Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Lulus pada Mata Kuliah Residensi
dan Model Asuhan Kebidanan Program Studi Magister Ilmu Kebidanan
Sekolah Pascasarjana Unversitas Hasanuddin
OLEH:
KELOMPOK III
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Identifikasi kebutuhan Perempuan pada Masa Prakonsepsi sampai
dengan Masa Antara Dua Kehamilan” ini merupakan penyelesaian dari rangkaian
tugas pada mata kuliah “Residensi dan Model Asuhan Kebidanan’’ Program
Pendidikan Magister Kebidanan Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin
Makassar.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan
dan arahan dari Dr. Imelda Iskandar., S.SiT., M.Kes., M Keb selaku dosen pengampu
mata kuliah Residensi dan Model Asuhan Kebidanan. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga Kepada
beliau yang telah banyak membimbing dan banyak membantu terselesainya makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun
dengan teknik pengetikan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
Penulis
ii
iii
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
A. Jenis Kebutuhan ................................................................................ 4
B. Peran Keluarga dan Masyarakat......................................................17
C. Identifikasi Tenaga Kesehatan Profesional terkait dalam
Bentuk Kolaborasi .............................................................................27
BAB III PENUTUP ........................................................................................33
A. Kesimpulan .........................................................................................33
B. Saran ...................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan sesuatu yang membahagiakan dan didambakan oleh
pasangan suami istri. Menurut WHO (World Health Organization) setiap
tahunnya terdapat 140 juta wanita yang melahirkan diseluruh dunia. Dimana
pada tahun 2015, terdapat 303.000 kematian ibu akibat komplikasi dalam
kehamilan dan proses persalinan seperti pendarahan, infeksi, hipertensi dan
diabetes dalam kehamilan, serta HIV/AIDS.
Sebagian besar penyebab kematian ibu ini dapat dicegah dengan persiapan
kesehatan dan mental yang baik, sehingga kematian ibu dapat dihindari. Tetapi, 4
dari 10 wanita mengalami kehamilan yang tidak direncanakan, sehingga
intervensi medis yang dapat diberikan kepada ibu atau pasangan menjadi
terhambat. Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan segala sesuatunya dengan
baik, terutama dari segi kesehatan dan mental calon ibu. Berikut merupakan salah
satu metode yang bisa digunakan untuk mempersiapkan kehamilan sehat dan
mental calon ibu yang kuat, yaitu biasa dikenal dengan prakonsepsi.
Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum kehamilan. Periode prakonsepsi
adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi dan
idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100
hari sebelum konsepsi. Status gizi WUS atau wanita pranikah selama tiga sampai
enam bulan pada masa prakonsepsi akan menentukan kondisi bayi yang
dilahirkan. Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci
kelahiran bayi normal dan sehat.
Rhode Island Departement of Health menyimpulkan bahwa wanita
prakonsepsi merupakan wanita yang siap menjadi ibu, merencanakan kehamilan
dengan memperhatikan kesehatan diri atau kesehatan reproduksi, kesehatan
lingkungan, serta pekerjaannya. Oleh sebab itu, masa prakonsepsi ini harus
1
2
diawali dengan hidup sehat, seperti memperhatikan makanan yang dimakan oleh
calon ibu.
Salah satu aspek yang paling penting dalam dunia kesehatan khususnya
keperawatan adalah keluarga. Proses Keperawatan adalah kegiatan yang
dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun keadaan sehat
(Undang - Undang Keperawatan, 2014). Menurut Departemen Kesehatan RI
(1988) Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat tempat pertama dalam
belajar memahami tentang kehidupan sosial Keluarga mempunyai tahap
perkembangan yang didalamnya terdapat tugas perkembangan (Zakaria, 2017).
Menurut teori tahap perkembangan keluarga Duval dan miller (1985) dibagi
dalam delapan tahap perkembangan yaitu keluarga dengan pasangan baru
(Bergaining Family), keluarga dengan anak pertama dibawah 30 bulan (Child
Bearing), keluarga dengan anak pra sekolah (2-6 tahun), keluarga dengan anak
usia sekolah (6-13 tahun), keluarga dengan anak usia remaja (13–20 tahun),
keluarga melepas anak usia dewasa muda, keluarga dengan orang tua paruh baya,
dan keluarga dengan usia lanjut dan pensiunan.
Tahap keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing) adalah tahap
perkembangan keluarga yang dimulai ketika kelahiran anak pertama sampai anak
berusia 30 bulan. Tahap keluarga kelahiran anak pertama ini merupakan masa
transisi peran dari pasangan baru menjadi orang tua. Tugas perkembangan pada
keluarga kelahiran anak pertama ini adalah adaptasi terhadap perubahan anggota
keluarga yakni pada perubahan peran, interaksi, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, kemampuan merawat bayi dan pemilihan
kontrasepsi. Kesiapan menjadi orang tua merupakan tolak ukur untuk
pertumbuhan dan perkembangan pada anak nya
Selain itu, penting bagi ibu hamil untuk melakukan perawatan prakonsepsi
yang sangat penting untuk keselamatan serta kesehatan ibu dan bayi. Tidak boleh
dilupakan, dukungan keluarga dan suami serta terhindarnya dari stress akan
3
berperan penting dalam mental calon ibu. Olehnya itu, perlu dilakukan identifika
si kebutuhan apa saja yang dibutuhkan perempuan pada masa prakonsepsi sampa
i dengan masa antara dua kehamilan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis kebutuhan perempuan pada masa prakonsepsi sampai dengan
masa antara dua kehamilan?
2. Bagaimana peran keluarga dan masyarakat pada masa prakonsepsi sampai
dengan masa antara dua kehamilan?
3. Siapa saja tenaga kesehatan profesional terkait dengan kolaborasi yang berpe
ran pada masa prakonsepsi perempuan sampai dengan masa antara dua
kehamilan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifirkasi kebutuhan perempuan pada masa prakonsepsi
sampai dengan masa antara dua kehamilan sesuai konsep Childbearing (CB)
di Indonesia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui jenis kebutuhan perempuan
b. Untuk mengetahui peran keluarga dan masyarakat
c. Untuk mengidentifikasi tenaga kesehatan profesional terkait dalam
bentuk kolaborasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis Kebutuhan
1. Kebutuhan Dasar
Adapun jenis kebutuhan dasar menurut beberapa ahli yaitu, sebagai
berikut:
a. Abraham Maslow
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak harus
terpenuhioleh manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan tersebut terdiri
dari pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan
(minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas,
keseimbangan suhu tubuh, dan kebutuhan seksual, kebutuhan kedua
adalah Kebutuhan rasa aman dan perlindungan yang dibagi menjadi
perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
b. Johnson
Johnson mengungkapkan pandangannya dengan menggunakan
pendekatan sistem perilaku. Dalam pendekatan ini, individu dipandang
sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan
stabilitas, baik dalam lingkungan internal maupun eksternal. Individu
juga memiliki keinginan untuk mengatur dan menyesuaikan dirinya
terhadap pengaruh yang terjadi karena hal tersebut.
c. Virginia Henderson
Ibu Virginia Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997) membagi
kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen berikut yaitu manusia
harus dapat bernafas secara normal, makan dan minum yang cukup,
setiap hari harus bisa buang air besar dan buang air kecil (eliminasi)
dengan lancar, bisa bergerak dan mempertahankan postur tubuh yang
diinginkan, bisa tidur dan istirahat dengan tenang, memilih pakaian yang
4
5
2. Kebutuhan perempuan
Adapun jenis-jenis kebutuhan perempuan, yaitu:
a. Psikososial
Kebutuhan psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan
individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai
pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang
mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan
sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa.
b. Biopsikososial
Dikembangkan di Universitas Rochester oleh George L Engel dan
John Romano tahun 1977. Biopsikososial ini memahami kesehatan
manusia dan penyakit dalam konteks mereka baik secara biologis,
6
3. Kebutuhan seksual
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik
(feed back) antara kedua individu tersebut. Kata seks sering digunakan
dalam dua cara.
Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari
berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seksualitas di lain pihak adalah
istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan
hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda atau sama dan
mencangkup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi.
Perkembangan seks manusia berbeda dengan binatang dan bersifat
kompleks. Jika pada binatang seks hanya untuk kepentingan
mempertahankan generasi atau keturunan dan dilakukan pada musim
tertentu dan berdasarkan dorongan insting. Pada manusia seksual berkaitan
dengan biologis, fisiologis, psikologis, sosial dan norma yang berlaku.
Hubungan seks manusia dapat dikatakan bersifat sakral dan mulia sehingga
secara wajar hanya dibenarkan dalam ikatan pernikahan. Selanjutnya
tinjauan seksual dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
8
4. Kebutuhan spiritual
Merupakan kebutuhan yang ketiga, tetapi saling tumpang tindih: energi,
transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial,
keyakinan dan nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin nurani.
Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk
menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit dan
untuk memelihara kesehatan Spiritualitas memberikan individu energi yang
dibutuhkan untuk menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi
yang sulit dan untuk memelihara kesehatan.
a. Transedensi diri (self transedence)
Adalah kepercayaan yang merupakan dorongan dari luar yang lebih
besar dari individu
9
b. Spiritualitas
Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal
(dengan diri sendiri), interpersonal (dengan orang lain) dan
transpersonal (dengan yang tidak terlihat, Tuhan atau yang tertinggi)
(Potter & Perry, 2009). Spiritual juga memberikan kepercayaan setelah
berhubungan dengan Tuhan, kepercayaan selalu identik dengan agama
sekalipun ada kepercayaan tanpa agama dan spritualitas melibatkan
realitas eksistensi (arti dan tujuan hidup).
Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu
individu menentukan apa yang penting bagi mereka dan membantu
individu menghargai keindahan dan harga pemikiran, obyek dan
perilaku (Holins, 2005; Vilagomenza, 2005)
Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan
pengertian kekuatan batiniah yang dinamis dan kreatif yang dibutuhkan
saat membuat keputusan sulit (Braks-wallance dan Park, 2004).
Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit terminal
maupun menjelang ajal (Potter & Perry, 2009). Beberapa individu yang
tidak mempercayai adanya Tuhan (Atheis) atau percaya bahwa tidak ada
kenyataan akhir yang diketahui (Agnostik). Ini bukan berati bahwa
spiritual bukan merupakan konsep penting bagi atheis dan agnostik.
Atheis mencari arti kehidupan melalui pekerjaan mereka dan hubungan
mereka dengan orang lain. Agnostik menemukan arti hidup dalam
pekerjaan mereka karena mereka percaya bahwa tidak adanya akhir bagi
jalan hidup mereka.
Dan adapula beberapa pengaruh yang perlu dipahami, yaitu antara
lain:
1) Menuntun kebiasaan sehari-hari
2) Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi
10
AKG Individu
Berdasarkan Buku Pedoman Petugas Gizi Puskesmas, Depkes RI (1990)
dalam Supariasa (2008), klasifikasi tingkat konsumsi yaitu:
a. Baik : ≥100%
b. Sedang : 80 – 99%
c. Kurang : 70 – 80%
Penting diperhatikan bahwa ibu hamil (bersama remaja putri dan bayi
sampai usia 2 tahun) termasuk kelompok kritis tumbuh-kembang manusia.
Artinya, masa depan kualitas hidup manusia akan ditentukan pada kelompok
ini. Jika kondisi gizi kelompok ini diabaikan, akan timbul banyak masalah
yang berpengaruh terhadap rendahnya kualitas hidup manusia. Oleh karena
itu, ibu hamil harus memahami dan mempraktikkan pola hidup sehat bergizi
seimbang sebagai salah satu upaya untuk menjaga agar keadaan gizinya
tetap baik. Hal ini juga berguna untuk mencegah terjadinya beban ganda
masalah gizi (kurus dan pendek karena kekurangan gizi atau kegemukan
karena kelebihan gizi) yang dapat berdampak buruk pada kesehatan dan
kualitas hidup.
Status Gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor eksterna
l dan faktor internal. Faktor eksternal dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Faktor Eksternal dari status gizi
Pendapatan Masalah gizi berhubungan dengan daya beli
keluarga. Daya beli akan semakin rendah ketika
pendapatan suatu keluarga juga rendah. Dengan
begitu, status gizi seseorang dapat tergantung pada
pendapatan
Pendidikan Pendidikan bisa berkorelasi pada kelayakan
pekerjaan dan berdampak pada tingkat pendapatan
keluarga. Selain itu, pendidikan gizi juga sangat
berhubungan dengan perubahan pengetahuan, sikap,
dan perilaku seseorang untuk tetap mempertahankan
12
Sedangkan faktor internal dari status gizi dapat dilihat pada tabel di baw
ah ini:
Tabel 2. Faktor Internal dari status gizi
Usia Usia berhubungan dengan kemampuan atau
pengalaman orangtua dalam mempertahankan status
gizi anggota keluarga.
Asupan Asupan memiliki peran sangat penting dalam
memengaruhi status gizi seseorang. Konsumsi
makanan yangkurang dan infeksi merupakan hal yang
saling memengaruhi.
Infeksi Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya
nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan
dan mencerna makanan.
b. Protein
Kekurangan protein pada tingkat berat akan memperlambat
perkembangan hormone endokrin sehingga kemampuan untuk mengikat
hormone androgen rendah. Makanan yang kaya protein bisa diperoleh
dari telur, daging, tempe, dan tahu.
c. Vitamin C
Vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain sebagai antioksidan (bekerja sama dengan
vitamin E dan β-karoten), vitamin C berperan melindungi selsel organ
tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang memengaruhi
kesehatan reproduksi.
d. Asam Folat
Kecukupan nutrisi asam folat dapat mengurangi resiko bayi lahir
kecacatan system saraf dengan neutral tube defect (NTD) seperti spina
bifida sebanyak 70%.
e. Vitamin B6
Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, ginjal, beras merah,
kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan kol.
f. Vitamin D9
Vitamin D dirodukski dari dalam tubuh dengan bantuan sinar
matahari, selain itu dapat diperoleh dari susu, telur, mentega, keju,
minyak ikan, ikan tuna, dan ikan salmon.
g. Zinc
Zinc sangat penting untuk calon ibu karena zinc membantu
produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Menjaga asupan zinc
15
h. Zat besi
Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan anemia
dengan menunjukkan gejala lelah, sulit konsentrasi, dan gampang
infeksi. Juga dapat mengurangi resiko ibu hamil mengalami defisiensi
anemia gizi besi yang dapat membahayakan ibu dan kandungannya.
(Susilowati & Kuspriyanto, 2016).
diperhatikan.
d. Peran keluarga dalam Identifikasi Kebutuhan perempuan pada masa
prakonsepsi
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk
keluarga baru. Suami istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu
mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan
penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan
menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai
membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial
pasangan masing- masing. Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya
kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini
yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai
anak dan berapa jumlah anak yangdiharapkan.
Peran keluarga pada tahap ini antara lain:
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan
kelompok sosial
4) Merencanakan anak (KB)
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orangtua (Esti Muharumsih, 2017)
e. Peran keluarga dalam Identifikasi Kebutuhan perempuan pada masa
kehamilan sesuai konsep Childbearing
21
2. Peran Masyarakat
Dalam teori sosial Parson, peran didefenisikan sebagai harapan-harapan
yang diorganisasi terkait dengan konteks interaksi tertentu yang membentuk
orientasimotivasional individu terhadap yang lain. Melalui pola-pola
kultural, cetak biru, ataucontoh perilaku ini orang belajar siapa mereka di
depan orang lain dan bagaimanamereka harus bertindak terhadap orang
lain(Scott, 2011).
22
2) Psikologis (Mental)
Mempromosikan kesehatan keluarga prakonsepsi merupakan
strategi yang penting untuk meningkatkan kualitas anak yang akan
dilahirkan sekaligus dapat membantu pada upaya penurunan
kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Situasi ini didapatkan bahwa
faktor risiko yang diketahui yang merugikan ibu dan bayi yang
mungkin bisa terjadi sebelum kehamilan harus ditangani misalnya
ibu mengalami kekurangan hemoglobin (anemia), kekurangan asam
folat dan perilaku yang dapat menganggu kesehatan ibu dan janin
pada masa kehamilan. Konseling prakonsepsi adalah komponen
penting dalam pelayanan kesehatan pra-konsepsi. Melalui
konseling, pemberi pelayanan mendidik dan merekomendasikan
strategi-strategi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan janin
(Williams,2012).
26
b. Tanya jawab dan diskusi singkat yaitu bertukar informasi dan hal-hal
lain yang diajukan oleh peserta penyuluhan terkait gizi prakonsepsi yang
harus disiapkan oleh calon pengantin agar anak yang dilahirkan cukup
gizi seimbang.
c. Pelaksanaan kegiatan
1) Topik: Penyuluhan tentang pentingnya gizi prakonsepsi pada
terhadap calon pengantin.
2) Sasaran: Calon pengantin
3) Metode: Ceramah, tanya jawab
4) Media dan alat: Laptop dan PowerPoint
d. Waktu dan tempat
e. Pengorganisasian
f. Setting Tempat
Kegiatan penyuluhan tentang pentingnya gizi prakonsepsi terhadap
calon pengantin, materi yang diberikan adalah pengertian prakonsepsi,
status gizi, kebutuhan gizi prakonsepsi.
Prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan
ovum atau pembuahan. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu antara
3 bulan hingga 1 tahun sebelum terjadinya konsepsi, tetapi idealnya
harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100
hari sebelum konsepsi.
Penentuan status gizi merupakan ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk tertetu. Status gizi sendiri merupakan
gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan
energi yang masuk dan dikeluarkan oleh tubuh. Masa prakonsepsi
merupakan masa sebelum hamil, kebutuhan gizi pada masa ini berbeda
dengan masa anak-anak. Pengkajian berat badan dapat dilakukan dengan
Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index/BMI), dan dihitung dengan
membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi dalam meter
33
A. Kesimpulan
Jenis kebutuhan perempuan yang dibutuhkan pada masa prakonsepsi sampai m
asa antara dua kehamilan meliputi kebutuhan dasar, kebetuhuan perempuan,
kebutuhan seksual, kebutuhan spiritual, kebutuhan gizi masa prakonsepsi, dan
kebutuhan pelayanan kesehatan dengan melibatkan peran keluarga dan masyarakat.
Peran keluarga dan masyarakat sangat penting untuk kesehatan mental, jiwa da
n raga perempuan pada masa prakonsepsi dan masa diantara dua kehamilan. Jika pe
rempuan sehat mental, jiwa dan raga nya maka akan melahirkan generasi yang seha
t pula.
Adapun beberapa tenaga kesehatan profesional yang terkait dalam bentuk
kolaborasi dengan tenaga bidan yaitu petugas kesehatan masyarakat, petugas gizi,
dokter gigi dan perawat gigi.
B. Saran
1. Penelitian selanjutnya menambahkan jurnal-jurnal penelitian terkait dan
penelitian terbaru untuk mendukung pencarian sumber-sumber yang digunakan.
2. Perempuan adalah tombak kehidupan manusia di dunia. Anak yang sehat terlah
ir dari perempuan yang sehat bukan hanya fisik nya saja melainkan sehat jiwa
nya. Kesehatan fisik dan jiwa seorang perempuan juga tidak luput dari dukung
an keluarga dan masyrakat sekitar. Selain itu juga pelayanan yang prima, cepat
tanggap dari seoarng tenaga kesehatan juga dperlukan untuk menunjang keseja
hteraan hdup perempuan. Baik pada masa prakonsepsi hingga masa antara dua
kehamilan dan sampai akhir hidup seorang perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Muhlisin. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen publishing; 2012.
Aida Vitayala S. Hubeis. (2010). Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. IPB
Press.
Ayudia. 2021. Pendidikan Gizi Prakonsepsi pada Pasangan Calon Pengantin di
KUA Padang Utara. Vol.2. No.5
Bonte, P., Pennings, G. & Sterckx, S. (2014). Is there a moral obligation to conceive
children under the best possible conditions? A preliminary framework for
identifying the preconception responsibilities of potential parents. BMC
medical ethics, 15, p.5.
Chandranipapongse, W. & Koren, G. (2013). Preconception counseling for
preventable risks. Canadian Family Physician, 59, 737–739.
Chasanah, S. U. (2015). PERAN PETUGAS KESEHATAN MASYARAKAT DALAM
UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU PASCA MDGs 2015. 73–79.
Dartiwen, Nurhayati Y. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. 2019.
Esti Muharumsih. Asuhan Keperawatan Keluarga Bp. M Dengan Perilaku Kesehatan
Cenderung Beresiko Dengan Otitis Media Akut Di Desa Karanggedang Rt
06/03 Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. Fak Ilmu Kesehat UMP
2017.
Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifuddin TR. ILMU bedah kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka; 2011.
Kementrian Kesehatan RI. Permenkes Nomor 97 Tahun 2014. Kementrian Kesehat
Republik Indones. 2015; Nomor 65(879):2004–6.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2015.
Kemenkes, RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Kemenkes RI. Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Dalam Situasi Pandemi COVID-19. kemenkes RI. 2020;5.
Kurniasih. (2012). Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Gramedia.
Kuspriyanto, S. dan. (2016). Gizi dalam Daur Kehidupan. PT Refika Aditama.
Mirza. (2011). Buku Pegangan Ibu Panduan Lengkap Kehamilan.
Mubarak dan Santoso. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga childbearing.
Yogyakarta: Graha Ilmu; 2014.XNurrachmawati, A. et al. (2018). Tradisi
Kepercayaan Masyarakat Pesisir Mengenai Kesehatan Ibu. Kesehatan
Reproduksi, I No. 1, 42–50.
Paudel, R., Pradhan, B., Wagle, R. R., Pahari, D. P., & Onta, S. R. (2012). Risk
factors for stunting among children: A community based case control study in
Nepal. Kathmandu University Medical Journal, 10(39), 18–24.
https://doi.org/10.3126/kumj.v10i3.8012
Rani Anggraini, & Andreas, P. (2015). Hamil ( Studi Pendahuluan di Wilayah
Puskesmas Serpong , Tangerang Selatan ). ARTIKEL PENELITIAN Anggraini
Dan Andreas: Kesehatan Gigi Mulut …. Kesehatan Gigi Mulut Dan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut Pada Ibu Hamil (Studi
Pendahuluan Di Wilayah Puskesmas Serpong, Tangerang Selatan) Rani, 193–
200.
Rosita, Iin Nurlinawati, A. L., & Pusat. (2019). ( MANAGEMENT OF NUTRITION
SERVICES IN AREAS WITH HIGH AND LOW NUTRITIONAL. 42(1), 29–40.
titania, E. lismanda. (2019). Pentingnya Kolaborasi Antar Tenaga Kesehatan Dalam
Menerapkan Keselamatan Pasien. https://doi.org/10.31219/osf.io/9ebtq
Sudarma, M. (2017). Ilmu social & Budaya Dasar Buku Ajar Kebidanan. Salemba
Medika.
Sulistyorini, L., & Ikhtiarini, E. (2016). PROGRAM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (PPM) GERAKAN SAYANG IBU DAN BAYI (GeSIB)
SEBAGAI SOLUSI MASALAH KURANG ENERGI KALORI (KEK) PADA
IBU HAMIL DI KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/73316
Syafa’ah, S. F. (2019). KONSELING SEBAGAI UPAYA ALTERNATIF UNTUK
MENINGKATKAN PENGETAHUAN GIZI CALON PENGANTIN. 1.