Oleh :
DesyAriyanti
P133742482021312
Pembimbing Institusi :
Dewi Andang Prastika, S.ST., M.Kes
Semarang, 2022
Pembimbing Klinik Praktikan
Mengetahui
Pembimbing Institusi
A. PENGKAJIAN:
Tempat : Puskesmas Tunjungan
Tanggal : 10 Februari2022
Jam : 09.00 WIB
Biodata
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status :Suami
1. Nama :Ny. A 1. Nama : Tn. B
2. Umur :26tahun 2. Umur :28tahun
3. Agama :Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan :IRT 5. Pekerjaan :Buruh
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Pohgesik 04/04
B. DATASUBYEKTIF
1. AlasanDatang:
Ibumelahikan di Puskesmas Tunjunganpadatanggal10 Februari2022 pukul
08.00 WIB. Sekarang ibu nifas 2,5 jam dan mengalami perdarahan.
2. Keluhan Utama:
Ibu merasa lemas, nyeri di vagina dan perut tidak terasa mules
Uraian keluhan utama:
Ibumengeluhkencang-kencangsejak jam 22.00 WIB, Ibudatangjam 06.30
WIB, hasilpemeriksaanIbusudahmemasukifaseaktif persalinandenganbukaan8
cm. Ketuban pecah spontan jam 07.00 WIB. Ibumelahirkanjam 08.00 WIB.
Ibu mengalami robekan perineum grade II sudah dijahit menggunakan
lidocain dengan teknik jelujur. TFU ibu teraba lunak dan masih mengalami
perdarahan aktif.
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid:
1) Menarch : 14 tahun
2) NyeriHaid : tidak ada
3) Siklus : 28 hari
4) Lama : 6-7hari
5) Warnadarah : merah
6) Leukhorea : tidak ada
7) Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
8) HPHT : 30 Mei2022
9) HPL : 06Februari2022
b. Riwayat Persalinan dan Nifas yanglalu :
Kehamilan Persalinan Nifas
Kead anak
Tahun FrekA Keluhan/ Penolon JK/ Asi
UK Jenis Penyulit IMD Penyulit sekarang
NC Penyulit g BB eksklusif
Meninggal
Peremp
Tidak ada Cukup umur 6 th
2011 8 Spontan Bidan uan/ Tidak ada Ya Tidak ada ya
penyulit bulan karena
3100gr
KLL
Laki-
Tidak ada
2016 6 Post Term Spontan Bidan laki/ Tidak ada Ya Tidak ada ya Sehat
penyulit
4000 gr
D. ANALISA
Ny. AUsia 26tahun P3A0 Post Partum 2,5 jam dengan perdarahan post partum
primer atas indikasi atonia uteri
Diagnosa potensial : syok hemorragik
Tindakan segera :kolaborasi dokter SpOG untuk penanganan perdarahan
dengan merujuk pasien ke RS
E. PELAKSANAAN
Tanggal10 Februari2022jam :09.15 WIB
1. Memberitahukan Ibu dan keluarga tentang kondisinya bahwa Ibu mengalami
perdarahan karena rahim tidak dapat berkontraksi setelah persalinan
Hasil : Ibu dan suami mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan yaitu merujuk ibu ke RS dan
meminta persetujuan ibu/keluarga (informed concent)
Hasil : Ibu bersedia menandatangani lembar persetujuan tindakan (informed
concent)
3. Melakukan kolaborasi rujukan dengan telpon RS untuk konfirmasi ruangan
dan memberitahu kondisi pasien
Hasil : RS siap menerima rujukan dari bidan
4. Melakukan stabilisasi dengan memberikan infus RL 20 tetes per menit
Hasil : Ibu sudah diberikan infus RL 20 tetes per menit
5. Melakukan rujukan dengan mendampingi pasien sampai ke IGD
Hasil : Pasien telah dilakukan serah terima dengan bidan di PONEK RS
6. Melakukan dokumentasi atas semua tindakan dan terapi yang telah diberikan
Hasil : semua terapi dan tindakan sudah terdokumentasi dalam RM pasien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal / Jam Catatan Perkembangan
16 Februari2022 S :Ibu mengatakan sudah merasa sehat dan ingin kontrol nifas.
Jam 10.30 WIB Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Tempat : O : KU : Baik ; Kesadaran : Composmentis
Puskesmas TTV: TD : 115/70 mmHg, N : 75x/menit, T : 36,5°C, RR :
Tunjungan 21x/menit
TFU : tidak teraba
PPV : dalam batas normal, lochea serosa
A. Data Subjektif
Pengkajian dilakukan dengan pengumpulan semua data yang diperlukan
untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
(Handayani and Mulyati, 2017).
Pengkajian data subyektif yaitu nama pasien Ny. A, umur 26 tahun,
beragama islam, pendidikan terakhir SD, pekerjaan ibu rumah tangga dan suku
bangsa jawa. Ny. A berumur 26 tahun dimana umur tersebut merupakan rentang
waktu aman untuk bereproduksi. Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk
hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun,keadaan ini disebabkan karena pada
umur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan
baik dan belum cukup dewasa untuk menjadi ibu, sedangkan pada umur 35
tahun keatas elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi
pada umumnya telah mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit
persalinan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada ibu
(Prawirohardjo, 2016).
Ny. A datang sendiri ke Puskesmas Tunjungan jam 13.30 WIB karena
sejak jam 11.00 WIB ibu merasakan kencang-kencang dan sakit perut yang
menjalar ke pinggang, hasil pemeriksaan
didapatkanibusudahmemasukipersalinanfase aktif denganbukaan8 cm
danibumelahirkan, jam 07.00 WIB di Puskesmas Tunjungan. Beberapa tanda
dimulainya proses persalinan adalah adanya his persalinan yaitu pinggang terasa
sakit dan menjalar ke depan dan pada pemeriksaan dalam didapatkan perlunakan,
pendataran dan pembukaan serviks, proses pendataran dan pembukaan servik
berlangsung pada multi gravida lebih cepat daripada primigravida yaitu 6-7 jam,
sedangkan pada Ny. A proses kala I dan kala II hanya berlangsung selama 55
menit. Proses persalinan yang mengalami kelainan atau tidak biasa akan
berpengaruh pada masa nifas (Aritonang and Simanjuntak, 2020).
Hari Pertama Haid Terakhir ibu adalah tanggal 31 Mei2021,
denganmenggunakanrumusNeagledapatdihitungumurkehamilanibupadasaat
proses kehamilanadalah40minggu 4 hari. Lama kehamilan berlangsung sampai
aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari atau usia kehamilan 37 sampai dengan
42 minggu, sehingga usia kehamilan ibu saat melahirkan sudah aterm.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu diketahui bahwa Ny.
Atidakmengalamimasalah, penyulitmaupunkomplikasi. Jarak kehamilan dan
persalinan terdahulu dengan sekarang > dari 2 tahun, dimana ini sesuai dengan
teori bahwa jarak kehamilan dan persalinan dengan kehamilan dan persalinan
sekarang minimal 2 tahun karena seorang wanita setelah bersalin membutuhkan
waktu 2 sampai 3tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri
untuk kehamilan dan persalinan berikutnya.
Jarakkehamilanterlaludekatdengankehamilansebelumnya,
akanmempunyaibanyakresikoterhadapibu(Maesaroh and Iwana, 2018).
Proses persalinan Ny. A secara spontan belakang kepala, plasenta lahir
lengkap dan tidak layu, APGARscorebayi9/9/10,
hasilpengukuranantropomeribayididapatkanBeratBadan 3800 gram,
PanjangBadan 50 cm, Lingkarkepala 35 cm, Lingkar Dada 36 cm,
LingkarLenganbayi 14 cm danpadabayitidakterdapatkelainan. MenurutMarmi
and Raharjo (2014) bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38 – 42
minggu dengan berat badan sekitar 2500–3000 gram dan panjang badan sekitar
50-55 cm, Lingkar dada 30–38 cm, Lingkar kepala 33–35 cm, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat, sehingga
bayi Ny. A termasuk bayi lahir yang normal (sehat).
Keadaan riwayat kesehatan Ny. A baik, dimana ibu tidak pernah dan tidak
sedang menderita penyakit seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan diabetes,
tidak menderita penyakit menular (batuk, pilek, demam, TBC), tidak sedang
menderita penyakit kronis, dan penyakit serius lainnya. Dari riwayat penyakit
dalam keluarga juga tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menurun seperti hipertensi dan diabetes, tidak ada yang menderita penyakit
menular (TBC, hepatitis, penyakit menular seksual), maupun penyakit menahun
(asma, jantung). Menurut Aritonang and Simanjuntak (2020) riwayat kesehatan
seorang ibu perlu diketahui untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut, kronis seperti jantung, Diabetes Militus, hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas.
Riwayatpenggunaankontrasepsisaatsebelumhamilsekarangadalahibumengg
unakankontrasepsijenisimplantdanberencanamenggunakankontrasepsiSuntik KB
3 bulansetelahmelahirkanini. Suntik KB 3 bulan mengandung 150 mg DMPA
(Depo Medroxi Progesteron Asetat), kontrasepsi ini mempunyai keuntungan
diantaranya sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga
tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan
darah dan yang paling penting untuk ibu menyusui adalah jenin kontrasepsi ini
tidak berpengaruh terhadap ASI, sehingga tidak mengganggu proses menyusui
ibu (Hartanto, 2015).
Polapemenuhan kebutuhan sehari-hari Ny. A, ibu terbiasa mengkonsumsi
sayuran, lauk pauk dan buah-buahan, serta minum air dalam jumlah yang cukup.
Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui meningkat 25%, karena
berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI
untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali
dari kebutuhan biasa menjadi sekitar 3000-3800 kalori. Nutrisi yang dikonsumsi
berguna untuk melakukan aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
memproduksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Ibu nifas dan menyusui memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang
mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-
buahan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan
teratur. (Wahyuni, 2018).
Ny. A melahirkan tanggal 10Februari2022 jam 14.25 WIB, pada 1 jam
setelah proses melahirkan ibu belum ada BAK dan BAB spontan. Seorang ibu
nifas dalam keadaan normal dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan buang air kecil sendiri, bila tidak dapat dilakukan tindakan:
dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien. Apabila tindakan tersebut
tidak berhasil selama selang waktu 6 jam, maka dilakukan kateterisasi. Namun
dari tindakan ini perlu diperhatikan risiko infeksi saluran kencing. Jika sampai
hari ke 3 post partum ibu belum bisa buang air besar, maka perlu diberikan
supositoria dan minum air hangat (Wahyuni, 2018).
B. Data Objektif
Pemeriksaan fisikdidapatkanhasilsecaraumumkondisiNy. Abaik, tanda-
tanda vital baik, keletihan yang dialami ibu dalam proses persalinan dapat
membuat perubahan pada tanda vital ibu tetapi dalam batas normal. Nadi dan
suhu yang diatas normal dapat menunjukkan kemungkinan adanya infeksi,
sedangkan tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya
perdarahan postpartum.
Pemeriksaan yang dilakukan pada payudara didapatkan payudara ibu
menonjol dan colostrum ibu sudah keluar, hal ini akan sangat mendukung dalam
proses pemberian ASI paa bayinya karena puting yang tenggelam menimbulkan
masalah tersendiri pada wanita, terutama setelah melahirkan. Proses feeding atau
pemberian ASI juga akan mengalami gangguan. Mulut bayi tidak bisa menempel
dengan sempurna yang mengakibatkan bayi mengalami kesulitan untuk
menghisap. Bagi ibu yang kolostrumnya belum keluar biasanya ibu akan
memberikan susu formula kepada bayinya. Bayi yang sudah mendapatkan susu
tambahan akan tertidur dan tidak akan terjadi rangsangan pada putting susu.
Keadaan ini akan menyebabkan kolostrum yang keluar sedikit bahkan mungkin
berhenti setelah bayi lahir atau kolostrum akan keluar sedikit, dan berhenti
sebelum bayi berumur enam bulan. Hal ini akan sangat merugikan
bayi(Hayatiningsih and Ambarwati, 2012).
Pada vulva ibu ditemukan pengeluaran pervaginam yang aktif dengan
estimasi 500 cc. Keluarnya darah 500cc pada ibu pasca bersalin diindikasi
adanya perdarahan postpartum. Perdarahan Post Partum primer (Early
postpartum hemorrhage) adalah perdarahan aktif yang terjadi dalam 24 jam
pertama setelah kala III (Saifuddin, 2014).
Pemeriksaan obstetri dilakukan palpasi dan inspekulo. Palpasi yang
dilakukan pada perut ibu didapatkan kontraksi yang lemah dan tinggi fundus
uteri 2 jari dibawah pusat, penyebab terjadinya perdarahan dikenal dengan istikah
4-T (tonus, tissue, trauma dan thrombin). Pada pasien ditemukan kontraksi yang
lemah maka penyebab perdarahan tersebut karena tonus (atonia uteri). Pada
pemeriksaan inspekulo didapatkan adanya OUE (ostium uteri externum) masih
membuka dengan darah yang mengalir aktif. Perdarahan post partum sering
terjadi pada ibu bersalin yang mengalami atonia uteri. Ibu bersalin yang
mengalami atonia uteri sangat rentan mengalami komplikasi antara lain
terjadinya perdarahan post partum. Atonia uteri sebagai faktor risiko perdarahan
post partum pada ibu bersalin, dimana ibu bersalin yang mengalami atonia uteri
memiliki risiko perdarahan post partum 5 kali lebih besar dibandingkan ibu
bersalin yang tidak mengalami atonia uteri (Juariah, 2019).
Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan pada pasien
didapatkan hasil yaitu, kadar haemoglobin 10 gr/dL.Anemia merupakan kondisi
dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah sangat kurang. Anemia
akibat kehilangan darah pasca persalinan yang mendadak dan banyak
menyebabkan hemostatis kompensasi tubuh. Kehilangan darah akut sebanyak 12-
15% akan memberi gejala pucat, takikardia dengan tekanan darah normal atau
rendah. Kehilangan 15-20% menyebabkan tekanan darah mulai turun sampai
syok, dan kehilangan 20% dapat berakibat kematian (Danefi, 2018)
C. Analisa
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian dianalisa
dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah
ibu(Handayani and Mulyati, 2017)
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif maka diagnosa
yang dapat ditegakkan adalah Ny. AUsia 26tahun P3A0 Post Partum2,5
jamdenganperdarahanpost partumprimer atas indikasiatonia uteri.
D. Pelaksanaan
Memberitahukan ibu tentang kondisinya bahwa ibu mengalami perdarahan
karena rahim ibu tidak bisa berkontraksi spontan setelah persalinan.Informasi dari
petugas kesehatan merupakan hasil diagnosis berdasarkan anamnesis atau
riwayat penyakit pasien dan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis pada tubuh
pasien, Pasien berhak mendapatkan informasi tentang keadaan kesehatannya
selain itu penyampaian informasi juga dapat menciptakan hubungan
interpersonal yang baik antara perugas kesehatan dengan pasien (Menawati and
Kurniawan, 2015)
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk menghentikan perdarahan
dan meminta persetujuan ibu/keluarga (informed concent). Informed Consent
adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter setelah diberi
penjelasan. Dalam keadaan gawat darurat Informed consent tetap merupakan hal
yang paling penting walaupun prioritasnya diakui paling bawah. Prioritas yang
paling utama adalah tindakan menyelamatkan nyawa. Walaupun tetap penting,
namun Informed consent tidak boleh menjadi penghalang atau penghambat bagi
pelaksanaan emergency care sebab dalam keadaan kritis dimana dokter berpacu
dengan maut, ia tidak mempunyai cukup waktu untuk menjelaskan sampai pasien
benar-benar menyadari kondisi dan kebutuhannya serta memberikan
keputusannya. Dokter juga tidak mempunyai banyak waktu untuk menunggu
kedatangan keluarga pasien. Kalaupun keluarga pasien telah hadir dan kemudian
tidak menyetujui tindakan dokter, maka berdasarkan doctrine of necessity, dokter
tetap harus melakukan tindakan medik. Hal ini dijabarkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 585/Men.kes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan
Tindakan Medik, bahwa dalam keadaan emergency tidak diperlukan Informed
consent. Sesuai dengan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, bahwa
dalamkeadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran (Busro,
2018).
Melakukan kolaborasi rujukan dengan telpon RS untuk konfirmasi ruangan
dan memberitahu kondisi pasien. Sistem rujukan kegawatdaruratan meternal dan
neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien,
efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan.
Komplikasi persalinan adalah suatu keadaan penyimpangan dari normal yang
secara langsung dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi,
sehingga perlu dilakukan upaya penyelamatan jiwa ibu dan bayi sesuai dengan
kegawatdaruratan melalui sistem rujukan (Wandi, 2017)
Ibu dianjurkan untuk makan makanan bergizi untuk mempercepat proses
penyembuhan dan proses menyusui. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum
dan menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan
setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi.
Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa menjadi sekitar
3000-3800 kalori. Nutrisi yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktifitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu nifas dan menyusui
memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung
karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan. Menu
makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak
terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan
pengawet atau pewarna (Wahyuni, 2018).
Selain memperhatikan kebutuhan dirinya, ibu nifas juga harus
memperhatikan kebutuhan bayinya yaitu pemberian ASI. ASI penting untuk
pertumbuhan dan kecerdasananak. ASI merupakan makanan yang paling
sempurna pada bayi. ASI mengandung enzim pencernaan sehingga mudah
dicerna dan diserap, dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi, mudah, murah,
serta bersih.Kolostrum pada ASI memiliki 4 manfaat bagi bayi. Pertama,
kolostrum dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi karena mengandung zat
kekebalan terutama immunoglobulin A (IgA), seperti mencegah penyakit diare.
Kedua, sedikit maupun banyak kolostrum yang diproduksi tetap dapat
mencukupi kebutuhan bayi. Ketiga, bayi membutuhkan protein dan vitamin A
yang tinggi, serta karbohidrat dan lemak yang rendah, sehingga kolostrum sangat
cocok dengan kebutuhan nutrisi bayi. Keempat, kotoran pertama bayi memiliki
warna hitam kehijauan, untuk mengeluarkan kotoran tersebut dapat dibantu
dengan kolostrum(Fitri, Dianatul, 2020).
DAFTAR PUSTAKA