Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“ MENGIDENTIFIKASI RUMOR DAN FAKTA YANG TERKAIT DENGAN


KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA PERAN DAN TUGAS BIDAN PRIMARY
HEALTH CARE (PHC) UNTUK KESEHATAN WANITA “

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Jessica Constantia (F0G021001)

Tiara Deby Shafiyah (F0G021008)

Adista Rani (F0G021021)

Nurjannah Hasibuan (F0G021022)

Dhea Putri Dinanti (F0G021023)

Okta Anjelia Renopen (F0G021028)

Lala Paramita (F0G021038)

Dosen Pengampu :

Kurnia Dewiani, S.ST., M.Keb

PRODI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TA 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Mengidentifikasi rumor dan fakta yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak serta peran dan
tugas bidan dalam primary health care (PHC) untuk kesehatan wanita “ dengan baik tepat pada
waktunya.

Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan, terlepas dari itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis
dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari pembaca dan berbagai pihak selalu
diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.

Bengkulu, 24 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Rumor dan fakta yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak .............................. 3
B. Peran Primary Health Care (PHC) untuk kesehatan wanita .................................. 6
a. Pengertian dan sejarah PHC ..................................................................... 10
b. Kesehatan reproduksi remaja.................................................................... 11
c. Masalah kesehatan reproduksi remaja, WUS dan lansia ........................... 12
d. Pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, WUS dan lansia ................ 16
e. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja, WUS dan lansia ....................... 17
f. Peran bidan dalam menangulangi masalah kesehatan reproduksi .............. 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan posisi yang
dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai dan sikap yang
diharapkan dapat menggambarkan perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh
individu pemegang peran tersebut dalam situasi yang umumnya terjadi (Sarwono,
2010). Peran merupakan suatu kegiatan yang bermanfaat untuk mempelajari interaksi
anatara individu sebagai pelaku (actors) yang menjalankan berbagai macam peranan di
dalam hidupnya, seperti dokter, perawat bidan dan petugas kesehatan lainnya yang
mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas atau kegiatan yang sesuai dengan
peranannya masing-masing (Muzaham, 2007). Bidan adalah seorang yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus
ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin
secara sah untuk menjalankan praktek (Sari dan Rury, 2012). Bidan mempunyai tugas
penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan baik bagi wanita sebagai pusat
keluarga maupun masyarakat umumnya, tugas ini meliputi antenatal,
intranatal,postnatal, asuhan bayi baru lahir, persiapan menjadi orang tua, gangguan
kehamilan dan reproduksi serta keluarga berencana. Bidan juga dapat melakukan
praktek kebidanan pada Puskesmas, Rumah sakit, klinik bersalin dan unit-unit
kesehatan lainnya di masyarakat (Nazriah, 2009).
Tenaga kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Tentang
Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan untuk jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan. Tenaga kesehatan juga memiliki peranan penting untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat
mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga
mampu mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangaunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. tenaga
kesehatan memiliki beberapa petugas yang dalam kerjanya saling barkaitan yaitu

1
dokter, dokter gigi, perawat, bidan dan tenaga kesehatan medis lainnya (Miles &
Huberman, 2016). Perilaku tenaga kesehatan mempengaruhi kepatuhan ibu dalam
mengkonsumsi tablet Fe (Rahmawati, 2008). Kepatuhan ibu hamil dapat lebih
ditingkatkan lagi apabila petugas kesehatan mampu memberikan penyuluhan,
khususnya mengenai manfaat tablet besi dan kesehatan ibu selama kehamilan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana rumor dan fakta yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak?
2. Bagaimana peran Primary Health Care (PHC) untuk kesehatan wanita?
a. Pengertian dan sejarah PHC
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Masalah kesehatan reproduksi remaja, WUS dan lansia
d. Pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, WUS dan lansia
e. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja, WUS dan lansia
f. Peran bidan dalam menangulangi masalah kesehatan reproduksi

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui rumor dan fakta yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak
2. Untuk mengetahui peran Primary Health Care (PHC) untuk kesehatan wanita
a. Pengertian dan sejarah PHC
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Masalah kesehatan reproduksi remaja, WUS dan lansia
d. Pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja, WUS dan lansia
e. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja, WUS dan lansia
f. Peran bidan dalam menangulangi masalah kesehatan reproduksi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. RUMOR DAN FAKTA YANG TERKAIT DENGAN KESEHATAN IBU DAN


ANAK
1. Kehamilan
Proses merantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan
sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbang hasil konsepsi sampai aterm
(manuaba 2010). Contoh rumor dan fakta kehamilan :
a. Rumor : Ibu hamil cepat lapar, bayinya laki-laki
Fakta : umumnya ibu hamil mulai merasakan gampang lapar setelah periode
morning sicknessnya usai
Penjelasan janin yang sedang bersemayam di rahim sedang tumbuh.
Pertumbuhannya lebih cepat sehingga menuntut adanya lebih banyak makanan,
Karena itu pada saat rasa lapar melanda, sebaiknya ibu hamil mengonsumsi
makanan yang kaya nutrisi. Di antara waktu makannya ibu hamil sebaiknya
makan buah-buahan daripada keripik.
b. Rumor : makan sambal menyebabkan bayi botak
Fakta : Lebat tidaknya rambut bergantung dari genetik orang tuanya
Penjelasan ibu hamil yang makan sambal tidak akan menyebabkan bayinya
botak, namun dapat menyebabkan iritasi saluran cerna dan menyebabkan
terjadinya diare.

2. Persalinan
Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa
bantuan. (manuaba, 2010). Contoh rumor dan fakta persalinan :
a. Rumor : minum madu dan telur ayam kampung dapat menambah tenaga untuk
persalinan
Fakta : Madu mengandung banyak gula dan kalori, demikian juga telur
mengandung banyak kalori.

3
Penjelasan telur merupakan salah satu makanan yang kaya akan protein.
Walaupun proses pembentukan energi dari protein membutuhkan waktu yang
cukup lama, tetapi protein juga akan menghasilkan energi yang tersimpan dalam
tubuh ini akan sangat membantu dalam proses persalinan, terutama pada saat
mengejan
b. Rumor : minum minyak kelapa agar memudahkan persalinan
Fakta : kelancaran persalinan dipengaruhi oleh banyak faktor
Penjelasan minyak kelapa tidak berpengaruh dalam memperlancar proses
persalinan. Hal itu hanyalah sugesti yang berkembang di masyarakat. Namun,
dilihat dari nutrisi yang terkandung di dalamnya. minyak kelapa mempunyai
manfaat yang baik untuk kesehatan ibu dan bayi, salah satunya adalah
memperlancar peredaran darah.

3. Nifas
Dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas kira-kira berlangsung selama 6
minggu (saifudin,2010). Contoh rumor dan fakta nifas :
a. Rumor : setelah melahirkan memakai kain jarik dan tidur dengan kaki Jurus
Fakta : meluruskan kaki supaya aliran darah lancar sehingga tidak terjadi
pelebaran pembuluh darah
b. Rumor : air susu yang pertama keluar tidak boleh diberikan karena bukan asi
Fakta: asi yang pertama keluar dianjurkan untuk langsung diberikan kepada
bayi
Penjelasan karena asi yang pertama keluar yang biasa disebut kolostrum
mengandung AB alamiah dan kandungan lain yang bermanfaat bagi bayi
sehingga sangat dianjurkan untuk diberikan
c. Rumor : menyusui akan menyulitkan turunnya berat badan
Fakta: menyusui dapat membakar kalori ibu
Penjelasan sebanyak 300-500 kalori terbakar karena ibu menyusui. Sehingga
menyusui dapat menurunkan BB.

4
4. Bayi Baru Lahir
a. Rumor : bayi baru lahir tidak bisa melihat dengan jelas
Fakta : sejak bayi baru lahir sudah bisa melihat dengan jarak pandang antara 20-
30 cm
b. Rumor : bayi usia seminggu sudah boleh diberi makan pisang yang dicampur
nasi agar tidak rewel dan tidurnya nyenyak
Fakta : bayi pada usia seminggu belum mampu mencema karbohidrat
Penjelasan di dalam bayi terdapat enzim yang belum mampu mencerna
karbohidrat pada usia seminggu, akibatnya bayi mengalami sembelit.

5. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan secara fisik mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan
bukan hanya kondisi bebas dari penyakit dan kecacatan. Contoh rumor dan fakta
kesehatan reproduksi :
a. Rumor : Haid normal lamanya 1 minggu selama sebulan sekali
Fakta : setiap perempuan memiliki siklus haid yang berbeda-beda
b. Rumor : Konsumsi buah nanas saat menstruasi akan menyebabkan darah
menstruasi semakin banyak.
Fakta : nanas baik dikonsumsi saat menstruasi karena mengandung zat Mangan
yang dapat mencegah pendarahan berlebihan saat menstruasi. Alasan Nanas
juga mengandung enzim bromealin yang dapat mengurangi sakit kram saat
menstruasi
c. Rumor : Minum soda saat menstruasi akan menyebabkan menstruasi terhenti.
Fakta : soda dan minuman berkafein lain (kopi, teh, coklat) bukan membuat
menstruasi terhenti, namun akan menyebabkan kram menstruasi lebih sakit
(kafein yang menyebabkannya).

6. Pelayanan KB/Kontrasepsi
Salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dan jalan memberi nasihat
perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan. Contoh rumor
dan fakta pelayanan Kb/ kontrasepsi :
a. Rumor : KB suntik 3 bulan dapat meningkatkan berat badan

5
Fakta : kandungan yang terdapat dalam obat merangsang pengendali nafsu
makan di hipotalamus
b. Rumor : KB pil dapat menyebabkan kanker payudara
Fakta : pil KB tidak menyebabkan rusaknya organ dan menimbulkan kanker
c. Rumor : KB pil dapat menyebabkan rahim kering sehingga susah hamil
Fakta : kesuburan akan segera kembali jika penggunaan KB pil dihentikan

B. PERAN PRIMARY HEALTH CARE (PHC) UNTUK KESEHATAN WANITA


a. Definisi
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara
umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi
mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan
negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat
untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self
determination).
b. Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC
sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima
prinsip PHC sebagai berikut :
1. Pemerataan upaya kesehatan.
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan
layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat
harus diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin,
usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
2. Penekanan pada upaya preventif.
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan
dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran
serta individu agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan.
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan
diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold
storage).

6
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian.
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal
dari lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi
masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab
atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan
mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan
masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama
pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten
atau tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan
atau desa karena masalah heterogenitas yang minim.
5. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan.
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam
sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam
mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini
mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan),
pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut masalah kesehatan yang
berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan;
pekerjaan umum (misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan
sanitasi dasar) ; pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat
(termasuk Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela ,
dll).
c. Unsur Utama PHC
Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai berikut :
1. Mencakup upaya-upaya dasar Kesehatan
2. Melibatkan peran serta masyarakat
3. Melibatkan kerjasama lintas sectoral
d. Tujuan PHC
1. Tujuan Umum. Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat epuasan pada
masyarakat yang menerima pelayanan.
2. Tujuan Khusus :
a) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanai
b) Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
c) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani

7
d) Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber –
sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
e. Fungsi PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Pemeliharaan Kesehatan
2. Pencegahan Penyakit
3. Diagnosis dan Pengobatan
4. Pelayanan Tindak lanjut
5. Pemberian Sertifikat
f. Elemen-Elemen PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya
2. Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat essensial
g. Ciri-Ciri PHC
Adapun cirri-ciri PHC adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2. Pelayanan yang menyeluruh
3. Pelayanan yang terorganisasi
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5. Pelayanan yang berkesinambungan
6. Pelayanan yang progresif
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
h. Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan Dalam PHC
Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan kepada hal-hal
sebagai berikut :

8
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan Kesehatan
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga, dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada
masyarakat
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan
kepada masyarakat
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.
i. Implementasi PHC Di Indonesia
Primary Health Care (PHC) diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO)
sekitar tahun 70-an, dengan tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga) strategi
utama, yaitu kerjasama multisektoral, partisipasi masyarakat, dan penerapan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat.
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama individu,
keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian ini sesuai dengan
definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang menyatakan bahwa
Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak
pertama perorangan atau masyarakat dengan pelayanan kesehatan.
Dalam mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian Kesehatan RI
mengadopsi nilai inklusif, yang merupakan salah satu dari 5 nilai yang harus
diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif,
responsif, efektif, dan bersih. Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi
Kementerian Kesehatan, yaitu :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani;
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

9
1. PENGERTIAN DAN SEJARAH PHC
Primary Health Care, menurut deklarasi Alma Alta 1978, adalah sebagai
berikut : "Primary Health Care adalah perawatan kesehatan esensial,
berdasarkan metode dan teknologi praktis yang dapat diterima secara ilmiah dan
ilmiah yang dibuat dapat diakses secara universal oleh individu dan keluarga di
masyarakat, melalui partisipasi penuh mereka dan dengan biaya yang dapat
dipertahankan oleh masyarakat dan negara setiap saat. tahap perkembangan
mereka, dalam semangat kemandirian dan penentuan nasib sendiri"
“Ini membentuk dan bagian integral dari sistem kesehatan negara, yang
merupakan fungsi sentral dan fokus utamanya, dan dari keseluruhan
pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Ini adalah kontak tingkat
pertama dari individu, keluarga dan masyarakat dengan sistem kesehatan
nasional membawa perawatan kesehatan sedekat mungkin dengan tempat
tinggal dan bekerja, dan merupakan elemen pertama dari proses perawatan
kesehatan yang berkelanjutan”. Primary Health Care :
1) Menggambarkan keadaan social ekonomi, budaya dan politik masyarakat
dan berdasarkan penerapan hasil penelitian kesehatan-sosial-biomedis dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
2) Ditujukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat dengan
upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
3) Minimal mencakup: penyuluhan tentang masalah kesehatan utama dan cara
pencegahan dan pengendaliannya, penyediaan makanan dan peningkatan
gizi. penyediaan sanitasi dasar dan air bersih, pembinaan kesehatan ibu dan
anak termasuk keluarga berencana, imunisasi terhadap penyakit menular
utama dan penyegahan penyakit endemic, pengobatan penyakit umum dan
cedera serta persediaan obat esensial.
4) Melibatkan dan meningkatkan kerjasama lintas sector dan aspek-aspek
pembangunan nasional dan masyarakat di samping sector kesehatan,
terutama pertanian, peternakan, industri makanan, pendidikan, penerangan,
agama, perumahan, pekerjaan umum, perhubungan dan sebagainya.
5) Membutuhkan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri serta masyarakat
dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian PHC
serta penggunaan sumberdaya yang ada.

10
6) Ditunjang oleh system rujukan upaya kesehatan secara terpadu fungsional
dan timbal balik guna memberikan pelayanan secara menyeluruh, dengan
memprioritaskan golongan masyarakat yang paling membutuhkan.
7) Didukung oleh tenaga kesehatan professional dan masyarakat, termasuk
tenaga kesehatan tradisonal yang terlatih di bidang teknis dan social untuk
bekerja sebagai tim kesehatan yang mampu bekerja bersama masyarakat
dan membangunkan peran serta masyarakat.

2. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Kesehatan Reprodukasi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari
kecacatan, tetapi juga sehat secara mental serta sosial kultural. Kesehatan
reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan remaja secara keseluruhan,
karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pula pada
sistem reproduksi. Berikut adalah beberapa keadaan yang berpengaruh buruk
terhadap kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi remaja.
1) Masalah gizi buruk
a) Anemia dan kurang energi kronis (KEK)
b) Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga
mengakibatkan panggul sempit dan beresiko untuk melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR) dikemudian hari
2) Masalah pendidikan
a) Buta huruf yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses
informasi yang dibutuhkannya serta kurang mampu mengambil
keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya.
b) Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu
memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan
berpengaruh buruk terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya.
3) Masalah lingkungan dan pekerjaan
a) Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan
remaja yang bekerja sehingga akan mengganggu kesehatan remaja.
b) Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat, bahkan
merusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja.

11
4) Masalah seks dan seksualitas
a) Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah
seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar.
b) Kurang bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan
dengan seksualitas.
c) Penyalahgunaan dan ketergantungan napza yang mengarah kepada
penularan HIV dan AIDS melalui jarum suntik dan hubungan seks bebas
yang dewasa ini semakin mengkhawatirkan.
d) Penyalahgunaan seksual
e) Kehamilan remaja
f) Kehamilan pranikah/diluar ikatan pernikahan
5) Masalah perkawinan dan kehamilan dini
a) Ketidakmatangan secara fisik dan mental
b) Resiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar
c) Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri
d) Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman

3. MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA, WUS DAN


LANSIA
a. Masalah kesehatan reproduksi pada remaja
Memasuki masa puber, remaja perempuan mengalami berbagai macam
perubahan, baik secara fisik dan psikis. Perubahan hormonal yang terjadi
pada masa puber rentan menyebabkan gangguan pada organ kewanitaan
remaja perempuan. masalah kesehatan reproduksi yang kerap dialami
remaja perempuan diantaranya
1) Peradangan Vagina (Vulvovaginitis)
Dari rasa gatal terbakar disekitar vagina hingga keputihan,
adalah beberapa gejala yang dapat muncul saat terjadi peradangan pada
vagina. Hal ini sering disebabkan oleh kurang higienisnya organ vital
perempuan , meskipun bisa juga disebabkan oleh infeksi bakteri ataupun
jamur. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan
vagina adalah menjaganya agar tidak terlalu lembab dengan cara
menghindari penggunaan produk pantyliner bila tidak diperlukan, rutin
mengganti celana dalam saat lembab, mengganti pembalut setiap 4-6

12
jam sekali, serta membilas daerah kewanitaan dengan cara yang benar
setelah buang air, yaitu dari depan ke belakang (ke arah lubang dubur).
2) Gangguan Menstruasi
Perubahan fisik yang paling mendasar pada masa puber bagi
seorang remaja perempuan salah satunya adalah menstruasi, dimana
terjadi peluruhan dinding rahim dan juga sel telur karena tidak terjadinya
pembuahan oleh sel sperma. Seorang remaja perempuan perlu
mengetahui siklus menstruasi mereka karena perubahan pada siklus
menstruasi bisa menjadi pertanda awal dari penyakit pada organ
reproduksi wanita. Masalah atau gangguan menstruasi yang perlu
diketahui dan sering menjadi keluhan mencakup dysmenorrhea (rasa
sakit saat menstruasi), menorrhagia (volume darah yang banyak saat
menstruasi), amenorrhea (menstruasi yang tiba-tiba berhenti bukan
karena kehamilan dan tanpa alasan jelas atau belum mengalami
menstruasi diatas umur 16 tahun) dan oligomenorrhea (siklus menstruasi
yang tidak teratur).
3) Perdarahan Uterus Abnormal (PUA)
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah saat terjadi
perubahan baik pada pola ataupun volume darah menstruasi dan kondisi
ini cukup sering terjadi karena sekitar 75% remaja perempuan ada awal-
awal usia remaja mengalami PUA. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak
hal seperti dari segi hormonal, kelainan pada darah (contohnya
gangguan pembekuan darah), ataupun cedera/trauma pada organ
kewanitaan seperti terbentur, penggunaan sepeda, dan lain-lain.

b. Masalah reproduksi pada WUS


Wanita Usia Subur (WUS) berdasarkan Konsep Departemen
Kesehatan adalah wanita yang dalam masa aktif reproduksi yaitu dengan
rentang usia 15- 49 tahun baik yang berstatus janda, menikah, maupun yang
belum menikah (Suwanti, 2019). World Health Organization (WHO) tahun
2012 menyebutkan angka prevalensi masalah kesehatan reproduksi pada
wanita sudah mencapai 33% dari semua jenis penyakit pada wanita di
seluruh dunia.

13
Wanita bisa mengalami kurang informasi dan pengetahuan dari
berbagai faktor anatara lain : pendidikan, media massa, sosial, budaya,
lingkungan, pengalaman, usia dan tingkat pengetahuan. Faktor yang melatar
belakangi kurangnya pengetahuan tersebut dapat menjadi masalah kurang
pengetahuan pada wanita mengenai kebersihan alat genital yang dapat
berdampak buruk pada perilaku dalam menjaga kebersihan alat genitalianya
karena pengetahuan dan perilaku yang baik merupakan faktor penentu
dalam menjaga kebersihan alat genital. Dampak dari kurangnya
pengetahuan menjaga bersihan organ kewanitaan dapat mengalami
keputihan abnormal dengan tanda gejala seperti cairan yang bewarana,
berbau, jumlah banyak, gatal, timbul rasa panas atau nyeri (Rakhmawati,
2019). Kurangnya informasi dan pengetahuan tersebut menimbulkan rasa
malu dan cemas karena berbeda dengan yang lainnya yang belum
mengalami perubahan pada sistem reproduksi (Abrori, dkk 2017).
Wanita memerlukan pengetahuan dan informasi untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan organ reproduksinya demi kelangsungan masa
depan. Kesehatan organ reproduksi dapat diartikan suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem reproduksi yaitu fungsi, komponen dan proses. Pada
kesehatan organ reproduksi ada masalah yang sering muncul di negara
berkembamg termasuk Indonesia, sehingga kesehatan reproduksi sangat
perlu mendapatkan perhatian khusus (Rakhmawati, 2019). Masalah
kesehatan reproduksi yang dapat muncul dari dampak kurangnya menjaga
kesehatan organ reproduksi yaitu keputihan, infeksi saluran reproduksi dan
kanker vulva.Presentase wanita yang pernah mengalami keputihan menurut
WHO mecapai angka 75%, di Negara Eropa angka kejadian keputihan
hanya mencapai angka 25%, sedangkan di Indonesia didapatkan hasil
presentase 50% wanita indonesia mengalami keputihan dan terus meningkat
setiap tahunnya. Berdasarkan data WHO tersebut 25-50% disebabkan oleh
Candidiasis, 20-40 oleh Bacterial Vaginosis dan 5-15% disebabkan oleh
Trichomoniasis (Oetari Nur E, 2020) Keputihan di dunia setiap tahunnya
mengalami lonjakkan mencapai rata- rata lebih dari 50% terjadi pada
perempuan yang pernah mengalaminya (Rakhmawati, 2019). Sedangkan di
Indonesia kasus keputihan semakin meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan pada tahun 2010 sebanyak 52%

14
wanita di Indonesia mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2011
sebanyak 60% wanita pernah mengalami keputihan, sedangkan tahun 2012
hampir 70% wanita pernah mengalami keputihan dan pada tahun 2013
sebanyak 55% wanita pernah mengalami keputihan (Rakhmawati, 2019).
c. Masalah reproduksi pada lansia
Masalah reproduksi pada lansia yaitu Menopause merupakan suatu
fase berhentinya siklus menstruasi atau haid pada wanita karena pengaruh
usia dan perubahan hormone yakni penurunan produksi hormon estrogen
yang dihasilkan oleh ovarium.. Wanita mengalami menopause biasanya
pada saat usia 50an tahun atau kurang. Penurunan hormon estrogen
mengakibatkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, hal ini juga bisa
dijadikan suatu petunjuk terjadinya menopause. Menopause didefinisikan
sebagai haid terakhir, terjadinya menopause berkaitan denagn menarche
atau pertama haid, makin dini menarche terjadi maka makin lambat atau
lama menopause timbul (Mulyani, 2014).
Terdapat beberapa gejala yang biasanya muncul di awal permulaan
masa menopause diantaranya rasa panas (hot flush), keluar keringat di
malam hari, gejala gangguan perkemihan, gejala gangguan somatic, dan
penurunan libido. Tidak semua wanita akan mengalami gejala-gejala
tersebut. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh dukungan suami, karakter
wanita, dan gaya hidup yang dijalani sebelumnya.Gejala-gejala yang timbul
tersebut akan menyebabkan ketidaknyamanan yang akan dirasakan oleh
wanita. Namun saat ini tidak semua wanita mengetahui tentang gejala yang
dialaminya, sehingga muncul kecemasan yang diakibatkan oleh
ketidaktahuan tersebut. Berdasakan penelitian Suparni, I.E. dan Trisnawati,
Y. (2014) menyebutkan bahwa semakin berat gejala-gejala yang dirasakan
oleh wanita, dapat meningkatkan kecemasan yang timbul
Berdasarkan penelitian Suryati (2011), nampaknya pemberian
penyuluhan merupakan salah satu cara efektif dalam meningkatkan
pengetahuan wanita tentang menopause, sehingga dengan meningkatnya
pengetahuan respon koping dalam menghadapi masa pra menopause dapat
dilalui dengan lebih bijak. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bidan Desa
Bandar Lor, saat ini masih terdapat beberapa wanita usia pra menopause dan
menopause di Desa Bandar Lor yang belum mengerti dan bingung dengan

15
keadaan yang dialaminya. Mereka masih banyak yang belum mengetahui
cara apa saja yang dapat dilakukan dalam upaya mengurangi atau bahkan
mengatasi gejala- gejala menopause yang dirasakan.

4. PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI REMAJA, WUS


DAN LANSIA
Pendidikan kesehatan reproduksi sangat penting untuk semua kelompok
usia, termasuk remaja, wanita usia subur, dan lansia. Pendidikan ini membantu
individu memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, mengenali
tanda-tanda masalah kesehatan reproduksi, serta tahu cara mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan reproduksi. Berikut ini adalah beberapa hal
penting yang perlu dipahami dalam pendidikan kesehatan reproduksi untuk
masing-masing kelompok usia :
a. Remaja : Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja penting untuk
membantu mereka memahami perubahan yang terjadi pada tubuh mereka
selama masa pubertas. Remaja juga perlu diberitahu tentang pentingnya
menjaga kesehatan reproduksi, termasuk cara mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan dan infeksi menular seksual (IMS). Pendidikan kesehatan
reproduksi untuk remaja juga harus menyertakan topik tentang hubungan
sehat dan konseling tentang konsekuensi dari aktivitas seksual yang tidak
aman.
b. Wanita usia subur : Wanita usia subur perlu memahami cara menjaga
kesehatan reproduksi mereka, termasuk cara mengidentifikasi siklus
menstruasi mereka dan memahami tanda-tanda kesuburan. Wanita usia
subur juga perlu memahami pentingnya menjaga kesehatan selama
kehamilan dan persalinan, serta cara mengatasi masalah kesehatan
reproduksi seperti endometriosis, mioma, dan infertilitas.
c. Lansia : Lansia juga perlu diberikan pendidikan kesehatan reproduksi untuk
membantu mereka memahami perubahan yang terjadi pada tubuh mereka
selama masa menopause. Lansia perlu diberitahu tentang cara mengatasi
gejala menopause dan memahami risiko kesehatan yang terkait dengan
menopause, seperti osteoporosis dan penyakit jantung. Lansia juga perlu
memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dalam hubungannya
dengan risiko kanker reproduksi dan masalah kesehatan reproduksi lainnya

16
yang terkait dengan usia. Dalam semua kelompok usia, pendidikan
kesehatan reproduksi harus mencakup informasi tentang cara mencegah
infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan, serta cara
mengidentifikasi tanda-tanda masalah kesehatan reproduksi. Pendidikan
kesehatan reproduksi juga harus mencakup informasi tentang pentingnya
menjaga kesehatan reproduksi melalui pola makan yang sehat, olahraga, dan
kebiasaan hidup yang sehat secara umum.

5. PEMBINAAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA, WUS DAN


LANSIA
Pembinaan kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja, wanita usia subur,
dan lansia karena mereka semua berada pada tahap kehidupan yang berbeda-
beda dan memiliki kebutuhan kesehatan yang berbeda pula. Berikut adalah
beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pembinaan kesehatan
reproduksi untuk masing-masing kelompok usia tersebut:
a. Remaja
1. Penting untuk memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi sejak
dini, terutama mengenai pubertas dan menstruasi.
2. Menjelaskan mengenai hubungan seksual yang sehat dan aman, serta
memperkenalkan alat kontrasepsi yang tersedia.
3. Mendorong remaja untuk memperhatikan kebersihan diri dan
menghindari perilaku seksual yang berisiko.
b. Wanita usia subur
1. Mendorong wanita untuk memeriksakan kesehatan reproduksi secara
rutin, termasuk pemeriksaan pap smear, tes kehamilan, dan pemeriksaan
kesehatan reproduksi lainnya.
2. Menjelaskan mengenai cara merencanakan kehamilan yang sehat dan
memperkenalkan metode kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi
kesehatan dan preferensi pasangan.
3. Memberikan informasi mengenai pola makan yang sehat untuk
meningkatkan kesuburan dan mencegah masalah kesehatan reproduksi
seperti endometriosis atau PCOS.

17
c. Lansia
1. Menjelaskan mengenai perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem
reproduksi saat penuaan dan bagaimana cara mengelola masalah
kesehatan reproduksi seperti menopause atau disfungsi seksual.
2. Memberikan informasi mengenai cara menjaga kesehatan reproduksi
yang baik pada usia lanjut, seperti dengan menghindari merokok,
berolahraga teratur, dan menerapkan pola makan yang seimbang.
3. Menjelaskan mengenai pentingnya memeriksakan kesehatan reproduksi
secara rutin, termasuk pemeriksaan pap smear dan tes kesehatan lainnya
yang dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan reproduksi secara
dini. Pembinaan kesehatan reproduksi bagi remaja, wanita usia subur,
dan lansia harus dilakukan secara holistik dan menyeluruh, dengan
memperhatikan faktor-faktor fisik, psikologis, dan sosial yang dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi. Dengan adanya pembinaan
kesehatan reproduksi yang baik, diharapkan dapat mencegah terjadinya
masalah kesehatan reproduksi yang lebih serius dan meningkatkan
kualitas hidup para perempuan di segala usia.

6. PERAN BIDAN DALAM MENANGULANGI MASALAH KESEHATAN


REPRODUKSI
Peran bidan sangat penting, karena bidan terjun langsung pada persoalan
masyarakat terkait dengan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana. Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang
berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi
dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama – sama
dengan tenaga kesehatan lainya unuk senantiasa siap melayani siapa saja yang
membutuhkanya, kapan dan dimanapun dia berada Berdasarkan hal tersebut
pula program keluarga berencana menjadi program yang sangat membantu
meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia. Karena keluarga
berencana bukan hanya sebagai upaya atau strategi kependudukan dalam
menekan pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan daya dukung lingkungan
tetapi juga merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana meningkatan kesehatan ibu melalui
pengaturan kapan ingin mempunyai anak, mengatur jarak anak dan

18
merencanakan jumlah kelahiran nantinya. Peran bidan dalam pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana merupakan bagian
dari pelayanan kebidanan yang menjadi kewajiban bidan dimana pelayananya
harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Peraturan hukum yang
berlaku menjadi sebuah pedoman bagi bidan dalam menjalankan praktik
kebidanan dalam melakukan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga beencana mengingat bahwa kasus kematian yang diakibatkan oleh
buruknya kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia sangatlah tinggi.
Kebidanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Pasal 1 angka 3 Undang- Undang
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan menyebutkan bahwa bidan adalah
seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan kebidanan
baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh
Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
kebidanan. Pelayanan kebidanan merupakan seluruh tugas yang menjadi
tanggung jawab bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta dalam pemberdayaan perempuan
dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Bidan dalam
menjalankan perannya pada pelayanan kebidanan berlandaskan pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan.
Setiap tugas dan wewenang seorang bidan harus berpedoman pada
Undang-Undang dan Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku karena hukum
memiliki posisi yang strategis dan dominan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal
jika dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada, tetapi dapat juga terjadi
karena pelanggaran hukum. Hukum tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Robert B. Seidman menyatakan bahwa bekerjanya hukum dalam
masyarakat melibatkan 3 (tiga) unsur dasar, yakni : pembuat hukum, pelaksana
hukum, dan pemegang peran. Dalam penelitian ini Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Menteri Kesehatan sebagai pembuat hukum, bidan sebagai
pelaksana hukum dan pasien ibu atau perempuan sebagai pemegang peran.
Pendapat Robert B.Seidman dapat diuraikan ke dalam dalil-dalil yang dikutip
oleh Satjipto Rahardjo sebagai berikut (Rahardjo, 1986):

19
a. Setiap peraturan hukum memberitahukan tentang bagaimanaseseorang
pemegang peran (role accupan) itu diharapkan bertindak.
b. Bagaimana seorang pemegang peran itu akan bertindak sebagai peraturan-
peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-sanksinya, aktivitas dari
lembaga-lembaga pelaksana hukum serta keseluruhan kompleks kekuatan
sosial, politik dan lain-lainnya mengenai dirinya.
c. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu bertindak sebagai respons
terhadap peraturan hukum yang merupakan fungsi peraturan-peraturan
hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan
komplek kekuatan-kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang mengenai
diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang dari pemegang peran.
d. Bagaimana para pembuat hukum itu akan bertindak merupakan fungsi
peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi- sanksinya,
keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial, politik, idiologis dan lain-
lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan- umpan yang datang dari
pemegang peran.

Pada peran bidan dalam pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan


keluarga berencana, pembentuk hukumnya adalah Dewan Perwakilan Rakyat
dan Menteri Kesehatan, pelaksana hukumnya adalah bidan dan pemegang
perannya adalah klien atau pasien. Berdasarkan kutipan tersebut, dapat
diketahui bahwa setiap bidan yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda
Arif Purwokerto sebagai pelaksana hukum ditentukan tingkah lakunya oleh pola
peran yang dimainkan baik oleh norma-norma hukum maupun oleh kekuatan-
kekuatan di luar hukum, meliputi kekuatan-kekuatan personal dan sosial
sebagai suatu tatanan lainnya. Hasil akhir dari pekerjaan tatanan dalam
masyarakat tidak hanya ditentukan oleh hukum semata, akan tetapi juga oleh
kekuatan-kekuatan personal dan sosial lainnya. Tingginya peran bidan dalam
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana dalam
pelayanan kebidanan dapat diukur dengan 4 (empat) indikator meliputi :
Pemberi pelayanan kebidanan, penyuluh konselor serta fasilitator, penggerak
peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan, serta pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Tingginya peran
bidan dalam pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

20
berencana dalam pelayanan kebidanan disebabkan oleh tingginya pelayanan
kesehatan dalam pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh bidan itu sendiri.
Hal ini dapat dilihat dari peran bidan sebagai pemberi pelayanan
kebidanan yang tinggi.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran merupakan suatu kegiatan yang bermanfaat untuk mempelajari interaksi
anatara individu sebagai pelaku (actors) yang menjalankan berbagai macam peranan di
dalam hidupnya, seperti dokter, perawat bidan dan petugas kesehatan lainnya yang
mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas atau kegiatan yang sesuai dengan
peranannya masing-masing (Muzaham, 2007). Bidan adalah seorang yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus
ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat (registrasi), diberi izin
secara sah untuk menjalankan praktek (Sari dan Rury, 2012).
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima
secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi
mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan
negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk
hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, ke depannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kumala Intan & Andhayanto Iwan. 2012. Kesehatan reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan
dan Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Soetjiningsih. 2010. Tumbuh kembang Remaja dan permasalahnya. Edisi 3. Jakarta: Sagung
Seto.

Jurnal Peran Bidan Dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan Dan Keluarga
Berencana Dalam Pelayanan Kebidanan. Mosses Bibelmart Putra Mahadewa, Surya
Hanadi, dan Nurani Ajeng Tri Utami. 2021.

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Dewi, Prameswari Puspa (2018). Modul Kesehatan Reproduksi Perlindungan Anak Terpadu
Berbasis Masyarakat (PATBM). Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Anak, Rutgers WPF Indonesia

23

Anda mungkin juga menyukai