Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI NIFAS


DI PUSKESMAS TUNJUNGAN

Untuk Memenuhi Persyaratan Target Praktik Semester II


Stage Kolaborasi Kasus Patologi Kebidanan

Oleh :
DesyAriyanti
P133742482021312

Pembimbing Institusi :
Dewi Andang Prastika, S.ST., M.Kes

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Kolaborasi Kasus Patologi Kebidanan telah


diperiksa dan disahkan pada tanggal Februari2022

Semarang, 2022
Pembimbing Klinik Praktikan

Sof.Khasanah, SST DesyAriyanti


NIP. 196304181989122001 NIM. P1337424821312

Mengetahui
Pembimbing Institusi

Dewi Andang Prastika, S.ST., M.Kes


NIP. 199102252018012001
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI PADA NY. AUSIA 26 TAHUN P3A0


NIFAS 2,5 JAM DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER
ATONIA UTERIDI PUSKESMAS TUNJUNGAN

A. PENGKAJIAN:
Tempat : Puskesmas Tunjungan
Tanggal : 10 Februari2022
Jam : 09.00 WIB
Biodata
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status :Suami
1. Nama :Ny. A 1. Nama : Tn. B
2. Umur :26tahun 2. Umur :28tahun
3. Agama :Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan :IRT 5. Pekerjaan :Buruh
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Pohgesik 04/04

B. DATASUBYEKTIF
1. AlasanDatang:
Ibumelahikan di Puskesmas Tunjunganpadatanggal10 Februari2022 pukul
08.00 WIB. Sekarang ibu nifas 2,5 jam dan mengalami perdarahan.
2. Keluhan Utama:
Ibu merasa lemas, nyeri di vagina dan perut tidak terasa mules
Uraian keluhan utama:
Ibumengeluhkencang-kencangsejak jam 22.00 WIB, Ibudatangjam 06.30
WIB, hasilpemeriksaanIbusudahmemasukifaseaktif persalinandenganbukaan8
cm. Ketuban pecah spontan jam 07.00 WIB. Ibumelahirkanjam 08.00 WIB.
Ibu mengalami robekan perineum grade II sudah dijahit menggunakan
lidocain dengan teknik jelujur. TFU ibu teraba lunak dan masih mengalami
perdarahan aktif.
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid:
1) Menarch : 14 tahun
2) NyeriHaid : tidak ada
3) Siklus : 28 hari
4) Lama : 6-7hari
5) Warnadarah : merah
6) Leukhorea : tidak ada
7) Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
8) HPHT : 30 Mei2022
9) HPL : 06Februari2022
b. Riwayat Persalinan dan Nifas yanglalu :
Kehamilan Persalinan Nifas
Kead anak
Tahun FrekA Keluhan/ Penolon JK/ Asi
UK Jenis Penyulit IMD Penyulit sekarang
NC Penyulit g BB eksklusif
Meninggal
Peremp
Tidak ada Cukup umur 6 th
2011 8 Spontan Bidan uan/ Tidak ada Ya Tidak ada ya
penyulit bulan karena
3100gr
KLL
Laki-
Tidak ada
2016 6 Post Term Spontan Bidan laki/ Tidak ada Ya Tidak ada ya Sehat
penyulit
4000 gr

c. Riwayat persalinan Sekarang


Usiakehamilan : 40Minggu 4 hari
Paritas :3 (tiga) Abortus : 0
Tempatpersalinan : Puskesmas Tunjungan, Ditolongoleh:
Bidan
Jenispersalinan : spontan
Masalah dalam persalinan : partus presipitatus
KeadaanPlasenta : plasenta lahir lengkap
Kedaantali spusat : tali pusat sudah mengalami pengapuran,
insersi centralis
Keadaanbayi : hidup,Jeniskelamin : perempuan
Tanggal/jamlahir : 15-02-2022/07.00 WIB,AS :9/9/10
BB: 3800gr,PB: 50cm LK: 35cm, LD: 36cm, Lila: 14 cm
Kelainanbawaan : tidak ada
4. Riwayat Kesehatan:
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit menurun seperti hipertensi atau
diabetes, tidak menderita penyakit menular (batuk, pilek, demam, TBC), tidak
sedang menderita penyakit kronis, dan penyakit serius lainnya.
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menurun
yaitu hipertensi atau diabetes, tidak ada yang menderita penyakit menular
(TBC, hepatitis, penyakit menular seksual), maupun penyakit menahun (asma,
jantung).

5. Riwayat KB : Pernah/Tidak pernah*)


Lama
Jenis KB Keluhan Alasan Berhenti
Penggunaan
Implant 1,5 tahun Tidak ada Ingin program hamil
Rencana KB : Ibu mengatakan setelah melahirkan akan menggunakan KB
Suntik KB 3 bulan
6. PolaPemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
a. Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensimakan pokok : 3 x perhari
b) Komposisi :
(1) Nasi : 3x @ 1 piring sedang
(2) Lauk : 3x @ 1 potong sedang
Jenisnya bervariasi : ikan laut, air tawar, ayam,
daging tempe tahu, dll
(3) Sayuran : 1 x @ 1mangkuk sayur ;
jenis sayuran bervariasi : bayam, kangkung,
wortel, kacang-kacangan, dll
(4) Buah : 1 x sehari, Jenis: apel
(5) Camilan : 1 x sehari; Jenis : buah, kue kering,
gorengan
c) Pantangan : tidak ada
2) Minum
a) Jumlahtotal : 8 gelas perhari; jenis : air putih, teh
b) Susu : 1 gelas perhari sebelum tidur
3) Perubahan selama nifas ini:ibu mengatakan sudah minum susu 1
gelas
b. Eliminasi
1) Buang air kecil:
a) Frekuensiperhari : 6 x sehari, Warna : kuning jernih
b) Keluhan/masalah : tidak ada
2) Buang air besar:
a) Frekuensi perhari : 1 x sehari ;warna kuning kecoklatan
konsistensi lembek
Keluhan/masalah : tidak ada
3) Perubahan selama nifas ini : Ibu mengatakan BAK dikeluarkan bidan
menggunakan kateter ± 30cc
c. Personalhygiene
1) Mandi : 2 xsehari
2) Keramas : tiap hari
3) Gosokgigi : 3 x sehari
4) Gantipakaian: 2 x sehari; celanadalam 3 x sehari
5) Kebiasaan memakai alas kaki: selalu menggunakan alas kaki
d. Istirahat/tidur
1) Tidurmalam : 7 jam
2) Tidursiang : 1-2 jam
3) Keluhan/masalah: tidak ada
e. Aktivitas fisik dan olahraga
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan): ibu tidak bekerja dan hanya
mengerjakan pekerjaan rumah tangga
 Olah raga : jenisnya jalan-jalan pagi frekuensi 7 xseminggu
 Mobilisasi nifas : ibu belum melakukan mobilisasi
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan:
1) Merokok :ibu mengatakan tidak merokok, dan juga bukan
perokok pasif
2) Minuman beralkohol: tidak ada
3) Obat-obatan : setiap sakit berobat di bidan atau dokter
4) Jamu : tidak ada
7. Polamenyusui : ibu berencana untuk memberikan ASI saja kepada bayinya
8. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Riwayat perkawinan:
 Status perkawinan : menikah, umur waktumenikah23tahun.
 Pernikahan iniyangke satu dan sah,lamanya15 tahun
 Hubungan dengan suami : baik
b. Kehamilan ini diharapkanoleh ibu, suami, keluarga;
c. Respon & dukungan keluarga terhadap nifas ini: keluarga mendukung
d. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) :komunikasi dengan suami
e. Ibu tinggal serumah dengan : suami dan anak-anaknya
f. Pengambil keputusan utama dalam keluarga :suami dan ibu
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusansendiri.
g. Orang terdekat ibu : suami
h. Yang menemani ibu untuk kunjungan PNC :suami
i. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan Nifas: tidak ada
j. Penghasilan perbulan: Rp. 3.000.000,- cukup
k. Praktik agama yang berhubungan dengan nifas : tidak ada
l. Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan:
ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh nakes wanita maupun pria.
m. Tingkat Pengetahuan Ibu:
Hal-hal yang sudah diketahui ibu :ibu mengerti masa nifas
Hal-hal yang belum diketahui ibu :tanda bahaya masa nifas
C. Data Obyektif:
1. PemeriksaanFisik:
a. PemeriksaanUmum:
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran :compos mentis
3) Tensi : 130/ 85
4) Nadi :95 x/ menit
5) Suhu : 36,7°C
6) RR : 22 x / menit
7) BB sebelum/ sekarang : 66 kg / tidak dilakukan
8) Tinggi Badan : 158 cm
b. Status present:
1) Kepala :simetris, rambut bersih
2) Muka :tidak oedem, sedikit pucat
3) Mata :konjuntiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
4) Hidung : tidak ada polip, tidak ada secret
5) Mulut : lidah tidak kotor, tidak ada stomatitis
6) Telinga : pendengaran baik, tidak ada serumen
7) Leher :tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada massa
8) Ketiak :tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
9) Dada :nafas normal, tidak ada retraksi, tidak ada
whezing
10) Abdomen : tidak ada massa, tidak kembung
11) Punggung : normal, tidak ada scoliosis
12) Vulva : Pengeluaran darah segar aktif
13) Ekstremitas atas : tidak oedem, terpasang infus 2 jalur pada tangan
kanan dan kiri
14) Ekstremitas bawah: tidak oedem
15) Anus :tidak ada hemoroid
c. Status Obstetrik
Muka : tidak ada cloasma tidak ada oedema
Mamae :Simetris, tidak ada benjolan, areola menghitam,
puting susubersih dan menonjol, ASI sudah keluar
(kolustrum)
Abdomen : terdapat striae gravidarum dan linea nigra
Vulva : tidak ada hematoma
PPV : aktif ± 500cc
Perineum :hecting perineum derajat II
d. Palpasi
Kontraksi : lemah
TFU : 2 jari dibawah pusat
e. Inspekulo : OUE masih membuka
2. Pemeriksaan penunjang:
Hemoglobin : 10 gr/dl

D. ANALISA
Ny. AUsia 26tahun P3A0 Post Partum 2,5 jam dengan perdarahan post partum
primer atas indikasi atonia uteri
Diagnosa potensial : syok hemorragik
Tindakan segera :kolaborasi dokter SpOG untuk penanganan perdarahan
dengan merujuk pasien ke RS
E. PELAKSANAAN
Tanggal10 Februari2022jam :09.15 WIB
1. Memberitahukan Ibu dan keluarga tentang kondisinya bahwa Ibu mengalami
perdarahan karena rahim tidak dapat berkontraksi setelah persalinan
Hasil : Ibu dan suami mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan yaitu merujuk ibu ke RS dan
meminta persetujuan ibu/keluarga (informed concent)
Hasil : Ibu bersedia menandatangani lembar persetujuan tindakan (informed
concent)
3. Melakukan kolaborasi rujukan dengan telpon RS untuk konfirmasi ruangan
dan memberitahu kondisi pasien
Hasil : RS siap menerima rujukan dari bidan
4. Melakukan stabilisasi dengan memberikan infus RL 20 tetes per menit
Hasil : Ibu sudah diberikan infus RL 20 tetes per menit
5. Melakukan rujukan dengan mendampingi pasien sampai ke IGD
Hasil : Pasien telah dilakukan serah terima dengan bidan di PONEK RS
6. Melakukan dokumentasi atas semua tindakan dan terapi yang telah diberikan
Hasil : semua terapi dan tindakan sudah terdokumentasi dalam RM pasien.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal / Jam Catatan Perkembangan
16 Februari2022 S :Ibu mengatakan sudah merasa sehat dan ingin kontrol nifas.
Jam 10.30 WIB Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Tempat : O : KU : Baik ; Kesadaran : Composmentis
Puskesmas TTV: TD : 115/70 mmHg, N : 75x/menit, T : 36,5°C, RR :
Tunjungan 21x/menit
TFU : tidak teraba
PPV : dalam batas normal, lochea serosa

A :Ny. AUsia 26tahun P3A0 2 minggu post partum fisiologis


P:
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa secara umum
keadaan ibu baik dan tanda- tanda vital dalam batas normal.
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
merasa senang
2. Melihat tanta-tanda infeksi bekas luka perineum
Hasil : Luka perineum bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan
bekas luka mulai kering
3. Melakukan evaluasi cara menyusui ibu
Hasil : Ibu menyusui bayinya 2 jam sekali atau setiap bayi
menangis dan BB bayi naik 300gram
4. Menganjurkan ibu untuk tetap makan makanan yang tinggi
protein dan serat agar luka jahitan cepat sembuh
Hasil : Ibu setiap hari makan makanan tinggi protein dan berserat
dan akan melanjutkan sesuai anjuran bidan
5. Menganjurkan ibu untuk tetap tidak jongkok-jongkok terlebih
dahulu dan cebok yang bersih karena luka jahitan belum kering
seutuhnya
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan
6. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas seperti perdarahan lewat
jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak pada
wajah, tangan dan kaki atau sakit kepala disertai kejang, demam
lebih dari 2 hari, payudara bengkak, merah disertai rasa sakit, ibu
terlihat murung, sedih dan menangis tanpa sebab (depresi)
Hasil : Ibu mengerti dan akan segera ke bidan apabila terdapat
salah satu tanda bahaya nifas
7. Memberikan tablet tambah darah Fe X diminum sehari sekali
diminum setelah makan
Hasil : Ibu bersedia minum vitamin sesuai anjuran bidan
8. Menganjurkan ibu kontrol ibu bersama bayinya 1 minggu lagi
atau segera jika ada keluhan
9. Hasil : Ibu bersedia kontrol sesuai jadwal atau segera apabila ada
keluhan
10. Melakukan dokumentasi atas semua tindakan dan terapi yang
telah diberikan
Hasil : semua terapi dan tindakan sudah terdokumentasi
dalam status RM pasien.
PEMBAHASAN

A. Data Subjektif
Pengkajian dilakukan dengan pengumpulan semua data yang diperlukan
untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
(Handayani and Mulyati, 2017).
Pengkajian data subyektif yaitu nama pasien Ny. A, umur 26 tahun,
beragama islam, pendidikan terakhir SD, pekerjaan ibu rumah tangga dan suku
bangsa jawa. Ny. A berumur 26 tahun dimana umur tersebut merupakan rentang
waktu aman untuk bereproduksi. Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk
hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun,keadaan ini disebabkan karena pada
umur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan
baik dan belum cukup dewasa untuk menjadi ibu, sedangkan pada umur 35
tahun keatas elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi
pada umumnya telah mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit
persalinan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada ibu
(Prawirohardjo, 2016).
Ny. A datang sendiri ke Puskesmas Tunjungan jam 13.30 WIB karena
sejak jam 11.00 WIB ibu merasakan kencang-kencang dan sakit perut yang
menjalar ke pinggang, hasil pemeriksaan
didapatkanibusudahmemasukipersalinanfase aktif denganbukaan8 cm
danibumelahirkan, jam 07.00 WIB di Puskesmas Tunjungan. Beberapa tanda
dimulainya proses persalinan adalah adanya his persalinan yaitu pinggang terasa
sakit dan menjalar ke depan dan pada pemeriksaan dalam didapatkan perlunakan,
pendataran dan pembukaan serviks, proses pendataran dan pembukaan servik
berlangsung pada multi gravida lebih cepat daripada primigravida yaitu 6-7 jam,
sedangkan pada Ny. A proses kala I dan kala II hanya berlangsung selama 55
menit. Proses persalinan yang mengalami kelainan atau tidak biasa akan
berpengaruh pada masa nifas (Aritonang and Simanjuntak, 2020).
Hari Pertama Haid Terakhir ibu adalah tanggal 31 Mei2021,
denganmenggunakanrumusNeagledapatdihitungumurkehamilanibupadasaat
proses kehamilanadalah40minggu 4 hari. Lama kehamilan berlangsung sampai
aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari atau usia kehamilan 37 sampai dengan
42 minggu, sehingga usia kehamilan ibu saat melahirkan sudah aterm.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu diketahui bahwa Ny.
Atidakmengalamimasalah, penyulitmaupunkomplikasi. Jarak kehamilan dan
persalinan terdahulu dengan sekarang > dari 2 tahun, dimana ini sesuai dengan
teori bahwa jarak kehamilan dan persalinan dengan kehamilan dan persalinan
sekarang minimal 2 tahun karena seorang wanita setelah bersalin membutuhkan
waktu 2 sampai 3tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri
untuk kehamilan dan persalinan berikutnya.
Jarakkehamilanterlaludekatdengankehamilansebelumnya,
akanmempunyaibanyakresikoterhadapibu(Maesaroh and Iwana, 2018).
Proses persalinan Ny. A secara spontan belakang kepala, plasenta lahir
lengkap dan tidak layu, APGARscorebayi9/9/10,
hasilpengukuranantropomeribayididapatkanBeratBadan 3800 gram,
PanjangBadan 50 cm, Lingkarkepala 35 cm, Lingkar Dada 36 cm,
LingkarLenganbayi 14 cm danpadabayitidakterdapatkelainan. MenurutMarmi
and Raharjo (2014) bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38 – 42
minggu dengan berat badan sekitar 2500–3000 gram dan panjang badan sekitar
50-55 cm, Lingkar dada 30–38 cm, Lingkar kepala 33–35 cm, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat, sehingga
bayi Ny. A termasuk bayi lahir yang normal (sehat).
Keadaan riwayat kesehatan Ny. A baik, dimana ibu tidak pernah dan tidak
sedang menderita penyakit seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan diabetes,
tidak menderita penyakit menular (batuk, pilek, demam, TBC), tidak sedang
menderita penyakit kronis, dan penyakit serius lainnya. Dari riwayat penyakit
dalam keluarga juga tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menurun seperti hipertensi dan diabetes, tidak ada yang menderita penyakit
menular (TBC, hepatitis, penyakit menular seksual), maupun penyakit menahun
(asma, jantung). Menurut Aritonang and Simanjuntak (2020) riwayat kesehatan
seorang ibu perlu diketahui untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut, kronis seperti jantung, Diabetes Militus, hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas.
Riwayatpenggunaankontrasepsisaatsebelumhamilsekarangadalahibumengg
unakankontrasepsijenisimplantdanberencanamenggunakankontrasepsiSuntik KB
3 bulansetelahmelahirkanini. Suntik KB 3 bulan mengandung 150 mg DMPA
(Depo Medroxi Progesteron Asetat), kontrasepsi ini mempunyai keuntungan
diantaranya sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga
tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan
darah dan yang paling penting untuk ibu menyusui adalah jenin kontrasepsi ini
tidak berpengaruh terhadap ASI, sehingga tidak mengganggu proses menyusui
ibu (Hartanto, 2015).
Polapemenuhan kebutuhan sehari-hari Ny. A, ibu terbiasa mengkonsumsi
sayuran, lauk pauk dan buah-buahan, serta minum air dalam jumlah yang cukup.
Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui meningkat 25%, karena
berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk produksi ASI
untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali
dari kebutuhan biasa menjadi sekitar 3000-3800 kalori. Nutrisi yang dikonsumsi
berguna untuk melakukan aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
memproduksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Ibu nifas dan menyusui memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang
mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-
buahan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan
teratur. (Wahyuni, 2018).
Ny. A melahirkan tanggal 10Februari2022 jam 14.25 WIB, pada 1 jam
setelah proses melahirkan ibu belum ada BAK dan BAB spontan. Seorang ibu
nifas dalam keadaan normal dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu
diusahakan buang air kecil sendiri, bila tidak dapat dilakukan tindakan:
dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien. Apabila tindakan tersebut
tidak berhasil selama selang waktu 6 jam, maka dilakukan kateterisasi. Namun
dari tindakan ini perlu diperhatikan risiko infeksi saluran kencing. Jika sampai
hari ke 3 post partum ibu belum bisa buang air besar, maka perlu diberikan
supositoria dan minum air hangat (Wahyuni, 2018).
B. Data Objektif
Pemeriksaan fisikdidapatkanhasilsecaraumumkondisiNy. Abaik, tanda-
tanda vital baik, keletihan yang dialami ibu dalam proses persalinan dapat
membuat perubahan pada tanda vital ibu tetapi dalam batas normal. Nadi dan
suhu yang diatas normal dapat menunjukkan kemungkinan adanya infeksi,
sedangkan tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya
perdarahan postpartum.
Pemeriksaan yang dilakukan pada payudara didapatkan payudara ibu
menonjol dan colostrum ibu sudah keluar, hal ini akan sangat mendukung dalam
proses pemberian ASI paa bayinya karena puting yang tenggelam menimbulkan
masalah tersendiri pada wanita, terutama setelah melahirkan. Proses feeding atau
pemberian ASI juga akan mengalami gangguan. Mulut bayi tidak bisa menempel
dengan sempurna yang mengakibatkan bayi mengalami kesulitan untuk
menghisap. Bagi ibu yang kolostrumnya belum keluar biasanya ibu akan
memberikan susu formula kepada bayinya. Bayi yang sudah mendapatkan susu
tambahan akan tertidur dan tidak akan terjadi rangsangan pada putting susu.
Keadaan ini akan menyebabkan kolostrum yang keluar sedikit bahkan mungkin
berhenti setelah bayi lahir atau kolostrum akan keluar sedikit, dan berhenti
sebelum bayi berumur enam bulan. Hal ini akan sangat merugikan
bayi(Hayatiningsih and Ambarwati, 2012).
Pada vulva ibu ditemukan pengeluaran pervaginam yang aktif dengan
estimasi 500 cc. Keluarnya darah 500cc pada ibu pasca bersalin diindikasi
adanya perdarahan postpartum. Perdarahan Post Partum primer (Early
postpartum hemorrhage) adalah perdarahan aktif yang terjadi dalam 24 jam
pertama setelah kala III (Saifuddin, 2014).
Pemeriksaan obstetri dilakukan palpasi dan inspekulo. Palpasi yang
dilakukan pada perut ibu didapatkan kontraksi yang lemah dan tinggi fundus
uteri 2 jari dibawah pusat, penyebab terjadinya perdarahan dikenal dengan istikah
4-T (tonus, tissue, trauma dan thrombin). Pada pasien ditemukan kontraksi yang
lemah maka penyebab perdarahan tersebut karena tonus (atonia uteri). Pada
pemeriksaan inspekulo didapatkan adanya OUE (ostium uteri externum) masih
membuka dengan darah yang mengalir aktif. Perdarahan post partum sering
terjadi pada ibu bersalin yang mengalami atonia uteri. Ibu bersalin yang
mengalami atonia uteri sangat rentan mengalami komplikasi antara lain
terjadinya perdarahan post partum. Atonia uteri sebagai faktor risiko perdarahan
post partum pada ibu bersalin, dimana ibu bersalin yang mengalami atonia uteri
memiliki risiko perdarahan post partum 5 kali lebih besar dibandingkan ibu
bersalin yang tidak mengalami atonia uteri (Juariah, 2019).
Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan pada pasien
didapatkan hasil yaitu, kadar haemoglobin 10 gr/dL.Anemia merupakan kondisi
dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah sangat kurang. Anemia
akibat kehilangan darah pasca persalinan yang mendadak dan banyak
menyebabkan hemostatis kompensasi tubuh. Kehilangan darah akut sebanyak 12-
15% akan memberi gejala pucat, takikardia dengan tekanan darah normal atau
rendah. Kehilangan 15-20% menyebabkan tekanan darah mulai turun sampai
syok, dan kehilangan 20% dapat berakibat kematian (Danefi, 2018)
C. Analisa
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian dianalisa
dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah
ibu(Handayani and Mulyati, 2017)
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif maka diagnosa
yang dapat ditegakkan adalah Ny. AUsia 26tahun P3A0 Post Partum2,5
jamdenganperdarahanpost partumprimer atas indikasiatonia uteri.
D. Pelaksanaan
Memberitahukan ibu tentang kondisinya bahwa ibu mengalami perdarahan
karena rahim ibu tidak bisa berkontraksi spontan setelah persalinan.Informasi dari
petugas kesehatan merupakan hasil diagnosis berdasarkan anamnesis atau
riwayat penyakit pasien dan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis pada tubuh
pasien, Pasien berhak mendapatkan informasi tentang keadaan kesehatannya
selain itu penyampaian informasi juga dapat menciptakan hubungan
interpersonal yang baik antara perugas kesehatan dengan pasien (Menawati and
Kurniawan, 2015)
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk menghentikan perdarahan
dan meminta persetujuan ibu/keluarga (informed concent). Informed Consent
adalah persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter setelah diberi
penjelasan. Dalam keadaan gawat darurat Informed consent tetap merupakan hal
yang paling penting walaupun prioritasnya diakui paling bawah. Prioritas yang
paling utama adalah tindakan menyelamatkan nyawa. Walaupun tetap penting,
namun Informed consent tidak boleh menjadi penghalang atau penghambat bagi
pelaksanaan emergency care sebab dalam keadaan kritis dimana dokter berpacu
dengan maut, ia tidak mempunyai cukup waktu untuk menjelaskan sampai pasien
benar-benar menyadari kondisi dan kebutuhannya serta memberikan
keputusannya. Dokter juga tidak mempunyai banyak waktu untuk menunggu
kedatangan keluarga pasien. Kalaupun keluarga pasien telah hadir dan kemudian
tidak menyetujui tindakan dokter, maka berdasarkan doctrine of necessity, dokter
tetap harus melakukan tindakan medik. Hal ini dijabarkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 585/Men.kes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan
Tindakan Medik, bahwa dalam keadaan emergency tidak diperlukan Informed
consent. Sesuai dengan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, bahwa
dalamkeadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran (Busro,
2018).
Melakukan kolaborasi rujukan dengan telpon RS untuk konfirmasi ruangan
dan memberitahu kondisi pasien. Sistem rujukan kegawatdaruratan meternal dan
neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien,
efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan.
Komplikasi persalinan adalah suatu keadaan penyimpangan dari normal yang
secara langsung dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi,
sehingga perlu dilakukan upaya penyelamatan jiwa ibu dan bayi sesuai dengan
kegawatdaruratan melalui sistem rujukan (Wandi, 2017)
Ibu dianjurkan untuk makan makanan bergizi untuk mempercepat proses
penyembuhan dan proses menyusui. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum
dan menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan
setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi.
Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa menjadi sekitar
3000-3800 kalori. Nutrisi yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktifitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu nifas dan menyusui
memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung
karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan. Menu
makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak
terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan
pengawet atau pewarna (Wahyuni, 2018).
Selain memperhatikan kebutuhan dirinya, ibu nifas juga harus
memperhatikan kebutuhan bayinya yaitu pemberian ASI. ASI penting untuk
pertumbuhan dan kecerdasananak. ASI merupakan makanan yang paling
sempurna pada bayi. ASI mengandung enzim pencernaan sehingga mudah
dicerna dan diserap, dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi, mudah, murah,
serta bersih.Kolostrum pada ASI memiliki 4 manfaat bagi bayi. Pertama,
kolostrum dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi karena mengandung zat
kekebalan terutama immunoglobulin A (IgA), seperti mencegah penyakit diare.
Kedua, sedikit maupun banyak kolostrum yang diproduksi tetap dapat
mencukupi kebutuhan bayi. Ketiga, bayi membutuhkan protein dan vitamin A
yang tinggi, serta karbohidrat dan lemak yang rendah, sehingga kolostrum sangat
cocok dengan kebutuhan nutrisi bayi. Keempat, kotoran pertama bayi memiliki
warna hitam kehijauan, untuk mengeluarkan kotoran tersebut dapat dibantu
dengan kolostrum(Fitri, Dianatul, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Anita, L. and Lyndon, S. (2014) Asuhan Kebidanan Fisiologis Dan Patologis.


Jakarta: Binarupa Aksara.
Aritonang, J. and Simanjuntak, Y. T. O. (2020) Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Deepublish.
Cunningham, F. G. (2013) Obstetri Williams. Jakarata: EGC.
Danefi, Tupriliany, Hapi Apriasih. 2018. Gambaran Status Gizi dan Anemia
dalam Kehamilan Terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Nifas di Ruang
Melati Lt. II RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2017.
Tasikmalaya: STIKES RESPATI. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&as_ylo=2017&q=anemia+nifas&btnG=#d=gs_qabs
&u=%23p%3DIs57TL1rvjcJ
Ernawati and Rejeki, S. (2010) ‘Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada
Penyembuhan Luka Perineum Ibu Pasca Persalinan Di Puskesmas
Brangsong Dan Kaliwungu Kabupaten Kendal’, Jurnal Unimus, pp. 1–8.
Handayani, S. R. and Mulyati, T. S. (2017) Bahan Ajar Kebidanan Dokumentasi
kebidanan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Juariah, Siti, dkk. 2019. Risiko Atonia Uteri Terhadap Perdarahan Post Partum
di Puskesmas Beber Kabupaten Cirebon. Cirebon : Politeknik Kesehatan
Bhakti Pertiwi Husada.
http://journals.poltekesbph.ac.id/index.php/pertiwi/article/view/17/9
Joseph and Nugroho (2010) Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri
(Obsgyn):Untuk Keperawatan dan Kebidanan. Cet. 1. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kusmiyati, Y. (2009) Perawatan Ibu Hamil. I. Yogyakarta: Fitramaya.
Maesaroh, S. and Iwana, I. P. (2018) ‘Hubungan Riwayat Anemia Dan Jarak
Kelahiran Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Di Rsud Dr. H. Abdul
Moeloek’, Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 3(1), p. 21.
doi: 10.31764/mj.v3i1.120.
Mochtar, R. (2012) Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
Muhlisin, A. (2019) Inversio Uteri : Gejala, Penyebab, Pengobatan, Honestdocs
Editorial Team.
Musa, S. M. (2019) ‘Insiden Dan Faktor Risiko Perdarahan Postpartum Pada
Persalinan Pervaginam: Studi Literatur’, Jurnal Universitas Muhammadiyah
Tanggerang, 4(2), pp. 28–35.
Nur, F., Rahman, A. and Kurniawan, H. (2019) ‘Faktor Risiko Kejadian
Perdarahan Postpartum Di Rumah Sakit Umum (Rsu) Anutapura Palu’,
Jurnal Kesehatan Tadulako, 5(1), pp. 26–31.
Oktaviani, O. (2017) ‘Anemia Pada Kehamilan Sebagai Faktor Risiko Perdarahan
Postpartum Di Rumah Sakit’, Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan),
4(2), pp. 121–128. doi: 10.36743/medikes.v4i2.78.
Pardede, S. O. et al. (2017) Prosiding Seminar Nasional Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan Berbagai Disiplin Ilmu Kedokteran. Jakarta: Continuing
Medical Education FK UKI. Available at:
http://repository.uki.ac.id/64/1/Prosiding PENANGANAN PERDARAHAN
POSTPARTUM.pdf.
Prawirohardjo, S. (2016) Ilmu Kebidanan. 4th edn. Edited by abdul B. Saifuddin,
T. Rachimhadhi, and G. H. Wiknjosastro. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rahmawati, E. S. (2013) ‘Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan
Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking
Kabupaten Tuban ( The Influence of Cold Compress Towards Perineum
Injury of Post-Partum’, Jurnal Sain Med, 3(2), pp. 43–46. doi:
10.1016/0030-4220(71)90238-6.
Rodiani, Susianti and Gemayangsura (2017) ‘P 2 A 0 Post Partum Hemorrhagic
Post Partum Et Causa Inversio Uteri , Syok Hemoragik dan Anemia Berat’,
Jurnal Kesehatan dan Agromedicine, 4, pp. 97–102.
Rosidah, Shintami, R. A. and Puspandhani, M. E. (2020) ‘Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Perdarahan Post Partum Di RSUD
Indramayu’, Syntax Fusion, 1(1), pp. 1–9.
Runjati dkk (2017) Kebidanan Teori dan Asuhan. 1st edn. Edited by Runjati and
S. Umar. Jakarta: EGC.
Saifuddin, A. B. (2009) Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: EGC.
Saifuddin, A. B. (2014) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Satriyandari, Y. and Hariyati, N. R. (2017) ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Perdarahan Postpartum’, Journal of Health Studies, 1(2), pp. 49–
64. doi: 10.31101/jhes.185.
Simanjuntak, L. (2020) ‘Perdarahan Postpartum (Perdarahan Paskasalin)’, Jurnal
Visi Eksakta, 1(1), pp. 1–10. doi: 10.51622/eksakta.v1i1.51.
Siswosudarmo, R. (2016) ‘Penanganan Perdarahan Pascasalin Terkini dalam
Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu’, FK UGM Yogyakarta, p. 20.
Available at: obgin-ugm.com.
Sukma, F., Hidayati, E. and Jamil, S. N. (2017) Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Sulistyawati, A. (2010) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: Andi Offset.
Ulfiana, E. et al. (2019) ‘Pengaruh Pemberian Ubi Jalar Ungu terhadap
Peningkatan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester III’, Jurnal
Kebidanan, 9(1), pp. 90–96. doi: 10.31983/jkb.v9i1.4027.
Wahyuni, E. D. (2018) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. 1st edn. Jakarta:
Kemenkes RI Pusdik SDMK BPPSDMK.
Wahyuningsih, S. (2019) Asuhan Keperawatan Post Partum. Yogyakarta:
Deepublish.
Wandi. 2017. Implementasi Sistem Rujukan Ibu Hamil dan Bersalin oleh Bidan
Polindes. Malang: Poltekkes Kemenkes Malang. https://ojs.poltekkes-
malang.ac.id/index.php/JIKI/article/view/43/29
Yuliana, D. (2019) ‘Hubungan Riwayat Preeklamsia Dengan Kejadian Perdarahan
Postpartum Pada Ibu Bersalin Di RSD Mayjend HM. Ryacudu Kotabumi
Lampung Utara’, Malahayati Nursing Journal, 1(2), pp. 1689–1699.

Anda mungkin juga menyukai