihan dan kesterilan alat-
alat dan bahan praktik yang dimiliki di lahan praktik
6. Tidak diperkenankan menggunakan alat-alat dan bahan praktik
milik lahan praktik, milik klien dan atau memindahkan tanpa
sepengetahuan kepala ruangan
7. Mahasiswa baik secara pribadi atau kelompok berkewajiban
mengganti alat-alat, bahan-bahan praktik yang hilang atau rusak
selama praktik
8. Mahasiswa hendaknya membawa sendiri alat-alat pemeriksaan fisik
Disusun Oleh :
(Nasrawati 202110084)
A. PENDAHULUAN
…………………………………………………………….15
B. TINJAUAN TEORI ……………………………………………........................17
C. DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT……………..23
D. PEMBAHASAN…………………………………………………………….....26
E. SIMPULAN…………………………………………………………………....31
F. REFERENSI…………………………………………………………………...33
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan terhadap masalah remaja yang mengalami gangguan pola
siklus haid yaitu tidak terjadinya mentruasi selama 3-6 bulan atau lebih pada orang yang
tengah mengalami siklus mentruasi
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui apa itu kesehatan reproduksi
2) Untuk mengetahui apa itu mentruasi, siklus, gangguan dan masalah mentruasi
3) Untuk mengetahui apa itu amenore sekunder, penyebab, gejala, diagnosa dan
pengobatannya
TINJAUAN TEORI
( BERDASARKAN EVIDANCE BASED MIDWEFERY /EBM)
Identitas Pasien :
Nama : Nn.R
Umur : 15 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Segeri
a. Data subyektif
- Nn. R berumur 15 tahun
- Nn. R haid pertama menstruasi umur 13 tahun, siklus menstruasinya ± 30 hari.
Teratur, selama 5 – 6 hari, ganti pembalut 2 -3/hari, sifat darahnya merah segar dan
ada gumpalan, tidak pernah nyeri perut bagian bawah saat menstruasi
- Nn. R mengatakan belum pernah menikah
- Nn. R mengatakan sedang tidak menderita sakit apapun seperti panas, pilek dan
batuk.
- Nn. R mengatakan dari keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
menurun seperti hipertensi, jantung, asma dan riwayat penyakit menular seperti
TBC, hepatitis.
- Nn. R sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan menstruasi.
- Nn. R merasa cemas dengan keadaannya
b. Data Objektif
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. TTV : TD : 110/70 mmHg R: 20x/menit N : 78 x/menit S : 36,4 º C
d. TB : 145 cm e. BB : 38 kg
2. Pemeriksaan Sistematis :
a. Kepala
1) Rambut : Bersih tidak berketombe dan tidak rontok
2) Muka :Tidak pucat, tidak oedem
3) Mata
a) Oedema : Tidak oedema
b) Conjungtiva : Merah muda
c) Sklera : Putih
4) Hidung : Simetris, tidak ada benjolan
5) Telinga :Simetris, tidak ada serumen
6) Mulut/gigi/gusi : tidak stomatitis, tidak berdarah, tidak ada caries.
7) Leher
a) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
b) Tumor : tidak ada benjolan
c) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran
8) Dada dan Axilla
1) Dada
a) Membesar : normal
b) Tumor : tidak ada
c) Simetris : simetris
d) Putting susu : ada kecil
e) Kolostrum : tidak ada
2) Axilla
a) Benjolan : tidak ada
b) Nyeri : tidak ada
9 ) Abdomen
1) Pembesaran hati : tidak ada
2) Benjolan / Tumor :tidak ada
3) Nyeri Tekan : tidak ada
4) Luka Bekas Operasi : tidak ada
i) . Anogenital
1) Vulva vagina
a) Varices : tidak dilakukan
b) Luka : tidak dilakukan
c) Kemerahan : tidak dilakukan
d) Nyeri : tidak dilakukan
e) Pengeluaran pervaginam: tidak dilakukan
2) Inspeculo Portio / Serviks : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan dalam
a) Portio / servik : tidak dilakukan
b) Tumor / Benjolan : tidak dilakukan
c) Nyeri : tidak dilakukan
4) Anus a) Haemoroid : tidak ada haemoroid b) Lain-lain :
tidak ada 5) Ekstremitas
a) Varices : tidak dilakukan
b) Oedema : tidak dilakukan
c) Reflek patella : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Laboratorium : Hb : 14 gr/dl
b. Pemeriksaan Penunjang lain : Pemeriksaan Plano test Negatif
c. USG : Uterus tidak ada kelainan
c. Analisa
Diagnosa Kebidanan : Nn R Umur 15 Tahun, Gangguan siklus Haid sdh 3 bulan tidak
haid
Masalah : Kecemasan yang dialami karena khawatir dengan keadaannya
Kebutuhan : KIE entang gangguan Mentruasi
d. Penatalaksanaan
Tanggal 04 Oktober 2022, Pukul 10..00 WITA
1. Menjelaskan pada pasien dan keluarganya tentang hasil pemeriksaan Tanda-tanda
Vital Normal
Tanda Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/ 70 mmHg
Nadi : 78 x / menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu : 36,4 ° C
Hasil Usg : Uterus tidak ada kelainan
Plano Test : Negatif
2. Memberikan KIE pada pasien mengenaiamenore sekunder, yaitu:
Amenore sekunder secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi
selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan berturutturut pada wanita yang
sebelumnya mengalami menstruasi. Amenores sekunder disebabkan karena
malnutrisi, keadaan emosional (stress), perubahan lingkungan, dan beberapa
penyakit organ reproduksi lainnya, gangguan hormonal, terdapat tumor alat
kelamin
atau terdapat penyakit menahun.
Hasil : klien mengerti tentang apa itu amenore sekunder
3. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
Hasil : klien akan istirahat minimal 1 jam siang hari, malam kirakira 8 jam
4. Memberikan support mental pada pasien untuk mengurangi kecemasan
Hasil : klien merasa tenang
5. Menganjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai anjuran bidan, yaitu
terapi obat pil KB progesteron (minipil) 1x1 75 mg selama 3 siklus.
Hasil : klien akan minum obat sesuai anjuran
PEMBAHASAN
Pembahasan makalah ini yaitu membandingkan kesenjangan antara teori dan praktek
berkaitan dengan Asuhan Kebidanan Remaja pada Nn. R Umur 15 Tahun dengan Amenore
Sekunder di Pkm Segeri . Kesenjangan-kesenjangan yang diberikan juga memerlukan
pemecahan masalah, adapun pemecahan masalahnya dilakukan dengan melaksanakan
asuhan kebidanan sebagai salah satu cara yang dilakukan oleh bidan dalam menangani
masalah kebidanan. Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan ternyata tidak
ditemukan beberapa perbedaannya dari segi diagnosa atau masalah yang timbul pada
tinjauan pustaka dan kasus. Sehingga dapat diuraikan pembahasan dengan menggunakan
manajemen kebidanan 7 langkah Varney yang dirumuskan sebagai berikut :
Langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara anamnesa dan pemeriksaan fisik (Soepardan, 2008). a. Data subjektif Data subjektif
adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Pada kasus yang amenore sekunder, maka pengkajian ditujukan pada pemeriksaan
ginekologi (Nursalam, 2009).
Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan gejala-gejala
amenore sekunder, yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari
tiga bulan (Manuaba, 2007). Pada kasus amenore sekunder bisa terjadi penurunan atau
peningkatan berat badan dan merasakan pusing (Nugroho dan Utama, 2014). Pada kasus
didapatkan data nama pasien Nn. R Umur 15 tahun. Keluhan utama Nn. R mengatakan
sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan menstruasi dan Nn. R mengalami penurunan berat
badan dan tidak mengalami pusing. Sehingga dapat disimpulkan ada kesenjangan antara
teori dan kasus yaitu tidak adanya keluhan pusing. Data objektif adalah data yang
sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).Data
objektif pada kasus amenore sekunder yaitu: 1) Denyut jantung yang cepat 2) Kulit yang
hangat dan lembab 3) Pada kasus amenore bisa terjadi penurunan atau kenaikan berat badan
(Nugroho dan Utama, 2014). 4) Abdomenpada kasus amenore sekunder adanya nyeri tekan
pada sympisis (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 5) Genetalia pada kasus amenore
sekunderdidapatkan vagina kering (Nugroho dan Utama, 2014). 6) Pemeriksaan dalam pada
kasus amenore sekunderadannya masa dalam ovarium dan uterus serta adanya nyeri
(Varney, 2007) Pada kasus Nn. R didapatkan adanya penurunan berat badan yaitu berat
badan 38 dan tidak ada pengeluaran pervaginam. Sehingga pada data objektif ini dapat
disimpulkan terjadi kesenjangan antara teori dan praktik yaitu tidak ada denyut jantung
yang cepat, kulit yang hangat dan lembab, abdomenadanya nyeri tekan, pemeriksaan dalam
pada kasus amenore sekunderadannya masa dalam ovarium dan uterus serta adanya nyeri.
Interpretasi data merupakan indentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.
Ketiganya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa
tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien
(Soepardan, 2008). a. Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkungan praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan
yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang.
menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Nn. x
umur ... tahun dengan amenore sekunder. Pada kasus didapatkan data Nn. R Umur 15 tahun
dengan amenore sekunder Masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Menurut Nugroho dan Utama, 2014), amenore sekunder masalah yang
dihadapi pasien yaitu cemas. Masalahpada kasus Nn. R mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya. Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum tendentifikasi
dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Varney,
2007), Menurut Manuaba (2007), kebutuhan yang diberikan yaitu dorongan moril dan
kebutuhan konseling informasi education (KIE).Pada kasus Nn. R kebutuhan yaitu KIE
tentang gangguan menstruasi. Sehingga langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori
dan praktik.
Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Soepardan,
2008). Menurut Arwini (2013), diagnosa potensial yang muncul pada kasus amenore
sekunderyaitu dapat menyebabkan gangguan kesuburan atau infertil. Pada kasus Nn. R
diagnosa potensial yang terjadi yaitugangguan kesuburan atau infertilitas, sehingga langkah
ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di lahan.
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi pasien (Soepardan, 2008). Menurut Nugroho dan Utama (2014), pada kasus
amenore sekunderantisipasi yang diberikan yaitu pemberian terapi yang mengandung
progesteron. Pada kasus asuhan pada Nn. R dengan amenore sekunder yaitu Pemberian
terapi hormonal yaitu terapi obat pil KB progesteron (mini pil) 1x1 75 mg selama 3
siklus.Sehingga pada langkah antisipasi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
Menurut Soepardan (2008), langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidenfikasi atau diantisipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi
pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan. Perencanaan yang akan diberikan menurut
Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi : observasi keadaan umum, perbaikan asupan
gizi, Pengurangan berat badan pada wanita obesitas, pemberian tiroid pada wanita dengan
hipotiroid, pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais, pemberian
estrogen dan progesteron. Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 04 Oktober
pukul 09.00 ,yaitu: a. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan. b. Berikan KIE pada
pasien mengenai amenore sekunder. c. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup. d.
Berikan support mental pada pasien untuk mengurangi kecemasan. e. Anjurkan pada pasien
untuk meminum terapi obat sesuai anjuran bidan. f. Anjurkan pasien untuk kunjungan ulang
10 hari lagi atau jika ada keluhan. Sehingga pada langkah rencana tindakan ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktikyaitu pada pemberian KIE tentang amenore
sekunderagar klien mengerti keadaan yang sedang dialami dan pemberian terapi
progesteron. Karena estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki
endometrium yang robek. Progesteron berfungsi untuk menyebabkan endometrium
mengering dan robek sehingga menyebabkan terjadinya menstruasi.
Menurut Soepardan (2008), padalangkah ini merencanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembalikan
dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan, serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga
setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien,
agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena pasien juga akan melaksanakan rencana
tersebut. Tanggal 04 Oktober 2022 pada kasus amenore sekunder pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Sehingga pada langkah pelaksanaan tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik
SIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. R Umur 15 Tahun
dengan amenore sekunder di Puskesmas Segeri maka kesimpulan dan saran sebagai
berikut: A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada tanggal 04 Oktober 2022 langkah pertama dikumpulkan semua
informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien pada kasus didapatkan data nama pasien Nn. R Umur 15 tahun. Keluhan
utama Nn. R mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan menstruasi dan
merasa cemas dengan keadaannya. data objektif didapatkan pemeriksaan anogenital
didapatkan tidak ada pengeluaran pervaginam dan pemeriksaan PP test negatif
2. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu didapatkan data Nn. R Umur 15
tahun dengan amenore sekunder. Masalah Nn. R mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya. Pada kasus Nn. R kebutuhan yaitu KIE tentang gangguan menstruasi.
3. Diagnosa Potensial tidak terjadi dikarenakan segera dilakukan penanganan yang tepat
4. Antisipasi pada Nn. R dengan amenore sekunder yaitu Pemberian terapi hormonal
yaitu terapi obat pil KB progesteron (mini pil) 1x1 75 mg selama 3 siklus
5. Rencana Tindakan Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 04 Oktober 2022
pukul 10.00 WITA, Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan, berikan KIE
pada pasien mengenai gangguan, berikan KIE pada pasien mengenai amenore
sekunder, anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, berikan support mental pada
pasien untuk mengurangi kecemasan, anjurkan pada pasien untuk meminum terapi
obat sesuai anjuran bidan, anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau
jika ada keluhan.
6. Pelaksanaan Tanggal 04 Oktober 2022 Pada kasus amenore sekunder pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
7. Evaluasi tanggal 04 oktober 2022 Pada kasus pasien dengan amenore sekunder yang
adalah keadaan umum ibu baik, kecemasan berkurang,
REFERENSI
Ambarwati, E.R & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta : Mitra
Cendikia
Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Arwini, A.E, 2013. Hubungan Konsumsi Fitoestrogen Dengan Siklus Menstruasi Pada
Siswi Di Smk Negeri 3 Pare-Pare.
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5516/Jurnal.pdf. diakses tanggal 24
November 2014
Fansia, 2011. Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan Stasis Darah
Dengan Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit (Curcuma Domestica
Val.)adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s1-2012-maslihahla-24203-fk-pt16 diakese
tanggal 3 November 2015
Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan
dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba, I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
Merin, 2012. Amenorrhea: Cytogenetic Studies and Beyond.
core.ac.uk/download/pdf/12348799.pdf. diakses 24 November 2015
Nasir dkk, 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Norwitz dan Schorge, 2008. At ag Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Erlangga
REFLEKSI KASUS
1. Deskripsi : Seorang remaja putri usia 15 tahun mengalami amenore sekunder. Remaja
mempunyai aktivitas fisik yang lebih seperti kuliah, dinas, mengerjakan tugas setiap hari,
begadang, dan kurang olahraga, karena faktor kecapaian, stress menimbulkan perubahan
hormonal sehingga mempengaruhi siklus haid.
Yang menarik dari kasus tersebut adalah:
Mengapa sampai terjadi amenore sekunder?
Bagaimana cara mengurangi/mengatasi amenore sekunder pada remaja?
Bagaimana dampak amenore sekunder terhadap aktivitas fisik?
Bagaimana mengubah pola pikir remaja agar bisa berperilaku hidup sehat?
2. Emosi Pribadi Terhadap Kasus
Saya puas dapat melakukan asuhan pada remaja dari berbagai aspek sehingga dapat
mengetahui permasalahan-permasalahan remaja supaya bisa memberi penanganan yang
holistik.
Perasaan yg tidak menyenangkan: Saya kecewa kasus seperti ini banyak terjadi pada
kesehatan reproduksi perempuan dan tampaknya upaya promosi dan preventif terkait
amenore sekunder kurang dipahami oleh remaja.
3. Evaluasi
Mampu melakukan pengkajian mendalam pada klien sehingga klien mampu
mengungkapkan permasalahan yang ada sehingga permasalahan bisa diketahui. Dengan
demikian diharapkan permasalahan dapat ditangani sebaik-baiknya.
Pengalaman yang buruk: tidak mampu melakukan pemeriksaan menyeluruh termasuk
pemeriksaan penunjang karena keterbatasan peralatan
4. Analisis
Mengapa perlu pendidikan terkait gaya hidup pada remaja?
Bagaimana cara edukasi kepada remaja untuk mendukung penanganan amenore
sekunder pada remaja
5. Kesimpulan
Asuhan kebidanan yang diberikan kurang lengkap. Perlu tindakan kolaboratif untuk
pengkajian pemeriksaan penunjang
Teknik asuhan yang tepat untuk pasien ini adalah perawatan diri terhadap gaya hidup
(konsumsi makanan dan aktivitas fisik)
6. Tindak Lanjut
Pendampingan remaja dan Konseling remaja