Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDIDIKAN PRANIKAH DAN MEMBANGUN KELUARGA

Oleh:

Maya Syaroh 07200200006


Siti Saripah 07190300025
Yuni Riska Nu Farina 07190100041
Hanum Pramesti 07190100033
Anceu Anggun

(Hidayani, SKM.,MKM)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, yang telah memberikan keimanan, melimpahkan segala rahmat,

rezeki, kesehatan, kekuatan serta karunianNya, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan Pranikah dan Membangun

Keluarga”.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Penyusun mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Harapan penyusun kedepan semoga makalah ini dapat dilanjutkan dan

dipertahankan untuk penulisan makalah pada akhir studi yang penyusun tempuh

di STIKIM Jakarta ini, dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita

semua.

Akhir kata, penyusun berharap semoga bantuan yang telah diberikan

kepada penulis menjadi amal baik di hadapan Allah SWT. dan mendapat balasan

yang berlipat ganda dari-Nya, serta makalah ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkannya, serta dapat dapat meningkatkan pengetahuan dan

keefektifan pembelajaran terhadap ilmu kebidanan.

Jakarta, Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 9
1.3 Tujuan 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pranikah berasal dari 2 kata yaitu “pra” dan “ nikah”, “pra” berarti

awalan yang bermakna sebelum. Arti kata “nikah” dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia di persamakan artinya dengan “kawin”. Masa sebelum

adanya perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan

resmi menurut undang-undang perkawinan agama maupun pemerintah.

Konseling pranikah yakni suatu proses pemberiaan bantuan oleh seorang yang

profesional terhadap pasangan calon suami istri sebelum melangsungkan

pernikahan dan memberikan bekal serta petunjuknya sehingga dapat mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan di (Kementrian Agama, 2010).

Pernikahan secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah komitmen

dari sepasang kekasih untuk membangun jalinan cinta ke jenjang selanjutnya

yaitu kehidupan berumah tangga. Menikah dilakukan melalui prosesi yang

khidmat dan sakral. Oleh karena itu perlu adanya sebuah persiapan dan

perencanaan. Salah satu yang harus dipersiapkan untuk menikah selain dari

materi adalah fisik dan mental dari calon pengantin, karena materi saja tanpa

kesiapan fisik dan mental tidak akan berjalan dengan baik. Fisik yang sehat

akan menambah kekhidmatan pada prosesi pernikahan. Agar calon pengantin

dinyatakan benar-benar sehat maka tidak boleh meninggalkan pemeriksaan

1
2

kesehatan pranikah yang juga menjadi salah satu syarat administrasi

pernikahan di Kantor Urusan Agama. (Dianawati, 2010).

Pemeriksaan kesehatan pranikah bagi pasangan calon pengantin

sangatlah penting, akan tetapi di Indonesia, warga kurang memperhatikan

masalah ini, bahkan banyak pihak yang mengabaikannya dan menganggapnya

enteng, sehingga pemeriksaan kesehatan pranikah tidak terlaksana. Mereka

beranggapan bahwasannya saat itu dirinya sedang dalam keadaan sehat. Calon

pasangan pengantin tidak tahu mengapa harus diadakan pemeriksaan

kesehatan pranikah. Pemeriksaan kesehatan pranikah memang keberadaannya

belum umum di Negara Indonesia, akan tetapi pemeriksaan merupakan salah

satu prosedur menjelang pernikahan (Dianawati, 2010).

Banyak orang yang jauh- jauh hari sebelum acara pesta pernikahan

dilangsungkan sudah menyiapkan seluruh keperluan pesta pernikahan seperti

baju pengantin, konsumsi, undangan, dan peralatan pernikahan lainnya,

dengan tujuan acara tersebut dapat berlangsung sesuai harapan. Akan tetapi

peristiwa itu tidak dibarengi dengan pemeriksaan kesehatan pranikah, padahal

cek kesehatan pranikah tidak kalah berharga dan penting dibandingkan pesta

yang megah tersebut. Seakan-akan pesta pernikahan lebih penting

dibandingkan dengan pemeriksaan kesehatan yang akan berdampak pada

dirinya dan keturunannya. Sebagai contoh fenomena pesta pernikahan para

artis kalangan papan atas yang menyelenggarakan pesta pernikah dengan

meriah dan menghabiskan dana hingga berates-ratus juta bahkan ada yang

menghabiskan biaya hingga milyaran rupiah, hal itu belum menjamin diri dari
3

calon pasangan pengantin tersebut telah melakukan pemeriksaan kesehatan

pranikah (Prawesti, 2011).

Tujuan dari pernikahan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan

kekal. Untuk mewujudkan keluarga yang bahagia dan kekal harus dimulai

dengan hidup sehat sebelum menikah dan dilanjutkan ketika telah menikah.

Kesehatan segenap anggota keluarga merupakan faktor yang menunjang

pembinaan keluarga sakinah. Hidup sehat bagi keluarga mutlak, karena

kesehatan termasuk salah satu unsur agar manusia dapat hidup bahagia,

sejahtera di dunia akhirat. Untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan

menyiapkan kehidupan di akhirat manusia harus sehat (Kementrian Agama,

2010).

Hampir setiap orang menginginkan kebahagiaan rumah tangga yang

akan dijalaninya. Salah satu faktor terpenting yang akan menentukan

kebahagiaansebuah perkawinan adalah kesehatan, karena bila salah satu di

antara kedua pengantin mempunyai masalah kesehatan, maka kebahagiaan

tidak dapat dirasakan seutuhnya dan keluarga berkualitas tidak dapat

diwujudkan. Menurut WHO (World Health Organization), keluarga yang

berkualitas adalah keluarga yang harmonis, yaitu keluarga yang sehat dalam

arti fisik, psikologis, sosial, spritual. Oleh karena itu disarankan untuk

melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum memasuki jenjang pernikahan

guna mewujudkan keluarga yang berkualitas. Panel Premarital (pemeriksaan

pranikah) merupakan sekumpulan pemeriksaan laboratorium untuk

memastikan status kesehatan kedua calon pengantin, terutama untuk


4

mendeteksi adanya penyakit menular, menahun atau diturunkan yang dapat

mempengaruhi kesuburan pasangan maupun kesehatan janin (Ana, 2011).

Keluarga bahagia merupakan dambaan bagi para pasangan suami istri

yang telah menikah, semua pasangan suami istri setelah menikah pasti

mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga mereka hidup dengan bahagia.

Akan tetapi harapan dari pernikahan saat memasuki area keluarga tidak selalu

seperti apa yang diharapkan karena dalam membina sebuah keluarga pasti

banyak hal terjadi yang menjadi sebuah masalah dalam keluarga tersebut,

sehingga harapan saat pernikahan dengan adanya masalah saat berkeluarga

dapat berdampak pada perceraian.

Tak banyak pernikahan yang pada akhirnya harus berakhir dengan

perceraian, seperti hal nya yang sedang marak saat ini, perceraian sering

terjadi dan bahkan perceraian dijadikan sebuah alternative untuk

menyelesaikan masalah yang terjadi didalam sebuah keluarga, sehingga saat

ini perceraian seperti dijadikan sebuah trend. Contohnya Indonesia yang

memiliki angka perceraian dari pernikahan yang cukup mengejutkan. Menurut

data dari Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama RI pada tahun 2010, dari 2

juta orang yang menikah setiap tahun se-Indonesia, ada 285.184 perkara yang

berakhir dengan perceraian per tahun se-Indonesia. Angka tersebut merupakan

angka tertinggi sejak 5 tahun terakhir, adapun penyebab dari persoalan ini

disebabkan banyak hal, mulai dari selingkuh, ketidak harmonisan, sampai

persoalan ekonomi (Sulistyarini dan Jauhar, 2014).


5

Banyak hal yang menjadi penyebab keluarga tidak bahagia

permasalahan itu muncul bukan hanya setelah dilakukan perkawinan tetapi

bisa jadi permasalahan itu muncul sejak awal sebelum perkawinan dilakukan

yakni kesalahan dalam memilih calon suami atau istri, ekonomi keluarga yang

kurang mencukupi, perbedaan watak, ketidak puasan dalam berhubungan

seksual, kejenuhan dalam rutinitas, adanya wanita idaman lain (WIL) atau pria

idaman lain (PIL) dan lain sebagainya.

Jika salah satu dari pasangan suami istri kurang siap dalam menangani

masalah yang mereka hadapi, serta kurang pahamnya mereka tentang hak dan

kewajiban sebagai pasangan suami istri, maka permasalahan-permasalahan di

atas akan menjadi sebuah masalah besar dalam keluarga yang akan

menghancurkan keharmonisan keluarga. Oleh karena itu, perlu adanya profesi

penolong yaitu profesi konseling pranikah, dengan adanya konseling

pranikahdiharapkan individu dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap

dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya.

Terkait dengan sebelum pernikahan ataupun dalam pernikahan,

individu dapat memahami posisi yang akan dicapai setelah pernikahan

sehingga dapat menyesuaikan diri dengan masalah-masalah yang ada dan

dapat mencegah masalah-masalah yang akan muncul. Hal inilah yang melatar

belakangi diadakannya SUSCATIN (Kursus Calon Pengantin) atau yang

sekarang lebih dikenal dengan Kursus Pranikah yang diadakan oleh KUA

yang mana KUA (Kantor Urusan Agama) di sini merupakan bagian dari

institusi pemerintah daerah yang bertugas memberikan pelayanan kepada


6

masyarakat, khususnya di bidang urusan agama islam. KUA memiliki badan

resmi yang dibentuk hasil kerja sama dengan masyarakat yakni antara lain

badan penasehat, pembinaan dan pelestari perkawinan (BP4), penyuluhan

pengalaman ajaran agama Islam (P2A) dan badan kesejahteraan masjid

(BKM).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik menyusun makalah

mengenai pendidikan pranikah dan membentuk keluarga.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana gambaran pendidikan pranikah dan membentuk keluarga?

1.2.2 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan pranikah dan

membentuk keluarga?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui gambaran pranikah dan membentuk keluarga.

1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pranikah dan

membentuk keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Ajen Dianawati, From Single to Couple (Jakarta: GagasMedia, 2010), 200


Ana. 2011. Wujudkan Keluarga Impian Anda, Segeralah Lakukan Check up
Pranikah.

Anggun Prawesti, Buku Calon Pengantin dan Keluarga Muda (Yogyakarta:


Pustaka Aksara Media Utama, 2011), 25

Kathryn Geldard, David Geldard, Konseling Keluarga, (Yogyakarta: Pustaka


Belajar, 2011) hal. 79
Kementrian agama, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Surabaya: Direktorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2010), hal. 165
Kementrian Agama, Tuntunan Praktis Rumah Tangga Bahagia, (Sidoarjo: Badan
Penasihat, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4), 2012 hal. 8
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling dalam teori dan
Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011) hal 2
Pegangan Calon Pengantin (Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Kementrian Agama, 2010), 36

Sulistyarini, Mohammad Jauhar, Dasar-dasar Konseling, (Jakarta: Prestasi


Pustaka, 2014) hal.79

Anda mungkin juga menyukai