Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HASIL PENELITIAN TERBAIK

Oleh:

Kelompok 7

Kartini Ekowati
Noveni Rikawati
Ratnawati
Nani Kusumawati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI PERTIWI


INDONESIA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul “Hasil Penelitian Terbaik”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari, bahwa dalam makalah

ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan serta jauh dari kesempurnaan

sebagaimana yang kita harapkan. Oleh karena itu, dengan senang hati kami

senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan makalah ini di kemudian hari.

Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi kita

semua dan semoga jerih payah kita mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa,

Jakarta, Agustus 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN TEORI 4
BAB III PENUTUP 13
DAFTAR PUSTAKA
14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan,

persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal.

Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan

kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan akibat

persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal.

Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan

perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian

perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan

kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia,

di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan

perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan

kesehatan segara untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan

perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5

juta jiwa dapat dijabarkan bahwa:

1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi

setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %,

infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.

1
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi

setiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia

neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %,

trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.

Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat

dikemukakan bahwa:

1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama

sangat  dibutuhkan.

2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan

hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.

Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak

anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.

3. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan

sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera

(NKKBS).

4. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.

5. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan

kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan

kesehatan modern.

Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami

sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha

yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan

yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada

2
evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat

digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan

dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan

pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan

angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Hasil Penelitian Terbaik

Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan

membantu tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu

memperoleh informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat

keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan

perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) kategori evidence based,

terbagi menjadi sebagai berikut:

a. Evidence based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan

obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu

beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti

memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Govermance), yaitu suatu tantangan

profesi kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah merupakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat

4
diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

Publikasi ilmiah adalah suatu pempublikasian hasil penelitian atau

sebuah hasil pemikiran yang telah ditelaaah dan disetujui dengan beberapa

petimbangan baik dari acountable aspek metodologi maupun accountable

aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang diakui.

Penggunaan kebijakan dari bukti terbaik yang tersedia sehingga tenaga

kesehatan (Bidan) dan pasien mencapai keputusan yang terbaik, mengambil

data yang diperlukan dan pada akhirnya dapat menilai pasien secara

menyeluruh dalam memberikan pelayanan kehamilan (Gray, 1997).

Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh

penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan

lagi.

2.2 Bukti Klinis Pada Pelayanan Kehamilan

Fokus lama ANC:

1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko

tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.

2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi &

presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan

kategori resiko ibu.

3. Pengajaran/pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah

resiko/komplikas.

Pendekatan resiko mempunyai prediksi yang buruk karena kita tidak bisa

5
membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Banyak

ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami

komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal

dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus

pada ibu yang tergolong dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat

mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).

Sementara, bagi Bumil kelompok Resiko Rendah:

a. Tidak diberi pengetahuan tentang Resti.

b. Tidak dipersiapkan mengatasi kegawatdaruratan obstetric.

c. Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok

resiko rendah mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu

bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya.

d. Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko :adalah bahwa setiap

bumil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi

sehingga setiap bumil harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan

persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu diperbarui

(refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat dijangkau oleh

setiap wanita hamil.

Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh

penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan

lagi. Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan

program kebijakan ANC, sebagai berikut:

6
a) Kunjungan ANC dilakukan minimal 4x selama kehamilan:

1) Trimester I

Sebelum 14 minggu – Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum

membahayakan jiwa.

- Mencegah masalah, missal, tetanus neonatal, anemia, kebiasaan

tradisional yang berbahaya)

- Membangun hubungan saling percaya

- Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi.

- Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat,

seks).

2) Trimester II

14 – 28 minggu – Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan

khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia,

pantau TD, evaluasi edema, proteinuria).

3) Trimester III

28 – 36 minggu – Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda.

Setelah 36 minggu – Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau

kondisi yang memerlukan persalinan di RS.

a) Pemberian suplemen mikronutrien : Tablet mg (= zat besi 60yang

mengandung FeSO4 320 g sebanyak 1 tablet/hari mg) dan asam

folat 500 segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90

hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya

bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.

7
b) Imunisasi TT 0,5 cc

Interval Lama perlindungan % perlindungan

 TT 1 Pada kunjungan ANC pertama

 TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80%

 TT 3 6 bln setelah TT 2 5 tahun 95%

 TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%

 TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 th/ seumur hidup 99%

Hal-Hal Yang Kurang Efektif Dilakukan :

Standar ANC menurut Arifin (1996) Mengenai Standar Pelayanan.

Pelayanan ANC minimal 5T meningkat menjadi 7T dan sekarang 12 T.

Berikut ini evidence Based Tentang Tradisi Masa Kehamilan,

diataranya:

1. Seorang dukun yang ketika ada masyarakat hamil periksa dan ketika

diperiksa diprediksi oleh si dukun letak janinnya sungsang. Kemudian si

dukun melakukan tindakan pemutaran janin dengan manual. Tindakan ini

dilakukan karena diyakini akan merubah posisi janin. Fakta, tindakan

merubah posisi dengan memutar tidak efektif dilakukan dan berpotensi

besar terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan, karena hal ini erat

kaitannya dengan letak plasenta yang tidak diketahui dukun tersebut. Jika

nanti proses pemutarannya salah atau tidak sesuai dengan keadaan di intra

uteri maka akan mengakibatkan perdarahan, rupture plasenta, solutio

plasenta. Sehingga hal ini lebih membahayakan, karena bisa menyebabkan

kematian ibu dan janin.

8
2. Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu

dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya

itu. Fakta, tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh

kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi.

Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit,

gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena

psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Tapi, yang perlu diingat,

membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa

dibenarkan.

3. Membawa gunting kecil/pisau/benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu

agar janin terhindar dari marabahaya. Fakta, hal ini justru lebih

membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu.

4. Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan

mengganggu janin. Fakta, secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif

dan mudah takut sehingga pada malam hari tidak dianjurkan bepergian.

Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan kelaur malam terlalu

lama, apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena

udara malam kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon

dioksida (CO2).

5. Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang

dikandungnya tak terlilit tali pusat. Fakta, ini pun jelas mengada-ada

karena tak ada kaitan antara handuk di leher dengan bayi yang berada di

9
rahim. Secara medis, hiperaktivitas gerakan bayi, diduga dapat

menyebabkan lilitan tali pusat karena ibunya terlalu aktif.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hartanti Bahar Amd,keb

dengan judul Kondisi sosial budaya berpantang makanan dan implikasinya

pada kejadian anemia ibu hamil (Studi kasus pada masyarakat pesisir Wilayah

Kerja Puskesmas Abeli di Kota Kendari) Tahun 2010. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa makanan yang dipantang oleh ibu hamil selama masa

kehamilan terdiri atas golongan hewani, golongan nabati dan gabungan dari

keduanya (golongan nabati dan hewani).

Makanan yang dipantang ibu hamil dari golongan hewani adalah cumi-

cumi, gurita, kepiting, daging, kepiting dan udang yang baru ganti kulit, ikan

pari, ikan yang tidak memiliki lidah, ikan yang memiliki banyak duri

(terundungan) dan telur bebek. Kepercayaan berpantang makan ini didasarkan

atas hubungan asosiatif antara bahan makanan tersebut menurut bentuk atau

sifatnya dengan akibat buruk yang akan ditimbulkan bagi ibu dan bayi yang

akan dilahirkan. Ibu hamil berpantang makan cumi-cumi sebab cumi-cumi

berjalan maju mundur diasosiasikan dengan proses melahirkan yang sulit di

pintu lahir, bayi akan menyulitkan persalinan dengan maju mundur pada saat

proses kelahiran.

Kepiting dilarang karena dikhawatirkan anak akan nakal dan suka

menggigit jika besar. Gurita dilarang sebab bersifat lembek diasosiasikan

dengan bayi yang juga akan lemah fisiknya seperti gurita. Kepiting dan udang

yang baru ganti kulit dilarang sebab bertekstur lembek tidak bertulang

10
diasosiasikan dengan anak yang juga akan lemah tak bertulang jika lahir,

begitu juga dengan ikan pari dipantang karena memiliki tulang lembut

dipercayai akan menyebabkan bayi juga bertulang lembut, daging dipantang

karena dikhawatirkan ibu akan kesulitan melahirkan jika bayinya terlalu sehat,

ikan yang bemiliki banyak duri (terundungan) dilarang karena akan

menyebabkan perasaan ibu hamil tidak enak dan menimbulkan rasa panas

selama kehamilan, telur bebek dipantang karena akan menyulitkan persalinan.

Makanan yang dipantang oleh ibu hamil dari golongan nabati adalah

mangga macan, durian, nenas, nangka, sayur rebung, pisang kembar, daun

kelor, nangka muda, kelapa muda, pepaya muda, terong dan tebu.

Ibu hamil berpantang makan mangga macan, durian, nenas, dan nangka karena

dianggap bersifat panas dikaitkan dengan keyakinan dikotomi panas dingin.

Ibu hamil dianggap dalam kondisi dingin sehingga tidak boleh makan

makanan yang sifatnya panas sebab dapat menyebabkan keguguran

kandungan pada umur kehamilan muda.

Kelapa muda dipantang pada awal kehamilan karena dapat

mengakibatkan keguguran, rebung dilarang karena dikhawatirkan akan

menyebabkan anak memiliki banyak bulu/rambut jika lahir, pisang kembar

dipantang diasosiasikan anak juga akan kembar jika lahir, daun kelor dilarang

karena mengandung getah yang pedis yang akan menyebabkan rasa sakit

dalam proses kelahiran dikenal dengan sebutan “getah kelor”, juga karena

daun kelor yang berakar diasosiasikan dengan ari-ari bayi yang juga akan

berakar.

11
Ibu hamil berpantang mengkonsumsi nangka muda karena nangka

muda juga memiliki getah yang akan menyebabkan rasa sakit dalam proses

kelahiran. Pepaya muda dipantang karena dapat menyebabkan gatal-gatal pada

ibu hamil dan bayi yang ada didalam kandungan. Terong dilarang karena juga

dapat mengakibatkan gatal-gatal pada ibu dan bayinya. Tebu dilarang karena

akan menyebabkan rasa sakit karena ibu akan mengeluarkan banyak air

mendahului proses kelahiran diasosiasikan dengan tebu yang juga

mengandung banyak air.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan adanya Evidence Based maka masyarakat diharapkan dapat

membedakan atau memilah – milah mana mitos – mitos yang menguntungkan

dan merugikan dalam kehamilan serta masyarakat mengetahui alasannya

berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan.

Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah. Masa kehamilan

dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah

280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid

terakhir. Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh

penjuru dunia.

3.2 Saran

Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat dijadikan pedoman

kita dalam pembelajaran. Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah

ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hani,Ummi. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:


Salemba Medika

Ben-Zion, Taber. 1998. Kegawatdaruratan Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta:


ECG.

Yuniati I. 2011. Filosofi Kebidanan. Bandung: Program Pascasarjana Program


Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran  Universitas Padjadjaran
Bandung

Saifuddin AB, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

14

Anda mungkin juga menyukai