Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PEMBINAAN DUKUN BAYI

DOSEN : LIA YULIANTI AM.Keb, MKM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. ADILLIA ZAHWA
2. AURA AMELIA
3. RINA AINI SYIFA
4. TIA NUR LATIPAH
5. VIRA SIVA ARDIYANI

POLITEKNIK BHAKTI ASIH


PURWAKARTA
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Asuhan Kebidanan
Komunitas dengan pokok bahasan ”PEMBINAAN DUKUN BAYI”
            Alhamdulillah tugas makalah ini telah selesai, tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada Dosen Pembimbing kami Ibu Suwarni, SPd dan semua pihak yang ikut
membantu.
            Kami menyadari Makalah ini belum sempurna, oleh karenanya kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas dihari esok.
            Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami penulis pada khususnya. Atas semua kekurangan kami, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

                                                                                   Purwakarta, 05 Maret 2021

                                                                              Penyusun          

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................I

DAFTAR ISI............................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................2
1.3 RUMUSAN TUJUAN......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4

2.1 DUKUN BAYI.......................................................................................................................4


2.2 FUNGSI DUKUN BAYI.........................................................................................................5
2.3 PERAN DUKUN BAYI..........................................................................................................6
2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BERSALIN PADA DUKUN.............................................7
2.5 TUJUAN PEMBINAAN DUKUN BAYI........................................................................9
2.6 LANGKAH PEMBINAAN DUKUN BAYI.................................................................10
2.7 UPAYA PEMBINAAN DUKUN BAYI........................................................................10
2.8 KLASIFIKASI PEMBINAAN DUKUN BAYI............................................................11
2.9 HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PEMBINAAN DUKUN................................14

BAB III PENUTUP.................................................................................................................17

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................17
3.2 SARAN............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas
pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong
oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang
peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih
memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh
dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah
melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi.

Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu


terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan
tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan merupakan salah satu tugas
dan tanggung jawab bidan.  Maka dari itu tugas dan tanggung jawab bidan terhadap
dukun bayi sangat memberikan kontribusi yang cukup penting. Tenaga yang sejak
dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan kebidanan
ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji.

Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang
terkait dengan reproduksi wanita. Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ±
40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa
mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam
kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul
komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya,
dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional.

Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi
sampai pada kematian ibu dan anak. Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan
dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk
melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong
persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan
persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan.

Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat
bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka
kesakitan (Prawirohardjo, 2005)
1
Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas
pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen  persalinan di masyarakat masih di tolong
oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang
peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih
memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh
dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah
melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan
persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melakukan
kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan
melakukan pembinaan dukun. 

Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang masyarakat


pemerintah dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan mempersempit kewenangan
sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun bayi
oleh tenaga kesehatan yang menitik beratkan pada peningkatan pengetahuan dukun
yang bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan
alat-alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan tentang perawatan
kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta
pencatatan kelahiran dan kematian. Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya
menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

1.2  RUMUSAN MASALAH


Dalam makalah ini kami telah menentukan beberapa rumusan masalah mengenai
pembinaan dukun bayi, antara lain :

1. Apa yang dimaksud dengan pembinaan dukun bayi?


2.  Apa tujuan dari pembinaan dukun bayi?
3. Bagaimana langkah dari pembinaan dukun bayi?
4.  Apa saja upaya dilakukannya pembinaan dukun bayi?
5. Apa saja klasifikasi materi untuk pembinaan dukun bayi?
6.  Bagaimana hambatan dan solusi dalam pembinaan dukun bayi?

2
1.3 RUMUSAN TUJUAN
Dalam makalah ini kami telah menemukan beberapa rumusan tujuan dari
rumusan masalah yang telah ada mengenai pembinaan dukun bayi, antara lain :

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian pembinaan dukun bayi.


2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan pembinaan dukun bayi.
3. Untuk mengetahui dan memahami langkah pembinaan dukun bayi.
4. Untuk mengetahui dan memahami upaya pembinaan dukun bayi.
5. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi materi pembinaan dukun bayi
6. Untuk mengetahui dan memahami hambatan dan solusi pembinaan dukun bayi.

3
BAB II
PEMBAHASAN
Pembinaan dukun bayi

2.1Dukun bayi

Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat
untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.
(Dep Kes RI. 1994 : 2)

 Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita


yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara
tradisional dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan cara turun temurun belajar
secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut
serta melalui petugas kesehatan.

Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang


wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan
secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun-temurun
belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan
tersebut serta melalui petugas kesehatan. Dukun bayi adalah seorang wanita atau pria
yang menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara turun menurun dari ibu
kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya (Kusnada Adimihardja).

Dukun bayi adalah profesi seseorang yang dalam aktivitasnya, menolong


proses persalinan seseorang, merawat bayi mulai dari memandikan, menggendong,

4
belajar berkomunikasi dan lain sebagainya. Dukun bayi biasanya juga selain
dilengkapi dengan keahlian atau skill, juga dibantu dengan berbagai mantra khusus
yang dipelajarinya dari pendahulu mereka. Proses pendampingan tersebut berjalan
sampai dengan bayi berumur 2 tahunan. Tetapi, pendampingan yang sifatnya rutin
sekitar 7 - 10 hari pasca melahirkan.

Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh
masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan
masyarakat.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal


dukun bayi atau dukun beranak sebagai tenaga pertolongan persalinan yang
diwariskan secara turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan
pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan
kelahiran, seperti memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara adat
serimonial lainnya. Pada kelahiran anak dukun bayi yang biasanya adalah seorang
wanita tua yang sudah berpengalaman, membantu melahirkan dan memimpin upacara
yang bersangkut paut dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992).

a. Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


1. Pada umumnya adalah seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di desa.
2. Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf 
3. Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi karena
‘panggilan’ atau melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong sesama 
4. Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap.
Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun
hanyalah pekerjaan sambilan.
5. Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari
masing-masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak
sama setiap waktunya.
6. Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang
berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat .

b. Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi adalah :


1. Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.
2. Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.
3. Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
5
4. Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial, perawatan
diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
5. Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.

2.2Fungsi Dukun Bayi

Selaras dengan keterampilannya, dukun bayi memiliki 2 macam fungsi, ialah


fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama dukun bayi ialah melaksanakan
pertolongan persalinan secara benar dan aman. Untuk mendukung fungsi utamanya,
maka fungsi tambahan dapat dikembangkan setempat, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan pelayanan kesehatan. Dalam kerangka program KIA,
fungsi dukunbayi meliputi:

1. Perawatan ibu hamil normal


2. Pengenalan dan rujukan ibu hamil dengan resiko tinggi dan penyulit kehamilan
3. Rujukan ibu hamil untuk mendapat suntikan TT
4. Persalinan yang aman
5. Perawatan masa nifas
6. Pengenalan dan rujukan ibu masa nifas dan bayi untuk diimunisasi

Agar dukun bayi dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Diharapkan


mereka terlibat secara aktif di posyandu setempat. Jenis dan derajat keterlibatan dukun
bayi di posyandu diserahkan kepada dukun bayi sendiri dan pengaturan dukun bayi di
masyarakat.

  Peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk didalamnya penurunan


kematian bayi dan anak, akan lebih berhasil bila mengikutsertakan masyarakat. dukun
bayi adalah salah satu warga masyarakat yang sangat potensial dalam upaya tersebut.

2.3Peran Dukun Bayi

1. Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan


oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan diantaranya bersalin dengan bidan karena bidan :
a. Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat
memberikan pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan
kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung.
b. Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman.
6
c. Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat dengan
benar.
d. Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda bahaya
dalam persalinan sehingga dapat melakukan rujukan secara tepat.
2. Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya.
3. Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya

Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :

Ø  Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.

Ø  Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat mengakibatkan kematian
ibu dan bayi, antara lain :

1.      Terjadinya robekan rahim karena tindakan mendorong bayi didalam rahim dari luar sewaktu
melakukan pertolongan pada ibu bersalin

2.      Terjadinya perdarahan pasca bersalin yang disebabkan oleh tindakan mengurut-ngurut
rahim pada waktu kala III.

7
3.      Terjadinya partus tidak maju, karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan tidak mau
merujuk ke puskesmas atau RS. Untuk mencegah kesalahan tindakan dukun tersebut di
perlukan suatu bimbingan bagi dukun. 

2.4Kelebihan Dan Kekurangan Bersalin Pada Dukun

Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat.
Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain :

a.       Kelebihan

1)      Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.

2)      Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama

3)      Persalinan dilakukan di rumah

4)      Biaya murah dan tidak ditentukan.

b.      Kekurangan

1)      Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong persalinan.

2)      Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi baru
lahir.

3)      Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam program
pemerintah. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)

Fungsi Bidan

Fungsi Bidan di Desa adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
KIA termasuk KB, di wilayah Desa tempat tugasnya. Dalam menjalankan fungsinya di bidan
Desa, diwajibkan tinggal di Desa tempat tugasnya dan melakukan pelayanan secara aktif
sehingga tidak selalu menetap atau menunggu di suatu tempat pelayanan namun juga
melakukan kegiatan atau pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai dengan kebutuhan.

Fungsi bidan di desa secara khusus berkaitan dengan fungsinya sebagai bidan, yaitu
pelayanan terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu subur dan bayi. Agar fungsi tersebut
dapat berjalan dengan baik, maka perlu didukung oleh pengelolaan program KIA yang baik
dan penggunaan peran serta masyarakat, khususnya dukun bayi.

Tugas Pokok Bidan

8
Bidan di desa di prioritaskan sebagai pelaksana pelayanan KIA, khususnya dalam
pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk
pembinaan Dukun bayi. Dalam kaitan tersebut, bidan di desa juga menjadi pelaksana
kesehatan bayi dan keluarga berencana, yang pelaksanaannya sejalan dengan tugas utamanya
dalam pelayanan kesehatan ibu.

Salah satu tugas bidan dalam menggerakan dan meningkatan peran serta masyarakat dalam
program  KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan kader diantaranya:

a.       Pertolongan persalinan 3 bersih serta kewajibannya untuk lapor pada petugas kesehatan.

b.      Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko.

c.       Perawatan bayi baru lahir, khususnya perawatan tali pusat dan pemberian ASI ekslusive.

d.      Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus neonaturum serta pertolongan
pertamanya sebelum ditangani oleh petugas kesehatan

e.       Pelaporan persalinan dan kematian ibu serta bayi

f.       Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan penyuluhan KB.

Dalam melaksanakan tugas pokonya tersebut, bidan perlu menjalin hubungan yang baik
dengan masyarakat setempat, khususnya pamong setempat, tokoh masyarakat dan sasaran.

Mengingat peran dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun
dengan tenaga kesehatan sehingga dapat membantu kelancaran tugas sehari-hari dari bidan
dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung
jawab bidan.

Wewenang Bidan

a.       Bidan mempunyai wewenang dalam memberikan penerangan dan penyuluhan tentang
kehamilan, persalinan, nifas, menyusukan dan perawatan buah dada, keluarga berencana,
perawatan bayi, perawatan anak pra sekolah, dan gizi.

b.      Bidan melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan lain yang juga bekerja
dalam pelayanan kebidanan dengan kemampuan yang lebih rendah, termasuk para dukun bayi
atau paraji.

c.       Bidan melayani kasus ibu untuk : pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan normal,
termasuk pertolongan letak sungsang pada multipara, episiotomi dan penjahitan luka
perineum tingkat I dan tingkat II, perawatan nifas dan menyusukan, pemberian uterotonik,
pemakaian cara kontrasepsi tertentu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.

9
d.      Bidan melayani bayi dan anak pra sekolah: perawatan bayi baru lahir, pengawasan
pertumbuhan dan pengembangan, pemberian imunisasi perawatan, petunjuk pemberian
makanan.

e.       Bidan juga mempunyai wewenang memberikan obat-obatan meskipun hanya terbatas dan
roboransia, pengobatan tertentu dibidang kebidanan, sepanjang tidak melalui suntikan,
pemberian obat-obat bebas terbatas dimana diperlukan saja.

2.      Dari kelima wewenang umum ini, yang bertanggung jawab apabila terjadi hal yang tidak
diinginkan yaitu sepenuhnya pada bidan yang bersangkutan. Jadi bila terjadi tuntutan hukum
pada hal hal yang dilakukan bidan dalam batas wewenang umum, maka yang dituntut adalah
bidan yang bersangkutan.Supervise / pembinaan adalah Bimbingan teknis yang terus menerus
danberkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan.

Pembinaan menjangkau 2 aspek :

a. Pembinaan ketrampilan dukun bayi.


b. Pembinaan hasil kegiatan yang dilaksanan oleh dukun bayi

2.5TUJUAN PEMBINAAN DUKUN BAYI

Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Peran dan pengaruh dukun sangat bervariasi sesuai
dengan budaya yang berlaku. Peran dukun dalam masa perinatal sangat kecil atau dukun
memiliki wewenang yang terbatas dalam pengambilan keputusan tentang cara
penatalaksanaan komplikasi kehamilan atau persalinan, sehinngga angka kematian masih
tinggi.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan status dukun dalam
pengambilan keputusan, maka di lakukan upaya pelatihan dukun bayi agar mereka memiliki
pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan dan di terima oleh anggota masyarakat.

Beberapa program pelatihan dukun bayi memperbesar peran dukun bayi dalam program
KB dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak.
Pokok dari pelatihan dukun adalah untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sebenarnya
sudah di lakukan oleh dukun, seperti memberikan saran tentang kehamilan, melakukan
persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada saat
persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat di kurangi atau di cegah sedini
mungkin.

10
2.6LANGKAH PEMBINAAN DUKUN BAYI

Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari
masing-masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak seseorang dukun
untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan bidan dalam pembinaan
dukun adalah sebagai berikut:

a. Fase I : Pendaftaran dukun


1) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar.
2) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap mereka dalam
penanganan kehamilan dan persalinan.
b. Fase II :Pelatihan
1) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assessment.
2) Diberikan sertifikat.
3) Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan
ibu.
4) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek.
c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
1) Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih.
2) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun

2.7UPAYA PEMBINAAN DUKUN BAYI

Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah.


Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati,
memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar bidan
dapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan bidan di antaranya
adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.


2. Melakukan pendekatan dengan para dukun.
3. Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan
aman.
4. Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-komplikasi kehamilan dan bahaya
proses persalinan.
5. Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
6. Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi kehamilan kepada
tenaga kesehatan.

11
Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan

Ø  Dokter

Ø  Bidan

Ø  Perawat kesehatan

Ø  Petugas imunisasi

Ø  Petugas gizi

Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi

Ø  Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu

Ø  Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.

Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi

Ø  Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal dukun.

Ø  Pertemuan rutin yang telah disepakat

Ø  Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi

Ø  Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan

2.8KLASIFIKASI PEMBINAAN DUKUN BAYI

Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun:

1.      Promosi Bidan Siaga

Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan
dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan
dapat memberikan imbalan jasa yang sasuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk
bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir.
Apabila cara tersebut dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan
memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan
bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.

12
2.       Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan

Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan pada ibu hamil,
sehingga materi tentang pengenalan terhadap ibu hamil yang beresiko tinggi, tanda bahaya
kehamilan, persalinan, nifas, dan rujukan merupakan materi yang harus di berikan, agar
dukun bayi dapat melakukan deteksi dini kegawatan atau tanda bahaya pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan segera mendapatkan rujukan cepat dan tepat.

Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:

a.       Pengenalan golongan resiko tinggi

Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi adalah ibu dengan umur terlalu muda
(kurang 16 tahun) atau terlalu tua (lebih 35 tahun), tinggi badan kurang dari 145 cm, jarak
antara kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) atau terlalu lama (lebih dari 10 tahun),
ibu hamil dengan anemia, dan ibu dengan riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dan
lain-lain)

b.      Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan

Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan meliputi perdarahan pada kehamilan sebelum
waktunya; ibu demam tinggi; bengkak pada kaki, tangan dan wajah; sakit kepala atau kejang;
keluar air ketuban sebelum waktunya; frekuensi gerakan bayi kurang atau bayi tidak bergerak;
serta ibu muntah terus menerus; dan tidak mau makan

c.       Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan

Tanda-tanda bahaya pada persalinan, yaitu bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan
mulas, perdarahan melalui jalan lahir, tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu
tidak kuat mengejan atau mengalami kejang, air ketuban keruh dan berbau, plasenta tidak
keluar setelah bayi lahir, dan ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.

d.      Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas

Tanda-tanda kelainan pada nifas meliputi: perdarahan melalui jalan lahir; keluarnya cairan
berbau dari jalan lahir; demam lebih dari dua hari; bengkak pada muka, kaki atau tangan;
sakit kepala atau kejang-kejang; payudara bengkak disertai rasa sakit; dan ibu mengalami
gangguan jiwa.

13
3.      Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan

a.      Tetanus neonatorum

Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8% mengalami tetanus neonatorum
yang berkaitan pada kematian. Pada tahun 1980 tetanus menjadi penyebab kematian pertama
pada bayi usia di bawah satu bulan. Meskipun angka kejadian tetanus neonatorum semakin
mengalami penurunan, akan tetapi ancaman masih tetap ada, sehingga perlu diatasi secara
serius. Tetanus neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap kematian
bayi baru lahir yang di sebabkan oleh basil clostridium tetani. Tetanus noenatorum menyerang
bayi usia di bawah satu bulan, penyakit ini sangat menular dan menyebabkan resiko kematian.
Tetanus neonatorum di masyarakat, kebanyakan terjadi karena penggunaan alat pemotong tali
pusat yang tidak steril. Gejala tetanus di awali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang
mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu
atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut lengan atas dan paha.
Dengan diberikan pembekalan materi tetanos noenatorum di harapkan dukun dapat
memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk melakukan imunisasi, dan
melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus
noenatorum.

Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :

1.         Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek.

2.         Mulut mencucu seperti mulut ikan.

3.         Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.

4.         Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :

1.      Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.

2.      Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau diberi bermacam-
macam ramuan.

4.      Penyuluhan Gizi dan KB

14
a.       Gizi pada ibu hamil.

Ø Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat lima  sempurna.

Ø Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.

Ø Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari seperti kolak, kacang
hijau, kue-kue dan lain-lain.

Ø Tidak ada pantangan makan selama hamil.

Ø Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.

b.      Gizi pada bayi

1)      Usia 0-6 bulan

Ø  Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari, pagi, siang, sore maupun
malam.

Ø  Jangan beikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif).

Ø  Susui/teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian

2)      Usia 6-9 bulan

Selain ASI dikenalkan makanan pendamping ASI dalam bentukm lumat dimulai dari bubur
susu sampai nasi tim lumat

3)      Usia 9-12 bulan.

Ø  Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim dan nasi
lembik.

Ø  Pada makanan pendamping ASI ditambahkan telur ayam, ikan, tahu, tempe, daging sapi,
wortel, bayam atau minyak.

Ø  Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur kacang hijau, pisang,
biskuit, nagasari dan lain- lain.

Ø  Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring

Penyuluhan KB

Pentingnya ikut program KB setelah persalinan agar Ibu punya waktu untuk menyusui dan
merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta mengurus keluarga, Mengatur jarak kehamilan
tidak terlalu dekat yaitu lebih dari 2 tahun

Macam alat kontrasepsi

15
1)        Untuk suami :  Kondom dan Vasektomi

2)        Untuk istri     :  pil, suntik, spiral, implant, spiral, tubektomi.

5.      Pencatatan kelahiran dan kematian

Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang ditolongnya kepada
Puskesmas atau Desa dan Kelurahan.

2.9HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PEMBINAAN DUKUN

Hambatan – hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun di


masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :

a.       Sikap dukun yang kurang kooperatif

b.      Kultur yang kuat

c.       Sosial ekonomi

d.      Tingkat pendidikan

a.       Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif

Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah adanya perasaan malu apabila
di latih oleh bidan, dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara
pertolongan persalinan yang di lakukan.

Solusi :

Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan bukan
untuk melakukan perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh dukun dalam
melakukan pertolongan persalinan atau untuk bersaing. Akan tetapi, pembinaan yang di
lakukan bertujuan untuk memberikan suatu pemahaman baru dalam pelayanan kebidanan.
Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan cara memberikan imbalan sebagai
ucapan terima kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir, misalnya memandikan
bayi.

b.      Kultur yang Kuat

Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam upaya pembinaan
dukun adalah sebagai berikut :

·         Dukun bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat.

16
·         Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.

·         Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan.

·         Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga kesehatan.

·         Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.

·         Masyarakat masih terbiasa dengan cara – cara tradisional.

Solusi :

Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh – tokoh masyarakat, misalnya


pamong desa, para petua – petua desa, tokoh agama yang sangat berpengaruh pada pola pikir
masyarakat dengan memberikan penjelasan pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh –
tokoh masyarakat dapat melakukan advokasi kepada masyarakat, dan dapat memperbaiki
kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat yang dapat merugikan kesehatan terutama
kesehatan ibu dan bayi.

c.       Sosial Ekonomi

Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang rendah
cenderung mencari pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang demikian
beranggapan bahwa dukun adalah seorang pahlawan, karena melahirkan di dukun lebih
murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan pembayarannya dapat di angsur.

Solusi :

Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat tentang


biaya persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus dapat bekerja sama dengan
masyarakat mengenai persalinan, berdayakan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di tenaga kesehatan. Bidan dapat
bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pemetaan ibu hamil, membentuk tabungan
ibu bersalin (Tabulin), donor darah berjalan, dan ambulans desa.

d.      Tingkat pendidikan

Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati dan mempunyai
latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki latar belakang pendidikan
rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit untuk menerima pemahaman dan pengetahuan baru.

Solusi :

Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami tradisi


setempat untuk melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun – dukun. Lakukan
pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun, sehingga mereka dapat memahami dan

17
menerima pengetahuan serta pemahaman baru khususnya mengenai kahamilan, persalinan,
nifas, dan bayi baru lahir.

(Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y. 2009 : 136 - 138)

BAB III
PENUTUP

18
3.1 KESIMPULAN
Salah satu kasus kesehatan yang masih banyak terjadi di Indonesia, adalah persalinan
yang ditolong oleh dukun bayi. Kenyataannya, hampir semua masyarakat Indonesia baik yang
tinggal di pedesaan maupun perkotaan sekalipun lebih senang ditolong oleh dukun. Hal
tersebut disebabkan oleh tradisi dan adat istiadat setempat. Masalah kesehatan bagi penduduk
di kota maupun di pedesaan Indonesia masih saja merupakan masalah yang pelik.
Upaya untuk meyakinkan sasaran agar dapat menerima pelayanan kesehatan yang
memberi manfaat bagi mereka tidak lain adalah melalui promosi kesehatan.

3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami dan mengerti
mengenai isi dari makalah, yaitu tentang Pembinaan Dukun Bayi, Pemberitahuan Ibu Hamil
untuk Bersalin di Tenaga Kesehatan (Promosi Tenaga Kesehatan).

DAFTAR PUSTAKA

19
Referensi lain :

 Dep Kes RI.1994.”Pedoman Supervisi Dukun Bayi

Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/pembinaan-dukun-bayi-di-komunitas.html

20

Anda mungkin juga menyukai