Anda di halaman 1dari 85

BUKU LOGBOOK PRAKTIK PROFESI

STASE ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

IDENTITAS MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI

Nama Mahasiswa : Hariyani

NIM : 2021102321
Tempat/ Tanggal Lahir: .Indra giri hilir / 10 April 1976
No. HP : 082197370175
Email : anihariyani09@gmail.com
Alamat : Makassar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI PROGRAM PROFESI


INSTITUT TEKHNOLOGI DAN SAINS (ITKES)
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022/2023
SAMBUTAN
REKTOR ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

Dengan senantiasa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah


SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya jualah maka Logbook Praktik
Stase Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Program studi Pendidikan
Profesi Bidan Program Profesi ITKES Muhammadiyah Sidenreng Rappang
tahun 2022/2023 dapat diselesaikan.
Kami haturkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas
kerjasama dalam melaksanakan tugas – tugas ini dengan baik
Harapan kami dengan Kepada semua pihak yang telah berjasa
dalam penyusunan loogbook ini, sekali lagi diucapkan terima kasih. Dan
marilah kita berkomitmen untuk memajukan Pendidikan Tinggi ITKES
Muhammadiyah Sidrap dengan menjadi bagian penting dalam
Peningkatan Sumber Daya Manusia yang islami dan berkemajuan.

Pangkajene, 11 Zulhijjah 1443 H


20 Juli 2022 M
Rektor,

TTD
DR.Muhammad Tahir, SKM.,M. Kes
NBM. 1069207
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena


atas izin-Nya jualah maka Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas .
Program studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi ITKES
Muhammadiyah Sidenreng Rappang tahun 2022 - 2023 dapat
diselesaikan.
Kami sadar bahwa apa yang terkandung dalam pedoman ini belum

tersaji dengan optimal, sehingga perlu kritik dan saran demi

tersempurnanya pedoman ini.

Jazakumullahu khairan katsiran.

Fastabiqulkhaerat.

Sidrap, 20 Agustus 2022


Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
ITKes Muhammadiyah Sidrap

TTD
Wilda Rezki Pratiwi, S.ST., M. Kes
NIDN : 0906129102
STASE IV

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU


NIFAS
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan pengalaman belajar klinik pada mahasiswa dalam
lingkup asuhan kebidanan kepada nifas meliputi asuhan kebidanan nifas
dan manajemen laktasi
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan asuhan kebidanan padanifas secara
holistic,komprehensif dan berkesinambungan yang didukung kemampuan
berpikir kritis dan rasionalisasi klinis dan reflektif
b. Mampu melakukan deteksi dini,konsultasi,kalaborasi dan
rujukan,didukung kemampuan berpikir kritis dan rasionlisasi klinis sesuai
lingkup asuhan kebidanan
c. Mampu melakukan penanganan awal kegawat daruratan neonatal sesuai
standar mutu yang berlaku
d. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan dan pelopor pelayanan
kebidanan sesuai kode etik profesi
e. Mampu melakukan KIE, promosi kesehatan dan konseling tentang
kesehatan reproduksi,kehidupan berkeluarga sehat, persiapan menjadi
orang tua dan pengasuhan anak
f. Mampu membuat keputusan Mampu melakukan upaya pemberdayaan
perempuan sebagai mitra untuk meningkatkan kesehatan,dan atisipasi
masalah,pencegahan komplikasi dan kegawatdaruratan.
g. secara tepat dalam pelayanankebidanan berdasarkan pemikiran
logis,ktitis,inovatif sesuai dengan kode etik

B. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Waktu Praktik : Tgl 28 November – 10 Desember 2022
Tempat : UPTD Puskesmas Lau
Bagian : Ruang Nifas

C. KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI

1. Pemeriksaan postnatal (Minggu ke 1, Minggu ke 2-6)

2. Asuhan kebidanan pada puerperium

3. Manajemen dan administrasi obat yang digunakan dalam asuhan nifas


4. Risk assessment tools,

5. Keterampilan membuat surat rujukan

6. Seksualitas pada periode postpartum

7. Asuhan postnatal pada ibu dengan kebutuhan kompleks

8. Patient safety pada asuhan postnatal

9. Pembelajaran interprofesional dan bekerja interdisiplin, refleksi praktik


klinik, penurunan risiko dan promosi kesehatan pada postpartum

10. Aspek psikososial dan kultural pada nifas (menganalisis dimensi social
dan cultural yang berhubungan dengan nutrisi dan laktasi serta
memperkuat pengetahuan dan keterampilannya untuk mendukung
perempuan dalam membuat pilihan memberikan nutrisi pada bayi,
laktasi dan menyusui sesuai dengan kode etik praktik bidan)

11. Asuhan postnatal di rumah sakit pada ibu post SC

12. Edukasi dan pengaturan kehamilan pada masa nifas

13. Konsep home visit

14. Keterampilan melakukan pencatatan

15. Berduka dan kehilangan

16. Laktasi

17. Nutrisi dan biochemistry masa nifas, biochemistry ASI

18. Manajemen nifas (dukungan menyusui, konseling tentang perawatan


diri)

19. Peralatan dan teknologi pada breastfeeding

20. Adaptasi ibu dan proses menyusui

21. Menyusui bayi kembar/multiple

22. Gangguan pada payudara yang tidak menyusui

23. Posisi terapetis pada menyusui

24. Membangun kemampuan dan kepercayaan diri ibu dan keluarga pada
proses menyusui

25. Memerah dan mengeluarkan ASI

26. Dukungan pada terapi manual menyusui


27. Praktik yang dapat mengganggu kesuksesan menyusui

28. Menyusui pada ibu bekerja

29. Pemberitahuan menyusui

30. Masalah pada menyusui

31. Menyusui pada kondisi khusus

32. Susu pengganti

33. Asuhan kebidanan pada ibu dengan kondisi khusus: mastitis,


perinatal dengan gangguam mood dan kecemasan, postpartum
endometritis, perdarahan post partum

D. TARGET

1. CBD 1
2. BST 60
3. Tutorial Klinik 1
4. Refleksi Kasus 1
5. Journal Reading 2
6. OMP 5
7. DOPS 2
8. Mini Cex 2
9. OSLER 1
10. Laporan Lengkap 1
11. Laporan Data Fokus 19

E. PENILAIAN
a. CBD, Tutorial klinik, Mini Cex, DOPS, Journal Reading, Laporan kasus

No Target Tanggal Catatan


Stase Pelaksanaan
1. CBD

2. Tutorial
Klinik

3. Refleksi
Kasus
4. Journal
Reading

5. Journal
Reading

6 DOPS

7 DOPS

8 MINI CEX

9 MINI CEX

10 OSLER

11 Laporan
Lengkap

12 Laporan
Data Fokus

13 Laporan
Data Fokus

14 Laporan
Data Fokus

15 Laporan
Data Fokus
16 Laporan
Data Fokus

17 Laporan
Data Fokus

18 Laporan
Data Fokus

19 Laporan
Data Fokus

20 Laporan
Data Fokus

21 Laporan
Data Fokus

22 Laporan
Data Fokus

23 Laporan
Data Fokus

24 Laporan
Data Fokus

25 Laporan
Data Fokus

26 Laporan
Data Fokus

27 Laporan
Data Fokus
28 Laporan
Data Fokus

29 Laporan
Data Fokus

30 Laporan
Data Fokus

b. Bed Side Teaching

No Identitas Pasien Tanggal Tanda Catatan


Jenis Keterampilan Tangan
Preceptor
1 Nifas Normal

2 Nifas Normal

3 Nifas Normal

4 Nifas Normal

5 Nifas Normal
6 Nifas Normal

7 Nifas Normal

8 Nifas Normal

9 Nifas Normal

10 Nifas Normal

11 Nifas Normal

12 Nifas Normal
13 Nifas Normal

14 Nifas Normal

15 Nifas Normal

16 Deteksi Dini,
konsultasi, rujukan
dan kolaborasi

17 Deteksi Dini,
konsultasi, rujukan
dan kolaborasi

18 Deteksi Dini,
konsultasi, rujukan
dan kolaborasi

19 Deteksi Dini,
konsultasi, rujukan
dan kolaborasi
20 Deteksi Dini,
konsultasi, rujukan
dan kolaborasi

21 Deteksi Dini,
konsultasi, rujukan
dan kolaborasi

22 Deteksi Dini,
konsultasi, rujukan
dan kolaborasi

23 Deteksi Dini,
konsultasi, rujukan
dan kolaborasi

24 Nifas Patologi

25 Nifas Patologi

26 Nifas Patologi
27 Nifas Patologi

28 Nifas Patologi

29 Nifas Patologi

30 Nifas Patologi

31 Nifas Patologi

32 Nifas Patologi

33 Nifas Patologi
34 Kelas Ibu Nifas

35 Kelas Ibu Nifas

36 Kelas Ibu Nifas

37 Kelas Ibu Nifas

38 Kelas Ibu Nifas

39 Kunjungan Nifas

40 Kunjungan Nifas
41 Kunjungan Nifas

42 Kunjungan Nifas

43 Kunjungan Nifas

44 Kunjungan Nifas

45 Kunjungan Nifas

46 Kunjungan Nifas

47 Tata Laksana ASI


Ekslusif/Menyusui/
Pengelolan ASI
48 Tata Laksana ASI
Ekslusif/Menyusui/
Pengelolan ASI

49 Tata Laksana ASI


Ekslusif/Menyusui/
Pengelolan ASI

50 Tata Laksana ASI


Ekslusif/Menyusui/
Pengelolan ASI

51 Tata Laksana ASI


Ekslusif/Menyusui/
Pengelolan ASI

52 Tata Laksana ASI


Ekslusif/Menyusui/
Pengelolan ASI

53 Tata Laksana ASI


Ekslusif/Menyusui/
Pengelolan ASI

54 Parent Education
55 Parent Education

56 Parent Education

57 Parent Education

58 Parent Education

59 Parent Education

60 Parent Education

c. OMP
No Identitas Tanggal Tanda Catatan
Jenis Keterampilan Pasien Tangan
Preceptor
1
2

5
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)
STASE NIFAS
JUDUL KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.J DENGAN LUKA
NYERI PERINEUM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Preseptor Pembimbing Pendidikan : Nurjannah S.ST, M.Kes

Disusun Oleh :
(HARIYANI – 2021102132)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI FAKULTAS


KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)
STASE NIFAS
JUDUL KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.J DENGAN NYERI LUKA
PERINEUM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023.

Maros, Tanggal 28 Nov s/d 10 Desember 2022

Preseptor Institusi Preseptor Lahan Mahasiswa

Nurjannah S.ST, M.Kes Zahriyanti, S.ST Hariyani


NIB.0915108501 NIP.1976091220031220007 NIM.2021102132
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu Negara yang masih belum bisa lepas dari belitan angka
kematian ibu (AKI) yang tinggi. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2009, angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran
hidup, itu berarti setiap 100.000 kelahiran hidup, masih ada sekitar 248 ibu yang meninggal
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan (Kematian Maternal, Online, Diakses tanggal
23 Februari 2011)

Pada tahun 2007, provinsi di Indonesia dalam kasus kematian ibu melahirkan tertinggi adalah
Provinsi Papua, yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup, diikuti Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebesar 370/100.000 kelahiran hidup, Provinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran hidup,
sedangkan di Sulawesi Selatan berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan jumlah kejadian
kematian maternal yang dilaporkan pada tahun 2009 yaitu sebesar 104/100.000 kelahiran hidup
(Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011, diakses tanggal 26 Februari 2011). Asuhan masa
nifas diperlukan karena dalam periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama, salah satu penyebabnya adalah pendarahan masa nifas karena
itu diperlukan penanganan yang tepat (Wulandari dkk. 2011, 2).

Berdasarkan uraian di atas memberi motivasi pada penulis untuk mengkaji dan membahas lebih
lanjut kasus masa nifas dengan nyeri perineum dalam logbook stase ini

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberi Asuhan kepada Ny,J perawatan masa Nifas
b. Tujuan Khusus
1) Melaksanakan asuhan kebidanan pada ny.J dengan Nyeri Luka Perineum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA MENURUT EVIDENCE BASED MIDWIFERY (EBM)

A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas


1. Pengertian
a. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu (Saleha 2009, 2)

b. Masa nifas adalah masa sesudah kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan
untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu (Muhaeminah 2003, 2).

c. Periode Pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita
pada kondisi tidak hamil (Varney 2007, 958).

d. Masa Nifas (puerperium) adalah masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro 2006, 237).

e. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, dan berlangsung selama kira-
kira 6 minggu (Saifuddin 2006, 122).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan
pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam
keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil. Adapun
tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati


atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, keluarga


berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat.
d. Memberikan plelayanan keluarga berencana (Saifuddin 2006, 122).

3. Tahapan Masa Nifas


Tahapan yang terjadi pada masa nifas ada 3 periode :

a. Periode immediate post partum Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam.
Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia
uteri.

b. Periode early post partum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusio
uteri dalam keadaan normal, tidak ada pendarahan, lokhia tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.

c. Periode late post partum (1 minggu-5 minggu) Pada periode ini bidan tetap melakukan
perawatan dan pemeriksaan seharihari serta konseling KB.

4. Peran Bidan dalam Masa Nifas


Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
perasalinan dan nifas.

b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.

c. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman.

5. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


a. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi
b. Perubahan yang terjadi pada Payudara
c. Perubahan tanda-tanda vital
d. Perubahan pada Sistem Pencernaan
e. Perubahan pada Sistem Perkemihan
f. Perubahan pada Sistem Musculoskeletal
g. Perubahan pada Sistem Endokrin
h. Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler
i. Perubahan hematologi
6. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak
mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu
mengetahui tentang hal. yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi

selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali
sebagai seorang bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal
sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus pada masa nifas
ini, suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi
(Wulandari dkk. 2009, 87).

Hal-hal yang membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orangtua.
b. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.

c. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.

d. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan. Periode ini
diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut :

a. Talking In Period

Terjadi 1 – 2 hari setelah persalinan, biasanya masih pasif dan sangat bergantung pada
orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman
melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan
meningkat.

b. Talking Hold Period Berlangsung 3 – 4 hari post partum,

ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab


sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitife,
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu.

c. Letting Go Period

Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung
jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat
bergantung pada dirinya (Saleha 2009, 63- 64).

7. Perawatan dan Pengawasan Masa Nifas


a. Perawatan masa nifas
1) Ambulasi dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu
post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin
untuk berjalan.
Keuntungan early ambulation adalah :

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

b) Faal dan kandung kemih lebih baik.

c) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya


selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian,
dan memberi makan.

d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial early ambulation ekonomis),


menurut penelitian-penelitian yang seksama, tidak mempunyai pengaruh yang
buruk, tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi
penyembuhan luka episotomy atau luka di perut, serta tidak memperbesar
kemungkinan prolapsus. Early ambulation tentunya tidak dibenarkan pada ibu
post partum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit
paru-paru, demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan dengan early
ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera bangun
dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya

2) Nutrisi dan cairan


Pada masa nifas masalah diit perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan
nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi
susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, begizi tinggi, cukup kalori,
tinggi protein dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi
kebutuhan agar gizi sebagai berikut :

a) Mengkomsumsi tambahan 500 kalori tiap hari menjadi ± 2700 – 3000 kalori.

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan


vitamin yang cukup.

c) Minum sedikitnya 3 liter air tiap hari.

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari
pasca persalinan.

e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A


kepada bayi melalui ASI.

3) Personal hygiene
Pada masa nifas, seorang ibu sangat rentan terhadap penyakit infeksi. Oleh karena
itu kebersihan diri sangat penting untuk mencagah terjadinya infeksi. Kebersihan
tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk menjaga
kebersihan dari ibu nifas adalah :

a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama Perineum.

b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan


air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva
terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah
sekitar anus. Anjurkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali setelah BAB
atau BAK.

c) Sarankan ibu untuk menggati pembalut atau kain pembalut setidaknya 2 kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari dan disetrika.

d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.

e) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah tersebut.

4) Istirahat dan tidur


Hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
adalah:

a) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

b) Saran ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal.:

(1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

(2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan.

(3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan


dirinya sendiri.

5) Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat
sebagai berikut :

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka
ibu aman untyuk memulai melakukan hubungan suami istri kapanpun ibu siap.

Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan

6) Eliminasi
a) BAK
Ibu diminta untuk buang air kecil (BAK) 6 jam post partum, jika dalam 8 jam
post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100
cc, maka dilakukan kateterasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih
penuh, tidak perlu 8 jam untuk kateterisasi.
b) BAB
Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (BAB) setelah hari kedua
post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar
per oral atau per rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa
BAB, maka dilakukan klisma (huknah) (Saleha 2009, 71 – 75).
7) Perawatan payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering serta menggunakan BH yang menyokong
payudara, jika puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui dan tetap menyusukan pada putting
susu yang lecet, apabila lecet sangat berat istirahatkan selama 24 jam dan untuk
menghindari nyeri dapat minum parasetamol 1 kaplet setiap 4 – 6 jam (Saifuddin
2006, 128).

8) Latihan
Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi
kuat. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu
seperti :

a) Dengan tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi
menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada : tahan satu
hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali.

b) Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel) (Saifuddin 2006, 127).

b. Pengawasan masa nifas


Pengawasan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayinya untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah. Hal-hal. yang perlu dipantau pada
masa nifas adalah:

1) Kunjungan I (6 – 8 jam setelah persalinan)

a) Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri


b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan: rujuk bila pendarahan
berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal. e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

e) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

2) Kunjungan ke – 2 (6 hari setelah persalinan)

a) Memastikan involusia uteri berjalan normal : uterus berkonsentrasi, fundus di


bawah umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau pendarahan abnormal.

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda


penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan ke – 3 (2 minggu setelah persalinan) Seperti pada kunjungan ke – 2 (6


hari setelah persalinan).

4) Kunjungan ke – 4 ( 6 mingu setelah persalinan)

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.

b) Memberikan konseling keluarga berencana secara dini, imunisasi, dan tanda-


tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi (Saifuddin 2006, 123)

B. Tinjauan Tentang Nyeri Luka Perineum


1. Pengertian
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada Perineum sewaktu persalinan (Mochtar,
2004).

Ruptur perineum (robekan perineum) terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis
tengah dan bisa menjadi luas apabila: kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis
lebih kecil dari pada biasanya, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran
yang lebih besar dari pada sirkum ferentia suboksiput bregmatika.

Adapun tingkatan Ruptur adalah

a. Ruptur perineum tk. I Ruptur perineum hanya pada selaput lender vagina tanpa
mengenai kulit Perineum.
b. Ruptur perineum tk. II

Ruptur terjadi pada selaput lender vagina, otot Perineum, kecuali sfingter ani.

c. Ruptur perineum tk. III

Ruptur terjadi pada Perineum sampai otot sfingter ani.

d. Ruptur perineum tk. IV

Ruptur terjadi pada Perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rectum
(Wiknjosastro 2006, 165).

2. Faktor Penyebab Ruptur Perineum


a. Faktor ibu
1) Partus presipitatus
2) Primigravida
3) Vrikosa pada pelvis maupun jaringan parut perineum dan vagina
4) Persalinan operatif pervaginam (ekstrasi vakum, ekstraksi forceps, versi dan
ekstrasi, serta embriotomi) episiotomi tidak melindungi perineum, akan tetapi dapat
menyebabkan inkontinensia sfingter anus dengan cara meningkatkan resiko
robekan derajat tiga dan empat. (Cunningham 2005, 467)
b. Faktor Janin.
1) Kepala janin besar dan janin besar.
2) Presentasi defleksi ( puncak kepala, dahi, muka )
3) Letak sungsang dan after coming head
4) Distosia bahu
c. Faktor penolong persalinan
Pimpinan persalinan yang salah merupakan salah satu penyebab terjadinya ruptur
perineum, kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat
mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Pengendalian
kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melalui introitus vagina dan perineum
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. (Depkes RI 2007, 154)

3. Insiden
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan Perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus kubis lebih kecil dari pada
biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar dari pada
sirkumferensia (Wiknjosastro 2006, 165).

4. Patofisiologi
Klinik terjadinya jahitan perineum yaitu karena desakan tiba-tiba dan terlalu cepat kepala
janin lahir serta karena pergerakan pada vulva membuat integritas menjadi rusak. Lebih
jauh lagi kontinuitas jaringan dan pembuluh darah terputus dalam keadaan menimbulkan
pendarahan (Wiknjosastro 2006, 165).

5. Manifestasi Klinik
a. Gelisah
b. Nadi menjadi cepat
c. Pernapasan cepat
d. Pucat dan keringat dingin
e. Segmen bawah uterus menegang
f. Pendarahan vagina
6. Penatalaksanaan Medik
a. Penjahitan luka
b. Pemberian analgetik
c. Pemberian obat penambah darah
d. Vitamin
e. Pemberian anti biotik
7. Perawatan Ruptura Perineum
a. Persiapan alat
1) Satu pasang handschoen
2) Gas steril
3) Com berisi bethadine
4) Kapas savlon
5) Near bekken
b. Cara kerja
1) Vulva hygiene
a. Membantu ibu untuk mengambil posisi litotomi.
b. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang bengalir
c. Pakai sarung tangan dengan disenfeksi tinggi atau steril
d. Dengan menggunakan satu kapas savlon oleskan dari atas kebawah pada labia
minora (dimulai dari bagian yang terjauh dari petugas).
e. Terakhir oleskan satu kapas savlon dari bagian atas sampai kebawah vulva satu
kali.
2) Perawatan luka perineum menurut APN adalah sebagai berikut :
a. Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
b. Menghindari pemberian obat trandisional.
c. Menghindari pemakaian air panas untuk berendam
d. Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3 – 4 x sehari
e. Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan
penyembuhan luka (JNPK-KR, 2008).
2) Vagina toilet
a. Gulungkan gaas bethadine pada jari telunjuk dan jari tengah, kemudian oleskan
kedalam vagina dan memutar 360 derajat.

b. Kompres bethadine.

BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “J” POST


PARTUM HARI KE I DENGAN NYERI LUKA PERINEUM
DI UPTD PUSKESMAS LAU TANGGAL 02 DESEMBER 2022

No. Register : 013500


Tanggal masuk : 02 Desember 2022 jam 14.00 WITA
Tanggal Partus : 02 Desember 2022 jam 09.00 WITA
Tanggal pengkajian : 02 Desember 2022 jam 14.00 WITA

IDENTITAS ISTRI/SUAMI
Nama : Ny,J / Tn.J
Umur : 25 Tahun / 26 Tahun
Agama : Islam / Islam
Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia
Pendidikan : SMU / SMK
Pekerjaan : IRT / Karyawan
Alamat : Bontomanai
Status Pernikahan : 1 kali, sah, lamanya ±1 tahun

A. DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu melahirkan tanggal 02 Desember 2022, pukul 09.00 WITA


2. Ibu mengeluh nyeri bila bergerak di daerah jahitan perineum.
3. Ibu mengatakan ASInya masih sedikit.
4. Ibu sudah menyusui bayinya.
5. Ibu mengatakan sudah BAK tapi belum BAB.
6. Ibu mengganti pembalut setiap selesai mandi.

B. DATA OBJEKTIF (O)


1. Ekspresi wajah ibu nampak meringis bila bergerak
2. Keadaan umum ibu baik
3. TFU 1 jari di bawah pusat
4. Kontraksi uterus baik (teraba bundar dan keras)
5. TTV : TD : 110/80 mmHg P : 20 X/i
N : 84 x/menit S : 36,5 oC
6. Pengeluaran lokhia rubra
7. Nyeri tekan pada daerah perineum
8. Luka jahitan masih basah.

C. ASSESMENT (A)

Ny.J, Umur 25 Tahun, Primipara 6 jam postpartum , dengan nyeri luka perineum

D. PLANNING (P)

Tanggal 02 Desember 2022, pukul 14.00 – 15.00 WITA


1. Memberikan ibu ucapan selamat atas kelahiran bayinya.
2. Menjelaskan penyebab timbulnya nyeri perineum, yaitu akibat terputusnya kontinuitas
jaringan yang menyebabkan aliran darah pada jaringan terhambat sehingga merangsang
reseptor nyeri ke hypothalamus yang dipersepsikan ke saraf perifer yang menimbulkan nyeri.

3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi


4. Mengobservasi tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg P : 20x/i
N : 84x/I S : 36,5 oC
5. Memberi HE tentang :
Makanan bergizi , menganjurkan ibu untuk merngkonsumsi makanan seperti nasi, telur, ikan,
sayuran, buah-buahan dan susu.

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup ±8 jam sehari.


7. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan mengganti pembalut bila terasa
lembab.
Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukannya.
8. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya, dan ibu melakukannya.
9. Menganjurkan ibu untuk meminum obatnya secara teratur.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membandingkan antara konsep dasar dan tinjauan kasus dalam penerapan
proses manajemen kebidanan pada Ny. “J” masa nifas dengan nyeri perineum yang dirawat di UPTD
Puskesmas Lau tanggal 02 Desember 2022. Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dan alasan nyata
dengan pendekatan SOAP yang terdiri dari 4 langkah yaitu :

a. Data Sujektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup nama, umur,
pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta keluhan keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung pada klien atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi,
serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium.

c. Analisis

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang mencakup kondisi
tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya
menanggulangi ancaman keselamatan ibu.

d. Penatalaksanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan
intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien. (Salmah, dkk. 2006 hal. 171).

Berdasarkan interpretasi data yang dibuat pada pendokumentasian Ny.J, di dapatkan data subjektif
Ibu melahirkan tanggal 02 Desember 2022, pukul 09.00 WITA, nyeri bila bergerak di
daerah jahitan perineum, ASInya masih sedikit, sudah BAK tapi belum BAB., Ibu
mengganti pembalut setiap selesai mandi.
Data objektif Ekspresi wajah ibu nampak meringis bila bergerak, Keadaan umum ibu baik
TFU 1 jari di bawah pusat, Kontraksi uterus baik (teraba bundar dan keras), TTV : TD : 110/80
mmHg, P : 20 X/i , N : 84 x/menit S : 36,5 oC, Pengeluaran lokhia rubra, Nyeri tekan pada
daerah perineum, Luka jahitan masih basah.

Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak menemukan masalah / hambatan yang berarti karena
baik dari keluarga pasien maupun dari pasien itu sendiri selalu terbuka dalam memberikan informasi
yang diperlukan sehingga mempermudah dalam pengumpulan data. Dalam tinjauan pustaka tertera
bahwa jahitan perineum dapat terjadi disebabkan oleh anak lahir besar, vagina sempit, perineum kaku.
Berdasarkan studi kasus pada Ny. "J" dengan nyeri perineum ditemukan data yaitu persalinan pertama,
berat bayi 3600 gram, hal ini menunjukan akan salah satu penyebab terjadinya ruptur pada perineum
sehingga apa yang dijelaskan pada Tinjauan Pustaka dengan Studi Kasus tidak ada kesenjangan antara
teori dan studi kasus
Pada Tinjauan Pustaka dijelaskan bahwa terjadinya ruptur perineum disebabkan oleh kepala anak
besar, anak besar, persalinan buatan, vagina sempit, perineum kaku dan pada umumnya robekan terjadi
hampir pada semua persalinan pertama namun tidak tertutup kemungkinan pada persalinan berikutnya.
Sedangkan Studi Kasus Ny." J " mendapat jahitan perineum. Sehingga pada kasus ini ditegakkan
diagnosa masa nifas normal dengan masalah nyeri perineum dan kurangnya pengetahuan ibu tentang
perawatan bayi. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan tinjauan studi kasus Ny." J " secara
garis besar ada persamaan
Antisipasi adanya masalah potensial yang mungkin terjadi pada Ny." J " berdasarkan pengumpulan,
pengamatan yang cermat dan observasi jika ada kondisi yang tidak normal apabila tidak mendapat
penanganan segera, akan membawa dampak yang berbahaya sehingga mengancam kondisi Ny. " J ".
Dari tinjauan pustaka, luka jahitan perineum jika tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan
terjadinya infeksi luka jahitan perineum. Berdasarkan data yang ada pada Studi Kasus Ny. " J " di
lapangan dapat diantisipasi masalah potensial yaitu potensial terjadinya infeksi luka jahitan perineum.
Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan manajemen kebidanan pada kasus ini ada kesamaan
sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan.
Dalam kasus ini penulis tidak melaksanakan tindakan segera atau emergency oleh karena tidak ada
diagnosa atau masalah yang memerlukan tindakan segera. Dalam Konsep Manajemen Kebidanan bahwa
perawatan nifas harus disetujui oleh klien, oleh sebab itu sebelumnya harus didiskusikan kebenarannya
bersama klien sesuai situasi dan kondisi serta tindakan harus dapat dianalisa secara teoritis. Rencana
asuhan yang diberikan pada Ny. " J " masa nifas normal dengan nyeri perineum adalah sebagai berikut,
Memberikan ibu ucapan selamat atas kelahiran bayinya.menjelaskan penyebab timbulnya nyeri
perineum, yaitu akibat terputusnya kontinuitas jaringan yang menyebabkan aliran darah pada
jaringan terhambat sehingga merangsang reseptor nyeri ke hypothalamus yang dipersepsikan ke
saraf perifer yang menimbulkan nyeri.mengajarkan ibu teknik relaksasi, mengobservasi tanda-
tanda vital , memberi HE tentang :makanan bergizi , menganjurkan ibu untuk merngkonsumsi
makanan seperti nasi, telur, ikan, sayuran, buah-buahan dan susu. menganjurkan ibu untuk
istirahat yang cukup ±8 jam sehari. ,menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan
mengganti pembalut bila terasa lembab,.menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya, dan ibu
melakukannya.,menganjurkan ibu untuk meminum obatnya secara teratur. Pada tahap
pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. " J ", Penulis melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan sesuai
dengan perencanaan. Pada tahap ini penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena adanya
kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien dan keluarga serta dukungan, bimbingan dan asuhan dari
pembimbing di lahan praktek. Proses evaluasi merupakan langkah akhir dari proses Manajemen Asuhan
Kebidanan yaitu penilaian terhadap tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien dengan
berpedoman pada masalah dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar hasil yang diharapkan tercapai dan masih ada beberapa masalah yang
belum teratasi. Adapun tujuan yang belum tercapai adalah ibu belum mengerti sepenuhnya mengenai
perawatan bayi, nyeri luka perineum belum teratasi, ibu masih tampak meringis serta masih ada
kemungkinan terjadinya infeksi puerperalis yang masih dalam pengawasan dan belum dapat di evaluasi
secara menyeluruh.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Setelah membahas dan menguraikan kasus Ny “J” Masa Nifas dengan Jahitan Luka Perineum
tk.II di UPTD Puskesmas Lau maka Penulis dapat menarik kesimpulan dan saran :

Melaksanakan pengkajian pada Ny “J” masa nifas melalui anamnesa,pemeriksaan fisik


kemudian data yang diperoleh diananlisis menjadi data subjektif dan objektif. Mengidentifikasi
diagnose/masalah aktual pada Ny “J” masa nifas dengan nyeri Perineum dan diagnose/masalah
potensial adalah infeksi luka jahitan Perineum dan infeksi tali pusat pada bayi. Dari
diagnose/masalah pada Ny “J” tidak diperluakan adanya tindakan segera, kolaborasi dan
konsultasi dengan tenaga kesehatan lainnya. merencanakan asuhan kebidanan pada Ny “J” pada
masa nifas dengan nyeri Perineum dan potensial terjadinya infeksi luka jahitan Perineum dan
infeksi tali pusat pada bayi.,melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “J” masa nifas dengan
nyeri Perineum dari masa nifas hari I

2. Saran
Diharapkan bidan dalam memberikan asuhan kepada klien menerapkan manajemen kebidanan
serta pendokumentasian asuhan sebagai pertanggung jawaban apabila ada gugatan, Sebagai
petugas kesehatan khususnya seorang bidan diharapkan senantiasa berupaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang
lebih professional berdasarkan manajemen kebidanan sebagai pertanggung jawaban apabila ada
gugatan.,dalam melaksanakan tugas sebagai bidan harus sepengetahuan dan mendapat
persetujuan dari klien
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari,D. “Asuhan Kebidanan Nifas”. 2009. Jogjakarta : Mitra Cendikia. Wiknjosastro,H.
“Ilmu Kebidanan”. 2006. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka-SP Prawihardjo, S.
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2006. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka-SP Saifuddin, .
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2006. Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka-SP Saleha S. 2009. “Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas”. Salemba Medika.
Jakarta. Salma, dkk. 2006.
“Asuhan Kebidanan Antenatal”. Buku Kedokteran. Jakarta. Mochtar, Rustam. 2004.
Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. JNPK-KR. 2008.
Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan. Ed.4 revisi. Jakarta: Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik-Kesehatan Reroduksi.
Varney, H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 2007. Jakarta : EGC.
Cunnigham F, Gary, et al. 2005. “Masa Nifas “, Obstetri Williams, edisi 21, EGC, Jakarta, hal
447,459,467
(http://blogspot.com/2010/12/kematian-maternal.html)
(http://himapid.blogspot.com/2011/03/kematian-maternal.html)
(http://www.anatomipayudara.com)
(http://formasi-fib-ui-org/blog/artikelislam/nifas-dan-hukumnya.html )
LEMBAR MONITORING PRE DAN POST CONFERENCE

NAMA MAHASISWA : Hariyani

NIM : 2021102312

TEMPAT PRAKTIK : UPTD Puskesmas Lau

MATERI BIMBINGAN : Perawatan Nifas

PRE CONFERENCE POST CONFERENCE


Hari / Masukan TTD Hari / Masukan TTD
Tanggal Pembimbing Pembimbing Tanggal Pembimbing Pembimbing
2 /12/2022 2/12/2022  Kompetensi dasar
 Jenis kasus untuk pelaksanaan
stase nifas kegiatan sudah
 Kompetensi apa sesuai dengan
yang ingin kompetensi
dicapai pengetahuan
 Kapan pengkajian kasus
pelaksanaan sesi untuk stase bayi
pengambilan baru lahir
kasus, sesuai  Kompetensi
kasus ditemukan pembelajaran
ditempat praktek dalam stase
 Persiapan diri sudah terpenuhi
berdasarkan  Sesi kegiatan
pengkajian kasus sudah dilakukan
(kemampuan sesuai dengan
pengetahuan kontrak
tentang kasus pembimbingan
tersebut  Langkah kegiatan
 Pembimbingan sudah dilakukan
dilakukan selama dengan benar
10-15 menit  Pembimbingan
dilakukan selama
10-15 menit

Preseptor Lahan

Zahriyanti, S.ST
NIP.197609122003122007

LEMBAR BIMBINGAN PRE CONFERENCE

NAMA MAHASISWA : HARIYANI


TEMPAT PRAKTIK : UPTD PUSKESMAS LAU
WAKTU PELAKSANAAN : 28 November s/d 10 Desember 2022

HAL YANG DIDISKUSIKAN CATATAN PEMBIMBING KLINIK


1 Kesiapan Mahasiswa  Mahasiswa mempersipkan ;
Diri , alat dan Pasien
2 Rencana Kegiatan (Kontrak Belajar)  Mahasiswa menyusun job sheet langkah
kegiatan sesuai dengan perasat yang
dilakukan
 Tiap kegiatan dilakukan 15-25 Menit
 Tiap sesi kegiatan diwali dengan infomed
concent terhadap pasien
 Tahap kegiatan dilakukan dengan 3 sesi
3 Umpan Balik  Mahasiswa telah melaksanakan tindakan
sesuai dengan langkah kegiatan job sheet
 Langkah kegiatan dilakukan sesuai dengan
standart kompetensi yang ingin dicapai
dalam pembelajaran klinik stase nifas
 Langkah kegitan sudah memenuhi kriteria
semua penilaian dan sesuai dengan standart
operasional prosedur
Preseptor Lahan Mahasiswa Preseptor Institusi

Zahriyanti, S.ST Hariyani Nurjannah, S.ST.M.Kes


NIP.197609122003122007 NIM. 2021102132 NIB.090915108501

LEMBAR BIMBINGAN POST CONFERENCE

NAMA MAHASISWA : HARIYANI


TEMPAT PRAKTIK : UPTD PUSKESMAS LAU
WAKTU PELAKSANAAN : 28 November s/d 10 Desember 2022

HAL YANG DIDISKUSIKAN CATATAN PEMBIMBING KLINIK


1 Kesiapan Mahasiswa  Mahasiswa mempersipkan ;
Diri , alat dan Pasien

2 Rencana Kegiatan (Kontrak Belajar)  Mahasiswa melakukan kegiatan sesuai


dengan job sheet/ langkah kegiatan
 Tiap kegiatan dilaksanakn dalam waktu
20-35 menit sesuai kesepakatan
 Lembar infomed consent terhadap
klien/pasien telah diisi sebelum
melakukan tindakan
 Tahap kegiatan dilakukan dengan 3 sesi
 Tahap awal persiapan diri 5 menit
 Tahap pelaksanaan 15-20 menit
 Tahap akhir tindakan melakukan
pendokumentasian dan pemrosesan alat
(desinfektan / dekontaminasi) 5 -10 Menit

3 Umpan Balik  Mahasiswa telah melksanakan tindakan


sesuai dengan langkah kegiatan jobsheet
 Langkah kegiatan sudah memenuhi ktiteria
semua penilaian sesuai dengan standart
oprasional prosedur
 Langkah kegiatan dilakukan sesuai dengan
standar kompetensi yang ingin dicapai
dalam pembelajaran klinik satse nifas
 Kompetensi dasar mulai awal sampai
dengan akhir kegiatan mahasiswa cukup
/mampu melakukan kegiatan
 Kesimpulan dari semua kegiatan
mahasiswa mahir melakukan tindakan
dengan benar dan tepat sesuai langkah
kegiatan
 Langkah kegiatan yang terlewatkan bukan
hal patal diluar langkah yang tidak boleh
tidak dilakukan

Preseptor Lahan Mahasiswa Preseptor Institusi

Zahriyanti, S.ST Hariyani Nurjannah, S.ST.M.Kes


NIP.197609122003122007 NIM. 2021102132 NIDN.0915108501
WORKSHEETS (LEMBAR KERJA)TUTORIAL KLINIK

Stase : Nifas
Kasus : Nyeri Luka Perineum
Nama : Ny.J

No Komponen Pembahasan
1 Tutorial 1 :
Data Subjektif : ; Ny,J tidak bisa berkatifitas secara leluasa
Nyeri luka perineum bila berjalan
-

Data Objektif : Luka jahitan masih basah


Diagnosis Infeksi Luka Perrineum
Banding
Perencanaan Memberikan ibu ucapan selamat atas kelahiran
Pemeriksaan bayinya.menjelaskan penyebab timbulnya nyeri perineum, yaitu
Penunjang akibat terputusnya kontinuitas jaringan yang menyebabkan aliran
darah pada jaringan terhambat sehingga merangsang reseptor
nyeri ke hypothalamus yang dipersepsikan ke saraf perifer yang
menimbulkan nyeri.mengajarkan ibu teknik relaksasi,
mengobservasi tanda-tanda vital , memberi HE tentang :makanan
bergizi , menganjurkan ibu untuk merngkonsumsi makanan
seperti nasi, telur, ikan, sayuran, buah-buahan dan
susu.menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup ±8 jam
sehari.,menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan
mengganti pembalut bila terasa lembab,.menganjurkan ibu untuk
menyusui bayinya, dan ibu melakukannya.,menganjurkan ibu
untuk meminum obatnya secara teratur.
2 Tutorial II :
Diagnosis Ny.J post partum hari pertama dengan luka nyeri perineum
Penatalaksaan 1. Memberikan ibu ucapan selamat atas kelahiran bayinya.
sesuai kasus
2. Menjelaskan penyebab timbulnya nyeri perineum, yaitu akibat
terputusnya kontinuitas jaringan yang menyebabkan aliran darah
pada jaringan terhambat sehingga merangsang reseptor nyeri ke
hypothalamus yang dipersepsikan ke saraf perifer yang
menimbulkan nyeri.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi
4. Mengobservasi tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg P : 20x/i
N : 84x/I S : 36,5 oC
5. Memberi HE tentang :
Makanan bergizi , menganjurkan ibu untuk merngkonsumsi
makanan seperti nasi, telur, ikan, sayuran, buah-buahan dan susu.

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup ±8 jam sehari.


7. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan mengganti
pembalut bila terasa lembab..

8. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya, dan ibu melakukannya.


9. Menganjurkan ibu untuk meminum obatnya secara teratur.

3 Feedback ( dari Prognosis baik jika dilakukan perawatan nifas yang baik dan
3 preceptor dan benar
Pembimbing
Institusi

Preseptor Lahan Mahasiswa Preseptor Institusi

Zahriyanti, S.ST Hariyani Nurjannah, S.ST.M.Kes


NIP.197609122003122007 NIM. 2021102132 NIDN.0915108501
REFLEKSI KASUS
1. Deskripsi : Ibu nifas normal jika mengalami masalah perlu pengkajian khusus , bila salah
dalam penilaian awal postpartum bisa terjadi infeksi luka perineum
Yang menarik dari kasus tersebut adalah:
 Mengapa sampai terjadi kematian akibat proses terjadinya subinvolusio ?
 Bagaimana cara penganan ibu nifas normal dengan maslah nyeri luka perineum ?
 Bagaimana dampak yang terjadi jika ibu nifas yang mengalami komplikasi?
 Bagaimana mengubah pola pikir ibu yang biasa melahirkan tanpa didampingi oleh
tenaga kesehatan ?
2. Emosi Pribadi Terhadap Kasus
 Saya puas dapat melakukan asuhan pada ibu nifas normal dari berbagai aspek
sehingga dapat mengetahui permasalahan-permasalahan ibu nifas supaya bisa
memberi penanganan yang holistik.
 Perasaan yg tidak menyenangkan: Saya kecewa kasus kematian ibu akibat
perdarahan post partum banyak terjadi pada ibu nifas normal sehingga dapat
menyebabkan kematian
3. Evaluasi
 Mampu melakukan pengkajian mendalam pada klien sehingga klien mampu
mengungkapkan permasalahan yang ada sehingga permasalahan bisa diketahui.
Dengan demikian diharapkan permasalahan dapat ditangani sebaik-baiknya.
 Pengalaman yang buruk: tidak mampu melakukan pemeriksaan menyeluruh
termasuk pemeriksaan penunjang karena keterbatasan peralatan
4. Analisis
 Mengapa perlu pengetahuan tentang penanganan ibu nifas yang baik dan benar
 Bagaimana konseling terhadap ibu nifas yang baik sehingga komplikasi pada waktu
masa nifas tidak terjadi subinvolusio dapat ditangani dengan cepat sehingga tidak
terjadi kematian
5. Kesimpulan
 Asuhan kebidanan yang diberikan kurang lengkap. Perlu tindakan kolaboratif untuk
pengkajian pemeriksaan penunjang
 Teknik asuhan yang tepat untuk pasien ibu nifas
6. Tindak Lanjut
Pendampingan dan konseling ibu nifas normal perlu digalakkan dan di rutinkan
LAPORAN PRAKTIK PROFESI READING JURNAL TENTANG
EFEKTIFITAS SIZTH BATH UNTUK MENGURANGI RASA NYERI
PERINEUM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Preseptor Pembimbing Pendidikan : Nurjannah, S.ST, M.Kes

Disusun
Oleh :
(HARIYANI – 2021102132)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDANG PROGRAM


PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

68
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN READING JURNAL
STASE NIFAS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS TENTANG EFEKTIVITAS SITH BATH
TERHADAP NYERI LUKA PERINEUM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Maros, Tanggal 14 s/d 26 Nopember


2022

69
Preseptor Institusi Preseptor Lahan
Mahasiswa

Nur Laela, S.ST, M.Kes Zahriyanti, S.ST Hariyani


NIDN.0903019101 NIP. 1976091220031220007
NIM.2021102132

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Reading jurnal yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Nifas dengan Nyeri
perineum”. Penulisan makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi
tugas akhir sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas loogbook Kebidanan
ITKes Muhammadiyah Sidrap. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Makalah journal reading ini tidak akan
mungkin bisa terselesaikan tepat waktu , terima kasih yang telah membantu dan
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah journal ini . Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis membuka saran demi kemajuan penulisan jornal .

Maros tgl 26
Juni 2022

Penulis

70
DAFTAR ISI

Halaman
Judul .............................................................................................................i
Halaman Pengesahan
..................................................................................................ii
Kata
Pengantar..............................................................................................................iii
Daftar
Isi ......................................................................................................................iv
BAB I
Pendahuluan .....................................................................................................1
BAB II Tinjauan
Pustaka .............................................................................................2
BAB III Kesimpulan Dan
Saran ...............................................................................14

71
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................15
LAMPIRAN ..........................................................................................................
....16

72
73
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI DAFTAR
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Masalah
Deskripsi yang mengemukakan masalah yang ada di dalam jurnal yang
dijabarkan semenarik mungkin dengan bahasa yang mudah di pahami.
B. Skala
Besaran masalah yang ada dalam jurnal yang tersebut dan dampak yang
dapat terjadi.
C. Kronologi
Penjabaran/penjelasan maslah yang ada dalam jurnal tersebut meliputi
kenapa bisa terjadi dan faktor resiko apa yang bisa terjadi.
D. Solusi
Upaya yang bisa dilakukan oleh bidan dalam penanganan kasus tersebut
dengan penjelasan sesuai evidence based yang ada.

74
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan kebidanan ( logbook data focus)
B. Telaah jurnal
Berikut contoh tabel reading jurnal:

Jurnal Judul Populasi Intervensi Comparasion Outcome Time

Pasien / Intervensi,
Identitas Perbandingan
faktor Lama waktu
populasi atau
jurnal prognostik yang di
orang yang intervensi
secara atau paparan yang ingin butuhkan
Judul diangkat dalam
lengkap yang akan dibandingkan
penelit ian dalam penelitian
disertai diangkat pada karya
jurnal tersebut.
dengan dalam jurnal ilmiah yang
penelitian akan ditulis
penulis Penelitian

C. Deskripsikan secara mendetail hasil asuhan kebidanan (log book) yang


di dukung oleh reading jurnal dtersebut dalam bentuk paragraph
D. Teori dari pokok bahasan dari asuhan kebidanan dan jurnal yang
diambil, jika dibutuhkan teori tambhan bisa di masukkan untuk
melengkapi.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini memuat simpulan hasil pembahasan jurnal reading yang


berkaitan dengan upaya menjelaskan tujuan jurnal reading. Saran berkaitan
dengan simpulan. Saran harus terkait dengan hasil jurnal reading, dapat

75
berupa penatalaksanaan yang sesuai, kebijakan, dan aspek yang dapat
diteliti lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Jurnal Asli dilampirkan

EFEKTIFITAS TEKNIK SITZ BATH UNTUK


MENGURANGI NYERI RUPTURE PERINEUM PADA IBU
NIFAS DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN DINCE
SYAFRINA, SST TAHUN 2019
https://doi.org/10.25311/prosiding.Vol1.Iss1.67

Authors
  Octa Dwienda Ristica STIKes Hang Tuah Pekanbaru
  Rita Afni STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Keywords: 
Efektifitas, Sitz Bath, Nyeri Rupture Perineum

ABSTRACT

Setiap ibu yang menjalani proses persalinan dengan mendapatkan


rupture perineum akan merasakan nyeri. Upaya pencegahan dan
mengatasi nyeri ini bisa dengan pemanfaatan teknik sitz bath  Tujuan
penelitian ini untuk  mengetahui efektifitas teknik sitz bath untuk
mengurangi nyeri rupture perineum pada ibu nifas di Praktik Mandiri
Bidan Dince Syafrina, SST. Jenis penelitian ini menggunakan
metode Quasi experimental dengan teknik pengambilan sampel atau
sampling yaitu Purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah
ibu Nifas dengan luka perineum di Praktik Mandiri Bidan Dince Syafrina,

76
SST Pekanbaru sebanyak 35 orang. Analisa data pada penelitian ini
adalah analisa univariat dan bivariate. Hasil penelitian menunjukkan
mayoritas responden sebelum diberikan terapi pengurang nyeri luka
perineum dengan tekhnik sitz bath  mengalami intensitas nyeri 7 yakni
berjumlah 13 orang ( 37,1 %). Dan sesudah diberikan terapi pengurang
nyeri luka perineum dengan tekhnik sitz bath,  mengalami intensitas
nyeri 6 yakni berjumlah 12 orang ( 34.3 %). kesimpulan penelitian ini
adalah didapatkan bahwa rata-rata intensitas nyeri luka perineum pada
ibu nifas pada pengukuran pertama adalah 6,43 (nyeri sedang),
sedangkan rata-rata intensitas nyeri pada pengukuran kedua adalah
4,69 (nyeri sedang), maka disimpulkan ada pengaruh pemberian terapi
dengan tekhnik sitz bath terhadap nyeri luka perineum pada ibu nifas.
Saran penelitian ini diharapkan kepada tenaga kesehatan dapat
mengatasi nyeri luka perineum yaitu bukan hanya memberikan terapi
farmakologis namun dapat mengkombinasikan dengan pemberian terapi
pengurang nyeri dengan tekhnik sitz bath dalam mengatasi nyeri luka
perineum

JURNAL KEBIDANAN Vol 4, No 1, Januari 2018: 5-10 HUBUNGAN


TEKNIK VULVA HYGIENE DENGAN PENYEMBUHAN LUKA
PERINIUM PADA IBU POST PARTUM Herlina (1), Vera Virgia(1) , Riska
Aprilia Wardani(1) Email :yasmine.herlina@yahoo.com ABSTRAK Masa nifas
merupakan masa yang sangat rentan terhadap infeksi bagiibu postpartum bila
dalam perawatannya tidak tepat. Banyak ibu nifas yang tidak tahu cara menjaga
kebersihan dirinya terutama pada daerah genetalia. Ibu hanya sekedar
membersihkannya tanpa memperdulikan caravulva hygiene yang baik dan
benar, sehingga penyembuhan luka menjadi lambat(> 6 hari).
Penelitianinibertujuanuntuk mengetahui hubungan teknik vulva hygiene dengan
penyembuhan luka perinium pada ibu postpartum BPS Heppy Rina M, S.ST,
Seduri, Mojosari Mojokerto Desain penelitian ini analitik dengan pendekatan
cross sectional.Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Consecutive
Sampling. Sampel yang digunakan adalah ibu post partum dengan luka
perineum sebanyak 15 responden. Instrumen yang digunakan adalah lembar
kuesioner dan lembar observasi. Data di analisis menggunakan uji Koefisien
Kontingensi (C) dengan tingkat kemaknaan ρ 6 hari). Luka di nyatakan sembuh
apabila luka kering tidak ada kemerahan,tidak ada pembengkakan, jaringan
menyatu, dan tidak nyeri ketika duduk dan berjalan. Penyembuhan luka

77
perinium yang lama akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada masa
nifas. 1 Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu di Indonesia dalam bidang
obstetri adalah perdarahan (45%), infeksi (15%), dan preeklamsia (13%). 2 .
Menurut data kesehatan Propinsi Jawa Timur terakhir pada tahun 2009 Angka
Kematian Ibu sebesar 260 per 100.000 kelahiran hidup dan tiga penyebab
Angka Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur yaitu perdarahan (34,62%), pre
eklamsia (14,01%), dan infeksi (3,02%) (DinKes Jatim,2009) Masih tingginya
persentase infeksi ini disebabkan oleh luka episiotomy. Maka diperlukan
tindakan pencegahan infeksi yaitu dengan melakukan vulva hygiene yang
benar, agar luka tersebut cepat sembuh dalam waktu 6-7 hari. 1.) Prodi DIII
Kebidanan STIKES Dian Husada Mojokerto View metadata, citation and
similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Portal Jurnal
Malahayati (Universitas Malahayati) 6 Herlina, Vera Virgia, Riska Aprilia
Wardani Jurnal Kebidanan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2018 Setelah
melakukan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Mei 2015 sampai
tanggal 07 Juni 2015, hasil wawancara dengan beberapa orang ibu nifas
didapatkan bahwa 10 orang ibu nifas dengan luka episiotomi di BPS Heppy
Rina M, S.ST, Seduri, Mojosari Mojokerto, di dapatkan 4 orang ibu nifas
melakukan teknik vulvahygiene dan mengalami penyembuhan luka yang
normal, dengan luka yang sudah kering, tidak ada kemerahan, dan sudah
nyaman ketika duduk dan berjalan. Sedangkan 6 orang ibu nifas yang tidak
melakukan teknik vulva hygiene mengalami penyembuhan luka lambat, kondisi
luka masih basah dan masih terdapat kemerahan pada luka periniumnya.
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa masih banyaknya ibu nifas yang
tidak melakukan teknik vulva hygiene dan mengalami penyembuhan luka yang
lambat. Luka hasil tindakan episiotomi biasanya terdapat sedikit jaringan yang
hilang. Pada kenyataan fase-fase penyembuhan akan tergantung pada beberapa
faktor termasuk ukuran dan tempat luka, kondisi fisiologis umum pasien, cara
perawatan luka perineum yang tepat dan bantuan ataupun intervensi dari luar
yang ditujukan dalam rangka mendukung penyembuhan. Perawatan perineum
yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea
danlembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat
menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Infeksi ini dapat menghambat
lama penyembuhan luka perinium yang normalnya 6-7 hari. Dalam hal ini
vulva hygiene yang benar sangat diperlukan untuk mempercepat penyembuhan
luka perinium sesuai normalnya dan luka perinium juga terhindar dari infeksi. 3
Berdasarkan hasil survey diatas, perlu diajarkan teknik vulva hygiene karena
masih rendahnya pelaksanaan teknik vulva hygiene pada ibu post partum.
Diharapkan semua ibu post partum melakukan vulva hygiene karena vulva
hygiene dapat bermanfaat dalam penyembuhan luka perinium lebih cepat
dibandingkan yang tidak melaksanakan. Tenaga kesehatannya juga harus
mengajarkan teknik vulva hygiene yang benar, agar luka perinium cepat
sembuh dalam waktu 6-7 hari. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan
penelitian mengenai “Hubungan teknik vulva hygiene dengan penyembuhan
luka perinium pada ibu post partum” di BPM Heppy Rina M, S.ST, Seduri,

78
Mojosari Mojokerto METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis
penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian
yang dilakukan hanya satu kali dalam satu saat4 . Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh ibu nifas hari ke-6 dengan luka perinium Di BPM Heppy Rina
M, S.ST, Seduri, Mojosari Mojokerto. Sample dari penelitian ini adalah seluruh
ibu nifas hari ke-6 dengan luka perinium yang berjumlah 15 orang Di BPM
Heppy Rina M, S.ST, Seduri, Mojosari Mojokerto Tahun 2015. Teknik
sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sampling
dengan jenis consecutive sampling, Data di analisis menggunakan uji Koefisien
Kontingensi (C) dengan tingkat kemaknaan ρ35 tahun 3 11 1 20,0 73,3 6,7 2
Pendidikan Tidak tamat sekolah SD SMP SMA Perguruan tinggi 0 3 7 5 0 0
20,0 46,7 33,3 0 3 Agama Islam Kristen Hindu Budha 15 0 0 0 100 0 0 0 4
Pekerjaan Ibu rumah tangga Swasta Wiraswasta PNS 11 4 0 0 73,3 26,7 0 0
Tabel 1. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun
yaitu sebanyak 11 responden (73,3 %). menunjukkan bahwa lebih banyak yang
memiliki pendidikan terakhir SMP yaitu sebanyak 7 responden (46,7%).
menunjukkan bahwa seluruh responden beragama Islam yaitu 15 responden
(100%). Menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan ibu
rumah tangga yaitu sebanyak 11 responden (73,3 %). Hubungan Tekhnik Vulva
Hygien dengan Penyembuhan Luka perineum pada Ibu Post Partum 7 Jurnal
Kebidanan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2018 Tabel 2 Distribusi frekuensi
teknik vulva hygiene Teknik vulva hygiene Frekuensi (f) Prosentase (%) Baik
Cukup Kurang 0 8 7 0 53,3 46,7 Total 15 100 Table 3 Distribusi frekuensi
penyembuhan luka perinium pada hari ke-6 Penyembuhan luka perinium
Frekuensi (f) Prosentase (%) Belum sembuh Sembuh 9 6 60 40 Total 15 100
Table 4 Tabulasi silang teknik vulva hygiene dengan penyembuhan luka
perinium Teknik vulva hygiene Penyembuhan luka perineum Jumlah (%)
Belum Sembuh Sembuh F % f % Kurang Cukup 7 2 4,2 4,8 0 6 2,8 3,2 7 (7,0)
8 (8,0) Total 9 9,0 6 6,0 15 (15,0) PEMBAHASAN 1. Perawatan Luka
Perinium Berdasarkan Tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa hampir setengahnya
responden kurang baik cara melakukan teknik vulva hygienenya yaitu sebanyak
7 responden (46,7%). Dari 7 responden yang kurang baik ini, sebagian besar
berumur antara 20-35 tahun (5 orang), berpendidikan SMA (4 orang) dan
bekerja sebagai ibu rumah tangga (5 orang). Dari 7 responden ini, mereka tidak
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan, cara melepas
pembalutnya salah, cara ceboknya juga salah serta tidak mengganti pembalut
ketika pembalutnya sudah penuh. Vulva Hygiene adalah membersihkan vulva
dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat
melakukannya sendiri. 5 Banyak ibu nifas yang tidak tahu cara menjaga
kebersihan dirinya terutama pada daerah genetalia. Ibu hanya menjaga
kebersihannya sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya dengan cara
menghindari rasa sakit dan takut jahitan antara anus dan vagina robek, sehingga
ibu hanya sekedar membersihkannya tanpa memperdulikan cara vulva hygiene
yang baik dan benar maka luka jahitan perinium tidak akan mengalami infeksi
dan akan sembuh dalam waktu 6-7 hari. 6 Faktor usia juga mendukung

79
pengetahuan ibu tentang bagaimana cara melakukan teknik vulva hygiene
dengan baik dan benar, dimana ibu bisa mendapatkan informasi lebih
mendalam dengan berbagai cara misalnya membuka internet dengan hp canggih
mereka. Perawatan luka perineum pada ibu post partum akan lebih baik bila
ditunjang dengan tingginya tingkat pendidikan. Menurut Koentjoroningrat yang
dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani (2002), makin tinggi pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya bila pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilainilai baru yang
diperkenalkan. Tingkat pendidikan yang tinggiakan mempermudah seseorang
menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki
khususnya mengenai perawatan luka perineum. Kenyataan dilapangan sebagian
besar responden cara melakukan teknik vulva hygienenya dalam kategori
kurang baik. Mereka belum bisa menerapkan teknik vulva hygiene dengan tepat
yaitu cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan luka, lepas pembalut yang
kotor dari depan ke belakang, bersihkan daerah kelamin sampai ke anus dengan
sabun menggunakan air mengalir, setelah BAK dan BAB cebok dari arah depan
kearah belakang, ganti pembalut setiap habis BAK dan BAB atau bila terasa
pembalut sudah penuh dan tidak nyaman lagi, semprotkan atau cuci dengan
betadin bagian perineum dari arah depan ke belakang, keringkan dengan waslap
atau handuk dari depan ke belakang. Ternyata mereka tidak melakukan cuci
tangan sebelum dan sesudah perawatan, cara melepas pembalutnya salah, cara
ceboknya juga salah serta tidak mengganti pembalut ketika pembalutnya sudah
penuh. Perawatan yang 8 Herlina, Vera Virgia, Riska Aprilia Wardani Jurnal
Kebidanan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2018 kurang baik ini dapat
memperlambat penyembuhan luka. 2. Penyembuhan Luka Perinium Pada Ibu
Post Partum Penyembuhan luka dianggap normal apabila berlangsung antara 6-
7 hari dan dikatakan lambat apabila berlangsung lebih dari 7 hari6 . Faktor-
faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perinium, antara lain : Faktor
Eksternal meliputi lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial ekonomi,
penanganan petugas, kondisi ibu, gizi dan Faktor Internal meliputi usia,
penanganan jaringan, hemoragi, hipovalemia, faktor lokal edema, defisit nutrisi,
defisit oksigen, medikasi, aktivitas berlebih, vulva hygiene. Faktor eksternal
yang mempengaruhi kesembuhan luka perineum antara lain tradisi, tradisi
sangat mempengaruhi penyembuhan luka, di Indonesia ramuan peninggalan
nenek moyang untuk perawatan pasca persalinan masih banyak digunakan,
meskipun oleh kalangan masyarakat modern. Pengetahuan ibu tentang
perawatan pasca persalinan sangat menentukan lama penyembuhan luka
perineum. Faktor internal seperti aktivitas berat dan berlebih juga merupakan
faktor yang mengganggu penyembuhan luka karena dapat menghambat
perapatan tepi luka. Hari ke-6 penelitian termasuk fase proliferasi atau fase
fibroplasia dimana pada fase ini serat kolagen yang akan mempertautkan tepi
luka dibentuk dan di hancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan
tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat
kontraktil miofibroblas, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase

80
ini, kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam
proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan
intramoekul dan antar molekul. Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel
radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan
dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel
tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah
mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang
terbentuk dari proses mitosis. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling
menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya
permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi
juga akan berhenti dan memulai proses pematangan dalam fase penyudahan.7
Berdasarkan Tabel 2 diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden
keadaan lukanya belum sembuh di hari ke-6 yaitu sebanyak 9 responden (60%).
Dari 9 responden yang belum sembuh ini, sebagian besar berumur antara 20-35
tahun (5 orang), berpendidikan SMA (4 orang) dan bekerja sebagai ibu rumah
tangga (6 orang). Mereka yang berusia antara 20-35 tahun merupakan usia
produktif, dimana usia produktif termasuk usia yang masih dapat mempercepat
penyembuhan luka. Pendidikan SMA termasuk pendidikan yang cukup tinggi,
seharusnya pengetahuannya lebih banyak daripada pendidikan SD dan SMP.
Tidak semua yang berpendidikan SMA pengetahuannya lebih banyak.
Pengetahuan mereka bisa kalah dengan yang berpendidikan SD dan SMP, jika
mereka tidak aktif bertanya dan mencari tahu tentang faktor-faktor yang dapat
mempercepat penyembuhan luka. Bekerja sebagai ibu rumah tangga jelas
pengetahuannya lebih sedikit daripada yang swasta. Mereka kurang terpapar
informasi-informasi dari luar yang bisa diambil ilmunya tentang penyembuhan
luka. Kenyataan dilapangan saat dilakukan penelitian dihari ke-6 menunjukkan
sebagian besar luka perinium ibu belum sembuh dengan kondisi luka masih ada
kemerahan, ada tandatanda infeksi dan luka jahitan masih belum menutup. Hal
ini disebabkan karena cara melakukan teknik vulva hygiene ibu post partum
dalam kategori kurang baik. 3. Menganalisis Hubungan Teknik Vulva Hygiene
Dengan Penyembuhan Luka Perinium Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat dilihat
dari 7 responden yang kurang baik teknik vulva hygienenya dan lukanya belum
sembuh. Dari 8 responden yang cukup baik teknik vulva hygienenya terdiri dari
2 responden dengan luka belum sembuh dan 6 responden lukanya sembuh. Dari
7 responden yang teknik vulva hygienenya kurang baik dan lukanya belum
sembuh ini, sebagian besar berumur antara 20=35 tahun (5 orang),
berpendidikan SMA (3 orang), dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (5 orang).
Berdasarkan hasil perhitungan uji Koefisien Kontingensi (C)didapatkan hasil
0,003 Hubungan Tekhnik Vulva Hygien dengan Penyembuhan Luka perineum
pada Ibu Post Partum 9 Jurnal Kebidanan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2018 (p

81
SNHRP-II UNIPA Surabaya

 December 2020

 Conference: SNHRP - II : Seminar Nasional Hasil Riset dan


Pengabdian, Ke - II, 2019 Tersedia online di http://snhrp.unipasby.ac.id/
ISBN 978 - 602 - 5793 - 57 - 8 256 SNHRP - II UNIPA Surabaya
Perbedaan Tingkat Nyeri Luka Perineum Antara Penjahitan Jelujur Dan
Terputus Pada Ibu Nifas

 At: Di BPM Maya Waru - Sidoarjo

 Project: midwife

Authors:

Setiana Andarwulan

 PGRI University of Adi Buana

Download full-text PDFRead full-text


Download full-text PDF
Read full-text
Download citation
Copy link

References (4)

Abstract
ABSTRAK Robekan perineum terjadi hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga tidak
sampai dasar panggul dilalui kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir
tidak ditahan terlampau kuat dan lama karena menyebabkan asfiksia perdarahan dalam
tengkorak janin dan melemahkan otot-otot pada dasar panggul karena direnggangkan terlalu
lama. Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, yang timbul bila ada jaringan rusak,
dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus. Asuhan
persalinan normal merekomendasikan menggunakan sedikit mungkin jahitan untuk

82
mendekatkan jaringan, jahitan jelujur untuk menutup mukosa vagina dan otot perineum,
penjahitan secara terputus dapat dilakukan jika luka mencapai lapisan otot perineum, Teknik
penjahitan jelujur pada penutupan kulit laserasi perineum dikatakan berhubungan dengan
derajat nyeri perineum jangka pendek, akan tetapi evaluasi objektif yang kritis dan mendukung
pernyataan tersebut jarang dilakukan. Monitoring nyeri dilakukan setelah penjahitan laserasi
pada perineum untuk menilai proses penyembuhan berjalan baik atau tidak. Tujuan penelitian
mengetahui perbedaan tingkat nyeri luka antara jahitan jelujur dan terputus pada ibu nifas di
Bidan Praktek Mandiri Maya. Rancang bangun penelitian yang dilakukan adalah penelitian
eksperimental dengan desain penelitian analisis observasional. Sampel sebanyak 22 responden
ibu nifas dengan teknik pengambilan data secara total sampling, kemudian dilakukan
randomisasi. Kemudian dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk. Bila data tidak
berdistribusi normal dilakukan uji Mann-Whitney. Berdasarkan pada hasil uji Mann-Whtney nilai p
value = 1 lebih besar dari nilai α= 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
pada tingkat nyeri ibu nifas antara jahitan jelujur dan terputus. Sehingga tidak ada hubungan
yang berarti antara tingkat nyeri denga perbedaan jahitan baik itu jelujur maupun terputus.
ABSTRACT Perineal tears occur in most first births and not infrequently in subsequent deliveries.
These tears can be avoided or reduced by not keeping the pelvic floor through the fetal head
quickly. Conversely, the fetal head to be born is not held too long and too strong because it
causes asphyxia of bleeding in the fetal skull and weakens the muscles at the base of the pelvis
because it is stretched for too long. Pain is the body's defense mechanism, which arises when
there is damaged tissue, and this will cause the individual to react by moving the stimulus.
Normal childbirth care recommends using as little stitches as possible to bring tissue closer,
bare stitches to close the vaginal mucosa and perineal muscles, interrupting suturing can be
done if the wound reaches the perineal muscle layer, Technique stitching to the skin closure
perineal laceration is said to be related to the degree of perineal pain in the short term , however,
objective evaluation that is critical and supports this statement is rarely carried out. Pain
monitoring is performed after suturing the laceration in the perineum to assess the healing
process is going well or not. The purpose of the
SNHRP-II : Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian, Ke-II, 2019

Tersedia online di http://snhrp.unipasby.ac.id/

SNHRP-II : Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian, Ke-II, 2019


Tersedia online di http://snhrp.unipasby.ac.id/ ISBN 978-602-5793-57-8 256
SNHRP-II UNIPA Surabaya Perbedaan Tingkat Nyeri Luka Perineum Antara
Penjahitan Jelujur Dan Terputus Pada Ibu Nifas Di BPM Maya Waru - Sidoarjo
Setiana Andarwulan Program Studi D III Kebidanan, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya E-mail:
setianaandarwulan@unipasby.ac.id ABSTRAK Robekan perineum terjadi
hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga tidak
sampai dasar panggul dilalui kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala
janin yang akan lahir tidak ditahan terlampau kuat dan lama karena
menyebabkan asfiksia perdarahan dalam tengkorak janin dan melemahkan
otot-otot pada dasar panggul karena direnggangkan terlalu lama. Rasa
nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, yang timbul bila ada jaringan
rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara

83
memindahkan stimulus. Asuhan persalinan normal merekomendasikan
menggunakan sedikit mungkin jahitan untuk mendekatkan jaringan, jahitan
jelujur untuk menutup mukosa vagina dan otot perineum, penjahitan
secara terputus dapat dilakukan jika luka mencapai lapisan otot perineum,
Teknik penjahitan jelujur pada penutupan kulit laserasi perineum dikatakan
berhubungan dengan derajat nyeri perineum jangka pendek, akan tetapi
evaluasi objektif yang kritis dan mendukung pernyataan tersebut jarang
dilakukan. Monitoring nyeri dilakukan setelah penjahitan laserasi pada
perineum untuk menilai proses penyembuhan berjalan baik atau tidak. Tujuan
penelitian mengetahui perbedaan tingkat nyeri luka antara jahitan jelujur dan
terputus pada ibu nifas di Bidan Praktek Mandiri Maya. Rancang bangun
penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan desain
penelitian analisis observasional. Sampel sebanyak 22 responden ibu nifas
dengan teknik pengambilan data secara total sampling, kemudian dilakukan
randomisasi. Kemudian dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk.
Bila data tidak berdistribusi normal dilakukan uji Mann-Whitney. Berdasarkan
pada hasil uji Mann-Whtney nilai p value = 1 lebih besar dari nilai α= 0,05
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat nyeri
ibu nifas antara jahitan jelujur dan terputus. Sehingga tidak ada hubungan
yang berarti antara tingkat nyeri denga perbedaan jahitan baik itu jelujur
maupun terputus. Kata kunci : perineum, teknik jahitan, rasa nyeri
ABSTRACT Perineal tears occur in most first births and not infrequently in
subsequent deliveries. These tears can be avoided or reduced by not keeping
the pelvic floor through the fetal head quickly. Conversely, the fetal head to
be born is not held too long and too strong because it causes asphyxia of
bleeding in the fetal skull and weakens the muscles at the base of the pelvis
because it is stretched for too long. Pain is the body's defense mechanism,
which arises when there is damaged tissue, and this will cause the
individual to react by moving the stimulus. Normal childbirth care
recommends using as little stitches as possible to bring tissue closer, bare
stitches to close the vaginal mucosa and perineal muscles, interrupting suturing
can be done if the wound reaches the perineal muscle layer, Technique stitching
to the skin closure perineal laceration is said to be related to the degree of
perineal pain in the short term , however, objective evaluation that is critical
and supports this statement is rarely carried out. Pain monitoring is performed
after suturing the laceration in the perineum to assess the healing process is
going well or not. The purpose of the
SNHRP-II : Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian, Ke-II, 2019
Tersedia online di http://snhrp.unipasby.ac.id/ ISBN 978-602-5793-57-8 257
SNHRP-II UNIPA Surabaya study was to determine the difference in the level
of wound pain between strips and broken sutures in puerperal mothers in the

84
Midwife Maya Independent Practice. The research design is an
experimental research design with observational analysis research. Sample
of 22 postpartum mothers with total sampling technique, then randomized.
Then normality test is done with Shapiro-Wilk. If the data are not normally
distributed, the Mann-Whitney test is performed. Based on the results of the
Mann-Whtney test, the value of p value = 1 is greater than the value of
α = 0.05, indicating that there is no significant difference in the level of
puerperal pain between straight and interrupted sutures. So that there is no
meaningful relationship between the level of pain with the difference in
stitches, whether it is plain or broken. Keywords: perineal, stitching
techniques, pain 1. PENDAHULUAN Robekan perineum terjadi hampir
semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga
tidak sampai dasar panggul dilalui kepala janin dengan cepat. Sebaliknya
kepala janin yang akan lahir tidak ditahan terlampau kuat dan lama karena
menyebabkan asfiksia perdarahan dalam tengkorak janin dan melemahkan
otot-otot pada dasar panggul karena direnggangkan terlalu lama[7] Menurut
laporan dari WHO, kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat,
dan pasca kehamilan. Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan
mayoritas kasus kematian ibu – sekitar 75% dari total kasus kematian ibu
– adalah pendarahan, infeksi, tekanan darah tinggi saat kehamilan,
komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2014). Untuk
kasus Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Pusat Kesehatan dan
Informasi Kemenkes (2014) penyebab utama kematian ibu dari tahun 2010-
2013 adalah pendarahan (30.3% pada tahun 2013) dan hipertensi 27.1%
pada tahun 2013. Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, yang
timbul bila ada jaringan rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu
bereaksi dengan cara memindahkan stimulus. Reseptor nyeri (nosiseptor)
adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial
merusak. Reseptor ini tersebar luas pada permukaan superfisial kulit dan
jaringan dalam tertentu, misalnya dinding arteri, periosteum, permukaan sendi,
dan falks serta tentorium tempurung kapala.[4] Asuhan persalinan normal
merekomendasikan menggunakan sedikit mungkin jahitan untuk
mendekatkan jaringan, jahitan jelujur untuk menutup mukosa vagina dan
otot perineum, penjahitan secara terputus dapat dilakukan jika luka mencapai
lapisan otot perineum, serta jahitan subkutikular untuk menutup lapisan
kulit perineum. Benang yang digunakan adalah benang kromik 2-0 atau 3-0
yang bersifat lentur, kuat dan tahan lama. Penilaian dan pengelolaan trauma
perineum dengan menekankan perbaikan pada robekan

85
SNHRP-II : Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian, Ke-II, 2019,
halaman 256 - 264 258 dikatakan berhubungan dengan derajat nyeri
perineum jangka pendek, akan tetapi evaluasi objektif yang kritis dan
mendukung pernyataan tersebut jarang dilakukan. Indonesia sebagai negara
berkembang yang mempunyai sumber daya kesehatan terbatas menuntut
bidan bekerja sesuai kondisi lapangan tanpa mengabaikan evidence based.
Penelitian yang berkaitan dengan permasalahan morbiditas ibu setelah
mengalami trauma perineum pada persalinan normal oleh bidan jarang
dilakukan, terutama yang berkaitan dengan nyeri perineum dan pasca
penjahitan laserasi baik spontan maupun episiotomi. Nyeri perineum
merupakan masalah pada sebagian besar wanita pascasalin yang telah
dilakukan penjahitan karena mengalami trauma perineum saat persalinan.
Monitoring nyeri dilakukan setelah penjahitan laserasi pada perineum untuk
menilai proses penyembuhan berjalan baik atau tidak. Tujuan dari penelitian
tentang perbedaan tingkat antara jahitan jelujur dan terputus di BPM Maya
Waru Sidoarjo adalah : a. Tujuan Umum : mengetahui perbedaan tingkat
nyeri luka perineum pada ibu nifas antara jahitan jelujur dan terputus di
BPM Maya Waru – Sidoarjo. b. Tujuan Khusus : 1) Mengidentifikasi tingkat
nyeri luka perineum jahitan jelujur ibu nifas di BPM Maya Waru Sidoarjo.
2) Mengidentifikasi tingkat nyeri luka perineum jahitan terputus ibu nifas di
BPM Maya Sidoarjo. 3) Menganalisa tingkat nyeri luka perineum ibu nifas
jahitan jelujur dan terputus di BPM Maya Sidoarjo. 2. METODE
PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
menggunakan pola latar deduktif-induktif. Penelitian yang dimaksud berupa
analitik observsional. Dengan desain penelitian yaitu eksperimental melalui
metode komparasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juli 2019 di BPM
Maya Waru – Sidoarjo. Subyek penelitiannya adalah ibu nifas yang
melahirkan BPM Maya Sidoarjo. Prosedur penelitian yaitu dengan
melakukan pengambilan sampel sebanyak 22 responden dilakukan dengan
teknik total sampling. Kemudian seluruh sampel yang diambil dilakukan
randomisasi. Selanjutnya dilakukan uji Shapiro-Wilk, bila data yang
didapatkan berdistribusi normal dilakukan uji Independent T tes, namun
bila tidak berdistribusi normal dilakukan uji Mann Whitney. 3. HASIL
PENELITIAN a. Data Umum 1) Tabel 5.1 Deskripsi Umur Responden Ibu
Nifas Di Bidan Praktek Mandiri Maya Umur Responden Jumlah Responden
Prosentase (%) 20-35 tahun 18 81,8 >35 tahun 4 18,2 Total 22 100,0 Sumber :
hasil analisis data September 2019 Berdasarkan tabel 5.1 diatas
menunjukkan bahwa setengahnya dari 22 responden berumur 20 – 35 tahun
SNHRP-II : Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian, Ke-II, 2019,
halaman 256 - 264 259 sebanyak 18 orang ( 81,8 %) sedangkan yang
berumur > 35 tahun hanya 4 orang ( 18,2 %). 2) Tabel 5.2 Deskripsi

86
Pendidikan Responden Ibu Nifas Di Bidan Praktek Mandiri Maya Pendidikan
Responden Jumlah Responden Prosentase (%) SMP 4 18,2 SMA 17 77,3 PT 1
4,5 Total 22 100,0 Sumber : hasil analisis data September 2019 Berdasarkan
tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa setengahnya dari 22 responden yang
berada di jenjang pendidikan SMA berjumlah 17 orang ( 77,3 %),
sedangkan responden yang berada di jenjang pendidikan SMP berjumlah 4
orang ( 18,2 % ) dan responden yang berada pada di jenjang Perguruan
Tinggi sebanyak 1 orang (4,5 %) 3) Tabel 5.3 Deskripsi Pendidikan
Responden Ibu Nifas Di Bidan Praktek Mandiri Maya Pekerjaan Responden
Jumlah Responden Prosentase (%) IRT 17 77,3 SWASTA 4 18,2
WIRASWASTA 1 4,5 Total 22 100,0 Sumber : hasil analisis data September
2019 Berdasarkan tabel 5.3 lebih dari setengahnya responden sebanyak 17
orang ( 77,3% ) responden bekerja sebagai IRT, sedangkan sebanyak 4
orang ( 18,2% ) dan sebanyak 1 orang ( 4,5% ) bekerja sebagai Wiraswasta. b.
Data Khusus 1) Tabel 5.4 Deskripsi Teknik Jahitan Responden Ibu Nifas
Di Bidan Praktek Mandiri Maya Teknik Jahitan Jumlah Responden Prosentase
(%) Jelujur 11 50,0 Terputus 11 50,0 Total 22 100,0 Sumber : hasil analisis data
September 2019 Berdasarkan data penelitian diatas tabel 5.4 menunjukkan
bahwa jumlah responden yang dilakukan jahitan jelujur sebanyak 11 orang
( 50% ), sedangkan jahitan terputus sebanyak 11 orang ( 50% ). 2) Tabel 5.5
Deskripsi Tingkat Nyeri Ibu Nifas Di Bidan Praktek Mandiri Maya Umur
Responden Jumlah Responden Prosentase (%) Tidak Nyeri 0 0 Nyeri Ringan
10 45,5 Nyeri Sedang 10 45,5 Nyeri Berat Terkontrol 2 9,1 Nyeri Berat Tidak
Terkontrol 0 0 Total 22 100,0 Sumber : hasil analisis data September 2019
Berdasarkan data penelitian dibawah tabel 5.5 menunjukkan bahwa jumlah
responden yang dilakukan jahitan jelujur sebanyak 11 orang ( 50% ),
sedangkan jahitan terputus sebanyak 11 orang ( 50% ). Hasil tabulasi silang
menunjukkan bahwa kurang dari setengah responden mengalami nyeri
ringan dengan jahitan jelujur sebanyak 5 responden (22,7%) dan dengan
jahitan terputus sebanyak 5 responden (22,7%), sedangkan nyeri sedang
kurang dari setengah responden
SNHRP-II : Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian, Ke-II, 2019,
halaman 256 - 264 260 mengalami nyeri ringan dengan jahitan jelujur
sebanyak 5 responden ( 22,7%) dan dengan jahitan terputus sebanyak 5
responden ( 22,7%) dan yang mengalami nyeri berat terkontrol sebanyak 1
responden ( 4,5%) dengan jahitan jelujur dan sebanyak 1 responden ( 4,5%)
dengan jahitan terputus. Tabel 5.5 Tabulasi silang antara tingkat nyeri
dengan jahitan jelujur dan terputus Ibu Nifas di Bidan Praktek Mandir
Maya Tabel 5.6 Uji Normalitas data antara tingkat nyeri dengan jahitan
jelujur dan terputus Ibu Nifas di Bidan Praktek Mandir Maya. Dari tabel uji
normalitas data di dapatkan bahwa nilai p value < dari α=0,05 % sehingga

87
data tidak berdistribusi normal, sehingga dilakukan uji Mann-Whitney Test
Statistics(b) Grouping Variable: jahitan Dari tabel Mann-Whitney yang
dilakukan di dapatkan nilai p value = 1, dan nilai tersebut lebih besar
dari nilai α=0,05 sehingga hasilnya tidak ada perbedaan tingkat nyeri pada
ibu nifas antara jahitan jelujur dn terputus. 4. PEMBAHASAN 4.2. Tingkat
Nyeri Luka Perineum Ibu Nifas Dengan Jahitan Jelujur Pada data tabulasi
silang didapatkan dari 22 responden yang dilakukan jahitan jelujur yang
mengalami nyeri ringan sebanyak 5 responden ( 22,7 %), yang mengalami
nyeri sedang sebanyak 5 responden ( 22, 7 % ) dan yang mengalami nyeri
berat terkontrol sebanyak 1 responden ( 9,1 %) Jahitan jelujur mudah
dilakukan, nyaman bagi pasien, cepat untuk menyatukan tepi luka, dan
dilakukan pada luka yang mempunyai ketegangan kecil. Jahitan jelujur
memberikan hasil kosmetik yang lebih unggul karena berada di dalam luka.
Sebagai sebuah cara yang sangat baik untuk menutup luka pada kulit agar
bekasnya samar atau tidak terlihat, mengurangi iskemi dan tekanan pada
jaringan. Jahitan subkutikular dilakukan pada tepi luka Jahitan Nyeri Total
Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat terkontol N % n % n % N % Jelujur 5
22,7 5 22,7 1 4,5 11 50 Terputus 5 22,7 5 22,7 1 4,5 11 50 Total 10 45,5 10
45,4 2 9,1 22 100 nyeri Mann-Whitney U 60,500 Wilcoxon W 126,500 Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000(a)
SNHRP-II : Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian, Ke-II, 2019,
halaman 256 - 264 261 yang mudah disatukan, tepi luka yang mengarah
keluar, jaringan mati telah dihilangkan terlebih dahulu, dan ketegangan luka
kecil. Jahitan subkutikular tidak dapat digunakan pada luka yang teregang
karena kekuatannya tidak sekuat jahitan lain. Jahitan jelujur mempunyai
kerugian bila benang putus seluruh luka akan terbuka kembali.
( Sjamsuhidayat, 2009). Sesuai penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Dyah Setya yang menyatakan bahwa dalam proses penyembuhan luka
perineum jahitan jelujur dirasa lebih cepat, sehingga rasa nyeri akan
menurun lebih cepat. Berdasarkan fakta dan teori peneliti berasumsi luka
perineum merupakan luka yang disebabkan karena adanya robekan pada
perineum pada saat proses persalinan. Luka tersebut dapat menimbulkan rasa
nyeri yang dirasa tidak nyaman bagi ibu nifas. Penurunan rasa nyeri
tergantung dari usaha yang dilakukan salah satunya adalah melakukan
penjahitan. Dengan melakukan penjahitan yang memperhatikan vaskularisasi
sehingga proses penurunan rasa nyeri dapat dipercepat. Jahitan jelujur
merupakan jahitan yang bisa memberikan rasa nyaman pada pasien,
dikarenakan simpul yang terdapat pada jahitan jelujur lebih sedikit
sehingga dapat meminimalkan rasa nyeri. 4.2 Tingkat Nyeri Luka Perineum
Ibu Nifas Dengan Jahitan Terputus Pada data tabulasi silang didapatkan dari
22 responden yang dilakukan jahitan terputus yang mengalami nyeri ringan

88
sebanyak 5 responden ( 22,7 %), yang mengalami nyeri sedang sebanyak 5
responden ( 22, 7 % ) dan yang mengalami nyeri berat terkontrol sebanyak 1
responden ( 9,1 %). Pada jahitan terputus benang digunakan dalam beberapa
untaian untuk menutup luka. Setiap untai benang diikat dan digunting setelah
penyimpulan. Kondisi ini lebih aman untuk menutup luka karena jika satu
ikatan terlepas maka jahitan lain yang tersisa yang tidak terlepas akan terus
menyatukan luka dan membantu proses penyembuhan. Penjahitan terputus
dapat digunakan pada luka yang terinfeksi, karena perjalanan
mikroorganisme dapat dikurangi dengan jahitan terputus. ( Ethicon Johnson
& Johnson, 2005 ). Berdasarkan fakta dan teori peneliti berasumsi bahwa
penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Bamigboye, yang
menyatakan bahwa teknik penjahitan yang digunakan dalam penjahitan luka
sangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri. Adanya perlekatan yang
sempurna menyebabkan proses pembentukan sel baru dan mencegah
terjadinya infeksi. teknik jahitan terputus memiliki sisi simpul pada setiap
sisinya. Simpul ini lebih banyak, namun dapat meminimalkan kemungkinan
infeksi yang terjadi pada daerah luka. 4.3 Perbedaan Tingkat Nyeri Luka
Perineum Antara Jahitan Jelujur dan Terputus Berdasarkan tabel 5.8
menunjukan bahwa yang mengalami nyeri ringan maupun sedang pada
penjahitan jelujur maupun terputus dari
SNHRP-II : Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian, Ke-II, 2019,
halaman 256 - 264 262 22 responden sebanyak 5 orang ( 22, 7% ), sedangkan
yang mengalami nyeri sedang antara jahitan jelujur maupun terputus
sebanyak 5 orang ( 22,7%), sisanya mengalami nyeri berat terkontrol
sebanyak 2 orang ( 9,1% ). Perbaikan laserasi perineum dilakukan untuk
memastikan bahwa jaringan telah berada kembali pada posisi yang benar,
membantu penyembuhan luka secara primer, menghentikan perdarahan
(hemostasis), mengurangi ruangan tidak berguna tempat terjadinya
perdarahan, mencegah terjadinya infeksi. ( Bick D, 2004 ). Sedangkan
tujuan umum dari perjahitan laserasi perineum adalah untuk
mempertahankan integritas dasar panggul wanita. ( Coad, 2006 ) Luka
labia bilateral akan saling bersentuhan ketika ibu berdiri atau duduk sehingga
harus dijahit agar tidak terjadi perlekatan labia. Bila perbaikan perineum tidak
dilakukan dengan baik, dampak serius jangka pendek atau jangka panjang
akan terjadi serta dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan ibu.
Perbaikan perineum sering dilakukan dalam tiga tahap yaitu: dinding
vagina posterior, lapisan otot perineum dan kulit perineum. ( JNPKR, 2007 ).
Penjahitan harus mengikutsertakan fasia, dimana fasia ini jaringan yang
berfungsi menyokong bagian posterior dari vagina. Dilakukan jahitan jelujur
sampai pada cincin himen kemudian diikat dibagian proksimal cicin tersebut.
Dilanjutkan dengan penjahitan mukosa vagina secara lengkap. Ujung otot

89
transversus perinei yang terputus didekatkan kembali dengan satu atau dua
buah jahitan terputus secara melintang. ( Jhonson, 2006 ) Penjahitan otot
bulbocavernosus dilakukan dengan jahitan terputus. Umumnya tepi otot ini
mengalami retraksi kearah posterior dan superior, untuk penjahitannya
diperlukan jarum yang besar. Jika laserasi meluas sampai dengan fasia
rektovagina di perineum, fasia tersebut dijahitkan pada perineum dengan
dua buah jahitan interrupted secara vertikal. Jika penjahitan otot-otot
perineum dilakukan dengan pendekatan anatomis ini, penyatuan kulit
perineum biasanya akan baik dan umumnya penjahitan kulit perineum tidak
diperlukan. Penjahitan kulit perineum ini akan meningkatkan kejadian nyeri
daerah perineum pada 3 bulan pascasalin.( Lemman, 2003). Teknik
penjahitan sendiri yang biasa dilakukan kepada ibu yang melahirkan di
BPM Maya berupa jahitan jelujur dan terputus. Baik jahitan jelujur dan
terputus memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing. berdasarkan uji
statistic yang dilakukan yaitu uji Mann – Whitney menyatakan bahwa nilai p
value lebih besar dibandingkan nilai α=0,05 sehingga di dapatkan tidak
ada perbedaan yang signifikan dengan tingkat nyeri. Baik jelujur maupun
terputus memiliki tingkat nyeri yang sama terhadap ibu nifas. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rakshanda Aslam dalam artikelnya
yang menyatakan perbandingan frekuensi dan keparahan nyeri (ringan /
berat) dengan menggunakan metode kontinu dan terputus untuk perbaikan
episiotomi atau robekan perineum derajat kedua menunjukkan perbedaan
yang tidak signifikan secara statistik pada kedua kelompok.
SNHRP-II : Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian, Ke-II, 2019,
halaman 256 - 264 263 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan melalui analisis antara varibel
dependen dan independen maka dapat dirumuskan kesimpulan a. Setengah
dari responden ysng dilakukan penjahitan jelujur sama – sama mengalami
nyeri ringan dan berat sebanyak 5 (22,7 %)responden dsn nyeri berat
terkontrol sebanyak 1 orang ( 9,1 %). b. Setengah dari responden ysng
dilakukan penjahitan terputus sama – sama mengalami nyeri ringan dan
berat sebanyak 5 (22,7 %)responden dsn nyeri berat terkontrol sebanyak 1
orang ( 9,1 %). c. Tidak ada perbedaan tingkat nyeri antara jahitan jelujur
dan terputus di BPM Maya. Hasil uji Mann-Whitney di dapatkan nilai p value
adalah 1,00. 5.2 Saran 5.2.1 Instansi Setempat Diharapkan tenaga kesehtan
lebih mengoptimalkan kelurga atau suami untuk memberikan dukungan agar
rasa nyeri yang dirasakan ibu dapat berkurang 5.2.2 Tenaga Kesehatan Lebih
meningkatkan mutu pelayanan khususnya di bidang kebidanan, terutama
perawatan pada ibu dan anak khususnya perawatan luka perineum,
pentingnya melakukan penyuluhan tentang perawatan luka perineum secara
tepat sehingga luka segera pulih dan tingkatan rasa nyeri dapat segera turun.

90
7.2.3 Peneliti Selanjutnya Adanya penelitian lebih lanjut mengenai
penggunaan VCO dalam perawatan luka perineum yang diharapkan dapat
mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri.
UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimkasih disampaikan kedapa
penyandang dana Universitas PGRI Adi Buana Subaya terutama Kepala
LPPM yang sudah memberikan ijin atas pelaksanaan penelitian ini. Kepada
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah mendukung penelitian serta
kepala BPM maya yang telah memberikan ijin atas pelaksanaan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA [1] Bick D, MacArtur C, Knowles H, Winter H.
Postnatal Care evidence and guidelines for management. Churchill
livingstone: Elsevier; 2004 [2] Coad J, Dunstall. Anatomy and Physiology
for midwives. Churchill Livingstone: Elsevier; 2006 [3] Ethicon Johnson &
Johnson. Wound closure manual. Somerville: Johnson & Johnson Company;
2005 [4] Guyton AC, Hall JE. Fisiologi Kedokteran. Setiawan I,
[penyunting]. Edisi 9. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC: 1997. hlm.
761-70 [5] JNPK-KR/ POGI, JHPIEGO. Asuhan persalinan normal dan
inisiasi menyusu
SNHRP-II : Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian, Ke-II, 2019,
halaman 256 - 264 264 dini. Edisi Ke-3. Jakarta; Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik; 2007. [6] Leeman L, Spearman M, Rogers R. Repair of
obstetric perineal lacerations. Am Fam Physician 2003;68:1585-90. [7]
Sarwono Prawirohardjo.dkk.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.
[8] Sjamsuhidajat, Jong WD. Buku Ajar Ilmu bedah. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC; 2005.

Citations (0)

References (4)

Repair of Obstetric Perineal Lacerations


Full-text available
Article
Nov 2003AM FAM PHYSICIAN
Lawrence LeemanMaridee SpearmanRebecca Rogers
View

91
Show abstract
Postnatal Care evidence and guidelines for management
Jan 2004
D BickC MacarturH KnowlesH Winter
Bick D, MacArtur C, Knowles H, Winter H. Postnatal Care evidence and
guidelines for management. Churchill livingstone: Elsevier; 2004
Anatomy and Physiology for midwives
JURNAL MIDWIFERY Vol 2 No 2 Tahun 2020 DOI: 10.24252/jm.v2i2a4
Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny “S” dengan Nyeri Luka
Jahitan Perineum pada Tanggal 24 Juli-03 September 2019 di RSUD
Syekh Yusuf Gowa Tahun 2019 1Nurul Atikah, 2Zelna Yuni Andryani. A,
3Dewi Setiawati Asuhan kebidanan merupakan penerapan
fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan
pelayanan pada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam
bidang kesehatan ibu pada masa hamil, persalinan, maupun nifas. Masa
nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi
pada 24 jam pertama setelah persalinan, di antaranya di sebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas (Saleha,2013:95). Menurut World Health
Organization (WHO) setiap hari terdapat 830 kasus kematian ibu. Di
Indonesia AKI tahun 2010-2013 disebabkan oleh perdarahan dan memiliki
presentase ABSTRAK Pendahuluan Nifas adalah masa sesudah persalinan
yaitu sejak kelahiran bayi, plasenta dan selaput yang diperlukan untuk
memulihkan kembali kesehatan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang
lebih 6 minggu. Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk melaksanakan
manajemen asuhan kebidanan masa nifas pada ibu dengan nyeri luka
jahitan perineum di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2019 menggunakan
pendekatan studi kasus, dengan metode manajemen asuhan kebidanan tujuh
langkah Varney dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP. Hasil asuhan
pada Ny “S” dengan Nyeri Luka Jahitan Perineum Asuhan dilakukan selama
42 hari dengan melakukan kunjungan masa nifas sebanyak 7 kali, baik di RS
maupun di rumah ditemukan ibu mengalami nyeri luka jahitan perineum sejak
setelah ibu melahirkan pada tanggal 24 Juli 2019, selama pemantauan
tidak ditemukan adanya masalah potensial seperti tanda-tanda infeksi serta
pada hari ke 6 masa nifas Ny “S” luka jahitan perineum tampak mulai
menyatu dengan kulit dan berangsur sembuh. Kesimpulan dari studi kasus
setelah pemantauan dan analisa data pada ibu dengan nyeri luka jahitan
perineum di RSUD Syekh Yusuf Gowa tahun 2019 pemantauan masa nifas

92
berjalan normal, tanda-tanda vital dalam batas normal dan telah dilakukan
pendokumentasian semua temuan dan tindakan yang telah dilaksanakan pada
Ny “S” dengan hasil tidak ditemukannya kesenjangan antara teori dan kasus
yang di dapatkan. ABSTRACT Introduction postpartum is the post period of
childbirth which begins after the birth of a baby. At this time, the placenta and
the membranes are needed to restore the health of the mother as the condition
prior to pregnancy with a period of approximately 6 weeks. This research paper
aims to carry out the postpartum midwifery care management for mothers with
perineal suture pain at the Regional Hospital of Syekh Yusuf Gowa. The case
study approach was employed in this research in which 7-step Varney
obstetric care management method was used. In addition, the
documentation of this study was conducted using SOAP documentation
form. The treatment on the patient of Mrs. “S” with Perineal Suture Pain
was carried out for 42 days by conducting 7 times of postpartum visits,
both at the hospital and at her home. The results found that Mrs. “S” suffered
from perineal suture pain after she gave birth on July 24, 2019. During
the monitoring phase, it is found that there were no potential problems
such as signs of infection. In addition, on the 6th day of the puerperium,
perineal suture wounds of Mrs. “S” started to fuse with the skin, and they
gradually healed. After monitoring process and data analysis on Mrs “S” as the
patient with perineal suture pain at RSUD Syekh Yusuf Gowa in 2019, it was
found and concluded that the puerperium was normal, and the vital signs were
within normal limits. In addition, the documentation form has been carried out
on all findings and treatments on the patient of Mrs "S", and it is evident that no
gap was found between the theory and the actual case of this study.
*Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar * nurulatikah873@gmail.com
Kata kunci : Masa nifas; Nyeri luka jahitan perineum; Langkah varney
Keywords: Postpartum; Perineal suture pain; Varney Steps PENDAHULUAN
Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny “S” dengan Nyeri Luka
Jahitan Perineum pada Tanggal 24 Juli-03 September 2019 di RSUD Syekh
Yusuf Gowa Tahun 2019 79 Jurnal Midwifery Vol. 2 No. 2 (2020) P-ISSN :
2746-2145; E-ISSN : 2746-2153 cukup tinggi (Depkes RI, 2014). Penyebab
kejadian AKI 40% adalah perdarahan pada saat postpartum, salah satunya
adalah perdarahan akibat robekan perineum. Menurut data profil kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, jumlah Angka Kematian Ibu (AKI)
yang dilaporkan oleh Subdin Bina Kesga pada tahun 2015 tercatat
kematian ibu nifas sebanyak 8 orang (57,14%) dari 14 orang AKI. Tahun
2016 tercatat kematian ibu nifas sebanyak 7 orang dengan (38,89%) dari
18 orang AKI, dan pada tahun 2017 tercatat kematian ibu nifas 4 orang
(30,77%) dari 13 orang AKI (Profil Kesehatan Kab.Gowa, 2018). Menurut
data rekam medik RSUD Syekh Yusuf Gowa sendiri pada tahun 2015 tercatat

93
jumlah ibu nifas yang di rawatsebanyak 1804 pasien, tahun 2016 menjadi 1578
pasien, tahun 2017 sebanyak 2012 pasien, sedangkan tahun 2018 sebanyak
2571 pasien. Pada tahun 2018 Sekitar 50% dari pasien diantaranya mengalami
luka jahitan perineum dan mengalami nyeri pada luka jahitan perineum (Rekam
Medik RSUD Syekh yusuf Gowa 2019). Nyeri perineum timbul karena
adanya kejadian robekan atau laserasi perineum saat proses melahirkan
karena adanya jaringan yang terputus sehingga merangsang hipotalamus
untuk mengeluarkan reseptor nyeri pada daerah perineum (Sarwono, 2008).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nyeri adalah usia. Pada
penelitian yang dilakukan Mulati di beberapa BPM di wilayah Kabupaten
Klaten, Ibu postpartum pada golongan usia 20-35 tahun yang mengalami nyeri
berat sejumlah 28 orang (30,7%), nyeri sedang sejumlah 19 orang (20,8%)
dan nyeri ringan sejumlah 30 orang (32,9%), Sebaliknya ibu postpartum
yang berusia <20 tahun tidak ada yang mengalami nyeri berat, mereka hanya
mengalami rasa nyeri ringan bahkan ada yang tidak mengalami rasa nyeri
meskipun mengalami laserasi perineum (Mulati, 2017:45). Nyeri perineum
bisa menjadi persoalan bagi ibu nifas karena akan menimbulkan gangguan
ketidaknyamanan dan kecemasan. Dampak negatif lain diantaranya
terhambatnya mobilisasi, terhambatnya proses bounding attachment, perasaan
lelah, maupun gangguan pola tidur. Dampak negatif ini bila tidak di atasi akan
mempengaruhi proses pemulihan ibu nifas sehingga sangatlah penting untuk
mengetahui penanganan yang tepat untuk memperkecil resiko kelainan atau
bahkan kematian ibu nifas. Berdasarkan uraian dan data-data pendukung di
atas menunjukkan bahwa masih tingginya kejadian nyeri luka jahitan
perineum di RSUD Syekh Yusuf maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny “S”
dengan Nyeri Luka Jahitan Perineum di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun
2019. Melaksanakan studi kasus dengan pendekatan Manajemen Asuhan
Kebidanan sesuai dengan 7 Langkah Varney dan pendokumentasian dalam
bentuk SOAP. Penatalaksanaan Asuhan dilakukan dengan pemberian asuhan
yang sesuai standar operasional prosedur pada kasus yang diteliti yaitu
Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas dengan Nyeri Luka Jahitan
Perineum. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar) Pada studi kasus ini
dilakukan pengkajian pada Ny “N”. Berdasarkan hasil pengkajian dan
pemeriksaan yang dilakukan pada Ny “S” dengan Nyeri Luka Jahitan
Perineum hari pertama masa nifas ditemukan data ibu dengan adanya
ruptur perineum karena posisi ibu yang kurang baik dan benar, pada saat
meneran dimana ibu sudah dipimpin mengedan HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN METODE PENELITIAN
Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny “S” dengan Nyeri Luka
Jahitan Perineum pada Tanggal 24 Juli-03 September 2019 di RSUD Syekh

94
Yusuf Gowa Tahun 2019 80 Jurnal Midwifery Vol. 2 No. 2 (2020) P-ISSN :
2746-2145; E-ISSN : 2746-2153 dengan baik. Setelah kala II berakhir
dilakukan manajemen aktif kala III, setelah plasenta lahir utuh dan
lengkap, dilakukanlah penjahitan luka perineum dengan anastesi, penjahitan
menggunakan benang plain catgut ukuran 2/0. Penjahitan pada mukosa vagina
menggunakan tehnik jelujur, sementara pada perineum menggunakan tehnik
satu-satu dengan jumlah jahitan sebanyak 4 dengan jarak setiap jahitan adalah
1 cm dan jarak antara jahitan terakhir dengan pangkal luka adalah 0,5 cm.
Penjahitan dilakukan oleh bidan. Didapatkan keadaan umum ibu baik,
kesadaran komposmentis, ekspresi ibu tampak meringis apabila bergerak.
Pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80
kali/menit dan teratur, pernafasan 22 kali/menit, suhu 36,6°C. Pemeriksaan fisik
pada wajah ibu tidak ditemukan oedema, tidak pucat dan ibu tampak meringis,
konjungtiva tampak merah muda dan sklera tidak ikterus, payudara simetris
kiri dan kanan, putting susu menonjol, tampak hiperpigmentasi areola
mammae, tidak ada nyeri tekan dan terdapat pengeluaran colostrum. Tidak
ada luka bekas operasi, tampak linea nigra dan striae livide, TFU 1 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar). Pada vulva dan
perineum tidak ada kelainan, tampak pengeluaran lochea rubra, terdapat
luka jahitan yang masih lembab dan tidak berbau serta ekstremitas tidak
ada varices dan tidak ada oedema. Pada kasus Ny “S” data yang diperoleh
tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ditemukan.
Langkah II (Identifikasi Diagnosa atau Masalah Aktual) Kasus yang dialami
oleh Ny “S”, Pasien mengeluh merasakan nyeri pada jahitan bekas robekan
pada jalan lahir pada saat setelah melahirkan. Persalinan ibu adalah persalinan
anak pertama, dari hasil pemeriksaan vulva dan perineum didapatkan jahitan
bekas robekan secara spontan pada perineum ibu, keadaan luka tersebut
masih lembab, jahitan masih dalam keadaan basah, kondisi luka tidak
menunjukkan adanya oedema dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
perineum seperti adanya pus/nanah, bau busuk dan suhu sekitar luka lebih
tinggi dari pada suhu tubuh ibu. Pada hari pertama sampai hari kedua masa
nifas sangatlah rentan akan terjadinnya infeksi, karena pada waktu inilah luka
masih dalam keadaan lembab dan keadaan luka masih basah diakibatkan
karena lochea yang keluar dari jalan lahir akan melewati luka tersebut.
Infeksi nifas yaitu infeksi bakteri pada dan melalui traktus genetalia yang
terjadi sesudah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38˚C atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama. Dengan demikian penerapan tinjauan teori
pada studi kasus Ny “S” tidak temukan kesenjangan antara teori dengan
kasus yang ditemukan. Langkah III (Identifikasi Diagnosa atau Masalah
Potensial) Berdasarkan kasus Ny “S” saat ini dengan nyeri luka perineum
akibat rusaknya otot-otot dari terjadinya robekan secara spontan, terdapat

95
pegeluaran lochea pada jalan lahir, hal inilah yang dapat memicu terjadinya
infeksi luka perineum. Vagina merupakan organ terbuka yang mudah
dimasuki kuman dan mengakibatkan terjadinya infeksi berdasarkan data
yang ada pada studi kasus Ny “S” dapat diidentifikasi masalah potensial
yaitu antisipasi terjadinya infeksi. Dengan demikian penerapan teori dan
manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus Ny “S” nampak ada
persamaan dan tidak ditemukan adanya kesenjangan. Langkah IV (Tindakan
Emergency atau Kolaborasi) Berdasarkan kasus Ny “S” selama pemantauan,
masa nifas ibu berjalan normal dan tidak ada komplikasi yang menyertai
sehingga tidak diperlukan adanya tindakan segera atau emergency.
Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny “S” dengan Nyeri Luka
Jahitan Perineum pada Tanggal 24 Juli-03 September 2019 di RSUD Syekh
Yusuf Gowa Tahun 2019 81 Jurnal Midwifery Vol. 2 No. 2 (2020) P-ISSN :
2746-2145; E-ISSN : 2746-2153 Langkah V (Merencanakan Asuhan yang
Menyeluruh) Berdasarkan kasus yang terjadi pada Ny “S” yaitu
memberitahu ibu penyebab dari nyeri yang dirasakan oleh ibu, nyeri pada
luka perineum disebabkan oleh karena terputusnya jaringan atau otot-otot
perineum akibat terjadinya robekan baik disengaja maupun robekan spontan
maka aliran darah pada jaringan tersebut terhambat dan mengantarkan respon
nyeri ke hypothalamus dan presepsikan ke saraf perifer dan menimbulkan nyeri
Rencana asuhan yang diberikan adalah memberitahu ibu penyebab dari
nyeri yang dirasakan oleh ibu selain menjelaskan penyebab nyeri yang
dirasakannya, dilakukan pula observasi kontraksi uterus karena dengan
mengobservasi kontraksi uterus yang baik merupakan salah satu upaya
pencegahan postpartum yang diakibatkan oleh atonia uteri dan memperlambat
proses involusi. Observasi pengeluaran lochea yang merupakan cairan
ekskresi selama nifas juga hal penting yang harus dilakukan. Pengeluaran
lochea ini menjadi salah satu tanda berjalannya proses involusi uterus.
Melakukan perawatan luka perineum dapat mencegah terjadinya infeksi
dan mempercepat proses penyembuhan. Luka perineum merupakan
rusaknya jaringan otot-otot perineum, dimana luka tersebut berada di daerah
yang lembab dan rentan akan masuknya kuman. Adapun tanda-tanda
infeksi pada luka perineum ialah pada luka jahitan terdapat pus/nanah,
adanya bau busuk, suhu perineum lebih hangat dari suhu sekitarnya.
Berdasarkan kasus Ny “S” bidan melakukan pemberian obat analgetik,
antibiotik dan multi vitamin sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
infeksi. Obat analgetik dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami ibu dan obat
antibiotik dapat menghambat mikroba atau jenis lain penyebab infeksi. Serta
dengan pemberian zat besi pada ibu nifas karena di masa nifas kebutuhan Fe
meningkat akibat kehilangan darah pada saat proses persalinan (Saleha,
2013:131-132). Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

96
antara teori dan kasus yang didapatkan. Dimana rencana asuhan yang
diberikan pada Ny “S” berdasarkan teori memiliki kesamaan dengan kasus yang
didapatkan. Langkah VI (Implementasi) Berdasarkan kasus yang terjadi pada
Ny “S” Kunjungan di rumah sakit dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada
tanggal 24 Juli 2019 didapatkan nyeri yang dirasakan ibu dalam kategori nyeri
berat terkontrol dimana ibu masih respon terhadap tindakan, sifat nyeri lebih
terasa jika banyak bergerak. Asuhan yang diberikan yaitu menjelaskan
penyebab nyeri yang dirasakan, menganjurkan ibu untuk melakukan teknik
relaksasi, selalu menjaga kebersihan diri (Personal hygiene). Hari kedua
tanggal 25 Juli 2019 setelah dilakukan implementasi didapatkan nyeri
yang dirasakan ibu dalam kategori nyeri sedang, ibu belum dapat
beraktivitas seaktif biasanya. Asuhan yang diberikan yaitu menganjurkan ibu
untuk tetap melakukan teknik relaksasi dan mobilisasi untuk mengurangi rasa
nyeri dan pada hari ketiga kunjungan rumah sakit tanggal 26 Juli 2019
hasil ibu sudah mampu beradaptasi dengan nyeri yang di rasakan dan selain
mengobservasi keadaan ibu tambahan informasi yang diberikan yaitu perawatan
bayi, anjuran untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 6 minggu,
konseling KB. Kunjungan dilanjutkan ke rumah ibu dilakukan sebanyak
empat kali dimulai pada tanggal 29Juli 2019-03 September 2019 hasil
keadaan ibu kesadaran komposmentis, tanda-tanda vital dalam batas normal
mengobservasi tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan pengeluaran
lochea. Mengajarkan ibu massase fundus, personal hygiene terutama vulva
hygiene, health education, anjuran untuk makan makanan bergizi untuk
mempercepat proses
Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny “S” dengan Nyeri Luka
Jahitan Perineum pada Tanggal 24 Juli-03 September 2019 di RSUD Syekh
Yusuf Gowa Tahun 2019 82 Jurnal Midwifery Vol. 2 No. 2 (2020) P-ISSN :
2746-2145; E-ISSN : 2746-2153 penyembuhan dan berkaitan dengan
produksi ASI, melakukan teknik relaksasi, mobilisasi dan menyusui anaknya
agar membantu proses involusi uterus, anjuran untuk tidak melakukan
hubungan seksual selama 6 minggu, konseling KB, pemberian support
dari keluarga khususnya suami sangat penting untuk membantu proses
adaptasi terkait nyeri yang dirasakan ibu dan selalu mengingat dan berserah
diri kepada Allah SWT dengan caraberdoa dan mendengarkan lantunan ayat
suci Al-Qur’an. Adapun beberapa tambahan asuhan yang diberikan yaitu
perawatan bayi baru lahir serta jadwal pemberian imunisasi. Pada langkah ini
penulis tidak menemukan hambatan yang berarti dalam memberikan asuhan
kebidanan karena seluruh tindakan yang dilakukan telah mengarah dan sesuai
dengan kebutuhan pasien. Langkah VII (Evaluasi) Pada kasus Ny”S” dari
hasil evaluasi setelah asuhan kebidanan yang dilaksanankan selama 42 hari
dengan 7 kali kunjungan pada kasus nyeri luka jahitan perineum yang dialami

97
Ny ”S” yakni pada tanggal 24 Juli 2019 sampai dengan tanggal 26 Juli
2019 dilakukan di rumah sakit dan kunjungan rumah pada tanggal 29 Juli
2019 sampai dengan berakhirnya masa nifas tanggal 03 September 2019
tidak di temukan adanya komplikasi yang signifikan dan hasil yang
didapatkan setelah dilakukan implementasi secara keseluruhan ibu mampu
beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan ditandai dengan tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal dan ekpresi ibu tampak
ceria. Hal ini sesuai dengan manajemen asuhan sesuai dengan teori dan
sesuai dengan wewenang bidan. A. Kesimpulan 1. Telah dilaksanakan
pengkajian dan analisis data ibu nifas pada Ny “S” dengan nyeri luka jahitan
perineum pada tanggal 24 Juli-03 September di RSUD Syekh Yusuf
Gowa Tahun 2019. Hasil dari analisa data didapatkan ny “S”, umur 26 tahun,
PIA0 dengan nyeri luka jahitan perineum setelah melahirkan pada tanggal
24 Juli 2019, pukul 12.35 Wita. 2. Telah dirumuskan diagnosa/masalah
aktual ibu nifas pada Ny “S” pada tanggal 24 Juli-03 September di RSUD
Syekh Yusuf Gowa Tahun 2019. Hasil dari interpretasi data sehingga Ny
“S” umur 26 tahun dengan masalah aktual nyeri luka jahitan perineum 3.
Telah dirumuskan diagnosa/masalah potensial ibu nifas pada Ny “S”
dengan nyeri luka jahitan perineum pada tanggal 24 Juli-03 September di
RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2019. Hasil dari interpretasi data Ny
“S” berpotensial infeksi luka jahitan perineum. 4. Telah mengidentifikasi
perlunya tindakan segera dan kolaborasi ibu nifas pada Ny “S” dengan nyeri
luka jahitan perineum pada tanggal 24 Juli-03 September di RSUD Syekh
Yusuf Gowa Tahun 2019. Hasil yaitu tidak diperlukan adaanya tindakan
segera/emergency. 5. Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan ibu
nifas pada Ny “S” dengan nyeri luka jahitan perineum pada tanggal 24 Juli-03
September di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2019 berdasarkan diagnosa/
masalah aktual dan masalah potensial seperti perawatan luka perineum,
teknik relaksasi dan mobilisasi dini, pemantauan tinggi fundus uteri,
pengeluaran lochea, pemberian ASI ekslusif, personal hygiene, KB,
pemberian support, dsb. KESIMPULAN DAN SARAN
Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny “S” dengan Nyeri Luka
Jahitan Perineum pada Tanggal 24 Juli-03 September 2019 di RSUD Syekh
Yusuf Gowa Tahun 2019 83 Jurnal Midwifery Vol. 2 No. 2 (2020) P-ISSN :
2746-2145; E-ISSN : 2746-2153 6. Telah melaksanakan tindakan asuhan
yang telah disusun pada ibu nifas Ny “S” dengan nyeri luka jahitan
perineum pada tanggal 24 Juli-03 September di RSUD Syekh Yusuf
Gowa Tahun 2019 dengan hasil yaitu semua perencanaan dapat
dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan. 7. Telah mengevaluasi
hasil tindakan yang telah dilakukan pada ibu nifas Ny “S” dengan nyeri luka
jahitan perineum pada tanggal 24 Juli-03 September di RSUD Syekh Yusuf 8.

98
Gowa Tahun 2019 dengan hasil yaitu seluruh asuhan telah diberikan dan tidak
ada hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan teori 9. Telah dilakukan
pendokumentasian semua temuan dan tindakan yang telah dilakukan pada ibu
nifas Ny “S” dengan nyeri luka jahitan perineum pada tanggal 24 Juli-03
September di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2019 dalam bentuk SOAP. B.
Saran Untuk Klien Diharapkan kepada ibu masa nifas dapat meningkatkan
kondisi fisik dan psikis, serta personal hygiene untuk menghindari
komplikasi yang lebih berat dalam masa nifas utamanya pada ibu nifas
dengan nyeri luka jahitan perineum untuk mencegah terjadinya infeksi
pada ibu. Diharapkan pada setiap ibu nifas agar mengkomsumsi makanan
yang bergizi karena makanan yang bergizi akan memenuhi kebutuhan
energi, juga untuk mempercepat proses penyembuhan dan pengembalian
alat reproduksi mendekati keadaan sebelum hamil serta untuk
memperbanyak produksi ASI. Diperlukan keterlibatan suami/keluaga dalam
perawatan untuk meningkatkan hubungan yang lebih erat antar pasien
dengan bayinya demi menambah pengetahuan dan bimbingan sebagai
lanjutan perawatan dirumah. Untuk bidan Sebagai petugas kesehatan
khususnya seorang bidan diharapkan senantiasa berupaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan yang lebih profesional berdasarkan manajemen
kebidanan sebagai pertanggung jawaban. Dalam melaksanakan tugas
sebagai bidan harus sepengetahuan dan mendapatkan persetujuan dari klien
Dalam pandangan Islam dalam memberikan asuhan kepada klien harus
menerapkan kaidah agama di dalamnya agar klien dapat mengerti tentang
larangan dalam melakukan hubungan badan antara suami istri apabila dalam
keadaan haid atau nifas. Untuk Institusi Pendidikan Dengan mengetahui
permasalahan yang dapat timbul pada ibu nifasdengan nyeri luka jahitan
perineum, diharapkan intitusi pendidikan dapat meningkatkan mutu dan
kualitas serta perkembangan sesuai prosedur dalam memberikan asuhan dan
dalam pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan dalam memecahkan suatu
masalah kebidanan. Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014.
Fatimah dan Lestari, Prasetya. 2019. Pijat perineum Mengurangi Rupture
Perineum untuk Kalangan Umum, Ibu Hamil, dan Mahasiswa
Kesehatan.Yogyakarta: Pustaka Baru Press DAFTAR PUSTAKA

99
Laporan Data Lengkap
Nama pasien :
Diagnosa :

Tanggal No. Dx Evaluasi TTD


S:

O:

A:

P:

100
Laporan Data Fokus

Nama pasien :
Diagnosa :

Data Subjektif Data Objecktif

Analisis Data

Data Penunjang Masalah Penyebab

DS:

101
DO:

DS:

DO:

**Sesuaikan dengan jumlah Target

TATA TERTIB MAHASISWA DI LAHAN PRAKTIK


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

A. Sikap
1. Disiplin dalam tugas
2. Kerja sama dengan orang lain sesuai dengan ketentuan institusi
3. Inisiatif dalam bekerja
4. Bertanggung jawab dalam tugas yang diberikan
5. Komunikasi yang baik dengan klien
6. Perhatian dalam bekerja
7. Jujur, sopan dan teliti dalam bekerja
B. Waktu kehadiran
1. Jam 07.30 sampai 14.00 WITA untuk dinas pagi
2. Jam 14.00 sampai 21.00 WITA untuk dinas sore
3. Jam 21.00 sampai 07.30 WITA untuk dinas malam

102
C. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tempat praktik tanpa seizin
kepala ruangan/pembimbing atau petugas ruangan serta tidak
diperkenankan meninggalkan lokasi/wilayah praktik klinik tanpa seizin
C.I institusi
D. Sanksi penggantian dinas praktik diberikan kepada mahasiswa apabila
(disesuaikan oleh lahan) :
1. Izin 1 hari ganti dinas 1 hari
2. Sakit 1 hari ganti dinas 1 hari (harus ada surat keterangan Dokter)
3. Alpa 1 hari ganti dinas 2 hari
4. Bila mahasiswa merusak, menghilangkan alat-alat di ruangan praktik
berkewajiban mengganti alat tersebut
5. Mahasiswa berkewajiban menjaga kebersihan dan kesterilan alat-alat
dan bahan praktik yang dimiliki di lahan praktik
6. Tidak diperkenankan menggunakan alat-alat dan bahan praktik milik
lahan praktik, milik klien dan atau memindahkan tanpa sepengetahuan kepala
ruangan
7. Mahasiswa baik secara pribadi atau kelompok berkewajiban mengganti
alat-alat, bahan-bahan praktik yang hilang atau rusak selama praktik
8. Mahasiswa hendaknya membawa sendiri alat-alat pemeriksaan fisik

E. Ketentuan Pakaian Praktik


1. Pada saat melakukan praktik, mahasiswa harus menggunakan pakaian
praktik lengkap (putih-putih) dengan atribut, sepatu putih dan
berpenampilan rapi, bersih dan sopan
2. Menggunakan atribut :
a. Papan nama di sebelah kanan
b. Lencana (Logo) di sebelah kiri
3. Tidak diperkenankan memakai training spak (baju olahraga) saat
melakukan praktik kecuali persetujuan pihak lahan

103
4. Tidak diperkenankan memakai perhiasan kecuali jam tangan (yang
memakai jarum detik) saat melakukan praktik.
Demikianlah buku pedoman ini disusun sebagai acuan dalam mencapai
target yang telah ditetapkan. Semoga bermanfaat

104

Anda mungkin juga menyukai