Anda di halaman 1dari 22

Dosen Mata kuliah : Asrawati, SST.,M.Tr.

Keb

Mata Kuliah : Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

PEMBERDAYAAN ATAU PELATIHAN UNTUK KADER DAN DUKUN

TENTANG MEMANDIKAN BAYI

Disusun Oleh :

ASRINI

PO7124321009

HALAMAN JUDUL

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PROGRAMSTUDI S.Tr.Keb

KELAS AHLI JENJANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh

lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 08 Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Table of Contents

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
A. Pembinaan kader dan dukun Kader..............................................................5
B. Konsep Teori Memandikan Bayi..................................................................7
1. Definisi Memandikan Bayi.......................................................................7
2. Tujuan Memandikan Bayi.........................................................................8
3. Kapan Sebaiknya Memandikan Bayi........................................................8
4. Menyiapkan Keperluan Mandi..................................................................9
5. Prosedur Pelaksanaan Memandikan Bayi...............................................10
6. Dampak positif dan Dampak Negatif Memandikan Bayi.......................13
7. Faktor Yang Mempengaruhi Cara Memandikan Bayi............................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)

menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Delapan

puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-

kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan

penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih

memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan

persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan

pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan

bayi.

Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemerintah membuat

suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu

bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan

merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab bidan. Maka dari itu tugas dan

tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi sangat memberikan kontribusi yang

cukup penting. Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang

peranan penting dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama

lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji.

1
Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala

soal yang terkait dengan reproduksi wanita. Dukun bayi biasanya seorang

wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam

keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan

tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat

terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk

mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong

hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional.

Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak

dapat bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan

angka kesakitan. Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukkan masih

rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di

masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun

di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai

tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan

oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan

dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti

merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan

oleh dukun, pemerintah membuat suatu terobosan dengan melakukan

kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah

dengan melakukan pembinaan dukun.

Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun bayi

oleh tenaga kesehatan yang menitik beratkan pada peningkatan pengetahuan


2
dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu

mengenai kebersihan alat- alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir,

serta pengetahuan tentang perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap

resiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan

kematian. Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan

antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan menurunkan angka

kematian ibu dan bayi.

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh

masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan

perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat

dekat dengan tempat- tempat pemberian pelayanan kesehatan.

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan

masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan

untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan,

menurunkan angka kematian ibu dan anak. Kader kesehatan masyarakat

bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan yang ditujuk

oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Para kader kesehatan masyarakat

untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau partime dalam bidang

pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk

lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader

kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa

peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas adalah “Bagaimanakah

pemberdayaan atau pelatihan untuk kader dan dukun tentang memandikan

bayi”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui pemberdayaan atau pelatihan untuk kader dan dukun

tentang memandikan bayi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembinaan kader dan dukun Kader

Pembinaan dukun adalah suatu yang diberikan kepada dukun bayi oleh

tenaga kesehatan yang menitik beratkan pada peningkatan pengetahuan dukun

yang bersangkutan, terutama dalam hygiene sanitasi, yaitu mengenai

keberhasilan ala-alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta

pengetahuan tentang perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi

pada ibu dan bayi, KB, gizi, serta pencatatan kelahiran dan kematian.

Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antar

tenaga kesehatan (bidan), kader dan dukun dengan tujuan menurunkan angka

kematian ibu dan bayi.

Kader kesehatan masyarakat merupakan sekelompok orang yang berasal

dari masyarakat yang dipilih oleh masyarakat sendiri dan dilatih oleh petugas

kesehatan guna menangani segala bentuk masalah-masalah kesehatan baik

dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga mampu menjalin

kerja sama dengan berkolaborasi dan koordinasi dengan pelayanan pemberian

Kesehatan.

5
Selain itu, kader juga dapat didefinisikan sebagai sekelompok masyaraka

yang dianggap mempunyai hubungan yang paling dekat dengan unit

masyarakat. Kader ialah tenaga sukarela yang dipilih sendiri oleh dan dari

masyarakat yang mempunyai kewajiban dan tugas untuk meningkatkan derajat

kesehatan serta mengembangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya

memelihara kesehatan dan cara bekerja sama di berbagai kegiatan masyarakat

salah satunya melalui program posyandu.

Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat

serta pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan.

Diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para

pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan. Para kader

kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau

partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan

uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas.

Namun ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah

kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh

masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai

kebutuhan masyarakat. Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada

umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki

keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh

keterampilan tersebut dengan cara turun temurun belajar secara praktis atau

6
cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta

melalui petugas kesehatan.

Kepercayaan masyarakat terhadap keterampilan dukun bayi berkaitan

dengan sistem nilai budaya masyarakat. Dukun bayi diperlakukan sebagai

tokoh masyarakat setempat sehingga memiliki potensi dalam pelayanan

kesehatan. Pembinaan dukun bayi terbagi menjadi dua macam yaitu

pembinaan keterampilan dukun bayi dan pembinaan hasil kegiatan yang

dilaksanakan oleh dukun bayi. pembinaan dukun bayi ini dilakukan secara

teratur, terus menerus dan berkesinambungan untuk mencapai tujuan.

Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak diperlukan

kemitraan antara bidan (pemberi pelayanan ibu dan anak) dengan para dukun

beranak dengan melibatkan kader Puskesmas. Sehingga selanjutnya perlu

diakukan pengabdian masyarakat berupa pemberdayaan kader dan dukun

beranak/bayi untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada

pelayanan persalinan dan perawatan bayi.

B. Konsep Teori Memandikan Bayi

1. Definisi Memandikan Bayi

Memandikan adalah suatu cara membersihkan tubuh seseorang

dengan cara menyiram, merendam diri dalam air .Dalam minggu-minggu

pertama bayi cukup mandi satu kali sehari di pagi hari. Jika perlu sore hari

cukup di bersihkan dari kulit yang basah atau keringat. Usahakan tidak

langsung memandikan bayi setelah menyusu, sedang lapar atau mengantuk

7
untuk menghindarkan bayi muntah, kedinginan, atau kaget. Tujuan dari

memandikan bayi untuk membersihkan tubuh bayi.

2. Tujuan Memandikan Bayi

a. Memberikan rasa nyaman

b.  Memperlancar sirkulasi darah

c.  Mencegah infeksi

d.  Membersihkan kulit dari darah dan cairan amnion (air ketuban)

e.  Meningkatkan daya tahan tubuh

f.  Menjaga dan merawat integritas kulit

g.  Untuk observasi keadaan kulit bayi

h.  Stimulasi dini

i.  Untuk observasi keadaan tali pusat dari kemungkinan infeksi

3. Kapan Sebaiknya Memandikan Bayi

Memandikan bayi dapat dilakukan minimal 6-24 jam setelah

melahirkan. verniks, suatu zat yang menyerupai lilin yang menutupi bayi

saat lahir, harus dibiarkan terserap ke dalam kulit karena ini merupakan

pelembab yang luar biasa. Jika rambut bayi perlu dicuci, gunakan air dan

sisir saja untuk mengangkat kotoran. Anda dapat membersihkan bagian

atas dan bawah bayi anda dalam beberapa hari pertama, dengan

menggunakan kapas (organic jika memungkinkan) dan air, dengan lembut

membasuh mukanya (hati-hati di sekitar area halus sekitar mata) dan area

popok. Ini memungkinkan kulit bayi anda menyesuaikan diri dengan dunia

8
luar. Kemudian, jika anda memandikan bayi, peganglah dengan lembut di

dalam air, dua atau tiga kali seminggu.

4. Menyiapkan Keperluan Mandi

Oleh karena itu memandikan bayipun ada cara yang benar. Untuk

itu diperlukan perlengkapan yang sesuai agar acara memandikan bayi

lancar, dan tidak tertunda yang mungkin saja menyebabkan bayi

kedinginan.

Berikut ini daftar lengkap keperluan untuk memandikan bayi:

a. Meja mandi khusus

b. Handuk mandi

c. Popok atau handuk bersih untuk alas mandi

d. Waslap 2

e. Kapas lembab di tempatnya

f. Kapas kering di tempatnya

g. Kapas pembersih bertangkai (Cotten bud)

h. Baby oil

i. Sabun

j. Bedak

k. Tempat pakaian koto Perlengkapan pakaian bayi

l. Pakaian untuk ganti


9
m. Perlak dan alasnya

n. waskom / ember berisi air hangat

o. Alkohol dan kasa steril untuk merawat tali pusat

p. Celemek

5. Prosedur Pelaksanaan Memandikan Bayi

a. Siapkan keperluan mandi dan pakaian bayi sebelum pakaian bayi

dilepas, seperti sabun, sampo bayi, waslap pembasuh, gumpalan

kapas untuk membersihkan mata, handuk, popok, dan pakaian bersih

dan air hangat

b. Cuci tangan dan pakai celemek

c. Menutup pintu dan jendela ruangan serta membuka pakaian bayi

d. Memeriksa air:

Periksalah suhu air dengan siku atau bagian dalam pergelangan

tangan. Air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin.jika anda ingin

memeriksa air dengan thermometer, suhu sebaiknya 290C .

e. Buka pakaian bayi dan masukkan pakaian ke ketempat kotor

f. Bersihkan bokong dengan kapas bila bayi BAB

g. Angkat bayi dari tempat tidur : Tangan kanan memegang kaki, tangan

kiri masuk melalui kuduk, kemudian menuju ke ketiak

h. Masukkan bayi dalam baskom berisi air hangat

10
i. Bayi masukkan ke dalam bak mandi bayi dengan cara memegang

kepala dan bahu kiri bayi dengan tangan memegang lengan kiri bayi

dan tangan kanan mengangkat bokong, kepala berada di atas air.

j. Dengan menggunakan kapas depper / sisi handuk, seka mata

menggunakan kapas lembab dengan cara menghapus dari bagian

dalam ke arah luar. Setiap mengusap kapas harus diganti.

k. Telinga bersihkan dengan kapas pembersih, setiap usapan kapas harus

diganti

l. Cuci muka bayi dengan washlap tanpa menggunakan sabun. setelah itu

keringkan dengan handuk (Keringkan muka dengan 1 sudut handuk)

Boleh menggunakan sabun tetapi hati-hati karena sabun dapat

menyebabkan iritasi pada mata dan kulit bayi

m. Mulailah membasuh tubuh bayi dari bagian terbersih hingga terkotor.

n. Kemudian kepala bayi ditaruh di atas tangan kiri, lalu disabun

kemudian bersihkan dengan waslap sampai bersih.

o. Bersihkan dengan washlap bersabun pada area kepala dengan gerakan

memutar, leher, ketiak, badan, sela paha, dan sela bokong bayi hingga

rata,

p. Bagian punggung dibersihkan dengan menggnti tangan kiri, dan bayi

dengan bagian muka bersandar pada lengan kanan dengan waslap

basah sampai bersih, lihat daerah-daerah lipatan jangan ada yang

tersisa.
11
q. Bokong, perinium, genetalia dibersihkan paling akhir untuk mencegah

kontaminasi karena daerah ini paling kotor.

r. Angkat bayi seperti pada waktu memasukkan bayi ke dalam bak

mandi.

s. Letakkan kembali bayi diatas meja dengan alas handuk

t. Kepala, badan dan anggota tubuh lainnya dibersihkan dengan waslap

yang satunya (yang belum kena sabun) dengan menggunakan tangan

kanan

u. Keringkan dengan handuk sampai ke sela- sela badan, Keringkan

kepala bayi diatas meja dengan gerakan memutar. Gosok kepala

dengan baby oil bila ada kotorannya, beri minyak telon, baby oil dan

talk

v. Bila tali pusat belum lepas, lakukan perawatan tali pusat

w. Pakaikan pakaian bayi, bersihkan telinga dan hidung dengan kapas

pembersih, rambut disisir.

x. Bila kuku panjang, potong kuku kemudian bungkus bayi dengan

selimut

y. Bereskan tempat tidur dan alat

z. Cuci tangan

Waktu yang tepat untuk memandikan bayi adalah sebelum bayi tidur,

karena dapat membuatnya rileks hingga memudahkan bayi tidur. Hindari

12
memandikan bayi sebelum atau setelah makan karena perut bayi yang

tertekan akan membuatnya muntah.

6. Dampak positif dan Dampak Negatif Memandikan Bayi

Keuntungan memandikan bayi merupakan saat-saat yang

menyenangkan untuk membangun hubungan yang sangat erat antara ibu

dan anak. Jika bayi sedang gelisah, maka mandi dengan air hangat akan

menjadi akan menjadi hal yang baik untuk menenangkan dan

membantunya untuk dapat tidur dengan nyaman. Mandi mempunyai

manfaat yang sangat bagus untuk kebersihan dan kesehatan bayi, mandi

akan memberikan rasa nyaman bagi tubuh bayi.

Memandikan bayi adalah cara yang tepat bagi ibu untuk

mengajarkan cara membersihkan tubuh mereka sendiri . Memandikan bayi

harus menggunakan air yang hangat jika menggunakan air yang dingin

akan menakutkan mereka. Gunakan bak mandi yang khusus untuk

memandikan bayi, selalu memegang bayi secara hati-hati karena bayi akan

licin saat dibasahi sehingga ibu harus memegang bayi secara kuat tetapi

harus tetap dengan kelembutan untuk menjaga bayi agar tidak celaka,

jatuh, tenggelam, air juga dapat masuk kedalam telinga bayi, jangan

memandikan bayi terlalu lama karena dapat menyebabkan perubahan suhu

tubuh bayi (hipotermi) dan air juga dapat masuk lewat hidung.

13
7. Faktor Yang Mempengaruhi Cara Memandikan Bayi

a. Faktor predisposisi (Predisposing Factors)

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan

yang dapat merubah ke perilaku yang positif. Tidak semua orang tua

berani memandikan bayinya sendiri, alasan mereka adalah tidak

mengerti cara memandikan bayi dengan benar. Ketidaktahuan orang

tua ini khususnya timbul dari orang tua yang tidak mau tahu

bagaimana cara memandikan bayinya malah menyerahkan bayinya

kepada baby sitter atau kepada orang tua mereka, kurangnya

pengetahuan ini karena latar belakang rendahnya pendidikan.

2) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita – cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan

diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmodjo(2003), pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan

serta dalam pembangunan.

14
pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah menerima informasi. Pendidikan dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan

kemampuan menyarap dan menerima informasi kesehatan, demikian

jaga orang tua atau ibu. Semakin tinggi pendidikan seseorang

biasanya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas

sehingga akan lebih mudah menerima informasi kesehatan. Bagi

orang tua yang berpendidikan tinggi tidak begitu sulit untuk

memandikan bayinya sendiri. Sebaliknya orang tua yang

berpendidikan rendah akan lebih sulit untuk menerima informasi dan

pengetahuan kesehatan, oleh karena itu diperlukan pemahaman yang

lebih untuk dapat memahami informasi dan pengetahuan tentang

kesehatan.

3) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang

yang menambah pengetahuan orang tersebut tentang suatu hal.

Begitu pula ibu nifas yang dulu sudah pernah melahirkan akan lebih

mudah untuk merawat dan memandikan bayinya. Berbeda dengan

ibu nifas yang pertama kali melahirkan mereka akan canggung

untuk merawat bayinya.

b. Faktor Pendorong

1) Dukungan suami atau keluarga

Peran atau dukungan suami dan keluarga merupakan hal

15
terpenting dalam proses memandikan bayi yang benar. Kondisi ibu

nifas yang masih lemah apalagi ditambah dengan adanya luka

jahitan perineum yang menyebabkan ibu merasa malas dan tidak

mau untuk memandikan bayinya sendiri. Kondisi saat inilah

dukungan suami dan keluarga dibutuhkan untuk menambah

kepercayaan diri ibu agar mau dan berani memandikan bayinya

sendiri

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Memandikan bayi ialah cara membersihkan tubuh seseorang dengan

cara menyiram dan merendam diri dalam air.Dalam minggu minggu pertama

bayi cukup mandi satu kali sehari dipagi hari.Memandikan bayi dapat

dilakukan minimal 6-24 jam setelah melahirkan.

Keuntungan memandikan bayi membangun hubungan yang sangat erat

antara ibu dan anak. Mempunyai manfaat yang sangat bagus untuk

kebersihan dan kesehatan bayi, mandi akan memberikan rasa nyaman bagi

tubuh bayi Cara yang tepat bagi ibu untuk mengajarkan memandikan bayi

Dampak Negatif memandikan bayi Air dapat masuk ke dalam telinga

bayi Memandikan bayi terlalu lama dapat menyebabkan hipotermi dan juga

tidak diperkenankan membedong dan memakaikan bayi gurita.Factor yang

mempengaruhi memandikan bayi yaitu pengetahuan, pengalaman,

pendidikan, dan dukungan dari suami dan keluarga.

B. Saran

Adanya makalah ini diharapkan dapat membantu orang tua khususnya

Ibu untuk memahami hal- hal yang perlu diperhatikan saat memandikan

bayi.Bagi para Bidan diharapkan mampu untuk melakukan pengarahan serta

17
dampingan yang tepat kepada para orang tua, khususnya ibu primipara dalam

melakukan tindakan memandikan bayi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Parker catharinr. 2008. Konsultasi kebidanan. Jakarta:


erlangga Farrer hellen. 2001. Perawatan maternitas
edisi 2. Jakarta: EGC
Hidayat Alimul. 2007. Buku saku praktikum keperawatan anak. Jakarta: EGC

Hamilton persis. 1995. Dasar- dasar keperawatan maternitas edisi 6. Jakarta: buku
kedokteran EGC
Priono yunisa. 2010. Merawat bayi tanpa babby sitter. Jakarta: buku kita

Hidayat aziz. 2009. Asuhan neonatus, bayi dan balita. Jakarta : buku kedokteran
EGC

19

Anda mungkin juga menyukai