Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS KASUS & JURNAL

PADA BAYI NY. R DENGAN KASUS BBLR DI RUMAH SAKIT TIPE A

Stase Keperawatan Maternitas


Pembimbing Akademik: Ns. Desy Ayu Wardani, M.Kep.Sp.Kep.Mat

Oleh :
KELOMPOK VI

Devi Apriyanti P1908080

Eka Hardiyanti Safitri P1908084

Haji Syarifudin P1908140

Khairul Rahman P1908097

Melliyana P1908105

Muhammad Yusuf P1908110

Nur Asiyah P1908114

Muhammad Faisal P180733

Rida Yuliana P1908121

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA
2019-2020
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS KASUS & JURNAL DI RUANG LILI RSUD ABDUL WAHAB


SJAHRANIE SAMARINDA

Oleh :
KELOMPOK VI

Laporan ini telah disetujui oleh dosen koordinator dan dosen pembimbing Keperawatan
Maternitas Institut Teknologi Kesehatan Wiyata Husada Samarinda
Pada tanggal .. Februari 2020

MENYETUJUI

Pembimbing Akademik Keperawatan Presptor Klinik Keperawatan


Maternitas Institut Teknologi Materitas RSUD Abdul Wahab
Kesehatan Wiyata Husada Sjahranie Samarinda
Samarinda

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga dengan
limpahan rahmad dan karunia- nya penyusun dapat menyelesaikan laporan
ini dengan judul “ANALISIS KASUS & JURNAL DI RUANG LILI RSUD
ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA”. Laporan ini dibuat
berdasarkan bermacam sumber buku–buku refrensi, media elektronik, dan dari
hasil pemikiran penyusun sendiri.
Selama penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapatkan
masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu berbagai penyusunan
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Desi Ayu Wardani, M.Kep Sp. Kep Mat Selaku dosen koordinator dan
pembimbing keperawatan anak di ITKES Wiyata Husada Samarinda
2. Kepala Ruangan beserta staf keperawatan Ruang lili RSUD.Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda yang telah mengizinkan dan memberi bimbingan
selama pelaksanaan praktik stase Kritis di ruangan tersebut.
3. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada
penyusun baik bersifat moril maupun material.
4. Dan semua yang telah membantu dalam kelancaranpenyusunanlaporan ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pembacanya dan dapat
dijadikan acuan terhadap penyusunan laporan berikut berikutnya.

Samarinda, Februari 2020

ii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan.................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep bayi lahir prematur.............................................................................
B. Konsep pengaturan posisi................................................................................
C. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian........................................................................................................
B. Diagnosa ..........................................................................................................
C. Intervensi..........................................................................................................
D. Catatan Perkembangan.....................................................................................
BAB IV ANALISIS JURNAL
A. Jurnal Dalam Penerapan..................................................................................
B. Hasil.................................................................................................................
C. Kesimpulan......................................................................................................
BAB V PEMBAHASAN
A. Hubungan kompres hangat terhadap perubahan suhu tubuh...........................
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL TERLAMPIR

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu
hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kelahiran prematur merupakan
masalah penting dibidang reproduksi manusia baik di negara maju maupun negara
berkembang seperti Indonesia. Sebesar 70% penyebab tingginya kematian perinatal
disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendirimerupakan tolak
ukur kemampuan suatu negara dalam upaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan menyeluruh.
Kelahiran prematur meningkat dari 7,5%(2 juta kelahiran)menjadi 8,6% (2,2 juta
kelahiran) didunia. Angka kejadian kelahiran prematur dinegara berkembang jauh lebih
tinggi, sepertiIndia (30%), Afrika Selatan (15%), Sudan (31%)dan Malaysia (10%).Angka
kelahiran prematur berkisar 10-20% di Indonesia pada tahun 2009 dan angka ini
menyebabkan Indonesia termasuk dalam peringkat kelima dengan kelahiran premature
terbesar. Disamping itu, adanya program Expanding Maternaland Neonatal Survival (EMAS)
yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi sebesar 25% pada tahun 2011
hingga 2016, menjadikan perlunya mempelajari faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi luaran maternal dan perinatal, khususnya pada pada persalinan prematur
sehingga dapat menekan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi
Kelahiran prematur dapat disebabkan karena adanya masalah kesehatan pada ibu hamil
maupun pada janin itu sendiri yang merupakan faktor risiko dari terjadinya kelahiran
prematur. Ibu dan anak yang dilahirkan dapatmengalami berbagai masalah
kesehatandikarenakan ibu belum siapsecara mental dan fisik untukmelakukan persalinan,
sedangkan pada bayi belum terjadi kematangan organ janin ketika dilahirkan yang
mengakibatkan banyaknya organ tubuh yang belum dapat bekerja secara sempurna. Hal ini
mengakibatkan bayi prematur sulit menyesuikan diri dengan kehidupan luar rahim, sehingga
mengalami banyak gangguan kesehatan.

4
B. Rumusan Masalah
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu
hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. 70% penyebab tingginya kematian
perinatal disebabkan oleh persalinan prematur Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan dari penjelasan di atas maka kami merasa bahwa
pentingnya untuk melakukan intervensi-intervensi yang dapat mengurangi dampak yang di
timbulkan oleh bayi lahir prematur.

C. Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu untuk memberikan asuhan keperawatan pada bayi lahir
prematur dan menerapkan EBN dalam menurunkan kejadian intoleransi pemberian minum
enteral pada bayi berat lahir rendah.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bayi Prematur
1. Definisi bayi prematur
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur atau
bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan
berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500
gram(Surasmi, dkk, 2003). Prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan
imaturitas. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari
1000 gram juga disebut sebagai neonatus imatur. Secara historis, bayi dengan berat
badan lahir 2500 gram atau kurang disebut bayi prematur (Behrman, dkk, 2000).
Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bilaberlangsung antara 37-41 minggu
dihitung dari haripertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari. Sedangkanpersalinan
yang terjadi sebelum usia kandungan mencapai37 minggu disebut dengan persalinan
prematur (Sulistiarini & Berliana, 2016).
Istilah prematuritas telah diganti dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih
rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena kombinasi keduanya
(Maryunani & Nurhayati, 2009).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Sejak tahun 1961 WHO telah
mengganti istilah prematur dengan bayi berat lahir rendah (BBLR). Hal ini dilakukan
karena tidak semua bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram pada waktu lahir
adalah bayi prematur (Rukiyah & Yulianti, 2012).
2. Klasifikasi Bayi Prematur
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK) Bayi prematur sesuai masa kehamilan
(SMK) adalah bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat

6
badannya sesuai dengan usia kehamilan. Derajat prematuritas dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok antara lain adalah sebagai berikut:
1) Bayi sangat prematur (extremely premature) : 24-30 minggu
2) Bayi prematur sedang (moderately premature) : 31-36 minggu
3) Borderline premature : 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat prematur dan
matur. Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang
dialami bayi prematur misalnya gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia dan
daya isap yang lemah.
b. Bayi Prematur Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK) Bayi prematur kecil untuk masa
kehamilan (KMK) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi tersebut. Banyak istilah yang dipergunakan untuk
menunjukkan bahwa bayi KMK ini dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam
uterus (intrauterine retardation = IUGR) seperti pseudopremature, small for dates,
dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan small for
gestational age (SGA). Setiap bayi baru lahir (prematur, matur dan post matur)
mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Gambaran
kliniknya tergantung dari pada lamanya, intensitas dan timbulnya gangguan
pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut. IUGR dapat dibedakan menjadi 2
yaitu sebagai berikut
1) Proportinate IUGR : janin menderita distres yang lama, gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga
berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
2) Disproportinate IUGR : terjadi akibat distres sub akut. Gangguan terjadi beberapa
minggu atau beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan
lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai denganmasa gestasi.
Tanda-tandanya adalah sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering,
keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.

7
3. Etiologi Bayi Prematur
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
a. Faktor ibu Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian
prematur, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:
1) Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
2) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi dan
anemia sel sabit.
3) Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
4) Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
5) Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala panas tinggi
(misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit kronis (misal: TBC,
penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal).
6) Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.
7) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol)
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
9) Bekerja yang terlalu berat.
10) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
b. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain kehamilan
ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromosom, infeksi
(misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis), insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu
dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B dan O), infeksi dalam rahim.
c. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti plasenta previa
dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat beracun, keadaan sosial
ekonomi yang rendah, kebiasaan, pekerjaan yang melelahkan dan merokok.

8
4. Tanda dan Gejala Bayi Prematur
Ada beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada bayi prematur antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
d. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
e. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
f. Rambut lanugo masih banyak.
g. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
h. Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.
i. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
j. Genetalia belum sempurna, labiaminora belum tertutup oleh labia mayora dan klitoris
menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi
dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki).
k. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
l. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
m. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang.
n. Vernix caseosatidak ada atau sedikit bila ada.

5. Masalah yang Terjadi pada Bayi Prematur


Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), terdapat beberapa masalahyang dapat terjadi
pada bayi prematur baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Masalah jangka
pendeknya antara lain adalah sebagai berikut
a. Gangguan metabolik, antara lain sebagai berikut:
1) Hipotermia Terjadi karena sedikitnya lemak tubuh pada bayi prematur dan
pengaturan suhu tubuh bayi yang belum matang.
2) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah
pada bayi yaitu kurang dari 45 mg/dL. Gula darah berfungsi sebagai makanan

9
otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa kurang, maka dapat
menyebabkan sel-sel saraf di otak mati dan dapat mempengaruhi kecerdasan bayi
kelak. Oleh karena itu bayi prematur membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah
lahir dan minum sering atau setiap 2 jam.
3) Hiperglikemia
Hiperglikemia sering terjadi pada bayi sangat prematur karena mendapat cairan
glukosa berlebihan secara intravena.4)Masalah pemberian ASI
4) Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran tubuh bayi yang kecil, dan keadaan
bayi yang kurang energi, lemah serta lambungnya yang kecil dan tidak dapat
mengisap.
b. Gangguan imunitas, antara lain sebagai berikut:
1) Gangguan imonologik Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena kadar
Ig G maupun gamma globulin yang rendah. Bayi prematur belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi yang belum
baik.
2) Kejang saat dilahirkanKejang dapat terjadi karena infeksi sebelum lahir
(prenatal), perdarahan intrakranial atau akibat vitamin B6 yang dikonsumsi ibu.
3) Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi) Bayi prematur menjadi kuning lebih awal
dari pada bayi cukup bulan pada umumnya.
c. Gangguan pernafasan, antara lain sebagai berikut:
1) Sindroma gangguan pernapasan
Sindroma gangguan pernapasan pada bayi prematur adalah perkembangan imatur
pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru.
2) Asfiksia
Dampak kelahiran prematur adalah proses adaptasi bayi terhadap pernapasan
waktu lahir sehingga mengalami asfiksia waktu lahir dan membutuhan resusitasi.
3) Apneu periodik (henti napas) Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang
belum sempurna menyebabkan bayi dengan kelahiran prematur berhenti bernapas.
4) Paru-paru belum berkembang Organ paru-paru yang belum berkembang
menyebabkan bayi mengalami sesak napas (asfiksia) dan membutuhkan resusitasi
dengan cepat.

10
5) Retrolental fibroplasia Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang
disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Kelainan ini sering terjadi
pada bayi prematur dengan berat badan kurang dari 2000 gram dan telah
mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi atau lebih dari 40%.
d. Gangguan sistem peredaran darah, antara lain sebagai berikut:
1) Masalah perdarahanPerdarahan pada bayi yang lahir prematur dapat disebabkan
karena kekurangan faktor pembekuan darah atau karena faktor fungsi pembekuan
darah yang abnormal atau menurun.
2) AnemiaAnemia pada bayi prematur dapat terjadi lebih dini karena disebabkan
oleh supresi eritropoesis pasca lahir, persediaan zat besi janin yang sedikit, serta
bertambah besarnya volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang lebih cepat
3) Gangguan jantung Gangguan jantung yang sering ditemui pada bayi prematur
adalah patent ductus ateriosus (PDA) yang menetap sampai bayi berumur 3 hari,
terutama pada bayi dengan penyakit membran hialin. Gangguan jantung lain yang
sering terjadi pada bayi prematur adalah defek septum ventrikel yang sering
dialami oleh bayi prematur dengan berat badan kurang dari 2500 gram dan masa
gestasinya kurang dari 34 minggu.
4) Gangguan pada otak Gangguan pada otak yang dapat terjadi pada bayi prematur
adalah intraventricular hemorrhage, yaitu perdarahan intrakranial yang dapat
mengakibatkan masalah neurologis, seperti gangguan mengendalikan otot,
keterlambatan perkembangan, dan kejang. Selain itu, bayi juga dapat mengalami
periventricular leukomalacia (PVL) yaitu kerusakan dan pelunakan materi putih
(bagian dalam otak yang mentransmisikan informasi antara sel-sel saraf dan
sumsum tulang belakang, juga dari satu bagian otak ke bagian otak yang lain)
yang biasanya terjadi pada bayi dengan masa gestasi kurang dari 32 minggu.
5) Bayi prematur dengan ikterusPeningkatan kadar bilirubin dalam darah
mengakibatkan perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa, sklera, dan
organ lain pada bayi.
6) Kejang, Suatu kondisi yang terjadi pada bayi prematur yang ditandai dengan
adanya tremor dan disertai penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak

11
terkendali pada mulut, mata, dan anggota gerak lain, serta terjadinya kekakuan
seluruh tubuh tanpa adanya rangsangan.
7) Hipoglikemia Suatu kondisi dimana kadar gula darah bayi yang rendah dan di
bawah normal, yang dapat mengakibatkan bayi menjadi gelisah dan tremor,
apatis, kejang, lemah, letargis, kesulitan makan, keringat banyak, hipertermi
bahkan henti jantung.
e. Gangguan cairan dan elektrolit, antara lain sebagai berikut:
1) Gangguan eliminasi
Pada bayi prematur dapat terjadi edema dan asidosis metabolik karena ginjal yang
imatur baik secara anatomis maupun fisiologis, kerja ginjal yang masih belum
matang, kemampuan membuang sisa metabolisme dan air yang belum sempurna,
serta produksi urine yang sedikit.
2) Distensi abdomen
Kelainan ini berkaitan dengan usus bayi akibat dari motilitas usus yang
berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung
bertambah, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi zat lemak, laktosa,vitamin,
yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang. Kerja dari
sfingter kardioesofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi
isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi.
3) Gangguan pencernaan
Saluran pencernaan pada bayi prematur masih belum berfungsi dengan sempurna
sehingga penyerapan nutrisi masih lemah dan kurang baik. Aktifitas otot
pencernaan masih belum sempurna yang mengakibatkan pengosongan lambung
menjadi berkurang. Bayi prematur mudah kembung karena stenosis anorektal,
atresia ileum, peritonitis meconium, dan mega colon.
4) Gangguan elektrolit
Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan lingkungan, dan
penyakit bayi. Kebutuhan cairan sesuai dengan kehilangan cairan insensibel,
cairan yang dikeluarkan ginjal dan pengeluaran cairan yang disebabkan oleh
keadaan lain. Pada bayi prematur gangguan elektrolit dipengaruhi oleh kulit bayi
yang tipis, kurangnya jaringan subkutan dan oleh luasnya permukaan tubuh

12
6. Pemeriksaaan Penunjang
Pada Bayi Prematur Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:
a. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3. Neutrofil meningkat hingga 23.000-
24.000/mm3hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
b. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih menandakan
polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal.
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis yang berlebihan.
d. Bilirubin total:6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari, dan 12
gr/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal kehidupan.
g. Pemeriksaan analisa gas darah.

7. Penatalaksanaan pada Bayi Prematur


Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau penanganan yang
dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
d. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.

13
e. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta
pertahankan suhu tetap hangat.
f. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.
g. Tali pusat dalam keadaan bersih.8.Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian
ASI.

B. Konsep teori terapi musik


1. Definisi Terapi Musik Klasik
Terapi musik merupakan intervensi alami non invasif yang dapat diterapkan secara
sederhana tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli terapi, harga terjangkau dan tidak
menimbulkan efek samping (Samuel, 2007 dalam Pratiwi 2014). Terapi musik adalah
suatu terapi kesehatan menggunakan musik dimana tujuannya adalah untuk
meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu
dari berbagai kalangan usia (Suhartini, 2008).
Musik klasik adalah komposisi musik yang lahir dari budaya Eropa sekitar tahun
1750-1825. Musik klasik bermanfaat untuk membuat seseorang menjadi rileks,
menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, menurunkan
tingkat kecemasan pasien pra operasi dan melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat
stress (Musbikin, 2009 dalam Pratiwi 2014). Musik klasik adalah sebuah musik yang
dibuat dan ditampilkan oleh orang yang terlatih secara professional melalui pendidikan
musik. Musik klasik juga merupakan suatu tradisi dalam menulis musik, yaitu ditulis
dalam bentuk notasi musik dan dimainkan sesuai dengan notasi yang ditulis. Musik
klasik adalah musik yang komposisinya lahir dari budaya Eropa dan digolongkan melalui
periodisasi tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
2. Manfaat Terapi MusikManfaat terapi musik antara lain (Djohan, 2006) :
a. Mampu menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan
b. Mempengaruhi pernafasan
c. Mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah manusia
d. Bisa mempengaruhi suhu tubuh manusia
e. Bisa menimbulkan rasa aman dan sejahteraf. Bisa mempengaruhi rasa sakit.

14
Terapi musik dapat menyembuhkan warga frankfurt yang menderita penyakit
keturunan yang menyakitkan dan sampai saat ini belum ada obatnya. Jaringan ikatnya
melemah hingga menggangu organ dalam lainnya termasuk jantung. Sudah tiga kali
mengalami serangan jantung ringan, pada mulanya musik dari handphone selama 15
menit untuk membebaskan dari keadaan stress, berdasarkan perantauan aktivitas
ototnya. Setelah tiga minggu dirawat dengan terapi musik, cuman 5 menit
mendengarkan musik sudah bisa tenang (Faradisi, 2012).

3. Jenis Terapi Musik


Jenis terapi musik antara lain musik instrumental dan musik klasik. Musik instrumental
bermanfaat menjadikan badan, pikiran, dan mental menjadi lebih sehat. Musik klasik
bermanfaat untuk membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan
sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih menurunkan tingkat kecemasan pasien pra
operasi dan melepaskan rasa sakit dan menurunkan stress (Aditia, 2012).

4. Mekanisme Musik Klasik Sebagai Terapi


Setelah mendengarkan musik klasik implus atau rangsangan suara akan diterima oleh
daun telinga pembacanya. Kemudian telinga memulai proses mendengarkan. Secara
fisiologi pendengaran merupakan proses dimana telinga menerima gelombang suara,
membedakan frekuensi dan mengirim informasi kesusunan saraf pusat. Setiap bunyi yang
dihasilkan oleh sumber bunyi atau getaran udara akan diterima oleh telinga. Getaran
tesebut diubah menjadi implus mekanik ditelinga tengah dan diubah menjadi implus
elektrik ditelinga dalam yang diteruskan melalui saraf pendengaran menuju ke korteks
pendengaran diotak. Disamping menerima sinyal dari talamus (salah satu bagian otak
yang berfungsi menerima pesan dari indara dan diteruskan kebagian otak lain). Amigdala
juga menerima sinyal dari semua bagian korteks limbic (emosi /prilaku) seperti juga
neokorteks lobus temporal (korteks atau lapisan otak yang hanya ada pada manusia)
parietal (bagaian otak tengah) dan oksipital (otak belakang) terutama diarea asosiasi
auditorik dan area asosiasi visual.
Talamus juga menjalankan sinyal ke neokorteks (area otak yang berfungsi untuk
berfikir atau mengolah data serta infomasi yang masuk ke otak). Di neokorteks sinyal

15
disusun menjadi benda yang difahami dan dipilah-pilah menurut maknanya, sehingga
otak mengenali masing masing objek dan arti kehadirannya. Kemudian amigdala
menjalankan sinyal ke hipokampus. Hipokampus sangat penting untuk membantu otak
dalam menyimpan ingatan yang baru. Hal ini dimungkinkan karena hipokampus
merupakan salah satu dari sekian banyak jalur keluar penting yang berasal dari area
“ganjaran” dan “hukuman”. Diantara motivasi-motivasi itu terdapat dorongan dalam otak
untuk mengingat pengalaman-pengalaman, pikiran-pikiran yang menyenangkan, dan
tidak menyenagkan . walaupun demikian mendengarkan musik klasik tanpa mengetahui
maknanya juga tetap bermanfaat apabila mendengarkan dengan keikhlasan dan
kerendahan hati. Sebab musik klasik akan memberikan kesan positif pada hipokampus
dan amigdala sehingga menimbulkan suasana hati yang positif. Selain dengan
mendengarkan musik klasik kita juga dapat memperoleh manfaat dengan hanya
mendengarkan nya.
Hipotalamus juga dinamakan pusat stress otak karena fungsi gandanya dalam keadaan
darurat. Fungsi pertamanya mengaktifkan cabang simpatis dan sistem otonom.
Hipotalamus menghantarkan implus saraf ke nukleus-nukleus dibatang otak yang
mengendalikan fungsi sistem saraf otonom cabang simpatis saraf otonom bereaksi
langsung pada otot polos dan organ internal yang menghasilkan beberapa perubahan
tubuh seperti peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah

C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Bayi Prematur


1. Pengkajian pada Bayi Prematur
Pengkajian pada bayi prematur dilakukan dari ujung rambut hingga ujung kaki, meliputi
semua sistem pada bayi. Pengkajian diawali dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti (Proverawati &Sulistorini, 2010). Menurut
Surasmi, dkk (2003), pengakajian pada bayi prematur meliputi:
a. Pengkajian umum pada bayi
Pengkajian umum pada bayi antara lain meliputi:
1) Penimbangan berat badan.
2) Pengukuran panjang badan dan lingkar kepala.

16
3) Mendiskripsikan bentuk badan secara umum, postur saat istirahat, kelancaran
pernapasan, edema dan lokasinya.
4) Mendiskripsikan setiap kelainan yang tampak.
5) Mendiskripsikan tanda adanya penyulit seperti warna pucat, mulut yang terbuka,
menyeringai, dan lain-lain.
b. Masalah yang berkaitan dengan ibu
Masalah-masalah tersebut antara lain adalah hipertensi, toksemia, plasenta previa,
abrupsio plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi, diabetes
mellitus, status sosial ekonomi yang rendah, tiadanya perawatan sebelum kelahiran
(prenatal care), riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat-obatan,
alkohol, rokok, kafein, umur ibu yang di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun, latar
pendidikan rendah, kehamilan kembar, kelahiran prematur sebelumnya dan jarak
kehamilan yang berdekatan, infeksi seperti TORCH atau penyakit hubungan seksual
lain, golongan darah dan faktor Rh.
c. Pengkajian bayi pada saat kelahiran
Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat badan saat
kelahiran (kurang dari 2500 gram), lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada,
bayi terlihat kurus, kepala relatif lebih besar dari pada badan dan 3 cm lebih lebar
dibanding lebar dada, nilai Apgar pada 1 sampai 5.
d. Kardiovaskular
Pada bayi prematur denyut jantung rata-rata 120-160/menit pada bagian apikal
dengan ritme yang teratur, pada saat kelahiran kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian interkostal, yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri
karena hipertensi atau atelektasis paru. Pengkajian sistem kardiovaskuler dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menentukan frekuensi dan irama denyut jantung.
2) Mendengarkan suara jantung.
3) Menentukan letak jantung tempat denyut dapat didengarkan, dengan palpasi akan
diketahui perubahan intensitas suara jantung.
4) Mendiskripsikan warna kulit bayi, apakah sianosis, pucat pletora, atau ikterus.
5) Mengkaji warna kuku, mukosa, dan bibir.

17
6) Mengukur tekanan darah dan mendiskripsikan masa pengisian kapiler perifer (2-3
detik) dan perfusi perifer.
e. Gastrointestinal
Pada bayi prematur terdapat penonjolan abdomen, pengeluaran mekonium biasanya
terjadi dalam waktu 12 jam, reflek menelan dan mengisap yang lemah, tidak ada anus
dan ketidaknormalan kongenital lain. Pengkajian sistem gastrointestinal pada bayi
dapat dilakukan dengan cara sebagaiberikut:
1) Mendiskripsikan adanya distensi abdomen, pembesaran lingkaran abdomen, kulit
yang mengkilap, eritema pada dinding abdomen, terlihat gerakan peristaltik dan
kondisi umbilikus.
2) Mendiskripsikan tanda regurgitasi dan waktu yang berhubungan dengan
pemberian makan, karakter dan jumlah sisa cairan lambung.
3) Jika bayi menggunakan selang nasogastrik diskripsikan tipe selang pengisap dan
cairan yang keluar (jumlah, warna, dan pH).
4) Mendiskripsikan warna, kepekatan, dan jumlah muntahan.
5) Palpasi batas hati.
6) Mendiskripsikan warna dan kepekatan feses, dan periksa adanya darah sesuai
dengan permintaan dokter atau ada indikasi perubahan feses.
7) Mendiskripsikan suara peristaltik usus pada bayi yang sudah mendapatkan
makanan.
f. Integumen
Pada bayi prematur kulit berwarnamerah muda atau merah, kekuning-kuningan,
sianosis, atau campuran bermacam warna, sedikit vernix caseosa dengan rambut
lanugo di sekujur tubuh, kulit tampak transparan, halus dan mengkilap, edema yang
menyeluruh atau pada bagian tertentu yang terjadi padasaat kelahiran, kuku pendek
belum melewati ujung jari, rambut jarang atau bahkan tidak ada sama sekali, terdapat
petekie atau ekimosis. Pengkajian sistem integumen pada bayi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1) Menentukan setiap penyimpangan warnakulit, area kemerahan, iritasi, abrasi.
2) Menentukan tekstur dan turgor kulit apakah kering, halus, atau bernoda.

18
3) Mendiskripsikan setiap kelainan bawaan pada kulit, seperti tanda lahir, ruam, dan
lain-lain.
4) Mengukur suhu kulit dan aksila.
g. Muskuloskeletal Pada bayi prematur tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna yang masih lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak,
gerakan lemah dan tidak aktif atau letargik. Pengkajian muskuloskeletal pada bayi
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mendiskripsikan pergerakan bayi, apakah gemetar, spontan, menghentak, tingkat
aktivitas bayi dengan rangsangan berdasarkan usia kehamilan.
2) Mendiskripsikan posisi bayi apakah fleksi atau ekstensi.
3) Mendiskripsikan perubahan lingkaran kepala (kalau ada indikasi) ukuran
tegangan fontanel dan garis sutura.8.NeurologisPada bayi prematur reflek dan
gerakan pada tes neurologis tampak resisten dan gerak reflek hanya berkembang
sebagian. Reflek menelan, mengisap dan batuk masih lemah atau tidak efektif,
tidak ada atau menurunnya tanda neurologis, mata biasanya tertutup atau
mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 25-26 minggu, suhu tubuh
tidak stabil atau biasanya hipotermi, gemetar, kejang dan mata berputar-putar
yang bersifat sementara tapi bisa mengindikasikan adanya kelainan neurologis.
Pengkajian neurologis pada bayi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mengamati atau memeriksa reflek moro, mengisap, rooting, babinski, plantar,
dan refleks lainnya.
2) Menentukan respon pupil bayi.
h. Pernapasan
Pada bayi prematur jumlah pernapasan rata-rata antara 40-60 kali/menit dan
diselingi dengan periode apnea, pernapasan tidak teratur, flaring nasal melebar
(nasal melebar), terdengar dengkuran, retraksi (interkostal, suprasternal,
substernal), terdengar suara gemerisik saat bernapas. Pengkajian sistem
pernapasan pada bayi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mendiskripsikan bentuk dada simetris atau tidak, adanya luka dan
penyimpangan yang lain.

19
2) Mendiskripsikan apakah pada saat bayi bernapas menggunakan otot-otot
bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, atau subternal, retraksi
interkostal atau subklavikular.
3) Menghitung frekuensi pernapasan dan perhatikan teratur atau tidak.
4) Auskultasi suara napas, perhatikan adanya stridor, crackels, mengi, ronki
basah, pernapasan mendengkur dan keimbangan suara pernapasan.
5) Mendiskripsikan sura tangis bayi apakah keras atau merintih.
6) Mendiskripsikan pemakaian oksigen meliputi dosis, metode, tipe ventilator,
dan ukuran tabung yang digunakan.
7) Tentukan saturasi (kejenuhan) oksigen dengan menggunakan oksimetri nadi
dan sebagian tekanan oksigen dan karbondioksida melalui oksigen transkutan
(tcPO2) dan karbondioksida transkutan (tcPCO2).
i. Perkemihan
Pengkajian sistem pekemihan pada bayi dapat dilakukan dengan cara mengkaji
jumlah, warna, pH, berat jenis urine dan hasil laboratorium yang ditemukan. Pada
bayi prematur, bayi berkemih 8 jam setelah kelahirandan belum mampu untuk
melarutkan ekskresi ke dalam urine.
j. ReproduksiPada bayi perempuan klitoris menonjol dengan labiamayora yang
belum berkembang atau belum menutupi labia minora. Pada bayi laki-laki
skrotum belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil dan testis belum
turun ke dalam skrotum.12.Temuan sikapTangis bayi yang lemah, bayi tidak aktif
dan terdapat tremor.

2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Terjadi pada Bayi Prematur


Diagnosa keperawatan dibuat setelah dilakukan pengkajian. Beberapa diagnosis dapat
ditetapkan untuk semua bayi, tetapi diagnosis tertentu ditetapkan sesuai dengan hasil
pengkajian yang ditemukan (bervariasi sesuai kondisi bayi). Masalah yang lazim muncul
atau diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah sebagai berikut:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas otot-otot pernafasan dan
penurunan ekspansi paru.

20
b. Disfungsi motalitas gastrointestinal berhubungan dengan ketidakadekuatan aktivitas
peristaltik di dalam sistem gastrointestinal.
c. Resiko defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menerima nutrisi.
d. Resiko termoregulasi tidak efketif berhubungan dengan penurunan jaringan lemak
subkutan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis tidak adekuat.

21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN NEONATUS
A. IDENTITAS NEONATUS
Nama Bayi : By. Ny. R
Tanggal Lahir : 16 Januari 2020 Jam : 21.30
Jenis : Perempuan
Umur : 33 Hari
Ruang : Lily
Kelahiran : Tunggal, hidup
Tanggal MRS : 15 februari 2020 Jam : 19.30
Tanggal Pengkajian : 17 februari 2020 Jam: 17.00
Diagnosa medis : Aspirasi+Anemia,BBLR

B. IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : Ny. R Nama Ayah : Tn. S
Umur Ibu : 28 tahun Umur Ayah : 40
tahun
Pekerjaan Ibu : IRT Pekerjaan Ayah : Swasta
Pendidikan Ibu : SD Pendidikan Ayah : SMP
Agama : Islam
Alamat : Jl. D.I Panjaitan gg Belibis
Dikirim Oleh : IGD

C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN :


1. Riwayat Kehamilan
Anak ke : 1 (Satu)
Pemeriksaan antenatal : 4 kali di Klinik
Teratur/tidak teratur, sejak kehamilan : 4 minggu
Penyakit/komplikasi kehamilan : Tidak ada

22
Kebiasaan makanan ibu selama hamil : Ikan
Merokok : Tidak
Jamu : Tidak
Kebiasaan minum obat : Vitamin untuk kehamilan SF
Periksa terakhir sebelum melahirkan:
Hb 12,1 gr% Golongan Darah : B
Gula Darah 102 mg% Lain – Lain : Tidak ada
Pernah mendapat terapi : Tidak pernah Alergi obat : Tidak ada

2. Riwayat Persalinan : Persalinan pertama (sc) dikarenakan KPD

D. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan Sekarang :
a. Keluhan utama : Seluruh badan membiru
b. Riwayat penyakit Sekarang : Ny.R mengatakan sebelumnya pada hari
sabtu tanggal 15/02/2020 bayi tersedak pada saat menyusui, keesokan
harinya tanggal 16/02/2020 minggu sore seluruh badan bayi membiru
secara tiba-tiba dan sesak napas. Setelah itu bayi langsung di bawah ke
rumah sakit ruang IGD, bayi diberikan tindakan keperawatan yaitu
pemberian IVFD KAEN 4A 4 tpm, pemberian oksigen nasal kanul 1
ltr/mnt, pemberian transfusi darah PRC 14 cc dikarenakan HB 7,9 d/dL,
dan pemberian obat-obatan. Selanjutnya bayi di pindahkan diruang
perawatan Lily.
Kondisi bayi pada saat dilakukan pengkajian yaitu badan bayi sudah tidak
biru lagi, bergerak aktif, nangis kuat, masih sesak napas dan terpasang
oksigen nasal kanul 1 ltr/mnt, bayi dihangatkan didalam infart warmer
dengan terpasang infus.

2. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


Tahap Pertumbuhan
a. Berat badan lahir : 1350 gr

23
Berat badan sekarang : 1400 gr
b. Lingkar Kepala : 27 cm
Lingkar Dada : 25 cm
Lingkar Abdomen : 28 cm
Lingkar Lengan Atas : 7 cm
c. Panjang Badan : 24 cm
Tahap Perkembangan
a. Psikososial : Bayi sudah mulai mengetahui ketika ada orang
disekitarnya seperti ketika ada suara yang lebih keras bayi terlihat
kaget dan bergerak.
b. Psikoseksual : Bayi diberikan ASI melalui DOT terkadang menyusui
badan.
c. Kognitif : Bayi belum dapat mengetahui dan merasakan yang mana
orang tuanya.
Kebutuhan dasar
a Nutrisi : Bayi diberikan ASI 12 x 30 cc / 2 jam
b Eliminasi : Bayi diganti diapersnya sebanyak 3x sehari
c Istirahat tidur : Bayi tidur hampir > 16 jam setiap harinya
d Personal Hygiene : Bayi diseka 1x dalam sehari setiap jam 05.30 pagi

3. Pengkajian fisik
a. Tanda – Tanda Vital :
Nadi : 135 x/menit Suhu : 36.1 °C
Pernafasan : 67 x/menit, Tekanan Darah : Tidak dapat dikaji
CRT : < 2 detik SpO2 : 99%
GCS : E4V5M6
b. Pemeriksaan Fisik
 Kulit : Kulit kemerahan, kondisi utuh, turgor kulit tidak elastis.
 Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak terdapat lesi, benjolan,
rambut berwarnna hitam, dan kulit kepala tampak bersih.

24
 Mata : Simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
terdapat banyak rheum.
 Hidung : Simetris, tampak bersih, tidak ada polit, tidak ada lesi,
tidak ada sekret.
 Telinga : Simetris, tampak bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan,
tidak ada pengeluaran cairan.
 Mulut/Lidah : Simetris, tidak ada lesi pada lidah dan tampak bersih,
bibir tidak sianosis dan tampak lembab.
 Leher : Simetrsi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pergerakan
leher baik.
 Dada :
- Jantung (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
Inspeksi : Terdapat pulsasi
Palpasi : Teraba adanya pulsasi, tidak ada edema
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultsi : Tidak terdapat bunyi jantung tambahan
- Paru – Paru (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi):
Inspeksi : Pergerakan dinding dada sama, tidak terdapat edema, lesi
Palpasi : Retraksi dinding dada sama
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : Suara napas vesikuler dan tidak terdapat bunyi napas
tambahan
 Abdomen (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi):
Inspeksi : Tidak terdapat lesi
Palpasi : Tidak asites dan perut terasa lunak
Perkusi : Perut tidak kembung
Auskultasi : Bising usus 5 x/mnt
 Anus : Anus berada posisi sesuai anatomi.
 Genital : Labia mayora belum menutupi labia minora, uretra terpisah
dengan vagina.
 Ektremitas :

25
Tungkai dan kaki simetris. Panjang kedua kaki dan tangan ketika
diluruskan juga simetris. Kedua tungkai dapat bergerak secara bebas.
 Refleks ;
a. Sucking (menghisap) : Normal
b. Palmar Grasping (menggenggam) : Normal
c. Tonic Neck (leher) : Normal
d. Rooting (mencari) : Normal
e. Moro (kejut) : Normal
f. Babinsky : Normal
g. Gallant (punggung) : Tidak dapat dikaji
h. Swallowing (menelan) : Normal
i. Plantar Grasping (telapak kaki) : Normal

c. Down Score
Skor 0 1 2 Hasil
Frekuensi < 60 60-80 >80 0
Sianosis - Menghilang Perlu 0
dengan oksigen oksigen
40% 80%
Retraksi - Sedang Berat 1
Merintih - Minimal Jelas 1
Aliran Baik Menurun Sangat 0
udara Jelek
Down score = 2 Tidak ada gawat napas
Keterangan :
 Skor < 4 Tidak ada gawat napas
 Skor 4-7 Gawat napas
 Skor > 7 Ancaman gagal napas (pemeriksaan gas darah harus
dilakukan)
d. Kramer Test = Tidak terdapat ikterik pada bayi

26
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Grafik Nilai Rujukan Unit
HEMATOLOGI
Leukosit 10.66 ____(_*_)____ 6.00 – 18.00 10^3/µL
Eritrosit 2.50 _*_(___)____ 3.10 – 4.30 10^6/µL
Hemoglobin 7.9 13.4 – 19.8 g/dL
Hematokrit 23.2 _*_(___)____ 41.0 – 65.0 %
MCV 92.8 _*_(___)____ 81.0 – 99.0 fL
MCH 31.5 ____(_*_)____ 27.0 – 31.0 pg
MCHC 33.9 ____(_*_)____ 33.0 – 37.0 g/dL
PLT 136 _*_(___)____ 150 – 450 10^3/µL
RDW-SD 51.3 ____(_*_)____ 35.0 – 47.0 fL
RDW-CV 15.6 ____(_*_)____ 11.5 – 14.5 %
PDW 16.5 ____(_*_)____ 9.0 – 13.0 fL
MPV 10.1 ____(___)_*_ 7.2 – 11.1 fL
P-LCR 29 ____(_*_)____ 15 – 25 %
PCT 0.14 ____(_*_)____ 0.15 – 0.40 %
Neutrofil# 2.7 ____(_*_)____ 1.5 – 7.0 10^3/µL
Neutrofil% 25 ____(_*_)____ 40 – 74 %
Limfosit# 6.64 ____(_*_)____ 1.00 – 3.70 10^3/µL
Limfosit% 62 ____(_*_)____ 19 – 48 %
Monosit# 1.26 ____(_*_)____ 0.16 – 1.00 10^3/µL
Monosit% 12 ____(_*_)____ 3–9 %
Esonofil# 0.05 ____(___)_*_ 0.00 – 0.80 10^3/µL
Esoinofil% 1 ____(_*_)____ 0–7 %
Basofil# 0.0 ____(_*_)____ 0.0 – 0.2 10^3/µL
Basofil% 0 ____(_*_)____ 0–1 %
____(_*_)____

F. TERAPI:
- Ampicilin 2x70 mg IV
- Gentamicin 10x1, 75 mg iv
- KN4A 240 cc 10 tpm/24jam
- Oksigen kanul nasal 1 ltr/mnt

Analisa Data
27
No Data Penunjang Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan
1 Ds : - Hambatan upaya napas Pola napas tidak efektif
(kelemahan otot pernafasan).
Do :
 Bayi sesak nafas rr
56x/Menit
 Terpasang o2 nasal
kanul l/jam.

2 Ds : - Berat badan lahir rendah Risiko hipotermia

Do :
 Bayi dihangatkan
didalam infart
warmer.
 Bayi lahir usia 35
minggu
 Suhu 36,1 C
 Bayi tampak
menangis
 Bayi bergerak
cukup aktif

Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas (kelemahan otot pernafasan).
2. Risiko hipotermia b.d Berat badan lahir rendah

Rencana Keperawatan

28
No SDKI SLKI SIKI
1 Pola napas tidak efektif Pola napas Pemantauan respirasai
b.d Hambatan upaya
napas (kelemahan otot Difinisi : Difinisi :
pernafasan) dibuktikan Inspirasi dan/atau Mengumpulkan dan menganalisa
dengan pengunana otot ekspirasi yang tidak data untuk memastikan kepatenan
bantu pernafasan dan pola memberikan ventilasi jalan napas dan keefektifan
napas abnormal ( mis, adekuat. pertukaran gas.
takipnea). Setelah dilakukan
tindakan keperawatan Tindakan :
D.0005 3x24 jam diharapkan Observasi :
pasien dapat memenuhi 1.1 monitori frekuensi, irama,
Kategiri : Fisikologis kriteria hasil sebagai kedalamam, upaya napas
berikut : 2.1 monitori pola napas (seperti
Subkategori : Respirasi bradikardi, takipnea, hiperventilasi,
1.1 penggunaan otot bantu kussmaul, cheyne-stokes, biot,
Difinisi : (4) ataksik)
Inspirasi dan/atau keterangan : 3.1 monitori satu rasi oksigen
ekspirasi yang tidak 1. meningkat Trapeutik:
memberikan ventilasi 2. cukup meningkat 4.1 atur intervensi pemantauan
adekuat. 3. sedang respirasi sesuai kondisi pasien
4. cukup menurun Edukasi :
5. menurun 5.1 informasikan hasil pemantauan
jika perlu.
1.2 frekuensi napas (4)
1.3 kedalkaman napas (4)
keterangan :
1. memburuk
2. cukup memburuk
3. sedang
4. cukup membaik
5. membaik
2 Risiko hipotermia Termoregulasi Manajemen hipotermia
dibuktikan dengan Berat
badan lahir rendah Difinisi : Difinisi :
Pengaturan suhu tubuh Mengidentifikasi dan mengelola
D.0140 agar tetap berada pada suhu tubuh di bawah rentang
rentang normal. normal.
Kategori : Lingkungan Selama dilakukan
tindakan keperawatan Tindakan :
Subkategori: keamanan 3x24 jam diharapkan Observasi ;
dan proteksi termoregulasi cukup 2.1 Monitori suhu tubuh
membaik dengan kriteria 2.2 Identifikasipenyebab hipotermia
hasil sebagai berikut : (mis,. Terpapar suhu lingkungan
Difinisi : rendah, pakaian tipis, kerusakan
Berisiko mengalami 2.1 Menggigil (4) hipotalamus, penurunan laju

29
kegagalan termoregulasi 2.2 Kulit merah (4) metabolism, kekurangan lemak
yang dapat mengakibatkan 2.3 Ppucat (4) subkutan.
suhu tubuh berada 2.3 Monitori tanda dan gejala
dibawah rentang normal. Keterangan hiportermia (hiportermia ringan :
1. Meningkat takopnea, disartria, menggigil,
2. Cukup meningkat hipertensi, diuresis; hipotermia
3. Sedang sedang : aritmia, hipotensi,apatis,
4. Cukup menurun koagulopati, reflex menurun;
5. Menurun hipotermia berat: oliguria,reflex
menghilang edema paru, asam basa
2.4 Suhu tubuh (4) abnormal).
2.5 Suhu kulit (4)
Terapeutik :
Keterangan : 2.4 sediakan lingkungan yang
1. Memcuruk hanagat (mis, inkobator)
2. Cukup memburuk
3. Sedang Edukasi :
4. Cukup membaik 2.5 anjurkan makan/minum hangat.
5. membaik

CATATAN PERKEMBANGAN

30
Hari/Tgl No.Dx DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
Senin, 1 Pola napas tidak Pemantauan respirasi S:-
1.1 Memonitori frekuensi,
17/02/202 efektif O : Pasien masih tampak
irama, kedalamam, upaya
0 napas sesak, RR 56x/mnt,
2.1 Memonitori pola napas
masih terpasang oksigen
(seperti bradikardi,
takipnea, hiperventilasi, 1 ltr/mnt
kussmaul, cheyne-stokes,
A : Masalah pola napas
biot, ataksik)
3.1 Memonitori satu rasi tidak efektif belum
oksigen
terartasi
4.1 Mengatur intervensi
pemantauan respirasi P : Lanjutkan intervensi
sesuai kondisi pasien
1.1 Memonitori
5.1 Menginformasikan
frekuensi, irama,
hasil pemantauan jika perlu
kedalamam, upaya napas
2.1 Memonitori pola
napas (seperti bradikardi,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes,
biot, ataksik)
3.1 Memonitori satu rasi
oksigen
2 Resiko Manajemen hipotermia S:-
2.1 Memonitori suhu tubuh
Hipotermia O : Bayi masih
2.2 Mengidentifikasi
penyebab hipotermia dihangatkan dalam infart
(mis,. Terpapar suhu
warmer
lingkungan rendah, pakaian
tipis, kerusakan A : Masalah Resiko
hipotalamus, penurunan
Hipotermia belum
laju metabolism,
kekurangan lemak teratasi
subkutan.
P : Lanjutkan intervensi
2.3 Memonitori tanda dan
gejala hiportermia 2.1 Memonitori suhu
(hiportermia ringan : tubuh
takopnea, disartria, 2.2 Mengidentifikasi
menggigil, hipertensi, penyebab hipotermia
diuresis; hipotermia (mis,. Terpapar suhu
sedang:aritmia, lingkungan rendah,
hipotensi,apatis, pakaian tipis, kerusakan
koagulopati, reflex hipotalamus, penurunan
menurun; hipotermia berat: laju metabolism,
oliguria,reflex menghilang kekurangan lemak

31
edema paru, asam basa subkutan.
abnormal). 2.3 Memonitori tanda
2.4 Menyediakan dan gejala hiportermia
lingkungan yang hanagat (hiportermia ringan :
(mis, inkobator) takopnea, disartria,
2.5 anjurkan makan/minum menggigil, hipertensi,
diuresis; hipotermia
hangat.
sedang:aritmia,
hipotensi,apatis,
koagulopati, reflex
menurun; hipotermia
berat: oliguria,reflex
menghilang edema paru,
asam basa abnormal).
2.4 Menyediakan
lingkungan yang hanagat
(mis, inkobator)
Selasa, 1 Pola napas tidak Pemantaun Respirasi S:-
1.1 Memonitori frekuensi,
18/02/202 efektif O : Sesak berkurang, RR
irama, kedalamam, upaya
0 napas 40x/mnt, oksigen
2.1 Memonitori pola napas
dilepas.
(seperti bradikardi,
takipnea, hiperventilasi, A : Masalah pola napas
kussmaul, cheyne-stokes,
tidak efektif terartasi
biot, ataksik)
3.1 Memonitori satu rasi sebagian
oksigen P : Lanjutkan intervensi
1.1 Memonitori
frekuensi, irama,
kedalamam, upaya napas
2.1 Memonitori pola
napas (seperti bradikardi,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes,
biot, ataksik)
3.1 Memonitori satu rasi
oksigen
2 Resiko Manajemen Hipotermia S:-
2.1 Memonitori suhu tubuh
Hipotermia O : Bayi masih
2.2 Mengidentifikasi
penyebab hipotermia dihangatkan dalam infart
(mis,. Terpapar suhu
warmer dan sudah bisa
lingkungan rendah, pakaian
tipis, kerusakan sesekali dikeluarkan

32
hipotalamus, penurunan untuk disusui
laju metabolism,
A : Masalah Resiko
kekurangan lemak
subkutan. Hipotermia teratasi
2.3 Memonitori tanda dan
sebagian
gejala hiportermia
(hiportermia ringan : P : Lanjutkan intervensi
takopnea, disartria,
2.1 Memonitori suhu
menggigil, hipertensi,
tubuh
diuresis; hipotermia
2.4 Menyediakan
sedang:aritmia,
hipotensi,apatis, lingkungan yang hanagat
koagulopati, reflex
(mis, inkobator)
menurun; hipotermia berat:
oliguria,reflex menghilang
edema paru, asam basa
abnormal).
2.4 Menyediakan
lingkungan yang hanagat
(mis, inkobator)
Rabu 1 Pola napas tidak Pemantaun Respirasi S:-
1.1 Memonitori frekuensi,
19/02/202 efektif O : Pasien bernapas
irama, kedalamam, upaya
0 napas spontan, RR 35x/mnt.
2.1 Memonitori pola napas
A : Masalah pola napas
(seperti bradikardi,
takipnea, hiperventilasi, tidak efektif terartasi
kussmaul, cheyne-stokes,
P : Hentikan intervensi
biot, ataksik)
3.1 Memonitori satu rasi
oksigen
2 Resiko Manajemen Hipotermia S:-
2.1 Memonitori suhu tubuh
Hioptermia O : Bayi di keluarkan
2.4 Menyediakan
dari infart warmer dan
lingkungan yang hanagat
pasien pulang
(mis, inkobator)
A : Masalah Resiko
Hipotermia teratasi
P : Hentikan intervensi

33
BAB IV

ANALISIS JURNAL

A. Jurnal dalam penelitian


Judul : Efektivitas Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Suhu
Tubuh Bayi Prematur di Ruang Peritonologi
Nama Author : Nila Kusumawati
Tahun : 2017
Penerbit : Jurnal Kesehatan Masyarakat
Tempat : RSUD Bengkinang

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas terapi musik klasik


mozart terhadap suhu tubuh bayi premature. Musik menghasilkan rangsangan
ritmis yang kemudian ditangkap melalui organ pendengaran dan diolah di dalam
sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang selanjutnya mereorganisasi
interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarannya. Ritme internal ini
mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung lebih
baik. Tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan sendiri yang lebih baik
dan tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit
apabila metabolisme cukup baik pula. Musik Mozart memiliki kemurnian dan
kesederhanaan serta memiliki nilai seni yang tinggi. Selain itu, musik mozart
memiliki irama, melodi dan frekuensi-frekuensi tinggi sehingga mampu
merangsang otak.
Hasil
Hasil perhitungan uji t independent sesudah diberi terapi musik klasik Mozart
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapatkan nilai thitung
-12.296 dengan nilai signifikasi 0.000, oleh karena probabilitas < 0,05 sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan suhu badan bayi
prematur sesudah diberi terapi musik klasik Mozart dibandingkan dengan yang
tidak diberikan terapi musik klasik Mozart.

Kesimpulan

1
Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas terapi musik klasik
Mozart terhadap suhu tubuh bayi prematur di ruang Perinatologi RSUD
Bangkinang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan suhu tubuh bayi prematur sebelum dan
sesudah pada kelompok eksperimen.
2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan suhu tubuh bayi prematur sebelum
dan sesudah pada kelompok kontrol.

Analisis Jurnal
NO KOMPONE ISI KRITIS SEBAIKNYA
N
1 Latar Jumlah kelahiran Pada latar Dalam
Belakang prematur meningkat di belakang penulisan
hampir semua negara di penelitian ini sistematika
dunia, hal ini disebabkan telah dijelaskan pembuatan latar
karena gaya hidup yang mengenai belang harus
kurang baik dari ibu masalah dan mencantumkan
hamil serta karena faktor dampak, angka 5 komponen
ibu, faktor kehamilan kejadian dan yaitu
dan faktor janin yang peneltian- 1. Introduction
menjadi penyebab peneltian yaitu
terjadinya kelahiran terkait namun penjabaran
premature juga tidak dijelaskan melalui
meningkat pertahunnya. hal yang dapat masalah
Bayi lahir prematur menurunkan yang
sebagian besar organ suhu tubuh diangkat
tubuhnya belum dapat selain dari dalam hal ini
berfungsi secara terapi musik adalah
sempurna, karena atau terapi yang stroke,
kelahirannya masih dini. dapat akupresur,
Masalah yang sering dikombinasikan kekuatan
terjadi pada bayi dengan terapi otot, dan
prematur adalah music klasik rentang
ketidakstabilan suhu gerak pasien
(hipotermi), 2. Skala yaitu
ketidakstabilan berat besaran
badan, sindrom aspirasi, masalah
hipoglikemi, alasan
hiperbilirubin dan lain- penelitian

2
lain bahwa
Musik menghasilkan masalah
rangsangan ritmis yang yang diteliti
kemudian ditangkap merupakan
melalui organ masalah
pendengaran dan diolah yang besar
di dalam sistem saraf dan
tubuh dan kelenjar pada memberikan
otak yang selanjutnya dampak
mereorganisasi besar pada
interpretasi bunyi ke pasien.
dalam ritme internal Selain itu
pendengarannya. Ritme prevalensi
internal ini kejadian
mempengaruhi masalah
metabolisme tubuh yang sering
manusia sehingga terjadi
prosesnya berlangsung sehingga
lebih baik. Tubuh akan dapat
mampu membangun menjadikan
sistem kekebalan sendiri dasar
yang lebih baik dan pengakatan
tubuh menjadi lebih kasus
tangguh terhadap 3. Dampak
kemungkinan serangan Yaitu
penyakit apabila dampak atau
metabolisme cukup baik masalah
yang terjadi
dari akibat
suatu
penyakit
yang
menyertai
4. Elaborasi
yaitu
menuliskan
berbagai
penelitian
yang sudah
dilakukan
tujuanya
adalah

3
memberi
gambaran
yang sudah
diteliti dan
identifikasi
tindakan
yang belum
diteliti.
5. Kesenjanga
n adalah
konsekuensi
dari bagian
elaborasi
atas dasar
dari
kesenjangan
maka
konsekuensi
inilah yang
diangkat
dalam
penelitrian
(Sugiyono
2010)

2 Tujuan Penelitian ini bertujuan Dalam Tujuan


untuk mengidentifikasi penelitian ini umumnya
efektivitas terapi musik tidak dijelaskan meliputi jangka
klasik mozart terhadap tujuan pendek dan
suhu tubuh bayi penelitian jangka panjang
premature di ruang jangka pemdek agar
peritonologi RSUD maupun jangka penerepanya
Bengkinang panjang dapat dilakukan
dengan optimal
3 Manfaat Menurunkan suhu tubuh Dari penelitian Faktor lain yang
pada bayi premature ini memiliki dapat
diruang peritonologi manfaat memperberat
RSUD Bengkinang sebagai terapi dapat
komplementer ditambhkan
dalam untuk

4
menurunkan mengurangi
suhu tubuh bias hasil
namun harus penelitian
memperhatikan
faktor lain yang
mungkin juga
mempengaruhi
suhu tubuh
4 Metode Penelitian ini bersifat Pada metode Sebaiknya
eksperimental dengan tidak dijelaskan kriteria subjek
desain penelitian secara spesifik dijelaskan
eksperimen semu (Quasi mengenai secara spesisfik
experiment) kriteria inklusi dalam
menggunakan jenis dan ekslusi penelitian
rancangan Non- sampel
Randomized Control penelitian
Group Pretest-Posttest
Design.
Populasi dalam
penelitian ini adalah
semua bayi prematur di
ruang Perinatologi
RSUD Bangkinang.
Sampel penelitian ini
berjumlah 30 sampel (15
untuk kelompok kontrol
dan 15 untuk kelompok
eksperimen).
Teknik pengambilan
sampel yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah purposive
sampling yaitu teknik
pengambilan sampel
secara sengaja.

BAB V

5
PEMBAHASAN

A. Hubungan terapi music Mozart terhadap perubahan suhu tubuh pada


bayi lahir prematur
Saat ini jumlah kelahiran prematur meningkat di hampir semua negara di
dunia, hal ini disebabkan karena gaya hidup yang kurang baik dari ibu hamil
serta karena faktor ibu, faktor kehamilan dan faktor janin yang menjadi
penyebab terjadinya kelahiran premature juga meningkat pertahunnya. Setiap
tahunnya di seluruh dunia lahir sekitar 15 juta bayi prematur, artinya terdapat
lebih dari satu kelahiran prematur diantara 10 kelahiran normal. Semua Bayi
Baru Lahir (BBL) rentan mengalami gangguan, terlebih lagi bayi prematur.
Banyak dari mereka memerlukan perawatan khusus agar tetap dapat hidup.
Masalah yang sering terjadi pada bayi prematur adalah ketidakstabilan
suhu (hipotermi), ketidakstabilan berat badan, sindrom aspirasi, hipoglikemi,
hiperbilirubin dan lain-lain (Bobak dkk, 2005). Maka perlu dilakukan
perawatan khusus untuk membantu bayi prematur dalam merangsang
perkembangan fisiologisnya, misalnya dengan memberikan terapi
keperawatan. Terapi musik memberikan berbagai manfaat yang diantaranya
adalah mampu mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan
koordinasi tubuh, mampu menutupi bunyi dan perasaan tidak menyenangkan,
mampu memperlambat dan menyeimbangkan gelombang dalam otak,
mempengaruhi pernapasan, mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan
darah manusia, bisa mempengaruhi suhu tubuh manusia, bisa merangsang
pencernaan, bisa meningkatkan daya tahan tubuh manusia, bisa meningkatkan
endorfin. konsep musik yang bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan.
Salah satu alasannya karena musik menghasilkan rangsangan ritmis yang
kemudian ditangkap melalui organ pendengaran dan diolah di dalam sistem
saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang selanjutnya mereorganisasi
interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarannya. Ritme internal ini
mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung
lebih baik. Tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan sendiri yang
lebih baik dan tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan

6
penyakit apabila metabolisme cukup baik pula. Oleh karena itu, perubahan
pada gelombang otak dapat mempengaruhi perubahan dalam fungsi tubuh
lainnya. Musik klasik Mozart memiliki kemurnian dan kesederhanaan serta
memiliki nilai seni yang tinggi. Selain itu, musik mozart memiliki irama,
melodi dan frekuensi-frekuensi tinggi sehingga mampu merangsang otak.

B. HASIL PENGUKURAN SUHU TUBUH SETELAH DAN SEBELUM


INTERVENSI

Pemberian Senin Jam Selasa Jam Rabu Jam


Dinas pagi Sebelum 36,1 09.00 36,5 09.00 36,8 09.00
Setelah 36,5 10.00 36,9 10.00 37,2 10.00
Dinas Sebelum 35,8 16.00 36,9 16.00 37,0 16.00
siang Setelah 36,2 17.00 37,4 17.00 37,4 17.00
Dinas Sebelum 36,0 23.00 36,8 23.00 37,1 23.00
malam Setelah 36,8 24.00 37,2 24.00 37,5 24.00

7
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah yang sering terjadi pada bayi prematur adalah ketidakstabilan suhu,
ketidakstabilan berat badan, sindrom aspirasi, hipoglikemi, hiperbilirubin dan
lain-lain. Maka perlu dilakukan perawatan khusus untuk membantu bayi
prematur dalam merangsang perkembangan fisiologisnya, misalnya dengan
memberikan terapi keperawatan.
Dari hasil pengkajian di ruangan pada bayi prematur maka diagnosa
keperawatan yang dapat muncul yaitu
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas otot-
ototpernafasan dan penurunan ekspansi paru.
b. Disfungsi motalitas gastrointestinal berhubungan dengan ketidakadekuatan
aktivitas peristaltik di dalam sistem gastrointestinal.
c. Resiko defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menerima nutrisi.
d. Resiko termoregulasi tidak efketif berhubungan dengan penurunan
jaringan lemak subkutan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis tidak adekuat.
Maka intervensi yang diberikan yaitu terapi musik klasik. Konsep
musik yang bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan. Salah satu
alasannya karena musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian
ditangkap melalui organ pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh
dan kelenjar pada otak yang selanjutnya mereorganisasi interpretasi bunyi ke
dalam ritme internal pendengarannya. Ritme internal ini mempengaruhi
metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung lebih baik.
Tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan sendiri yang lebih baik
dan tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit
apabila metabolisme cukup baik

8
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta.EGC

Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta.EGC

Prawiroharjo, Sarwono.2003.IlmuKebidanan.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo. Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan


ed.4 vo1. Jakarta.EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Edisi 1 cetakan III. Jakarta:2017.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi
1 cetakan II, Jakarta:2019.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi 1 cetakan II, Jakarta:2019.

Anda mungkin juga menyukai