Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pranikah berasal dari 2 kata yaitu “pra” dan “nikah”, “pra” berarti awalan yang
bermakna sebelum. Arti kata “nikah” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di
persamakan artinya dengan “kawin”. Masa sebelum adanya perjanjian antara laki-laki
dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi menurut undang-undang
perkawinan agama maupun pemerintah. Pernikahan tidak hanya mempersatukan
pasangan laki-laki dan perempuan. Pernikahan merupakan bertemunya seorang laki-
laki dan seorang wanita yang berbeda ke dalam sebuah ikatan tali perjanjian yang
sacral dengan menjunjung tinggi nilai adat dan agama. Dalam pernikahan terdapat
tanggung jawab, komitmen dan tujuan untuk melanjutkan keturunan guna membentuk
keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah (W.J.S Poerwadarminta, 2010).
Kebijakan pemerintah melalui UU No. 16 tahun 2019 tentang perubahan atas
UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Perubahan ini membawa dampak hukum
bagi perubahan persyaratan usia perkawinan dari 16 tahun bagi perempuan dan 19
tahun bagi laki-laki menjadi 19 tahun bagi laki-laki maupun perempuan, dengan
syarat kedua orang tua mempelai meminta dispensasi ke pengadilan dengan alasan
yang jelas. Batas usia dimaksud dinilai telah matang jiwa raganya untuk
melangsungkan perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik
tanpa akhir pada perceraian dan mendapatkan keturunan yang sehat dan berkualitas.
Namun berdasarkan penelitian kesehatan, kesiapan usia menikah yang ideal adalah 21
tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. Kesiapan ini diperlukan agar para calon
pengantin mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reprodukasi, kehamilan,
merawat anak serta kehidupan berkeluarga.
Dampak positif jika menikah pada usia yang matang adalah adanya kedewasaan
dalam menyikapi berbagai permasalahan yang timbul setelah perikahan baik secara
biologis maupun kejiwaan. Sebaliknya pernikahan dibawah umur seringkali berakibat
tidak langgengnya ikatan perkawinan karena masih labilnya emosi dan kejiwaan
dalam mensikapi berbagai permasalahan setelah pernikahan sehingga rawan
terjadinya perceraian. Boleh jadi banyaknya kasus perceraian yang terjadi belakangan

1
ini disebabkan karena pernikahan yang tidak direncanakan atau karena keterpaksaan.
(PKB, 2020)
Demi mewujudkan tujuan tersebut tiap pasangan perlu mempersiapkan dengan
matang. Tidak hanya mempersiapkan fisik, modal keuangan yang mencukupi, tetapi
batin atau mental, serta riwayat kesehatan maupun kehidupan pribadinya juga perlu
dipertimbangkan, karena hal itu merupakan faktor penting untuk memenuhi
kebutuhan psikologis calon pengantin (Paratmanitya & Hadi, 2012).
Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Karang taliwang telah
dilaksanakan layanan kesehatan calon pengantin pada tahun 2020 sebanyak 101
pasangan. Adapun cakupan usia calon pengantin perempuan < 20 tahun yaitu
sebanyak 19 orang dan pada laki-laki 4 orang. Sedangkan pada usia pernikahan >20
tahun pada perempuan sebanyak 79 orang dan pada laki-laki >20 tahun sebanyak 97
orang. Selain itu pada pemeriksaan kesehatan terdapat calon pengantin dengan
cakupan yang mengalami KEK sebanyak 8 orang. Pada pemeriksaan laboratorium
pada calon pengantin terdapat yang mengalami anemia pada calon pengantin laki-laki
sebanyak 7 orang dan pada calon pengantin perempuan sebanyak 10 orang. Selain itu,
pada skrining pemeriksaan penyakit menular terdapat 2 orang yang menderita
Hepatitis B.
Calon pengantin yang akan menikah adalah cikal bakal terbentuknya sebuah
keluarga, sehingga sebelum menikah calon pengantin perlu mempersiapkan kondisi
kesehatannya agar dapat menjalankan kehamilan sehat sehingga dapat melahirkan
generasi penerus yang sehat dan menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera, dan
berkualitas. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin
tetap perlu diberikan meskipun di masa pandemic Covid-19, dengan memaksimalkan
penerapan protocol pencegahan penularan Covid 19.
Oleh karena itu pentingnya pemeriksaan kesehatan serta skrining dini oleh
petugas kesehatan seperti pengkajian psikologis, pemeriksaan laboratorium dan
penyakit menular yang perlu diberikan sebagai bentuk persiapan calon pengantin
menjadi orang tua dan merencanakan kehamilan yang sehat agar terwujudnya
masyarakat yang sehat.

2
B. TUJUAN

1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pranikah pada Nn”N” secara
komprehensif menggunakan manajemen sesuai dengan panduan profesi bidan
dengan melibatkan peran serta keluarga.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada
Nn”N” dan Tn”D”
b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan data subjektif dan data objektif yang
telah diperoleh, serta dapat mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan diagnose
berdasarkan interpretasi data yang telah dikumpulkan dari pengkajian pada
Nn”N” dan Tn”D”.
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial sesuai
dengan data yang diperoleh dari pengkajian pada Nn”N” dan Tn”D”.
d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera, kolaborasi dan rujukan
pada Nn”N” dan Tn”D”.
e. Mahasiswa dapat memberikan intervensi pada Nn”N” dan Tn”D” sesuai
dengan kebutuhan.
f. Mahasiswa dapat mengimplementasikan sesuai dengan rencana asuhan yang
dilakukan pada Nn”N” dan Tn”D”.
g. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sesuai dengan tindakan yang telah
diberikan pada Nn”N” dan Tn”D”.
C. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Ilmu pengetahuan
Dapat menjadi sumber informasi, menambah wawasan serta referensi bagi
pengembang ilmu pengetahuan khususnya mengenai pelayanan pranikah.
b. Bagi Puskesmas
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pranikah dan
menambah pengetahuan calon pengantin mengenai pemeriksaan pranikah.

3
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
Makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan dan sumber referensi di perpustkaan
untuk menambah informasi dan wawasan pembaca.
b. Bagi Profesi Bidan
Makalah ini dapat dijadikan sebagai bacaan dan masukan serta inovasi dalam
memberikan pelayanan pranikah sehingga calon pengantin lebih mengerti
tentang pentingnya pemeriksaan pranikah.
c. Bagi Penulis
Dengan dilakukannya pelayanan ini diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama pendidikan dan mengetahui secara nyata mengenai
pelayanan pranikah.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Pranikah
Kata Pra dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah awalan yang
bermakna “sebelum”. Pengertian nikah dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah
perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (secara resmi). (KBBI,
2010)
Menurut ensiklopedia Indonesia, nikah berarti perkawinan. Sedangkan menurut
Purwodarminto dalam bukunya Bimo, Kawin adalah perjodohan laki-laki dan
perempuan menjadi suami istri. Di samping itu menurut Homby marriage: The union of
two person as husband and wife. Ini berarti bahwa perkawinan itu adalah bersatunya dua
orang sebagai suami istri. (Bimo, 2008)
Perkawinan merupakan tuntutan naluri manusia untuk meneruskan keturunan,
memperoleh ketenangan hidup dan menumbuhkan serta memupuk rasa kasih sayang
antara suami istri.
2. Calon Pengantin (CAPENG)
a. Pengertian Calon Pengantin
Menurut Kemenkes RI (2018) calon pengantin adalah pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan. Calon pengantin dapat dikatakan sebagai pasangan yang
belum mempunyai ikatan, baik secara hukum Agama ataupun Negara dan pasangan
tersebut berproses menuju pernikahan serta proses memenuhi persyaratan dalam
melengkapi data- data yang diperlukan untuk pernikahan (Depag surabaya, 2010).
CATIN atau Calon Pengantin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan
istilah yang digunakan pada wanita usia subur yang mempunyai kondisi sehat sebelum
hamil agar dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat serta Calon Pengantin laki-
laki yang akan diperkenalkan dengan permasalahan kesehatan reproduksi dirinya serta
pasangan yang akan dinikahinya (KBBI, 2019).
Calon Pengantin adalah terdiri dari dua kata yaitu calon dan pengantin, yang
memiliki arti sebagai berikut, “Calon adalah orang yang akan menjadi pengantin”.
Sedangkan “Pengantin adalah orang yang sedang melangsungkan pernikahannya”.
Jadi calon pengantin adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan yang ingin atau
berkehendak untuk melaksanakan pernikahan. Dengan kata lain calon pengantin ini

5
adalah peserta yang akan mengikuti bimbingan pranikah yang diadakan oleh Kantor
Urusan Agama sebelum calon pengantin ini akan melangsungkan akad nikah (Mia
fatmawati, 2016).
b. Penyakit yang perlu diwaspadai oleh capeng
Menurut Kemenkes RI (2018), Fisik dan mental yang sehat merupakan
pondasi awal keluarga dalam mewujudkan generasi yang berkualitas, oleh karena
itu pasangan calon pengantin harus terbebaskan dari penyakit yang
dapatmempengaruhi kesehatan janin dan tumbuh kembang anak. Terdapat beberapa
penyakit yang perlu diwaspadai pada masa sebelum dan selama kehamilan, antara
lain :
1) HIV-AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan Virus yang menyerang
dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi sehingga tubuh
mudah tertular penyakit (Kemenkes RI, 2013). Pencegahan dan penanganan Infeksi
Menular Seksual dan HIV/AIDS bagi calon pengantin sangat penting, baik bagi
calon pengantin perempuan maupun laki-laki, mengingat calon pengantin
merupakan salah satu populasi rentan terhadap penularan penyakit tersebut. Perilaku
calon pengantin yang berisiko tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual dan
HIV/AIDS antara lain penyalahgunaan narkoba, penggunaan jarum suntik bersama,
seks tidak aman, tato dan tindik (Kemenkes RI, 2017) .
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab AIDS. Virus
ini termasuk RNA virus genus Lentivirus golongan Retrovirus family Retroviridae.
Spesies HIV-1 dan HIV-2 merupakan penyebab infeksi HIV pada manusia
(Soedarto, 2009). AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency
Syndrome, sebenarnya bukan suatu penyakit tetapi merupakan kumpulan gejala-
gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai macam mikroorganisme serta
keganasan lain akibat menurunnya daya tahan/kekebalan tubuh penderita (Irianto,
2013).
2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
Menurut Kemenkes RI (2013) Infeksi menular Seksual (IMS) adalah berbagai
infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak
seksual. Semua teknik hubungan seksual baik lewat vagina, dubur atau mulut baik
berlawanan jenis kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana
penularan penyakit kelamin. Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi

6
untuk tertular Infeksi Menular Seksual adalah kelompok remaja sampai dewasa
muda sekitar usia (15-24 tahun). Penyakit yang tergolong infeksi menular seksual
adalah sebagai berikut :
a) IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non spesifik,
Sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum,Vaginosis bacterial
b) IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma Akuminata,
Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus Kontagiosum.
c) IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis
d) IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu: Trikomoniasis,
Pedikulosis Pubis, Skabies (Kemenkes RI, 2013).
3) Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh Virus
DeoxyriboNucleic Acid anggota family Hepadnavirus dari Genus
Orthohepadnavirus yang berdiameter 40-42 nm (Hardjoeno, 2007). Virus
tersebut penyebab terjadinya radang hati akut atau kronis bila berlanju menjadi
sirosis hati atau kanker hati (Mustofa & Kurniawaty, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2013), faktor penyebab terjadinya penyakit
Hepatitis B adalah kontak lensi atau sekret dengan penderita hepatitis B, tranfusi
darah dan belum mendapat vaksinasi Hepatitis B. Jalur penularan infeksi virus
hepatitis B di Indonesia terbanyak adalah secara parenteral yaitu secara vertikal
(tranmisi) maternal-neonatal atau melalui hubungan seksual, iatrogenik dan
penggunaan jarum suntik bersama (Juffrie et al, 2010). Penanda seseorang
teridentifikasi terinfeksi Hepatitis B adalah melalui saliva, air mata, cairan
seminal, serebrospinal, asites dan air susu ibu (Thedja, 2012).
4) Malaria
Menurut Saputra (2011) malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh
Plasmodium yang sering ditemukan di kawasan Tropika yang apabila penyakit ini
diabaikan dapat menjadi serius yaitu berdampak kematian. Malaria adalah penyakit
yang dapat bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh Protozoa Genus
Plasmodium dengan gejala demam, Anemia dan Splenomegali (Kemenkes RI,
2013). Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dampak
dari penyakit tersebut adalah kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu
bayi, anak balita, ibu hamil dan pada umur dewasa dan secara tidak langsung
malaria dapat menyebabkan Anemia dan menurunkan produktivitas kerja (Harijanto,

7
2010).
Rahayu (2010) mengemukakan bahwa Agent penyebab penyakit malaria
adalah Plasmodium bergenus Plasmodia, Family Plasmodiidae dari Ordo
Coccidiidae. Cara penularannya yaitu dari gigitan nyamuk Anopheles yang sedang
menyedot darah dan mengeluarkan cairan berupa Plasmodium kedalam darah
manusia dan terinfeksi lalu menjadi sakit. Secara tidak alamiah penularan penyakit
malaria ada 3 yaitu malaria bawaan terjadi pada bayi yang baru lahir akibat dari ibu
yang menderita malaria hal tersebut terjadi melalui tali pusat atau Plasenta. Secara
mekanik terjadi melalui transfusi darah menggunakan jarum suntik.
5) Penyakit Genetik (Penyakit Keturunan)
Calon Pengantin perlu mengetahui tentang penyakit genetik karena :
Penyakit genetik disebabkan oleh kelainan gen yang diturunkan saat terjadinya
pembuahan sperma terhadap ovum. Penyakit genetik (Talasemia dan Hemofilia)
dapat dilhat dengan riwayat keluarga calon pengantin.
a) Bila salah satu calon pengantin menderita penyakit genetik maka memungkin
anak yang dilahirkan berpotensi menderita kelainan tersebut. Konseling
sebelum pernikahan diperlukan apabila salah satu dari calon pengantin atau
garis keturunannya menderita penyakit tersebut.
b) Penyakit genetik yang dapat mempengaruhi kehamilan dan kesehatan janin
(Talasemia dan Hemofilia) (Tjokroprawi, 2015).
c. Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin (CAPENG)
Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premarital Check Up) merupakan
pemeriksaan untuk memastikan status kesehatan dari kedua calon mempelai laki-
laki dan perempuan yang hendak menikah. Hal ini diperuntukan untuk mendeteksi
dini adanya penyakit menular, menahun dan kesuburan maupun kesehatan jiwa
seseorang. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk melakukan tindakan terhadap
permasalahan kesehatan terkait kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara
genetik (laporan klinik prodia, 2012). Calon pengantin perlu mendapatkan
pemeriksaan kesehatan untuk menentukan status keehatan agar dapat
merencanakan dan mempersiapkan kehamilan yang sehat dan aman. Pemeriksaan
kesehatan yang diperlukan oleh calon pengantin berpedoman pada buku saku calon
pengantin KemenKes RI, (2018) yaitu meliputi :
1) Pemeriksaan Fisik
Menurut Surussin dan Moh. Muhsin (2014) pertumbuhan jasmani dalam

8
fase kehidupan manusia akan mengalami perkembangan yang sangat signifikan
ketika memasuki usia remaja, karena pada usia remaja sudah mulai tumbuh dan
berfungsi organ reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan semakin kuat saat
mengakhiri usia remaja, demikian pula dengan fungsi organ reproduksi akan
berjalan dengan baik saat berakhir usia remaja dan semakin matang ketika
memasuki fase dewasa. Menurut ilmu kesehatan, fase terbaik untuk melahirkan
adalah usia 20-30 tahun. Pemeriksaan fisik termasuk status gizi yang diperlukan
oleh catin antara lain adalah :
a) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status
kesehatan melalui pengukuran dan pemeriksaan (denyut nadi, frekuensi
nafas, suhu tubuh dan seluruh tubuh).
b) Pemeriksaan status gizi, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
status gizi dan deteksi awal anemia, melalui pengukuran atau pemeriksaan
(berat badan, tinggi badan, LILA dan tanda-tanda anemia) (BKKBN, 2006).
2) Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
Menurut Kemenkes RI (2018), menyatakan bahwa Pemeriksaan
penunjang (laboratorium) yang diperlukan oleh catin terdiri dari :
1. Pemeriksaan darah meliputi (Hemoglobin (HB) dan golongan darah).
2. Dalam kondisi tertentu/atas saran dokter dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu sebagai berikut (Gula darah, HIV, IMS (Sifilis), Hepatitis,
TORCH, Malaria (daerah endemis), Talasemia dan pemeriksaan lain sesuai
indikasi).
3. Penyakit genetik, misalnya : Talasemia, buta warna, Hemofilia dan lain-lain.
4. Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya kecenderungan Diabetes
Mellitus (kencing manis), Hipertensi (tekanan darah tinggi), kelainan jantung,
dan sebagainya.
5. Penyakit infeksi misalnya, Penyakit Menular Seksual (PMS), Hepatitis B dan
HIV/AIDS.
6. Vaksinasi, Hal ini dilakukan untuk kekebalan terhadap virus Rubella. Infeksi
Rubella pada kehamilan dapat menimbulkan kelainan pada janin seperti
kepala kecil, tuli, kelainan jantung dan bahkan kematian. Perlu pula
pemeriksaan virus Herpes karena dapat menyebabkan cacat janin dan
kelahiran prematur (Kemenkes RI, 2013).

9
Pemeriksaan kesehatan pranikah disesuaikan dengan gejala tertentu
yang dialami calon pasangan secara jujur, berani dan objektif (Hamdani,
2012). Adapun pemeriksaan tersebut sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Hemoglobin
Menurut Kemenkes RI (2013) anemia adalah kondisi kekurangan
sel darah merah atau hemoglobin antara Kadar HB <1d/gl atau <10,5 g/dl.
Pemeriksaan hemoglobin yaitu pemeriksaan molekul protein pada sel
darah merah yang berfungsi sebagai media transportasi oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan
tubuh ke paru- paru. Calon pengantin biasanya juga diminta untuk
melakukan pemeriksaan darah Anti Cardiolipin Antibody (ACA). Penyakit
yang berkaitan dengan hal itu bisa mengakibatkan aliran darah mengental
sehingga darah si ibu sulit mengirimkan makanan kepada janin yang
berada di dalam rahimnya. Selain itu jika salah satu calon pengantin
memiliki catatan Down Syndrome karena kromosom dalam keluarganya,
maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih intensif lagi. Sebab riwayat itu
bisa mengakibatkan bayi lahir idiot (Hamdani, 2012).
b. Pemeriksaan Gula Darah
Menurut Mia Fatmawati (2016), Pemeriksaan ini bermanfaat untuk
mengatahui adanya penyakit kencing manis (Diabetes Melitus) dan juga
penyakit penyakit metabolik tertentu. Ibu hamil yang menderita Diabetes
tidak terkontrol dapat mengalami beberapa masalah seperti : janin yang
tidak sempurna/cacat, Hipertensi, Hydramnions (meningkatnya cairan
ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta Macrosomia
(bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan
sehingga janin tumbuh sangat besar).
Pemantauan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer
a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa >126 mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah es toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban 75 gram.
c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan
klasik atau pemeriksaan HbA1c >6,5% dengan menggunakan metode

10
High-Performance Liquid Chromatograhy (HPLC) yang terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)
(Perkeni, 2015).
c. Pemeriksaan HbsAG (Hepatitis B Surface Antigen)
Hepatitis B merupakan infeksi menular serius yang terjadi pada hati
disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B bisa menjadi kronis setelah
beberapa bulan seja terinfeksi pertama kali (Kemenkes RI, 2013). Pemeriksaan
ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus hepatitis B,
diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan memantau Clearence Virus.
Selain itu pemeriksaan ini juga bermanfaat jika ditemukan salah satu pasangan
menderita Hepatitis B maka dapat diambil langkah antisipasi dan pengobatan
secepatnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014).
HBsAg (Hepatitis B surface antigen) merupakan suatu protein antigen
dimana antigen tersebut dapat menjadi indikator awal dari hepatitis B akut dan
sering kali (digunakan untuk) mengidentifikasi orang-orang yang terinfeksi
sebelum gejala- gejala muncul. HBsAg dapat dideteksi pada cairan tubuh yang
terinfeksi dan menghilang dari darah selama masa pemulihan. Pada beberapa
orang (khususnya mereka yang terinfeksi adalah anak- anak atau mereka yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita AIDS),
infeksi kronis dengan VHB dapat terjadi dan HBsAg tetap positif (Sri W. dkk,
2008).
d. VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit Herpes,
Klamidia, Gonorea, Hepatitis dan Sifilis pada calon pasangan, sehingga bisa
dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan terjangkit
penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga berguna untuk mengetahui
ada atau tidaknya penyakit yang bisa mempengaruhi kesehatan ibu hamil
maupun janinnya (Mia Fatmawati, 2016). Untuk menegaskan diagnosa perlu
dilakukan tes yang bersifat lebih spesifik yaitu dengan tes TPHA (Treponema
Pallidum Haem Glutination) (Wagiyo, 2016).
e. Pemeriksaan TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Keempat penyakit tersebut

11
merupakan infeksi yang bisa menular dari ibu hamil terhadap janin yang
dikandungnya. Jika seorang ibu hamil menularkan infeksi tersebut ke janinnya,
maka hal fatal bahkan risiko cacat lahir bisa terjadi pada kesehatan janin
(Emma Kasyi, 2018).
f. Skrining dan Imunisasi Tetanus
Sejak tahun 1986 sudah ditetapkan oleh pemerintah tentang aturan
resmi untuk Imunisasi Tetanus Toxsoid (TT) (Ekastyapoo, 2010). Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang
Imunisasi Tetanus Toxsoid calon pengantin ditekankan untuk di seluruh
Indonesia melaksanakan, memantau serta melaporkan secara berkala hasil dari
pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi Tetanus Toxsoid calon
pengantin sesuai dengan pedoman pelaksanaan. Peraturan tersebut masih
berjalan sampai sekarang yaitu merupakan kewajiban untuk calon pengantin
melaksanakan Imunisasi Tetanus Toxsoid dan menunjukkan surat/kartu bukti
imunisasi TT1 sebagai administrasi pernikahan yang bisa dilakukan di
pelayanan kesehatan terdekat Puskesmas atau Rumah sakit (Lestari, 2017).
Calon pengantin wanita harus melakukan imunisasi Tenanus Toxoid
untuk mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit tetanus, sehingga akan
memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus. Setiap perempuan usia subur (15-49 tahun) diharapkan sudah
mendapatkan 5 kali Imunisasi Tetanus Toxsoid lengkap, jika status Imunisasi
Tetanus Toxsoid belum lengkap, maka calon pengantin perempuan harus
melengkapi status Imunisasi Tetanus Toxsoid di Puskesmas (Kemenkes RI,
2018).
Tabel 2.1
Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Pemberian Interval (Selang Waktu Tahapan Masa
Imunisasi Pemberian Minimal) Perlindungan
TT 1 Langkah awal
pembentukkan
kekebalan tubuh
terhadap penyakit
tetanus.
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

12
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 >25 tahun
Sumber : Permenkes Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
3. Konseling Pranikah Calon Pengantin
Pranikah adalah masa sebelum adanya perjanjian antara laki-laki dan
perempuan, tujuannya untuk bersuami istri dengan resmi berdasarkan undang- undang
perkawinan agama maupun pemerintah. Dari pengertian ini, maka yang dimaksud
dengan konseling pranikah ialah proses pemberian bantuan terhadap calon pengantin,
sebelum melangsungkan kehidupan berumah tangga dan memberikan petunjuk untuk
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Thohari 2002).
Konseling pranikah adalah nasehat yang diberikan kepada pasangan sebelum
menikah, menyangkut masalah medis, psikologis, seksual dan sosial. Jadi, Konseling
Pranikah dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin untuk menganalisis
kemungkinan masalah dan tentangan yang akan muncul dalam rumah tangga mereka
dan membekali mereka kecakapan untuk memecahkan masalah (Munira, 2006).
Kelas calon pengantin (catin) merupakan salah satu usaha dan kepedulian
pemerintah untuk membantu kesiapan calon pengantin dalam menjalankan kehidupan
rumah tangga. Adanya program konseling pranikah adalah suatu proses pemberian
bantuan oleh seseorang yang profesional terhadap pasangan calon suami istri sebelum
melaksanakan perkawinan dan memberikan bekal serta petunjuk sehingga dapat
membentuk kehidupan rumah tangga yang bahagia dunia akhirat (Amalia R, 2018).
Beberapa kegiatan dalam konseling pranikah yang diberikan oleh petugas ke
catin yang membahas tentang kesehatan reproduksi yang meliputi masa kehamilan,
masa subur, proses kehamilan, tanda-tanda kehamilan, kehamilan yang ideal dan
beresiko, tanda bahaya kehamil, tanda-tanda perubahan emosional pada ibu bayi,
program perencanaan persalinan dan komplikasi (P4K) dan pilihan metode
kontrasepsi bagi pasangan baru yang ingin menunda kehamilan (Kemenkes RI, 2018).
Metode yang digunakan petugas dalam memberikan konseling pranikah adalah
menggunakan metode ceramah, tanya jawab, leaflet dan media slide show untuk
meningkatkan pengetahuan calon pengantin. Metode tersebut dianggap ampuh dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun perlunya kaloborasi antara lintas
program/pemegang program calon pengantin dengan petugas gizi dan psikolog terkait
dengan materi penyuluhan guna peningkatan pengetahuan gizi dan perubahan

13
emosional kelak pada ibu hamil baru atau pada masa trisemester awal (Amalia R,
2018).
4. Alur Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin
Alur Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin Menurut
Kemenkes RI (2011), dalam Buku Saku Penyuluhan Pernikahan kesehatan reproduksi
calon pengantin menyatakan bahwa alur pelaksanaan pelayanan kesehatan dan KIE
kesehatan reproduksi bagi Calon Pengantin adalah sebagai berikut :
1) Calon Pengantin mengisi formulir persyaratan nikah (model N1 sampai N4, dan
formulir lainnya yang diperlukan) dari kelurahan/desa tempat tinggal Calon
Pengantin.
2) Calon Pengantin datang ke Kantor Urusan Agama atau Lembaga Agama lainnya
untuk mengurus pernikahnnya.
3) Calon Pengantin membawa surat pengantar dari Kantor Urusan Agama ke
Puskesmas untuk mendapatkan surat keterangan kesehatan termasuk status
imunisasi tetanus.
4) Di fasilitas pelayanan kesehatan petugas memberikan pelayanan kesehatan,
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisk, skrining dan pelayanan Imunisasi Tetanus
Toxsoid (TT), pemeriksaan laboratorium dan rujukan bila diperlukan.
5) Calon Pengantin kembali ke Kantor Urusan Agama atau lembaga lainnya dengan
membawa surat keterangan kesehatan termasuk status Imunisasi Tetanus Toxsoid
(TT).
6) Setelah calon pengantin melakukan pernikahan, KUA akan mencatatkan
pernikahan pasangan pengantin yang telah menyerahkan formulir model N1 sampai
dengan N4, surat keterangan kesehatan dan status Imunisasi Tetanus Toxsoid (TT),
Untuk calon pengantin diluar Agama Islam, pencatatan pernikahan di Kantor
Catatan Sipil (Kemenkes RI, 2018).
5. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial
secaara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Calon pengantin perlu mengetahui dan
menjaga kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut :

1) Calon pengantin perlu mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk


menjalankan proes, fungsi dan perilaku yang sehat dan aman.

14
2) Calon pengantin perempuan akan mejadi calon ibu yang harus mempersiapkan
kehamilanya agar dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.
3) Calon pengantin laki-laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki kesehatan
yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga, seperti menggunakan
alat kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan persalinan yang aman.
4) Laki-laki dan perempuan mempunyai resiko masalah kesehatan reproduksi
terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih rentan terhadap masalah kesehatan
reproduksi yang terjadi pada saat berhubungan seksual, hamil, melahirkan, nifas,
keguguran dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya
lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan Infeksi Menular Seksual
(IMS) termasuk HIV.
5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga
kesehatan reproduksi (Evrianasari, 2017).
a. Kesetaraan Gender Dan Kesehatan Reproduksi
Gender adalah pembagian peran kedudukan dan tugas antara laki- laki dan
perempuan yag ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan
perempuan yang diangap panas sesuai dengan norma- norma dan adat istiadat
(Kemenkes RI, 2011). Kesetaraan gender adalah suatu keadaan setara dimana
antara laki-laki dan perempuan dalam hak (hukum) dankondisi (kualitas hidup)
adalah sama, laki-laki dan perempuan bebas mengembangkan kemampuan
personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip,
peran gender yang kaku.
Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan adalah :
b. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki dapat
saling menghormati dan menghargai satu sama lain misalnya :
 Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara
bersamaan dan tidak memaksakan ego masing-masing.
 Suami istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga, pengasuhan
dan pendidikan anak.
 Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan.
 Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI ekslusif (Kemenkes
RI, 2018).
c. Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal dibawah ini :

15
 Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak rambut,
menyudut dengan rokok, melukai dan lain-lain).
 Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar yang
merendahkan, membentak, mengancam dan lain-lain).
 Kekerasan seksual.
 Penelantaran rumah tangga (Kemenkes RI, 2018).
b. Hak Dan Kesehatan Reproduksi
Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiiki oleh setiap laki-
laki dan perempuan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak ini
menjadi jaminan calon pengantin untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak dan waktu memiliki anak sera untuk
memperoleh informasi kesehatan reproduksi (Makruf, 2011). Informasi yang
perlu diketahui oleh calon pengantin dalam kesehatan reproduksi antara lain
adalah :
1) Kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara mengatasinya.
2) Agar calon pengantin terlindungi dari Penyakit Infeksi Menular Seksual
(IMS), HIV/AIDS dan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), memahami cara
penularannya, upaya pencegahan dan pengobatan.
3) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yaitu agar aman, efektif, terjangkau,
dapat diterima, sesuai dengan pilihan dan tanpa paksaan serta mengetahui dan
memahami efek samping dan komplikasi dari masing-masing alat dan obat
kontrasepsi.
4) Bagi calon pengantin berhak mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi
yang dibutuhkan agar sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan,
persalinan, nifas serta memperoleh bayi yang sehat.
5) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang, saling
meghargai dan menghormati, dilakukan tanpa paksaan, ancaman dan
kekerasan (Lestari, 2017).
c. Cara Merawat Organ Reproduksi
Menurut Kemenkes RI (2018) Untuk menjaga kesehatan fungsi organ
reproduksi perlu dilakukan perawatan baik pada laki- laki dan perempuan,
antara lain adalah :
1) Pakaian dalam ganti minimal 2 x sehari.

16
2) Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan cairan.
3) Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
4) Menggunakan celana tidak ketat.
5) Membersihkan organ kelamin setelah buang air kecil dan buang air besar.

Calon pengantin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar mempunyai


pemahaman dan kepedulian bila kelak hamil, mempersiapkan diri untuk hamil
dan bersalin secara sehat dan aman. Kehamilan adalah masa dimana seorang
perempuan memiliki janin yang seang tumbuh didalam tubuhnya. Setiap
kehamilan harus direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan
baik. Masa subur dapat dihitung dengan cara menghitung ovulasi/masa subur
pada wanita. Puncak masa subur adalah 13 hari setelah haid hari pertama dan
masa subur terjadi kurang lebih dari tiga hari sebelum dan sesudah menuju
puncak masa subur tersebut. Tanda-tanda pada masa subur adalah terjadi
perubahan pada lendir serviks, adanya dorongan seksual meningkat, temperatur
tubuh meningkat dan payudara lebih lunak (Ponda F., 2018).
6. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi)
atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Taufan
Nugroho dkk, 2014)
Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas
(BKKBN, 2015).
Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-
laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia
subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat
menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan
metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat
diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang
akan datang (Manuaba.2015).

Macam-macam kontrasepsi Menurut (Atikah proverawati, 2010) Kontrasepsi


Sederhana :

17
1) Kondom Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis
sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama
2) sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan
ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita.
Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka kegagalan dari penggunaan
kondom ini 5-21%.
3) Coitus Interuptus Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan
senggama dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi.
Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat
untuk digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko
kegagalan dari metode ini cukup tinggi.
4) KB Alami KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur,
dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3
cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
5) Diafragma Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah
sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4- 8%
kehamilan.
6) Spermicida Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan
dan menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina,
sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina,
krim dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai
dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.
7. Panduan Pelaksanaan Pelayanan Kegiatan selama Pandemi Covid-19
a. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin
Pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin di masa pandemic Covid-19 dan
masa adaptasi kebiasaan baru dilaksanakan dengan memaksimalkan penerapan
protocol pencegahan Covid-19 pada calon penganti, petugas kesehatan, petugas
keagamaan fasilitator bimbingan perkawinan, keluarga serta masyarakat, Lebih
jelasnya dapat dilihat pada table :
Tabel 2.2 Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin
N Kriteria Zona Hijau dan Zona Zona Orange dan Zona
o Kuning Merah
1 Teknis umum  Pelayanan Kesehatan  Pelayanan kesehatan

18
pelaksanaan Reproduksi Calon reproduksi calon
pelayanan Pengantin dapat pengantin dilakukan
dilaksanakan dengan dengan
membuat perjanjian mengoptimalkan media
terlebih dahulu online/daring dan tidak
dilakukan secara
langsung, kecuali bagi
catin yang mempunyai
keluhan kesehatan
dengan syarat membuat
perjanjian terlebih
dahulu dengan petugas
 Dilakukan anamnesa kesehatan
melalui teleregistrasi  Dilakukan anamnesa
terkait : gejala dan risiko melalui teleregistrasi
tertular Covid (dengan terkait
menelusuri riwayat - Gejala dan risiko tertular
kontak) Covid-19
- Konseling kesehatan
 Melakukan validasi hasil reproduksi pengantin
anamnesa teleregistrasi  Melakukan validasi hasil
dengan melakukan triase anamnesa eleregistrasi
kepada calon pengantin dengan melakukan triase
yang datang ke fasilitas kepada calon pengantin
kesehatan yang datang ke fasilitas
kesehatan
-
2 Pemeriksaan  Petugas kesehatan  Pemeriksaan kesehatan
kesehatan dapat melakukan dapat dilakukan di
calon pemeriksaan kesehatan fasilitas pelayanan
pengantin calon pengantin dengan kesehatan dengan
syarat menggunakan membatasi kuota per
APD lengkap sesuai hari ( menyesuaikan
standard dan sudah dengan kondisi fasilitas
mendapatkan perjanjian kesehatan masing-
terlebih dahulu dari masing), diutamakan
calon pengantin. untuk calon pengantin
yang akan menikah H-
30 hari.
 Pemeriksaan kesehatan
dapat dilakukan jika
fasilitas pelayanan
kesehatan dapat
memenuhi standar
sesuai dengan Petunjuk
Teknis Pelayanan
Puskesmas Pada Masa
Pandemic Covid-19,
antara lain:
- Mengatur pemisahan

19
ruangan antara
pelayanan bagi orang
yang sehat dan yang
sakit
- Jumlah tenaga
kesehatan mencukupi
- Mengatur agar tidak
terdapat penumpukan
pasien dan
pembatasan jumlah
pasien.
- Ketersediaan APD
yang mencukupi
- Mematuuhi protocol
pencegahan penularan
Covid-19 secara ketat.
 Jika fasilitas pelayanan
kesehatan tidak dapat
memenuhi persyaratan
diatas maka konseling
dan pemeriksaan
kesehatan (anamnesa)
dianjurkan dilakukan
secara online/daring.
 Untuk pemeriksaan
fisik dan laboratorium
ditunda dan akan
dilakukan sesuai
dengan perbaikan
kondisi pandemic
covid-19 setempat
dengan mematuhi
protok pencegahan
penularan covid secara
ketat (saat konseling
diinformasikan
supaya pasangan catin
menunda kehamilan
sampai dilakukan
pemeriksaan
kesehatan).
 Pelayanan tatap muta
hanya dapat diberikan
bagi calon pengantin
yang mempunyai
keluhan kesehatan
dengan syarat
menggunakan APD
lengkap sesuai standar,
sudah mendapatkan

20
perjanjian terlebih
dahulu dari calon
pengantin dan
memperhatikan
protocol pencegahan
penularan Covid-19.
3 Pemberian KIE  Pemberian  Pemberian
kesehatan KIE/konseling KIE/konseling
reproduksi kesehatan reproduksi kesehatan reproduksi
calon calon pengantin dapat calon pengantin tidak
pengantin dilakukan secara dilakukan secara
langsung dengan langsung atau tatap
menggunakan APD dan muka, tetapi
mematuhi protocol dilakukan melalui
pencegahan penularan media online/daring.
Covid-19, tetapi bila
masih memungkinkan
masih bisa
mengoptimalkan
penggunaan media
online
4 Penyampaian Petugas kesehatan Petugas kesehatan
rekomendasi memberikan konsultasi memberikan konsultasi
dan informasi kepada klien kepada klien
lebih lanjut menggunakan wa/telepon menggunakan wa/telepon
atau menerima klien kecuali ditemmukan
secara langsung dengan masalah kesehatan pada
menggunakan APD dan calon pengantin yang
memperhatikan protocol memerlukan penanganan
pencegahan penularan lebih lanjut.
Covid-19

b. Ketersediaan Sarana, Prasarana, Alat Kesehatan dan Bahan Habis Pakai Penunjang
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin
1) Tempat cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir (pintu masuk, ruang tunggu,
ruang pelayanan)
2) Ruang ganti pakaian dan sepatu petugas loker
3) APD
4) Disinfektan
5) Papan pemberitahuan jadwal pelayanan
6) Penyediaan masker untuk calon pengantin yang datang tidak menggunakan masker
7) Penyediaan alat skrining kesehatan thermometer gun dan formulir penapisan
8) Mengupayakan kesetersediaan teleregistrasi sehingga dapat dilakukan skrining
untuk memastikan bahwa calon pengantin yang datang tidak mempunyai risiko

21
menderita Covid-19 sebelum tiba di fasilitas kesehatan dan menyampaikan pesan-
pesan untuk mencegah penularan Covid-19
9) Tersedianya media KIE atau pesan-pesan kesehatan tentang pencegahan penularan
Covid-19
c. Pengaturan Tempat
1) Ruang pelayanan memiliki ventilasi dan aliran udara yang baik serta masuk sinar
matahari
2) Penempatan alur pelaksanaan pelayanan, ruang tunggu, ruang pemeriksaan yang
terpisah dari ruangan untuk pasien yang sakit
3) Desinfeksi secara berkala ruangan pelayanan setiap hari menggunakan desinfektan
standar
4) Penerapan physical distancing melalui pengaturan tata letak alat-alat dan perkakas
lainnya sehingga memungkinkan jarak antar orang minimal 1-2 meter
5) Tersedianya ruangan khusus pemakaian dan pelepasan APD dengan SOP yang jelas
ditempelkan di tempat strategis yang mudah dibaca semua orang
6) Tersedia tempat khusus APD yang telah digunakan dan terdapat SOP perlakuan
terhadap semua orang
7) Pengaturan jarak antar tempat duduk diruang tunggu dengan jarak minimal 1-2 meter
8) Pengaturan pengunjung yang hanya mengantar calon pengantin tidak diperboleh
masuk ke dalam fasilitas pelayanan kesehatan:disediakan ruang tunggu di halaman
fasilitas pelayanan kesehatan
d. Pengaturan Waktu
1) Mengatur jam pelayanan seusai dengan kapasitas ruang tunggu melalui teleregistrasi,
sehingga tidak terjadi penumpukan antrian di ruang tunggu
2) Pembatasan waktu kunjungan sesuai dengan jadwal dan ada atau tidaknya antrian di
ruang tunggu
3) Dapat juga dengan melakukan penjadwalan pelayanan kesehatan reproduksi calon
pengantin pada hari tertentu
e. Petugas Kesehatan Pemberi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin
1) Harus dalam kondisi kesehatan yang baik, bila memungkinkan melakukan skrining
sederhana dengan memanfaatkan kuesioner pada aplikasi sehatpedia atau halodoc
atau aplikasi lain yang tersedia
2) Sebelum melaksanakan tugas, petugas mengganti pakaian, sepatu, dengan pakaian
dan sepatu khusus untuk bertugas, serta menggunakan masker baru

22
3) Lakukan skrining awal sederhana Covid-19 (Anamnesa) pada calon pengantin saat
pendaftaran melalui teleregistrasi
4) Lakukan triase untuk validasi hasil skrining yang sudah dilakukan melalui
teleregistrasi. antara lain dengan cek suhu badan.
5) Petugas kesehatan yang memberikan pelayanan langsung bagi calon pengantin (tatap
muka) wajib menggunakan APD sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
mematuhi protocol pencegahan Covid-19
6) Langsung cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir setiap kali selesai melakukan
palayanan pada setiap calon pengantin
7) Mengoptimalkan Pemberian Materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Serta
pelaksanaan konseling terkait kesehatan reproduksi calon pengantin secara online
atau konsultasi via telepon.
f. Calon pengantin yang akan mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi calon
pengantin
1) Wajib membuat perjanjian terlebih dahulu melalui petugas puskesmas
2) Bisa datang sendiri atau bersama pasangan
3) Wajib menggunakan masker ketika datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
4) Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan hand sanitize
ketika akan masuk ke ruang pelayanan
5) Tidak didampingi atau membawa anggota keluarga yang rentan (anak <12 tahun
serta lansia)
8. Usia Ideal Pernikahan
Dalam Undang-undang nomor I Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 7
menyebutkan  Perkawinan hanya diijinkan jika pria berusia 19 tahun dan pihak wanita
sudah mencapai 16 tahun. Kini berdasarkan peraturan perundang-undangan perkawinan
yang telah direvisi dan disetujui oleh MK, usia maksimal perkawinan adalah 19 tahun baik
bagi wanita maupun pria. Namun berdasarkan penelitian kesehatan, kesiapan usia menikah
yang ideal adalah 21 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. Kesiapan ini diperlukan
agar para calon pengantin mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reprodukasi,
kehamilan, merawat anak serta kehidupan berkeluarga.
Dampak positif jika menikah pada usia yang matang adalah adanya kedewasaan
dalam menyikapi berbagai permasalahan yang timbul setelah perikahan baik secara
biologis maupun kejiwaan. Sebaliknya pernikahan dibawah umur seringkali berakibat
tidak langgengnya ikatan perkawinan karena masih labilnya emosi dan kejiwaan dalam

23
mensikapi berbagai permasalahan setelah pernikahan sehingga rawan terjadinya
perceraian. Boleh jadi banyaknya kasus perceraian yang terjadi belakangan ini disebabkan
karena pernikahan yang tidak direncanakan atau karena keterpaksaan. Oleh karena itu
menikah diusia yang ideal 21 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria merupakan usia
pernikahan yang direkomendasikan dari sisi kesehatan karena pada usia ini calon
pengantin sudah mempunyai mental dan emosi yang stabil sehingga jika terjadi
permasalahan atau goncangan dalam biduk rumah tangga mereka, pasangan keluarga ini
akan dapat mengatasinya secara dewasa dan penuh tanggung jawab.
9. Anemia
a. Pengertian
Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari
batas normal (Rahmawati, 2009). Anemia gizi besi besi adalah anemia yang timbul
karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain
di dalam tubuh (Supariasa, 2011). Secara garis besar anemia gizi data dibedakan
menjadi 2 macam yaitu : a) Anemia hiokromik mikrositik, yaitu anemia
yangdisebabkan oleh kekurangan zat besi, b) Anemia megaloblastik yaitu anemia yang
disebabkan oleh kekurangan asam folat dan vitamin B12. Anemia gizi yang disebabkan
oleh kekurangan zat besi disebut dengan anemia gizi besi. Disamping kekurangan zat
besi, anemia juga disebabkan oleh kekurangan asam folat dan vitamin B12.
Anemia juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran/jumlah
eritrosit atau kandungan hemoglobin. Anemia tidak pernah menjadi sebab utama dari
suatu penyakit.. biasanya anemia selalu menjadi akibat sampingan dari keadaan
patologis atau suatu penyakit tertentu. Rendahnya kadar hemoglobin dapat dilihat pada
bagian dalam kelopak mata, yaitu kelopak mata berwarna pucat (Supariasa, 2011).
Semakin rendah kadar Hb maka anemia yang diderita makin berat. Zat besi penting
dalam pembentukan hemoglobin, suatu komponen darah. Hemoglobin membawa
oksigen ke seluruh tubuh, termasuk plasenta.
Anemia gizi besi dapat terjadi pada semua golongan umur dan jenis kelamin,
mulai dari bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa dan lansia laki-laki maupun
perempuan (Purnadhibrata, 2011). Ada beberapa pengertian hemoglobin menurut
pendapat para ahli yaitu :
a) Hemoglobin merupakan protein yang kaya akan zat besi dan memiliki aktifitas
terhadap 02 dengan 02 itu membentuk oxihemoglobin (Rahmawati, 2009)

24
b) Hemoglobin merupakan suatu protein terkonyugasi yang memberi warna merah
pada darah. Dari kedua pendapat para ahli tersebut, sama-sama mempunyai
pengertian bahwa hemoglobin merupakan suatu protein yang mengandung zat besi
dan memiliki aktifitas terhadap O2 yang memberi warna merah pada darah serta
mempunyai tugas sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh.
Anemia gizi besi terjadi karena ketidakseimbangan jumlah konsumsi zat besi
lebih rendah dibandingkan jumlah zat besi yang dibutuhkan atau digunakan. Kebutuhan
zat besi diperhitungkan berdasarkan jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat saluran
pencernaan dan kulit (dan sedikit atau diabaikan lewat urine) adalah 0,9mg/hari untuk
laki-laki dewasa dengan berat badan 65 kg atau 14µg/kg berat badan/hari. pada
perempuan dewasa yang berat badannya 54 kg adalah 0,8 mg/hari.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia gizi besi
1) Umur
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuasaan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Umur pada remaja juga mempengaruhi
perkembangan kognitif. Pada remaja pertengahan umur 14-16 tahun pertumbuhan
masih berlangsung., pada saat ini sering terjadi konflik dan masih mengikuti teman
dalam menjari jati diri. Sedangkan pada remaja tua umur 17-19 tahun pertumbuhan
biologis sudah melambat, emosi, kosentrasi dan cara berfikir remaja mulai stabil.
Remaja tua cenderung sudah berfikir stabil dan lebih terpapar akan informasi
tentang gizi sehingga sudah memperhatikan asupan makanan bergizi sehingga
mengurangi resiko terkena anemia gizi besi dibandingkan remaja tengah .
2) Konsumsi Zat Gizi
a) Konsumsi Energi dan Protein
Energi adalah kebutuhan yang utama, karena jika energi tidak dapat
dipenuhi sesuai kebutuhan tubuh, maka kebutuhan zat gizi lainnya seperti protein,
vitamin dan mineral termasuk zat besi tidak terpenuhi juga. Akibatnya zat-zat gizi
tersebut tidak efektif menjalankan fungsi-fungsi metabolik tubuh, demikian juga
dengan fungsi zat besi sebagai pembentuk sel darah merah akan menurun
sehingga dapat menyebabkan menurunnya kadar hemoglobin darah.
Menurut Rahmawati (2009) menyatakan terdapat hubungan bermakna
antara asupan energi dengan kadar hemoglobin atau kejadian anemia gizi,
proporsi anemialebih tinggi pada siswi dengan asupan energi rendah

25
dibandingkan dengan asupan energi tnggi dan beda dan bed proporsi sebesar
20%.
b) Konsumsi vitamin C
Fasiliator absorpsi zat besi yang paling dikenal adalah vitamin C atau asam
askorbat yang dapat meningjatkan asbsorbsi zat non heme secara signifikan
(Rahmawati, 2009). Fungsi vitamin C dalam metabolisme Fe, terutama
mempercepat penyerapan Fe di usus dan pemindahannya ke dalam sel darah.
Vitamin C juga terlibat dalam mobilisasi simpanan Fe terutama hemosiderin
dalam limpa. Vitamin C dan asam organik lain merupakan pemacu penyerapan
besi non heme. Penyerapan besi akan menurun bila konsumsi vitamin C nya
rendah (WKNPG, 2004) . Vitamin C mempunyai sifat sebagai agen pereduksi
dimana dapat mereduksi zat besi sehingga memudahkan untuk diarbsorbsi.
Vitamin C dapat membntu transfer zat besi dari darah ke dalam bentuk ferritin
untuk disimpan di hati dan membantu memproduksi beberapa enzim yang berisi
besi. Terdapat 25-75 mg vitamin C akan meningatkan absorpsi zat besi nonhem
sebanyak 4 kali (Rahmawati, 2009).
c) Konsumsi Zat Besi
Fungsi besi dalam senyawa besi sebagai hemoglobin,myoglobin,enzim
yang dapat diperlukan dalam metabolisme. Kekurangan zat besi akan
menyebabkan anemia gizi besi. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya
anemia perlu adanya keseimbangan antara kebutuhan tubuh dengan masukan zat
besi yang berasal dari makanan. Angka kecukupan zat besi untuk remaja putri
yang wajib dipenuhi pada usia 13-15 tahun menurut AKG (2013) yaitu sebesar 26
mg.
Konsumsi zat besi dalam makanan tidak semuanya diserap dalam tubuh,
adapun factor-faktor yang mempengaruhi absorpsi besi yang tipe makanan yang
dikonsumsi zat besi hem mudah diserap dibandingkan zat besi nonhem, interaksi
bahan pangan dimana makana golongan folipenol termasuk tannin akan
menghambat penyerapan zat besi sedangkan makanan yang banyak mengandung
asam amino dan vitamin C akan mempercepat penyerapan zat besi, mekanisme
regulasi dalam mukosa usus jumlah simpanan zat besi dan kecepatan produksi sel
darah merah. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi zat besi
remaja putri dengan kejadian anemia gizi besi dimana remaja putri yang memiliki
tingkat konsumsi zat besi yang kurang baik mempunyai peluang 6 kali untuk

26
menderita anemia gizi besi dibanding remaja putri yang memiliki tingkat
konsumsi yang baik (Rahmawati, 2009).
3) Kebiasaan minum the
Kebiasaan minum teh sudah sejak lama dikenal. Dalam memenuh angka
kecukupan gizi kita harus selalu memperhatikan asupan protein dan mineral.
Senyawa folipenol yang dipercaya memberikan efek poditif bgi kesehatan ternyata
memberikan pengaruh pada sumber zat gizi tertentu. Senyawa yang berkhasiat ini
mempunyai sifat yang reaktif dan senyawa asam-asam amino yang berasal dari
protein. Reaksi antara polifenol pada teh dengan asam amino dari protein akan
membentuk kompleks yang sangat sukar dipisahkan. Kompleks ini dikenal dengan
nama komplek ketat. Ikatan komplek ini sangat kuat sehingga mampu menyebabkan
masalah terhadap metabolisme tubuh. Kompleks yang terbentuk ini tidak
dapatdimanfaatkan oleh tubuh. Sedangkan antioksidan yang semula terdapat dalam
minuman teh juga tidak dapat dimanfaatkan tubuh. Mengkonsumsi minuman teh
dapat menurunkan kemampuan saluran pencernaan dalam menyerap mineral besi
(Fe). Keadaan ini bila terus menerus akan mengakibatkan penyakit anemia defisiensi
besi. Oleh sebab itu tidak dianjurkan minum teh yang banyak bagi wanita selama
masa menstruasi. Hal ini disebabkan karena akan mengeluarkan zat besi bersama
darah, karena kondisi yang demikian wanita membutuhkan asupan zat besi dari
makanan secara maksimal.
4) Kebiasaan sarapan
Sarapan atau makan pagi penting dilakukan karena saat tiur selama kurang
lebih 8 jam tubuh kita tidak ada makanan yang masuk dalam tubuh sedangkan tubuh
tetap melakukan metablisme basal. Sedangkan pagi hari aktivitas fisik mulai
berjalanseperti perjalanan ke sekolah, berfikir atau perlunya kosentrasi agar dapat
melakukan kegiatan dengan baik. Semua memerlukan energi dan energi didapat dari
makanan yang disantap. Sarapan akan membuat tubuh mendapatkan asupan lebih
banyak vitamin A,D,E,zat besi dan kalsium dibandingkan dengan mereka yang tidak
sarapan.
5) Pola Haid
Menstruasi (haid) adalah proses peluruhn lapisan dalam endometriun yang
banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Haid yang pertama
kali disebut menarche merupakan tanda awal pubertas (depkes,2007). Datangnya

27
haid yang pertama lebih tergantung pada tingkat social ekonomi dan keadaan gizi
dari pada iklim tempat tinggal.
Salah satu penyebab anemia pada wanita adalah terjadinya kehilangan darah
pada saat haid. Banyaknya darah yang dikeluarkan berperan dalam anemia gizi besi
dikarenakan wanita tidak mempunyai persediaan zat besi yang cukup dan absorbsi
zat besi dalam tubuh tidak dapat menggantikan kehilangan zat besi dalam haid. Pada
remaja datangnya haid biasa tidak teratur, biasanya pendarahan agak lama, tetapi
kadang-kadang juga terjadi lebih sering. Dalam satu atau dua buln setelah menarche,
kadang-kadang haid datangnya hanya dua tiga kali dalam setahun, dan pendarahan
agak banyak. Tapi lama kelamaan siklus menjadi teratur.
6) Lama Haid
Lama haid adalah waktu yang dialami seorg wanita selama berlangsungnya
proses haid. Lama haid biasanya berlangsung 3-6 hari. Lama haid ada juga 1-2 hari
tetap diikuti darah sedikit-sedikit tetapi ada yang sampai 7 hari. Pada remaja lama
haid umunya 5-7 hari (Depkes,2009).
7) Status gizi
Status gizi merupakan keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi adalah
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrient. Pengkajian status gizi pada masa remaja perlu dilakukan, pada periode ini
kecenderungan resiko terjadinya gangguan gizi sangat tinggi, contohnya anemia dan
obesitas. Salah satu cara sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan status
gizi pada remaja adalah menggunakan pengukuran IMT/Umur dengan standar
antropometri WHO 2005. Pengukuran IMT (Indeks Masa Tubuh)/Umur dengan
caramengukur berat badan dan tinggi badan kemudian disesuaikan dengan umur.
Indeks masa tubuh berdasarkan umur biasa digunakan untuk anak usia 5-18 tahun.
Pengukuran status gizi kemudian berdasarkan z-score dilakukan dengan cara melihat
distribusi normal nilai pertumbuhan orang yang diperiksa. Angka ini melukiskan
jarak nilai baku median dalam urutan simpangan baku. Kategori dan ambang batas
status gizi anak berdasarkan indeks masa tubuh berdasarkan umur. Menurut
(Supariasa, 2003) kerugian berat badan kurus beresiko tnggi terkena anemia dan
gemuk pada wanita dapat mengakibatkan gangguan haid.

28
c. Klasifikasi anemia
Anemia dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu :
1) Anemia zat besi
Anemia paling sering terjadi adalah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan
ini disebabkan kurang masuknya zat besi dalam makanan, gangguan rearbsorpsi dan
pengunaan zat besi terlalu banyak.
2) Anemia megabolastik
Anemia ini terjadi saat proses kehamilan karena kurangaya asam folat.
3) Anemia hipoplastik
Anemia yang terjadi pada ibu hamil karena sumsusm tulang kurang mampu
memproduksi sel sel darah merah.
4) Anemia hemolitik
Anemia karena disebabkan penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat
dan dibarengi dengan gejala gejala penyakut malaria.
d. Cara penilaian anemia gizi besi
Menurut Supariasa (2007) cara penilaian anemia gizi besi terdapat 2 tahap yaitu
secara langsung dan tidak langsung, dimana tahap langsung dibagi menjadi biokimia
dan klinik sedangkan pada tahap tidak langsung adalah konsumsi Fe.
a) Biokimia dan klinik
1) Pemeriksaan kadar Hb
Untuk menetapkan prevalensi anemia, hemoglobin merupakan parameter yang
biasa digunakan secara luas. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel
darah merah dapat diukur secara kimia, dimana Hb/100 ml gr darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah (Rahmawati,
2009). Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar
hemoglobin :
 Metode Sahli
Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCL menjadi
globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi
menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion Cl membentuk
ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat.
Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan
mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat

29
konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna
hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya
sama dan sangat berpengaruh. Disamping faktor mata, faktor lain, misalnya
ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan.
 Metode Hemocue
Metode ini dilakukan dengan pengukuran Optical Density pada kuvet
yang mempunyai kapasitas volue sebesar 10 mikroliter oleh sinr yang berasal
dari lampu berjarak 0,133 milimeter sampai pada dinding parallel celah optis
tempat kuvet berada. Pereaksi kering dimasukkan kedalam kuvet pada dinding
bagian dalam kuvet. Secara spontan, sampel darah akan bercampur dengan
pereaksi kering. Kuvet dimasukkan kedalam alat Hemocue Photometer untuk
dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 565 dan 880 nm. Alat akan
menghitung sendiri sehingga angka yang muncul pada layar pmbacaan adlah
kadar Hb darah yang diperiksa. Alat penentuan Hb dengan metode Hemocue
ini juga mempenyuai keebihan yaitu ringan dibawa, praktis, dapat
menggunakan baterai, tidak tergantung listrik, dan hasilnya dapat langsung
diketahui saat itu juga.
2) Konsumsi Fe
Untuk mengukur tingkat konsumsi terutama konsusmsi Fe dapat dilakukan
dengan metode sebagai berikut:
 Metode food recall 24 jam
Prinsip dari metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi dalam periode 24 jam yang lalu. Hal
penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang
diperoleh cenderung bersifat kualitatif. Oleh karena itu untuk mendapatkan
data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara
teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, piring, gelas, dll) (Supariasa,
2003).
e. Upaya pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan anemia gizi besi
Dalam upaya penanggulangan anemia gizi besi khususnya pada remaja putri
pemerintah Republik Indonesia melalui kementerian kesehatan Republik Indonesia
melakukan beberapa upaya atau program dimana menunjuk langsung kepada UPT

30
Kesmas di masing-masing daerah untuk melakukan program tersebut. Program
tersebut antara lain :
a) Pemberian tablet tambah darah (TTD) ke masing-masing sekolah dari SD hingga
SMA pada hari selasa dan jumat di setiap minggunya secara rutin
b) Melakukan penyuluhan tentang pentingnya mencegah anemia gizi besi terjadi
sejak dini pada periode yang sama dengan pemberian tablet TTD yaitu 2 kali
seminggu pada hari senin dan jumat.
f. Bahan makanan sumber zat gizi besi
Zat besi dalam makanan dapat berbentuk heme dan nonheme. Zat besi heme
adalah zat besi yang berikatan dengan protein; banyak terdapat dalam bahan
makanan hewani misalnya daging hewani, ungags dan ikan. Zat besi nonheme
adalah senyawazat besi anorganik yang kompleks, zat besi nonheme umumnya
terdapat dlam tumbuh-tumbuhan seperti serealia, kacang-kacangan, buah-buahan
dan sayur-sayuran.
10. Bahaya Merokok
a. Pengertian Rokok
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan
bahaya kesehatan bagi diri sendiri maupun masyarakat, oleh karena itu diperlukan
berbagai kegiatan pengamanan rokok bagi kesehatan. Rokok adalah hasil olahan
tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang mengandung nikotin
dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan
b. Kandungan Rokok
Setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4.000 bahan
kimia beracun yang membahayakan dan boleh membawa maut. Dengan ini setiap
sedutan itu menyerupai satu sedutan maut. Di antara kandungan asap rokok
termasuklah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang digunakan di
dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun
serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) yang
digunakan di “kamar gas maut” bagi pesalah yang menjalani hukuman mati, dan
banyak lagi. Bagaimanapun, racun paling penting adalah Tar, Nikotin dan karbon
monoksida. Tar mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia yang diketahui
menjadi penyebab kanker (karsinogen).
Nikotin turut menjadi puncak utama risiko serangan penyakit jantung dan
strok. Hampir satu perempat mangsa penyakit jantung adalah hasil puncak dari tabiat

31
merokok. Di Malaysia, sakit jantung merupakan menyebab utama kematian sementara
strok adalah pembunuh yang keempat. Karbon Monoksida pula adalah gas beracun
yang biasanya dikeluarkan oleh kenderaan. Apabila racun rokok itu memasuki tubuh
manusia ataupun hewan, yang akan membawa kerusakkan pada setiap organ, yaitu
bermula dari hidung, mulut, tekak, saluran pernafasan, paru-paru, saluran
penghazaman, saluran darah, jantung, organ pembiakan, sehinggalah ke saluran
kencing dan pundi kencing, yaitu apabila sebahagian dari racun-racun itu dikeluarkan
dari badan.
c. Tipe Perokok
Perokok pasif Adalah orang- orang yang tidak merokok namun hidup/ bekerja
sepanjang hari bersama- sama dengan perokok. Orang- orang tersebut dalam waktu
yang lama juga berisiko menderita penyakit yang sama seperti seorang perokok. Ini
disebabkan mereka menghirup asap rook disekitarnta.
Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok
lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.
Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun
pagi berkisar antara 6 - 30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11 – 21 batang
dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan
rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
Ada 4 tipe perilaku merokok adalah :
1) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.
Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif.
menambahkan ada 3 sub tipe ini :
a) Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang
sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
b) Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkanperasaan.
c) Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada
perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa
dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu
beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk
memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang
menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah,
cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok

32
bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak
enak.
3) Perilaku merokok yang pecandu, mereka yang sudah pecandu akan menambah
dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya
berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau
tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat
ia menginginkannya.
4) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok
sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena
benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang
tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis,
seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila
rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
d. Bahaya Rokok
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa
lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung
bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar
perokok yang bukan perokok.
Ketika sebatang rokok terbakar terbentuklah 4.000 senyawa kimia, 200
diantaranya beracun dan 43 lagi pemicu kanker. Efek racunnya terhadap sang
perokok dibandingkan yang tidak merokok yaitu:
a) 14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan
b) 4x menderita kanker esophagus
c) 2x kanker kandung kemih
d) 2x serangan jantung
Beberapa bahaya rokok diantaranya :
a) Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal
jantung, serta tekanan darah tinggi.
b) Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya
beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat
yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.
c) Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu
kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan.
Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara.

33
Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih
berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet.
d) Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat
candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan
memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.
e) Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin,
sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk
membeli rokok. Rokok dengan merk terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan
rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan
perokok sebagaian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara.
Pabrik rokok yang mempekerjakan banyak buruh tidak akan mampu
meningkatkan taraf hidup pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok ditutup
para buruh dapat dipekerjakan di tempat usaha lain yang lebih kreatif dan
mendatangkan devisa.
f) Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk
merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam
ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja
merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup
orang lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker.
g) Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat
dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi
sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang merokok mungkin akan memiliki
persepsi yang berbeda dalam hal ini.
e. Cara/ langkah berhenti Merokok
a) Tancapkan niat dalam hati anda, kalau anda memiliki keinginan untuk berhenti
merokok
b) Jika anda terbiasa menikmati rokok sewaktu merasa bosan, susah
berkonsentarasi, untuk istirahat sejenak, bercakap- cakap/ ngobrol dengan teman-
teman atau sehabis makan, sekarang dengan sengaja lakukan sesuatu pada situasi
tersebut untuk merubah kebiasaan anda dari merokok kegiatan/ kebiasaan lain
seperti
c) Bila anda merasa bosan, lakukan tugas- tugas yang anda tunda selama ini
d) Sulit berkonsentrasi, gigitlah tusuk gigi, kayu manis, wortel, ketimun atau buah
lainnya/ makanlah permen.

34
e) Istirahat sejenak dan minumlah segelas air jeruk
f) Sehabis makan, segera lakukan aktifitas yang tidak membuat anda ingin merokok,
misalnya membaca majalah, olahraga dipagi hari, berkebun dll.
g) Cari hobi/ kesibukan atau kegiatan yang anda senangi dan lakukan segera setelah
anda berhenti merokok seperti berenang, berkebun, membaca buku dll.
h) Beritahu kepada keluarga dan teman- teman bahwa anda berniat untuk berhenti
merokok. Minta mereka mengingatkan anda apabila anda menyalakan rokok. Dan
minta mereka membantu untuk mengalihkan perhatian anda dari rokok dan
mengajak untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat.
i) Setiap kali anda ingin merokok, cobalah untuk menarik nafas panjang beberapa
kali. Kepalkan tangan anda dan lepaskan perlahan, perasaan keinginan untuk
merokok akan berkurang
j) Jauhkan diri anda dari tempat- tempat, teman- teman, pergaulan dan situasi
dimana anda mungkin tergoda untuk ingin merokok
k) Hilangkan dari sekitar lingkungan rumah anda dan ditempat kerja jika
memungkinkan seperti korek api, rokok, mencis, asbak dan semua hal yang
menggoda untuk merokok, seperti poster, gambar atau benda lain yang
mengingatkan atau menggoda anda untuk merokok kembali.
l) Jangan sekali- kali menyerah untuk kembali merokok tidak juga untuk
mengatakan “ hanya sebatang rokok saja”.

35

Anda mungkin juga menyukai