Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MATA KULIAH EVIDENCE BASED IN MIDWIFERY

“ Konsep Dasar Evidance Based In Midwifery”

Dosen Pengampu :

Dr. Finta Isti Kundarti, M.Keb.

Disusun Oleh :

Eka Ainina (P17321193056)


Wena Dyah (P17321193059)
Anggun Novita Sari (P17321194066)
Eka Rizky Ferdiyanti (P17321194070)
Hanun Affanin (P17321194071)
Galuh Ajeng A.K (P17321194075)
Angelika Vanindya W. (P17321194077)
Fernanda Elga A. (P17321194080)
Maulia Zamsyah (P17321194083)
Aulia Dian N.R (P17321194086)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti- nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga
mengucapakan terimakasih kepada teman-teman yang telah memberikan masukan baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Kami telah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................................3

BAB II...................................................................................................................................................4

PEMBAHASAN...................................................................................................................................4

2.1 Pengertian Evidance Based In Midwifery....................................................................................4

2.2 Tujuan Evidance Based In Midwifery.........................................................................................4

2.3 Manfaat Evidance Based In Midwifery.......................................................................................5

2.4 Kategori Evidance Based In Midwifery.......................................................................................6

2.5 Sumber Evidance Based In Midwifery........................................................................................7

2.6 Ciri-ciri Evidance Based In Midwifery........................................................................................7

2.7 Prinsip Evidance Based In Midwifery.........................................................................................8

2.8 Langkah-langkah Evidance Based In Midwifery.......................................................................12

2.9 Perkembangan Keilmuan Evidance Based In Midwifery...........................................................20

BAB III................................................................................................................................................24

PENUTUP...........................................................................................................................................24

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, dan
kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan
adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI
dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat
reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan
dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian
perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan
kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di
lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal
tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk
memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat
menyeluruh dan lebih bermutu.
Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa
dapat dijabarkan bahwa :
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi
setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %,
infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi
setiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia
neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %,
trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.

Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa :

1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama
sangat  dibutuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan
hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak
anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.

1
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan
sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(NKKBS).
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan
kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan
kesehatan modern.

Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami


sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang
sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang
menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence
based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai
dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan
kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan
menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
perinatal.

Evidance based in midwifery adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada


secara bersungguh-sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan
dalam penanganan pasien perseorang (Sackett, 1997). Evidence Based Midwifery
(EBM) ini sangat penting perannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya
EBM maka dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak diperlukan atau tidak
bermanfaat bahkan merugikan pasien, terutama pada proses persalinan yang
diharapkan berjalan dengan lancer dan aman sehingga dapat menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian evidance based in midwifery
2. Tujuan evidence based in midwifery
3. Manfaat evidence based in midwifery
4. Kategori evidence based in midwifery
5. Sumber evidence based in midwifery
6. Ciri-ciri evidence based in midwifery
7. Prinsip evidence based in midwifery

2
8. Langkah-langkah evidence based in midwifery
9. Perkembangan keilmuan evidence based in midwifery

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian evidance based in midwifery
2. Untuk mengetahui tujuan evidence based in midwifery
3. Untuk mengetahui manfaat evidence based in midwifery
4. Untuk mengetahui kategori evidence based in midwifery
5. Untuk mengetahui sumber evidence based in midwifery
6. Untuk mengetahui ciri-ciri evidence based in midwifery
7. Untuk mengetahui prinsip evidence based in midwifery
8. Untuk mengetahui langkah-langkah evidence based in midwifery
9. Untuk mengetahui perkembangan keilmuan evidence based in midwifery

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evidance Based In Midwifery


Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering
mendengar tentang evidence based. Ilmu kebidanan berkembang sangat pesat, Evidance
based artinya berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan
semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti
ilmiah terkini yang bisa di pertanggungjawabkan.
Evidance based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti
dari penelitian yang bisa di pertanggungjawabkan. Praktik kebidanan sekarang lebih
didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktis terbaik dari para
praktisi dari seluruh penjuru dunia. Tidak semua Evidance based Midwifery dapat
langsung di aplikasikan oleh semua profesional kebidanan di dunia. Oleh karena itu bukti
ilmiah tersebut harus di telaah terlebih dahulu, mempertimbangkan manfaat dan kerugian
serta kondisi setempat seperti budaya, kebijakan dan lain sebagainya. Sebagai contoh,
jika sebelumnya diyakini bahwa episiotomi merupakan salah satu prosedur rutin
persalinan khusunya pada primigravida, saat ini keyakinan itu digugurkan oleh temuan
yang menunjukkan bahwa episiotomi secara rutin jusru sering menimbulkan berbagai
permasalahan yang kadang justru lebih merugikan bagi quality of life pasien.

2.2 Tujuan Evidance Based In Midwifery


Implementasi Praktik berbasis bukti mempunyai maksud untuk memberikan respon
terbaik dan menambah derajat asuhan kebidanan.
Dalam rutinitas harian tenaga pelayanan Kesehatan profesional baik bidan maupun
perawat, farmasi serta tenaga kesehatan professional lainnya sering memilih respon dari
persoalan yang muncul pada waktu menetapkan pemberian treatment yang paling baik
bagi pasien, contoh : ibu post SC akan bertanya tentang teknik pernapasan relaksasi itu
apa lebih baik guna mengurangi kecemasan dibandingkan aromaterapi? Kemudian apa
metode relaksasi kian efektif apabila disbanding metode distraksi guna mengatasi
kesakitan ibu pada waktu inpartu.
Berdasarkan pada evidence based, pendekatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan
guna memperoleh data yang paling baik sebagai respon dari persoalan dalam klinis
praktikum kebidanan yang berguna untuk menambah taraf perawatan pada ibu/pasien.

4
Dalam mengintegrasikan Evidence Based Practice ke dalam sebuah kurikulum
pendidikan kebidanan sangat penting. Dimana tujuan utama mengajarkan Evidence
Based Practice dalam pendidikan kebidanan adalah menyiapkan bidan yang profesional
dan memiliki kemampuan untuk memberikan sebuah pelayanan kebidanan yang
mempunyai kualitas yang di dasarkan dari evidence based.
Pentingnya untuk melaksanakan Sebuah Evidence Based Practice di bidang
pendidikan maupun di institusi Pendidikan adalah sebuah cikal bakal atau merupakan
pondasi utama terbentuknya bidan professional yang memerlukan strategi untuk dapat
meningkatkan keahlian, ketrampilan dan pengetahuan serta pemahaman yang bertahap
terhadap kasus nyata yang terjadi di lapangan atau masyarakat.
Namun untuk mampu mengintegrasikan evidence based dan evidence based mampu
di implementasikan ke dalam praktik kesehatan terutama praktik kebidanan, terdapat hal-
hal yang banyak perlu menjadi perhatian dan dipertimbangkan oleh bidan dengan
memiliki sikap profesional adalah apa bukti paling baru memiliki rancangan berkaitan
situasi serta keadaan di lapangan dan apakah dalam pelaksanaan evidence based, terdapat
faktor yang mungkin menjadi sebuah hambatan dan seberapa besar pengeluaran yang
harus dibayar, yang mungkin perlu untuk disiapkan seperti misalnya dari kebijakan
pemimpin institusi, institusi kebidanan dan sumber daya yang kompeten dalam
penerapan EBP dan mendalami Evidence Based Practice, sehingga tidak semuanya dapat
menerapkan evidence dalam menghasilkan sebuah kesimpulan atau mengubah sebuah
praktik kesehatan.

2.3 Manfaat Evidance Based In Midwifery


Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaan yang sistematik, ilmiah dan
eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang asuhan
pasien secara individu. Hal ini menghasilkan asuhan yang efektif dan tidak selalu
melakukan intervensi. Kajian ulang intervensi secara historis memunculkan asumsi
bahwa sebagian besar komplikasi obstetri yang mengancam jiwa bisa diprediksi atau
dicegah. Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai
rutinitas sebab tes-tes rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat
membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus
melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti
ilmiah. 

5
Asuhan yang dilakukan dituntut tanggap terhadap fakta yang terjadi, menyesuaikan
dengan keadaan atau kondisi pasien dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan
pasien dengan mengikuti prosedur yang sesuai dengan evidence based asuhan kebidanan,
yang tentu saja berdasar kepada hal-hal yang sudah dibahas sebelumnya, yaitu : standar
asuhan kebidanan, standar pelayanan kebidanan, kewenangan bidan komunitas, fungsi
utama bidan bagi masyarakat. Fungsi utama profesi kebidanan, ruang lingkup asuhan
yang diberikan. 
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based
tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu hamil dan
risiko-risiko yang di alami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga
untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:
1. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti
ilmiah
2. Meningkatkan kompetensi (kognitif)
3. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan
asuhan yang bermutu
4. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Manfaat Evidance Based Practice untuk bidan :
1. Peningkatan kepuasan kerja
2. Pemberdayaan
3. Peningkatan keterampilan untuk mengintegrasikan preferensi pasien ke dalam
praktik
4. Dukungan untuk pertumbuhan profesional
5. Pengembangan karir berkelanjutan melalui peran ahli.

2.4 Kategori Evidance Based In Midwifery


1. Evidence Based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan berdasarkan
bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan obat baru yang
dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu beberapa bulan
setelah obat tersebut dipasarkan , karena di populasi terbukti memberikan efek
samping yang berat pada sebagian penggunanya.

6
2. Evidence Based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan
dan kedokteran (Clinical Governance) suatu tantangan profesi kesehatan dan
kedokteran di masa mendatang
3. Evidence Based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan
bukri dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
4. Evidence Based Report merupakan bentuk penulisan laporan kasus yang baru
berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan pada
semua tahapan penatalaksanaan pasien.

2.5 Sumber Evidance Based In Midwifery


Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet maupun
berlangganan baik hardcopy seperti majalah, buletin, atau CD. Situs internet yang ada
dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula yang public domain. Situs ang
dapat di akses secara grtais (open acsess) seperti:
1. Midwifery Today: http://www.midwiferytoday.com/articlesmidwfestouc.asp
2. International Breastfeeding Jornal
http://internationalbreastfeedingjournal.com/content
3. Comfort in Labor
http://Childbirthconnection.org
4. Journal of Advance Research in biological Sciences
http://www.ejmanager.com/mnstemps/86/861363938342.pdf?t=1370044205
5. American journal of Obstetric and Gynecology
http://ajcn.nutrition.org/
6. American Journal of Clinical Nutrition
http://ajcn.nutrition.org/
7. American Journal of Nursing: Error! Hyperlink reference not valid.
8. Journal of Adolescent Health
http://jahonline.org/article/S1054-139X(04)00190-9/abstract

2.6 Ciri-ciri Evidance Based In Midwifery


Timmermans dan Angell (2001) menunjukkan bahwa pertimbangan klinis
berbasis bukti memiliki lima ciri penting :
1. Terdiri atas bukti penelitian dan pengalaman klinis

7
2. Ada ketrampilan yang dilibatkan dalam membaca literature yang memerlukan
kemampuan untuk mensintesakan informasi dan membuat pertimbangan
mengenai kualitas bukti – bukti yang ada
3. Cara penggunaan informasi merupakan fungsi tingkat otoritas praktis di suatu
organisasi dan tingkat keyakinannya terhadap keefektifan informasi yang
digunakan
4. Bagian dari penggunaan Evidence Based Practice adalah kemampuan
mengevaluasi secara mandiri informasi yang digunakan dan menguji validitasnya
dalam konteks praktis masing – masing
5. Pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang perilaku dan
peran professional dan terutama dipedomani oleh suatu sistem nilai bersama

2.7 Prinsip Evidance Based In Midwifery


Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan program
kebijakan asuhan kehamilan sebagai berikut:
1. Kunjungan ANC minimal 4 kali Kunjungan
a. Trimester I
Waktu kunjungan : sebelum empat minggu
Alasan perlu kunjungan :
1) Mendeteksi masalah yang dapat ditanagni sebelum membahayakan
jiwa.
2) Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, dan kebiasaan
tradisional yang berbahaya.
3) Membangun hubungan saling percaya
4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan mengahdapi komplikasi
5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga,istirahat, seks,
dll).
b. Trimester II
Waktu kunungan : 14-28 minggu
Alasan perlu kunjungan :Sama sengan trimester I, ditambah kewaspadaan
khusus terhadap hipertesi kehamilan (deteksi gejala pre-eklampsi, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, proteinuria).
c. Trimester III
Waktu kunjungan :

8
1) 28-36 minggu
2) 36 minggu
Alasan perlu kunjungan :
1) Sama dengan trimester sebelumnya ditambah deteksi kehamilan ganda
2) Sama dengan trimester sebelumnya, ditambah kelainan letak atau
kondisi yang memerlukan persalinan di rumah sakit
d. Pemberian suplemen mikronutrien
Tablet yang mengandung FeSO4, 320 mg (setara dengan zat besi 60
mg) dan asam folat 500 gr. Sebanyak 1 tablet per hari segera setelah rasa mual
hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu hamil harus dinasehati agar
tidak meminumnya bersama dengan teh/ kopi agar tidak mengganggu
penyerapannya. Berdasarkan penelitian yang ada, suplemen mikronutrien
berguna untuk mengurangi angka kesakitan ( morbiditas) dan kematian
(mortalitas) ibu hamil secara langsung yakni dengan mengobati penyakit pada
kehamilan atau secara tidak langsung dengan menurunkan risiko komplikasi
saat kehamilan dan persalinan.
e. Imunisasi TT 0,5 cc
Imunisasi adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
untuk pencegahan ter hadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman
tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
f. 10T dalam pemeriksaan kehamilan dan 4 Terlalu Pada pemeriksaan kehamilan
bidan wajib memeriksa dan memberikan 10 T yaitu:
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Tablet Fe c. Tekanan darah
3) Tetanus Toksoid (suntik TT)
4) Tentukan status gizi (mengukur LILA)
5) Tinggi Fundus Uteri
6) Tentukan presentasi Janin dan DJJ
7) Temu wicara Tes PMS
8) Tes Laboratorium
Bidan juga harus melakukan konseling pada saat kehamilan atau
mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya 4 terlalu,
yaitu
 Terlalu muda
9
Dimana ibu hamil dengan usia terlalu tua atau kurang dari 20 tahun
 Terlalu sering hamil
Ibu yang hamil dengan jarak tiap anak kurang dari 2 tahun.
 Terlalu banyak anak
Ibu hamil dengan jumlah anak lebih dari 4 anak.
 Terlalu tua hamil
Ibu hamil dengan usia saat kehamilan lebih dari 35 tahun.
g. Perkiraan hemoglobin pada kehamilan
Dalam kehamilan normal akan terjadi penurunan kadar hemoglobin.
Kadar Hb terendah terjadi sekitar pada umur kehamilan 30 minggu. Oleh
karena itu pemeriksaan Hb harus dilakukan pada kehamilan dini untuk melihat
data awal, lalu diulang pada sekitar 30 minggu. Untuk saat ini anemia dalam
kehamilan di Indonesia ditetapkan dengan kadar Hb <118%.Pada Trimester
dan III atau Hb <10,5g% pada trimester II.
Apabila hanya terjadi anemia ringan, sebab yang paling sering adalah
difisiensi zat besi dan dapat diobati secara efektif dengan suplementasi besi 60
mg/han elemental besi dan 50µg asam folat untuk profilaksi anemia. Program
Kemenkes RI memberikan 90 tablet bsi selama 3 bulan. Semua ibu hamil yang
dapat suplementasi besi harus menghindari tembakau, teh dan kopi serta
dipastikan mereka mengonsumsi makanan kaya protein dan vitamin.
h. Perkiraan Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran Tinggi Fundus UteriTinggi fundus uteri adalah tinggi
puncak tertinggi rahim sesuai usia kehamilan. Biasanya pengukuran
inidilakukan saat pemeriksaan abdomen ibu hamil tepatnya saat melakukan
Leopold 1. Dari pengukuranTFU dapat diketahui taksiran usia gestasi dan
taksiran berat badan janin. Pengukuran TFU menggunakan jari pemeriksa
sebagai alat ukumya, namun kelemahannya tiap orang memiliki ukuran jari
yang berbeda. TFU lebih baik diukur menggunakan metylen dengan satuan
cm, ujung metylen ditempelkan padasimfisis pubis sedangkan ujung lain
ditempelkan di puncak rahim.
i. Hipotensi pada saat berbaring terlentang
Posisi terlentang mempengaruhi fisiologi ibu dan janin. Setiap ibu
hamil hendaknya menghindari posisi terlentang terutama pada kehamilan

10
lanjut. Hal ini disebabkan karena apabila berbaring terlentang akan terjadi
penekanan oleh uterus pada vena pelvis major dan vena cava inferior yang
akan mengurangu sirkulasi darah ke Jantung bagian kanan dan akan
mengakibatkan pengaliran oksigen ke otak dan akan mengakibatkan pingsan.
Keadaan tersebut lebih terkenal dengan supine hypotensif syndrome
yang dapat mengakibatkan denyut jantung janin (DJJ) abnormal Namun
apabila posisi terlentang dibutuhkan maka dianjurkan untuk meletakkan bantal
kecil dibawah sisi kiri punggung bawah.
j. Pentingnya Deteksi Penyakit Bukan Penilaian/Pendekatan Risiko
Pendekatan risiko yang mempunyai rasionalisasi bahwa asuhan
antenatal adalah melakukan screeħing untuk memprediksi faktor faktor resiko
untuk memprediksi suatu penyakit.
Dapat dikatakan bahwa wanita hamil mempunyai risiko untuk
mengalami komplikasi dan haruus mempunyai akses terhadap asuhan ibu
bersalin yang berkualitas. Bahkan wanita yang digolongkan dalam risiko
rendah bisa saja mengalami komplikasi. Jadi pendekatan risiko bukan
merupakan strategi yang efisien ataupun efektif untuk menurunkan angka
mortalitas ibu karena:
1) Faktor risiko tidak dapat memperkirakan komplikasi, biasanya bukan
penyebab langsung terjadinya komplikasi.
2) Mortalitas ibu relatif rendah pada populasi yang beresiko (semua wanita
usia subur ). Faktir risiko secara relatif adalah umum pada populasi yang
sama, faktir risiko tersebut bukan merupakan indikator yang baik dimana
para ibu mungkin akan mengalami komplikasi
3) Mayoritas ibu yang mengalami komplikasi dianggap berisiko rendah,
sebagian besar ibu yang dianggap berisiko rendah melahirkan bayinya
tanpa komplikasi.
4) Setiap wanita hamil berisiko mengalami komplikasi dan harus mempunyai
akses terhadap asuhan ibu bersalin yang berkualitas. sehingga pendekatan
risiko tidak efektif.
5) Bahkan wanita berisiko rendah pun bisa mengalami komplikasi.
6) Tidak ada jumlah penapisan yang bisa membedakan wanita mana yang
akan membutuhkan asuhan kegawatdaruratan dan mana yang tidak
memerluka asuhan tersebut.
11
2.8 Langkah-langkah Evidance Based In Midwifery
Ada tujuh tahapan atau langkah proses EBP yang diawali dorongan guna
melaksanakan pendalaman ataupun pencairan personal. Pembiasaan melakukan Evidence
Based Practice dan ranah EBP merupakan ciri yang sangat penting untuk konsisten
menjaga munculnya persoalan-persoalan klinis yang responsif dalam penerapan sehari-
hari.
1. Meningkatkan keinginan pencarian (inquiry).
Inquiry adalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap kritis
untuk selalu bertanya terhadap fenomena-fenomena serta kejadian-kejadian yang
terjadi saat praktek dilakukan oleh seorang petugas kesehatan dalam melakukan
perawatan kepada pasien. Namun demikian, tanpa adanya budaya yang
mendukung, semangat untuk menyelidiki atau meneliti baik dalam lingkup
individu ataupun institusi tidak akan bisa berhasil dan dipertahankan. Dalam
membangun budaya EBP terdapat elemen kunci yaitu adanya semangat dalam
melakukan penyelidikan, dimana semua tenaga kesehatan didorong untuk
mempertanyakan kualitas praktek yang selama ini mereka jalankan dan pada saat
ini mereka jalankan. Sebuah filosofi, misi dan system promosi klinis dengan
mengintergrasikan Evidence Based Practice, mentor yang memiliki pemahaman
mengenai Evidence Based Practice, mampu mengatasi tantangan atau hambatan
yang mungkin dapat terjadi, mampu membimbing orang lain, ketersediaan
infrastruktur yang mendukung untuk mencari informasi atau literatur seperti
computer dan laptop, dukungan dari administrasi dan kepemimpinan, serta
motivasi dan konsistensi individu itu sendiri dalam menerapkan Evidence Based
Practice.
Klasifikasi dibawah ini mencakup jenis-jenis pertanyaan umum yang sering muncul
dalam praktik pelayanan kesehatan.

Pertanyaan Jenis Uraian


pertanyaan

Apa yang harus saya Intervensi Sejauh ini pertanyaan klinis yang paling
lakukan terhadap umum adalah bagaimana menangani
kondisi atau masalah sebuah penyakit atau keadaan, atau
ini? mengurangi masalah-masalah kesehatan
yang lain. Kita menyebutnya tindakan

12
tersebut sebagai “intervensi”

Apa penyebab Etiologi dan Kita sering ingin tahu penyebab dari
masalah tersebut? faktor risiko masalahmasalah kesehatan seperti asap
rokok menyebabkan kanker paru, atau
apakah kelebihan berat badan dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung.

Apakah orang ini Diagnosis Untuk mengobati seseorang, hal penting


memiliki kondisi yang harus dilakukan pertama kali adalah
atau masalah menentukan dengan tepat kondisi dan
tersebut? masalah kesehatan yang dialami. Karena
sebagian besar metode deteksi tidak
akurat 100% maka pertanyaan-pertanyaan
tentang diagnosis sering muncul,
sehubungan dengan keakuratan uji yang
ada.

Siapa yang akan Prognosis dan Sebelum terapi dilakukan yang perlu
mengalami kondisi presiksi diketahui adalah kemungkinan seseorang
atau masalah akan menderita suatu masalah atau
tersebut? keadaan tertentu, sehingga perlu
dilakukan tindakan pencegahan.

Seberapa umum atau Frekuensi dan Seringkali sangat penting untuk


sering masalah angka mengetahui prevalensi atau insidensi
tersebut muncul ? sebuah masalah kesehatan dalam suatu
populasi. Sebagai contoh cacat bawaan
dari ibu dengan usia tertentu.

Apakah jenis Fenomena atau Pada akhirnya beberapa pertanyaan akan


masalahnya? pemikiran berhubungan dengan isuisu umum seperti
pengetahuan orang tua tentang imunisasi
untuk anak mereka.

2. Mengajukan pertanyaan PICO (T) question.

13
Dalam mencari jawaban untuk pertanyaan klinis yang muncul, maka
diperlukan strategi yang efektif yaitu dengan membuat format PICO. P adalah
pasien, populasi atau masalah baik itu umur, gender, ras ataupunpenyakit. I
merupakan intervensi baik itu meliputi treatment di klinis ataupun pendidikan dan
administrative. Selain itu juga intervensi juga dapat berupa perjalanan penyakit
ataupun perilaku beresiko seperti perilaku merokok. C atau comparison
merupakan intervensi pembanding bisa dalam bentuk terapi, faktor resiko, placebo
ataupun non-intervensi. Sedangkan O atau outcome adalah hasil yang ingin dicari
dapat berupa kualitas hidup, pastient safety, menurunkan biaya ataupun
meningkatkan kepuasan pasien. Menurut Botswick et al, bahwa pada langkah
selanjutnya membuat pertanyaan klinis dengan menggunakan format PICOT yaitu
P (patient atau populasi), I (intervention atau aksi/tindakan atau pokok persoalan
yang menarik), C (comparison intervention atau intervensi yang dibandingkan), O
(outcome atau hasil) serta T (Time frame atau kerangka waktu). Contohnya dalam
membentuk pertanyaan sesuai PICOT adalah pada mahasiswa kebidanan
(population) bagaimana mengatasi nyeri haid (dismenorea) dengan menggunakan
kompres air hangat (intervention) dibandingkan dengan menggunakan
aromaterapi (comparison atau pembanding) berakibat pada pengurangan nyeri
haid (dismenorea) setelah penerapan dalam kurun satu siklus haid (time frame).
Penggunaan PICOT non-intervensi juga dapat dilakukan misalnya bagaimana ibu
dengan postpartum (population) payudara terkena infeksi payudara (masalah yang
menarik) atas kecakapannya memberikan Air Susu Ibu (hasil) saat bayi usia 7
hari. Hasil maupun asal bukti atau literature yang diperoleh akan berbeda apabila
kita memakai pertanyaan-pertanyaan yang salah maka dapat memperoleh ikhtisar
yang berbeda dengan yang dibutuhkan.

14
3. Menemukan fakta-fakta yang terbaik.
Istilah kunci yang telah dirangkai dengan memakai PICO(T), di fungsikan
guna mengawali penyelidikan data (evidence) yang unggul (terbaik). Yang
dimaksud dengan bukti yang unggul yaitu di amati dari macam dan level dalam
penelitian. Beberapa tingkat penelitian yang dapat ditampilkan sebagai evidence
atau bukti atau ciri yang unggul (terbaik) adalah meta-analysis dan systematic
review. Terdapat lima jenjang yang dapat diambil sebagai bukti diantaranya:
a) Data dari analisis statistic atau tinjauan pustaka sistematik.
b) Data desain Randomized Control Trial.
c) Data kusus control dan cohort study.
d) Data yang bermula pada deskripsi tunggal maupun studi mutu (qualitative).
e) Informasi berawal dari pendapatan atau badan ahli.
Dengan menggali bukti yang terbaik, faktor yang kerap menjadi kendala
dalam jalannya penyelidikan atau pelacakan yaitu dependensi area atau asal mula
sumber bukti yang bebas akses (free access) jurnal-jurnal riset. Akan tetapi
sejalan dengan perubahan teknologi, contoh sumber bukti free access dan bidan
paling banyak mengakses bidan CINAHI, pubmed dan Cochrane. Beberapa basis
data yang diberitahukan tersebut memuat berbagai refrensi dari banyak basis data

15
serta sebagian bebas biaya. Contohnya pada Cochrane yaitu organisasi data based
yang non-profit, akan tetapi model data yang diinformasikan yaitu systematic
review, sehingga kuantitas bukti yang diberikan terhingga dan berkisar tiga jutaan
sitasi. Tetapi disarankan untuk melacak jawaban dari permasalahan klinis.
Sebaliknya basis data yang paling lengkap untuk mendapatkan berbagai artikel
maupun info tentang bidang kesehatan dan tingkatan bukti yaitu CINAHL dan
Medline. Medline yaitu basis data yang bebas biaya dan tersambung dengan
Pubmed. Artikel dari jurnal, sumber buku, maupun sumber dari disertasi dan
dapat dilihat melalui sumber bukti secara langsung maupun dari Medline
CINAHL. Sedangkan basis data PscyINFO yang lebih banyak memperlihatkan
refrensi ilmu terapan perilaku dan fungsi mental, ilmu diagnosis dan pengobatan,
ilmu saraf guna persoalan klinis. Untuk Pubmed yaitu bibiliografic basis data,
terdiri konten bebas masuk dan memiliki tautan Medline.
Upaya melaksanakan panggialan bukti dari beberapa basis data yang tersedia
yaitu:
a) Menentukan basis data yang akan dipakai (apakah CINAHI, Medline,
Pubmed etc).
b) Mencari terminologi (istilah-istilah) atau pertanyaan ke dalam
pembendaharaan kata dalam basis data.
c) Memakai batas seperti macam data, publikasi tahun berapa serta usia
sampel.
Misalnya memberikan batas usia seperti usia 35 tahun atau lebih, limit atau
membatasi tipe publikasi riset misalnya desain riset meta analisis dan
publikasi dengan batas tahun 2014-2019.
d) Melakukan perbandingan penggunaan basis data dengan database lainya
seperti Cochrane atau psycINFO.
e) Melaksanakan penilainan atau evaluasi hasil yang didapatkan dan dapat
kembali lagi ke prosedur yang kedua apabila dibutuhkan.
Menurut Newhousen dalam langkah atau prosedur memilih informasi melalui
basis data diantaranya
a) Memilih istilah kunci, persamaan kata, maupun memiliki kaitan dengan
persoalan yang telah diatur menggunakan format PICO.
b) Menetapkan asal maupun basis data yang unggul dan paling baik guna
memilih data akurat.
16
c) Meluaskan prosedur pelaksanaan penggalian dan membatasi kosa kata
terkontrol yang dapat menuntun kita untuk memasukan input yang sesuai
dengan yang ada pada database.
Misalnya seperti MeSH pada Pubmed serta CINAHL Subject heading
pada database CINAHL menggunakan bolean operator misalnya and, or,
not. AND untuk mencari 2 tema atau istilah, OR untuk mencari selain dari
salah satu atau kedua istilah tersebut. Namun apabila dikombinasikan
dengan controlled vocabullarries, OR akan memperluas pencarian, serta
AND akan mempersempit pencarian. Setelah itu untuk lebih spesifik dan
fokus lagi dapat digunakan dengan menggunakan limit yang sesuai seperti
umur, Bahasa, tanggal publikasi. Misalnya untuk jurnal atau English or
American only limit terakhir 5 tahun.
d) Melaksanakan penilaianuntuk memilih bukti dengan metode terbaik dan
menyimpan hasil.
Pada level undergraduate student, terdapat bebrapa contoh evidence yang
dapat digunakan dalam terapi dan prognosis yaitu:
Beberapa contoh tingkatan evidence tersebut dapat menjadi contoh
atau dasar dan pedoman yang digunakan oleh mahasiswa undergraduate
dalam memilih evidence yang tepat. Karena undergraduate student tidak
memiliki kemampuan dalam melakukan kritik atau melihat tingkat
kekuatan dan kelemahan literature penelitian, maka dalam pembelajaran
Evidence Based Practice mahasiswa diarahkan untuk memilih pustaka
acuan berdasarkan tahap bukti paling baik dahulu. Tahap berikutnya
menentukan pustaka acuan yang sudah dipilah pada sebagian basis data
apabila bukti terbaik dapat diketahui.

17
4. Melaksanakan evaluasi ciri atau data yang sudah diketahui.
Setelah mengetahui evidence atau bukti yang paling baik dan sebelum di
terapkan ke pendidikan maupun ke dalam pelayanan klinis. Hal yang perlu
dilakukan yaitu melaksanakan appraisal atau penilaian tentang evidence yang
ditemukan tersebut. Untuk melaksanakan penilaian, beberapa hal yang harus
ditinjau kembali antara lain :
a) “Evidence quality” merupakan bagaimana sebuah mutu bukti dari artikel,
ketepatan jurnal atau keras dan dapat dipercaya.
b) “What is magnitude of effect?” yang berarti “Seberapa penting dampaknya?”
c) “How pricise the estimate of effect?” , hal ini berarti “Seberapa tepat perkiraan
efeknya?”
d) “Apakah evidence tersebut mempunyai efek samping ataukah keuntungan
dalam penggunaannya?”
e) “Berapa biaya yang perlu disiapkan untuk mengaplikasikan bukti?”
f) “Apakah bukti tersebut sesuai untuk kondisi atau fakta yang ada di praktek
klinis?”

Beberapa parameter penilaian dari bukti (evidence) meliputi:

a) Validity.

18
Sebuah evidence dari riset dapat disebut valid apabila riset tersebut memakai
desain riset yang akurat. Misalnya “apakah variabel pengganggu dalam riset
dan variabel bias dapat dikontrol secara baik?”, “Bagaimana mekanisme
random pada kelompok control dan pada kelompok intervensi?”.
b) Reliability.
Yang dimaksud dengan reliabel adalah implementasi bukti dalam keputusan
klinis yang dibuat dan mempunyai konsistensi hasil, apakah dapat
mengerjakan perlakuan tersebut dan besaran akibat dari perlakuan yang
diperoleh.
c) Penerapan. Applicable maksudnya adalah kemungkinan hasilnya bisa di
implementasikan dan bisa membantu kondisi pasien. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan mempertimbangkan apakah subjek penelitiannya sama,
keuntungan dan resiko dari intervensi tersebut dan keinginan pasien (patient
preference) dengan intervensi tersebut.
5. Memadukan data dengan ketrampilan klinis serta pilihan pasien untuk membuat
keputusan klinis terbaik.
Sesuai dengan definisi dari Evidence Based Practice, untuk
mengimplementasikan EBP ke dalam praktik klinis kita harus bisa
mengintegrasikan bukti penelitian dengan informasi lainnya. Informasi itu dapat
berasal dari keahlian dan pengetahuan yang kita miliki, ataukah dari pilihan dan
nilai yang dimiliki oleh pasien. Selain itu juga, menambahkan penelitian kualitatif
mengenai pengalaman atau perspektif pasien bisa menjadi dasar untuk
mengurangi resiko kegagalan dalam melakukan intervensi terbaru. Setelah
mempertimbangkan beberapa hal tersebut untuk membuat keputusan klinis yang
tepat dan efektif untuk pasien. Evidence yang digunakan sangat mempengaruhi
tingkat keberhasilan pelaksanaan proses Evidence Based Practice serta tahap dari
kecakapan dalam melewati setiap prosedur didalam Evidence Based Practice.
6. Evaluasi hasil setelah penerapan Evidence Based Practice pada perubahan
praktek.
Evaluasi penerapan evidence based sungguh harus dikerjakan untuk
memahami keefektifan dari evidence yang sudah diterapkan dalam penelitian,
apakah terdapat perubahan yang terjadi dan perubahan tersebut telah sebanding
dengan harapan hasilnya dan apakah evidence tersebut berakibat pada
penambahan kualitas kesehatan pada pasien.
19
7. Membagikan hasil
Terakhir dari tahapan pratik berbasis bukti yaitu menyebarkan produk.
Apabila bukti yang diperoleh dapat membuktikan bisa menyebabkan adanya
peralihan dan memperoleh produk positif sehingga berguna dalam upaya
disebarkan dan diperlukan.

Namun selain tahapan atau langkah yang sudah dijelaskan diatas, terdapat lima
langkah utama dalam sebuah Evidence Based Practice dalam setting akademik adalah
Framing the question (menyusun pertanyaan klinis), searching for evidence,
appraising the evidence, interpreting the evidence atau membandingkan antara
literature yang diperoleh dengan nilai yang dianut pasien dan merencanakan
pelaksanaan evidence kesalam praktek, serta evaluating your application of the
evidence atau mengevaluasi sejauh mana evidence tersebut dapat menyelesaikan
masalah klinis.

2.9 Perkembangan Keilmuan Evidance Based In Midwifery


No. Title Author Year Conclusion
1. Non-pharmacological Esther 2021 The most effective
interventions to reduce Dominguez interventions to reduce
anxiety in pregnancy, Solis, Marta anxiety were
labour and postpartum Lima Serrano, performed either
At all during pregnancy or
during the postpartum
period, not during
labour. Most of the
interventions were
performed on the
women, with few of
them being performed
on both partners. Non-
pharmacological
interventions may be
applied by nurses and
midwives to reduce
anxiety during
pregnancy, labour and
postpartum.
2. Outcomes of waterbirth Emily 2019 This study adds to the
in a us hospital-based Neiman, evidence on the risks
midwifery practice Elizabeh and benefits of
Austin, At all waterbirth for women
and neonates and
speaks to the im-

20
portance of adequate
training of perinatal
care providers to attend
births in all settings.
More research is
needed on the specific
outcomes of shoulder
dystocia, postpartum
hemor- rhage, and cord
avulsion during
waterbirth. Overall,
these findings are
consistent with the
literature to date and
suggest that waterbirth
is a reasonable option
for low-risk women
and their neonates
when giving birth with
qualified perinatal care
providers in US
hospital settings.

21
22
23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya yang berdasarkan evidence based
terkini, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini
memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian
ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa
atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan
sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila
dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar
kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap
berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan
tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan yang optimal maka semua upaya tersebut
dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru
lahir.

24
DAFTAR PUSTAKA

Jayanti Ira, S. ST., SKM., M.Keb.2019. Evidance Based dalam praktik kebidanan.
Yogyakarta.

Prodi Kebidanan Progam Sarjana Terapan Falkutas Kedokteran. 2018. Modul Praktikum
Konsep Kebidanan. Universitas Sebelas Maret : Surakarta

Dewi Nur, dkk. 2021. Bahan Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Sukabumi, Jawa Barat. CV
Jejak (Jejak Publisher)
Arkierupaia Shadap. 2021. Evidance Practice in Midwifery Care. International Journal of
Obstetrics and Gynaecological Nursing. E-ISSN: 2664-230. P-ISSN: 2664-2298.

Amelia,Paramitha Kusumawardani. 2020. Evidence Based Midwifery. Sidoarjo. UMSIDA


Press

Esther Dominguez-Solis. 2021. Non- pharmacological interventions to reduce anxiety in


pregnancy, labour and post partum : Systematic rewiew. Review articel. Midwifery
102. DOI : 10.1016/j.midw.2021.103126

Emily Neiman. 2019. Outcomes of Waterbirth in a US Hospital-Based Midwifery

Practice: A Retrospective Cohort Study of Water Immersion

During Labor and Birth. Journal of Midwifery & Women's Helath. P : 216-223. DOI :
10.1111/jmwh.13033

25

Anda mungkin juga menyukai