Anda di halaman 1dari 35

BUKU LOGBOOK PRAKTIK PROFESI

STASE REMAJA DAN PERIMENOPAUSE

IDENTITAS MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI

Nama Mahasiswa : Nasrawati


NIM : 202110084
Tempat / Tanggal Lahir : Bontomatene/ 15 April 1979
No.Hp : 085242366454
Email : nasrawati751@yahoo.co.id
Alamat : Bontomatene

1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI PROGRAM PROFESI
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN ( STIKES )
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022/2023

2
SAMBUTAN
REKTOR ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

Dengan senantiasa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah


SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya jualah maka Logbook Praktik
Stase Remaja dan Perimenopause Program studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi STIKES Muhammadiyah Sidenreng Rappang tahun
2022/2023 dapat diselesaikan.
Kami haturkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas
kerjasama dalam melaksanakan tugas – tugas ini dengan baik
Harapan kami dengan Kepada semua pihak yang telah berjasa
dalam penyusunan loogbook ini, sekali lagi diucapkan terima kasih. Dan
marilah kita berkomitmen untuk memajukan Pendidikan Tinggi ITKES
Muhammadiyah Sidrap dengan menjadi bagian penting dalam
Peningkatan Sumber Daya Manusia yang islami dan berkemajuan.

Pangkajene, 11 Zulhijjah 1443 H 20


Juli 2022 M
Rektor,

DR.Muhammad Tahir, SKM.,M. Kes


NBM. 1069207

3
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena


atas izin-Nya jualah maka Logbook Praktik Stase Remaja dan
Perimenopause . Program studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
STIKES Muhammadiyah Sidenreng Rappang tahun 2022 - 2023 dapat
diselesaikan.
Kami sadar bahwa apa yang terkandung dalam pedoman ini belum

tersaji dengan optimal, sehingga perlu kritik dan saran demi

tersempurnanya pedoman ini.

Jazakumullahu khairan katsiran.

Fastabiqulkhaerat.

Sidrap, 20 Agustus 2022


Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Bidan ITKes Muhammadiyah
Sidrap

Wilda Rezki Pratiwi, S.ST., M. Kes


NIDN : 0906129

4
METODE BIMBINGAN EVALUASI
STASE Manaj
Laporan TOTAL
CBD BST TutorialK RefleksiK K JournalR OMP DOPS Mini C OSLER OSCE
(COC)
Keterampilan Dasar Praktik
Kebidanan 1 3 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 7
Asuhan Kebidanan pada Pra
1 2 0 1 0 2 1 0 1 0 0 2 10
Nikah dan Pra Konsepsi
Asuhan KebidananKehamilan
2 50 0 1 0 2 4 2 2 1 0 16 80
Asuhan KebidananPersalinan
1 23 1 1 0 1 5 2 2 1 0 2 39
Asuhan Kebidanan Bayi Baru
1 25 1 1 0 2 3 1 1 1 0 9 45
Lahir
Asuhan Kebidanan Nifas 1 60 1 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Asuhan Kebidanan Pada Bayi,
1 61 0 1 0 2 5 2 2 1 0 20 95
Balita dan Anak Pra Sekolah
Asuhan Keluarga Berencana
1 10 0 1 0 2 1 1 1 1 0 2 20
dan Pelayanan Kontrasepsi
Asuhan Pada Remaja dan
1 2 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 8
Perimenopause
Asuhan Kebidanan
0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2
berkelanjutan
Asuhan Kebidanan Komunitas
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
Manajemen Pelayanan
Kebidanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2

TOTAL 10 236 3 8 4 13 24 15 13 6 0 76 405

6
STASE IX

ASUHAN REMAJA
DAN
PERIMENOPAUSE
STASE IX
ASUHAN REMAJA DAN PERIMENOPAUSE

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan pengalaman belajar klinik pada mahasiswa dalam lingkup asuhan
kebidanan pada remaja dan perimenopause
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada remaja dan perimenopause secara
holistik, komprehensif dan berkesinambungan yang didukung kemampuan
berpikir kritis, rasionalisasi klinis dan refleksi
b. Mampu melakukan deteksi dini, konsultasi, kolaborasi dan rujukan, didukung
kemampuan berpikir kritis dan rasionalisasi klinis sesuai lingkup asuhan
kebidanan
c. Mampu melakukan KIE, promosi kesehatan dan konseling tentang kesehatan
reproduksi, kehidupan berkeluarga sehat, persiapan menjadi orang tua dan
pengasuhan anak
d. Mampu melakukan pemberdayaan perempuan sebagai mitra untuk
meningkatkan kesehatan perempuan dan anak, perencanaan keluarga sehat
e. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan dan pelapor pelayanan
kebidanan sesuai kode etik profesi ( remaja dan perimenopause)
f. Mampu membuat keputusan secara tepat dalam pelayanan kebidanan
berdasarkan pemikiran logis, kritis, inovatif sesuai dengan kode etik

B. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Waktu Praktik : 03 s/d 15 Oktober 2022
Tempat : UPT Puskesmas Segeri
Bagian : Poli GSR
C. KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI
1. Pemeriksaan fisik tumbuh kembang remaja
2. Anamnesis riwayat mentruasi
3. Promosi dan edukasi dalam bidang kesehatan reproduksi remaja
4. Ketidaknyamanan umum pada masa perimenopause
5. Masalah seksual pada perimenopause
6. Skrining dan pencegahan Ca serviks dan Ca Mamae pada perempuan diseluruh
rentang usia
D. TARGET

1 CBD 1
2 BST 2
3 REFLEKSI KASUS 1
4 JOURNAL READING 0
5 OMP 0
6 DOPS 1
7 MINI CEX 2
8 LAPORAN LENGKAP 1

E. PENILAIAN

CBD, BST, REFLEKSI KASUS DOPS, MINI CEX, DAN LAPORAN


No Target Tanggal Catatan Nilai
Stase Pelaksanaan
1. CBD

2. BST

3. BST

4. Refleksi
Kasus

5. DOPS

6. Mini Cex

7. Laporan
Lengkap
TATA TERTIB MAHASISWA DI LAHAN
PRAKTIK ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

A. Sikap
1. Disiplin dalam tugas
2. Kerja sama dengan orang lain sesuai dengan ketentuan institusi
3. Inisiatif dalam bekerja
4. Bertanggung jawab dalam tugas yang diberikan
5. Komunikasi yang baik dengan klien
6. Perhatian dalam bekerja
7. Jujur, sopan dan teliti dalam bekerja
B. Waktu kehadiran
1. Jam 07.30 sampai 14.00 WITA untuk dinas pagi
2. Jam 14.00 sampai 21.00 WITA untuk dinas sore
3. Jam 21.00 sampai 07.30 WITA untuk dinas malam
C. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tempat praktik tanpa seizin
kepala ruangan/pembimbing atau petugas ruangan serta tidak diperkenankan
meninggalkan lokasi/wilayah praktik klinik tanpa seizin C.I institusi
D. Sanksi penggantian dinas praktik diberikan kepada mahasiswa
apabila (disesuaikan oleh lahan) :
1. Izin 1 hari ganti dinas 1 hari
2. Sakit 1 hari ganti dinas 1 hari (harus ada surat keterangan Dokter)
3. Alpa 1 hari ganti dinas 2 hari
4. Bila mahasiswa merusak, menghilangkan alat-alat di ruangan
praktik berkewajiban mengganti alat tersebut
5. Mahasiswa berkewajiban menjaga kebersihan dan kesterilan alat-
alat dan bahan praktik yang dimiliki di lahan praktik
6. Tidak diperkenankan menggunakan alat-alat dan bahan praktik
milik lahan praktik, milik klien dan atau memindahkan tanpa
sepengetahuan kepala ruangan
7. Mahasiswa baik secara pribadi atau kelompok berkewajiban
mengganti alat-alat, bahan-bahan praktik yang hilang atau rusak
selama praktik
8. Mahasiswa hendaknya membawa sendiri alat-alat pemeriksaan fisik

E. Ketentuan Pakaian Praktik


1. Pada saat melakukan praktik, mahasiswa harus menggunakan
pakaian praktik lengkap (putih-putih) dengan atribut, sepatu
putih dan berpenampilan rapi, bersih dan sopan
2. Menggunakan atribut :
a. Papan nama di sebelah kanan
b. Lencana (Logo) di sebelah kiri
3. Tidak diperkenankan memakai training spak (baju olahraga)
saat melakukan praktik kecuali persetujuan pihak lahan
4. Tidak diperkenankan memakai perhiasan kecuali jam tangan
(yang memakai jarum detik) saat melakukan praktik.
Demikianlah buku pedoman ini disusun sebagai acuan dalam
mencapai target yang telah ditetapkan. Semoga bermanfaat

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)


STASE REMAJA DAN PERIMENOPAUSE
JUDUL KASUS
ASUHAN KEBIDANAN REMAJA PADA Nn.R UMUR 15 TAHUN
DENGAN AMENORE SEKUNDER DI POLI GSR
UPT PUSKESMAS SEGERI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Preseptor Pembimbing Pendidikan : St.Nurbaya, S.Tr.Keb, M.Keb

Disusun Oleh :
(Nasrawati 202110084)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022/2023
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN
…………………………………………………………….15
B. TINJAUAN TEORI ……………………………………………........................17
C. DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT……………..23
D. PEMBAHASAN…………………………………………………………….....26
E. SIMPULAN…………………………………………………………………....31
F. REFERENSI…………………………………………………………………...33
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah upaya


kesehatan pada umumnya tercapai. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya (Yanti, 2011).
Wanita rentan terhadap penyakit yang menyerang organ reproduksinya.
Kebanyakan wanita, sangat malu dan tertutup untuk berkonsultasi secara langsung
mengenai kesehatan pribadinya. Faktor lain pun dikarenakan biaya untuk pemeriksaan ke
dokter spesialis cenderung mahal. Ada juga yang tidak mempedulikan gejala yang
muncul, dan ketika kondisi sudah memburuk dan memerlukan penanganan yang ekstra,
dokter spesialis menjadi tujuan akhir (Revina dan Susanti, 2014).
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus menstruasi normal yang
terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami
perubahan, terutama bila menstruasi menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur,
lebih sering atau tidak menstruasi sama sekali, bahkan bisa disertai nyeri. Diharapkan
semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur, namun hampir semua wanita
pernah mengalami gangguan menstruasi selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat
berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja,
reproduksi dan klimakterium (Sari, 2014)
Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada populasi wanita usia 18 –
50 tahun mengalami gangguan pada siklus menstruasinya. Menurut hasil penelitian,
pelajar lebih sering mengalami gangguan siklus menstruasi (Oktavia, 2010).
Menstruasi yang tidak teratur pada masa 3- 5 tahun setelah menarche dan
pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan yang lazim
dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi (umur 20-40 tahun), Menstruasi yang tidak teratur
bukan merupakan keadaan yang lazim, karena selalu dihubungkan dengan keadaan
abnormal (Sari, 2014). Gangguan Menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa
reproduksi dapat digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan dalam banyaknya darah
dan lamanya perdarahan pada Menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan
hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea), perdarahan
diluar haid (metroragia), dan gangguan lain yang ada hubungan dengan haid
(premenstrual tension, mittelschmerz, Dismenorea) (Sari, 2014)
Menstruasi normal terjadi setiap 22 – 35 hari selama 2 – 7 hari. Terdapat gangguan
menstruasi yang sering muncul, yaitu dismenore (nyeri menstruasi), amenore (tidak
menstruasi) dan sindrom pra menstruasi (Syafrudin, dkk, 2011). Angka kejadian amenore
sekunder berkisar antara 1 – 5% (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Penyebab amenore dapat dikategorikan sebagai berikut yaitu cacat fungsional atau
anatomi hipotalamus atau hipofisis, cacat anatomis atau fungsional dari uterus atau
ovarium atau cacat genetik (Merin dkk, 2012)
Amenore primer umumnya mempunyai sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk
diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainankelainan genetik. Amenore
sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita,
seperti gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, stres (di rumah, sekolah, atau
tempat kerja), latihan fisik yang melelahkan, dan gangguan gizi dimana berat badan
rendah untuk tinggi badan (IMT kurang) (Sari, 2014).
Peran Bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu melakukan
penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut pada remaja, dengan
berperilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan seperti perbaikan gizi,
kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, mengurangi berat badan pada wanita
dengan obesitas, olah raga, dan konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu khususnya
sebagai remaja juga harus dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk menjaga
kesehatan reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan melahirkan
generasi kehidupan (Syafrudin, dkk, 2011). Beberapa penyebab menstruasi mengalami
penyimpangan yang akibatnya perempuan bisa menderita anemia hingga kurang subur.
Gangguan menstruasi dapat berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur menjadi
pertanda bahwa seseorang kurang subur (infertil) (Arwini, 2013).

2. Tujuan

a. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan terhadap masalah remaja yang mengalami gangguan pola
siklus haid yaitu tidak terjadinya mentruasi selama 3-6 bulan atau lebih pada orang yang
tengah mengalami siklus mentruasi
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui apa itu kesehatan reproduksi
2) Untuk mengetahui apa itu mentruasi, siklus, gangguan dan masalah mentruasi
3) Untuk mengetahui apa itu amenore sekunder, penyebab, gejala, diagnosa dan
pengobatannya
TINJAUAN TEORI
( BERDASARKAN EVIDANCE BASED MIDWEFERY /EBM)

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi berasal dari re yang artinya kembali dan kata produksi yang
artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya (Yanti,
2011). Menurut International Conference on Population and Development (ICPD)
(1994), kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara
fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebars dari penyakit atau kecacatan dalam segala
hal yang terkait dengan sistem fungsi serta proses reproduksi (Yanti, 2011) b. Gangguan
dan Masalah Gangguan Reproduksi Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya
siklus haid normal yang terjadi secara periodik. Masalah gangguan pada gangguan
reproduksi, yaitu:
1) Infertilitas
Infertilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang wanita tidak mempunyai
kemampuan untuk mengandung sampai melahirkan bayi hidup setelah setahun
melakukan hubungan seksual yang teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi
apapun setelah memutuskan untuk mempuyai anak (Noviana dan Wilujeng, 2014).
2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu masalah kesehatan, sosial dan
ekonomi yang terjadi di banyak negara dan merupakan salah satu jalan masuknya
HIV. Infeksi Menular Seksual (IMS) memberikan pengaruh besar dalam
pengendalian HIV AIDS (Noviana dan Wilujeng, 2014)
. 3) Gangguan menstruasi Menurut Varney (2007), gangguan menstruasi terdiri dari :
a) Amenore Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam
sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa.
b) Dismenorhoe Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut
bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.
c) Menoragia Merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang pada
awalnya berada dibawah label perdarahan uterus difungsional.
d) Metroragia Apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika
terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi.
e) Oligomenore Aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.
f) Sindrom pramenstruasi Perubahan siklik fisik, fisiologi, dan perilaku yang
mencerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir pada semua wanita beberapa
waktu antara menarche dan menopause.
2. Menstruasi
a. Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh
sebagian besar wanita usia reproduktif (Norwitz dan Schorge, 2008).
b. Siklus Menstruasi Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), siklus menstruasi
terdiri dari 4 fase, yaitu:
1) Fase menstruasi, yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi
bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga
karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan
hormon dalam darah menjadi tidak ada.
2) Fase proliferasi/fase folikuler ditandai dengan menurunnya hormon progesteron
sehingga memicu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang
folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali.
Sel folikel berkembang menjadi folikel de graff yang masak dan menghasilkan
hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dan hipofisis. Estrogen dapat
menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang
robek.
3) Fase ovulasi/fase luteal, ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel
ovum pada hari ke-14 sesudah mesntruasi 1. Sel ovum yang matang akan
meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus
luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang
berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh
darah.
4) Fase pasca ovulasi/fase sekresi ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan
menghilang dan berubah mejadi corpus albicans yang berfungsi untuk
menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif
mensrekresikan FSH dan LH. Terhentinya sekresi progesteron maka penebalan
dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium
mengering dan robek dan terjadilah menstruasi.
c. Gangguan dan masalah menstruasi
1) Kelainan siklus menstruasi meliputi:
a) Polimenore atau epimenoragia
Polimenore atau epimenoragia yaitu siklus menstruasi yang lebih
memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan
relatif sama atau lebih banyak dari biasa (Kumalasari dan Andhyantoro,
2012).
b) Oligomenore
Oligomenore adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 har,
sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.
c) Amenore
Amenore adalah keadaan tidak datang menstruasi selama tiga bulan
berturut-
2) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya menstruasi
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), Kelainan dalam banyaknya darah
dan lamanya menstruasi, yaitu:
a. Hipermenore atau menoragia
Hipermenore adalah perdarahan menstruasi lebih banyak dari normal (lebih
dari 80 ml) atau lebih dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan
bekuan darah sewaktu menstruasi.
b. Hipomenore
Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau lebih
kurang dari biasa
3) Perdarahan di luar haid Mentroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan
tidak ada hubungannya dengan haid. Pada metroragia haid terjadi dalam waktu
yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit
4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi
a) Pre Menstrual Syndrome (PMS) Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah
ketegangan sebelum menstruasi bahkan sampai menstruasi berlangsung.
Terjadi karena ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron
menjelang menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
b) Mastodinia atau Mastalgia Mastodinia atau Mastalgia adalah rasa tegang pada
payudara menjelang menstruasi.
c) Dismenorea Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan
terjadi selama menstruasi (Nugroho dan utama, 2014)
d. Penyebab gangguan menstruasi Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), penyebab
gangguan menstruasi, yaitu:
1) Fungsi hormon terganggu Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang
diatur oleh otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan
mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem
pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi akan terganggu.
2) Kelainan sistemik Keadaan seseorang yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus.
Hal ini bisa mempengaruhi siklus menstruasi karena sistem metabolisme di
dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik atau menderita penyakit diabetes juga
akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus menstruasi tidak teratur.
3) Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh karena stress tubuh
jadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga
metabolismenya terganggu.
4) Kelenjar gondok Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi
penyebab tak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi
kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah
(hipotiroid) sehingga sistem hormonal tubuh ikut terganggu
5) Hormon prolaktin berlebihan Produksi hormon prolaktin ini sering kali membuat
menstruasi tak kunjung datang karena memang hormon ini menekan tingkat
kesuburan
3. Amenore Sekunder
a. Pengertian
Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih
dari tiga bulan (Manuaba, 2007). Amenore sekunder atau Jing-Bi adalah keadaan tidak
haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2011). Amenore sekunder ( SA )
secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi selama lebih dari 3 interval
siklus atau 6 bulan berturut-turut pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi
(Merin dkk, 2012).
b. Etiologi
Menurut Fansia (2011), penyebab amenore dapat fisiologik, endokrinologik, atau
organik, atau akibat gangguan perkembangan. Amenore dalam ilmu TCM (Traditional
Chinese Medicine) disebut sebagai Jing-Bi disebabkan karena malnutrisi, keadaan
emosional (stress), perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit organ reproduksi
lainnya Sedangkan menurut Manuaba (2007), penyebabnya kemungkinan gangguan
gizi dan metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin atau terdapat
penyakit menahun. Menurut Syafrudin dkk (2011), penyebab amenore diakibatkan
oleh beberapa keadaan seperti hipotensi, anemia, infeksi, atau kelemahan kondisi
tubuh secara umum. Selain itu bisa juga disebabkan oleh stres psikologis
c. Gejala
Gejala Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala amenore bervariasi tergantung
kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka
tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan akan
ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah kadar
hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat,
kecemasan, kulit yang hangat dan lembab. Sindroma cushing menyebabkan wajah
bulat (moon face), perut buncit dan lengan serta tungkai yang kurus.
Gejala lain yang mungkin ditemukan, yaitu:
1) Sakit kepala
2) Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui.
3) Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
4) Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
5) Vagina yang kering
6) Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti pola pria),
perubahan suara dan perubahan ukuran payuara.
d. Diagnosa
Menurut Nugroho dan Utama (2014), diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil
pemeriksaan fisik dan usia penderita. Pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu:
1) Biopsi endometrium
2) Progestin withdrawal
3) Kadar prolaktin
4) Kadar hormone
5) Tes fungsi tiroid
6) Tes kehamilan
7) Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan TSH
(Thyroid Stimulating Hormone).
8) Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom.
9) CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)
e. Pengobatan
Menurut Nugroho dan Utama (2014), pengobatan tergantung kepada penyebabnya.
1) Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas,
penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.
2) Jika penyebannya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk
menguranginya
3) Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi dan semua
hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk
memantau perkembangan pubertasnya. Untuk merangsang menstruasi bisa
diberikan progesteron. Untuk merangsan perubahan pubertas pada anak
perempuan yang payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan
ketiaknya belum tumbuh bisa diberikan estrogen.
4) Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk mengangkat
tumor tersebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam otak biasanya diobati
dengan bromokriptin untuk mencegah pelepasan prolaktin yang berlebihan oleh
tumor. Bila perlu bisa dilakukan pengangkatan tumor. Terapi penyinaran
biasanya baru dilakukan jika pemberian obat ataupun pembedahan tidak berhasil.
Menurut Fansia (2011), amenore sekunder tersebut dapat ditangani dengan:
1) Kombinasi terapi akupunktur dengan prinsip meningkatkan sirkulasi Qi,
menghilangkan stasis darah, dan memulihkan siklus menstruasi. Terapi
akupunktur dilakukan dalam 5 kali perawatan dengan merangsang titik-titik
akupunktur yaitu Zhongji (CV 3), Diji (SP 8), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6),
Taichong (LV 3), Fenglong (ST 40), dan Guanyuan (CV 4).
2) Selain itu, pasien juga mendapat terapi herbal yaitu kunyit yang memiliki efek
estrogenik. Dalam pemberian herbal kunyit ditambahkan asam kawak yang
kemungkinan dapat memperkuat efek peluruh haid, dan madu yang memiliki
kandungan vitamin dan mineral. Pemberian herbal kunyit diberikan dalam bentuk
dekokta (rebusan) kunyit asam dengan dosis kunyit sebanyak 21 gr, asam kawak
5 gr, madu 3 sdm, dan garam secukupnya, kemudian direbus dalam 750 mL air,
lalu dijadikan 600 mL. Rebusan tersebut diminum 3 kali sehari @ 200 mL.
3) Pada pasien juga dilakukan upaya perbaikan gizi dengan pemberian susu kedelai
sebanyak 30 gr yang dicampur dengan air hangat sebanyak 240 mL dan
pemberian rebusan air kacang hijau dengan dosis kacang hijau sebanyak 30 gr
dalam 300 mL air, lalu dijadikan 240 mL. Kedelai dan kacang hijau memiliki
efek estrogenik. Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi :
1) Observasi keadaan umum
2) Perbaikan asupan gizi
3) Pengurangan berat badan pada wanita obesitas
4) Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid
5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
6) Pemberian estrogen dan progesteron
DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA PADA Nn “R” DENGAN


AMENORE SEKUNDER DI PUSKESMAS SEGERI
TANGGAL 04 OKTOBER 2022

Tanggal Pengkajian : 04 Oktober 2022


Pukul : 09.00 WITA
Tempat Pengkajian : UPT Puskesmas Segeri Poli GSR
Nama Mahasiswa : Nasrawati
NIM : 202110084

Identitas Pasien :
Nama : Nn.R
Umur : 15 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Segeri

a. Data subyektif
- Nn. R berumur 15 tahun
- Nn. R haid pertama menstruasi umur 13 tahun, siklus menstruasinya ± 30 hari.
Teratur, selama 5 – 6 hari, ganti pembalut 2 -3/hari, sifat darahnya merah segar dan
ada gumpalan, tidak pernah nyeri perut bagian bawah saat menstruasi
- Nn. R mengatakan belum pernah menikah
- Nn. R mengatakan sedang tidak menderita sakit apapun seperti panas, pilek dan
batuk.
- Nn. R mengatakan dari keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
menurun seperti hipertensi, jantung, asma dan riwayat penyakit menular seperti
TBC, hepatitis.
- Nn. R sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan menstruasi.
- Nn. R merasa cemas dengan keadaannya

b. Data Objektif
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. TTV : TD : 110/70 mmHg R: 20x/menit N : 78 x/menit S : 36,4 º C
d. TB : 145 cm e. BB : 38 kg
2. Pemeriksaan Sistematis :
a. Kepala
1) Rambut : Bersih tidak berketombe dan tidak rontok
2) Muka :Tidak pucat, tidak oedem
3) Mata
a) Oedema : Tidak oedema
b) Conjungtiva : Merah muda
c) Sklera : Putih
4) Hidung : Simetris, tidak ada benjolan
5) Telinga :Simetris, tidak ada serumen
6) Mulut/gigi/gusi : tidak stomatitis, tidak berdarah, tidak ada caries.
7) Leher
a) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
b) Tumor : tidak ada benjolan
c) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran
8) Dada dan Axilla
1) Dada
a) Membesar : normal
b) Tumor : tidak ada
c) Simetris : simetris
d) Putting susu : ada kecil
e) Kolostrum : tidak ada
2) Axilla
a) Benjolan : tidak ada
b) Nyeri : tidak ada
9 ) Abdomen
1) Pembesaran hati : tidak ada
2) Benjolan / Tumor :tidak ada
3) Nyeri Tekan : tidak ada
4) Luka Bekas Operasi : tidak ada
i) . Anogenital
1) Vulva vagina
a) Varices : tidak dilakukan
b) Luka : tidak dilakukan
c) Kemerahan : tidak dilakukan
d) Nyeri : tidak dilakukan
e) Pengeluaran pervaginam: tidak dilakukan
2) Inspeculo Portio / Serviks : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan dalam
a) Portio / servik : tidak dilakukan
b) Tumor / Benjolan : tidak dilakukan
c) Nyeri : tidak dilakukan
4) Anus a) Haemoroid : tidak ada haemoroid b) Lain-lain :
tidak ada 5) Ekstremitas
a) Varices : tidak dilakukan
b) Oedema : tidak dilakukan
c) Reflek patella : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Laboratorium : Hb : 14 gr/dl
b. Pemeriksaan Penunjang lain : Pemeriksaan Plano test Negatif
c. USG : Uterus tidak ada kelainan

c. Analisa
Diagnosa Kebidanan : Nn R Umur 15 Tahun, Gangguan siklus Haid sdh 3 bulan tidak
haid
Masalah : Kecemasan yang dialami karena khawatir dengan keadaannya
Kebutuhan : KIE entang gangguan Mentruasi

d. Penatalaksanaan
Tanggal 04 Oktober 2022, Pukul 10..00 WITA
1. Menjelaskan pada pasien dan keluarganya tentang hasil pemeriksaan Tanda-tanda
Vital Normal
Tanda Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/ 70 mmHg
Nadi : 78 x / menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu : 36,4 ° C
Hasil Usg : Uterus tidak ada kelainan
Plano Test : Negatif
2. Memberikan KIE pada pasien mengenaiamenore sekunder, yaitu:
Amenore sekunder secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi
selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan berturutturut pada wanita yang
sebelumnya mengalami menstruasi. Amenores sekunder disebabkan karena
malnutrisi, keadaan emosional (stress), perubahan lingkungan, dan beberapa
penyakit organ reproduksi lainnya, gangguan hormonal, terdapat tumor alat
kelamin
atau terdapat penyakit menahun.
Hasil : klien mengerti tentang apa itu amenore sekunder
3. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
Hasil : klien akan istirahat minimal 1 jam siang hari, malam kirakira 8 jam
4. Memberikan support mental pada pasien untuk mengurangi kecemasan
Hasil : klien merasa tenang
5. Menganjurkan pada pasien untuk meminum terapi obat sesuai anjuran bidan, yaitu
terapi obat pil KB progesteron (minipil) 1x1 75 mg selama 3 siklus.
Hasil : klien akan minum obat sesuai anjuran

PEMBAHASAN
Pembahasan makalah ini yaitu membandingkan kesenjangan antara teori dan praktek
berkaitan dengan Asuhan Kebidanan Remaja pada Nn. R Umur 15 Tahun dengan Amenore
Sekunder di Pkm Segeri . Kesenjangan-kesenjangan yang diberikan juga memerlukan
pemecahan masalah, adapun pemecahan masalahnya dilakukan dengan melaksanakan
asuhan kebidanan sebagai salah satu cara yang dilakukan oleh bidan dalam menangani
masalah kebidanan. Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan ternyata tidak
ditemukan beberapa perbedaannya dari segi diagnosa atau masalah yang timbul pada
tinjauan pustaka dan kasus. Sehingga dapat diuraikan pembahasan dengan menggunakan
manajemen kebidanan 7 langkah Varney yang dirumuskan sebagai berikut :
Langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara anamnesa dan pemeriksaan fisik (Soepardan, 2008). a. Data subjektif Data subjektif
adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Pada kasus yang amenore sekunder, maka pengkajian ditujukan pada pemeriksaan
ginekologi (Nursalam, 2009).
Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan gejala-gejala
amenore sekunder, yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari
tiga bulan (Manuaba, 2007). Pada kasus amenore sekunder bisa terjadi penurunan atau
peningkatan berat badan dan merasakan pusing (Nugroho dan Utama, 2014). Pada kasus
didapatkan data nama pasien Nn. R Umur 15 tahun. Keluhan utama Nn. R mengatakan
sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan menstruasi dan Nn. R mengalami penurunan berat
badan dan tidak mengalami pusing. Sehingga dapat disimpulkan ada kesenjangan antara
teori dan kasus yaitu tidak adanya keluhan pusing. Data objektif adalah data yang
sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).Data
objektif pada kasus amenore sekunder yaitu: 1) Denyut jantung yang cepat 2) Kulit yang
hangat dan lembab 3) Pada kasus amenore bisa terjadi penurunan atau kenaikan berat badan
(Nugroho dan Utama, 2014). 4) Abdomenpada kasus amenore sekunder adanya nyeri tekan
pada sympisis (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 5) Genetalia pada kasus amenore
sekunderdidapatkan vagina kering (Nugroho dan Utama, 2014). 6) Pemeriksaan dalam pada
kasus amenore sekunderadannya masa dalam ovarium dan uterus serta adanya nyeri
(Varney, 2007) Pada kasus Nn. R didapatkan adanya penurunan berat badan yaitu berat
badan 38 dan tidak ada pengeluaran pervaginam. Sehingga pada data objektif ini dapat
disimpulkan terjadi kesenjangan antara teori dan praktik yaitu tidak ada denyut jantung
yang cepat, kulit yang hangat dan lembab, abdomenadanya nyeri tekan, pemeriksaan dalam
pada kasus amenore sekunderadannya masa dalam ovarium dan uterus serta adanya nyeri.
Interpretasi data merupakan indentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.
Ketiganya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa
tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien
(Soepardan, 2008). a. Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkungan praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan
yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang.
menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Nn. x
umur ... tahun dengan amenore sekunder. Pada kasus didapatkan data Nn. R Umur 15 tahun
dengan amenore sekunder Masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Menurut Nugroho dan Utama, 2014), amenore sekunder masalah yang
dihadapi pasien yaitu cemas. Masalahpada kasus Nn. R mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya. Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum tendentifikasi
dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data (Varney,
2007), Menurut Manuaba (2007), kebutuhan yang diberikan yaitu dorongan moril dan
kebutuhan konseling informasi education (KIE).Pada kasus Nn. R kebutuhan yaitu KIE
tentang gangguan menstruasi. Sehingga langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori
dan praktik.
Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Soepardan,
2008). Menurut Arwini (2013), diagnosa potensial yang muncul pada kasus amenore
sekunderyaitu dapat menyebabkan gangguan kesuburan atau infertil. Pada kasus Nn. R
diagnosa potensial yang terjadi yaitugangguan kesuburan atau infertilitas, sehingga langkah
ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di lahan.
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi pasien (Soepardan, 2008). Menurut Nugroho dan Utama (2014), pada kasus
amenore sekunderantisipasi yang diberikan yaitu pemberian terapi yang mengandung
progesteron. Pada kasus asuhan pada Nn. R dengan amenore sekunder yaitu Pemberian
terapi hormonal yaitu terapi obat pil KB progesteron (mini pil) 1x1 75 mg selama 3
siklus.Sehingga pada langkah antisipasi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
Menurut Soepardan (2008), langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidenfikasi atau diantisipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi
pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan. Perencanaan yang akan diberikan menurut
Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi : observasi keadaan umum, perbaikan asupan
gizi, Pengurangan berat badan pada wanita obesitas, pemberian tiroid pada wanita dengan
hipotiroid, pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais, pemberian
estrogen dan progesteron. Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 04 Oktober
pukul 09.00 ,yaitu: a. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan. b. Berikan KIE pada
pasien mengenai amenore sekunder. c. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup. d.
Berikan support mental pada pasien untuk mengurangi kecemasan. e. Anjurkan pada pasien
untuk meminum terapi obat sesuai anjuran bidan. f. Anjurkan pasien untuk kunjungan ulang
10 hari lagi atau jika ada keluhan. Sehingga pada langkah rencana tindakan ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktikyaitu pada pemberian KIE tentang amenore
sekunderagar klien mengerti keadaan yang sedang dialami dan pemberian terapi
progesteron. Karena estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki
endometrium yang robek. Progesteron berfungsi untuk menyebabkan endometrium
mengering dan robek sehingga menyebabkan terjadinya menstruasi.
Menurut Soepardan (2008), padalangkah ini merencanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembalikan
dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan, serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga
setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien,
agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena pasien juga akan melaksanakan rencana
tersebut. Tanggal 04 Oktober 2022 pada kasus amenore sekunder pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Sehingga pada langkah pelaksanaan tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik

SIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. R Umur 15 Tahun
dengan amenore sekunder di Puskesmas Segeri maka kesimpulan dan saran sebagai
berikut: A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada tanggal 04 Oktober 2022 langkah pertama dikumpulkan semua
informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien pada kasus didapatkan data nama pasien Nn. R Umur 15 tahun. Keluhan
utama Nn. R mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan menstruasi dan
merasa cemas dengan keadaannya. data objektif didapatkan pemeriksaan anogenital
didapatkan tidak ada pengeluaran pervaginam dan pemeriksaan PP test negatif
2. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu didapatkan data Nn. R Umur 15
tahun dengan amenore sekunder. Masalah Nn. R mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya. Pada kasus Nn. R kebutuhan yaitu KIE tentang gangguan menstruasi.
3. Diagnosa Potensial tidak terjadi dikarenakan segera dilakukan penanganan yang tepat
4. Antisipasi pada Nn. R dengan amenore sekunder yaitu Pemberian terapi hormonal
yaitu terapi obat pil KB progesteron (mini pil) 1x1 75 mg selama 3 siklus
5. Rencana Tindakan Pada kasus rencana tindakan yang dibuat tanggal 04 Oktober 2022
pukul 10.00 WITA, Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan, berikan KIE
pada pasien mengenai gangguan, berikan KIE pada pasien mengenai amenore
sekunder, anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, berikan support mental pada
pasien untuk mengurangi kecemasan, anjurkan pada pasien untuk meminum terapi
obat sesuai anjuran bidan, anjurkan pasien untuk kunjungan ulang 10 hari lagi atau
jika ada keluhan.
6. Pelaksanaan Tanggal 04 Oktober 2022 Pada kasus amenore sekunder pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
7. Evaluasi tanggal 04 oktober 2022 Pada kasus pasien dengan amenore sekunder yang
adalah keadaan umum ibu baik, kecemasan berkurang,

REFERENSI
Ambarwati, E.R & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta : Mitra
Cendikia
Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Arwini, A.E, 2013. Hubungan Konsumsi Fitoestrogen Dengan Siklus Menstruasi Pada
Siswi Di Smk Negeri 3 Pare-Pare.
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5516/Jurnal.pdf. diakses tanggal 24
November 2014
Fansia, 2011. Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan Stasis Darah
Dengan Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit (Curcuma Domestica
Val.)adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s1-2012-maslihahla-24203-fk-pt16 diakese
tanggal 3 November 2015
Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan
dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba, I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
Merin, 2012. Amenorrhea: Cytogenetic Studies and Beyond.
core.ac.uk/download/pdf/12348799.pdf. diakses 24 November 2015
Nasir dkk, 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Norwitz dan Schorge, 2008. At ag Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Erlangga
REFLEKSI KASUS

1. Deskripsi : Seorang remaja putri usia 15 tahun mengalami amenore sekunder. Remaja
mempunyai aktivitas fisik yang lebih seperti kuliah, dinas, mengerjakan tugas setiap hari,
begadang, dan kurang olahraga, karena faktor kecapaian, stress menimbulkan perubahan
hormonal sehingga mempengaruhi siklus haid.
Yang menarik dari kasus tersebut adalah:
 Mengapa sampai terjadi amenore sekunder?
 Bagaimana cara mengurangi/mengatasi amenore sekunder pada remaja?
 Bagaimana dampak amenore sekunder terhadap aktivitas fisik?
 Bagaimana mengubah pola pikir remaja agar bisa berperilaku hidup sehat?
2. Emosi Pribadi Terhadap Kasus
 Saya puas dapat melakukan asuhan pada remaja dari berbagai aspek sehingga dapat
mengetahui permasalahan-permasalahan remaja supaya bisa memberi penanganan yang
holistik.
 Perasaan yg tidak menyenangkan: Saya kecewa kasus seperti ini banyak terjadi pada
kesehatan reproduksi perempuan dan tampaknya upaya promosi dan preventif terkait
amenore sekunder kurang dipahami oleh remaja.
3. Evaluasi
 Mampu melakukan pengkajian mendalam pada klien sehingga klien mampu
mengungkapkan permasalahan yang ada sehingga permasalahan bisa diketahui. Dengan
demikian diharapkan permasalahan dapat ditangani sebaik-baiknya.
 Pengalaman yang buruk: tidak mampu melakukan pemeriksaan menyeluruh termasuk
pemeriksaan penunjang karena keterbatasan peralatan
4. Analisis
 Mengapa perlu pendidikan terkait gaya hidup pada remaja?
 Bagaimana cara edukasi kepada remaja untuk mendukung penanganan amenore
sekunder pada remaja
5. Kesimpulan
 Asuhan kebidanan yang diberikan kurang lengkap. Perlu tindakan kolaboratif untuk
pengkajian pemeriksaan penunjang
 Teknik asuhan yang tepat untuk pasien ini adalah perawatan diri terhadap gaya hidup
(konsumsi makanan dan aktivitas fisik)
6. Tindak Lanjut
 Pendampingan remaja dan Konseling remaja

Anda mungkin juga menyukai